tugas teknik tegangan tinggi pak baso
TRANSCRIPT
BAB I
PEMBAHASAN
1.1. Pengujian Tegangan Tinggi pada Isolator dan Bushing
1.1.1. Pengujian Tegangan Tinggi pada Isolator
a. Pengujian Mutu Isolasi
1. Pengujian Mutu Isolasi pada arus bolak-balik
Pengujian dengan arus bolak-balik mempunyai dua permasalahan penting
yaitu :
a) Karena prosentasi besar arus isolasi kedua-duanya antara isolasi baik
isolasi marginal sama-sama bersifat kapasitif
b) Isolasi yang baik akan mempunyai nilai yang mendekati atau
mempunyai nilai yang sama pada waktu pengukuran AC pada isolasi
yang buruk. Oleh karena itu, tidak memungkinkan untuk mengevalusai
mutu dari isolasi dengan pengkuran AC. Sebagai catatan bahwa jika
isolasi sangat tidak baik maka akan sangat jelas perbedaan yang sangat
tinggi sehingga bisa diidentifikasi.
Tes dengan pengukuran ini memerlukan arus yang besar sehingga
memerukan suatu instrumen tes yang besar juga. Ini menyebabkan tes dengan
arus bolak-balik menjadi semakin sulit dibandingkan pengujian DC.
1
Meskipun adanya permasalahan ini, banyak pabrikan menggunakan
pengukuran AC untuk menguji peralatan mereka.
2. Pengujian Mutu Isolasi pada arus DC
Beberapa studi sudah menunjukkan bahwa pengujian DC pada
tegangan yang sangat tinggi akan menyebabkan kerusakan isolasi
dengan melihat dua pertimbangan:
a) Lonjakan tegangan yang sangat tinggi akan (menciptakan dVdt
yang sangat besar) menyebabkan suatu tekanan (stress) yang
abnormal dan tinggi.
b) Jika suatu tegangan lebih (over voltage) besar diberikan pada
sistem isolasi, ini akan menyebabkan dalam struktur isolasi
terdapat rongga udara dan retakan maka distribusi tegangan
akan berubah dan pada tegangan tertentu udara akan terionisir.
Ini akan menyebabkan isolasi tertekan dan umurnya relatif
menjadi lebih pendek.
b. Pengujian AC Tegangan Tinggi (Over Potensial-Test)
Pada pengujian ini tegangan AC tinggi diberikan pada isolasi. Biasanya
dua kali atau lebih pengujian dilakukan. Konsep dari pengujian ini adalah
ekuivalen/setara dengan pembebanan lebih (overload) pada jaringan.
Pengujian dilakukan dengan cara kabel direndam di dalam air dengan
2
waktu tertentu kemudian dialiri tegangan dan pastikan tidak terjadi
tegangn tembus. Jika isolasi dalam keadaan baik tidak akan terjadi
kegagalan pengujian.
c. Pengujian Faktor Daya
Pendekatan ini mengevaluasi perbandingan dari arus resistif terhadap
arus total ir¿ power faktor atau perbandingan arus resitif terhadap arus
kapasitif iric
atau disebut faktor disipasi. Jika arus resistif sangat kecil
maka rasio perbandingan akan menjadi sangat kecil. Rasio perbandingan
ini jika dalam keadaan yang ideal nilai Ir = 0. Untuk melaksanakan test ini
peralatan test harus secara relatif canggih yang mampu membedakan di
antara ke tiga jenis arus yang berbeda ( resistif, kapasitif, dan total). Isolasi
yang tidak baik akan mempunyai suatu faktor disipasi atau power faktor
yang sangat tinggi. Faktor disipasi merupakan kerugian daya dielektris,
kerugian ini dalam struktur isolasi dapat dihubungkan dengan osilasi
molekul kutub yang berusaha menyesuaikan arah sendiri terhadap medan
listrik bolak-balik.
d. Test Hertz
Test jenis ini menggunakan pengujian sinyal dengan frekwensi yang
sangat rendah. Karena kapasitor bersifat impedansi yang sangat tinggi dan
3
frekwensi sangat rendah, sistem isolasi digambarkan sebagai arus yang
sangat kecil atau bisa dikatakan arus resistif atau arus bocor.
