tugasan

Upload: strawberry-pie

Post on 15-Oct-2015

25 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

kulit

TRANSCRIPT

TUGASAN Nama : Nuraihan Bt Mohd JalaludinNIM : 11.2012.061FK UKRIDAPembimbing : dr.Juliana Sp.KK

a) Lampu wood Lampu Wood merupakan alat diagnostik non-invasif yang dapat memberikan fluoresensi tertentu. Fluoresensi merupakan pancaran cahaya ketika terpapar cahaya. Lampu Wood dapat memberikan fluoresensi dengan cara sinar yang diarahkan ke lesi akan dipantulkan berdasarkan perbedaan berat molekul metabolit organisme penyebab sehingga menimbulkan indeks bias berbeda yang dapat menghasilkan pendaran warna tertentu. Emisi gelombang panjang dari lampu Wood dihasilkan oleh merkuri bertekanan tinggi yang cocok dengan filter yang sudah dicampurkan oleh barium silikat dan 9 % nikel oksida yang diberi nama filter Wood. Filter ini tidak tembus cahaya kecuali untuk cahaya ukuran 320 dan 400 nm dengan puncaknya pada 365 nm. Fluoresensi jaringan terjadi ketika cahaya dari panjang gelombang lebih pendek. dalam hal ini 340-400 nm, awalnya dipancarkan oleh lampu wood, diserap dan radiasi dari panjang gelombang cahaya biasanya terlihat dan dipancarkan.Penggunaan lampu Wood tidak memerlukan keahlian khusus. Namun, beberapa hal praktis yang harus diingat untuk menghindari hasil positif palsu, yaitu menegakkan diagnosis yang salah akibat salah mengelompokkan individu kedalam suatu penyakit:1. lampu sebaiknya dipanaskan dahulu selama lima menit.2. Ruangan pemeriksaan harus sepenuhnya gelap (ruangan tanpa jendela)3. Pemeriksa harus beradaptasi pada kegelapan agar dapat melihat kontras dengan jelas.4. Kurang akurat pada orang kulit hitam.5. Obat topikal, kassa, dan residu sabun harus dibersihkan karena dapat menimbulkan fluoresensi.6. Sumber cahaya berjarak 4 5 inci dari lesi.7. Tidak membersihkan daerah yang akan diperiksa karena dapat menimbulkan negatif palsu akibat dilusi pigmen.

b) Floresensi pada penyakit kulit dan warnanyaPemeriksaan sinar wood pertama kali ditemukan untuk kepentingan medis dimanfaatkan untuk mendeteksi infeksi jamur. Pemeriksaan sinar wood bisa digunakan pada beberapa kondisi dibawah ini:

1. Deteksi tinea capitis

Tabel 1. Karakteristik fluoresensi pada tinea kapitis.OrganismeWarna Fluoresens

Microsporum audoniiMicrosporum canisMicrosporum ferrugineumMicrosporum distortumMicrosporum gypseumTrichophyton schoenleiniiBiru-hijauBiru-hijauBiru-hijauBiru-hijauKuning-tidak mengkilatBiru-tidak mengkilat

2. Deteksi infeksi jamur lainnyaTinea versicolor yang disebabkan oleh pytirosporum orbiculare memperlihatkan warna kuning keemasan

3. Deteksi infeksi bakteriErythrasma, infeksi intertriginosa disebabkan Corynebacterium minutissimum. Fluoresensi kerang merah terang (coral red) atau pink orange disebabkan oleh Coproporphyrin III yang dihasilkan oleh C. Minutissimum.Porphyrin merupakan substansi yang larut dalam air, oleh karena itu tidak akan terlihat jika sebelum dilakukan pemeriksaan sudah dibersihkan dengan air.Infeksi Pseudomonas aeruginosa mengeluarkan fluoresensi kuning kehijauan akibat piosianin.

