tugas sejarah jawa 1
DESCRIPTION
jawa kunoTRANSCRIPT
Sejarah Pulau Jawa, Batas – Batas Wilayah dan Pembagian Pulau Jawa,
serta Watak Orang – Orang Jawa kuno
SEJARAH JAWA
PETA PULAU JAWA ZAMAN
KUNO
Sebelum dihuni
manusia, bumi
Jawa telah dihuni
oleh golongan
dewa-dewi dan
makhluk halus
lainnya. Salah
satu putra Sang
Hyang Jagad
Girinata, yaitu
Bathara Wisnu,
turun ke
arcapada lalu
kawin dengan
Pratiwi, dewinya
bumi…
Sebuah teori geologi kuno menyebutkan, proses terbentuknya daratan yang terjadi di Asia belahan
selatan adalah akibat proses pergerakan anak benua India ke utara, yang bertabrakan dengan lempengan
sebelah utara.
Proses tersebut terjadi pada 20-36 juta tahun yang silam. Anak benua yang di selatan sebagian terendam air laut, sehingga yang muncul di permukaan adalah gugusan-gugusan pulau yang merupakan mata rantai
gunung berapi. Gugusan pulau-pulau di Asia Tenggara, yang sebagian adalah Nuswantoro (Nusantara), yang
pada zaman dahulu disebut Sweta Dwipa.Dari bagian daratan ini salah satunya adalah gugusan anak benua yang disebut Jawata, yang satu potongan
bagiannya adalah pulau Jawa.
SEJARAH PULAU JAWA
Pulau Jawa luasnya 127.000 Km persegi, memanjang dari barat ke timur lebih kurang
1.000km. Bentuknya yang memanjang dan sempit karena kedudukannya ada dalam
suatu geosinklinal muda dan jalur orogenetik dengan vulkanisme kuat. Pulau Jawa
merupakan bagian dari sistem Pegunungan Sunda yang memanjang dari timur : Busur Banda-sepanjang Kepulauan Sunda Kecil-
Pulau Jawa-Pulau Sumatera-Pulau Andaman-Pulau Nikobar-Arakan Yoma(di Myanmar)
yang di sini bertemu dengan Sistem Himalaya dengan sudut yang tajam
KEADAAN PULAU JAWA
Pulau Jawa terletak di bagian selatan wilayah Indonesia. Wilayah sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah Timur berbatasan
dengan Selat Bali, sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, dan sebelah Barat
berbatasan dengan Selat Sunda. Wilayah Pulau Jawa memanjang ke arah Timur dan Barat sejauh 1050 Km (sekitar 650 mil). Adapun
lebar maksimal, terletak pada garis pararel ke-5 dan ke-10 dari garis lintang Selatan,
mencapai 204 Km (sekitar 127 mil). Secara geografi, Pulau Jawa terletak pada 5’ - 10’ LS
dan 105 ‘ – 115’ BT. Memiliki luas sekitar 139.000 Km2
LETAK GEOGRAFIS PULAU JAWA
Menurut budiono (2008:66), “tanah Jawa ini meliputi 3 wilayah provinsi, yakni Jawa tengah, daerah istimewa
yogyakarta dan Jawa timur”.Secara fisiologis Pulau Jawa dapat dibedakan menjadi tiga zone yang memanjang dari Barat-Timur secara Paralel. Ketiga zone tersebut adalah sebagai berikut:Zone SelatanZone TengahZone Utara
Disamping pembagian Pulau Jawa di atas, deskripsi selanjutnya Pulau Jawa dibagi atas tiga bagian yaitu bagian
timur yang membentang dari Semarang ke arah timur, disebut Jawa timur, bagian tengah yang membentang antara
Cirebon dan Semarang, disebut Jawa tengah, dan bagian yang membentang dari Cirebon ke arah barat disebut Jawa
Barat.
