tugas sejarah

Upload: afifah-dwi-septiana

Post on 06-Jan-2016

40 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

orba

TRANSCRIPT

Latar belakang Lahirnya Orde BaruLahirnya era orde baru dilatarbelakangi oleh runtuhnya orde lama. Tepatnya pada saat runtuhnya kekuasaan Soekarno yang lalu digantikan oleh Soeharto. Salah satu penyebab yang melatarbelakangi runtuhnya orde lama dan lahirnya orde baru adalah keadaan keamanan dalam negri yang tidak kondusif pada masa orde lama. Terlebih lagi karena adanya peristiwa pemberontakan G30S PKI. Hal ini menyebabkan presiden Soekarno memberikan mandat kepada Soeharto untuk melaksanakan kegiatan pengamanan di indonesia melalui surat perintah sebelas maret atau Supersemar.Kronologis lahirnya orde baru 30 September 1965Terjadinya pemberontakan G30S PKI 11 Maret 1966Letjen Soeharto menerima Supersemar dari presiden Soekarno untuk melakukan pengamanan 12 Maret 1966Dengan memegang Supersemar, Soeharto mengumumkan pembubaran PKI dan menyatakannya sebagai organisasi terlarang 22 Februari 1967Soeharto menerima penyerahan kekuasaan pemerintahan dari presiden Soekarno 7 Maret 1967Melalui sidang istimewa MPRS, Soeharto ditunjuka sebagai pejabat presiden sampai terpilihnya presiden oleh MPR hasilpemilu 12 Maret 1967Jenderal Soeharto dilantik menjadi presiden Indonesia kedua sekaligus menjadi masa awal mula lahirnya era orde baru. Latar belakang lahirnya orde baru antara lain : a. Terjadinya peristiwa gerakan 30 september 1965. b. Keadaan politik dan keamanan negara menjadi kacau karena peristiwa gerakan 30 september 1965 dan ditambahnya dengan adanya konflik di angkatan darat yang sudah berlangsung lama. c. Keadaan perekonomian semakin memburuk dimana inflasi mencapai 600% sedangkan upaya pemerintah melakukan devaluasi rupiah dan kenaikan harga barang bakar menyebabkan timbulnya keresahan masyarakat. d. Reaksi keras dan meluas dari masyarakat yang mengutuk peristiwa pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh PKI.rakyat melakukan demokrasi menuntut agar PKI beserta organisasi masanya dibubarkan serta tokoh-tokohnya di adili. e. Kesatuan aksi (KAMI,KAPI,KPPI,KASI dsb) yang ada dimasyarkat akan bergabung membentuk kesatuan aksiberupa Front Pancasila yang selnjutnya lebih dikenal dengan angkata 66 untuk menghancurkan tokoh yang terlibat dalam gerakan 30 september 1965. f. Kesatuan aksi front pancasila pada 10 januari 1966 didepan gedung DPR-GR mengjukan tuntutan yang dikenal dengan TRITURA (tri tuntutan rakyat) yang berisi : 1. Pembubaran PKI beserta orgamisasi masanya. 2. Pemebrsihan kabinet dwikora. 3. Penuruna harga-harga barang. g. Upaya reshuffle kabinet dwikora pada 21februari 1966 dan pembentuk kabinet seratus menteri tidak juga memuaskan rakyat sebab rakyat menganggap kabinet tersebut duduk tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa gerakan 30 september 1965. h. Wibawa dan kekuasaan presiden soekarno semakin menurun setelah upaya mengadili tokoh-tokoh yang terlibat dalam gerakan 30 september 1965 tidak berhasil dilakukan meskipun telah dibentuk mahkamah militer luar biasa (mahmilub). i. Sidang paripurna kabinet dalam rangka mencari solusi dari masalah yang sedang bergejolak tak juga berhasil.maka presiden mengeluarkan surat pemerintah 11 maret 1966 (supersemar) yang ditunjukan bagi letjen soeharto guna mengambil langkah yang dianggap perlu untuk mengatasi keadaan keadaan negara yang semakin kacau dan sulit dikendalikan. http://goobservationhistory.blogspot.com/2012/06/orde-baru.html

Peristiwa-Pristiwa Lahirnya Orde Baru1.Aksi-Aksi MahasiswaPada Sidang paripurna cabinet Dwikora tanggal 6 Oktober 1965, presiden memutuskan bahwa penyelesaian politik Gerakan 30 September akan ditangani langsung oleh presiden. Sementara itu, tuntutanpenyelesaian seadil-adilnya terhadap para pelaku Gerakan 30 September semakin meningkat. Tuntutan itu di pelopori oleh kesatuan aksi mahasiswa (KAMI), pemuda pemuda(KAPPI),dan pelajar(KAPI). Kemudian muncul pula KABI(buruh),KASI(Sarjana),KAWI (Wanita),dan KAGI(guru). Pada tanggal 26 OKtober 1965, kesatuan-kesatuan aksi tersebut bergabung dalam satu front, yaitu FRONT PANCASILA.Mereka menyampaikan Tri Tuntutan Rakyat(TRITURA) kepada pemerintah, yang berisi :1.Bubarkan PKI2.Retool Kabinet DWIKORA3.Turunkan Harga/Perbaikan Ekonomi2.Kabinet Dwikora yang diSempurnakanPada hari pelantikan Kabinet Dwikora yang disempurnakan tanggal 24 Februari 1966 terjadi demonstrasi besar-besaran. Dalam bentrokan di sekitar istan mahasiswa UI yang bernama Arief Racham Hakim tewas tertembak oleh Cakrabirawa, dan keesokan harinya Presiden sebagai Panglima Komando Gayang Malaysia membubarkan KAMI.Pada tanggal 8 Maret 1966 Departemen Luar Negri yang di pimpin oleh Dr. Subandrio diserang oleh pelajar dan mahasiswa.3.Surat Perintah 11 Maret 1966pada tanggal11 Maret1966, Presiden Soekarno mengadakan sidang pelantikanKabinet Dwikora yang disempurnakanyang dikenal dengan nama kabinet 100 menteri. Pada saat sidang dimulai, Brigadir JendralSabursebagai panglima pasukan pengawal presidenTjakrabirawamelaporkan bahwa banyak pasukan liar atau pasukan tak dikenal yang belakangan diketahui adalah PasukanKostraddibawah pimpinan Mayor JendralKemal Idrisyang bertugas menahan orang-orang yang berada di Kabinet yang diduga terlibatG-30-Sdi antaranya adalah Wakil Perdana Menteri ISoebandrio.Mayor Jendral Soeharto mengutus tiga orang perwira tinggi (AD) ke Bogor untuk menemui Presiden Soekarno di Istana Bogor yakni Brigadir JendralM. Jusuf, Brigadir JendralAmirmachmuddan Brigadir JendralBasuki Rahmat. Setibanya di Istana Bogor, pada malam hari, terjadi pembicaraan antara tiga perwira tinggi AD dengan Presiden Soekarno mengenai situasi yang terjadi dan ketiga perwira tersebut menyatakan bahwa Mayjend Soeharto mampu mengendalikan situasi dan memulihkan keamanan bila diberikan surat tugas atau surat kuasa yang memberikan kewenangan kepadanya untuk mengambil tindakan. Menurut Jendral (purn) M Jusuf, pembicaraan dengan Presiden Soekarno hingga pukul 20.30 malam..Presiden Soekarno setuju untuk itu dan dibuatlah surat perintah yang dikenal sebagaiSurat Perintah Sebelas Maretyang populer dikenal sebagaiSupersemaryang ditujukan kepada Mayjend Soeharto selaku panglima Angkatan Darat untuk mengambil tindakan yang perlu untuk memulihkan keamanan dan ketertiban.4.Penyerahan KekuasanPada tanggal 20 February 1967 presiden menandatangani surat penyerahan kekuasaan kepada Pengemban Supersemar Jendral Soeharto. Pada kamis pukul 19.30 bertempat di istana Negara dengan di saksikan oleh ketua presidium Kabinet Ampera dan para Menteri, Presiden/Mandataris MPRS/Panglima Tertinggi ABRI Ir.Soekarno dengan resmi menyerahkan kekuasaan kepada jendral Soeharto.Pada tanggal 12 Maret 1967, Jendral Soeharto dilantik dan diambil sumpahnya sebagai Presiden RI. Dengan pelantikan Soeharto sebagai presiden tersebut, secara lagal formal pemerintahan Demokrasi Terpimpin yang kemudian dinamakan Orde Lama berakhir. Pemerintahan baru di bawah kepemimpinan presiden Soeharto yang kemudian di sebut Orde Baru pun mulai menjalankan pemerintahannya.Ciri pokok orde baru: Pemerintahan yang diktator tetapi aman dan damai Tindak korupsimerajalela Tidak ada kebebasan berpendapat Pancila terkesan menjadi ideologi tertutup Pertumbuhan ekonomi yang berkembang pesat Ikut sertanya militer dalampemerintahan Adanya kesenjangan sosial yang mencolok antara orang kaya dan orang miskinKebijakan pada masa orde baru Indonesia didaftarkan lagi menjadi anggota PBB pada bulan september 1966 Adanya perbaikan ekonomi dan pembangunan Pengeksploitasian sumber daya alam secara besar-besaran Dilaksanakannya kebijakan transmigrasi dan keluarga berencana Adanya gerakan memerangi butahuruf Dilakukannya swasembada pangan Munculnya gerakan Wajib Belajar dan gerakan Nasional Orang Tua Asuh Dibukanya kesempatan investor asing untuk menanamkan modal diIndonesiaSangat bermanfaat, terimakasih:-)Sumber http://danidjosono.wordpress.com/2013/10/06/sejarah-lahirnya-orde-baru/

PENUTUP3.1 KesimpulanDari pemaparan makalah diatas dapat di tarik beberapa kesimpulan tentang masa Orde Baru, yang salah satunya yaitu banyak kecurangan pada masa Orde Baru mulai dari diangkatnya Soeharto hingga runtuhnya sistem katata negaraan pada masa Orde Baru. Baik penyimpangan pada konstitusi, pemilu ataupun dalam perebutan tahta kekuasaan. Terjadi perbedaan yang sangat signifikan pada masa pemerintahan Orde Baru dengan Orde Lama seperti yang disebutkan diatas. Penyimpangan-penyimpangan tersebut dilakukan demi kepentingan perseorangan atau kelompok dengan tujuan tertentu yang salah satunya adalah untuk menjatuhkan pemerintahan Soekarno dan demi mendapatkan kekuasaan dalam pemerintahan. Penyimpangan pada masa pemerintahan Orde Baru yaitu1) peristiwa pembantaian anggota PKI yang dianggap sebagai pemberontak.2) Penympangan konstitusi SUPER SEMAR yang fungsinya sebagai surat perintah untuk menertibkan keadaan saat itu namun oleh Soeharto digunakan untuk merebut kekuasaan dari Soekarno3) Pelaksanaan pemilu yang terdapat banyak kecurangan, pemilu hanya rekayasa semata dari rezim Orba3.2 SaranDalam masalah ini penulis dapat menyarankan bahwa seharusnya kita menerima segala perbedaan yang ada disekitar seperti perbedaan pendapat dan seharusnya saling menghormati di dalam perbedaan itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKAhttp://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Komunis_Indonesiahttp://jurnaltoddoppuli.wordpress.com/2011/05/22/peristiwa-g30s-1965-mengapa-dan-bagaimana/http://sejarah-bangsa-kita.blogspot.com/2009/12/pengertian-orde-baru.htmlhttp://makalahkuliahjurusanpai.blogspot.com/2011/05/pengertian-demokrasi-pancasila.htmlhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_%281966-1998%29http://www.syarikat.org/article/pemilu-indonesia-masa-orde-baruhttp://id.wikipedia.org/wiki/Soehartohttp://sytisahdina.blogspot.com/2010/07/orde-baru.htmlhttp://www.crayonpedia.org/mw/BSE:Berakhirnya_Masa_Orde_Baru_dan_Lahirnya_Reformasi_9.2_%28BAB_13%29Urbaningrum, Anas. 1999. Ranjau-Ranjau Potret Konflik Politik Pasca Kejatuhan Soeharto. Jakarta: PT. Raja Grafindo.http//indonesia-masa-orde-baru.html.Kansil. Julianto. 1986. Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia. Jakarta:Erlanggahttp://afrizalwszaini.wordpress.com/makalah/pembangunan-indonesia-dari-masa-orde-lama-orde-baru-sampai-era-reformasi/http://irwandydasilva.blogspot.com/2010/04/indonesia-masa-orde-baru.htmlhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_%281966-1998%29http://ahmadsidqi.wordpress.com/2008/04/10/perbandingan-politik-orde-lama-dengan-politik-orde-baru/http://rofiuddarojat.wordpress.com/2011/11/03/284/Huda, Nurul. 2010. Benarkah Soeharto Membunuh Soekarno?. Jogjakarta: StarbooksHartanto, Agung Dwi. 2011. The Missing Link G 30 S: Misteri Sjam Kamaruzzaman dan Biro Chusus PKI. Jogjakarta: NarasiNotosusanto, Nugroho. Poesponegoro, Marwati Djoened. 2009. Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta: Balai Pustakahttp://www.syarikat.org/article/pemilu-indonesia-masa-orde-baruhttp://www.pemiluindonesia.com/sejarah/pemilihan-umum-orde-baru-1977-1997.htmlhttp://ahmadsilabanleader2024.blogspot.com/2009/04/saatnya-sby-pindah-ke-lain-hati.html

BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangOrde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Orde Baru hadir dengan semangat "koreksi total" atas penyimpangan yang dilakukan oleh Soekarno pada masa Orde Lama.Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi yang merajalela di negara ini. Selain itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar.Dengan menggunakan Orde Baru pimpinan militer di bawah Suharto telah selama puluhan tahun mengebiri kehidupan demokratik, menindas kebebasan bersuara dan berorganisai, mengontrol pers, membungkam suara kritis, memalsu Pancasila, melakukan terror berjangka lama, membunuhi dan menculik para penentangnya, sambil mengeruk kekayaan publik dengan cara-cara haram, serta melakukan korupsi dan pencurian dengan berbagai bentuk dan cara. tindakan Orde Baru (yang selama puluhan tahun didukung Golkar dan golongan militer) ini sebagian terbesar rakyat Indonesia telah mengalami berbagai macam penderitaan, walaupun yang paling menderita adalah golongan kiri atau anggota-anggota PKI dan simpatisannya.1.2 Rumusan Masalah1. Kejadian apa saja yang terjadi pada masa Orde Baru?2. Bagaimana keadaan Indonesia pada masa Orde baru?3. Mengapa pada masa Orde baru banyak terjadi kejahatan besar terhadap bangsa?1.3 Tujuan1. Agar kita dapat mengetahui Sejarah pada masa Orde Baru.2. Untuk memenuhi tugas makalah Mata Kuliah Sejarah Nasional Indonesia 4.3. Untuk mengetahui penyimpangan pada masa Orde Baru

1.4 Manfaat1. Memberikan pengetahuan tentang fakta sejarah pada masa Orde Baru.2. Memberikan pengetahuan tentang keadaan polikik, sosial, ekonomi dan kejadian-kejadian pada masa Orde Baru.

Dampak positif dan negatif dalam pemerintahan orde barua. Dampak positif Pemerintah mampu membangun pondasi yang kuat bagi kekuasaan lembaga kepresidenan yang membuat semakin kuatnya peran Negara dalam masyarakat. (POL) Pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena setiap program pembangunan pemerintah terencana dengan baik dan hasilnya dapat dilihat secara nyata.(EK) Indonesia mengubah status dari Negara pengimpor beras terbesar menjadi bangsa yang memenuhi kebutuhan beras sendiri (swasembada beras). (EK) Penurunan angka kemiskinan yang diikuti dengan perbaikan kesejahteraan rakyat. (SOS) Penurunan angka kematian bayi dan angka partisipasi pendidikan dasar yang semakin meningkat.(SOS)b. Dampak negatif Terbentuk pemerintahan orde baru yang bersifat otoriter, dominatif, dan sentralis. (POL) Otoritarianisme merambah segenap aspek kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara termasuk kehidupan politik yang sangat merugikan rakyat.(SOS) Pemerintah Orde Baru gagal memberikan pelajaran berdemokrasi yang baik dan benar kepada rakyat Indonesia. Golkar menjadi alat politik untuk mencapai stabilitas yang diinginkan, sementara 2 paratai lainnya hanya sebagai boneka agar tercipta citra sebagai Negara demokrasi. Sistem perwakilan bersifat semu bahkan hanya dijadikan topeng untuk melanggengkan sebuah kekuasaan secara sepihak. Dalam setiap pemilihan presiden melalui MPR Suharto selalu terpilih. Demokratisasi yang terbentuk didasarkan pada KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) sehingga banyak wakil rakyat yang duduk di MPR/DPR yang tidak mengenal rakyat dan daerah yang diwakilinya. Kebijakn politik teramat birokratis, tidak demokratis, dan cenderung KKN. Dwifungsi ABRI terlalu mengakar masuk ke sendi-sendi kehidupan bebangsa dan benegara bahkan pada bidang-bidang yang seharusnya masyarakat yang berperan besar terisi oleh personel TNI dan Polri. Dunia bisnis tidak luput dari intervensi TNI/Polri. (MIL) Kondisi politik lebih payah dengan adanya upaya penegakan hukum yang sangat lemah. Dimana hukum hanya diciptakan untuk keuntungan pemerimtah yang berkuasa sehingga tidak mampu mengadili para konglomerat yang telah menghabisi uang rakyat./pol Kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan sumber daya alam./sd Perbedaan ekonomi antar daerah, antar golongan pekerjaan, antar kelompok dalam masyarakat tersa semakin tajam. (EK) Terciptalah kelompok yang terpinggirkan (marginalisasi sosial) (SoS) Menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang erat dengan KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme)/huk Pembangunan yang dilakukan hasilnya hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil kalangan masyarakat, pembangunan cenderung terpusat dan tidak merata./pemb Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik, ekonomi, dam sosial yang demokratis dan berkeadilan./pemb Meskipun pertumbuhan ekonomi meningkat tapi secara fundamental pembangunan ekonomi sangat rapuh./ek Pembangunan tidak merata, tampak dengan adanya kemiskinan disejumlah wilayah yang justru menjadi peny umbang devisa terbesar seperti Riau, Kalimantan Timur, dan Irian. Faktor inilah yang selanjutnya ikut menjadi penyebab terpuruknya perekonomian nasional Indonesia menkelang akhir tahun 1997./ek

Kekuasaan memang hal yang wajar ada pada setiap kehidupan masyarakat bernegara. Tidak terlepas didalamnya terdapat pihak yang menguasai (Pemerintah) dan pihak yang diperintah (warganegara). Memang ada bermacam-macam pola dalam subjek pengguna kekuasaan, dalam system otoriter pemerintahlah yang memiliki kewenangan tertinggi dalam mengatur Negara, sedangkan system demokrasi lebih menekankan tendensi masyarakat sebagai penguasanya. Max Weber merumuskan bahwa kekuasaan merupakan kemampuan individu dalam hubungan social untuk mewujudkan keinginannya di dalam suatu tindakan komunal meskipun melawan arus tantangan dan resistensi individu lain yang terlibat dalam tindakan tersebut (Franz Magnis Suseno, 1987:53). Lebih praktis lagi dari yang dikatakan oleh Ibnu Sodiq dalam Sejarah Politik Indonesia (2009: 7) bahwa kekuasaan dimaknai sebagai upaya seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi orang lain agar sesuai dengan tujuan dan keinginan orang yang berkuasa, tidaklah memiliki makna atau definisi tunggal, sebaliknya memiliki makna yang begitu luas.Dalam periodisasi Sejarah Indonesia terlintas panjang yang namanya Orde Baru. Sebuah era pemerintahan masa kepemimpinan Soeharto, seorang mantan pimpinan KOSTRAD yang beruntung atau sengaja dengan intriknya untuk menjadi seorang Presiden. Dari awal memang penuh kemelut dalam konteks pengangkatanya sebagai presiden RI, mulai dari isu keterlibatanya dalam peristiwa G30S dan tragedi SUPERSEMAR. Semua itu telah sengaja disembunyikan demi naiknya menjadi seorang presiden.Orde Baru ini memang terkenal periode pemerintahannya yang cukup panjang. Awalnya kita bisa mempersepsikan bahwa hal itu mengindikasikan adanya kepuasan masyarakat akan pemerintahanya atau memang sengaja ada sebuah strategi di belakang untuk melanggengkan kekuasaan sekalipun masyarakat sebenarnya tidak menginginkanya. Klaim yang menyatakan adanya kepuasan masyarakat terhadap pemerintahan orde baru itu bisa diperkirakan bahwa itu adalah sebuah kovernya saja sedangkan isinya hanya memuat tentang politik busuk yang menjunjung tinggi frasa haus kekuasaan.Presiden Soeharto memulai Orde Baru dalam dunia politik Indonesia dan secara dramatis telah memanfaatkan penuh kekuasaan yang berjalan selama 32 tahun itu. Hingga kini masih banyak orang yang mengklaim bahwa Soeharto adalah bapak pembangunan, ibaratkan Indonesia adalah sebuah bangunan sebelum itu Soekarno adalah yang membuat fondasinya dan Soeharto-lah yang membuat rumahnya. Bagi Soeharto untuk membangun Indonesia haruslah menggunakan caranya sendiri pribadi dan dalam waktu se-lama mungkin agar semua yang telah dibuatnya terkesan telah berdiri kokoh. Adalah mustahil membicarakan strategi Soeharto selama berkuasa 32 tahun dalam satu halaman. Yang bisa disampaikan di sini ada dua hal. Pertama, untuk memahami strategi Presiden Soeharto perlu ditetapkan terlebih dahulu pembagian (periodisasi) masa pemerintahannya. Asumsinya adalah rezim tersebut mengalami tiga fase yang dialami setiap makhluk, yaitu 1) tumbuh, 2) berkembang/jaya, dan 3) mati. Kedua, dapat pula dikatakan bahwa mega-kekuasaan yang dijalankan Soeharto adalah bertahap, makin lama makin canggih.Tanpa disadari ternyata sebenarnya orde baru telah melakukuan banyak hal yang digunakan untuk mempertahankan kekuasaanya di Indonesia. Strategi ini bisa berupa hal hal yang sifatnya represif juga melalui pengendalian media untuk terus menarik simpati dari warganegara. Dan sekiranya orang-orang zaman reformasilah yang berani mengungkap semua ini yang baru disadari dari apa yang telah terlewat selama 32 tehun itu.