4. Gambaran kelainan pigmentasiLong-wave ultraviolet light (UVL) di transmisikan ke lapisan dermis, maka akan memperlihatkan fluoresensi berwarna putih hingga putih kebiruan. Melanin yang terdapat pada lapisan epidermis (bukan pada lapisan dermis) bekerja untuk mengabsorbsi long-wave UVL dan dengan demikian dapat menghalangi warna putih tersebut. Dibawah sinar wood, bermacam-macam pigmentasi epidermal (freckles, vitiligo, melasma) dapat dilihat lebih jelas, sedangkan pada pigmentasi dermis (Mongolian spot, beberapa contoh hiperpigmentasi pasca inflamasi) tidak terlihat jelas atau tidak terlihat perubahan warna yang jelas dibandingkan dengan sinar yang visible. Sinar wood memperjelas antara kulit yang pigmentasi dan non pigmentasi tetapi yang lebih utama adalah untuk membedakan hipopigmentasi dari area amelanotic total. Sinar wood juga digunakan untuk memeriksa pasien dengan vitiligo, albinisme, leprosy, dan gangguan hipopigmentasi lainnya.

c) Obat antijamur sistemik dan topikalObat antijamur sistemikGolongan azol Diperkenalkan untuk pertama kalinya pada tahun 1944, antijamur azol berperanan penting dalam penatalaksanaan infeksi jamur. Kelompok azol dapat dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan jumlah nitrogen pada cincin azol. Kelompok imidazol (ketokonazol, mikonazol, dan klotrimazol) terdiri dari dua nitrogen dan kelompok triazol (itrakonazol, flukonazol, varikonazol, dan posakonazol) mengandung tiga nitrogen.Kedua kelompok ini memiliki spektrum dan mekanisme aksi yang sama.Ketokonazole Dosis ketokonazol yang diberikan pada dewasa 400 mg/hari sedangkan dosis untuk anak-anak 3,3-6,6 mg/kgBB dosis tunggal. Lama pengobatan untuk tinea korporis dan tinea kruris selama 2-4 minggu, 5 hari untuk kandida vulvovaginitis, 2 minggu untuk kandida esofagitis, tinea versikolor selama 5-10 hari, 6-12 bulan untuk mikosis dalam.

ItrakonazoleDewasaAnak-anak

OnikomikosisKuku tangan : 200 mg 2xsehari 1 minggu/bulan , 2 dosis pulseKuku kaki : 200 mg/harix12 mingguAtau200 mg 2xsehari x 1minggu/bulan, 3 dosis pulseKuku tangan : 5 mg/kg/hari x 1 minggu/bulan, 2 dosis pulseaKuku kaki : 5 mg/kg/hari x 1 minggu/bulan, 3 dosis pulse

Tinea kapitis250 mg/hari x 2-8 mingguInfeksi Trichophyton : 5 mg/kg/hari x 2-4 mingguInfeksi Mikrosporum : 5 mg/kg/hari x 4-8 minggu

Tinea korporis, tinea kruris, tinea pedis200 mg 2xseharix1 mingguDosis berdasarkan berat x 1-4 minggu

Pitiriasis versikolor200 mg/hari x 5-7 hari, untuk pencegahan rekuren dengan 200 mg 2xsehari dosis tunggal/bulanTidak ada penelitian