Tes hertz sedikitnya mempunyai dua keuntungan besar dibandingkan
pengujian lain :
1. Karena isolasi digambarkan arus yang relatif rendah, Test hertz di-
set jauh lebih kecil dari 60 Hz frekuensi fundamentalnya
2. Tes hertz cenderung tidak bersifat merusak dibanding pengujian
dengan menggunakan tegangan. Karena alasan ini banyak personil
test cenderung lebih memilih Tes Hertz daripada pengujian DC
over-potential .
e. Efek Temperatur dan Kelembaban
Temperatur akan merubah tahanan isolasi yang terukur. Manakala
temperatur naik maka tahanan isolasi akan turun dan sebaliknya. Tabel
faktor-koreksi tersedia untuk melakukan koreksi untuk variasi temperatur.
Jika tidak tersedia referensi koreksi maka sebagai patokan tahanan isolasi
akan menjadi dua kali lipat dari tiap penurunan temperatur tiap 10°C dan
akan menjadi setengahnya dari kenaikan temperatur tiap 10°C.
Kelembaban tidak mempunyai banyak efek pada tahanan isolasi kecuali
jika temperatur adalah sangat dekat dengan titik embun dan pemadatan
terbentuk dalam isolasi tersebut.
f. Capacitive Canceling (Resonant) System
4
Metode ini secara normal diterapkan pada sistem Tegangan sangat
tinggi 230 kV dan yang lebih tinggi. Test ini di-set dengan melakukan
penyesuaian induktansi internal sendiri yang secara efektif akan
mereduksi kapasitansi isolasi. Sehingga hanya arus bocor dari sistem yang
terbaca.
Tiga sistem test diatas ( Faktor daya, tes Hertz, dan canceling (resonant)
system Kapasitif) secara relatif merupakan sistem yang khusus dan
memerlukan latihan khusus untuk tes personel. Dan kadang-kadang hasil
pengukuran lebih rumit dan komplek untuk menganalisisnya. Meskipun
adanya faktor ini, pengujian DC secara mayoritas digunakan untuk
pengujian isolasi.
1.1.2. Pengujian Tegangan Tinggi pada bushing
Pengujian yang dilakukan terhadap suatu bushing meliputi : pengukuran
Tg δ, pengukuran peluahan parsial, pengujian ketahanan AC, pengujian
peluahan terlihat, pengujian ketahanan impuls penuh, pengujian ketahanan
impuls terpotong dan surja hubung.
a. Pengukuran Tg φ
Pengukuran Tg δ merupakan pengujian rutin. Alat ukur yang
digunakan adalah jembatan Schering. Tg δ diukur dengan bushing tetap
terpasang pada peralatan atau dicelupkan dalam minyak. Konduktornya
dihubungkan ke terminal tegangan tinggi trafo uji sedang tangki atau
5
badan dihubungkan ke terminal detektor jembatan Schering. Tegangan
pengujian dinaikkan secara bertahap, kemudian diturunkan secara
bertahap juga. Kapasitansi dan Tg δ pada setiap tahap tegangan diukur.
Kemudian kurva yang menyatakan hubungan tegangan dengan
kapasitansi dan Tg δ digambar.
b. Pengukuran Peluahan Parsial
Pengukuran ini merupakan pengujian rutin yang bertujuan untuk
menemukan adanya deteriorasi atau kegagalan isolasi karena terjadinya
peluahan muatan sebagian dalam isolator bushing. Pengukuran dilakukan
dengan detektor peluahan parsial. Pengukuran dilakukan untuk berbagai
tegangan sehingga diperoleh kurva yang menyatakan hubungan besaran
peluahan dengan tegangan.
c. Pengujian Ketahanan AC
Rangkaian dan prosedur pengujiannya sama dengan pengujian
isolator. Lama pengujian adalah satu menit. Pengujian dilakukan pada
kondisi kering dan basah. Bushing dinyatakan baik jika selama pengujian
tidak terjadi lompatan api.
d. Pengujian Peluahan Terlihat
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan apakah bushing
menimbulkan interferensi radio saat bekerja. Peluahan terlihat dengan
6
mata adalah peluahan yang terjadi pada cincin perata (grading ring) dan
tanduk pelindung (arching horn). Alat penguji sama dengan alat penguji
ketahanan AC, hanya dilakukan dalam ruang gelap.
e. Pengujian Ketahanan Impuls Penuh
Pengujian ketahanan impuls penuh dilakukan dalam dua keadaan,
yaitu dalam keadaan bushing terpasang sebagaimana di lapangan dan
dalam keadaan dicelup dalam minyak. Tegangan pengujian adalah
tegangan impuls penuh standar, dengan polaritas yang sesuai dengan
spesifikasi. Tegangan impuls diberikan lima kali. Jika terjadi dua kali
lompatan api, maka bushing dinyatakan gagal uji. Jika lompatan api
terjadi satu kali, maka diadakan pengujian tambahan 10 kali lagi. Jika
tidak terjadi lompatan api, maka bushing dinyatakan lulus uji.
Jika bushing dicelupkan dalam minyak isolasi, maka pengujian
dilakukan dengan tegangan impuls standar, gelombang penuh dan 15 %
lebih tinggi dari tegangan pengujian bushing di udara. Tegangan impuls
diberikan lima kali. Bushing dinyatakan lulus uji jika tidak terjadi
lompatan api.
f. Pengujian Ketahanan Impuls Terpotong dan Surja Hubung
Adakalanya bushing diuji dengan tegangan tinggi impuls terpotong.
Pengujian ini biasanya dilakukan terhadap bushing bertegangan di atas
220 kV. Saat ini dilakukan juga pengujian peluahan surja hubung
7
terhadap bushing tegangan tinggi. Pengujian dilakukan seperti halnya
pengujian ketahanan impuls penuh di atas.
1.2. Pengujian Tegangan Tinggi pada Transormator
Pengujian transformator dilakukan melalui tiga macam menurut SPLN’50-
1982, sebagaimana diuraikan dalam IEC 76(1976), yaitu:
1.2.1. Pengujian Rutin
a. Pengujian Tahanan Isolasi
Pengukuran tahanan isolasi dilakukan pada awal pengujian
dimaksudkan untuk mengetahui secara dini kondisi isolasi trafo, untuk
menghindari kegagalan yang fatal dan pengujian selanjutnya, pengukuran
dilakukan antara:
sisi HV-LV, sisi HV-Ground, sisi LV-Ground, X1/X2-X3/X4 (trafo 1
fasa), X1-X2 dan X3-X4 trafo 1 fasa yang dilengkapi dengan circuit
breaker.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan megger, lebih baik yang
menggunakan baterai karena dapat membangkitkan tegangan tinggi yang
lebih stabil. Harga tahanan isolasi ini digunakan untuk kriteria kering
tidaknya trafo, juga untuk mengetahui apakah ada bagian-bagian yang
terhubung singkat.
8
b. Pengujian Tahanan kumparan
Pengukuran tahanan kumparan adalah untuk mengetahui berapa nilai
tahanan listrik pada kumparan yang akan menimbulkan panas bila
kumparan tersebut dialiri arus. Nilai tahanan belitan dipakai untuk
perhitungan rugi-rugi tembaga trafo Pada saat melakukan pengukuran
yang perlu diperhatikan adalah suhu belitan pada saat pengukuran yang
diusahakan sama dengan suhu udara sekitar, oleh karenanya diusahakan
arus pengukuran kecil.
Peralatan yang digunakan untuk pengukuran tahanan di atas 1 ohm adalah
Wheatstone Bridge, sedangkan untuk tahanan yang lebih kecil dari 1 ohm
digunakan Precition Double Bridge.
Pengukuran dilakukan pada setiap fasa trafo, yaitu antara terminal:
a) Untuk Terminal Tegangan Tinggi
1) Trafo 3 fasa
- Fasa A – fasa B
- Fasa B – fasa C
- Fasa C – fasa A
2) Trafo 1 fasa
- Terminal H1-H2 untuktrouble bushing
- Terminal HI-ground untuk trafo single bushing.
b) Untuk Terminal Tegangan Rendah
1) Trafo 3 fasa
9
- Fasa A – fasa B
- Fasa B – fasa C
- Fasa C – fasa A
2) Trafo 1 fasa
- terminal X1-X4 dengan X2-X3 dihubung singkat.
c. Pengujian perbandingan Belitan
Pengukuran perbandingan belitan adalah untuk mengetahui
perbandingan jumlah kumparan sisi tegangan tinggi dan sisi tegangan
rendah pada setiap tapping, sehingga tegangan output yang dihasilkan oleh
trafo sesuai dengan yang dikehendaki. Toleransi yang diijinkan adalah:
a) 0,5% dari rasio tegangan.
b) 1/10 dari presentase impedansi pada tapping nominal.
Pengukuran perbandingan belitan dilakukan pada saat semi
assembling yaitu setelah coil trafo di assembling dengan inti besi dan
setelah tap changer terpasang, pengujian kedua ini bertujuan untuk
mengetahui apakah posisi tap trafo telah terpasang secara benar dan juga
untuk pemeriksaan vector group trafo. Pengukuran dapat dilakukan
dengan menggunakan Transformer Turn Ratio Test (TTR), misalnya
merk James G. Biddle Co Cat No.55005 atau Cat No.550100-47.
10
d. Pengujian Vektor group
Pengujian vector group bertujuan untuk mengetahui apakah polaritas
terminal-terminal trafo positif atau negative. Standar dari notasi yang
dipakai adalah additive dan subtractive.
e. Pengujian Rugi Besi dan Beban Kosong
Pengukuran ini untuk mengetahui berapa daya yang hilang yang
disebabkan oleh rugi histerisis dan eddy current dari inti besi (core) dan
besarnya arus yang ditimbulkan oleh kerugian tersebut. Pengukuran
dilakukan dengan memberikan tegangan nominal pada salah satu sisi dan
sisi lainnya dibiarkan terbuka.
f. Pengujian Rugi Tembaga dan Rugi Besi
Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui besarnya daya yang
hilang pada saat trafo beroperasi akibat dari tembaga (Wcu) dan strey loss
(Ws) trafo yang digunakan. Pengukuran dilakukan dengan memberi arus
nominal pada salah satu sisi dan pada sisi yang lain dihubung-singkat,
dengan demikian akan terbangkit juga arus nominal pada sisi tersebut,
sehingga trafo seolah-olah dibebani penuh. Perhitungan rugi beban penuh
(Wcu) dan impedansi (Iz), dimana pada waktu pengukuran tahanan belitan
(R), Wcu dan Iz dilakukan pada saat suhu rendah (udara sekitar (t)), maka
Wcu dan Iz perlu dikoreksi terhadap suhu acuan 75ºC, dimana factor
koreksi adalah (a).
11
g. Pengujian Tegangan Terapan (Withstand Test)
Pengujian ini dimaksudkan untuk menguji kekuatan isolasi antara
kumparan dan body tangki. Pengujian dilakukan dengan memberi
tegangan uji sesuai dengan standar uji dan dilakukan pada:
• sisi tegangan tinggi terhadap sisi tegangan rendah dan body yang di ke
tanahkan.
• sisi tegangan rendah terhadap sisi tegangan tinggi dan body yang di ke
tanahkan. Waktu pengujian 60 detik.
h. Pengujian Tegangan Induksi (Induce Test)
Pengujian tegangan induksi bertujuan untuk mengetahui kekuatan
isolasi antara layer dari tiap-tiap belitan dan kekuatan isolasi antara belitan
trafo. Pengujian dilakukan dengan memberi tegangan supply dua kali
tegangan nominal pada salah satu sisi dan sisi lainnya dibiarkan terbuka.
Untuk mengatasi kejenuhan pada inti besi (core) maka frekwensi yang
digunakan harus dinaikkan sesuai dengan kebutuhan. Lama pengujian
tergantung pada besarnya frekuensi pengujian.Waktu pengujian
maksimum 60 detik.
i. Pengujian kebocoran Tangki
Pengujian kebocoran tangki dilakukan setelah semua komponen trafo
terpasang. Pengujian dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kondisi
paking dan las trafo. Pengujian dilakukan dengan memberikan tekanan
12
nitrogen (N2) sebesar kurang lebih 5 psi dan dilakukan pengamatan pada
bagian-bagian las dan paking dengan memberikan cairan sabun pada
bagian tersebut. Pengujian dilakukan sekitar 3 jam apakah terjadi
penurunan tekanan.
1.2.2. Pengujian Jenis
Pengujian jenis adalah pengujian yang dilaksanakan terhadap sebuah trafo
yang mewakili trafo-trafo lainnya yang sejenis, guna menunjukkan bahwa
semua trafo jenis memenuhi persyaratan yang belum dilakukan dengan
pengujian rutin. Pengujian jenis meliputi :
a. Pengujian Kenaikan Suhu
Pengujian kenaikan suhu dimaksudkan untuk mengetahui berapa
kenaikan suhu oli dan kumparan trafo yang disebabkan oleh rugi-rugi
trafo apabila trafo dibebani. Pengujian ini juga bertujuan untuk melihat
apakah penyebab panas trafo sudah cukup effisien atau belum. Pada trafo
dengan tapping tegangan di atas 5% pengujian kenaikan suhu dilakukan
pada tappng tegangan terendah (arus tertinggi), pada trafo dengan tapping
maksimum 5% pengujian dilakukan pada tapping nominal. Pengujian
kenaikan suhu sama dengan pengujian beban penuh, pengujian dilakukan
dengan memberikan arus trafo sedemikian hingga membangkitkan rugi-
rugi trafo, yaitu rugi beban penuh dan rugi beban kosong.
Suhu kumparan dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:
13
tf = rfri
x (234,5+ti )−234,5
Dimana:
ti = initial temperature
tf = final temperature
ri = initial resistance
rf = final resistance
b. Pengujian Tegangan Tinggi atau Impedansi
Pengujian impuls ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan
dielektrik dari sistem isolasi trafo terhadap tegangan surya petir. Pengujian
impuls adalah pengujian dengan memberi tegangan lebih sesaat dengan
bentuk gelombang tertentu. Bila trafo mengalami tegangan lebih, maka
tegangan tersebut hampir didistribusikan melalui efek kapasitansi yang
terdapat pada:
• antar lilitan trafo.
• antar layer trafo.
• antara coil dengan ground.
c. Pengujian Tegangan Tembus oli
Pengujian tegangan tembus oli dimaksudkan untuk mengetahui
kemampuan dielektrik oli. Hal ini dilakukan karena selain berfungsi
sebagai pendingin dari Trafo, oli juga berfungsi sebagai isolasi.
14
Persyaratan yang ditentukan adalah sesuai denga standart SPLN 49 - 1 :
1982, IEC 158 dan IEC 296 yaitu:
- > = 30 KV/2,5 mm sebelum purifying.
- > = 50 KV/2,5 mm setelah purifying.
Peralatan yang dapat digunakan misalnya merk Hipotronics type
EP600CD. Cara pengujian:
• bersihkan tempat sample oli dari kotoran dengan mencucinya dengan oli
sampai bersih.
• ambil contoh/sample oli yang akan diuji, usahakan pada saat
pengambilan sample oli tidak tersentuh tangan atau terlalu lama terkena
udara luar karena oli ini sangat sensitive.
1.2.3. Pengujian Khusus
Pengujian khusus adalah pengujian yang lain dari pengujian rutin dan
pengujian jenis dilaksanakan atas persetujuan pabrik dengan pembeli dan
hanya dilaksanakan terhadap satu atau lebih trafo dari sejumlah trafo yang
dipesan dalam sebuah kontrak.
Pengujian khusus meliputi:
1. Pengujian Dielektrik
2. Pengujian Impedansi urutan nol pada trafo tiga phasa
3. Pengujian Hubung Singkat
4. Pengujian Harmonik pada arus beban kosong
15
5. Pengujian tingkat bunyi akuistik
6. Pengukuran Daya yang diambil oleh motor-motor kipas dan pompa minyak
Untuk menentukan baik dan tidaknya transformator layak dioperasikan,
harus melalui beberapa tahapan pengujian antara lain :
1. Uji transformator tegangan (frequency 50 Hz)
2. Uji transformator tegangan (frequency 400 Hz)
3. Uji Beban penuh (Hubungan singkat)
4. Uji Beban Kosong
5. Uji Tahanan Isolasi Kumparan (Megger 10.000 volt)
6. Uji Tegangan DC (50 kV)
7. Uji Tegangan tembus minyak trafo (SPLN 49-1 : 1982)
Dapat melayani perbaikan transformator mulai dari Daya 10 kVA s/d 2500
kVA (1 phasa maupun 3 phasa).
1.3. Pengujian Tegangan Tinggi pada Kawat Dan Kabel
Pengujian dilakukan oleh produsen untuk melihat ketahanan dan mutu dari
kabel yang dihasilkannya.
Pengujian dapat dilakukan dengan 3 cara pengujian, yaitu
1. Uji Jenis (J) adalah pengujian lengkap untuk menentukan apakah hasil produksi
telah memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan dalam standar ini.
Pengujian ini bila telah dilakukan dengan hasil baik, pada prinsipnya tidak perlu
16
diulang, kecuali bila ada perubahan bahan atau konstruksi kawat berisolasi yang
kemungkinan dapat merubah karakteristiknya.
2. Uji Rutin (R) adalah pengujian yang dilakukan secara rutin pada setiap hasil
produksi, untuk memisahkan produk yang tidak memenuhi standar ini. Pengujian
ini harus dilakukan oleh produsen dalam rangka pengendalian mutu produksi.
3. Uji Contoh (C) adalah pengujian yang dilakukan terhadap contoh-contoh yang
diambil dari satu kelompok barang untuk menentukan apakah kelompok tersebut
mempunyai karakteristik yang mewakili contoh tersebut.
Ada beberapa ketentuan-ketentuan pengujian, yaitu:
1. Pengujian tegangan
Pengujian tegangan sesuai SII. 0216 -78, dengan ketentuan sebagai berikut :
Tegangan pengujian : 2,5 kV arus bolak balik
Lama pengujian : 5 menit
Suhu air : (25 ± 5)°C
Perendaman dalam air : 2 jam
2. Pengujian daya tahan isolasi terhadap arus searah selama direndam dalam air.
Pengujian daya tahan sesuai SII. 0216 - 78, dengan ketentuan sebagai berikut.
a) Pengujian tegangan tinggi
Tegangan pengujian : 1,2 kV arus bolak balik
Lama pengujian : 5 menit
Suhu air : (25 ± 5) ° C
Perendaman dalam air : 4 jam
17
b) Daya tahan isolasi terhadap arus searah (pengujian utama)
Tegangan pengujian : (220 ± 10) V arus searah
Lama pengujian : 10 x 24 menit
Suhu air : (25 ± 5)°C
1.4. Pengujian Tegangan Tinggi pada Mesin-Mesin Listrik
Pengujian motor induksi dapat disamakan dengan pengujian short circuit dan
open circuit pada transformator. Pengujian harus menunjukkan dengan tepat
keadaan pengaturan, mulai dari perubahan tahanan (resistansi) terhadap
temperature dan tahanan rotor juga berubah-ubah terhadap frekuensi rotor. Untuk
18
perincian sebenarnya bagaimana tiap pengujian motor induksi harus menunjukkan
pencapaian hasil yang akurat sesuai standar IEEE.
1.4.1. Pengujian Beban Nol
Pengujian beban nol motor induksi dilakukan pengukuran rugi-rugi
perputaran motor dan menghasilkan informasi tentang arus magnetisasi.
Pengujian rangkaian ini ditunjukkan pada gambar 1a. Dua Wattmeter, satu
Voltmeter dan tiga Ammeter dihubungkan ke motor induksi yang berputar
dengan bebas. Beban motor hanya pada rugi gesek dan celah udara, sehingga
semua Pconv pada motor ini dikonsumsi oleh rugi-rugi mekanik, dan slip
motor sangat kecil (sama dengan 0,001 atau lebih kecil). Rangkaian ekivalen
motor ini ditunjukkan pada gambar 1b. Dengan slip yang sangat kecil, tahanan
pada Pconv (power converter), R2(1-s)/s, lebih besar daripada tahanan rugi
tembaga rotor R2 dan reaktansi rotor X2. Pada bagian ini, rangkaian ekivalen
berkurang kira-kira seperti rangkian terakhir pada gambar1b. Dimana tahanan
output parallel dengan reaktansi magnetisasi Xm dan rugi-rugi inti Rc.
Pada kondisi motor tidak berbeban ini, daya input diukur dengan alat
pengukur harus sama dengan rugi-rugi pada motor. Rugi tembaga rotor dapat
diabaikan karena arus I2 sangat kecil sekali [karena resistansi beban besar
R2(1-s)/s], sehingga dapat diabaikan. Rugi tembaga stator dapat dirumuskan
sebagai berikut:
PSCL = 3I2R1
19
Gambar 1.
Pengujian beban nol motor induksi: (a) pengujian rangkaian; (b) rangkaian
ekivalen motor. Sebagai catatan impedansi motor beban nol berdasarkan
konbinasi seri dari R1, jX1, dan jXM.
Sehingga daya input harus sama dengan
Pin = Pscl +Pcore + PF&W +Pmisc
= 3I2R1 + Prot
20
dimana Prot adalah rugi-rugi perputaran motor:
Prot = Pcore + PF&W +Pmisc
Dengan demikian, memberikan daya input yang ke motor, rugi-rugi perputarn
mesin kemungkinan dapat ditentukan. Rangkaian ekivalen menggambarkan
motor beroperasi pada kondisi ini terdiri dari resistor Rc dan R2 (1-s)/s
parallel dengan reaktansi magnetisasi. Arus yang dibutuhkan untuk membuat
medan magnet sangat besar pada motor induksi, karena reluktansi yang tinggi
pada celah udaranya, sehingga reaktansi Xm akan sangat kecil. Dengan besar
arus lagging (tertinggal), kebanyakan penurunan tegangan akan melewati
komponen induktif pada rangkaian. Ekivalen impedansi input ditunjukkan
sebagai berikut:
| Zeq | = Vɸ
I 1 , nl≈ X1 + XM
Dan jika X1 dapat ditemukan pada bagian yang lain, impedansi magnetisasi
Xm akan dapat diketahui untuk motor.
1.4.2. Pengujian DC untuk Resistansi Stator
Resistansi rotor R2 beroperasi dengan perbedaan role yang kritis pada
motor induksi. Diantaranya, R2 menentukan bentuk kurva dari torsi –
kecepatan, penentuan kecepatan yang disebabkan adanya torsi. Pengujian
motor standar disebut pengujian rotor terkunci dapat digunakan menentukan
21
resistansi total rangkaian motor. Bagaimanapun, pengujian ini hanya mencari
resistansi total. Untuk mencari resistansi rotor R2 dengan akurat, ini
dibutuhkan untuk mengetahui R1 sehingga dapat dikurangi dari resistansi
total.
Pengujian untuk R1 terdiri sendiri dari R2, X1 dan X2. Pengujian ini
disebut pengujian dc. Pada dasarnya tegangan dc digunakan pada kumparan
stator motor induksi. Karena arus dc, maka tidak ada tegangan induksi pada
rangkaian rotor dan tidak ada aliran arus rotor. Juga, reaktansi motor nol pada
arus searah ini. Oleh karena itu arus mengalir pada resistansi stator motor, dan
resistansi ini dapat ditentukan.
Rangkaian dasar untuk pengujian dc ditunjukkan pada gambar 2. Pada
gambar ditunjukkan power supply dc yang dihubungkan dengan dua dari tiga
terminal hubungan Y motor induksi. Untuk menunjukkan pengujian, arus
pada kumparan stator diatur nilainya, dan tegangan antara dua terminal
diukur. Arus pada kumparan stator diatur nilainya pada percobaan untuk
memanaskan kumparan pada temperature yang sama seperti pada waktu
pengoperasian normal.
Arus pada gambar 2 mengalir pada dua kumparan, sehingga resistansi total
pada garis arus adalah 2R1. Sehingga
2R1 = VdcIdc
22
R1 = Vdc2 Idc
Gambar 2. Rangkaian uji untuk pengujian resistansi dc
Dengan nilai R1 rugi-rugi tembaga stator tidak berbeban dapat ditentukan, dan
rugi perputaran kemungkinan dapat ditemukan berbeda antara daya input
tidak berbeban dan rugi-rugi tembaga stator.
1.4.3. Pengujian Rotor Terkunci
Pada pengujian ketiga ini dapat ditunjukkan motor induksi yang
penentuan rangkaian parameternya disebut pengujian rotor terkunci.
Pengujian ini berhubungan dengan pengujian hubung singkat pada
transformator. Pada pengujian ini, rotor dikunci atau diblok sehingga tidak
dapat berputar, tegangan dimasukkan pada motor dan tegangan, arus dan daya
diukur.
Pada gambar 3a ditunjukkan hubungan untuk pengujian rotor terkunci.
Untuk menunjukkan pengujian rotor terkunci, tegangan ac dimasukkan pada
23
stator, dan arus mengalir diatur mencapai nilai pada beban penuh. Ketika arus
mencapai nilai pada beban penuh, tegangan, arus, dan daya yang mengalir
pada motor diukur. Rangkaian ekivalen untuk pengujian ini ditunjukkan pada
gambar 3b. Sebagai catatan rotor tidak berputar, slip s = 1, resistansi rotor
R2/s adalah sama dengan R2 (nilai sangat kecil). R2 dan X2 juga kecil,
hampir semua input arus akan mengalir pada R2 dan X2, yang menimbulkan
reaktansi magnetisasi Xm yang besar. Oleh karenaitu, rangkaian pada kondisi
ini seperti rangkaian kombinasi seri X1, R1, X2 dan R2.
Ada banyak problem dengan pengujian ini. Pada opersi normal, frekuensi
stator adalah sama dengan frekuensi line pada power system (50 atau 60 Hz).
24
Pada kondisi start, frekuensi rotor juga sama dengan frekuensi line. Oleh karena
itu, pada operasi normal, slip dari kebanyakan motor hanya 2-4 persen, dan
frekuensi rotor mempunyai range1 sampai 3 Hz. Ini menciptakan masalah pada
frekuensi line tidak sesuai dengan kondisi opearasi normal rotor. Pengaruh
resistansi rotor sangat kuat pada fungsi frekuensi untuk desain motor kelas B dan
kelas C, ketidaktepatan frekuensi rotor dapat terjadi kesalahan fatal pada
pengujian ini. Jenis yang diperbolehkan adalah frekuensi sebesar 25 % atau lebih
dari frekuensi rata-rata. Dengan pendekatan yang dapat diterima untuk keperluan
resistansi rotor yang konstan (desain kelas Adan D), ini meninggalkan banyak
keinginan ketika satu percobaan menemukan resistansi rotor normal dari
perubahan resistansi rotor. Karena ini dan masalah yang sama, peraturan yang
baik harus menggunakan hasil pengukuran pada pengukian ini.
Setelah pengujian tegangan dan frekuensi telah dilakukan, arus yang
mengalir pada motor diatur dengan cepat pada nilai rata-rata, dan daya input,
tegangan dan arus diukur sebelum rotor menjadi lebih panas.
25
DAFTAR PUSTAKA
http://www.xnetbug.sitesled.com/tutorial/mesin2_bergerak.pdf diakses pada tanggal 23 April 2012
http://www.xnetbug.sitesled.com/tutorial/pengujian_isolasi.pdf diakses pada tanggal 23 April 2012
http://www.xnetbug.sitesled.com/tutorial/pengujian_transformator_tegangan.pdf dikases pada tanggal 22 April 2012
http://www.xnetbug.sitesled.com/tutorial/uji_kabel.pdf dikases pada tanggal 22 April 2012
26