PEMBAHASANDi negara-negara penganut demokrasi modern penopang utama kekuasaan adalah rakyat. Rakyat melegitimasi kekuasaan melalui pemilihan umum. Indonesia kurang mengalami penglaman dalam hal ini. Hampir semua presiden di Indonesia memiliki legitimasi yang amat rendah dari rakyat, hanya presiden terakhir saja yang dipilih langsung oleh rakyat sehingga cukup legitimat. Hal ini menandakan bahwa masa lalu Indonesia belum menjadi negara yang demokratis. Sukarno naik menjadi presiden karena posisinya yang amat menonjol selama periode pergerakan sampai pendudukan Jepang. Posisinya hampir tidak tergoyahkan, dan upaya untuk meruntuhkannya hanya bisa dilakukan dengan sebuah konspirasi yang cukup canggih antara elemen-lemen penentang di dalan negeri dengan elemen-elemen di luar negeri. Hasilnya adalah pertumpahan darah di hampir semua wilayah Indonesia yang mengantarkan Jenderal Suharto menjadi presiden. Dengan demikian legitimasi terkuat naiknya Jenderal Suharto menjadi presiden adalah ceceran darah anak negeri yang melahirkan dalih bahwa untuk menghentikan ceceran darah tersebut maka ia harus mengambilalih kekuasaan. Sebagai realita yang tidak kasat mata masa Orde Baru ini sebenarnya hamper mirip dengan apa yang dilakukan oleh Khmer Merah di Kamboja. Bedanya bila Khmer merah menganut dasar komunisme sedangkan Orde Baru menjalankan kapitalisme kasar. Orde baru juga menghabiskan lawan merka sebalumnya, yaitu pengikut komunis. Jumlah warga yang terbunuh pada 1965-1966 bila ditambah dengan mereka yang tewas dalam berbagai peristiwa sesudah itu di Aceh, Irian Jaya, Timor-Timur, Lampung, Banjarmasin, Tanjung priok, barangkali hamper sama dengan jumlah korban keganasan Khmer Merah (Asvi W. A, 2009: 155).Lalu mengapa ia bisa bertahan sampai 32 tahun berkuasa? Apakah ia selalu mereproduksi legitimasi ceceran darah tersebut untuk melanggengkan kekuasaannya? Ataukah ia disangga oleh pilar-pilar yang demikian kokoh? Apa saja pilar-pilar penyangga kekuasaannya tersebut?Secara ringkas pilar penopang kekuasaan Suharto selama berkuasa dapat dibagi menjadi dua, pertama pilar yang bersifat riil, ia berupa kekuatan nyata yang tidak sekedar melegitimasi kekuasaan tersebut tetapi membelanya jika ada ancaman. Kedua adalah pilar yang bersifat simbolik. Pilar ini tidak terlihat atau kasat mata tetapi memiliki efek yang luar biasa untuk mengendalikan rakyat dan menjadi semacam tangan gaib (invisible hand) penguasa untuk menggiring rakyat menuju pada satu kesetiaan tunggal. Pilar yang bersifat riil sebagai penopang kekuasaan Suharto yang paling utama adalah militer. Militer pendukung utama kekuasaan Suharto adalah Angkatan Darat, angkatan di mana Suharto pernah berkiprah sebelum ia menjadi presiden. Naiknya Suharto menjadi presiden juga didukung oleh angkatan ini yang memanfaatkan kekisruhan politik tahun 1965 dan tahun-tahun sebelumnya.1. Pemerintahan di-Backing oleh MiliterPasca meletusnya peristiwa yang dikenal dengan sebutan Gerakan 30 September 1965 posisi militer di Indonesia terpecah menjadi dua, yaitu mereka yang masih loyal kepada Presiden Sukarno dan mereka yang lebih loyal kepada Jenderal Suharto. Pada periode ini kondisinya tidak jelas benar, siapa loyal kepada siapa masih sulit diidentifikasi. Menurut Harold Crouch pembelahan di tubuh militer mulai terlihat jelas pada tahun 1967 di mana kelompok-kelompok yang setia kepada Sukarno yang masih tersisa enggan menerima pendongkelan terhadap presiden. Secara berlahan-lahan Suharto mulai mengkonsolidasikan Angkatan Darat menjadi kekuatan utama di tubuh militer yang loyal kepada dirinya. Ia mulai menempatkan Angkatan Darat sebagai kekuatan utama di tubuh militer melebihi angkatan-angkatan lain, yang dengan kata lain Angkatan Darat mendapat porsi yang lebih istimewa dibandingkan dengan lainnya. Dengan strategi ini pada saat Suharto naik menjadi presiden ia mendapatkan loyalitas yang melebihi porsinya dari Angkatan Darat. Angkatan Darat menjadi pendukung utama saat Suharto menjadi presiden sampai jatuhnya pada tahun 1998. Para pengamat politik dan para aktifis sering menyebut Indonesia sebagai negara yang militeristik dan fasis. Bahkan menurut beberapa kalangan jatuhnya Suharto juga tidak bisa dipisahkan dari faktor militer, yaitu terjadinya keretakan hubungan antara Suharto dengan militer atau yang disebutnya sebagai keretakan aliansi strategis Orde Baru.2. Menyamarkan Demokrasi dengan Multi Partai Pilar riil kedua penopang kekuasaan Suharto adalah Golongan Karya (Golkar) dan partai politik. Agar Indonesia dicitrakan sebagai negara yang demokratis maka perlu ada lembaga-lembaga yang berfungsi mirip partai politik. Di Indonesia pada masa kekuasaan Suharto terdapat tiga lembaga yang memerankan diri dengan peran seperti itu yaitu Golongan Karya, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Keberadaan lembaga ini nyaris hanya sebagai simbol dan sebagai stempel demokrasi karena dalam kacamata Barat negara yang berdemokrasi adalah negara yang mengakomodir kekuatan partai politik. Bahkan keberadaan Golongan Karya pun sebenarnya tidak pernah berfungsi secara riil sebagai penopang kekuasaan Suharto. Tanpa Golongan Karya dan partai politik lainnya Suharto tetap bisa berkuasa sepanjang ia didukung oleh militer. Bahkan Golongan Karya dan partai-partai politik sangat tergantung pada Suharto, terutama dalam menentukan ketua-ketuanya. Ketika Suharto menghendaki agar semua partai politik dan semua organisasi di Indonesia menjadikan Pancasila sebagai asaznya maka mereka tidak bisa menolaknya. Logika politik di Indonesia pada masa Suharto dibuat jungkir balik olehnya. Golongan Karya pada periode ini memang memiliki tempat yang lebih istimewa dibandingkan dua partai politik yang lain karena Golongan Karyalah yang digunakan oleh Suharto sebagai kendaraan politik, dan lembaga stempel paling loyal tempat ia mendaftarkan diri maju sebagai presiden setiap lima tahun sekali.3. Mensentralisasi Kekuasaan dengan Meminimalisir Peran RakyatDalam sistem pemerintahan yang militeristik dan terpusat pada satu individu posisi rakyat tidak terlalu penting karena dukungan politik riil bukan dari rakyat. Pada masa pemerintahan Suharto kedudukan politik rakyat amat merana. Bahkan istilah rakyat menjadi berkonotasi amat berbahaya dan dijadikan musuh imajiner oleh rezim Suharto. Rakyat, yang sebelumnya dipandang sebagai kekuatan politik terpentingdalam proses kemerdekaan Indonesia, diubah sosoknya menjadi kekuatan politik yang paling berbahaya dalam masyarakat secara imajiner. Dikatakan secara imajiner karena secara riil dalam pemerintahan yang militeristik rakyat dikontrol amat ketat oleh rezim sehingga nyaris tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan oleh elit politik rakyat sering diidentikan sebagai orang-orang bodoh saat mereka berbicara mengenai rakyat. Mereka merasa lebih mengerti keinginan dan kebutuhan rakyat daripada rakyat itu sendiri. Hal ini adalah ciri negara yang merupakan perkawinan antara sistem paternalistik dengan sistem militeristik.Di samping berdiri di atas penopang riil, kekuasaan Suharto juga ditopang oleh pilar yang bersifat simbolik, yang tidak terlihat oleh mata, namun bisa dirasakan bahwa penopang tersebut berfungsi sangat efektif. Pertama, desas-desus, isyu, dan propaganda hitam, dan yang kedua adalah sejarah. Ketika Suharto berkuasa, intelijen berperan penting dalam menciptakan berbagai desas-desus, isyu, dan propaganda hitam yang bertujuan untuk meningkatkan daya tawar penguasa dan militer serta untuk menjatuhkan nyali rakyat. Apabila nyali rakyat sudah jatuh maka keberanian untuk mengkritik dan mengoreksi penguasapun sirna. Sebagai contoh misalnya ketika kelompok-kelompok Islam pada tahun 1980-an amat getol mengkritik penguasa dalam kasus Undang-undang Perkawinan, penerapan azas tunggal Pancasila, dan formalisasi P4 maka intelijen menciptakan musuh penguasa yang bersifat imajiner yang disebut Komando Jihad serta Kelompok Warman. Organisasi ini tidak jelas ujudnya tetapi tiba-tiba dituduh menyerbu Pos Polisi Cicendo Bandung, membajak pesawat Garuda DC-9 Woyla, meledakan gereja dan candi Borobudur, dan lain-lain. Penciptaan musuh imajiner ini bertujuan untuk menjatuhkan mental ummat Islam agar tidak berbuat macam-macam kepada Suharto. Otak dari semua ini adalah Ali Murtopo, sahabat terdekat Suharto pada masa-masa awal berkuasa (Ibnu Sodiq, 2010: 36-37). Semua ide-ide Ali Murtopo digodok di sebuah lembaga yang dibentuk olehnya yaitu CSIS yang berkantor di Tanah Abang.4. Pembengkokan dan Penyeragaman Sejarah dalam Historiografi Indonesia (Sejarah untuk Membela Rezim Orde Baru)Reproduksi masa lalu atau lazim disebut sejarah juga menjadi elemen yang amat penting pada penegakan pemerintahan Suharto. Analisis kritis mengenai fungsi sejarah sebagai pilar yang menopang kekuasaan Suharto masih amat jarang dibahas melalui studi akademik yang komprehensif. Amat sering kita mendengar bahwa sejarah hanyalah cerita usang yang tidak memiliki nilai guna, tetapi bagi kekuasaan yang hegemonik dan totaliter sejarah amat berguna untuk melegitimasi kekuasaan mereka. Khrouchtchev, seorang pemimpin dari negeri tirai besi Uni Soviet mengakui bahwa sejarawan adalah satu-satunya kelompok yang bisa mempertanyakan legitimasi penguasa. Melalui penelusuran atas sumber-sumber primer, sejarawan dapat mengungkap dan merekonstruksi peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau tanpa bisa dibantah oleh pemerintah yang berkuasa. Oleh karena itu di banyak negara -utamanya yang pemerintahannya berkuasa secara totaliter- pergulatan untuk mengendalikan sejarah amat intensif antara yang ingin mengendalikan sejarah untuk kepentingannya dengan sejarawan yang ingin mengungkapkan masa lalu dengan jujur apa adanya. Demikian pula yang terjadi di Indonesia.Hampir semua sejarawan di Indonesia mengakui realitas tersebut namun kurang berani untuk mengungkapkannya apalagi meneliti secara intensif secara akademik. Padahal realitas tersebut menyangkut eksistensi diri dan dunianya. Beruntunglah karena Katharine E. McGregor