FlukonazoleFlukonazol digunakan sebagai lini pertama terapi kandidiasis mukotan.Pada pediatrik digunakan untuk terapi tinea kapitis yang disebabkan Tinea tonsurans dengan dosis 6 mg/kg/hr selama 20 hari, dan 5 mg/kg/hr selama 30 hari. Tetapi diberikan lebih lama pada infeksi Mycoplasma canis. Flukonazol tersedia sediaan tablet 50 mg, 100 mg, 150 mg, dan 200mg; sediaan oral solusio 10 mg/ml dan 40 mg/ml dan dalam bentuk sediaan intravena. Direkomendasikan pada anak-anak 40 kg dan 100 mg setiap 12 jam untuk berat badan < 40 kg. Untuk aspergilosis invasif dan penyakit jamur, lainnya yang disebabkan Scedosporium asiospermum dan Fussarium spp, direkomendasikan loading dose 6 mg/kg IV setiap 12 jam untuk 24 jam pertama, diikuti dengan dosis pemeliharaan 4 mg/kgBB setiap 12 jam dengan pemberian intravena atau 200 mg setiap 12 jam per oral.PosakonazolPosakonazol hanya tersedia dalam bentuk suspensi oral, dapat diberikan dengan rentang dosis 50-800 mg. Pemberian awal posakonazol dibagi menjadi empat dosis guna mencapai level plasma adekuat. Pemberian posakonazol dapat juga diberikan dua kali sehari pada keadaan tidak membahayakan jiwa. Absorbsi posakonazol lebih baik bila diberikan bersama dengan makanan atau suplemen nutrisi.Golongan alilaminTerbinafin DewasaAnak-anak

OnikomikosisKuku tangan : 250 mg/hr x 6 mingguKuku kaki : 250 mg/hr x 12 minggu3-6 mg/khg/hr x 6-12 minggua

Tinea kapitis250 mg/hr x 2-8 mingguInfeksi Trichophyton : 3-6 mg/kg/hr x 2-4 mingguaInfeksi Microsporum : 3-6 mg/kg/hr x 6-8 minggua

Tinea korporis, tinea kruris250 mg/hr x 1-2 minggu3-6 mg/kg/hr x 1-2 minggu

Tinea pedis (mokasin)250 mg/hr x 2 minggub

Dermatitis seboroik250 mg/hr x 4-6 minggub

Golongan polien Amfoterisin BKebanyakan pasien dengan infeksi mikosis dalam diberikan dosis 1-2 gr amfoterisin B deoksikolat selama 6-10 minggu. Orang dewasa dengan fungsi ginjal yang normal diberikan dosis 0,6-1,0 mg/kg BB. Sebelum pemberian obat, terlebih dahulu dites dengan dosis 1 mg amfoterisin B di dalam 50 ml cairan dextrose dan diberikan selama 1-2 jam (anak-anak dengan berat badan kurang dari 30 kg diberikan dosis 0,5 mg) kemudian diobservasi dan dimonitor suhu, denyut jantung dan tekanan darah setiap 30 menit oleh karena pada beberapa pasien dapat timbul reaksi hipotensi berat atau reaksi anafilaksis. Dosis obat dapat ditingkatkan > 1mg/kgBB, tetapi tidak melebihi 50 mg. Setelah 2 minggu pengobatan, konsentrasi di dalam darah akan stabil dan kadar obat di jaringan makin bertambah dan memungkinkan obat diberikan pada interval 48 atau 72 jam. Pemberian liposomal amfoterisin B biasanya dimulai dengan dosis 1,0 mg/kg BB dapat ditingkatkan menjadi 3,0-5,0 mg.kgBB atau lebih. Formula ini harus diberikan intravena dalam waktu 2 jam, jika ditoleransi baik maka waktu pemberian dapat dipersingkat menjadi 1 jam. Obat ini berikan pada individu selama 3 bulan dengan dosis kumulatif 15 g tanpa efek samping toksik yang signifikan. Dosis yang dianjurkan adalah 3 mg/kbBB/hari.Dosis yang direkomendasikan untuk pemberian amfoterisin B lipid kompleks yaitu 5 mg/kgBB dan diberikan intravena dengan rata-rata 2,5 mg/kbBB/jam. Obat ini pernah diberikan pada individu selama 11 bulan dengan dosis kumulatif 50 g tanpa efek samping toksik yang signifikan. Dosis awal amfoterisin B dispersi koloid yaitu 1,0 mg/kgBB diberikan intravena dengan rata-rata 1 mg/kgBB/jam dan jika dibutuhkan dosis dapat ditingkatkan menjadi 3,0-4,0 mg/kgBB. Obat ini pernah diberikan pada individu dengan dosis kumulatif 3 g tanpa efek samping toksik yang signifikan.NistatinNistatin merupakan antibotik yang digunakan sebagai antijamur, diisolasi dari Streptomyces nourse pada tahun 1951. Untuk pengobatan kandidiasis oral, nistatin diberikan tablet nistatin 500.000 unit setiap 6 jam. Suspensi nistatin oral terdiri dari 100.000 unit/ml yang diberikan 4 kali sehari dengan dosis pada bayi baru lahir 1 ml, infant 2 ml dan dewasa 5 ml.

