tugas-tes 2 bita

25
LAYANAN SISWA CEPAT BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI Alifa Robitah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Malang 65145.Telp/Fax.(0343)562180 E-mail: [email protected] Abstrak Bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dapat berprestasi sesuai dengan potensinya, diperlukan pelayanan pendidikan yang berdiferensiasi, dengan menggunakan kurikulum yang berdiversifikasi. Layanan khusus bagi siswa cepat belajar merupakan hal penting karena akan membantu mereka memaksimalkan kemampuannya dan untuk mengindari siswa- siswa berbakat berprestasi di bawah potensinya “ underachiever”. Terdapat tiga jenis program yang banyak dilaksanakan untuk siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa, yaitu: Sistem pengayaan, sistem percepatan dan pengelompokan khusus. Kata kunci: siswa belajar cepat (siswa berbakat), layanan belajar akselerasi, pembelajaran biologi 1

Upload: alifa-robitah

Post on 03-Jul-2015

112 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: TUGAS-TES 2 bitA

LAYANAN SISWA CEPAT BELAJAR DALAM

PEMBELAJARAN BIOLOGI

Alifa RobitahFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri

MalangJalan Semarang 5 Malang 65145.Telp/Fax.(0343)562180

E-mail: [email protected]

Abstrak

Bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dapat berprestasi sesuai dengan potensinya, diperlukan pelayanan pendidikan yang berdiferensiasi, dengan menggunakan kurikulum yang berdiversifikasi. Layanan khusus bagi siswa cepat belajar merupakan hal penting karena akan membantu mereka memaksimalkan kemampuannya dan untuk mengindari siswa-siswa berbakat berprestasi di bawah potensinya “ underachiever”. Terdapat tiga jenis program yang banyak dilaksanakan untuk siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa, yaitu: Sistem pengayaan, sistem percepatan dan pengelompokan khusus.Kata kunci: siswa belajar cepat (siswa berbakat), layanan belajar akselerasi, pembelajaran biologi

1

Page 2: TUGAS-TES 2 bitA

1. Pendahuluan Pada hakikatnya, ditinjau dari aspek

kemampuan dan kecerdasan, siswa dapat dikelompokkan dalam tiga starata, yaitu siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan di bawah rata-rata, rata-rata, dan diatas rata-rata. Siswa yang dibawah rata-rata, memiliki kemampuan dan kecerdasan dibawah kecepatan belajar siswa-siswa pada umumnya. Sedangkan siswa yang berada di atas rata-rata, memiliki kecepatan belajar di atas kecepatan belajar siswa – siswa lainnya (Widyastono, 2000).

Dalam sebuah kelas yang heterogen dengan kemampuan siswa yang berbeda-beda tentunya dibutuhkan pelayanan dari guru yang mampu mengakomodasi seluruh kebutuhan siswa. Siswa yang tergolong berkemampuan belajar lambat memiliki kebutuhan yang berbeda dengan siswa yang berkemampuan belajar cepat, olehkarena itu diperlukan beberapa layanan khusus dari seorang guru dalam sebuah pembelajaran. Sampai saat ini masih banyak sekolah yang tidak memperhatikan hal tersebut dan menganggap kebutuhan semua siswa sama, akibatnya siswa yang berkemampuan belajar lambat akan selalu tertinggal dengan siswa lainnya, sedangkan siswa yang berkemampuan belajar cepat, karena memiliki kecepatan belajar diatas kecepatan belajar siswa rata-rata lainnya maka akan cenderung merasa jenuh, sehingga berprestasi dibawah potensinya (under achiever).

Guru tidak dapat memaksa siswa yang berkemampuan belajar lambat untuk terus menyesuaikan dengan siswa berkemampuan belajar cepat, begitu pula dengan siswa yang mampu belajar cepat juga tidak perlu selalu menunggu siswa yang berkemampuan belajar lambat. (Finnan,2000:1) menyatakan bahwa siswa yang cepat belajar biasanya membutuhkan kesempatan untuk memperkaya kemampuan mereka dan mendorong mereka untuk menggunakan secara maksimal semua potensi yang dimilikinya. Sedangkan siswa dengan kemampuan belajar lambat biasanya dalam pembelajaran sebagian besar waktunya digunakan untuk melatih kecakapan yang belum mereka kuasai.

Layanan yang dapat diberikan bagi siswa yang berkemampuan belajar lambat adalah dengan meberikan pengajaran remidi (remedial teaching), sehingga untuk

menyelesaikan materi kurikulum membutuhkan waktu yang lebih panjang dibandingkan siswa-siswa lainnya. Sedangkan bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dapat berprestasi sesuai dengan potensinya, diperlukan pelayanan pendidikan yang berdiferensiasi, yaitu pemberian pengalaman pendidikan yang sesuai dengan kemampuan dan kecerdasan siswa; dengan menggunakan kurikulum yang berdiversifikasi, yaitu kurikulum standar yang diimprovisasi alokasi waktunya sesuai dengan kecepatan belajar siswa dan motivasi belajar siswa. Pelayanan pendidikan yang berdiferensiasi dengan menggunakan kurikulum yang diversifikasi dapat diimplementasikan melalui penyelenggaraan sistem percepatan kelas (akselerasi) (Widyastono, 2000).

Didalam prakteknya, layanan untuk siswa cepat belajar sebenarnya tidak harus selalu dengan penyelengaraan percepatan kelas (akselerasi) dengan menggolongkan siswa berkemampuan belajar cepat dalam kelas khusus dan terpisah dengan kelas reguler, tetapi dapat berupa program-program baik yang dapat dilakukan oleh guru secara langsung didalam kelas ataupun program di luar kelas. Hal yang terpenting adalah bagaimana cara pihak pendidik dapat mengakomodasi semua potensi siswanya.

Dalam Finnan,2000:21 disebutkan bahwa akselerasi merupakan sarana bagi siswa berbakat, siswa berkemampuan belajar lambat dan siswa rata-rata untuk dapat mencapai standar yang tinggi. Ketika focus penekanan dalam melabeli dan menggolongkan siswa tidak lagi difokuskan pada kelebihan dan kekurangan siswa, maka akselerasi memiliki pengertian lain. Guru harus menerima keberagaman kemampuan siswanya dan berusaha untuk membangun kelebihan setiap siswanya dengan memberikan pengalaman belajar bagi semua siswa untuk mencapai kualitas berfikir tinggi. Oleh karena itu akselerasi bagi pada semua siswa merupakan program yang secara kontinyu dan berkelanjutan, dan mendorong siswa untuk dapat mengkaitkan dengan pengetahuan awal mereka serta lintas pelajaran, sehingga semua siswa dapat mencapai kualitas berpikir tinggi.

Menurut Kamus Besar Amerika dalam Finnan,2000 mendefinisikan bahwa akselerasi

2

Page 3: TUGAS-TES 2 bitA

adalah berpindah dengan cepat atau terlibat dalam program pembelajaran yang dirancang agar cepat selesai daripada biasanya. Definisi dalam kamus tidak menunjukkan kepada siapa akselerasi diberikan atau bagaimana cara siswa dapat diakselerasi, atau fakta bahwa akselerasi hanyalah sekedar perpindahan dengan cepat selama mengikuti program pendidikan. Definisi ini juga tidak menunjukkan bahwa terminologi “percepatan” telah disesuaikan dengan perubahan yang ada disekolah, kurikulum khusus, atau alterntif sistem pemberian bidang pendidikan. Diskusi pengertian akselerasi berikut ini dirangkum dalam tabel 1.1

Tabel 1.1 Pengertian Percepatan (Akselerasi)Inti elemen definisi Target

siswaStrategi-strategi

Menyelesaikan kurikulum lama dengan waktu yang singkat atau usia yang lebih muda

Siswa pandai

Pilihan alternatif administratif

Latihan sesuai instruksi

Kecepatan belajar “mengejar ketinggalan” dengan melihat usia

Siswa berkemampuan rendah

Kelas khusus dengan kurikulum khusus

Mempelajari bahwa Kualitas

intelektualitas yang tinggi, substansial, autentik, dan relevan

Berkelanjutan dan berhubungan

Didasarkan atas standar yang tinggi

Seluruh siswa

Latihan sesuai instruksi

Perubahan di sekolah

Menggunakan kurikulum yang spesifik

Sumber: Finnan, 2000:9Konsep dari pembelajaran akselerasi

didasari oleh anggapan bahwa sekolah dapat menyempurnakan dua hal yaitu pendidikan anak yang layak dan unggul. Pada pembelajaran akselerasi, perhatiannya adalah pada tantangan semua siswa untuk berfikir, memecahkan masalah, dan komunikasi yang efektif, tidak pada pemilihan siswa terbaik

untuk pengalaman kurikulum yang baik dan pada sisa pelatihan untuk mengikuti petunjuk (Finnan,2000:9).