seorang sejarawan dari Melbourne, Australia dengan amat jeli berusaha membongkar sejarah yang dilacurkan pada masa Suharto berkuasa. Penelitian secara umum tentang kiprah militer di kancah politik di Indonesia sebenarnya bukan hal baru, namun hasil penelitian dari Katharine ini memberikan perspektif baru tentang tafsir terhadap upaya manipulasi militer terhadap sejarah untuk kepentingannya. Dan yang mungkin agak mengejutkan adalah uraian penulis tentang seorang tokoh di balik berbagai manipulasi sejarah tersebut yang ternyata adalah seorang sipil, yaitu Nugroho Notosusanto. Karena peran penting yang ia mainkan inilah maka Katharine menempatkan Nugroho Notosusanto pada posisi yang amat istimewa pada karyanya tersebut. Bisa dikatakan buku ini merupakan kisah (biografi) dari Nugroho Notosusanto dalam membantu kelompok militer menciptakan sejarah-sejarah yang bersifat ideologis dalam rangka mencuci otak masyarakat awam serta untuk mencekoki korps militer agar spirit korps (esprit dcorps) mereka tetap terjaga dan kepercayaan diri mereka tetap tinggi. Begitu pentingnya peran Nugroho sehingga dalam buku ini diulas secara khusus pada satu bab tersendiri (bab II) serta menjadi bagian dari ulasan-ulasan pada bab-bab lainnya. Keterlibatan Nugroho Notosusanto dalam proyek-proyek sejarah militer (ABRI) sebenarnya cukup mengherankan apabila kita lihat latar belakang dia yang sipil tulen. Memang dia pernah ikut bergabung dalam tentara pelajar tetapi ia tidak meneruskan untuk berkarir di bidang kemiliteran. Menilik sikap-sikapnya yang lebih berjiwa militeristik daripada militer yang sesungguhnya sebenarnya patut dicurigai kondisi kejiwaan Nugroho Notosusanto. Nugroho digambarkan sebagai orang yang lebih disiplin daripada insan militer (hlm.272), ia juga sangat bangga mengendarai jip jika pergi ke kampus, dan dalam acara-acara resmi yang melibatkan dia sebagai Kepala Pusat Sejarah ABRI ia suka berseragam militer lengkap (hlm. 297). Sayangnya Katharine tidak menelisik sampai ke arah itu karena ia hanya berhenti pada penelusuran masa kecil, posisi sosial, sedikit mengenai keterlibatan dia dalam kancah pertempuran, sebagai mahasiswa, serta karir dia seperti menjadi dosen, Kepala Pusat Sejarah ABRI, rektor, dan menteri.Pengabdian total Nugroho Notosusanto pada rezim Suharto dan militer memang cenderung membabi-buta, menghalalkan segala cara, serta dengan taktik yang cukup licik. Katharine mengungkapkan hal ini dalam kasus penulisan Sejarah Nasional Indonesia yang dilakukan pada pertengahan tahun 1970-an. Sebelum buku tersebut diedarkan ke masyarakat ternyata Nugroho membuat skandal dengan menyerahkan naskah seri sejarah tersebut terlalu dini. Pada waktu itu banyak penulis yang belum menyelesaikan bab-bab yang menjadi bagian mereka, nah untuk menepati tenggat waktu yang digariskan, Nugroho yang berkedudukan sebagai penyunting dengan cerdik memerintahkan asistennya untuk mendapatkan salinan naskah volume enam (yang paling banyak menimbulkan kontroversi) dari para penulis dengan alasan untuk suatu keperluan yang lain. Tetapi ternyata Nugroho menerbitkannya dalam bentuk yang belum sempurna. Perbuatannya tersebut tentu saja mengundang kemarahan anggota penulis yang lain karena menerbitkan karya yang belum sempurna dan tanpa ijin kepada pengarangnya. Tindakan Nugroho tersebut tentu saja bagian dari upaya dia cari muka ke penguasa dan militer. Oleh rekan-rekan sesama sejarawan yang terlibat dalam penulisan Sejarah Nasional Indonesia tindakan Nugroho tersebut dianggap sebagai pengkhianatan profesi (K. E McGregor, 2008: 272-273).Bagaimana Nugroho menjadikan sejarah (khususnya sejarah militer) sebagai elemen simbolik penopang kekuasaan Suharto? Militer Indonesia selalu mengidentifikasikan dirinya sebagai militer yang unik karena lahir dari kancah perjuangan mengusir penjajah Belanda selama perang kemerdekaan. Militer Indonesia mengklaim dirinya lahir dari gua garba rakyat Indonesia jadi rakyatlah yang telah membentuk tentara, bukan pemerintah yang membentuk tentara. Selama perang kemerdekaan militer mengasumsikan diri sebagai lapisan kepemimpimpinan nasional setelah pemimpin sipil ditawan oleh Belanda dan diasingkan ke Pulau Bangka pada tahun 1948 saat aksi militer kedua. Atas dasar klaim ini, militer Indonesia dalam waktu lama memperoleh justifikasi untuk memainkan peranan dwifungsi dalam pertahanan dan politik. Pendek kata, legitimasi sejarah telah digunakan oleh militer Indonesia untuk mempertahankan hak-haknya dalam kekuasaan politik dan pengaruhnya. Selain klaim tersebut mereferensi pada peristiwa perang kemerdekaan, militer juga mengklaim dirinya sebagai satu-satunya lembaga yang berhasil mengakhiri penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh pemerintah Sukarno serta berhasil menyetop kesewenang-wenangan politik komunis di Indonesia dengan digagalkannya upaya penggantian ideologi Pancasila pada peristiwa G 30 S/PKI tahun 1965. Selain dua peristiwa penting tersebut, terdapat peristiwa sejarah yang lain yang selalu dijadikan referensi militer untuk terus-menerus dijadikan pembenar agar bisa terus-menerus terlibat dalam sistem politik Indonesia. Peristiwa tersebut antara lain pemberontakan PKI Madiun 1948, pemberontakan PRRI/Permesta, pemberontakan DI/TII, dan lain-lain.Klaim atas peristiwa-peristiwa penting yang melibatkan militer tersebut tentu saja membutuhkan simbol yang berfungsi untuk terus-menerus mengingatkan memori kolektif rakyat Indonesia bahwa militerlah, yang pada saat-saat negara di ambang kehancuran, turun tangan mengatasi keadaan. Karena peristiwa-peristiwa tersebut sudah menjadi masa lampau, atau sudah menjadi sejarah maka simbol-simbol yang dibutuhkan adalah simbol yang berkategori dalam ranah (domain) sejarah (historical domain).Studi yang dilakukan oleh Katharine menemukan tiga bentuk simbol yang diciptakan oleh Nugroho Notosusanto. Pertama adalah simbol dalam ujud fisik berupa museum-museum yang sebagian terdapat di Jakarta dan Yogyakarta, kedua simbol dalam ujud audiovisual yaitu film, dan ketiga dalah teks-teks buku sejarah yang disebarluaskan kepada masyarakat dan diajarkan di sekolah-sekolah mulai sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Namun jangan membayangkan bahwa museum-museum yang didirikan oleh militer berisi barang-barang yang berkaitan dengan peristiwa yang diacu, karena sebagian besar museum, terutama yang ada di Jakarta, hanya berisi visualisasi peristiwa sejarah dalam bentuk diorama versi tentara (dengan penyesuaian dan manipulasi). Pemilihan model sejarah visual ini sengaja dipilih oleh Nugroho Notosusanto karena sebagaimana dia ungkapkan bahwa di dalam sebuah masyarakat seperti Indonesia yang masih berkembang, di mana kebiasaan membaca masih rendah, maka visualisasi sejarah merupakan cara paling efektif untuk mengungkapkan identitas ABRI (hlm. 22). Alasan tersebut sebenarnya kurang masuk akal mengingat semua museum yang digagas oleh militer berada di kota besar, sehingga pengunjung museum tersebut adalah orang-orang kota dan sekitarnya yang sudah melek huruf. Dibandingkan dengan teks-teks dalam bentuk huruf, visualisasi peristiwa masa lampau akan berfungsi lebih efektif untuk mempengaruhi alam bawah sadar orang-orang yang melihatnya karena fungsi-fungsi otak akan lebih cepat mengolah data visual dibandingkan dengan data tertulis.Namun dibandingkan dengan diorama, tingkat efektifitas visualisasi peristiwa akan meningkat lebih tinggi jika visualisasi menggunakan teknik audiovisual berupa film. Dengan film kesadaran penonton akan dibawa kepada peristiwa yang sebenarnya karena ia akan dihadapkan kepada peristiwa yang hidup, peristiwa yang bersuara, dan peristiwa yang bergerak maju. Efek-efek psikologis dari suara dan gerak akan terekam lebih mendalam dalam memori penonton bila dibandingkan dengan hanya melihat gambar dan patung yang diam. Teknik semacam ini juga dimanfaatkan oleh militer sehingga lahirlah film-film dengan tema sejarah yang menonjol-nonjolkan kepahlawanan tentara yang berlebihan terutama peran Suharto. Peristiwa serangan umum 1 Maret 1949 misalnya diangkat ke tingkat pemitosan Suharto sebagai pahlawan nasional utama yang merebut kembali Yogyakarta dari Belanda dan menguasainya selama enam jam, yang cukup banyak dilebih-lebihkan. Peristiwa ini diaudiovisualkan paling tidak menjadi tiga film dengan judul berbeda-beda, yaitu Enam Jam di Yogya, Janur Kuning, dan Serangan Umum.Peristiwa kedua adalah pemberontakan G 30 S/PKI, yang merupakan legitimasi naiknya Suharto menjadi presiden. Peristiwa tersebut difelmkan menjadi dua film yaitu Jakarta 66: Sejarah Perintah 11 Maret dan Pengkhianatan Gerakan 30 September, yang kesemuanya disutradarai oleh Arifin C. Noor. Film Pengkhianatan Gerakan 30 September menjadi film terpanjang karena berdurasi sekitar empat jam. Sayang sekali Katharine hanya sambil lalu saja menganalisis film-film sejarah dalam bukunya tersebut.Teks-teks buku sejarah menjadi amat penting sebagai media propaganda rezim Suharto terutama buku-buku sejarah yang diedarkan dan menjadi pegangan wajib siswa-siswa sekolah. Ketika Nugroho Notosusanto menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ia menciptakan satu mata pelajaran wajib baru yang disebut Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa yang sebenarnya merupakan murni sejarah tentara Indonesia. Penciptaan mata pelajaran baru tersebut diikuti dengan proyek penulisan dan penerbitan buku teks untuk pelajaran itu. Materi yang terkandung di semua bukunya lebih banyak mengunggul-unggulkan peran tentara dan mereduksi banyak peristiwa penting lainnya. Dalam buku teks sejarah yang oleh Nugroho dijadikan buku babon, yaitu buku Sejarah Nasional Indonesia utamanya yang jilid enam, perjuangan diplomasi, yang merupakan inisiatif dan dilakukan oleh masyarakat sipil Indonesia pada masa perjuangan, direduksi begitu saja dengan menyebut upaya tersebut sebagai kegagalan.Inti dari semua proyek sejarah yang digagas oleh Nugroho Notosusanto sebenarnya bermuara pada satu titik, yaitu penciptaan simbol-simbol yang