Golongan ekinokandinKaspofunginPada pasien aspergilosis, dosis yang dianjurkan 70 mg pada hari pertama dan 50 mg/hari untuk hari selanjutnya. Setiap dosis harus diberikan intravena melalui infus dalam periode 1 jam. Pasien dengan kerusakan hepar sedang, direkomendasikan dosis kaspofungin diturunkan menjadi 35 mg.MikafunginMikafungin diberikan 50 mg/hari atau flukonazol 400 mg/hari secara acak selama enam minggu.

Golongan lainFlusitosinPada orang dewasa dengan fungsi ginjal yang normal, pemberian flusitosin diawali dengan dosis 100 mg/kg BB perhari, dibagi dalam 4 dosis dengan interval 6 jam namun jika terdapat gangguan ginjal pemberian flusitosin diawali dengan dosis 25 mg/kgBB

GriseofulvinGriseofulvin terdiri atas 2 bentuk yaitu microsize (mikrochryristallin) dan ultramicrosize (ultramicrochrystallin). Bentuk ultramicrosize penyerapannya pada saluran pencernaan 1,5 kali dibandingkan dengan bentuk microsize.Pada saat ini, griseofulvin lebih sering digunakan untuk pengobatan tinea kapitis. Tinea kapitis lebih sering dijumpai pada anak-anak disebabkan oleh Trychopyton tonsurans. Dosis pada anak-anak 20-25 mg/kg/hari (mikrosize), atau 15-20 mg/kg/hari (ultrasize) selama 6-8 minggu.Dosis griseofulvin (pemberian secara oral) yaitu dewasa 500-1000 mg/ hari (microsize) dosis tunggal atau terbagi dan 330-375 mg/hari (ultramicrosize) dosis tunggal atau terbagi. 10 Lama pengobatan untuk tinea korporis dan kruris selama 2-4 minggu, untuk tinea kapitis paling sedikit selama 4-6 minggu, untuk tinea pedis selama 4-8 minggu dan untuk tinea unguium selama 3-6 bulan.

Anti jamur topikalObat anti jamur topikal digunakan untuk pengobatan infeksi lokal pada kulit tubuh yang tidak berambut (glabrous skin), namun kurang efektif untuk pengobatan infeksi pada kulit kepala dan kuku, infeksi pada tubuh yang kronik dan luas, serta infeksi pada stratum korneum yang tebal seperti telapak tangan dan kaki.Jenis obat topikal yang sering digunakan yaitu :1. azol-imidazol : ketokonazol, klotrimazol, mikonazol, ekonazol, sulkonazol, oksikonazol, terkonazol, tiokonazol, sertakonazol2. alilamin dan benzilamin : naftifin, terbinafin, butenafin 3. polien: nystatin Beberapa obat topikal tidak termasuk dalam golongan ini namun dapat digunakan untuk terapi non spesifik seperti golongan keratolitik (asam salisilat) atau antiseptik (gentian violet), siklopiroks, haloprogin, serta amorolfin.

Ekonazol - Ekonazol dapat digunakan untuk pengobatan dermatofitosis dan kandidiasis oral, kutaneus dan genital. Untuk pengobatan kandidiasis vaginalis diberikan dosis 150 mg yang dimasukkan ke dalam vagina selama 3 hari berurut-turut. Untuk pengobatan infeksi jamur pada kulit digunakan ekonazol krim 1 %, dosis.Mikonazol - Pengobatan infeksi jamur pada kulit digunakan mikonazol krim 2%, dosis dan lamanya pengobatan tergantung dari kondisi pasien, biasanya diberikan selama 2-4 minggu dan dioleskan 2 kali sehari.Ketokonazol - Pengobatan infeksi jamur pada kulit digunakan krim ketokonazol 1%, dosis dan lamanya pengobatan tergantung dari kondisi pasien, biasanya diberikan selama 2-4 minggu dan dioleskan sekali sehari sedangkan pengobatan dermatitis seboroik dioleskan 2 kali sehari. Pengobatan pitiriasis versikolor menggunakan ketokonazol 2% dalam bentuk shampoo sebanyak 2 kali seminggu selama 8 minggu.Sulkonazol - Pengobatan infeksi jamur pada kulit digunakan sulkonazol krim 1%.Terkonazol - Pengobatan kandidiasis vaginalis yang disebabkan Candida albicans, digunakan terkonazol krim vagina 0,4% (20 gr terkonazol) yang dimasukkan ke dalam vagina menggunakan aplikator sebelum waktu tidur, 1 kali sehari selama 3 hari berturut-turut dan vaginal supositoria dengan dosis 80 mg terkonazol, dimasukkan ke dalam vagina, 1 kali sehari sebelum waktu tidur selama 3 hari berturut-turut.Tiokonazol - Untuk infeksi pada kulit digunakan tiokonazol krim 1%, dosis dan lamanya pengobatan tergantung kondisi pasienSertakonazol - dapat digunakan untuk pengobatan dermatofitosis dan candida sp, digunakan sertakonazol krim 2%, dioleskan 1-2 kali sehari selama 4 minggu.

Golongan alilaminNaftifin - dapat digunakan untuk pengobatan dermatofitosis dan Candida sp., Untuk pengobatan digunakan krim naftifin hidroklorida krim 1% dioleskan 1 kali sehari selama 1 minggu.Terbinafin - Digunakan terbinafin krim 1% yang dioleskan 1 atau 2 kali sehari.

Golongan polienNistatin - Untuk pengobatan kandidiasis vaginalis diberikan 1 atau 2 vaginal suppossitoria (100.000 setiap unitnya) yang diberikan selama kurang lebih 14 hari. Golongan antijamur topikal lainAsam Undesilenat - Tersedia dalam bentuk salep, krim, bedak spray powder, sabun, dan cairan. Salep asam undesilenat mengandung 5% asam undesilenat dan 20% zinc undesilenat. Salep Whitefield - Pada tahun 1970, Arthur Whitefield membuat preparat salep yang mengandung 12% asam benzoate dan 6% asam salisilat. Kombinasi ini dikenal dengan salep Whitefield. Amorolfin - Untuk infeksi jamur pada kulit amorolfin dioleskan satu kali sehari selama 2-3 minggu sedangkan untuk tinea pedis selama 6 bulan. Amorolfin 5% nail lacquaer diberikan sebagai monoterapi pada onikomikosis ringan tanpa adanya keterlibatan matriks. Siklopiroks olamin - Untuk pengobatan infeksi jamur pada kulit harus dioleskan 2 kali sehari selama 2-4 minggu.Haloprogin - Efektif untuk pengobatan tinea korporis, tinea kruris, tinea pedis dan pitiriasis versikolor, dengan konsentrasi 1% dioleskan 2 kali sehari selama 2-4 minggu.Timol - Tidak tersedia preparat komersil; ahli farmakologi mencampur 2-4% timol ke dalam larutan dasar seperti etanol 95% dan mengendap di dasar botol. Castellanis paint (carbol fuchsin paint) - Digunakan sebagai terapi tinea pedis, dermatitis seboroik, tinea imbrikata.Alumunium Chloride 30% - terapi tinea pedisGentian Violet - Solusio gentian violet dengan konsentrasi 0,5-2% digunakan pada infeksi jamur mukosa. Potassium Permanganat - Pada pengenceran 1:5000 sering digunakan untuk meredakan inflamasi akibat kandidiasi intertriginosa.Selenium Sulphide - Losio 2,5% selenium sulphide untuk terapi pitiriasis versikolor dan dermatitis seboroik. Zinc Pyrithione - Sampo zinc pyrithione 1% efektif pada terapi pitiriasis versikolor yang dioleskan setiap hari selama 2 minggu.Sodium Thiosulfate dan Salicylic Acid - Solusio 25% sodium thiosulfate dikombinasi dengan 1% salicylic acid tersedia preparat komersial dan digunakan pada tinea versikolor.Prophylen Glycol - Prophylen glycol (50% dalam air) telah digunakan untuk mengatasi pitiriasis versikolor.

d) Kandidiasis mukokutan kronikKandidiasis mukokutan kronis (CMC) mengacu pada sekelompok gangguan heterogen yang ditandai oleh infeksisuperfisial berulang atau persisten pada kulit, membran mukosa, dan kuku yang disebabkan oleh Candida albicans. Penyakit ini timbul karena adanya kekurangan fungsi leukosit atau sistem hormonal, biasanya terdapat pada penderita dengan bermacam-macam defisiensi yang bersifat genetik, umumnya terdapat pada anak anak. Gambaran klinisnya mirip dengan penderita dengan defek poliendokrin. Terdapat berbagai macam kondisi yang telah dihubungkan dengan kandidiasis mukokutan kronik yaitu seperti endokrinopati ( biasanya hipoparatiroid, hipoadrenalin, dan hipotiroid ), diabetes melitus, vitiligo, dan defisiensi besi.Pada pasien dengan kandidiasis mukokutan kronik terdapat defisiensi sel T yang berfungsi efektif dalam mencegah perkembangan candida, meskipun sel T yang defisit tidak selalu terdeteksi dalam in vitro. Data penelitan menunjukkan adanya perubahan dalam produksi sitokin sebagai respon terhadap antigenCandida.Perubahan ini termasuk penurunan interleukin 2 dan level interferon-gamma (Th1 sitokin) dan peningkatan interleukin 10 dalam beberapa kasus.Penderita yang kekurangan imunitas sel-T (misalnya, dengan sindrom defisiensi imun berat) atau pasien dengan sangat terganggu fungsi sel T-nya (misalnya, pasien dengan AIDS) yang rentan terhadap infeksi kandida kronis.Defek dalam imunitas humoral tidak umum diamati pada pasien dengan kandidiasis mukokutan kronik. Terdapat 25-35% dari penderita memiliki imunitas humoral yang normal, dimana tidak memiliki defek imunitas terhadap terjadinya kandidiasis mukokutan kronik. Akan tetapi kebanyakan dari penderita kandidiasis mukokutan kronik memiliki hubungan dengan sindrom APECED (autoimmune plyendocrinopathy candidiasis ectodermal distrophy ).Pasien dengan kandidiasis mukokutaneus kronis memiliki infeksi yang berulang dan progresif terhadap kulit, kuku dan membran mukosa. Manifestasi klinis nya berupa penebalan pada kuku, terfragmentasi, dan berubah warna, dengan edema dan eritema yang signifikan dari jaringan periungual sekitarnya. Pada kulit lebih sering terjadi pada daerah akral dimana ditandai dengan plakat serpiginous, eritematosa, hiperkeratotik serpiginous.NoSyndrome klinisUsiaDistribusi LesiGangguan EndokrinPenyakit Terkait yang ditemukan

1Kronik oral kandidiasisSemuaMukosa pada lidah, bibir,rongga bukal, dan tidak mengenai kulit dan kukuTidak adaEsophagitis

2Kronik kandidiasis dengan endokrinopatianak anakMembran mukosa, kulit,dan kukuSering (hipoadrenal,hipoparatiroid, atau poliendokrinopati )Alopesia totalis, tiroiditis, kronik hepatis, diabetes melitus

3Kandidiasis Mukokutaneus kronis terlokalisasianak anak Membran mukosa, kuku, dan kulitTidak adaInfeksi pada paru paru, esophagitis

4Kronik difus kandidiasisanak anakMukosa mebran, kulit, dan kukuTidak adaTidak ada

5Kronik kandidiasis dengan timomaDewasa (setelah dekade ke 3 )Membran mukosa, kuku, dan kulitTidak adaTimoma, miastenia grafis,anemia aplastik, neutropenia

6Kronik kandidiasis tanpa endokrinopatiAnak anakMembran mukosa,kuku,jarang mengenai kulitTidak adaEsophagits, laringitis

Pengobatan untuk kandidiasis mukokutan kronik kurang berespon dalam penyembuhan dengan menggunakan pengobatan topikal. Lesi yang disebabkan oleh kandida pada pasien kandidiasis mukokutan kronik pada umumnya berespon terhadap pengobatan golongan antifungal azole sistemik (itraconazole, fluconazole) atau terbinafrin. Pengobatan jangka panjang dengan menggunakan ketokonazole dan itrakonazole telah berhasil dalam mengobati kandidiasis mukokutan kronik. Penderita yang yang sudah resisten biasanya berespon terhadap amphotericine B dengan atau tanpa flucytosine. Rekurens bisa saja terjadi dan penggunaan anti fungal harus digunakan terus menerus.Obat tersebut tidak akan berefek pada imunitas sel mediator yang abnormal.Fluconazole merupakan standar terapi untuk kandidiasis mukokutan kronik dengan dosis 100-400mg/ hari. Jika resisten terhadap fluconazole dapat digunakan voriconazole (200-400mg/hari). Setiap pasien dengan kandidiasis mukokutan kronik harus mendapatkan pemeriksaan endokrin sehingga pasien dengan riwayat endokrinopathy atau memiliki riwayat keluarga terhadap APECED harus dimonitor secara ketat.

e) Penularan jamurCara penularan jamur dapat secara langsung dan secara tidak langsung. Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut-rambut yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang atau dari tanah. Penularan tak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, barang-barang atau pakaian, debu atau air.Disamping cara penularan tersebut diatas, untuk timbulnya kelainan-kelainan di kulit tergantung dari beberapa faktor :a) Faktor virulensi dari dermatofitaVirulensi ini tergantung pada afinitas jamur itu, apakah jamur Antropofilik, Zoofilik atau Geofilik. Dermatofit dapat dibagi menjadi organisme geofilik, zoofilik dan antropofilik. Organisme geofilik merupakan organisme yang berada di tanah dan secara sporadik menginfeksi manusia secara kontak langsung dengan tanah. Infeksi akibat organisme ini biasanya menimbulkan inflamasi. Contohnya adalah Microsporum gypseum. Zoofilik, spesies yang ditemukan di hewan, juga ditransmisikan ke manusia.Transmisinya dapat langsung maupun tidak langsung. Contohnya M. canis pada kucing dan anjing. Infeksi ini juga menimbulkan inflamasi. Antropofilik menjadikan manusia sebagai host nya, ditransmisikan dari manusia ke manusia secara kontak langsung. Infeksi geofilik dan zoofilik menyebabkan lesi yang lebih iritatif dan inflamatif dibandingkan dengan yang bertransmisi secara antropofili.Selain afinitas ini masing-masing jenis jamur ini berbeda pula satu dengan yang lain dalam afinitas terhadap manusia maupun bagian-bagian dari tubuh Misalnya : Trikofiton rubrum jarang menyerang rambut, Epidermatofiton flokosum paling sering menyerang lipat pada bagian dalam.b) Faktor traumaKulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil, lebih susah untuk terserang jamur.

c) Faktor-suhu dan kelembabanKedua faktor ini sangat jelas berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada lokalisasi atau lokal, di mana banyak keringat seperti lipat paha dan sela-sela jari paling sering terserang penyakit jamur ini.d) Keadaan sosial serta kurangnya kebersihanFaktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur di mana terlihat insiden penyakit jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah, penyakit ini lebih sering ditemukan dibanding golongan sosial dan ekonomi yang lebih baik.e) Faktor umur dan jenis kelaminPenyakit Tinea kapitis lebih sering ditemukan pada anak-anak dibandingkan orang dewasa, dan pada wanita lebih sering ditemukan infeksi jamur di sela-sela jari dibanding pria dan hal ini banyak berhubungan dengan pekerjaan. Di samping faktor-faktor tadi masih ada faktor-faktor lain seperti faktor perlindungan tubuh (topi, sepatu dan sebagainya) , faktor transpirasi serta pemakaian pakaian yang serba nilan, dapat mempermudah penyakit jamur ini.

f) Pengobatan pada komplikasi gonore Pada infeksi gonore yang tidak diobati , bakteri dapat menyebar ke dalam saluran reproduksi , atau lebih jarang , dapat menyebar ke dalam aliran darah dan menginfeksi sendi , katup jantung , atau otak .Komplikasi yang paling umum dari gonorrhea yang tidak diobati adalah penyakit radang panggul (PID) .PID gonokokal sering muncul segera setelah masa menstruasi . PID menyebabkan jaringan parut terbentuk di saluran tuba . Jika tuba fallopi terluka , telur yang dibuahi tidak dapat masuk ke dalam rahim . Jika ini terjadi, dapat menyebabkan kehamilan ektopik. Komplikasi serius ini dapat mengakibatkan keguguran dan dapat menyebabkan kematian ibu .Pada pria , gonore menyebabkan epididimitis , suatu kondisi yang menyakitkan dari testis yang dapat menyebabkan infertilitas jika tidak ditangani.Juga , gonore mempengaruhi kelenjar prostat dan dapat menyebabkan jaringan parut di saluran urin . Pada kasus GO dengan komplikasi, pilihan pengobatan yang dapat diberikan adalah pengobatan oral selama 5 hari sedangkan obat injeksi diberikan selama 3 hari. Pilihan pengobatan oral tersebut antara lain: tiamfenikol 3,5 gram sekali sehari, atau ofloksasin 400 mg sekali sehari, atau siprofloksasin 500 mg sekali sehari, atau sefiksim 400 mg peroral sekali sehari. Sedangkan untuk obat injeksi, preparat yang dapat dipilih adalah kanamisin 2 g intramuskuler sekali sehari, atau spektinomisin 2 g intramuskuler sekali sehari, atau seftriakson 1 gr intramuskuler sekali sehari.

Disseminated gonococcol infection (DGI)Recommended regimen Ceftriaxone 1g IM or IV every 24 hourAlternative regimen Cefotaxime 1 g every 8 hours or ceftizoxime 1 g IV every 8 hours

Semua rejimen sebelumnya harus dilanjutkan selama 24-48 jam setelah perbaikan dimulai, di mana terapi waktu dapat beralih ke cefixime 400 mg secara oral dua kali sehari untuk minimal 1 minggu terapi antimikroba.

Gonococcal meningitis or endocarditis Recommended regimen Ceftriaxone 1-2 g IV every 12 hours

Terapi untuk meningitis harus dilanjutkan selama 10-14 hari; terapi endokarditis harus dilanjutkan setidaknya selama 4 minggu. Pengobatan DGI harus dilakukan dalam konsultasi dengan spesialis penyakit menular.14