2. Karakteristik Siswa Belajar CepatSiswa cepat belajar mempunyai

pengertian bahwa siswa tersebut mempunyai kemampuan dan kecerdasan diatas siswa rata-rata sehingga ia lebih cepat dalam menerima pelajaran dibandingkan dengan siswa rata-rata lainnya. Dapat dikatakan pula bahwa siswa yang belajar cepat termasuk kedalam siswa berbakat (gifted).

Di Indonesia dikenal istilah gifted, talented, genius dan berbakat, yang diinterpretasikan kurang seragam, masing-masing orang mempunyai konotasi yang beragam. Namun ada kecenderungan yang sama bahwa istilah-istilah tersebut dimaksud diperuntukkkan bagi seseorang yang memiliki kemampuan dan kecerdasan yang melebihi orang-orang pada umumnya yang sebaya dengannya (Widyastono, 2000).

Di kalangan ilmuwan anak berbakat, menggunakan pengertian anak berbakat (gifted children) akan menyangkut pada kemampuan intelegensia yang tinggi, dan anak bertalenta (talented children) akan menyangkut pada anak yang mempunyai kreativitas tinggi. Pengertian anak berbakat berbakat (gifted children) juga akan menyangkut kemampuan intelektual tinggi, sedangkan anak bertalenta akan menyangkut pada kemampuan seni,ekspresi, musik, dan olahraga yang luar biasa. Sementara itu, seorang anak bisa dikatakan berbakat berbakat (gifted children) bila mereka memenuhi persyaratan sebagaimana syarat yang Renzulli jelaskan dalam Triadik-nya, yaitu harus mempunyai intelegensia diatas rata-rata (IQ>130), kreativitas tinggi, serta motivasi dan komitmen kerja yang juga tinggi (Harjaningrum, 2007:113).

Penggolongan anak yang berbakat intelektual, salah satunya dapat didasarkan pada tes IQ. Berikut ini distribusi normal dari intelegensi (dengan rata-rata 100 dan penyimpangan baku 15) menurut Wechsler:

Tabel 2.1 Klasifikasi Intelegensia

IQ KlasifikasiJumlah Persen

130 keatas120 – 129

Sangat superiorSuperior

2.26.7

3

Page 4: TUGAS-TES 2 bitA

110 – 119 90 – 109 80 – 89 70 – 7969 kebawah

NormalRata-rataDibawah normalPerbatasanKelainan mental

16.150.016.16.72.2

Sumber: Munandar,1982:8

Hanya 2.2% dari anak-anak akan mencapai IQ 130 atau ke atas (very superior) yang oleh sebagian besar para ahli diambil sebagai batas antara mereka yang tergolong berbakat intelektual dan tidak.

Tabel 2.2 Jumlah Anak pada Taraf IQ yang Tinggi

IQ Jumlah kurang lebih150140130120

0.1 %0.5 %2.5 %10 %

Sumber: Munandar,1982:8

Angka-angka ini berlaku untuk populasi sekolah dan sangat bervariasi antara sekolah yang satu dengan yang lain. Rata-rata dalam satu kelas hanya akan terdapat satu anak dengan IQ 130, tetapi mungkin saja pada satu kelas tidak ada sama sekali dan pada kelas lain sampai 6 anak (Munandar,1982:8).

Anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa memiliki ciri-ciri:1. membaca pada usia yang lebih muda, 2. membaca lebih cepat dan lebih banyak,3. memiliki perbendaharaan kata yang luas,4. mempunyai rasa ingin tahu yang kuat,5. mempunyai minat yang luas, juga

terhadap masalah orang dewasa,6. mempunyai inisiatif, dapat bekerja

sendiri,7. menunjukkan keaslian (orisinalitas)

dalam ungkapan verbal,8. memberi jawaban-jawaban yang baik,9. dapat memberikan banyak gagasan,10. luwes dalam berfikir,11. terbuka terhadap rangsangan-rangsangan

dari lingkungan,12. mempunyai pengamatan yang tajam,13. dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu

yang panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diamati,

14. berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri,15. senang mencoba hal-hal baru,16. mempunyai daya abstraksi,

17. senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan-pemecahan masalah,

18. cepat menangkap hubungan sebab-akibat,19. berprilaku terarah pada tujuan,20. mempunyai daya imajinasi yang kuat,21. mempunyai banyak kegemaran (hobi),22. mempunyai daya ingat yang kuat,23. tidak cepat puas dengan prestasinya,24. peka (sensitif) dan menggunakan firasat

(intuisi), dan25. menginginkan kebebasan dalam gerakan

dan tindakan (Martinson,1974 dalam Widyastono, 2000).Selanjutnya Mooij,1991 dalam

Harjaningrum, 2007:122 juga menjelaskan bahwa anak-anak berbakat (gifted) ini mempunyai bidang minatan, propes berpikir, serta cara kerja yang berbeda dengan anak-anak lainnya. Akibat dari perbedaan pengetahuan atau karakteristik kognitifnya, maka ia juga memiliki minat dan motivasi yang berbeda dengan anak lain. Tapi, ada karakteristik khusus yang dimiliki anak berbakat yang harus kita perhatikan dalam rangka mengembangkan keberbakatan yang dimilinya, yaitu:

1. minat terhadap sauatu bidang akan senantiasa muncul dari dorongan motivasi internalnya, hal ini sulit diganti dengan penghargaan ekstra maupun hadiah,

2. perfeksionis3. mempunyai daya ingat yang kuat,4. sangat mandiri dan tidak mau

diikutcampuri5. keras kepala, sulit diberitahu,6. selalu mencoba-coba sendiri, dan sangat

sulit diajari (sangat didaktif),7. kemampuan metakognisi dan meta

analisis.Melihat karakteristik demikian diatas,

maka dalam memberi arahan pilihan bidang minatan, mau tidak mau kita harus mengikuti bidang minatanya, meberikan arahan agar bidang minat yang ditempuhnya biasa berada dalam alur yang benar.

3. Masalah dan Kebutuhan Siswa Belajar Cepat

Siswa yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan tinggi, tampaknya selalu dianggap tidak mempunyai masalah dalam pembelajaran disekolah karena ia mempunyai kecepatan belajar yang jauh melebihi teman

4

Page 5: TUGAS-TES 2 bitA

sebayanya. Namun demikian sebenarnya mereka juga mempunyai masalah berkaitan dengan pemenuhan kebutuhannya seperti siswa-siswa pada umumnya.

Sebagaimana anak pada umumnya, anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa mempunyai kebutuhan pokok akan pengertian, penghargaan, dan perwujudan diri. Apabila kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, mereka akan menderita kecemasan dan keragu-raguan. Jika minat,tujuan dan cara laku mereka yang berbeda dengan peserta didik pada umumnya, tidak memperoleh pengakuan, maka mereka walaupun memiliki kemampuan dan kecerdasan yang unggul akan mengalami kesulitan (Widyastono, 2000). Berikut ini adalah contoh beberapa masalah yang muncul dari sifat-sifat yang dimiliki oleh siswa berkemampuan dan kecerdasan luar biasa yang dikutip oleh Martinson,1974 :1. kemampuan berpikir kritis dapat mengarah

pada sikap meragukan (skeptis), baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain;

2. kemampuan kreatif dan minat untuk melakukan hal-hal yang baru, bisa menyebabkan mereka tidak menyukai atau lekas bosan terhadap tugas-tugas rutin;

3. prilaku yang ulet dan terarah pada tujuan, dapat menjurus ke keinginan untuk memaksakan atau mempertahankan pendapatnya;

4. kepekaan yang tinggi, dapat membuat mereka menjadi mudah tersinggung atau peka terhadap kritik;

5. semangat, keasingan mental, dan inisiatifnya yang tinggi, dapat membuat kurang sabar dan kurang tenggang rasa jika tidak ada kegiatan atau jika kurang tampak kemajuan dalam kegiatan yang sedang berlangsung;

6. dengan kemampuan dan minatnya yang beraneka ragam, mereka membutuhhkan keluwesan serta dukungan untuk dapat menjajaki dan mengembangkan minatnya;

7. keinginan mereka untuk mandiri dalam belajar dan bekerja, serta kebutuhannya akan kebebesan, dapat menimbulkan konflik karena tidak mudah menyesuaikan diri atau tunduk terhadap tekanan dari orang tua, sekolah, atau teman-temannya. Ia juga bisa merasa ditolak atau kurang dimengrti dengan lingkungannya.;

8. sikap acuh tak acuh dan malas, mengundang tantangan baginya.Selain itu, berdasar penelitian Herry

(1993), dalam Widyastono (2000), mereka juga suka mengganggu teman-teman sekitarnya, karena mereka lebih cepat memahami materi pelajaran yang diterangkan guru di depan kelas ketimbang teman-temannya. Dengan diterangkan sekali saja, mereka telah dapat menangkap maksudnya, sedangkan siswa yang lain masih perlu dijelaskan lagi; karena mereka mempunyai banyak waktu luang, sehingga apabila kurang diantisipasi oleh gurunya, akan digunakan untuk mengadakan altivitas sekehendaknya (usil) pada teman-teman sekitarnya. Sulaiman, (2001) menyebutkan bahwa salah satu cara yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan siswa berbakat ini adalah dengan memindahkan anak ke kelas yang lebih tinggi, jika dimungkinkan atau siswa waktu itu digunakan untuk membantu anak-anak lainnya, bahkan membantu gurunya sendiri.

Salah satu kesulitan anak berbakat dalam sekolah menurut Sulaiaman (2001), adalah anak mulai mengalami kesulitan dan kebencian terhadap sekolah pada saat sekolah berupaya untuk menempatkan anak tersebut di dalam pola rutunitas, dan tidak menempatkannya dengan suatu pertimbangan bahwa dirinya berbeda dari yang lain. Kita melihat bahwa pada umumnya anak-anak berbakat itu mula-mula pergi ke sekolah dengan semangat tinggi, tetapi mereka segera mengalami berbagai kesulitan ketika berhadapan dengan sistem persekolahan dan para guru, sehingga semangatnya pudar dan berangsur-angsur sirna hingga mencapai puncaknya berupa hilangnya semangat belajar dan keinginan ke sekolah secara total.

Kadang-kadang sebagian anak berbakat merasa tidak disukai oleh gurunya dengan superioritasnya, lalu mereka menyembunyikan keunggulanya itu dan menyibukkan diri dengan hal-hal yang tidak bermanfaat ketika guru menerangkan pelajaran. Selain itu sebagian guru memandang anak berbakat atau superior sebagai problem yang besar. Problem terbesar adalah adanya anak berbakat ini sebelum keberadaanya diketahui. Setelah dia diketahui, hanya sebagian kecil guru yang memberikan waktu dan perhatiannya kepada anak tersebut (Sulaiman,2001:10).

5

Page 6: TUGAS-TES 2 bitA

Anak berbakat (gifted) mempunyai karakteristik perfeksionis yang dapat memungkinkan ketidakfeksibelan terhadap perubahan. Daya ingat yang kuat dan mudah menerima sesuatu akan menyebabkan ia sangat bosan dan frustasi jika diberikan latihan berulang-ulang. Ia merupakan kelompok anak-anak yang sifatnya sebagai produser ide, sehingga akan sulit jika harus berposisi sebagai konsumer. Karenanya ia membutuhkan ruang gerak yang seluas-luasnya agar ia mampu mengaktualisasikan kebutuhannya, yaitu mengembangkan kreativitasnya (Harjaningrum, 2007:122).

Salah satu hal yang sangat menyulitkan dalam membimbing anak-anak berbakat dalam mengembangkan keberbakatanya tersebut, adalah dalam melakukan kegiatan ia akan lebih cenderung tergerak atas dasar motivasi internalnya, sulit disuruh apalagi dipakasa. Namun, jika ia mempunyai motivasi internal, motivasi tersebut sangat tinggi, sulit dihambat, dan ia akan melakukannya dengan komitmen yang sangat tinggi (Harjaningrum, 2007:123).

Penelitian Roe (1952) dan MacKinnon (1962) dalam (Munandar,1982:17) menyatakan bahwa tokoh-tokoh ilmuwan yang unggul dalam berbagai bidang, nyata bahwa ciri-ciri yang khas pada mereka adalah kebutuhan akan kebebasan dan sikap mandiri, yang nampak dari cara mereka dalam bekerja, sikap mereka dalam hubungan antar orang, serta kepuasan mereka dalam karir.

Problem anak berbakat atau superior dapat diatasi melalui penyusunan sejumlah kriteria untuk dirinya sendiri dan penetapan sejumlah agenda dengan pola yang sistematis. Hal itu akan membantunya dengan cepat dalam memahami aneka persoalan, dalam berbahasa dengan baik, dan dalam memahami persoalan-persoalan yang kompleks (Sulaiman,2001:22).

4. Pembelajaran bagi siswa-siswa cepat belajar

Pokok-pokok yang paling penting dalam merancang pendidikan untuk anak berbakat, menurut para ahli ialah (Callanger,1975 dalam Munandar,1982:9):1. seleksi dan training guru2. penyususunan kurikulum untuk anak

berbakat3. prosedur seleksi murid untuk

mengidentifikasi anak berbakat.

Seleksi dan training guru, merupakan hal yang penting untuk dilakukan, dengan demikian akan mempermudah dalam melakukan pengajaran bagi anak yang berkemampuan belajar cepat karena guru telah memahami karakteristik dan kebutuhan para siswa berkemampuan berbeda dengan siswa-siswa pada umumnya. Guru merupakan orang yang berpengaruh bagi siswa selama pembelajaran, sehingga guru juga harus mempunyai kemampuan yang sesuai agar dapat memenuhi kebutuhan siswa-siswa berbakat tersebut. Beberapa skill yang perlu dimiliki guru yang mengajar anak berbakat dari hasil penelitian Kathenelson dan Colley (1982) dalam (Akbar,1999) adalah mampu memahami kebutuhan anak berbakat, humoris, dapat membuat belajar sesuatu yang menyenangkan, ceria, sabar, intelegen, luwes, dan mendukung, serta bersikap respek pada mereka.

Simpati dan pemahaman guru sangat vital bagi anak berkemampuan dan berkecerdasan luar biasa (ABBLB) dalam upayanya untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin. Beberapa hal di bawah ini bisa dilakukan guru agar ABBLB merasa pasti menerima pengalaman pendidikan yang sesuai:1. guru menerima setiap siswa di kelas

sebagai individu yang memiliki kemampuan yang berbeda. Dengan pemahaman ini diharapkan jika dijumpai prilaku siswa yang mengindikasikannya sebagai ABBLB sebaiknya guru menyediakan program yang sesuai untuk diri ABBLB.

2. Kembangkan pusat siswa di kelas, sepatutnya keputusan apa saja yang diambil untuk siswa harus berdasarkan kebutuhan dirinya.

3. Kembangkanlah model instruksional yang dapat mengakomodasikan perbedaan individual yang ada di dalam kelas.

4. Ingatlah siswa ABBLB tidak lebih baik daripada siswa lain, mereka hanya “berbeda” di dalam kemampuan, kebutuhan dan minat-minatnya. Sebagai siswa, siswa ABBLB juga membutuhkan perhatian dan pengasuhan guru, sama dengan siswa lainnya yang ada dalam kelas. Kebutuhan mereka memang berbeda tetapi mereka tidak kurang pentingnya untuk diperhatikan di

6

Page 7: TUGAS-TES 2 bitA

bandingkan siswa lain yang kurang kemampuannya (Akbar,1999). Guru akselerasi adalah guru yang terbaik

berdasarkan kriteria tertentu seperti pengalaman mengajar, prestasi, tingkat pendidikan yang dipersyaratkan, dan telah dipersiapkan untuk mengajar siswa akselerasi. Adapun tipologi guru berdasarkan buku pedoman (Depdiknas: 2003) adalah guru yang berkarakter sebagai berikut, yaitu: (1) adil dan tidak memihak, (2) sikap koperatif demokratis, (3) fleksibel, (4) memiliki rasa humor, (5) menerapkan penghargaan dan pujian, (6) minat yang luas, (7) memberi perhatian pada masalah siswa, dan (8) penampilan dan sikap menarik (Nulhakim,2008).

Dalam merancang pendidikan untuk anak berbakat, juga dibutuhkan penyusunan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Widyastono (2000) menyatakan bahwa bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dapat berprestasi sesuai dengan potensinya, diperlukan pelayanan pendidikan yang berdiferensiasi, yaitu pemberian pengalaman pendidikan yang sesuai dengan kemampuan dan kecerdasan siswa; dengan menggunakan kurikulum yang berdiversifikasi, yaitu kurikulum standar yang diimprovisasi alokasi waktunya sesuai dengan kecepatan belajar siswa dan motivasi belajar siswa. Pelayanan pendidikan yang berdiferensiasi dengan menggunakan kurikulum yang diversifikasi dapat diimplementasikan melalui penyelenggaraan sistem percepatan kelas (akselerasi).

Kurikulum akselerasi adalah kurikulum nasional dan lokal yang dimodifikasi dengan penekanan pada materi esensial. Kurikulum akselerasi berdiferensiasi dengan memperhatikan empat dimensi yaitu dimensi umum, dimensi diferensiasi, dimensi nonakademis, dan dimensi suasana belajar. Struktur program sama dengan kelas reguler. Perbedaan terletak pada waktu penyelesaian yang lebih cepat (Nulhakim,2008).

Ketika program akselerasi diterapkan pada anak berbakat, maka hal ini cenderung lebih ditekankan pada kecepatan, berpindah materi dengan cepat. Program khusus diberikan untuk siswa dengan kemampuan khusus yang tergolong pandai, karena mereka memberikan kesempatan bagi siswa-siswa ini untuk menyelesaikan kurikulum lama dengan waktu yang lebih singkat di sekolah bila

dibandingkan dengan murid lain. Sejak siswa berprestasi dikumpulkan, kurikulum disusun dalam waktu yang singkat, mereka memiliki waktu dan kesempatan untuk mengeksplor minat pribadi mereka dan masuk lebih dalam ke dalam subjek yang mereka inginkan. Dengan kata lain, percepatan bagi siswa berprestasi didasarkan atas menyelesaikan dengan cepat kurikulum yang disusun, serta juga memberikan siswa kesempatan untuk bekerja secara bebas dengan materi yang lebih abstrak, kompleks, terbuka, memiliki banyak makna, dan bersifat ambigu (Tomlinson, 1996 dalam Finnan, 2000:9). Pengajaran mereka harus sesuai dan terintegrasi, mengikuti siswa untuk terlibat secara langsung dalam kegiatan yang menantang dan menyenangkan.

Pendekatan instruksional yang digunakan dalam akselerasi menyatakan secara tidak langsung langkah-langkah cepat pendidikan bagi siswa. Ketika diterapkan pada anak berbakat, penekanan pada kecepatan belajar merupakan hal yang penting. Penekanan percepatan belajar bagi anak berbakat, diasumsikan secara spesifik yaitu dengan merancang seperangkat keterampilan dan pengetahuan dimana semua siswa harus menunjukkan kemajuan dan hal itu merupakan pencapaian normal siswa dengan tipe tersebut untuk memahami pengetahuan yang telah dirancang (Finnan, 2000:22).

Tassel-Baska (1981 dalam Finnan, 2000:22) menyatakan bahwa Akselerasi berarti tidak lebih dari memungkinkan siswa untuk bergerak pada tingkat di mana mereka merasa nyaman dan unggul, daripada menghambat mereka untuk menyesuaikan diri dengan 'batas kecepatan' yang ditetapkan oleh rata-rata pelajar .

Di Indonesia penyelanggaraan kelas akselerasi juga sudah banyak diupayakan kerena hal tersebut merupakan salah satu bentuk penyediaan layanan bagi siswa. Dalam Nulhakim (2008) disebutkan bahwa Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Ditjen Manajemen Dikdasmen, Depdiknas menggulirkan program layanan khusus yaitu program percepatan belajar dari jenjang SD, SMP, dan SMA. Tujuan diselenggarakannya program adalah memberikan layanan pendidikan kepada siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa secara optimal. Adapun tujuan khususnya adalah: (a) Memberikan penghargaan kepada peserta

7

Page 8: TUGAS-TES 2 bitA

didik untuk dapat menyelesaikan program pendidikan secara lebih cepat sesuai potensinya, (b) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pembelajaran peserta didik, (c) Mencegah rasa bosan terhadap iklim kelas yang kurang mendukung berkembangnya potensi keunggulan peserta didik secara optimal, dan (d) Memacu mutu siswa untuk peningkatan kecerdasan spiritual, intelektual dan emosional secara seimbang.

Pokok penting dalam merancang pendidikan untuk anak berbakat yang ketiga adalah prosedur seleksi murid untuk mengidentifikasi anak berbakat. Menurut Munandar, 1982:9, secara umum dapat dibedakan dua pendekatan/ metode identifikasi anak berbakat:1. Identifikasi melalui pengetesan

(psikomotorik maupun prestasi belajar), yang meliputi dua tahap:a. Tahap “screening” yaitu pengetesan

masal dengan menggunakan tes kelompok

b. Tahap seleksi atau identifikasi dengan menggunakan tes individual yang memungkinkan pengukuran yang lebih tepat dan teliti.

2. Identifikasi melalui studi kasus yaitu memperoleh sebanyak mungkin informasi tentang anak yang diperkirakan berbakat dari sumber-sumber yang berbeda, misalnya dari guru, orang tua,teman sebaya atau dari anak itu sendiri. Untuk itu dapat disusun suatu daftar pertanyaan atau kuisioner atau checklist untuk diisi masing-masing sumber. Bahan-bahan tersebut dikumpulkan dan diserahkan pada suatu panitia seleksi atau pada kepala sekolah. Tabel dibawah ini menunjukkan prosedur-

prosedur identifikasi yang paling banyak digunakan (Gallagher,1975) dengan perbandingan antara presentase prosedur yang digunakan dan presentase prosedur yang dianjurkan.

Tabel 4.1 Prosedur yang Digunakan dan yang Dianjurkan dalam Identifikasi Murid Berbakat (Program Ilnois)

Prosedur IdentifikasiPersen diguna

kan

Persen dianjurkan

Observasi dan nominasi oleh guru

93 75

Tes prestasi sekolah kelompok

Tes intelegensi kelompok

Prestasi yang dicapai (termasuk nilai-nilai sekolah )

Tes integensi individual

Tes kreativitas

87

87

56

23

14

74

65

78

90

74

Jadi prosedur identifikasi yang dianjurkan oleh para ahli ialah (dalam urutan frekuensi):

1. Tes intelegensi individual (90%)2. Prestasi yang dicapai (78%)3. Observasi dan nominasi guru (75%)

Sedangkan prosedur yang dalam kenyataan paling banyak digunakan ialah:

1. Observasi dan nominasi guru (93%)2. Tes prestasi sekolah kelompok (87%)3. Tes intelegensi kelompok (87%)Tes intelegensi saja sebenarnya tidak

memungkinkan untuk mengidentifikasi murid-murid yang mempunyai bakat unggul untuk mengungkapkan kreatifitas anak berbakat. Salah satu ciri anak berbakat adalah kreatifitas yang sangat tinggi dibandingkan dengan siswa lainnya, oleh karena itu diperlukan tes kreatifitas disamping tes intelegensi karena pada umumnya tes intelegensi tidak memancing jawaban-jawaban yang imajinatif, iriginal dan unik.

Beberapa penelitian menunjukkan apabila seleksi anak berbakat terbatas pada mereka yang mempunyai IQ diatas 130, maka sebagian besar dari mereka yang mempunyai bakat kreatif tidak akan termasuk (Torrance,1961 dalam Munandar, 1982:14). Selain itu menurut teori ambang intelegensi MacKinnon, 1966, sampai batas intelegensi tertentu (diperkirakan diatas 120) untuk hubungan antara intelegensi dan keratifitas cukup kuat, tetapi diatasnya tidak lagi. Dengan perkataan lain, tidak semua orang yang mempunyai intelegensi yang tinggi, juga tergolong kreatif. Oleh karena itu dalam melakukan identifikasi anak berbakat perlu diperhatikan banyak faktor dan dibutuhkan ketelitian serta kecermatan dari pendidik agar tidak salah dalam melakukan identifikasi awal.

8

Page 9: TUGAS-TES 2 bitA

Berdasarkan kreteria identifikasi yang telah disebutkan diatas mana alat-alat ukur yang digunakan untuk mengidentifikasi anak berbakat tergantung dari kemampuan atau ciri-ciri apa yang dinilai penting dimiliki oleh anak berbakat. Apabila yang diinginkan ialah anak berbakat yang berprestasi tinggi di sekolah, maka digunakan tes prestasi belajar untuk menjaring anak berbakat. Jika IQ 130 ditentukan sebagai patokan anak berbakat, maka seleksi haruslah berdasarkan tes intelegensi. Apabila kreativitas juga dipandang dimensi yang penting pada anak berbakat, maka tes kreativitas diikut sertakan sebagai alat seleksi. Disamping penilaian dari faktor kognitif anak, perlu diperhatikan pula faktor-faktor non-intelektual pada anak, seperti minat, sikap belajar, dan sebagainya (Munandar,1982:13).

Dalam penyelenggaraan sistem percepatan (akselerasi), Widyastono (2000), menyatakan bila pendidikan bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dikembangkan untuk mencapai keunggulan dalam keluaran (output) pendidikannya, maka untuk mencapai keunggulanya tersebut, sedikitnya terdapat 8 faktor lainnya yang perlu diarahkan untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut. Faktor-faktor itu meliputi: (1) masukan (input,intake), (2) kurikulum, (3) tenaga kependidikan, (4) sarana dan prasarana, (5) dana, (6) manajemen, (7) lingkungan, dan (8) proses belajar mengajarkan yang secara diagramatis dapat digambarkan seperti di bawah ini.

Gambar 4.1 Bagan Faktor-Faktor Penyelenggaraan Sistem Percepatan (Akselerasi)

Pertama, masukan (input,intake) siswa diseleksi secara ketat dengan menggunakan

kreteria tertentu dan prosedur yang dapat dipertanggungjawabkan. Kreteria yang digunakan adalah prestasi belajar,skor psiko-tes dan kesehatan dan kesemaptaan jasmani jika diperlukan.

Kedua, kurikulum yang digunakan adalah kurikulum nasional yang standar, namun dilakukan improvisasi alokasi waktunya sesuai dengan tuntutan belajar peserta didik yang memiliki kecepatan belajar dan motivasi belajar siswa seusianya.

Ketiga, tenaga kependidikan, karena siswa memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa, maka tenaga kependidikan yang menanganinyapun terdiri atas tenaga kependidikan yang unggul, baik dari segi penguasaan materi pelajaran, penguasaan metode mengajar, maupun komitmen dalam melaksanakan tugas.

Keempat, sarana-prasarana yang menunjang, yang disesuaikan dengan kemampuan dan kecerdasan siswa, sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan belajar serta menyalurkan kemampuan dan kecerdasannya, termasuk bakat dan minatnya, baik dalam kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler.

Kelima, dana. Untuk menunjang tercapainya tujuan yang telah ditetapkan perlu adanya dukungan dana yang memadai, termasuk perlu disediakan insentif tambahan bagi tenaga kependidikan yang terlibat berupa uang ataupun fasilitas lainnya.

Keenam, manajemen, bersangkut paut dengan strategi dan implementasi seluruh sumberdaya yang ada dalam sistem sekolah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, bentuk manajemen pada sekolah dengan sistem percepatan kelas harus memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi, realistis, dan berorientasi jauh kedepan. Dengan demikian pengelolaanya didasari oleh komitmen, ketekunan, pemahaman yang sama,kebersamaan antara semua pihak yang terlibat dalam kegiatan ini.

Ketujuh, lingkungan belajar yang kondusif untuk berkembangnya potensi keunggulan menjadi keunggulan yang nyata, baik lingkungan dalam arti fisik maupun social psikologis di sekolah, masyarakat dan di rumah.

Kedelapan, proses belajar mengajar yang bermutu dan hasilnya selalu dapat dipertanggungjawabkan (accountable) kepada

9

Proses belajar mengajar

kurikulum

Tenaga kependidikan

Sarana prasarana

Dana

manajement

input output

siswa lulusan

lingkungan

Page 10: TUGAS-TES 2 bitA

siswa, orang tua, lembaga maupun masyarakat.

Prinsip-prinsip belajar akselarasi menurut Dave Meier (Pusdiklat Depdiknas, 2008) menulis beberapa prinsip pokok pembelajaran akselerasi, yaitu:1. Adanya keterlibatan total pembelajar

dalam meningkatkan pembelajaran.2. Belajar bukanlah mengumpulkan

informasi secara pasip, melainkan menciptakan pengetahuan secara aktif.

3. Kerjasama diantara pembelajar sangat membantu meningkatkan hasil belajar.

4. Belajar berpusat aktivitas sering lebih berhasil daripada belajar berpusat presentasi.

5. Belajar berpusat aktivitas dapat dirancang dalam waktu yang jauh lebih singkat daripada waktu yang diperlukan untuk merancang pengajaran dengan presentasi.

5. Bentuk program dan layanan bagi siswa cepat belajar

Layanan khusus bagi siswa cepat belajar merupakan hal penting karena akan membantu mereka memaksimalkan kemampuannya. Hal tersebut dapat digunakan untuk mengindari siswa-siswa berbakat berprestasi di bawah potensinya “ under achiever”. Layanan khusus tersebut diupayakan agar dapat memenuhi kebutuhan siswa berbakat dengan kegiatan-kegiatan yang lebih menantang, khusus dan menyenangkan sehingga mereka tetap berminat mengikuti pelajaran, tidak merasa bosan dan acuh terhadap pelajaran-pelajaran disekolah.

Clark (1983), dalam Widyastono (2000) menyatakan bahwa terdapat tiga jenis program yang banyak dilaksanakan untuk siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa, yaitu:1. Sistem pengayaan, yakni pembinaan siswa

yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat pendalaman, setelah yang bersangkutan menyelesaikan tugas-tugas yang diprogramkan untuk anak-anak lainnya.

2. Sistem percepatan, yaitu pembinaan siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dengan memperbolehkan yang bersangkutan naik kelas secara meloncat (eksaltasi), atau menyelesaikan program

regular dalam jangka waktu yang lebih singkat (akselerasi).

3. Pengelompokan khusus, yakni pembinaan siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dengan cara yang bersangkutan dikumpulkan dan diberi kesempatan secara khusus sesuai dengan potensinya. Pengelompokan biasanya didasarkan pada kemampuan dan kecerdasan, dan dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk antara lain: (a) kelas khusus, (b) sekolah khusus, (c) pertemuan khusus, sebelum dan sesudah jam sekolah, sera (d) program di luar kelas reguler diluar jam belajar.Hawadi (2004) dalam Nulhakim (2008)

menyatakan bahwa sebagai layanan, akselerasi pada setiap tahap pendidikan berarti loncatan kelas/tingkat yang lebih tinggi dari masa studi normal. Dan sebagai kurikulum, akselerasi berarti mempercepat bahan ajar dari yang biasa disampaikan kepada kelas regular sehingga peserta didik (akseleran) akan menguasai banyak pengalaman belajar dalam waktu yang sedikit.

Selain itu Schiever and Maker (1991) dalam Finnan (2000:24) menyatakan bahwa terdapat dua model pembelajaran akselerasi yaitu model kurikulun akselerasi dan model pelayanan. Terdapat perbedaan yang jelas diantara kedua model tersebut: model pelayanan difokuskan dalam identifikasi dan penempatan siswa di dalam program yang telah tersedia, sedangkan model kurikulum disesuaikan untuk menemukan kebutuhan pembelajaran individual.1. Akselerasi Model Pelayanan, menawarkan

pada siswa berbakat pengalaman pendidikan yang sama seperti semua siswa, tetapi siswa berbakat menerimanya lebih awal, pada usia yang lebih muda atau kelas yang lebih rendah. Model ini merupakan model akselerasi yang umumnya di ketahui orang. Siswa diidentifikasi untuk program pelayanan ini karena usia mereka jauh dari kawan sebayanya dan telah menunjukkan kemajuan kecerdasan. Program ini tepat sekali bagi sekolah karena mereka tidak butuh menawarkan program-program alternatif, tetapi mereka dianggap gagal menyediakan kurikulun individual untuk pembelajar yang berbakat. Model pelayanan ini menyediakan kurikulum standar, tetapi menyediakannya labih awal.

10

Page 11: TUGAS-TES 2 bitA

Beberapa program yang termasuk model pelayanan ini adalah: masuk sekolah lebih awal, kelas loncatan, dan mata pelajaran akselerasi.

Masuk sekolah lebih awal dan kelas loncatan (Early entry to school and Grade skipping), merupakan praktik akselerasi yang umum diketahui. Masuk sekolah labih awal khusus memberikan pilihan bagi siswa ketika fakta yang ada menujukkan bahwa siswa tersebut dua tahun atau lebih melebihi usia kawan sebayanya. Pilihan ini diperkenankan untuk masuk lebih awal di sekolah Taman Kanak-Kanak atau Sekolah Dasar. Kelas Loncatan (grade skipping), mengijinkan siswa untuk meloncat ke kelas yang lebih tinggi. Pilihan ini memperkenankan penyelesaian tugas dalam jumlah“normal” kurang dari waktu “normal” yang dibutuhkan. Siswa menyadari bahwa untuk mengikuti loncatan kelas, secara umum kemampuan akademik harus berada diatas rata-rata dan mampu menunjukkan kemajuan pembelajaran. Proctor, Black dan Feldhusen (1986) merekomendasikan untuk memperhatikan intelektual siswa dan perkembangan sosial atau emosional sesuai dengan tingkat akademik dalam memilih program ini. Akselerasi melalui dua program ini, dikenal sebagai akselerasi total, tidak mempunyai dampak bagi sekolah dan kultural kelas karena memberikan akomodasi kebutuhan individual. Guru biasanya mengambil inisiatif untuk mengumpulkan bukti dengan berkomunikasi dengan orang tua siswa, guru-guru lain, dan kepala sekolah untuk konsultasi. Bukti seperti skor tes prestasi, tes intelegensi, dan demonstrasi kemampuan siswa, diikuti dengan wawancara siswa dan orang tua, untuk membantu menentukan anak untuk mengikuti akselerasi.

Mata pelajaran akselerasi (Subject Matter And Content Acceleration), program ini disebut juga akselerasi parsial, atau menempatkan anak dalam tingkat yang lebih tinggi untuk satu atau dua matapelajaran berdasarkan kemampuan khusus dan kebutuhan mereka. Sebagai contoh, siswa kelas satu mempunyai kamajuan yang tinggi pada pelajaran matematika dan IPA mungkin dapat mengikuti rangkaian pelajaran dengan

siswa kelas tiga. Secara umum, tipe akselerasi ini terjadi pada siswa berbakat yang telah menguasai isi pelajaran yang masih dipelajari oleh kawan sebayanya.

2. Akselerasi Model Kurikulum, merupakan pembelajaran bagi siswa berbakat lebih mendekati pembelajaran kebutuhan dan karakteristik individu siswa dibandingkan dengan akselerasi model pelayanan. Kelas regular memberikan seting yang sesuai untuk akselrasi model kurikulum ini, dan setingnya membuatnya mungkin menggabungkan siswa yang tidak teridentifikasi sebagai siswa berbakat. Model ini mempercepat langkah-langkah dimana kurikulumnya meliputi beberapa siswa. Berikut ini contoh beberapa kurikulum akselerasi:

Pemadatan kurikulum, atau “membeli” waktu bagi siswa untuk memperluas pembelajaran mereka.Kemajuan yang berkelanjutan, atau menentukan level kesiapan dan menyediakan materi yang sesuai dengan lavel siswa tersebut.Telescoping, atau menjadikan isi pelajaran yang ditempuh selama dua tahun menjadi satu tahun.Self-pacing, atau menyediakan kesempatan bagi setiap individu siswa untuk bekerja menyelesaikan isi pelajaran dengan langkah-langkah mereka sendiri, dimana dalam kasus siswa anak berbakat, hal ini menjadi bisa lebih cepat dibandingkan anak umumnya.

Strategi kurikulum dalam akselerasi untuk siswa berbakat dan bertalenta bersifat lebih diagnostik pada karakteristik individual siswa dan kebutuhan belajarnya. Strategi ini, secara administratif lebih sulit dan membutuhkan waktu yang lebih banyak, dan tidak bekerja seperti pendekatan loncatan kelas atau matapelajaran akselerasi. Model akselerasi kurikulum ini kurang banyak diketahui orang jika dibandingkan dengan akselerasi model pelayanan. Aplikasi ini kurang tersebar untuk semua siswa, karena strategi ini sepertinya memanfaatkan siswa lebih luas.

Pamadatan kurikulum, merupakan pengaturan kurikulum oleh karena itu siswa

11

Page 12: TUGAS-TES 2 bitA

tidak menghabiskan waktu untuk membahas materi pelajaran yang telah mereka kuasai. Siswa dapat di tes tentang apa yang telah mereka ketahui. Bentuk “pemadatan” dimulai dari ide bahwa siswa berbakat telah menguasai suatu materi dalam waktu yang singkat. Pemadatan kurikulum ini “ membeli” waktu siswa untuk bergerak lebih cepat melewati kurikulum reguler atau belajar hal yang disukai lebih mendalam. Strategi ini membutuhkan beberapa tes diagnostik yang dilakukan oleh guru dan rencana, bersama-sama siswa untuk menemukan pengalaman belajar yang sesuai. Pada bagian siswa, strategi ini mebutuhkan keterampilan belajar mandiri, komitmen siswa pada tugas, dan motivasi. Strategi ini dapat bekerja dengan baik dalam seting kelas sumber dan dapat juga digubakan di dalam seting kelas reguler.

Kurikulum telescoping, merupakan kurikulum dimana siswa menyelesaikan tahun rangkaian studinya dalam waktu yang lebih singkat daibandingkan waktu normal yang diharapkan. Contohnya, seorang siswa mungkin menyelesaikan rangkaian pelajaran aljabar dalam waktu dua atau tiga bulan , maka siswa tersebut di ijinkan untuk mengikuti kurikulum matematika yang lebih tinggi. Strategi ini juga membutuhkan fleksibilitas administratif; siswa yang telah masuk ke bagian lain yang lebih tinggi tidak dapat dengan mudah masuk kelas dan bagian rangkaian matapelajaran., mereka membutuhkan motivasi yang kuat dan keterampilan mandiri untuk menjadi sukses (Finnan,2000:26).

King (1996) memuat beberapa model pembelajaran untuk siswa berbakat dengan beberapa pendekatan, yaitu: (1) loncat kelas (grade skipping), (2) percepatan penempatan individual atas beberapa mata pelajaran (advanced placement or accelerated pacing for individual subject areas), (3) masuk sekolah lebih awal (early entrance to school or collage), (4) pembelajaran beberapa program mata kuliah pada sekolah di atasnya (enrollment in college courses while still high school), dan (5) program belajar khusus seperti kelas musim panas dan sejenisnya (special fast-paced courses: classroom, summer, or correspondence).

Terdapat tiga model praktik penyelenggaraan program percepatan belajar yang dikenalkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Ditjen Manajemen Dikdasmen, Depdiknas (2003) dalam Nulhakim (2008), yaitu: (1) model kelas reguler dengan cluster dan atau pull out, (2) model kelas khusus, dan (3) model sekolah khusus. Pada sekolah-sekolah di Indonesia yang telah diberikan izin membuka layanan program akselerasi, pada umumnya lebih banyak menggunakan model kelas khusus yakni pengelompokkan akseleran pada kelas tersendiri yang terpisah dengan kelas regular, dimana proses pembelajaran siswa akselerasi sama dengan siswa regular. Jika peserta didik akselerasi dikumpulkan dalam satu kelas tersendiri maka guru dan siswa dapat menerapkan berbagai strategi belajar. Ciri dominan proses belajar yang khas pada siswa akselerasi adalah pembelajaran individual atau mandiri lebih kontras dilaksanakan daripada siswa reguler.

Sejalan dengan itu menurut Clark (1983) dalam Direktorat Pendidikan Luar Biasa (2006) membedakan bentuk dan penyelenggaraan program percepatan belajar menjadi 3 yaitu: 1. Kelas Reguler, di mana siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa tetap berada bersama-sama dengan siswa lainnya di kelas regular (model inklusif); Bentuk penyelenggaraan pada kelas reguler dapat dilakukan dengan model sebagai berikut:

a. Kelas reguler dengan kelompok (cluster), Siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar bersama siswa lain (normal) di kelas reguler dalam kelompok khusus.

b.kelas reguler dengan pull out, siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar bersama siswa lain (normal) di kelas reguler namun dalam waktu- waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber (ruang khusus) untuk belajar mandiri, belajar kelompok, dan/atau belajar dengan guru pembimbing khusus.

c. Kelas reguler dengan cluster dan pull out, siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar bersama siswa lain (normal) di kelas reguler dalam kelompok khusus, dan dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari

12

Page 13: TUGAS-TES 2 bitA

kelas reguler ke ruang sumber (ruang khusus) untuk belajar mandiri, belajar kelompok, dan/atau belajar dengan guru pembimbing khusus.

2. Kelas Khusus, di mana siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar dalam kelas khusus.3. Sekolah Khusus, di mana semua siswa yang belajar di sekolah ini adalah siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

Mekanisme penyelenggaraan bagi sekolah yang telah diberikan izin adalah dimulai dengan rekrutmen siswa berdasarkan kriteria-kriteria informasi objektif maupun subjektif. Informasi objektif diperoleh melalui hasil nilai rapor dan ujian nasional pada pendidikan sebelumnya, tes potensi akademik, dan tes psikologi. Sedangkan informasi subjektif bersumber pada keinginan peserta didik, nominasi dari teman sebaya, orang tua, dan guru.

Standar kualifikasi (output) yang diharapkan dapat dihasilkan melalui akselerasi (Depdiknas, 2003) dalam Nulhakim (2008), adalah siswa yang memiliki kemampuan-kemampuan unggul, yaitu: (a) kualifikasi perilaku kognitif: daya tangkap cepat, mudah dan cepat memecahkan masalah, dan kritis; (b) kualifikasi perilaku kreatif: rasa ingin tahu, imaginatif, tertantang, berani ambil resiko; (c) kualifikasi perilaku keterikatan pada tugas: tekun, bertanggungjawab, disiplin, kerja keras, keteguhan, dan daya juang; (d) kualifikasi perilaku kecerdasan emosi: pemahaman diri sendiri, pemahaman terhadap orang lain, pengendalian diri, penyesuaian diri, harkat diri, dan berbudi pekerti luhur; dan (e) kualifikasi perilaku kecerdasan spiritual: pemahaman apa yang harus dilakukan siswa untuk mencapai kebahagiaan bagi diri dan orang lain.

6. Penerapan layanan siswa cepat belajar dalam pembelajaran biologi

Berdasarkan beberapa bentuk program layanan belajar bagi siswa yang mempunyai kemampuan belajar cepat yeng telah diterangkan pada bagian sebelumnya, semua program tersebut pada dasarnya dapat

diterapkan pada semua pelajaran termasuk biologi. Namun ketika penerapanya dibatasi untuk suatu pelajaran seperti biologi, maka hanya ada beberapa program yang mungkin dapat dilaksanakan. Program-program yang mungkin dapat diterapkan antara lain; sistem pengayaan, pengelompokan khusus seperti kelas reguler dengan kelompok cluster, kelas reguler dengan pull out ataupun kelas reguler dengan pull out dan cluster, kemudian juga beberapa program lain seperti Mata pelajaran akselerasi (Subject Matter And Content Acceleration), serta program dari akselerasi model Kurikulum seperti sistem kemajuan yang berkelanjutan, serta Self-pacing.

Sistem pengayaan, yakni pembinaan siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat pendalaman, setelah yang bersangkutan menyelesaikan tugas-tugas yang diprogramkan untuk anak-anak lainnya. Berdasarkan pengertian tersebut maka program ini sesuai jika diterapkan di dalam pembelajaran biologi antaupun matapelajaran lainnya, karena dengan sistem pengayaan ini tidak membutuhkan proses administratif sekolah yang khusus dan dapat diterapkan sebagai sistem pelayanan di dalam kelas.

Pengayaan sebagai salah satu bentuk layanan bagi siswa cepat belajar, merupakan cara yang paling mudah diterapkan dan lebih bersifat personal kepada siswa mengingat bahwa tidak semua siswa berbakat dapat menerima semua pelajaran dengan cepat pula. Misalnya, seorang siswa hanya dapat menerima pelajaran tertentu saja seperti biologi karena disamping ia memang tergolong siswa yang diatas rata-rara juga karena faktor kesukaannya terhadap pelajaran tersebut, maka ia tidak dapat dipaksa untuk mengikuti program akselerasi dengan kelas eksaltasi (loncatan), karena ia hanya ahli dalam satu bidang bukan pada semua matapelajaran.

Program akselerasi dengan pengelompokan khusus seperti kelas reguler dengan kelompok cluster, kelas reguler dengan pull out ataupun kelas reguler dengan pull out dan cluster juga dapat diterapkan untuk siswa yang cepat belajar dalam beberapa pelajaran saja seperti siswa yang cepat belajar dalam pelajaran biologi. Melalui program ini siswa yang cepat belajar biologi juga akan

13

Page 14: TUGAS-TES 2 bitA

mendapatkan pelayanan kebutuhannya untuk memahami lebih dalam bahasan biologi yang lebih luas dibandingkan teman-temannya, disamping itu siswa tersebut juga tidak perlu membuang banyak waktu untuk membahas materi yang telah ia kuasai lebih awal.

Pemadatan kurikulum, atau “membeli” waktu bagi siswa untuk memperluas pembelajaran mereka. Dalam program ini kurikulum diatur agar siswa tidak menghabiskan waktu untuk membahas materi pelajaran yang telah mereka kuasai. Ketika program ini diterapkan dalam pembelajaran biologi maka, dari pihak sekolah telah mepersiapkan kurikulum yang sesuai dan dapat langsung diterapkan jika telah teridentifikasi siswa-siswa yang cepat belajar biologi. Dalam penyusunan kurikulum khusus ini juga perlu diperhatiakan tingkat kedalam materi ajar serta model-model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa berbakat. Perlu diingat bahwa salah satu karakteristik siswa berkemampuan diatas rata-rat adalah senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan-pemecahan masalah, serta cepat menangkap hubungan sebab-akibat dan senang melakukan hal-hal baru, maka model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pelajaran biologi seperti pembelajaran berbasis proyek ataupun PBL (Problem Based Learning).

PBL (Project based Learning/ Pembelajaran Berbasis Proyek) merupakan metoda belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. PBL dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan pelajar dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya (Purnawan,2007). Di dalam model pembelajaran berbasis proyek dalam pelajaran biologi, memungkinkan siswa belajar cepat melakukan hal-hal baru, serta memberikan kebebasan kepada mereka untuk mengekplor ide serta kreatifitas tinggi yang mereka miliki. Beberapa kebutuhan berdasarkan karakteristik siswa berbakat ini dapat terpenuhi dalam model pembelajaran ini. Kreatifitas dan rasa tanggung jawab yang tinggi sangat ditekankan dalam pembelajaran berbasis proyek ini, hal tersebut merupakan komponen yang sesuai jika diterapkan pada siswa berbakat mengingat karakteristiknya

memiliki kreatifitas serta rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap hal-hal yang diminati.

Program lain seperti Mata pelajaran akselerasi (Subject Matter And Content Acceleration), juga sesuai jika diterapkan dalam pembelajaran biologi. Program ini disebut juga akselerasi parsial, atau menempatkan anak dalam tingkat yang lebih tinggi untuk satu atau dua matapelajaran berdasarkan kemampuan khusus dan kebutuhan mereka. Sebagai contoh, siswa kelas satu mempunyai kamajuan yang tinggi pada pelajaran matematika dan IPA mungkin dapat mengikuti rangkaian pelajaran dengan siswa kelas tiga. Secara umum, tipe akselerasi ini terjadi pada siswa berbakat yang telah menguasai isi pelajaran yang masih dipelajari oleh kawan sebayanya (Finnan,2000:26). Akselerasi ini mungkin dilakukan pada siswa yang cepat belajar pada pelajaran-pelajaran tertentu seperti jika siswa tersebut cepat menerima pelajaran biologi. Dalam pelaksanan program ini juga dibutuhkan kefleksibelan administratif sekolah, dimana sekolah seharusnya memberikan keluluasaan kepada siswa berbakat untuk dapat mengikuti pelajaran pada kelas yang lebih tinggi.

Kemajuan yang berkelanjutan, atau menentukan level kesiapan dan menyediakan materi yang sesuai dengan lavel siswa tersebut. Sistem ini juga sangat menunjang jika diterapkan dalam pembelajaran biologi ataupun matapelajaran lainnya. Dalam program ini siswa berbakat mendapatkan materi pelajaran yang sesuai dengan kemampuannya dan tidak dipaksakan mengikuti pencapaian siswa lainnya. Program ini merupakan suatu bentuk layanan individu bagi siswa belajar cepat.

Program akselerasi selanjutnya yang dapat diterapkan dalam pembelajaran biologi adalah Self-pacing, atau menyediakan kesempatan bagi setiap individu siswa untuk bekerja menyelesaikan isi pelajaran dengan langkah-langkah mereka sendiri, dimana dalam kasus siswa anak berbakat, hal ini menjadi bisa lebih cepat dibandingkan anak umumnya. Program ini sangat sesuai dengan karakteristik siswa berbakat yaitu keinginannya untuk mandiri dalam belajar dan bekerja, serta kebutuhannya akan kebebasan dapat terakomodasi melalui program ini. Siswa berbakat diberikan kebebasan untuk menentukan langkah-langkah belajarnya

14

Page 15: TUGAS-TES 2 bitA

sendiri sehingga ini juga akan merangsang kreativitas, serta rasa tanggung jawab yang tinggi akan dirinya serta terhadap bidang pelajaran yang disukai dan diminatinya. Dengan diterapkannya program self-pacing ini diharapkan dapat meminimalkan masalah kecenderungan siswa berbakat yang lekas bosan dengan tugas-tigas rutin karena dalam program ini siswa diberikan kebebasan dalam memahami serta menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya.

Dengan diterapkannya program akselerasi maka siswa mendapatkan beberapa keuntungan. Menurut Nulhakim ,2008 keuntungan tersebut antara lain; dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas belajar, memberikan penghargaan atas kemampuannya yang tinggi, menghemat waktu dan biaya, mempercepat untuk berkarir di dunia kerja, dan mereduksi underachievement.

Sejalan dengan itu Fadli (2010) menyatakan keuntungan penerapan program akselerasi antara lain; menciptakan imajinasi kreatif siswa, membuat siswa terlibat total, menciptakan lingkungan belajar yang sehat, mempercepat dan memperkaya belajar, meningkatkan daya ingat dan performa, memepercepat proses rancangan belajar, membangun masyarakat belajar yang efektif serta meningkatkan penggunaan teknologi dalam pembelajaran.

7. Kesimpulan

Bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dapat berprestasi sesuai dengan potensinya, diperlukan pelayanan pendidikan yang berdiferensiasi, dengan menggunakan kurikulum yang berdiversifikasi.Layanan khusus bagi siswa cepat belajar merupakan hal penting karena akan membantu mereka memaksimalkan kemampuannya. Hal tersebut dapat digunakan untuk mengindari siswa-siswa berbakat berprestasi di bawah potensinya “ under achiever”.Pokok-pokok yang paling penting dalam merancang pendidikan untuk anak berbakat, menurut para ahli ialah seleksi dan training guru, penyususunan kurikulum untuk anak berbakat, prosedur seleksi murid untuk mengidentifikasi anak berbakat.

Terdapat tiga jenis program yang banyak dilaksanakan untuk siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa, yaitu: Sistem pengayaan, sistem percepatan dan pengelompokan khusus. Berdasarkan beberapa bentuk program layanan belajar bagi siswa yang mempunyai kemampuan belajar cepat terdapat beberapa program yang mungkin dapat dilaksanakan dalam pembelajaran biologi yaitu; sistem pengayaan, pengelompokan khusus seperti kelas reguler dengan kelompok cluster, kelas reguler dengan pull out ataupun kelas reguler dengan pull out dan cluster, kemudian juga beberapa program lain seperti Mata pelajaran akselerasi (Subject Matter And Content Acceleration), serta program dari akselerasi model Kurikulum seperti sistem kemajuan yang berkelanjutan, serta Self-pacing.Keuntungan penerapan program akselerasi antara lain; menciptakan imajinasi kreatif siswa, membuat siswa terlibat total, menciptakan lingkungan belajar yang sehat, mempercepat dan memperkaya belajar, meningkatkan daya ingat dan performa, memepercepat proses rancangan belajar, membangun masyarakat belajar yang efektif serta meningkatkan penggunaan teknologi dalam pembelajaran.

8. Daftar Rujukan

Akbar, Reni dan Hawadi.1999. Anak Berkemampuan dan Berkecerdasan Luar Biasa. Suara Guru No.8/1999.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa.2006. Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar Bagi Siswa Berbakat Akademik.(online),(http://www.ditplb.or.id/profile.php?id=35l, diakses tanggal 19 Desember 2010)

Fadli. 2010. Pembelajaran Akselerasi (Accelerates Learning ).(online), (http://fadlibae.wordpress.com/2010/03/24/pembelajaran-akselerasi-accelerated-learning/, diakses tanggal 19 Desember 2010)

15

Page 16: TUGAS-TES 2 bitA

Finnan, Christine R.2000. Accelerating the learning of all students. United States of America:Westview Press.

Harjaningrum, Tri A et al.2007. Peranan Orang Tua dan Praktisi Dalam Membantu Tumbuh Kembang Anak Berbakat melalui Pemahaman Teori dan Tren Pendidikan. Jakarta: Prenada.

King, Valorie (ed).1996. Academic Acceleration: What is it?, (online), (http://www.hoagiesgifted.org/accademic_acceleration htm#3., diakses tanggal 19 Desember 2010)

Nulhakim, T. Rusman.2008. Program Akselerasi Bagi Siswa Berbakat Akademik, (online),( www.depdiknas.go.id/publikasi/balitbang/074/j74_07.pdf, diakses tanggal 19 Desember 2010)

Munandar, Utami.1982. Pemanduan Anak Berbakat Suatu Studi Penjajakan. Jakarta: CV.Rajawali.

Purnawan, Yudi.2007. Pengenalan PBL (Pembelajaran Berbasis Proyek). (online),( http://yudipurnawan.wordpress.com/2007/11/17/pengenalan-pbl/, diakses tanggal 19 Desember 2010)

Pusdiklat Depdiknas. 2006. Strategi Kognitif. (online),( http://www. Pusdiklatdepdiknas.net., diakses tanggal 19 Desember 2010)

Sulaiman, Ali. Tanpa tahun. Anak berbakat: bagaimana mengetahui dan membinanya. Terjemahan Syihabuddin.2001. Jakarta: Gema Insani Press.

Widyastono, Herry.2000.Sistem Percepatan Kelas (Akselerasi) bagi Siswa yang Memiliki Kemampuan dan Kecerdasan Luar Biasa. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No.026 Tahun Ke-6, Oktober 2000.

16