melegitimasikan bahwa pemilik sah republik ini adalah tentara. Masyarakat sipil hanya menumpang apabila diberi tempat. Lebih jauh dengan mengutip Graeme Turner, penulis menegaskan bahwa representasi di sini adalah sebuah mediasi diskursif yang terjadi antara peristiwa dan kebudayaan yang memberikan sumbangan terhadap konstruksi ideologi nasional. kegunaannya bukan pada sebagai sebuah refleksi atau refraksi masa lalu, tetapi sebagai sebuah konstruksi masa kini. Jadi, penggambaran peristiwa telah dijadikan alat-alat simbolik untuk mengukuhkan legitimasi sebuah kekuasaan. Militer sepintas telah berhasil menciptakan citra tentang dirinya sebagai tentara rakyat yang berani berkorban, sebagai penjaga semangat kemerdekaan dan pelindung Pancasila. Namun, tegas penulis, semua ini adalah sebuah representasi yang hipokrit, karena dalam kenyataannya militer mempraktikkan kekerasan selama berkuasa.Buku ini menjadi amat penting untuk melengkapi berbagai studi yang telah dilakukan mengenai satu periode sejarah Indonesia yang amat represif, yaitu periode Suharto. Salah satu pesan yang paling jelas dan diketahui umum adalah bahwa kajian terhadap historiografi Orde Baru yang diproduksi militer adalah bahwa ketika satu versi tunggal tentang masa lalu yang diperkenankan, sejarah bisa menjadi bagian dari sistem ideologi otoritarianisme. Studi Katharine ini juga menjadi pengingat bagi kita bahwa betapa bahayanya perselingkuhan yang dilakukan oleh sejarawan dengan penguasa yang otoriter dan lalim.5. Meradam Perlawanan Kaum Radikal Terhadap PemerintahPenculikan dan semua tindakan teror itu tidak lepas dari semakin marakya perlawanan dari bawah. Akhir-akhir ini mahasiswa tumpah ruah di mana-mana. Mereka menuntut reformasi secara mendasar di segala bidang dan juga menolak pencalonan Soeharto sebagai presiden yang ketujuh kali.Maraknya aksi mahasiswa ini sangat membahayakan kekuasaan sebab aksi-aksi ini belum mencapai puncaknya. Baru satu elemen yang melakukan perlawanan secara meluas, yaitu kelas menengah intelektual. Dan pada gilirannya elemen ini akan menyeret elemen yang lain --yang selama ini walaupun belum sesemarak aksi mahasiswa juga sudah turun ke jalan-- yaitu elemen buruh, kaum miskin kota, juga sedikit kelas menengah profesional.Orde Baru tak mampu dan tak punya niat baik memenuhi tuntutan reformasi. Coba bayangkan jika, kita ambil contoh reformasi politik, paket 5 Undang-Undang (UU) Politik 1985 dan Dwi Fungsi ABRI dicabut, apa konsekuensinya ? Jelas akan ada kebebasan berpartai, kebebasan membuat organisasi massa (ormas), kebebasan dalam pemilu, serta keterbukaan dalam Sidang Umum (SU) MPR. Ini sama saja bunuh diri bagi kekuasaan Soeharto sebab kekuasaan Soeharto selama ini dipertahankan antara lain dengan memasung demokrasi melalui paket 5 UU Politik 1985 dan Dwi Fungsi ABRI itu.Untuk menghadapi ini, Soeharto memiliki dua cara, yaitu REPRESI dan KONSESI.Cara pertama selalu dia lakukan, baik yang ringan seperti penggebukan para demonstran, penangkapan, pemenjaraan, hingga cara yang berat seperti penculikan, pembunuhan, penyerbuan militer, dan teror.Sementara, konsesi merupakan sogokan untuk memanipulasi tuntutan rakyat. Seperti tuntutan adanya dialog secara demokratis dan terbuka, dijawab dengan dialog yang artifisial dan direkayasa. Tuntutan mengubah UU tentang Pemilu, misalnya, dijawab dengan mengubah aturan-aturan operasional semata. Tetapi rakyat Indonesia tidak sebodoh yang diperkirakan rejim. (http://www.xs4all.nl)6. Kontrol Media MassaSemua media massa yang diterbitkan di Indonesia tidak akan lepas dari pengawasan pemerintah. Isi dalam surat kabar tersebut dikehendaki agar memuat mengenai berita-berita gembira akan kesuksesan program pemerintah atau memuat acara-acara dari pemerintah yang bernilai positif. Control media ini tidak lain hanya untuk terus menarik simpati dari warganegara agar terus mengklaim bahwa pemerintahan Soeharto adalam pemerintahan yang baik. Semantara pemerintah melarang media masa untuk memuat kritikan tajam atau sindiran kepada pemerintah, memuat kegagalan program, atau men-discover kasus kejahatan dibalik pemerintah atau intinya semua wacana yang mencemarkan nama baik pemerintah itu tidak boleh dimuat. Apabila pihak media masa melanggar apa yang menjadi kehendak pemerintah maka konsekuensinya perusahaan media masa tersebut harus dibredel, dibubarkan atau dilarrang menerbitkan lagi. Hal ini pernah dialami oleh perusahaan surat kabar Kompas, Tempo, Indonesia Raya dll. 7. Melarang Ideologi Selain PancasilaPancasila merupakan ideology tunggal Orde Baru yang diagung-agungkan paska G30S. Hingga pada saat perjalanan Orde Baru diadakanlah program P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Penataran P4 merupakan sesuatu yang wajib ikuti bagi anak sekolah, mahasiswa, PNS, dan juga beberapa elemen masyarakat. Strategi Politik ORBA melalui Penataran / P4 intinya adalah upaya "penyeragaman isi otak" agar cenderung berpikir sesuai terminologi aturan penguasanya . Bisa disebut "ROBOTISASI" . Upaya untuk meng-kloning / mem format otak manusia2 dengan identitas "numeric" . Jelas hal tersebut membunuh dan membungkam gagasan-gagasan visioner yang secara kodrati di Anugrahkan oleh YME kepada manusia. Seluruh ideology yang tumbuh di Indonesia yang tidak sesuai dengan Pancasila tidak diberi hak untuk tumbuh seperti Reformis, islam ekstrimis bahkan hanya perserikatan buruhpun turut dibubarkan (dikhawatirkan menjadi cikal bakal Komunisme).PENUTUPSekiranya hal-hal diatas telah menjawab realita betapa kuatnya pemerintahan orde baru mengakar di Indonesia hingga 32 tahun. Semua unsure diatas jelas tidak terjadi secara alamiah namun semua itu mengandung sebuah rekayasa demi mempertahankan kekuasaanya selama mungkin. Unsur Backing dengan Militer telah benyak berjasa dalam menjaga kedudukan Soeharto karena dimanapun juga bahwa Militer adalah oknum yang terkenal kuat baik ofensif maupun defensifnya namun itu justru digunakan sebagai pelindung pemerintah terhadap rakyat bukan sebagai pelindung rakyat terhadap musuh dari luar. Lebih parahnya lagi Orde Baru dengan Nugroho Notosusanto-nya telah banyak berbuat ketidak objektifan dalam historiografi Indonesia. Absolutely, sejarah Indonesia harus membela Orde Baru. Semua hal yang telah dilakukan hanyalah mencari sebuah simpati, kehormatan, ketangguhan pemerintahan yang berujung untuk kelanggengan legitimasi Kekuasaan.Kebijakan Politik Dalam Negeri OrdeBaruKebijakanPolitikDalamNegeriOrdeBaru1.PembentukanKabinetPembangunanKabinetpertamapadamasaperalihankekuasaanadalahKabinetAmperadengantugasnyaDwiDharmaKabinatAmperayaitumenciptakanstabilitaspolitikdanstabilitasekonomisebagaipersyaratanuntukmelaksanakanpembangunannasional.ProgramKabinetAmperaterkenaldengannamaCaturKaryaKabinetAmperayakniMemperbaikikehidupanrakyatterutamadibidangsandangdanpanganMelaksanakanpemilihanumumdalambataswaktuyangditetapkan,yaitutanggal5Juli1968MelaksanakanpolitikluarnegeriyangbebasaktifuntukkepentingannasionalMelanjutkanperjuanganantiimperialismedankolonialismedalamsegalabentukdanmanifestasinyaSetelahMPRSpadatanggal27Maret1968menetapkanSoehartosebagaipresidenRIuntukmasajabatanlimatahun,makadibentuklahKabinetPembangunandengantugasnyayangdisebutPancaKridayangmeliputi:1.Menciptakanstabilitaspolitikdanekonomi2.MenyusundanmelaksanakanPemilihanUmum3.Mengikishabissisa-sisaGerakan30September4.MembersihkanaparaturNegaradipusatdandaerahdaripengaruhPKI.2.PembubaranPKIdanOrganisasimassanyaDalamrangkamenjaminkeamanan,ketenangan,sertastabilitaspemerintahan,SoehartosebagaipengembanSupersemartelahmengeluarkankebijakan:MembubarkanPKIpadatanggal12Maret1966yangdiperkuatdenganKetetapanMPRSNoIX/MPRS/1966MenyatakanPKIsebagaiorganisasiterlarangdiIndonesiaPadatanggal8Maret1966mengamankan15orangmenteriyangdianggapterlibatGerakan30September1965.3.PenyederhanaanPartaiPolitikPadatahun1973setelahdilaksanakanpemilihanumumyangpertamapadamasaOrdeBarupemerintahanpemerintahmelakukanpenyederhaandanpenggabungan(fusi)partai-partaipolitikmenjaditigakekuatansocialpolitik.Penggabunganpartai-partaipolitiktersebuttidakdidasarkanpadakesamaanideology,tetapilebihataspersamaanprogram.Tigakekuatansocialpolitikituadalah:PartaiPersatuanPembangunan(PPP)yangmerupakangabungandariNU,Parmusi,PSII,danPERTIPartaiDemokrasiIndonesia(PDI)yangmerupakangabungandariPNI,PartaiKatolik,PartaiMurba,IPKI,danParkindoGolonganKaryaPenyederhanaanpartai-partaipolitikinidilakukanpemerintahOrdeBarudalamupayamenciptakanstabilitaskehidupanberbangsadanbernegara.Pengalamansejarahpadamasapemerintahansebelumnyatelahmemberikanpelajaran,bahwaperpecahanyangterjadidimasaOrdeLama,karenaadanyaperbedaanideologipolitikdanketidakseragamanpersepsisertapemahamanPancasilasebagaisumberhukumtertinggidiIndonesia.4.PemilihanUmumSelamamasaOrdeBarupemerintahberhasilmelaksanakanenamkalipemilihanumum,yaitutahun1971,1977,1985,1987,1992,dan1997.DalamsetiapPemiluyangdiselenggarakanselamamasapemerintahanOrdeBaru,GolkarselalumemperolehmayoritassuaradanmemenangkanPemilu.