WILAYAH BAGIAN PULAU JAWA
Pada tengah hari, khususnya di daerah dataran rendah, temperatur udara di Pulau Jawa relatif sama tingginya, sekitar 37 º C (99 ºF) dengan kelembapan relatif yang
seringkali melebihi 80 persen. Untuk wilayah dengan ketinggian di atas 610 meter, syarat-syarat iklim yang hangat dan dingin berlaku
di sini. Rata-rata curah hujan tahunan di Pulau Jawa menunjukkan 2030 mm (sekitar
80 inci). Akan tetapi, dengan kondisi wilayah yang cukup luas, jumlah curah hujan pun bervariasi antara suatu wilayah dengan
wilayah lainnya
IKLIM
Ekonomi pada zaman kuno tidak menentu, masyarakat pada zaman ini hidup berpindah-pindah dan memenuhi semua kebutuhannya dari alam. Dengan semakin meningkatnya peradaban manusia pada zaman kuno yang dibuktikan dengan ditemukannya alat-alat
serta sistem tata hidup yang lebih baik, misal : adanya sistem barter (tukar menukar
barang), cara hidup berburu dan meramu berubah menjadi bercocok tanam di ladang atau sawah, dan kehidupan mulai menetap. Ekonomi masyarakat Jawa kuno pada waktu
itu berangsur-angsur menjadi lebih baik
EKONOMI
Bentuk kemasyarakatan Jawa secara historis-sosiologis pada dasarnya terdiri dari
masyarakat kekeluargaan, masyarakat gotong royong, dan masyarakat ketuhanan. Masyarakat Jawa pada masa lalu bukanlah
merupakan sekumpulan manusia yang menghubungkan individu satu dengan
lainnya dan individu satu dengan masyarakat, akan tetapi merupakan suatu kesatuan yang lekat terikat satu sama lain oleh norma – norma hidup karena sejarah,
tradisi, maupun religi. Sebagai umat terkecil dalam masyarakat adalah hidup
kekeluargaan.
SOSIAL
Secara antropologi budaya, yang disebut suku bangsa Jawa adalah orang – orang
yang secara turun – temurun menggunakan bahasa Jawa dengan berbagai ragam
dialeknya dalam kehidupan keseharian, dan bertempat tinggal di wilayah Jawa tengah,
daerah istimewa Yogyakarta dan Jawa timur, serta mereka yang berasal dari ketiga
wilayah tersebut. Wilayah kediaman suku bangsa Jawa biasa disebut sebagai tanah
Jawa. ( Budiono, 2008:65 )
ORANG JAWA
Menurut Dr. J. L. Brandes, 10 unsur kebudayaan yang dimiliki oleh orang Jawa antara lain:
Bercocok tanam dan bersawahMengenal permainan wayangMengenal seni gamelanMengenal seni membatikPola susunan masyarakat MacapatMengenal alat tukar dalam perdaganganMampu membuat barang-barang dari logamMemiliki kemampuan yang tinggi dalam
pelayaranMengenal pengetahuan astronomiMengenal masyarakat yang teratur
KEBUDAYAAN ASLI PULAU JAWA
Bercocok tanam dan bersawah
Cara bercocok tanam yang
pertama dilakukan, yaitu
dengan sistem berladang.
Lama kelamaan sistem ini
berubah menjadi bersawah.
Cara bercocok tanam
dengan bersawah kemudian
menjadi bagian dari hidup
mereka. Berkenaan dengan
hal itu, mereka berusaha
mencari tempat tinggal dan
tempat bercocok tanam yang
terletak disepanjang aliran
sungai. Akhirnya, mereka
mampu mengatur tata air
melalui irigasi sederhana.
Mereka juga dapat
menentukan jenis tanaman
apa yang cocok ditanam
pada suatu musim.
Mengenal permainan wayang
Bermula dari
kepercayaan
Animisme.
Dimainkan pada
malam hari oleh
Dalang menggunakan
Boneka sebagai
penjelamaan roh
nenek moyang.
Biasanya berisi
petuah, nasihat
kepada penonton
Mengenal seni gamelan
Digunakan untuk
mengiringi
pertunjukan
wayang dan juga
mengiringi
pelaksanaan
upacara. Alat yang
dipakai misalnya
Bonang, Kempul,
Saron, Gendang,
Gendher, dll
Mengenal seni membatik
Berupa
kepandaian
menghias kain
dengan
menggunakan
canthing. Motif
biasanya
menggambarkan
alam sekitar
Pola susunan masyarakat Macapat
Sistem macapat merupakan
suatu tatacara yang
didasarkan pada jumlah
empat dan pusat pemerintah
terletak di tengah-tengah
wilayah yang dikuasainya.
Pada pusat pemerintahan
terdapat tanah lapang (alun-
alun) dan di empat penjuru
terdapat bangunan-
bangunan yang penting
seperti keraton, tempat
pemujaan, pasar, penjara.
Susunan seperti itu masih
banyak ditemukan pada
kota-kota lama
Mengenal alat tukar dalam perdagangan
Mampu membuat barang-barang dari
logam
Ada dua (2) teknik
yang digunakan
dalam membuat
barang dari logam,
yaitu :
Bivalve, memakai
cetakan dari
tanah liat yang
dibakar
A Cire Perdue,
memakai
cetakan dari lilin
Memiliki kemampuan yang tinggi dalam pelayaran
Mengenal pengetahuan astronomi
Pengetahuan
tentang astronomi
sangat penting
dalam kehidupan
mereka terutama
pada saat berlayar
waktu malam
hari. Astronomi
juga, penting
artinya dalam
menentukan
musim untuk
keperluan
pertanian
Mengenal masyarakat yang teraturDalam kehidupan kelompok masyarakat
yang sudah menetap diperlukan adanya
aturan-aturan dalam masyarakat. Pada
masyarakat dari desa-desa kuno di
Indonesia telah memiliki aturan
kehidupan yang demokratis. Hal ini
dapat ditunjukkan dalam musyawarah
dan mufakat memilih seorang pemimpin.
Seorang pemimpin yang dipilih itu
diharapkan dapat melindungi
masyarakat dari gangguan masyarakat
luar maupun roh jahat dan dapat
mengatur masyarakat dengan baik. Bila
seorang pemimpin meninggal,
makamnya dipuja oleh penduduk daerah
itu
Sebagai orang Jawa mesti mampu “menempatkan” orang pada “tempat”-nya. Artinya, harus menjaga perasaan orang lain.
Mungkin ada juga hubungan dengan pemeo “Hargailah orang lain sebagaimana Anda ingin dihargai”. Itu pula barangkali yang
menjadi sebab orang Jawa amat sangat memerhatikan orang lain. Memerhatikan pendapat mereka tentang dirinya. Menjaga agar diri
sendiri senantiasa terlihat wajar di mata mereka. Dalam tahap kritis, ada semacam “sikap menggantung” kepada orang lain.
Tentu etika sopan-santun itu bakal sangat memprihatinkan manakala diterapkan melebihi kadar yang seharusnya. Akan muncul
sikap penghambaan, sembah-menyembah, kepada manusia, ketidakterusterangan, dan sebagainya.
Feodalisme, sembah-menyembah kepada sesama itu, murni
merupakan pribadi nenek-moyang orang Jawa sendiri. Feodalisme Jawa yang memiliki nilai kebudayaan yang direproduksi dan
diwariskan secara turun temurun. Feodalisme Jawa dibangun atas kekuasaan penguasa didasarkan atas jumlah pengikut dan diikat
oleh konsep bersatunya kawula dan gusti, atau bawahan dan atasan.
FEODALISTIK
Suku bangsa Jawa pada hakikatnya adalah masyarakat berketuhanan ( sosio religious).
Sejarah Jawa mencatat, sejak zaman purba orang Jawa telah memiliki pandangan hidup yang
mempercayai hal yang gaib, dalam arti meyakini adanya kekuatan rahasia yang kasat mata dan
dapat mempengaruhi kehidupan manusia di dunia ini ( budiono, 2008:70).
Pemikiran yang bersifat religious-magis ini secara umum dapat berupa kepercayaan yang di sebut
animisme-dinamisme dan bisa berupa totemisme. Adanya proses ritual-ritual tertentu membuktikan
kepercayaan animisme dan dinamisme telah tumbuh dan berkembang pesat di sekitar
lingkungan manusia masa lalu.
KEAGAMAAN
Fatalistik mempunyai pengertian budaya lama yang sudah tidak relevan lagi digunakan saat ini. Anggapan sebagian orang bahwa budaya lama yang ditinggalkan oleh nenek moyang, kolot dan tidak bisa ber-asimilasi dengan budaya yang berkembang saat ini, sehingga budaya itu cenderung ditinggalkan. Rapuhnya filterisasi akan percampuran budaya asing yang masuk semakin menggerus dan menyudutkan budaya asli jawa. Berikut adalah beberapa contoh kebudayaan jawa yang dianggap oleh sebagian orang tidak relevan lagi dengan kemajuan zaman, antara lain : Benda – benda yang dianggap keramat bagi masyarakat jawa kuno
(tombak bertuah, ajimat – ajimat, rajah/mantra,dll), pada zaman sekarang keberadaannya sudah mulai berkurang bahkan yang memilikinya bukan memanfaatkannya untuk mencari ketenaran atau pamer kesaktian, akan tetapi hanya menjadi benda untuk koleksi semata.
Kebudayaan jawa yang mengakibatkan rendahnya kedudukan wanita di mata pria. Angapan orang jawa kuno bahwa wanita hanya sebagai “konco wingking” dan tidak boleh bekerja atau beraktifitas seperti pria, sangat jauh berbeda dengan zaman sekarang dimana kedudukan wanita sama dengan pria (emansipasi wanita), bisa bekerja dan beraktivitas sama bahkan melebihi seorang pria.
Pada zaman masyarakat jawa kuno seorang Raja dianggap sebagai titisan dewa, dan disembah oleh para bawahannya. Sedangkan pada zaman sekarang seorang Raja hanya sebagai title ataupun gelar semata dan kurang dihargai oleh masyarakat luas
FATALISTIK