tugas sosiologi religi dalam kehidupan masyarakat

27
RELIGI DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi Disusun Oleh: Yeni Gumiati Alvi Nurrohman Adi Setia Gunawan Viky Candra Intan

Upload: dik-tarabalaga

Post on 24-Nov-2015

216 views

Category:

Documents


20 download

DESCRIPTION

RELIGI DALAM KE

TRANSCRIPT

RELIGI DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi

Disusun Oleh:

Yeni Gumiati

Alvi Nurrohman

Adi Setia Gunawan

Viky Candra

Intan

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

POLTEKES YAPKESBI SUKABUMI

2014

AGAMA DAN MASYARAKAT1. Definisi AgamaDengan singkat definisi agama menurut sosiologi adalah definisi yang empiris. Sosiologi tidak pernah memberikan definisi agama yang evaluative (menilai). Sosiologi angkat tangan mengenai hakikat agama, baiknya atau buruknya agama atau agamaagama yang tengah diamatinya. Dari pengamatan ini sosiologi hanya sanggup memberikan definisi deskriptif (menggambarkan apa adanya) yang mengungkapkan apa yang dimengerti dan dialami pemeluk-pemeluknya.Definisi agama menurut Durkheim adalah suatu sistem kepercayaan dan praktek yang telah dipersatukan yang berkaitan dengan hal-hal yang kudus kepercayaan-kepercayaan dan praktek-praktek yang bersatu menjadi suatu komunitas moral yang tunggal. Dari definisi ini ada dua unsur yang penting, yang menjadi syarat sesuatu dapat disebut agama, yaitu sifat kudus dari agama dan praktek-praktek ritual dari agama. Agama tidak harus melibatkan adanya konsep mengenai suatu mahluk supranatural, tetapi agama tidak dapat melepaskan kedua unsur di atas, karena ia akan menjadi bukan agama lagi, ketika salah satu unsur tersebut terlepas. Di sini terlihat bahwa sesuatu dapat disebut agama bukan dilihat dari substansi isinya tetapi dari bentuknya, yang melibatkan dua ciri tersebut.

Sedangkan menurut pendapat Hendro puspito, agama adalah suatu jenis sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berproses pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang dipercayainya dan didayagunakannya untuk mencapai keselamatan bagi mereka dan masyarakat luas umumya. Dalam kamus sosiologi, pengertian agama ada 3 macam yaitu:a. Kepercayaan pada hal-hal yang spiritualb. Perangkat kepercayaan dan praktek-praktek spiritual yang dianggap sebagai tujuan tersendiric. Ideologi mengenai hal-hal yang bersifat supranatural2. Ruang Lingkup AgamaSecara garis besar ruang lingkup agama mencakup :

a. Hubungan manusia dengan tuhannyaHubungan dengan tuhan disebut ibadah. Ibadah bertujuan untuk mendekatkan diri manusia kepada tuhannya.b. Hubungan manusia dengan manusiaAgama memiliki konsep-konsep dasar mengenai kekeluargaan dan kemasyarakatan. Konsep dasar tersebut memberikan gambaran tentang ajaran-ajaran agama mengenai hubungan manusia dengan manusia atau disebut pula sebagai ajaran kemasyarakatan. Sebagai contoh setiap ajaran agama mengajarkan tolong-menolong terhadap sesama manusia.c. Hubungan manusia dengan makhluk lainnya atau lingkungannya.Di setiap ajaran agama diajarkan bahwa manusia selalu menjaga keharmonisan antara makluk hidup dengan lingkungan sekitar supaya manusia dapat melanjutkan kehidupannya.

3. Fungsi dan Peran Agama Dalam MasyarakatDalam hal fungsi, masyarakat dan agama itu berperan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang timbul di masyarakat yang tidak dapat dipecahakan secara empiris karena adanya keterbatasan kemampuan dan ketidakpastian. Oleh karena itu, diharapkan agama menjalankan fungsinya sehingga masyarakat merasa sejahtera, aman, stabil, dan sebagainya. Agama dalam masyarakat bisa difungsikan sebagai berikut :

a. Fungsi edukatif.Agama memberikan bimbingan dan pengajaaran dengan perantara petugas-petugasnya (fungsionaris) seperti syaman, dukun, nabi, kiai, pendeta imam, guru agama dan lainnya, baik dalam upacara (perayaan) keagamaan, khotbah, renungan (meditasi) pendalaman rohani, dsb.b. Fungsi penyelamatan.Bahwa setiap manusia menginginkan keselamatan baik dalam hidup sekarang ini maupun sesudah mati. Jaminan keselamatan ini hanya bisa mereka temukan dalam agama. Agama membantu manusia untuk mengenal sesuatu yang sakral dan makhluk teringgi atau Tuhan dan berkomunikasi dengan-Nya. Sehingga dalam yang hubungan ini manusia percaya dapat memperoleh apa yang ia inginkan. Agama sanggup mendamaikan kembali manusia yang salah dengan Tuhan dengan jalan pengampunan dan Penyucian batin.c. Fungsi pengawasan sosial (social control)Fungsi agama sebagai kontrol sosial yaitu :

Agama meneguhkan kaidah-kaidah susila dari adat yang dipandang baik bagi kehidupan moral warga masyarakat.

Agama mengamankan dan melestarikan kaidah-kaidah moral ( yang dianggap baik )dari serbuan destruktif dari agama baru dan dari system hokum Negara modern.

d. Fungsi memupuk Persaudaraan.Kesatuan persaudaraan berdasarkan kesatuan sosiologis ialah kesatuan manusia-manusia yang didirikan atas unsur kesamaan.

Kesatuan persaudaraan berdasarkan ideologi yang sama, seperti liberalism, komunisme, dan sosialisme.

Kesatuan persaudaraan berdasarkan sistem politik yang sama. Bangsa-bangsa bergabung dalam sistem kenegaraan besar, seperti NATO, ASEAN dll.

Kesatuan persaudaraan atas dasar se-iman, merupakan kesatuan tertinggi karena dalam persatuan ini manusia bukan hanya melibatkan sebagian dari dirinya saja melainkan seluruh pribadinya dilibatkan dalam satu intimitas yang terdalam dengan sesuatu yang tertinggi yang dipercayai bersama

e. Fungsi transformatif.Fungsi transformatif disini diartikan dengan mengubah bentuk kehidupan baru atau mengganti nilai-nilai lama dengan menanamkan nilai-nilai baru yang lebih bermanfaat.

Sedangkan menurut Thomas F. ODea menuliskan enam fungsi agama dan masyarakat yaitu:

a. Sebagai pendukung, pelipur lara, dan perekonsiliasi.

b. Sarana hubungan transendental melalui pemujaan dan upacara Ibadat.

c. Penguat norma-norma dan nilai-nilai yang sudah ada.

d. Pengoreksi fungsi yang sudah ada.

e. Pemberi identitas diri.

f. Pendewasaan agama.

Sedangkan menurut Hendropuspito lebih ringkas lagi, akan tetapi intinya hampir sama. Menurutnya fungsi agama dan masyarakat itu adalah edukatif, penyelamat, pengawasan sosial, memupuk persaudaraan, dan transformatif.

Agama memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia danmasyarakat, karena agama memberikan sebuah system nilai yang memiliki derivasipada norma-norma masyarakat untuk memberikan pengabsahan dan pembenaran dalammengatur pola perilaku manusia, baik di level individu dan masyarakat. Agamamenjadi sebuah pedoman hidup singkatnya. Dalam memandang nilai, dapat kita lihat dari dua sudut pandang. Pertama, nilai agama dilihat dari sudut intelektual yang menjadikan nilai agama sebagai norma atau prinsip. Kedua, nilai agama dirasakan di sudut pandang emosional yang menyebabkan adanya sebuah dorongan rasa dalam diri yang disebut mistisme.4. Pengaruh Agama Terhadap Kehidupan ManusiaSebagaimana telah dijelaskan dari pemaparan diatas, jasa terbesar agama adalah mengarahkan perhatian manusia kepada masalah yang penting yang selalu menggoda manusia yaitu masalah arti dan makna. Manusia membutuhkan bukan saja pengaturan emosi, tetapi juga kepastian kognitif tentang perkara-perkara seperti kesusilaan, disiplin, penderitaan, kematian, nasib terakhir. Terhadap persoalan tersebut agama menunjukan kepada manusia jalan dan arah kemana manusia dapat mencari jawabannya. Dan jawaban tersebut hanya dapat diperoleh jika manusia beserta masyarakatnya mau menerima suatu yang ditunjuk sebagai sumber dan terminal terakhir dari segala kejadian yang ada di dunia. Terminal terakhir ini berada dalam dunia supra-empiris yang tidak dapat dijangkau tenaga indrawi maupun otak manusiawi, sehingga tidak dapat dibuktikan secara rasional, malainkan harus diterima sebagai kebenaran. Agama juga telah meningkatkan kesadaran yang hidup dalam diri manusia akan kondisi eksistensinya yang berupa ketidakpastian dan ketidakmampuan untuk menjawab problem hidup manusia yang berat.

Para ahli kebuadayaan yang telah mengadakan pengamatan mengenai aneka kebudayaan berbagai bangsa sampai pada kesimpulan, bahwa agama merupakan unsur inti yang paling mendasar dari kebudayaan manusia, baik ditinjau dari segi positif maupun negatif. Masyarakat adalah suatu fenomena sosial yang terkena arus perubahan terus-menerus yang dapat dibagi dalam dua kategori : kekuatan batin (rohani) dan kekuatan lahir (jasmani). Contoh perubahan yang disebabkan kekuatan lahir ialah perkembangan teknologi yang dibuat oleh manusia. Sedangkan contoh perubahan yang disebabkan oleh kekuatan batin adalah demokrasi, reformasi, dan agama. Dari analisis komparatif ternyata bahwa agama dan nilai-nilai keagamaan merupakan kekuatan pengubah yang terkuat dari semua kebudayaan, agama dapat menjadi inisiator ataupun promotor, tetapi juga sebagai alat penentang yang gigih sesuai dengan kedudukan agama.

Secara sosiologis, pengaruh agama bisa dilihat dari dua sisi, yaitu pengaruh yang bersifat positif atau pengaruh yang menyatukan (integrative factor) dan pengaruh yang bersifat negatif atau pengaruh yang bersifat destruktif dan memecah-belah (desintegrative factor).Pembahasan tentang fungsi agama disini akan dibatasi pada dua hal yaitu agama sebagai faktor integratif dan sekaligus disintegratif bagi masyarakat, pengaruh yang bersifat integratif. Peranan sosial agama sebagai faktor integratif bagi masyarakat berarti peran agama dalam menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial didukung bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan sehingga agama menjamin adanya konsensus dalam masyarakat. Fungsi Disintegratif Agama adalah, meskipun agama memiliki peranan sebagai kekuatan yang mempersatukan, mengikat, dan memelihara eksistensi suatu masyarakat, pada saat yang sama agama juga dapat memainkan peranan sebagai kekuatan yang mencerai-beraikan, memecah-belah bahkan menghancurkan eksistensi suatu masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi dari begitu kuatnya agama dalam mengikat kelompok pemeluknya sendiri sehingga seringkali mengabaikan bahkan menyalahkan eksistensi pemeluk agama lain

5. Pengaruh Agama Terhadap Stratifikasi SosialDidalam ajaran sosiologi kita mengenal pengertian stratifikasi sosial yang mempunyai pengertian yaitu, susunan berbagai kedudukan sosial menurut tinggi rendahnya dalam masyarakat. Seorang pengamat menggambarkan masyarakat sebagai suatu tanda yang berdiri yang mempunyai anak tanggga-anak tangga dari bawah keatas. Stratifikasi sosial itu tidak sama antara masyarakat satu dengan yang lain karena setiap masyarakat mempunyai stratifikasi sosialnya sendiri . Jika jarak antara tangga yang satu dengan anak tangga yang ada diatasnya ditarik horizontal, maka terdapat suatu ruang. Ruang itu disebut lapisan sosial. Jadi lapisan sosial adalah keseluruhan orang yang berkedudukan lapisan sosial setingkat . Contoh pengaruh agama terhadap stratifikasi pada golongan petani, sikap mental golongan petani terbentuk oleh situasi dan kondisi dimana mereka hidup, yang antara lain adalah faktor klimatologis dan hidrologis seperti musim dingin dan musim panas, yang sejalan dengan musim kering dan musim penghujan. Golongan petani selalu bergumul dengan pemainan hukum alam (pertanian). Hukum cocok tanam kadang sulit diperhitungkan secara cermat selalu bersandar pada kedermawanan alam yang datang lambat & tidak menentu. Maka kaum petani lebih cenderung untuk mendayagunakan kekuatan-kekuatan magis (supra-empiris) guna membantu mereka dalam menentukan hari yang tepat. Semangat religius golongan petani itu terlihat dari pengadaan sejumlah pesta pertanian pada peristiwa penting, misalnya kaum petani di Indonesia mengadakan selamatan pada saat menanam benih dan waktu panen, sampai sekarang ini banyak petani di Indonesia masih mengadakan ritual tersebut.6. Kelestarian Agama Dalam MasyarakatSeiring berkembangnya ilmu pengetahuan, kemudian lahir pemikiran-pemikiran yang berlandaskan pada pemikiran sekuler seperti pemikiran Max Weber yang mengatakan bahwa pada masyarakat modern agama akan lenyap karena pada masyarakat modern dikuasai oleh teknologi dan birokrasi. Tetapi pemikiran tersebut itu belum terbukti dalam kurun waktu terkhir ini. Sebagai contoh yang terjadi di negara-negara komunis seperti Rusia, RRC, Vietnam yang menerapkan penghapusan agama karena tidak sesuai dengan ideologi negara tersebut, tetapi beberapa orang berhasil mempertahankan agama tersebut, bahkan umat beragama semakin meningkat. Dengan mengirasionalkan agama bahwa agama adalah sesuatu yang salah dalam pemikiran, tetapi dengan sendirinya umat beragama dapat berpikir dan mengetahui apa yang dipikirkan mengenai agama. Sehingga umat beragama dapat memahami apa arti sebuah agama dam manfaatnya.

Karena semakin berkembangnya ilmu pengetahuan yang demikian dinamis, teori-teori lama kemudian mengalami penyempurnaan dan revisi. Bukan pada tempatnya membandingkan kebenaran ilmu pengetahuan dengan kebenaran yang diperoleh dari informasi agama. Pemeluk agama meyakini kebenaran agama sebagai kebenaran yang bersifat kekal, sementara kebenaran ilmu pengetahuan bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan kemampuan pola pikir manusia. Ilmu pengetahuan sendiri sebenarnya bisa menjadi bagian dari penafsiran nilai-nilai agama. Sepertia yang dikatakan David Tracy bahwa ilmu pengetahuan itu mengandung dimensi religious, karena untuk dapat dipahami, dan diterima diperlukan keterlibatan diri dengan soal Ketuhanan dan agama.

Fakta sosial harus diteliti di dalam dunia nyata sebagaimana orang mencari sesuatu yang lainnya. Menurut Emile Durkheim ada dua ciri yaitu :a. Bentuk materiel; yaitu sesuatu yang dapat disimak, ditangkap, dan diobservasi. Fakta sosial yang berbentuk material ini adalah bagian dari dunia nyata. Contohnya, arsitektur dan norma hukum.b. Bentuk nonmateriel; yaitu sesuatu yang dianggap nyata. Fakta sosial jenis ini merupakan fenomena yang bersifat intersubjektif yang hanya dapat muncul dari dalam kesadaran manusia. Contohnya, egoisme, altruisme, dan opini.Menurut tipenya, fakta sosial terdiri dari struktur sosial dan pranata sosial. Struktur sosial adalah jaringan hubungan soaial dimana interaksi sosial berproses dan menjadi terorganisir, sehingga dapat dibedakan posisi-posisi sosial dari individu dan subkelompok.Pranata sosial adalah antarhubungan norma-norma dan nilai-nilai yang mengitari aktivitas manusia, seperti keluarga, pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama dan ilmu pengetahun.7. METODE-METODE DALAM SOSIOLOGIa. Metode deskriptif. Yaitu suatu metode penelitian tentang dunia empiris yang terjadi pada masa sekarang. Tujuannya, untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akuran mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, dan hbungan antar fenomena yang diselidiki.b. Metode komparatif. Yaitu sejenis metode deskripsi yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya atau munculnya suatu fenomena. Jangkauan waktunya adalah masa sekarang. Jika jangkauan waktu terjadinya pada masa lampau, maka penelitian tersebut termasuk dalam metode sejarah.c. Metode eksperimental. Yaitu suatu metode pengujian terhadap suatu teori yang telah mapan dengan suatu perlakuan baru. Pengujian suatu teori dari ilmuwan yang telah dibuktikan oleh beberapa kali pengujian bisa memperkuat atau memperlemah teori tersebut. Tetapi apabila teori itu ternyata dapat dibuktikan oleh suatu eksperimen baru, maka teori tersebut akan lebih menguat dan mungkin akan mencapai taraf hukum teori.8. AGAMA DAN RELIGIAgama terdiri dari dua suku kata yaitu a yang berarti tidak dan gama artinya kacau, dari bahasa sansekerta yang artinya tidak kacau. Yang dimaksud adalah suatu peraturan yang mengatur kehidupan manusia agar tidak kacau.Dalam bahasa Inggris disebut religion atau religie dalam bahasa Belanda. Keduanya berasal dari bahasa Latin religio, dari akar kata religare yang berarti mengikat. Berdasarkan arti ini, ia berpendapat bahwa agama adalah keterikatan sekelompok manusia dengan Tuhan atau dewa . Dalam bahasa Arab, agama dikenal dengan kata al din dan milah. Kata al din mengandung berbagai arti : al mulk (kerajaan), al khidmat (pelayanan), al izz (kejayaan), al dzull (kehinaan), al Ikrah (pemaksaan), al Ihsan (kebajikan), al aadat (kebiasaan), al Ibaadat (pengabdian), al qahr wa alsulthoon (kekuasaan dan pemerintahan), al tadzallul wa alkhudhuu (tunduk dan patuh), al thooat (taat), al Islaam al tauhied (penyerahan dan mengesakan Tuhan). Dalam pengertian sosiologi agama adalah gejala sosial yang umum dan dimiliki oleh seluruh masyarakat yang ada di dunia ini, tanpa kecuali. Ia merupakan salah satu aspek dalam kehidupan sosial dan bagian dari sistem sosial suatu masyarakat.Dari sudut kategori pemahaman manusia, agama mempunyai dua segi yaitu :a. Kejiwaan (psychological state), yaitu suatu kondisi subjektif atau kondisi dalam jiwa manusia, berkenaan dengan apa yang dirasakan oleh penganut agama. Emile Durkheim menyebut kondisi tersebut dengan Religious Emotion (emosi keagamaan).b. Segi objektif (objective state), yaitu segi luar yang disebut juga kejadian objektif, dimensi empiris dari agama. Segi ini dapat dipelajari apa adanya melalui metode ilmu sosial.Definisi agama menurut para ahli dapat disimpulkan sebagai berikut :a. Sebagian besar ilmuwan membatasi pengertian agama dalam bentuk yang hanya bisa diterapkan pada agama-agama Samawi yang masih otentik saja, yakni agama-agama yang berdasarkan wahyu dari langit, yaitu agama-agama tauhid yang didasarkan pada keyakinan tentang adanya Tuhan Yang Maha Pencipta, Maha Mengadakan, Pemberi petunjuk, dan Pemelihara segala sesuatu, serta hanya kepada-Nya dikembalikan segala urusan.b. sebagai kebalikan dari gambaran tentang agama seperti tersebut di atas, mereka diantaranya para sosiolog dan arkeolog menyisihkan ide tentang Tuhan Yang Maha Pencipta. Mereka beralasan bahwa setiap agama klasik di Timur, seperti Budha, Jainisme, dan Kong Fu Cu, semata-mata didasarkan pada etika, tidak memuat unsur ketuhanan dan ibadah.Menurut mazhab ilmu sosial Perancis, ide tentang adanya Tuhan atau roh-roh bukan ciri khas kehidupan keagamaan. Durkheim beranggapan bahwa masyarakat adalah sumber gambaran keagamaan. Dari sanalah timbul pantangan dan tabu. Masyarakat juga sumber kultus dan penuhanan. Mazhab ini melontarkan gagasan-gagasan sebagai berikut :a. Tidak ada sekelompok manusia pun yang tidak mempunyai suatu gambaran yang tegas mengenai asal-usul manusia, kemana perginya, apa sebab keberadaannya, ataupun asal-usul alam semesta.b. Gambaran yang ditempuh mazhab Perancis didasarkan pada pembagian wujud menjadi dunia suci dan dunia nyata. Namun, definisi seperti ini ternyata tidak memuat ciri-ciri suatu definisi yang lengkap. Definisi seperti itu berarti memasukkan pula unsur sihir ke dalam agama, karena landasan magic sama dengan landasan agama, yaitu sama-sama membagi wujud menjadi yang sakral dan yang tidak sakral.9. TEORI-TEORI SOSIOLOGIS TENTANG ASAL USUL AGAMAa. Teori JiwaPara penganut teori ini berpendapat, agama yang paling awal bersamaan dengan pertama kali manusia mengetahui bahwa di dunia ini tidak hanya dihuni oleh makhluk materi, tetapi juga oleh makhluk immateri yang disebut jiwa (anima). Pendapat ini dipelopori oleh Edward Burnet Taylor (1832-1917). Bukunya yang terkenal The Primitif Culture (1872) yang mengenalkan teori animisme, ia mengatakan bahwa asal mula agama bersamaan dengan munculnya kesadaran manusia akan adanya roh atau jiwa.Tingkat yang paling dasar dari evolusi agama adalah ketika manusia percaya bahwa makhluk-makhluk halus itulah yang menempati alam sekeliling tempat tinggal manusia. Karena mereka bertubuh halus, manusia tidak bisa menangkap dengan pancainderanya. Makhluk halus itu mampu berbuat berbagai hal yang tidak dapat diperbuat oleh manusia. Berdasarkan kepercayaan semacam itu, makhluk halus menjadi objek penghormatan dan penyembahan manusia dengan berbagai upacara keagamaan berupa doa, sesajen, atau korban. Kepercayaan seperti itulah yang oleh E.B Taylor disebut Animisme. b. Teori Batas Akalc. Teori Krisis dalam Hidup Individud. Teori Kekuatan Luar Biasae. Teori Sentimen Kemasyarakatanf. Teori Wahyu Tuhan10. KLASIFIKASI AGAMA-AGAMADalam kajian teologis, para agamawan mengatakan ada dua katagori asal usul agama yang dianut oleh manusia yaitu :a. Agama kebudayaan (culture religion), disebut juga agama thabii atau agama ardhi, yaitu agama yang bukan berasal dari Tuhan dengan jalan diwahyukan, melainkan agama yang ada karena hasil proses antropologis, yang terbentuk dari adat istiadat dan melembaga dalam bentuk agama formal.b. Agama Samawi atau agama wahyu (revealed religion), yaitu agama yang dipercayai diwahyukan Tuhan melalui malaikat-Nya kepada utusan-Nya yang dipilih dari manusia.Dalam kajian keilmuan (scientific aproach), para ilmuwan membedakan agama menjadi dua kelompok besar yaitu Spiritualisme dan Materialisme.a. SpiritualismeAdalah agama penyembah sesuatu (zat) yang gaib yang tidak tampak secara lahiriah, sesuatu yang tidak dapat dilihat dan tidak berbentuk. Spiritualisme ini terbagi dalam beberapa kelompok yaitu :1) Agama ketuhanan (theistic religion), yaitu agama yang para penganutnya menyembah Tuhan (theos). Agama ini mempunyai keyakinan bahwa Tuhan adalah tempat manusia menaruh kepercayaan, dan kecintaan kepada-Nya merupakan kebahagiaan. Yang masuk katagori ini yaitu :a) Monoteisme, yaitu bentuk religi / agama yang berdasarkan kepada kepercayaan terhadap satu Tuhan dan yang terdiri dari upacara-upacara guna memuja Tuhan tadi.b) Politeisme, yaitu bentuk religi yang didasarkan pada kepercayaan akan adanya banyak Tuhan yang memiliki tradisi upacara keagamaan guna memuja Tuhan-tuhan tadi.2) Agama penyembah ruh, yaitu kepercayaan orang primitif kepada roh nenek moyang, roh pemimpin, atau roh para pahlawan yang telah meninggal. Yang termasuk kategori ini adalah :a) Animisme, yaitu bentuk agama yang mendasarkan diri pada kepercayaan bahwa disekeliling tempat tinggal manusia itu diam berbagai macam roh yang berkuasa dan terdiri atas aktivitas pemujaan.b) Praanimisme (dinamisme) adalah bentuk agama yang berdasarkan kepercayaan terhadap kekuatan sakti yang ada dalam segala hal. Ada tiga bentuk penyembahan kekuatan alam yaitu :(1) Penyembahan terhadap gejala alam, seperti hujan, guntur, gempa bumi, dan topan.(2) Penyembahan terhadap anasir-anasir alam, seperti tanah, air, api, angin, dan udara,(3) Penyembahan kepada benda-benda alam sekeliling, dalam bentuk :(a) Animatisme, yaitu suatu kepercayaan bahwa benda-benda dan tumbuh-tumbuhan di sekitar manusia itu berjiwa dan bisa berfikir seperti manusia.(b) Fetishme, yaitu suatu bentuk agama yang berdasarkan kepercayaan akan adanya jiwa dalam benda-benda alam tertentu dan mempunyai aktivitas keagamaan guna memuja benda-benda berjiwa tadi.(c) Agama penyembah binatang (animal worship), yaitu kepercayaan orang-orang kuno dan orang-orang primitif yang menganggap binatang-binatang tertentu memiliki jiwa kesucian.b. Agama MaterialismeAgama materialisme adalah agama yang mendasarkan kepercayaannya terhadap adanya Tuhan yang dilambangkan dalam wujud benda-benda material, seperti patung-patung manusia, binatang dan berhala-berhala atau sesuatu yang dibangun dan dibuat untuk disembah.11. HAKIKAT DAN FUNGSI SOSIOLOGI AGAMAMenurut pandangan sosiolog, agama yang terwujud dalam kehidupan masyarakat adalah fakta sosial. Sebagai suatu fakta sosial, agama dipelajari oleh sosiolog dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Disiplin ilmu yang dipergunakan oleh sosiolog dalam mempelajari masyarakat beragama itu disebut sosiologi agama. Sosiologi agama adalah suatu cabang ilmu yang otonom, muncul setelah abad ke 19. Pada prinsipnya, ilmu ini sama dengan sosiologi umum, sedangkan sosiologi agama membicarakan salah satu aspek dari berbagai fenomena sosial, yaitu agama dalam perwujudan sosial.Sosiologi agama memusatkan perhatiannya terutama untuk memahami makna yang diberikan oleh suatu masyarakat kepada sistem agamanya sendiri, dan berbagai hubungan antaragama dengan struktur sosial lainnya, juga dengan berbagai aspek budaya yang bukan agama.Para ahli sosiologi agama memandang agama sebagai suatu pengertian yang luas dan universal, dari sudut pandang sosial dan tidak melulu membicarakan suatu agama yang diteliti oleh para penganut agama tertentu, tetapi semua agama dan disemua daerah di dunia tanpa memihak dan memilah-milah. Pengkajiannya bukan diarahkan kepada bagaimana cara seseorang beragama, melainkan diarahkan kepada kehidupan agama secara kolektif terutama dipusatkan kepada fungsi agama dalam mengembangkan atau menghambat kelangsungan hidup dan pemeliharaan kelompok-kelompok masyarakat. Perhatiannya juga ditujukan pada agama sebagai salah satu aspek dari tingkah laku kelompok dan kepada peranan yang dimainkannya selama berabad-abad hingga sekarang.12. INTERELASI ANTARA AGAMA DAN MASYARAKATDalam perspektif sosiologis, agama dipandang sebagai sistem kepercayaan yang diwujudkan dalam perilaku sosial tertentu. Ia berkaitan dengan pengalaman manusia, baik sebagai individu maupun kelompok. Sehingga, setiap perilaku yang diperankannya akan terkait dengan sitem keyakinan dari ajaran agama yang dianutnya. Perilaku individu dan sosial digerakkan oleh kekuatan dari dalam yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran agama yang menginternalisasi sebelumnya. Karena itu, Wach lebih jauh beranggapan bahwa keagamaan yang bersifat subjektif, dapat diobjektifkan dalam pelbagai macam ungkapan, dan ungkapan-ungkapan tersebut mempunyai struktur tertentu yang dapat dipahami.Ada lima dimensi beragama menurut C.Y Glock dan R. Stark yaitu :a. dimensi keyakinan;b. dimensi praktik agama;c. dimensi pengalaman keagamaan;d. dimensi pengetahuan agama;e. dimensi konsekuensi. Hubungan interdipendensi antara agama dan masyarakat, menurut Wach menunjukkan adanya pengaruh timbal balik antara kedua faktor tersebut yaitu :a. pengaruh agama terhadap masyarakat, seperti yang terlihat dalam pembentukan, pengembangan, dan penentuan kelompok keagamaan spesifik yang baru.b. pengaruh masyarakat terhadap agama. Wach memusatkan perhatiannya pada faktor-faktor sosial yang memberikan nuansa dan keragaman perasaan dan sikap keagamaan yang terdapat dalam suatu lingkungan atau kelompok sosial tertentu.Seseorang yang menganut agama akan merefleksi dalam bentuk kehidupan masyarakat melalui ekspresi tepritis, ekpresi praktis, dan dalam persekutuan. Begitu pula faktor-faktor sosial dan nilai-nilai kultural lokal memberikan nuansa keragaman perasaan dan sikap keagamaan bagi individu yang terdapat dalam lingkungan sosial tertentu.Jika salah satu bagian dalam sistem sosial itu berubah, maka bagian lain mereorganisasi, agar timbul keseimbangan dalam masyarakat. Dan jika lingkungan sosial ekonomi berubah, maka agama mengadakan penyesuaian atau bahkan sebaliknya. Berdasarkan hal itu, muncul dugaan hipotesis bahwa perilaku pemeluk agama tarekat di perkotaan berbeda dengan di pedesaan disebabkan oleh adanya penyesuaian dengan lingkungan sosial masing-masing.13. INTERELASI AGAMA DAN BUDAYAManusia, masyarakat, dan kebudayaan berhubungan secara dialektik. Ketiganya berdampingan dan berimpit saling menciptakan dan meniadakan. Yang diibaratkan seperti dalam permainan gamsut.Satu sisi manusia menciptakan sejumlah nilai bagi masyarakatnya, pada sisi yang lain, secara bersamaan, manusia secara kodrati senantiasa berhadapan dan berada dalam masyarakatnya, homosocius. Masyarakat telah ada sebelum seorang individu dilahirkan dan masih akan ada sesudah individu mati. Lebih dari itu, di dalam masyarakatlah dan sebagai hasil proses sosial, individu menjadi sebuah pribadi; ia memperoleh dan berpegang pada suatu indentitas. Manusia tidak akan eksis bila terpisah dari masyarakat. Dengan kata lain, masyarakat diciptakan oleh manusia, sedangkan manusia sendiri merupakan produk dari masyarakat. Kedua hal itu menggambarkan adanya dialektika inheren dari fenomena masyarakat. Inilah yang dimaksud dengan dialektika sosial.Dalam kehidupan berbudaya, manusia melakukan proses objektivasi. Proses objektivikasi ini, menurut Miller, melibatkan hubungan antar subjek, kebudayaan, sebagai bentuk eksternal, dan artefak, sebagai objek ciptaan manusia. Dalam kaitan ini, subjek mengeksternalisasikan dirinya melalui penciptaan objek-objek, yang dimaksudkan untuk menciptakan diferensiasi, kemudian menginternalisasikan nilai-nilai ciptaan tersebut melalui proses sublasi atau pemberian pengakuan.Akan tetapi, dalam proses sublasi ini, sang subjek selalu merasa tidak puas dengan hasil ciptaannya sendiri karena ia selalu membandingkan hasil ciptaan tersebut dengan pengetahuan atau nilai absolut, yang justru beranjak lebih jauh tatkala ia didekati diacu. Sehingga yang kemudian terjadi adalah rasa ketidakpuasan tanpa akhir serta penciptaan terus menerus untuk pemenuhannya. Rasa ketidakpuasan abadi terhadap hasil ciptaan inilah yang membangkitkan motivasi daya yang tak habis-habisnya bagi pengembangan lebih lanjut dalam suatu dialektika penciptaan (termasuk agama dalam kontek budaya). Teori sosial pada awalnya bersifat historis dan komparatif. Objek analisanya berupa kasus tertentu, seperti telaah Weber mengenai birokrasi Jerman atau tulisan Marx tentang kapitalisme Inggris. Dalam sudut teori ini, memahami suatu masyarakat berarti memahami perbedaannya dengan berbagai bentuk kehidupan dimasa-masa dan tempat yang berbeda.Weber menekankan bahwa tujuan akhir dari pemahaman interpretatif atas tindakan sosial adalah untuk sampai pada penjelasan kausal mengenai berbagai peristiwa beserta akibatnya. Kadang-kadang ungkapannya, suatu telaah menyeluruh semacam itu memaksa sang analisis untuk keluar dari semua parameter yang berdasarkan penghayatan atau pengamatan yang disadari.Sebagai pemahaman interpretatif, realitas dan tindakan sosial dianggap sebagai teks sebagaimana layaknya kegiatan penafsiran. Teks yang dimaksud berarti apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan oleh tindakan sosial.Pada akhirnya, pengetahuan kita tentang dunia setempat (native) memang selalu bergantung pada pengetahuan yang lebih luas. Bahkan, suatu uraian yang paling partikularistik sekalipun akan mengandung corak pengetahuan komparatif itu. Sebaliknya, teori sosial selalu mengalami pembaruan melalui aplikasinya dalam waktu dan tempat-tempat tertentu. Yang membuat usaha kita menjadi suatu disiplin adalah saling mengisi dan keterikatan terus-menerus antara teori umum dan penelitian lokal.14. METODE SOSIOLOGI AGAMAAda dua pendekatan penting dalam penelitian agama, yaitu :a. Pendekatan teologis, yakni pendekatan kewahyuan atau pendekatan keyakinan peneliti sendiri. Pendekatan ini biasanya dilakukan dalam penelitian terhadap suatu agama untuk kepentingan agama yang diyakini si peneliti, atau penelitian terhadap suatu agama oleh pemeluk agama itu sendiri untuk menambah pembenaran keyakinan terhadap agama yang dipeluknya itu.b. Pendekatan keilmuan, yaitu pendekatan yang memakai metodologi ilmiah, penelitian yang memakai aturan-aturan yang lazim dalam penelitian keilmuan. Pendekatan ini memakai metodologi tertentu yang diakui kebenarannya oleh dunia keilmuan, sistematis atau runtut dalam cara kerjanya, empiris yang diambil dari dunia nyata bukan dari pemikiran atau angan-angan.Ada dua bidang keilmuan yang digunakan dalam penelitian agama, yaitu :a. bidang ilmu budaya. Bidang keilmuan ini menekankan pada pencarian informasi substansi objek penelitian, tidak terikat oleh model metodologi yang baku dan ketat sebagaimana dalam bidang ilmu alam.b. bidang ilmu sosial. Bidang ilmu ini adalah penelitian ilmiah yang mempunyai aturan-aturan yang lazim, yang harus diikuti oleh setiap peneliti. Yang menjadi objek penelitian agama dengan memakai pendekatan ilmu sosial ini adalah keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam masyarakat pemeluk agama, yang merupakan akibat dari terjadinya proses interaksi diantara anggota masyarakat, atau antara kelompok dalam suatu masyarakat beragama atau antara suatu masyarakat beragama dengan masyarakat beragama yang lain, baik sebagai proses masyarakat maupun keadaan statis masyarakat tertentu. Sebelum penelitian, harus dirumuskan terlebih dahulu metodologi apa yang akan digunakan dalam penelitian suatu objek penelitian. Langkah penentuan masalah, pencarian konsep-konsep, perumusan hipotesis, pencarian data ke lapangan serta kesimpulan yang diambil merupakan rangkaian sistem yang harus dilalui sebagai suatu disiplin dalam perjalanan penelitian yang dikerjakan.Ada beberapa contoh penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan sosial, yaitu: a. Sosiologis, yakni pendekatan tentang interelasi dari agama dan masyarakat serta bentuk-bentuk interaksi yang terjadi antar mereka. Tokohnya, Emile Durkheim. Diantara hasil karyanya ditulis dalam buku, Sucide (1912), kemudian buku The Elementary Forms of The Religious Life (1959).b. Antropologis, yaitu pendekatan kebudayaan; agama dipandang sebagai bagian dari kebudayaan, baik dalam wujud idea maupun gagasan dianggap sebagai suatu sistem norma dan nilai yang dimiliki oleh anggota masyarakat, yang mengikat seluruh anggota masyarakat. Tokohnya, Max Muller, W. Mannhardit, E.B. Taylor. Karya E.B. Taylor ditulis dalam buku, The Primitive Culture.c. Psikologis, yaitu studi ilmiah mengenai agama ditinjau dari perspektif psikologis. Tokohnya, Sigmund Freud. Hasil karya ditulis dalam buku berjudul Totem und Tabu (1912). d. Historis atau pendekatan kesejarahan. Tokohnya, Wilhelm Schmidt. Hasil karyanya di tulis dalam buku yang berjudul Ursprung der Gottesidee (1912 dan 1954).e. Fenomenologis, yaitu pendekatan yang menggunakan perbandingan sebagai sarana interpretasi yang utama untuk memahami arti dari kepsresi-ekspresi keagamaan.Adapun wilayah kajian Sosiologi Agama, meliputi :a. Perwujudan agama di kepulauan Indonesiab. Penelitian mengenai berbagai kepercayaanc. Penelitian mengenai pranata keagamaand. Penelitian mengenai organisasi-organisasi yang berhubungan dengan suatu agamae. Penelitian mengenai berbagai peranan dalam keagamaanf. Penelitian mengenai agama dan pelapisan socialg. Penelitian mengenai agama dan masyarakat daerahh. Penelitian mengenai agama dan golongan sociali. Penelitian mengenai gerakan keagamaanj. Penelitian mengenai perasaan dan pengalaman keagamaank. Penelitian mengenai agama sebagai motivasi untuk bertindakl. Penelitian mengenai peranan agama dalam perubahan socialm. Penelitian mengenai agama sebagai faktor integrasi masyarakat n. Penelitian mengenai agama sebagai faktor pemisah dan pertentangan di masyarakat o. Penelitian mengenai masalah hubungan antarpemeluk agama atau antarkelompok KeagamaanAdapun tujuan penelitian sosiologi agama adalah untuk memperoleh gambaran (deskripsi) mengenai kemungkinan ya ng terjadi akibat kegiatan atau keputusan pejabat pemerintah atau pejabat agama. Atau akibat rencana pembangunan yang menyebabkan perubahan di masyarakat beragama. Mengenai karakteristik metode penelitian sosiologi agama, yaitu :a. agama adalah fenomena yang terjadi dalam subjek manusia serta terungkapkan dalam tanda dan simbol. Oleh karena itu, perlu kecermatan dari peneliti untuk bisa memilah dan mengkatagorikan mana simbol dan tanda yang masuk sistem kepercayaan, mana tanda dan simbol yang masuk upacara keagamaan, dan apakah fenomena tertentu dikatagorikan suatu gejala keagamaan atau gejala yang lain.b. fakta religius bersifat subjektif.c. pemahaman makna fenomena agama diperoleh melalui pemahaman ungkapan-ungkapan keagamaan.d. pemahaman suatu fenomena religius meliputi empati terhadap pengalaman, pemikiran, emosi, dan ide-ide orang yang memeluk suatu agama.e. fakta-fakta keagamaan adalah fakta psikis dan spiritual. Adapun data dalam penelitian sosiologi agama yang dibutuhkan oleh peneliti :a. Data macam apa yang dibutuhkan dalam penelitian tersebut.b. dimana dan dari mana data tersebut dapat diperoleh.c. bagaimana cara memperoleh data-data tersebut.d. berapa banyak data yang dibutuhkan sehingga data itu dianggap mencukupi sebagai Sebuah bukti atau barang bukti untuk pemecahan masalah.Untuk sumber data dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :a. sumber data lapangan; b. sumber data dokumenter.Kemudian jenis data yang dipergunakan dapat berupa data secunder dan data primer.15. AGAMA DAN MASYARAKATAgama memberi makna pada kehidupan individu dan kelompok, juga memberi harapan tentang kelanggengan hidup sesudah mati. Agama dapat menjadi sarana manusia untuk mengangkat diri dari kehidupan duniawi yang penuh penderitaan, mencapai kemandirian spiritual. Agama memperkuat kelompok-kelompok, sanksi moral untuk perbuatan perorangan, dan menjadi dasar persamaan tujuan serta nilai-nilai yang menjadi landasan keseimbangan masyarakat.Agama berperan dalam tiga kawasan kehidupan manusia :a. kawasan yang kebutuhan manusiawi dapat dipenuhi dengan kekuatan manusia sendiri.b. kawasan manusia yang merasa aman secara moral. Tingkah laku dan tata pergaulan manusia diatur lewat norma-norma rasional yang dibenarkan agama, seperti norma sopan santun, norma hukum serta aturan-aturan dalam masyarakat.c. merupakan daerah yang manusia secara total mengalami ketidakmampuannya.Agama tidak lain adalah proyeksi masyarakat sendiri dalam kesadaran manusia. Selama masyarakat masih berlangsung, agama pun akan tetap lestari. Masyarakat, bagimanapun akan tetap menghasilkan simbol-simbol pengertian diri kolektifnya; dan dengan demikian, menciptakan agama.Masyarakat diikat oleh sistem simbol yang umum. Sistem simbol itu akan berpusat pada martabat manusia sebagai pribadi, kesejahteraan umum, dan norma-norma etik yang selaras dengan karakteristik masyarakat itu sendiri. Setiap masyarakat dalam proses menghayati cita-citanya yang tertinggi akan menumbuhkan kebaktian pada representasi diri simboliknya.16. AGAMA DAN GOLONGAN MASYARAKATAgama merupakan suatu hal yang dijadikan sandaran penganutnya ketika terjadi hal-hal yang berada di luar jangkauan dan kemampuannya karena sifatnya yang supra natural, sehingga diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah yang empiris. Selanjutnya, golongan masyarakat dapat diartikan sebagai penggolongan anggota-anggota masyarakat kedalam suatu kelompok yang mempunyai karakteristik yang sama atau dianggap sejenis. Misalnya :a. penggolongan berdasarkan jenis kelamin, pria dan wanita;b. penggolongan berdasarkan usia, tua atau muda;c. penggolongan berdasarkan pendidikan, cendekian atau buta huruf;d. penggolongan berdasarkan pekerjaan, pegawai atau bukan pegawai.Pengaruh agama terhadap masyarakat dapat dipelajari melalui kebudayaan, sistem sosial dan kepribadian. Ketiga aspek itu merupakan fenomena sosial yang komplek dan terpadu yang pengaruhnya dapat diamati pada perilaku manusia.Nottingham membagi kedalam tiga tipe yaitu :a. Masyarakat yang terbelakang dan nilai-nilai sakral.b. Masyarakat praindustri yang sedang berkembang.17. AGAMA SEBAGAI FAKTOR KONFLIK DI MASYARAKATAgama dalam satu sisi dipandang sebagai sumber moral dan nilai, dan pada sisi lain sebagai sumber konflik. Masalahnya pemeluk agama kadang menampakkan wajah ganda. Mungkin sebagai bentuk solidaritas sosial, maka hampir semua pemeluk agama akan berinteraksi dan berpandangan sama (untuk sementara) dalam menyikapi misalnya sebuah musibah.Ketika masing-masing pemeluk akan menampakkan jatidiri sebagai pemeluk yang terbaik, akan berusaha agar pemeluk agama lain mengikuti millahnya, maka konflik antar agama akan diciptakan atau dibuat ada masalah (hanya untuk mengukur respons yang sebenarnya tidak tega melakukannya sebagai hati nurani sesama manusia : bila benar). 18. AGAMA DAN PELAPISAN SOSIALAgama dan pelapisan sosial adalah dua hal yang berbeda. Walaupun demikian, membicarakan keduanya dalam satu bahasan atau topik, tetap akan mempunyai aspek-aspek positif dalam kajian akademis, bahkan lebih jauh bisa menemukan hal-hal yang baru dalam bidang keagamaan. Pernyataan ini tidak lepas dari anggapan, bahwa agama dan masyarakat, dalam pengertian lapisan sosial; diduga sebagai dua unsur yang saling mempengaruhi satu sama lain.Dalam pernyataan tersebut agama difahami sebagai sebuah sestem kepercayaan, sedangkan lapisan sosial sebagai strata orang-orang yang berkedudukan sama dalam kontinum status sosial. 19. AGAMA SEBAGAI MOTIVATOR TINDAKAN SOSIALMasalah agama merupakan masalah sosial, tetapi penghayatannya amat bersifat individual. Apa yang difahami dan apa yang dihayati sebagai agama oleh seseorang, sangat bergantung pada latar belakang dan kepribadiannya. Hal ini membuat adanya perbedaan tekanan penghayatan dari satu orang ke orang lain, dan membuat agama menjadi bagian yang amat mendalam dari kepribadian atau privacy seseorang. Oleh karena itu, agama senantiasa bersangkutan dengan kepekaan emosional. Meskipun demikian, masih terdapat kemungkinan untuk membicarakan agama sebagai suatu yang umum dan objektif. 20. KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA : Kajian Sosiologis terhadap Pluralisme Agama di IndonesiaIslam adalah agama rahmatan lilaalamiin. Dengan keyakinan bahwa keberadaan Islam mesti membuat nyaman berada di depan, di tengah, bersama atau dibelakang agama-agama lain. Persoalannya adalah kekuatan mana yang akan menang sebagai penguasa atau pemegang amanah pembawa agama Islam, bila umat lain masih belum senang melihat kemajuan umat Islam bahkan akan berupaya untuk menciptakan Islam agar terus terkesan lemah dimata agama-agama lain, maka sulit menerapkan kerukunan. Jikapun ada hanya kepura-puraan. Sebenarnya konsep yang telah dijelaskan dalam ajaran Islam tentang sikap umat Islam terhadap agama lain berkenaan dengan urusan agamanya adalah bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Kemudian dijelaskan lagi Tidak ada paksaan dalam masuk Islam. Bahkan Rasulullah saw pun menjadi contoh dalam mengejawantahkan kerukunan engan tidak memaksa agama kepada Pamannya Abu Thalib, yang berbeda agama. Itu berarti siapa yang akan dibuat repot dengan toleransi, apakah Islam harus melayani atau dilayani atau biarkan saja sesuai dengan Sunnatullah. 21. AGAMA DAN MODERNISASIAspek yang paling spektakuler dari modernisasi adalah pergantian teknik produksi, yaitu dari teknik produksi yang bertumpu pada penggunaan energi nyawa ke energi tak bernyawa. Dalam perkembangannya proses pergantian teknik produksi hanya merupakan salah satu aspek dari proses modernisasi.Dalam bidang ekonomi, modernisasi berarti tumbuhnya kompleks-kompleks industri besar, tempat barang konsumsi dan produksi diadakan secara massal. Hal ini berkaitan dengan kebutuhan atas pengaturan organisasi-organisasi sosial yang lebih rumit dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi orang atau kelompok orang dalam hal produksi, distribusi, dan konsumsi.Ekonomi modern serupa itu menuntut adanya suatu masyarakat nasional yang memungkinkan terciptanya ketertiban dan ketenteraman sehingga menjamin lalu-lintas barang, orang, dan informasi. Sejalan dengan kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi, mobilitas sosial dan ruang dari masyarakat semakin tinggi. Dalam konteks inilah, sistem nilai dan kepercayaan masyarakat mengenai dunia mengalami perubahan sehingga terjadi proses sekularisasi dan memudarnya fungsi agama, termasuk Islam.22. KESIMPULAN DAN TANGGAPAN PENULISMakna Toleransi dalam Kehidupan Beragama dan bermasyarakatMembicarakan Agama berarti menjelaskan dan memahami keberadaan Agama-agama yang berlaku dan diakui secara umum baik yang berlaku pada suatu bangsa tertentu atau bangsa-bangsa lain yang dijadikan Agama resmi.Bila tokoh Agama yang berbicara, maka pembicaraannya akan mewakili Agama yang dipeluknya dan Agama-agama lain yang sedang diperbincangkan. Itu berarti harus ada titik persamaan yang dapat dijadikan pola fikir dan acuan didalam membahas sesuatu persoalan yang berhubungan dengan kehidupan keagamaan secara menyeluruh. Dalam pandangan Islam, ketika akan membahas terhadap peribadatan atau kehidupan Agama selain Islam, maka konsep dasarnya adalah Toleransi. Karena Islam yang sedang membicarakan, maka dasar berpijaknyapun adalah kalam Allah dan Sunnatur Rasul. Dan keterangan-keterangan lain baik yang pernah diamalkan oleh Sahabat maupun Tabiin, bahkan Tabiut Tabiin. Atau generasi baru yang dapat diterima dan telah teruji konsep-konsepnya serta agama yang sedang dibicarakan menerimanya.Pemeluk Islam tidak akan salah, ketika menyatakan bahwa agama yang paling benar adalah Islam. Adakah akan luntur pembicaraannya saat berhadapan dengan agama lain? Bila pemeluk agama lain yang memahami ajaran Islam, maka tidak akan komentar disebabkan ada konsep toleransi. Itu berarti kedatangan toleransi diwujudkan dengan amaliah keseharian oleh pemeluk agama selain Islam yang telah memahami makna toleransi.Bagi umat Islam sendiri tanpa harus menjual konsep toleransi, menjadi tidak berpengaruh dengan konsep dasar yang telah diajarkan oleh Allah sesuai firman-Nya (Q.S 109 : 6). Apakah agama lain akan bertoleransi atau tidak. Artinya keadaan pemeluk Islam tanpa harus berpura-pura untuk menghormati dan harus dihormati oleh agama lain, maka kehidupan akan tetap berjalan. Misalnya, saat akan berangkat menuju Masjid atau ke Mejelis Talim, yang jalan menuju ke arah tempat tersebut sedang diadakan kebaktian, maka bukan berarti akan menghentikan kegiatannya lantaran ada yang sedang beribadah cara mereka ? Begitu pula sebaliknya, mereka yang sedang beribadah lalu menghentikan acaranya, lantaran memberi kesempatan pada umat Islam yang akan shalat Jumat atau Idain. 1