[PadaPemilu1997yangmerupakanpemiluterakhirmasapemerintahanOrdeBaru,Golkarmemperoleh74,51%denganperolehan325kursidiDPR,danPPPmemperoleh5,43%denganperoleh27kursi.DanPDImengalamikemorosotanperolehansuarahanyamendapat11kursi.Haldisebabkanadanyakonflikinternditubuhpartaiberkepalabantengtersebut,danPDIpecahmenjadiPDISuryadidanPDIMegawatiSoekarnoPutriyangsekarangmenjadiPDIP.PenyelenggaraanPemiluyangteraturselamamasapemerintahanOrdeBarutelahmenimbulkankesanbahwademokrasidiIndonesiatelahberjalandenganbaik.ApalagiPemiluberlangsungdenganasasLUBER(langsung,umum,bebas,danrahasia).NamundalamkenyataannyaPemiludiarahkanuntukkemenangansalahsatukontrestanPemiluyaituGolkar.KemenanganGolkaryangselalumencoloksejakPemilu1971sampaidenganPemilu1997menguntungkanpemerintahdimanaperimbangansuaradiMPRdanDPRdidominasiolehGolkar.KeadaaninitelahmemungkinkanSoehartomenjadiPresidenRepublikIndonesiaselamaenamperiode,karenapadamasaOrdeBarupresidendipiliholehanggotaMPR.Selainitusetiappertanggungjawaban,rancanganUndang-undang,danusulanlainnyadaripemerintahselalumendapatpersetujuanMPRdanDPRtanpacatatan.5.PeranGanda(DwiFungsi)ABRIUntukmenciptakanstabilitaspolitik,pemerintahOrdeBarumemberikanperangandakepadaABRI,yaituperanHankamdansosial.PerangandaABRIinikemudianterkenaldengansebutanDwiFungsiABRI.TimbulnyapemberianperangandapadaABRIkarenaadanyapemikiranbahwaTNIadalahtentarapejuangdanpejuangtentara.KedudukanTNIdanPOLRIdalampemerintahanadalahsama.diMPRdanDPRmerekamendapatjatahkursidengancarapengangkatantanpamelaluiPemilu.PertimbanganpengangkatananggotaMPR/DPRdariABRIdidasarkanpadafungsinyasebagaistabilitatordandinamisator.PerandinamisatorsebanarnyatelahdiperankanABRIsejakzamanPerangKemerdekaan.WaktuituJenderalSoedirmantelahmelakukannyadenganmeneruskanperjuangan,walaupunpimpinanpemerintahantelahditahanBelanda.DemikianjugahalnyayangdilakukanSoehartoketikamenyelamatkanbangsadariperpecahansetelahG30SPKI,yangmelahirkankanOrdeBaru.BolehdikatakanperandinamisatortelahmenempatkanABRIpadaposisiyangterhormatdalampercaturanpolitikbangsaselamaini.6.PenentuanPendapatRakyat(Pepera)PenentuanPendapatRakyat(Pepera)adalahreferendumyangdiadakanpadatahun1969diPapuaBaratyanguntukmenentukanstatusdaerahbagianbaratPulauPapua,antaramilikBelandaatauIndonesia.PemilihansuarainimenanyakanapakahsisapopulasimaubergabungdenganRepublikIndonesiaataumerdeka.ParawakilyangdipilihdaripopulasidengansuarabulatmemilihpersatuandenganIndonesiadanhasilnyaditerimaolehPBB,meskipunvaliditassuaratelahditantangdalamretrospeksi.SebagaibagiandariperjanjianNewYork,Indonesiasebelumakhirtahun1969wajibmenyelenggarakanPenentuanPendapatRakyatdiIrianBarat.Padaawaltahun1969,pemerintahIndonesiamulaimenyelenggarakanPepera.PenyelenggaraanPeperadilakukan3tahapyaknisebagaiberikut,Tahappertamadimulaipadatanggal24maret1969.PadatahapinidilakukankonsultasidengandeewankabupatendiJayapuramengenaitatacarapenyelenggaraanPepera.TahapkeduadiadakanpemilihanDewanMusyawarahpeperayangberakhirpadabulanJuni1969.TahapketigadilaksanakanpeperadarikabupatenMeraukedanberakhirpadatanggal4Agustus1969diJayapura.PelaksanaanPeperaituturutdisaksikanolehutusanPBB,utusanAustraliadanutusanBelanda.TernyatahasilPeperamenunjukkanmasyarakatIrianBaratmenghendakibergabungdenganNKRI.HasilPeperaitudibawakesidangumumPBBdanpadatanggal19November1969,SidangUmumPBBmenerimadanmenyetujuihasil-hasilPepera7.PedomananPengahayatandanPengamalanPancasila(P4)Padatanggal12April1976PresidenSoehartomengemukakangagasanmengenaipedomanuntukmenghayatidanmengamalkanPancasila,yangterkenaldengannamaEkaprasatyaPancakarsaatauPedomananPengahayatandanPengamalanPancasila(P4).UntukmendukungpelaksanaanPancasiladanUndang-undangDasar1945secaramurnidankonsekuen,makasejaktahun1978pemerintahmenyelenggarakanpenataranP4secaramenyeluruhpadasemualapisanmasyarakat.PenataranP4inibertujuanmembentukpemahamanyangsamamengenaidemokrasiPancasila,sehinggadenganadanyapemahamanyangsamaterhadapPancasiladanUndang-undangDasar1945diharapkanpersatuandankesatuannasionalakanterbentukdanterpelihara.MelaluipenegasantersebutopinirakyatakanmengarahpadadukunganyangkuatterhadappemerintahOrdeBaru.Dansejaktahun1985pemerintahmenjadikanPancasilasebagaiasastunggaldankehidupanberorganisasi.SemuabentukorganisasitidakbolehmenggunakanasasnyaselainPancasila.MenolakPancasilasebagaisebagaiasastunggalmerupakanpengkhianatanterhadapkehidupanberbangsadanbernegara.DengandemikianPenataranP4merupakansuatubentukindoktrinasiideologi,danPancasilamenjadibagiandarisistemkepribadian,sistembudaya,dansistemsosialmasyarakatIndonesia.PancasilamerupakanprestasitertinggiOrdeBaru,danolehkarenanyamakasemuaprestasilainnyadikaitkandengannamaPancasila.MulaidarisistemekonomiPancasila,persPancasila,hubunganindustriPancasila,demokrasiPancasila,dansebagainya.DanPancasiladianggapmemilikikesakralan(kesaktian)yangtidakbolehdiperdebatkan.http://arikhamid.wordpress.com/2013/09/03/kebijakan-politik-dalam-negeri-orde-baru/KEBIJAKAN EKONOMI ORDEBARUKEBIJAKANEKONOMIORDEBARUOrdeBaruadalahsebutanbagimasapemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia.OrdeBarumenggantikan Orde Lama yangmerujukkepadaerapemerintahan Soekarno.OrdeBaruhadirdengansemangatkoreksitotalataspenyimpanganyangdilakukanolehSoekarnopadamasaOrdeLama.OrdeBaruberlangsungdaritahun 1966 hingga 1998. Dalamjangkawaktutersebut, ekonomi Indonesia berkembangpesatmeskipunhaliniterjadibersamaandenganpraktik korupsi yangmerajaleladinegaraini.Selainitu,kesenjanganantararakyatyangkayadanmiskinjugasemakinmelebar.PenataanKehidupanEkonomiUntukmengatasikeadaanekonomiyangkacausebagaipeninggalanpemerintahOrdeLama,pemerintahOrdeBarumelakukanlangkah-langkah:a.Memperbaharuikebijakanekonomi,keuangan,danpembangunan.KebijakaninididasariolehKetetapanMPRSNo.XXIII/MPRS/1966.b. MPRS mengeluarkangarisprogrampembangunan,yakniprogrampenyelamatan,programstabilisasidanrehabilitasi.Programpemerintahdiarahkanpadaupayapenyelamatanekonominasional,terutamastabilisasidanrehabilitasiekonomi.Stabilisasiekonomiberartimengendalikaninflasiagarhargabarang-barangtidakmelonjakterus.Rehabilitasiekonomiadalahperbaikansecarafisiksaranadanprasaranaekonomi.HakikatdarikebijakaniniadalahpembinaansistemekonomiberencanayangmenjaminberlangsungnyademokrasiekonomikearahterwujudnyamasyarakatadildanmakmurberdasarkanPancasilaLangkah-langkahyangdiambilKabinetAmperayangmengacupadaKetetapanMPRStersebutadalah:1.Mendobrakkemacetanekonomidanmemperbaikisektor-sektoryangmenyebabkankemacetanekonomi.2.Debirokratisasiuntukmemperlancarkegiatanperekonomian3.Berorientasipadakepentinganprodusenkecil.Peyebabkanterjandinyakemacetanekonomitersebutadalah:1.Rendahnyapenerimaannegara.2.Tinggidantidakefisiennyapengeluarannegara.3.Terlalubanyakdantidakefisiennyaekspansikreditbank.4.Terlalubanyaktunggakanhutangluarnegeri.5.Penggunaandevisabagiimporyangseringkurangberorientasipadakebutuhanprasarana.Untukmelaksanakanlangkah-langkahpenyelamatantersebut,makapemerintahOrdeBarumenempuhcara-cara:a.Mengadakanoperasi pajak.b.Melaksanakansistempemungutanpajakbaru,baikbagipendapatanperoranganmaupunkekayaandengancaramenghitungpajaksendiridanmenghitungpajakorang.c.Menghematpengeluaranpemerintah(pengeluarankonsumtifdanrutin),sertamenghapuskansubsidibagiperusahaanNegara.d.Membatasikreditbankdanmenghapuskankredit impor.Program stabilsasi inidilakukandengancaramembendunglajuinflasi.DanpemerintahOrdeBaruberhasilmembendunglaju inflasi padaakhirtahun 1967-1968, tetapihargabahankebutuhanpokoknaikmelonjak.SesudahdibentukKabinetPembangunanpadabulanJuli1968,pemerintahmengalihkankebijakanekonominyapadapengendalianyangketatterhadapgerakhargabarangkhususnyasandang,pangan,dankursvalutaasing.Dampaknyaekonominasionalrelatifstabil,sebabkenaikanhargabahan-bahanpokokdanvalutaasingsejaktahun1969dapatdikendalikanpemerintah.Program rehabilitasi dilakukandenganberusahamemulihkankemampuanberproduksi.SelamasepuluhtahunterakhirmasapemerintahanOrdeLama,Indonesiamengalamikelumpuhandankerusakanpadaprasaranasocialdanekonomi.Lembagaperkreditandesa,gerakankoperasi,danperbankandisalahgunakandandijadikanalatkekuasaanolehgolongandankelompokkepentingantertentu.Dampaknyalembaga(negara)tidakdapatmelaksanakanfungsinyasebagaipenyusunperbaikantatakehidupanrakyat.PelitaberlangsungdariPelitaI-PelitaVI.1.PELITAIDilaksanakanpada1April1969hingga31Maret1974.*TujuanPelitaI :Untukmeningkatkantarafhiduprakyatdansekaligusmeletakkandasar-dasarbagipembangunandalamtahapberikutnya.*SasaranPelitaI :Pangan,Sandang,Perbaikanprasarana,perumahanrakyat,perluasanlapangankerja,dankesejahteraanrohani.*TitikBeratPelitaI:Pembangunanbidangpertaniansesuaidengantujuanuntukmengejarketerbelakanganekonomimelaluiprosespembaharuanbidangpertanian,karenamayoritaspendudukIndonesiamasihhidupdarihasilpertanian.*MunculperistiwaMarali(MalapetakaLimabelasJanuari)terjadipadatanggal15-16Januari1947bertepatandengankedatanganPMJepangTanakakeIndonesia.PeristiwainimerupakankelanjutandemonstrasiparamahasiswayangmenuntutJepangagartidakmelakukandominasiekonomidiIndonesiasebabprodukbarangJepangterlalubanyakberedardiIndonesia.Terjadilahpengrusakandanpembakaranbarang-barangbuatanJepan.2.PELITAII(1April197431Maret1979*SasaranPelitaII:Pangan,sandang,perumahan,saranadanprasarana,mensejahterakanrakyat,danmemperluaslapangankerja.*PelitaIIberhasilmeningkatkanpertumbuhanekonomirata-ratapenduduk7%setahun.Perbaikandalamhalirigasi.Dibidangindustrijugaterjadikenaiknaproduksi.Lalubanyakjalandanjembatanyangdirehabilitasidandibangun.3.PelitaIII(1April197931Maret1984)*TujuanPelitaIII:terciptanyamasyarakatyangadildanmakmurberdasarkanPancasiladanUUD1945.*Arahdankebijaksanaanekonomiadalahpembangunanpadasegalabidang.*PedomanpembangunannasionalnyaadalahTrilogiPembangunandanDelapanJalurPemerataan.IsiTrilogiPembagunanadalahsebagaiberikut.1.Pemerataanpembangunandanhasil-hasilnyamenujukepadaterciptanyakeadilansosialbagiseluruhrakyatIndonesia.2.Stabilitasnasionalyangsehatdandinamiis3.Pertumbuhanekonomiyangcukuptinggi.4.PelitaIV(1April198431Maret1989)*PelitaIVlebihdititikberatkanpadasektorpertanianmenujuswasembadapangandanmeningkatkanondustriyangdapatmenghasilkanmesinindustriitusendiri.*HasilyangdicapaipadaPelitaIV:Padatahun1984Indonesiaberhasilmemproduksiberassebanyak25,8ton.Hasil-nyaIndonesiaberhasilswasembadaberas.danmendapatkanpenghargaandariFAO(OrganisasiPangandanPertanianDunia)padatahun1985.selainitu.dilakukanProgramKBdanRumahuntukkeluarga.5.PelitaV(1April198931Maret1994)*SasaranPelitaVini:sektorpertaniandanindustriuntukmemantapakanswasembadapangandanmeningkatkanproduksipertanianlainnyasertamenghasilkanbarangekspor.*PelitaVadalahakhirdaripolapembangunanjangkapanjangtahappertama.Dilanjutkanpembangunanjangkapanjangkedua,yaitumengadakanPelitaVIyangdiharapkanakanmulaimemasukiprosestinggallandasIndonesiauntukmemacupembangunandengankekuatansendiridemimenujuterwujudnyamasyarakatyangadildanmakmurberdasarkanPancasila.Kebijakanekonomipadamasaordebaru1.Dikeluarkannyabeberapaperaturanpada3oktober1966Kebijakaniniantaralain:Menerapkananggaranbelanjaberimbang(balancedbudget).FungsinyaadalahuntukmengurangisalahsatupenyebabterjadinyainflasiMenerapkankebijakanuntukmengekangprosesekspansikreditbagiusaha-usahasectorproduktif,sepertisectorpangan,ekspor,prasaranadanindustryMenerapkankebijakanpenundaanpembayaranutangluarnegeri(re-scheduling),sertaberusahauntukmendapatkanpembiayaanataukreditluarnegeribaruMenerapkankebijakanpenanamanmodalasinguntukmembukakesempatanbagiinvestorluarnegeriuntukturutsertadalampasardanperekonomianIndonesia2.Dikeluarkannyaperaturan10februari1967tentangpersoalanhargadantarif.3.Dikeluarkannyaperaturan28juli1967.KebijakaninidikeluarkanuntukmemberikanstimulasikepadaparapengusahaagarmaumenyerahkansebagiandarihasilusahanyauntuksektorpajakdaneksporIndonesia4.MenerapkanUUno.1tahun1967tentangpenanamanmodalasing.5.MengesahkandanmenerapkanRUUAPBNmelaluiUUno.13tahun1967Soehartojugamenerapkankebijakanekonomiyangberorientasiluarnegeri,yaitudenganmelakukanpermintaanpinjamandariluarnegeriIndonesiajugatergabungkedalaminstitusiekonomiinternasional,sepertiInternationalBankforRescontructionandDevelopment(IBRD),InternationalMonetaryFund(IMF),InternationalDevelopmentAgency(IDA)danAsianDevelopmentBank(ADB)Setelahberhasilmenciptakanpolitikdalamnegeri,makapemerintahanberusahamelakukanpembangunannasionalyangdirealisasikanpadapembangunanjangkapanjangdanpembangunanjangkapendek.HalinidirumuskandalamGarisBesarHaluanNegara(GBHN).Haliniberhasilkarenaselamalebihdari30tahun,pemerintahanmengalamistabilitaspolitiksehinggamenunjangstabilitasekonomi.Kebijakan-kebijakanekonomipadamasaitudituangkanpadaRencanaAnggaranPendapatandanBelanjaNegara(RAPBN),yangpadaakhirnyaselaludisetujuiolehDewanPerwakilanRakyat(DPR)untukdisahkanmenjadiAPBN.Tap.MPRSNo.XXIII/MPR/1966KebijakanperekonomianpadamasaOrdeBarusebenarnyatelahdirumuskanpadasidangMPRStahun1966.PadasidangtersebuttelahdikeluarkanTap.MPRSNo.XXIII/MPRS/1966tentangpembaruankebijakanlandasanekonomi,keuangan,danpembangunan.TujuandikeluarkanketerapantersebutadalahuntukmengatasikrisisdankemerosotanekonomiyangmelandanegaraIndonesiasejaktahun1955.Berdasarkanketetapantersebut,PresidenSuhartomempersiapkanperekonomianIndonesiasebagaiberikut:a.MengeluarkanPeraturan3Oktober1966,tentangpokok-pokokregulasi.b.MengeluarkanPeraturan10Pebruari1967,tentanghargadantarifc.Peraturan28Juli1967,tentangpajakusahasertaeksporIndonesiad.UUNo.1Tahun1967,tentangPenanamanModalAsing.e.UUNo.13Tahun1967,tentangRencanaAnggaranPendapatandanBelanja(RAPBN).https://arikhamid.wordpress.com/tag/kebijakan-ekonomi-orde-baru/Apr 13 KEBIJAKAN-KEBIJAKAN1. 1. KEBIJAKAN PEMBANGUNANKebijakan Pembangunan (Periode tiap Pelita)Kehidupan Ekonomi Masa Orde BaruPada masa Demokrasi Terpimpin, negara bersama aparat ekonominya mendominasi seluruh kegiatan ekonomi sehingga mematikan potensi dan kreasi unit-unit ekonomi swasta. Sehingga, pada permulaan Orde Baru program pemerintah berorientasi pada usaha penyelamatan ekonomi nasional terutama pada usaha mengendalikan tingkat inflasi, penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Tindakan pemerintah ini dilakukan karena adanya kenaikan harga pada awal tahun 1966 yang menunjukkan tingkat inflasi kurang lebih 650 % setahun. Hal itu menjadi penyebab kurang lancarnya program pembangunan yang telah direncanakan pemerintah. Oleh karena itu pemerintah menempuh cara sebagai berikut.1. Stabilisasi dan Rehabilitasi EkonomiKeadaan ekonomi yang kacau sebagai peninggalan masa Demokrasi Terpimpin,pemerintah menempuh cara :Mengeluarkan Ketetapan MPRS No.XXIII/MPRS/1966 tentang Pembaruan Kebijakan ekonomi, keuangan dan pembangunan.MPRS mengeluarkan garis program pembangunan, yakni program penyelamatan, program stabilitas dan rehabilitasi, serta program pembangunan.Program pemerintah diarahkan pada upaya penyelamatan ekonomi nasional terutama stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi. Stabilisasi berarti mengendalikan inflasi agar harga barang-barang tidak melonjak terus. Sedangkan rehabilitasi adalah perbaikan secara fisik sarana dan prasarana ekonomi. Hakikat dari kebijakan ini adalah pembinaan sistem ekonomi berencana yang menjamin berlangsungnya demokrasi ekonomi ke arah terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.Langkah-langkah yang diambil Kabinet AMPERA mengacu pada Tap MPRS tersebut adalah sebagai berikut.1) Mendobrak kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor yang menyebabkan kemacetan, seperti : rendahnya penerimaan Negara tinggi dan tidak efisiennya pengeluaran Negara terlalu banyak dan tidak produktifnya ekspansi kredit bank terlalu banyak tunggakan hutang luar negeri penggunaan devisa bagi impor yang sering kurang berorientasi pada kebutuhan prasarana.2) Debirokratisasi untuk memperlancar kegiatan perekonomian.3) Berorientasi pada kepentingan produsen kecil.Untuk melaksanakan langkah-langkah penyelamatan tersebut maka ditempuh cara:1. Mengadakan operasi pajak2. Cara pemungutan pajak baru bagi pendapatan perorangan dan kekayaan dengan menghitung pajak sendiri dan menghitung pajak orang.3. Penghematan pengeluaran pemerintah (pengeluaran konsumtif dan rutin), serta menghapuskan subsidi bagi perusahaan negara.4. Membatasi kredit bank dan menghapuskan kredit impor.Program Stabilisasi dilakukan dengan cara membendung laju inflasi.Hasilnya bertolak belakang dengan perbaikan inflasi sebab harga bahan kebutuhan pokok melonjak namun inflasi berhasil dibendung (pada tahun akhir 1967- awal 1968)Sesudah kabinet Pembangunan dibentuk pada bulan Juli 1968 berdasarkan Tap MPRS No.XLI/MPRS/1968, kebijakan ekonomi pemerintah dialihkan pada pengendalian yang ketat terhadap gerak harga barang khususnya sandang, pangan, dan kurs valuta asing. Sejak saat itu kestabilan ekonomi nasional relatif tercapai sebab sejak 1969 kenaikan harga bahan-bahan pokok dan valuta asing dapat diatasi.Program Rehabilitasi dilakukan dengan berusaha memulihkan kemampuan berproduksi.Selama 10 tahun mengalami kelumpuhan dan kerusakan pada prasarana ekonomi dan sosial. Lembaga perkreditan desa, gerakan koprasi, perbankan disalah gunakan dan dijadikan alat kekuasaan oleh golongan dan kepentingan tertentu. Dampaknya lembaga tidak dapat melaksanakan fungsinya sebagai penyusun dan perbaikan tata hidup masyarakat.2. Kerja Sama Luar NegeriKeadaan ekonomi Indonesia pasca Orde Lama sangat parah, hutangnya mencapai 2,3-2,7 miliar sehingga pemerintah Indonesia meminta negara-negara kreditor untuk dapat menunda pembayaran kembali utang Indonesia. Pemerintah mengikuti perundingan dengan negara-negara kreditor di Tokyo Jepang pada 19-20 September 1966 yang menanggapi baik usaha pemerintah Indonesia bahwa devisa ekspornya akan digunakan untuk pembayaran utang yang selanjutnya akan dipakai untuk mengimpor bahan-bahan baku. Perundingan dilanjutkan di Paris, Perancis dan dicapai kesepakatan sebagai berikut.Utang-utang Indonesia yang seharusnya dibayar tahun 1968 ditunda pembayarannya hingga tahun 1972-1979.Utang-utang Indonesia yang seharusnya dibayar tahun 1969 dan 1970 dipertimbangkan untuk ditunda juga pembayarannya.Perundingan dilanjutkan di Amsterdam, Belanda pada tanggal 23-24 Februari 1967. Perundingan itu bertujuan membicarakan kebutuhan Indonesia akan bantuan luar negeri serta kemungkinan pemberian bantuan dengan syarat lunak yang selanjutnya dikenal dengan IGGI (Inter Governmental Group for Indonesia). Melalui pertemuan itu pemerintah Indonesia berhasil mengusahakan bantuan luar negeri. Indonesia mendapatkan penangguhan dan keringanan syarat-syarat pembayaran utangnya.3. Pembangunan NasionalDilakukan pembagunan nasional pada masa Orde Baru dengan tujuan terciptanya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Arah dan kebijaksanaan ekonominya adalah pembangunan pada segala bidang. Pedoman pembangunan nasionalnya adalah Trilogi Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan. Inti dari kedua pedoman tersebut adalah kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat dalam suasana politik dan ekonomi yang stabil. Isi Trilogi Pembagunan adalah sebagai berikut.1) Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.2) Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.3) Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.Pelaksanaannya pembangunan nasional dilakukan secara bertahap yaitu, Jangka panjang mencakup periode 25 sampai 30 tahun Jangka pendek mencakup periode 5 tahun (Pelita/Pembangunan Lima Tahun), merupakan jabaran lebih rinci dari pembangunan jangka panjang sehingga tiap pelita akan selalu saling berkaitan/berkesinambungan.Selama masa Orde Baru terdapat 6 Pelita, yaitu :1. Pelita IDilaksanakan pada 1 April 1969 hingga 31 Maret 1974 yang menjadi landasan awal pembangunan Orde Baru.Tujuan Pelita I : Untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan dalam tahap berikutnya.Sasaran Pelita I : Pangan, Sandang, Perbaikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani.Titik Berat Pelita I : Pembangunan bidang pertanian sesuai dengan tujuan untuk mengejar keterbelakangan ekonomi melalui proses pembaharuan bidang pertanian, karena mayoritas penduduk Indonesia masih hidup dari hasil pertanian.Muncul peristiwa Marali (Malapetaka Limabelas Januari) terjadi pada tanggal 15-16 Januari 1947 bertepatan dengan kedatangan PM Jepang Tanaka ke Indonesia. Peristiwa ini merupakan kelanjutan demonstrasi para mahasiswa yang menuntut Jepang agar tidak melakukan dominasi ekonomi di Indonesia sebab produk barang Jepang terlalu banyak beredar di Indonesia. Terjadilah pengrusakan dan pembakaran barang-barang buatan Jepang.2. Pelita IIDilaksanakan pada tanggal 1 April 1974 hingga 31 Maret 1979. Sasaran utamanya adalah tersedianya pangan, sandang,perumahan, sarana dan prasarana, mensejahterakan rakyat dan memperluas kesempatan kerja. Pelaksanaan Pelita II cukup berhasil pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 7% per tahun. Pada awal pemerintahan Orde Baru laju inflasi mencapai 60% dan pada akhir Pelita I laju inflasi turun menjadi 47%. Selanjutnya pada tahun keempat Pelita II, inflasi turun menjadi 9,5%.3. Pelita IIIDilaksanakan pada tanggal 1 April 1979 hingga 31 Maret 1984. Pelita III pembangunan masih berdasarkan pada Trilogi Pembangunan dengan penekanan lebih menonjol pada segi pemerataan yang dikenal dengan Delapan Jalur Pemerataan, yaitu: Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, khususnya sandang, pangan, dan perumahan. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan. Pemerataan pembagian pendapatan Pemerataan kesempatan kerja Pemerataan kesempatan berusaha Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda dan kaum perempuan Pemerataan penyebaran pembagunan di seluruh wilayah tanah air Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.4. Pelita IVDilaksanakan pada tanggal 1 April 1984 hingga 31 Maret 1989. Titik beratnya adalah sektor pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin industri sendiri. Terjadi resesi pada awal tahun 1980 yang berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Pemerintah akhirnya mengeluarkan kebijakan moneter dan fiskal sehingga kelangsungan pembangunan ekonomi dapat dipertahankan.5. Pelita VDilaksanakan pada tanggal 1 April 1989 hingga 31 Maret 1994. Titik beratnya pada sektor pertanian dan industri. Indonesia memiki kondisi ekonomi yang cukup baik dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,8 % per tahun. Posisi perdagangan luar negeri memperlihatkan gambaran yang menggembirakan. Peningkatan ekspor lebih baik dibanding sebelumnya.6. Pelita VIDilaksanakan pada tanggal 1 April 1994 hingga 31 Maret 1999. Titik beratnya masih pada pembangunan pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian serta pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya. Sektor ekonomi dipandang sebagai penggerak utama pembangunan. Pada periode ini terjadi krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Karena krisis moneter dan peristiwa politik dalam negeri yang mengganggu perekonomian menyebabkan rezim Orde Baru runtuh.1. 2. KEBIJAKAN MONETERKebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera. Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, margin requirement, kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah lain.Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil. [1]Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: [2]1. Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive PolicyAdalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang edar1. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive PolicyAdalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang edar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy)Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu antara lain: [3]1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.1. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum kadang-kadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.1. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.1. Himbauan Moral (Moral Persuasion)Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.1. KEBIJAKAN FISKALKebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih mekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah.Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum.1. KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER SEKTOR LUAR NEGERIKebijakan fiskal dan kebijakan moneter satu sama lain saling berpengaruh dalam kegiatan perekonomian. Masing masing variabel kebijakan tersebut, kebijakan fiskal dipengaruhi oleh dua variabel utama, yaitu pajak (tax) dan pengeluaran pemerintah (goverment expenditure). Sedangkan variabel utama dalam kebijakan moneter, yaitu GDP, inflasi, kurs, dan suku bunga. Berbicara tentang kebijakan fiskal dan kebijakan moneter berkaitan erat dengan kegiatan perekonomian empat sektor, dimana sektor sektor tersebut diantaranya sektor rumah tangga, sektor perusahaan, sektor pemerintah dan sektor dunia internasional/luar negeri. Ke-empat sektor ini memiliki hubungan interaksi masing masing dalam menciptakan pendapatan dan pengeluaran.Kebijakan fiskal akan mempengaruhi perekonomian melalui penerimaan negara dan pengeluaran negara. Disamping pengaruh dari selisih antara penerimaan dan pengeluaran (defisit atau surplus), perekonomian juga dipengaruhi oleh jenis sumber penerimaan negara dan bentuk kegiatan yang dibiayai pengeluaran negara.Di dalam perhitungan defisit atau surplus anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), perlu diperhatikan jenis-jenis penerimaan yang dapat dikategorikan sebagai penerimaan negara, dan jenis-jenis pengeluaran yang dapat dikategorikan sebagai pengeluaran negara. Pada dasarnya yang dimaksud dengan penerimaan negara adalah pajak-pajak dan berbagai pungutan yang dipungut pemerintah dari perekonomian dalam negeri, yang menyebabkan kontraksi dalam perekonomian. Dengan demikian hibah dari negara donor serta pinjaman luar negeri tidak termasuk dalam penerimaan negara.Di lain sisi, yang dimaksud dengan pengeluaran negara adalah semua pengeluaran untuk operasi pemerintah dan pembiayaan berbagai proyek di sektor negara ataupun badan usaha milik negara. Dengan demikian pembayaran bunga dan cicilan hutang luar negeri tidak termasuk dalam perhitungan pengeluaran negara.Dari perhitungan penerimaan dan pengeluaran negara tersebut, akan diperoleh besarnya surplus atau defisit APBN. Dalam hal terdapat surplus dalam APBN, hal ini akan menimbulkan efek kontraksi dalam perekonomian, yang besarnya tergantung kepada besarnya surplus tersebut . Pada umumnya surplus tersebut dapat dipergunakan sebagai cadangan atau untuk membayar hutang pemerintah (prepayment).Dalam hal terjadi defisit, maka defisit tersebut dapat dibayai dengan pinjaman luar negeri (official foreign borrowing) atau dengan pinjaman dalam negeri. Pinjaman dalam negeri dapat dalam bentuk pinjaman perbankan dan non-perbankan yang mencakup penerbitan obligasi negara (government bonds) dan privatisasi. Dengan demikian perlu ditegaskan bahwa penerbitan obligasi negara merupakan bagian dari pembiayaan defisit dalam negeri non-perbankan yang nantinya diharapkan dapat memainkan peranan yang lebih tinggi. Hal yang paling penting diperhatikan adalah menjaga agar hutang luar negeri atau hutang dalam negeri tersebut masih dalam batas-batas kemampuan negara (sustainable).Pada dasarnya defisit dalam APBN akan menimbulkan efek ekspansi dalam perekonomian . Dalam hal defisit APBN dibiayai dengan pinjaman luar negeri, maka hal ini tidak menimbulkan tekanan inflasi jika pinjaman luar negeri tersebut dipergunakan untuk membeli barang-barang impor, seperti halnya dengan sebagian besar pinjaman dari CGI selama ini. Akan tetapi bila pinjaman luar negeri tersebut dipergunakan untuk membeli barang dan jasa di dalam negeri, maka pembiayaan defisit dengan memakai pinjaman luar negeri tersebut akan menimbulkan tekanan inflasi. Dilain pihak, pembiayaan defisit APBN dengan penerbitan obligasi negara akan menambah jumlah uang yang beredar dan akan menimbulkan tekanan inflasi.Adapun pembiayaan defisit dengan menggunakan sumber dari pinjaman luar negeri akan berpengaruh pada neraca pembayaran khususnya pada lalu lintas modal pemerintah . Semakin besar jumlah pinjaman luar negeri yang dapat ditarik, lalu lintas modal Pemerintah cenderung positif. Adapun kinerja pemerintah dapat dilihat dari besarnya nilai lalu lintas moneter. Nilai lalu lintas moneter yang positif menunjukkan adanya cash inflow.Pada dasarnya, kebijaksanaan moneter ditujukan agar likuiditas dalam perekonomian berada dalam jumlah yang tepat sehingga dapat melancarkan transaksi perdagangan tanpa menimbulkan tekanan inflasi. Umumnya pelaksanaan pengaturan jumlah likuiditas dalam perekonomian ini dilakukan oleh bank sentral, melalui berbagai instrumen , khususnya open market operations (OMOs).Dalam melaksanakan OMO, pada umumnya bank sentral menjual atau membeli obligasi negara jangka panjang. Jika likuiditas dalam perekonomian dirasakan perlu ditambah, maka bank sentral akan membeli sejumlah obligasi negara di pasar sekunder, sehingga uang beredar bertambah, dan dilain pihak bila bank sentral ingin mengurangi likuiditas dalam perekonomian, bank sentral akan menjual sebagian obligasi negara yang berada dalam portofolio bank sentral. Perlu difahami bahwa portofolio obligasi negara di bank sentral tersebut memberikan pendapatan kepada bank sentral berupa bunga obligasi.Dalam kasus Indonesia, sampai saat ini Bank Indonesia belum memiliki obligasi negara yang dapat dipakai untuk OMO. Walaupun pemerintah Indonesia telah menerbitkan obligasi, yang dimulai pada masa krisis untuk rekapitalisasi bank-bank yang bermasalah, tetapi pasar sekunder bagi obligasi negara baru pada tahap awal dan volume transaksi jual beli di pasar sekunder tersebut masih sedikit. Selama ini Bank Indonesia masih mempergunakan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) untuk melaksanakan OMOs. Disamping menimbulkan beban pada Bank Indonesia, karena BI harus membayar bunga SBI yang cukup tinggi, jangka waktu SBI juga sangat pendek, umumnya 1 (satu) bulan, sehingga instrumen ini sebenarnya kurang memadai untuk dipakai dalam OMOshttp://heleninfo.wordpress.com/2011/04/13/kebijakan-kebijakan/

.Daftar PustakaAdam, Asvi Warman. 2009. Membedah Tokoh Sejarah: Hidup atau Mati. Yogyakarta: OmbakCrouch, Harold. 1999. Militer dan Politik di Indonesia. Jakarta: Sinar Harapan, Dwipayana, G. dan Ramadhan KH. 1989. Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya. Jakarta: Citra Lamtoro Gung Persada, Irwan, Alexander. Keretakan Aliansi dan Transformasi Orde Baru, dalam Republika, 15 Agustus 1995.McGregor, Katharine E. 2008. Ketika Sejarah Berseragam: Membongkar Ideologi Militer dalam Menyusun Sejarah Indonesia. Yogyakarta: Syarikat, Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. 1992. Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta: Balai Pustaka, Ricklefs, M.C. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: SerambiSodiq, Ibnu. 2009. Buku Ajar: Sejarah Politik Indonesia.Semarang: Jurusan Sejarah UNNES Sodiq, Ibnu. 2010. Bom JW Marriot: Jihad Yang Disalahkan. Semarang: Widya KaryaWinters, Jeffrey A. 1999. Dosa-dosa Politik Orde Baru. Jakarta: Djambatanhttp://www.xs4all.nl/~peace/pubeng/mov/movto/terorba.htmlKirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook