tugas-sebaran sedimen di daerah muara sungai bodri

29
BAB I PENDAHULUAN Dinamika yang terjadi di muara sungai, khususnya di daerah pertemuan langsung antara aliran sungai dengan laut menyebabkan muara memiliki karakteristik yang khas. Hal ini dikarenakan adanya keterkaitan fenomenayang terjadi dari daratan dan lautan yang vmemberikan pengaruh yang cukup besar untuk daerah muara sungai dan pantai disekitarnya ( Pethick, 1991 ). Muara sungai merupakan bagian dari sungai yang berperan sebagai pintu masuk dan keluarnya air menuju laut dan sebaliknya, sekaligus fungsinya sebagai jalur transportasi pelayaran di daerah pantai. Daerah Aliran Sungai ( DAS ) menurut Triatmodjo ( 1999 ) adalah daerah dimana semua airnya mengalir ke dalam suatu sungai yang dimaksudkan. Daerah ini umumnya dibatasi oleh batas topografi yang berdasarkan pada aliran air permukaan. Pengaruh daratan yang sangat signifikan berupa sedimen yang terakumulasi di muara sungai dan sepanjang pantai menjadikan daerah ini mempunyai karakteristik tersendiri. Perubahan yang terjadi di daerah hulu sungai seperti perkembangan daerah yang berkaitan dengan tata guna lahan akan menyebabkan perubahan di daerah hilir sungai. Berkurngnya daerah resapan akibat tereduksi luas hutan akan menambah volume masukan air pada daerah aliran sungai

Upload: iban

Post on 16-Jun-2015

1.487 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas-Sebaran Sedimen Di Daerah Muara Sungai Bodri

BAB I

PENDAHULUAN

Dinamika yang terjadi di muara sungai, khususnya di daerah pertemuan

langsung antara aliran sungai dengan laut menyebabkan muara memiliki karakteristik

yang khas. Hal ini dikarenakan adanya keterkaitan fenomenayang terjadi dari daratan dan

lautan yang vmemberikan pengaruh yang cukup besar untuk daerah muara sungai dan

pantai disekitarnya ( Pethick, 1991 ).

Muara sungai merupakan bagian dari sungai yang berperan sebagai pintu

masuk dan keluarnya air menuju laut dan sebaliknya, sekaligus fungsinya sebagai jalur

transportasi pelayaran di daerah pantai. Daerah Aliran Sungai ( DAS ) menurut

Triatmodjo ( 1999 ) adalah daerah dimana semua airnya mengalir ke dalam suatu sungai

yang dimaksudkan. Daerah ini umumnya dibatasi oleh batas topografi yang berdasarkan

pada aliran air permukaan.

Pengaruh daratan yang sangat signifikan berupa sedimen yang terakumulasi di

muara sungai dan sepanjang pantai menjadikan daerah ini mempunyai karakteristik

tersendiri. Perubahan yang terjadi di daerah hulu sungai seperti perkembangan daerah

yang berkaitan dengan tata guna lahan akan menyebabkan perubahan di daerah hilir

sungai. Berkurngnya daerah resapan akibat tereduksi luas hutan akan menambah volume

masukan air pada daerah aliran sungai sehingga dapat terjadi transport sedimen yang

meningkat sampai ke muara sungai bahkan kearah laut ( Supriharyono, dkk, 1988 ).

Peningkatan jumlah sedimen menimbulkan dampak negtif berupa tingginya sedimentasi

di daerah muara sungai dan pantai sekitarnya.

Sungai Bodri merupakan salah satu Derah Aliran Sungai ( DAS ) besar yang

terletak di Kabupaten Kendal. Aliran sungai ini membawa material sedimen dan limbah

yang berasal dari hulu dan sepanjang daerah aliran sungai yang akan diendapkan di

muara sungai Bodri. Menurut Triatmodjo dan Takeda ( 1993 ), proses pengendpa di

muara sungai dipengaruhi oleh pasang arus dan gelombang. Aliran Sungai Bodri dari

hulu yang mengangkut material sedimen merupakan salah satu sumber sedimen di daerah

muara Sungai Bodri. Selain itu terdapatnya areal tambak disekitar muara sungai yang

mudah sekali tererosi. Material yang tererosi kemungkinan diendapkan di daerah muara

Page 2: Tugas-Sebaran Sedimen Di Daerah Muara Sungai Bodri

sungai dan sekitarnya. Pengendapan sedimen di muara sangat tergantung pada

lingkungan dan parameter – parameter oseanografi.

Muara Sungai Bodri di daerah Kabupaten Kendal dari tahun ke tahun

mengalami perubahan berupa pendangkalan pada bagian hulu muara yang disebabkan

oleh pengendapan material sedimen yang dibawa oleh aliran sungai dari arah daratan

maupun yang dibawa oleh arus dari lautan. Pendangkalan pada muara Sungai Bodri

mengakibatkan dampak negatif terhadap kegiatan ekonomi masyarakat nelayan di daerah

Sungai Bodri dan sekitarnya seperti terhalangnya jalur keluar masuknya kapal nelayan

yang akan melaut.

Page 3: Tugas-Sebaran Sedimen Di Daerah Muara Sungai Bodri

BAB III

SEBARAN SEDIMEN DI DAERAH MUARA SUNGAI BODRI

Sebaran sedimen dan proses sedimentasi pada daerah muara Sungai Bodri

Kabupaten Kendal terjadi dengan dua cara, yaitu :

A. Sebaran Sedimen dan Proses Sedimentasi Secara Horisontal

Distribusi atau sebaran sedimen horisontal di daerah muara Sungai Bodri

ini sangat didominasi oleh 3 ( tiga ) satuan yaitu : satuan pasir, satuan pasir lanauan,

dan satuan lanau pasiran. Dari ketiga satuan itu satuan yang paling luas

penyebarannya adalah satuan pasir. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam peta

sebaran sedimen secara horisontal di bawah ini.

1) Satuan Pasir

Satuan pasir terdapat pada muara Sungai Bodri ditemukan pada 23

stasiun dari 45 stasiun pengambilam sampel sedimen. Stasiun R2CE21, L31, R32,

L41, L3CE21, R33, L32, L23, L2CE31, L3CE31, L13, L33, M2, L24, L34,

Page 4: Tugas-Sebaran Sedimen Di Daerah Muara Sungai Bodri

L2CE41, R12, L2C3, S1, L25, M3, dan stasiun L26. Satuan ini merupakan satuan

terluas dengan luasan yaitu 1285 km2 pada distribusi horisontal. Analisa

granulometri menunjukan satuan ini memiliki rata – rata ukuran butir 1. 8198 φ

(skala phi) menurut Wentworth dalam selley (1988), ukuran tersebut merupakan

fraksi pasir yang termasuk fraksi pasir halus. Nilai sortasinya berkisar 0. 4560 φ

pada stasiun R2CE21 yang artinya tersortasi baik hingga 1.5000 φ pada stasiun

L42 yang berarti tersortasi jelek. Sortasi rata – rata pada stasiun ini adalah 0. 9064

φ menurut Friedman dan Sander ( 1978 ) dalam Selly ( 1992 ) dalam Shabirin

(1999) kisaran tersebut tergolong sortasi sedang. Namun ada 15 satsiun yang

menunjukkan nilai sortasinya cukup baik dan hanya ada 2 stasiun yang

menunjukkan nilai jelek sehingga dapat dikatakan bahwa sortasi pada satuan pasir

ini tergolong dalam sortasi yang relative cukup baik dilihat dari banyaknya stasiun

dengan nilai sortasi cukup baik.

Harga sortasi merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk

mengetahui pengaruh energi pengendapan ( arus dan gelombang ), jika energi

pengendapannya menurun maka ukuran sedimen yang terangkut dan terendap

makin kecil, bearti sediment kasar akan diendapkan terlebih dahulu dan sediment

yang halus akan terendap lebih jauh ( Pethick, 1984 ). Melihat nilai sortasitersebut

dapat diduga bahwa energi pengendapan yang terlihat pada satuan ini relative

konstan sehingga mampu memilah cukup baik. Nilai skewness rata – rata stun ini

berkisar – 0. 1150 φ pada stasiun L24, R32, dan R33 yang berada dikelas

menceng kasar yang terdapat hanya pada 3 stasiun tersebut hingga 0. 862 φ yang

berarti menceng halus. Nilai skewness merupakan salah satu parameter untuk

melihat pengaruh besar kecilnya energi pengendapannya relative teratur dan

konstan dengan beberapa perubahan jika dilihat dari nilai skewness yang

menunjukkan nilai menceng kasar dan niai menceng sangat halus. Namun nilai

rata – rata berada pada kisaran menceng halus. Hal ini diduga karena besarnya

pengaruh laut yang lebih dominan dengan gelombang dan arus yang relatif lebih

stabil dan konstan. Nilai kurtosis menggambarkan hubungan antara pemilahan

bagian tengah kurva dengan bagian bawah kurva sehingga dapat diketahui

penyimpangan distribusi besar butir dari normal sampai yng ekstrim ( Richard,

Page 5: Tugas-Sebaran Sedimen Di Daerah Muara Sungai Bodri

2002 ) pada satuan ini berkisar antara 0. 6332 φ pada stasiun L33 yang berarti

sangat tumpul hingga 2.501 φ pada stasiun L2CE41 yang artinya sangat runcing.

2) Satuan Pasir lanauan

Penyebaran satuan ini terletak diantara satuan pasir dengan satuan

lanau pasiran. Satuan inio merupakan satuan terluas yang kedua setelah satuan

pasir pada muara Sungai Bodri yaitu sekitar 0. 3721 km2 dari 45 stasiun ini

ditemukan pada 15 stasiun yaitu CR2, MCEO1, R21, R31, R1CE11, L21,

R2CE11, L11, L1CE11, M1, R11, L12, L22, L1CE21, DAN L2CE61. Stasiun

R1CE11 memiliki kandunagn pasir paling rendah yaitu 56. 4692 % dan stasiun

R31 memiliki kandungan pasir paling tinggi yaitu 74. 9339 %. Secara keseluruhan

satuan ini memiliki kandungan lanau diatas 10 %. Kandungan lanau tertingi pada

stasiun MCE01 sebesar 41. 0265 % yang terendah pada sasiun LICE11 hanya 18.

3907 %. Keberadan material pasir berlanau di perairan Muara Sungai Bodri

diduga karena pengaruh suplai material lanauan yang berasal dari daratan yaitu

dari debit sunygai yang masuk ke daerah laut di Muara Sungai Bodri yang

kemudian ditransportasikan oleh arus dan gelombang sehingga mengendap dan

bercampur dengan fraksi lain yang ada di tempat tersebut ( pasir ).

Analisa granulometeri satuan ini menunjukan nilai rata – rata ukuran

butir berkisar antara 0. 647 φ pada stasiun L1CE11 hingga 2. 0498 φ pada stasiun

L21, L11, M1, L22 yang berarti dalam tingkat cukup baik hingga sangat jelek.

Untuk nilai skewness satuan ini berkisar antara – 0. 104 φ pada stasiun L1CE11

yang berarti menceng kasar hingga 0. 920 φ pada stasiun S3 yang berarti menceng

halus. Nilai kurtosis pada satuan ini adalah antara 0. 4371 φ pada stasiun R11

hingga 4. 452 φ pada stasiun L1CE11 yang berarti dtermasuk kedalam kelas

sangat tumpul hingga sngat runcing sekali.

3) Satuan Lanau Pasiran

Satuan lanau pasiran ini penyebarannya terdapat pada stasiun S2,

CR11, S1, 0, MCE11, L2CE11, MCE21, dan L3CE11. satuan ini mempunyai

luasan yang terkecil yaitu 0. 1283 km2 yang berada tepat di dalam mulut sungai

dan disekitar gosong bagian kanan dan bagian kiri muara. Kandungan lanau pada

semua satuan ini diatas 50 %. Kandungan lanau yang relative tinggi ini diduga

Page 6: Tugas-Sebaran Sedimen Di Daerah Muara Sungai Bodri

karena daerah ini sangat dekat dengan mulut sungai sehingga satuan ini sangat

dipengaruhi oleh suplai material lanauan dari daratan yang dibawa oleh debit

sungai khususnya di stasiun S1, S2 dan stasiun 0 yang terletak berada tepat di

mulut muara. Kandungan lanauan tertinggi pada stasiun L3CE11 yaitu 72. 8203

% yang berada di bagian depan gosong sebelah kiri muara.

Analisa granulometeri pada satuan ini memberikan nilai rata – rata

ukuran butir dari 2, 647 φ pada stasiun CR11 hingga 3. 9341 di stasiun 0. nilai

sortasi pada kedua stasiun pada satuan ini sangat jelek sekali yaitu mulai dari 0.

598 φ pada stasiun MCE21 yang bersortasi cukup baik hingga 3. 019 φ pada

stasiun S2 yang berarti sangat jelek sekali. Hal ini diduga karena pada satuan ini

energi pemilahan sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya aliran sungai dan pasang

surut yang relatif berubah – berubah. Nilai skewness menceng kasar yaitu – 0. 108

φ pada stasiun L3CE11 hingga menceng sangat halus yaitu 0. 335 φ pada stasiun

MCE21. pada keempat stasiun yang berada tepat didaerah mulut muara memiliki

nilai skewness dalam tingkatan simetri kecuali pada stasiun CR11 yang memiliki

nilai skewness bernilai menceng halus pada nilai keruncingan berkisar antara 2.

062 φ pada stasiun L1CE11 hingga 0. 04372 φ pada stasiun S1 yang berarti

berkisar antara cukup hingga sangat tumpul.

B. Sebaran Sedimen dan Proses Sedimentasi Secara Vertikal

Sebaran sedimen dan proses sedimentasi secara vertikal pada Muara

Sungai Bodri ini ditentukan oleh tiga jalur korelasi yang diperkirakan cukup mewakili

muara tersebut. Jalur pertama yang merupakan jalur yang terpanjang yang terletak di

jalur keluar masuk air muara tersebut, pada jalur ini diduga distribusi atau sebaran

sedimennya terpengaruh oleh arus dari sungai dan lautan secara seimbang. Jalur

kedua berada di depan gosong sebelah kiri. Jalur ini diharapkan mewakili distribusi

atau sebaran sedimennya yang lebih terpengaruhi oleh arus dan gelombang laut. Jalur

ketiga ini merupakan jalur yang terakhir yang terletak di sepanjang pintu muara dan

gosong baik sebelah kanan maupun sebelah kiri. Jalur ini diduga mewakili distribusi

atau sebasan sedimen yang lebih terpengaruh oleh aktivitas sungai. Hal ini

Page 7: Tugas-Sebaran Sedimen Di Daerah Muara Sungai Bodri

dikarenakan posisinya yang relatif terlindungi dari gelombang dan arus.

Selengkapnya dapat dilihat dalam peta jalur korelasi di bawah ini.

1) Jalur Korelasi I ( Stasiun CR2, CR1, MCE0, MCE1, MCE2, L1CE2, L1CE4,

L2CE5 )

Jalur distribusi vertical ini adalah yang terpanjang pada Muara Sungai

Bodri yang diteliti dimulai dari stasiun CR2 yang berada di bagian tepian sungai

yang dekat dengan muara dan berakhir sampai dengan stasiun L2CE5.

Pada jalur korelasi ini satuan yang mendominasi adalah satuan pasir

lanauan. Hal ini terjadi karena diduga jalur korelasi ini berada di daerah yang

terpengaruh arus yang masih cukup kuat untuk mengangkut butiran kasar yang

kemudian bercampur dari butiran halus yang dibawa oleh debit sungai. Hal ini

disebabkan oleh letak jalur korelasi ini yang berada tepat mengikuti jalur keluar

masuk air di muara ini. Di daerah yang diduga merupakan pintu keluar masuk air

dari sungai dan air laut diperkirakan material sedimen yang terbawa oleh

gelombang akan bertemu dengan material sedimen yang terbawa oleh debit

sungai. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya percampuran kedua energi yang

akan mengakibatkan perubahan pada kapasitas dari energi pengendapan yang

mengakibatkan butiran sedimen akan terendap pada daerah tersebut.

Satuan pasir lanauan pada jalur korelasi I ditemukan diseluruh stasiun,

jika diamati dalam gambar peta korelasi I sebagian besar satuan ini tidak berada

pada posisi paling atas pada setiap stasiun kecuali pada stasiun CR2 dan stasiun

L1CE2. Hal ini terjadi diduga karewna jalur korelasi ini beradadi daerah yang

terpengaruh arus yang masih cukup kuat untuk mengangkut butiran kasar yang

Page 8: Tugas-Sebaran Sedimen Di Daerah Muara Sungai Bodri

kemudian bercampur dari butiran halus yang dibawa oleh debit sungai. Hal ini

disebabkan oleh letak jalur korelasi ini yang berada tepat mengikuti jalur keluar

masuk air di muara ini.

2) Jalur Korelasi II ( Stasiun R2CE2, MCE1, L2CE1, dan L3CE2 )

Jlur ini dimulai dari stasiun R2CE2 yang berada di sebelah kanan luar

gosong sebelah kanan kemudian melintas di depan muara melewati stasiun MCE1

yang tepat di dekat muara dan berakhir di stasiun L3CE2 yang terletak di bagian

kiri luar di belakang gosong sebelah kiri.

Proses pengendapan satuan pasir lanauan pada jalur korelasi II

diperkirakan mendapatkan pengaruh energi pengendapan dari arah lautan relatif

lebih kecil dari pada jalur korelasi I dan jalur korelasi III. Hal ini dikarenakan

posisi jalur ini terletak pada daerah antara gosong dan muara. Hal ini diperkirakan

karena adanya pengaruh yang relatif seimbang antara energi pengendapan dari

lautan dari aliran sungai yang relatif konstan dari waktu ke waktu. Satuan lanau

pasiran yang terjadi juga karena energi pengendapan yang bekerja lebih kecil dari

pada energi pengendapan dan daerahnya relatif dangkal serta juga terpengaruh

oleh pasang surut. Disebabkan oleh daerah sekitarnya tersebut saat surut akan

menjadi daratan.

Pada jalur ini ditemukan satuan lanau pasiran dengan sortasi sedang

hingga cukup baik dan nilai kepencengan yang termasuk nilai simetri hingga

menceng kasar. Daerah ini berada pada sebelah kanan gosong sebelah barat

muara, tampak pada peta bahwa posisi jalur ini berada di lokasi yang diduga

merupakan pintu keluar masuknya air di daerah muara sehingga dapat

diperkirakan proses sedimentasi yang terjadi adalah karena pengaruh dari aliran

sungai yang membawa material sedimen yang halus yang bertemu dengan arus

dari laut yang membawa butiran sedimen lebih kasar. Kemudian akan mengendap

pada daerah ini karena terjadi percampuran dan penurunan energi yang

diakibatkan oleh perubahan kedalaman perairan. Jalur ini banyak didominasi oleh

satuan lanau pasiran dan pasir lanauan diduga hal ini disebabkan oleh letak posisi

dari jalur ini relatif terlindungi dari arus dan gelombang secara langsung oleh

sungai maupun laut.

Page 9: Tugas-Sebaran Sedimen Di Daerah Muara Sungai Bodri

3) Jalur Korelasi III ( Stasiun MCE2, L1CE1, L2CE2, L3CE2, dan L3CE3 )

Jalur ini dimulai dari dari stasiun MCE2 yang berada diantara kedua

gosong kemudian melewati gosong bagian kiri.

Proses sedimentasi pada satuan lanau pasiran yang ditemukan pada

stasiun MCE2 dengan nilai sortasinya termasuk dalam kategori cukup baik dan

nilai kepencangan termasuk dalam kategori menceng halus karena stasiun tersebut

berada di depan gosong sebelah timur muara sungai. Pada daerah ini merupakan

daerah yang akan menjadi daratan apabila terjadi surut. Hal ini disebabkan oleh

adanya fraksi sedimen yang lebih halus yaitu lanau dan fraksi sedimen kasar

berupa pasir yang terendapkan sehingga membentuk suatu endapan satuan lanau.

Pada stasiun ini juga diperkirakan adanya perubahan energi pengendapan karena

perubahan kedalaman perairan. Selain itu stasiun ini berada di dekat daerah pintu

masuk aliran air di muara.

Pada jalur korelasi III ini dapat diamati bahwa pada tiap lapisan

sedimen pada setiap satuan memiliki energi yang berbeda – beda. Namun trend

yang terjadi pada jalur ini adalah pada lapisan atas sebagian besar merupakan

satuan dengan ukuran butir yang lebih besar. Diperkirakan hal ini terjadi karena

pada proses pengendapan sedimen terjadi perubahan energi karena pengaruh

kedalaman perairan. Pada jalur korelasi ini pengendapan satuan pasir lanauan

pada saat pengendapan lingkungannya berada pada posisi kedalaman yang lebih

dalam daripada satuan pasir. Sehingga massa air dari arah darat akan membawa

material sedimen yang lebih halus tanpa terhalang oleh gosong. Namun karena

adanya gelombang maka material sedimen yang terbawa oleh aliran air dari

sungai akan terendapkan pada daerah jalur korelasi ini karena bertemu dengan

energi gelombang yang mengakibatkan penurunan energi gelombang pada daerah

itu. Oleh karena pengaruh kedalaman dan aliran air dari sungai maka fraksi pasir

dan fraksi lanau akan tercampur pada daerah itu dan kemudian mengendap.

Kemudian satuan pasir yang lebih kasar akan terbentuk diatasnya karena pada saat

itu pengendapan pasir diperkirakan bahwa vlingkungan pengendapannya sudah

lebih dangkal dan gosong mulai terbentuk sehingga mengakibatkan energi

pengendapan dari aliran sungai yang membawa material sedimen yang lebih halus

Page 10: Tugas-Sebaran Sedimen Di Daerah Muara Sungai Bodri

akan terhalang oleh gosong untuk terbawa lebih jauh sehingga pada jalur korelasi

ini pada lapoisan atasnya ditemukan satuan pasir yang diperkirakan proses

pengendapannya terjadi akibat adanya pengaruh gelombang secara langsung dan

minim pengaruh dari aliran sungai.

Satuan sedimen yang dominan pada jalur korelasi ini adalah satuan

pasir. Hal ini diduga karena daerah tersebut langsung terkena gelombang dari8

laut secara langsung. Sehingga ada energi yang cukup besar untuk mampu

membawa burtiran yang lebih besar untuk diendapkan di daerah ini.

Page 11: Tugas-Sebaran Sedimen Di Daerah Muara Sungai Bodri

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Muara Sungai

Perairan muara sungai adalah daerah yang kaya akan unsur hara karena

banyak menerima masukan bahan organik dari darat. Banyaknya jumlah bahan

organic yang bergerak di estuarin sebagian dihasilkan dari daerah tersebut dan

sebagian dihasilkan dari darat dan dibawa oleh aliran sungai yang masuk ke estuarin

serta adanya pengaruh hutan mangrove sekitarnya. Selain itu juga memegang peranan

penting bagi berbagai jenis biota laut, antara lain sebagai daerah pencarian makanan

(Nybakken, 1988).

Menurut Triatmodjo ( 1999 ) bahwa muara sungai merupakan bagian

dari sungai yang langsung berhubungan dengan laut sebagai tempat keluar dan

masuknya air baik yang berasal dari aliran sungai itu sendiri ataupun yang berasal

dari laut. Pengertian lainnya adalah bagian hilir sungai yang berhubungan secara

langsung dengan laut yang berfungsi sebagai pengeluaran debit sungai ke laut.

B. Macam - Macam Muara sungai

Ada tiga macam muara sungai yaitu :

1). Muara Sungai yang Didominasi Debit Sungai

Muara dengan morfologi ini memiliki debit sungai yang cukup besar

sepanjang tahun sedangkan naksi gelombang yang terjadi relatif kecil.

Biasanya muara jenis ini memiliki panjang aliran yang cukup panjang

sehingga sedimen yang terbawa sampai muara sungai adalah sedimen yang

berukuran diameter sangat kecil dalam jumlah besar ( Triatmodjo, 1999 ).

Dalam satu siklus pasang surut jumlah sedimenyang mengendap lebih banyak

daripada yang tererosi ( Dyer, 1990 ). Mekanisme inilah yang sering kali

membentuk delta.

Page 12: Tugas-Sebaran Sedimen Di Daerah Muara Sungai Bodri

2). Muara Sungai yang Didominasi Pasang Surut

Biasanya mempunyai bar di depan muara sungai.

Volume air laut yang masuk ke sungai akan bertambah seiring dengan

peningkatan ketinggian pasut dan pada periode tertentu bergantung pada tipe

pasut. Air yang masuk akan terakumulasi dengan air yang berasal dari hulu

sungai. Pada saat surut akan terjadi peningkatan kecepatan aliran sampai

menyebar sehingga ketika bertemu dengan air laut akan cukup potensial

mengerosi sedimen yang terakumulasi di mulut muara.

3). Muara Sungai yang Didominasi Gelombang

Gelombang yang terjadi di sepanjang pantai sekitar muara sungai dapat

menimbulkan transportasi sedimen dari berbagai arah. Biasanya transport

yang terjadi dengan arah tegak lurus atau sejajar pantai. Transport sedimen

sepanjang muara jenis ini biasanya memiliki perbandingan debit yang relatif

kecil dibandingkan dengan aksi gelombang. Apabila aksi gelombang datang

tegak lurus terhadap muara sungai maka akan terjadi akumulasi sedimen yang

biasanya dijumpai dalam bentuk sand bar tepat di depan mulut muara.

Sedangkan jika arah aksi gelombang membentuk sudut maka akan terjadi

penutupan muara dengan arah penutupan persis sepanjang pantai.

Page 13: Tugas-Sebaran Sedimen Di Daerah Muara Sungai Bodri

C. Mekanisme Sedimentasi di Muara Sungai

Dalam proses pembentukan sedimen diperlukan suatu media pentransport dan

sekaligus pengendap material tersebut. Pada perairan dangkal media tersebut adalah

elemen – elemen oseanografi yang saling berinteraksi dengan elemen – elemen run

off dari daratan yang ditunjang oleh kegiatan manusia ( Haryadi, 1999 ).

Proses pengendapan sedimen yang berasal dari run off daratan terutama aliran sungai

menurut Asdak ( 1995 ) dalam Syuhada ( 2001 ) dibagi menjadi tiga macam, yaitu :

a. Sedimen Dasar ( Bed Load )

Merupakan material yang bergerak menggeser atau menggelinding di dasar

sungai.

b. Sedimen Loncat ( Saltation Load )

Merupakan material yang terlontar atau bergerak meloncat pada dasar

sungai.

c. Sedimen Melayang ( Suspended Load )

Merupakan material yang terbawa arus dengan cara melayang – layang

dalam air.

D. Sedimen Penyusun Substrat Dasar Perairan Estuari

Sedimen adalah pecahan batuan mineral atau material organik yang

ditransformasikan dari berbagai sumber dan didepositkan oleh udara, angin, es, dan

air. Di samping itu sedimen juga berasal dari materi yang melayang dalam air atau

dalam bentuk kimia pada suatu tempat (Pipkin, 1977). Sedangkan menurut Katili

(1969), sediment adalah batuan yang terbentuk dari bahan organic dan anorganik oleh

kekuatan luar secara mekanik, kimia, dan biologi yangkemudian terakumulasi dan

mengendap sebagai sedimen.

Berdasarkan asal / proses terjadinya, Hutabarat dan Evans

megelompokkan sediment menjadi 3 jenis, yaitu :

1. Sedimen Lithogenous

Jenis sediment ini berasal dari sisa pengikisan batu-batuan di darat.

Hal ini dapat terjadi karena adanya suatu kondisi fisik yang ekstrim seperti

Page 14: Tugas-Sebaran Sedimen Di Daerah Muara Sungai Bodri

pemanasan dan pendinginan yang terjadi berulang-ulang pada bebatuan di

padang pasir.

2. Sedimen Diagenous

Sedimen ini terjadi dari sisa-sisa organisme yang membentuk

endapan partikel-partikel halus yang dinamakan ooze yang biasanya mengendap

pada daerah-daerah yang letaknya jauh dari pantai.

3. Sedimen Hydrogenous

Jenis partikel dari sedimen golongan ini terbentuk sebagai hasil

reaksi kimia dalam air laut.

Sedimen di estuaria umumnya berasal dari tujuh sumber yaitu : erosi

yang disebabkan oleh aliran sungai dan arus, buangan rumah tangga dan industri,

aliran dari pantai atau erosi, erosi dari continental shelf, erosi yang disebabkan oleh

angin, dari gundukan pasir di pantai dan daerah pasut yang kering lagi dangkal,

dekomposisi dan ekskresi organisme-organisme laut dan sungai dan hasil pengerukan

lumpur yang kembali ke laut. (Mc Dowell dan Conor, 1977).

E. Bentang Alam AkibatProses Pengendapan (sedimentasi)

Sedimentasi adalah terbawanya material hasil dari pengikisan dan

pelapukan oleh air, angin atau gletser ke suatu wilayah yang kemudian diendapkan.

Semua batuan hasil pelapukan dan pengikisan yang diendapkan lama kelamaan akan

menjadi batuan sedimen. Hasil proses sedimentasi di suatu tempat dengan tempat lain

akan berbeda.

1). nPengendapannOlehnAir

Batuan hasil pengendapan oleh air disebut sedimen akuatis. Bentang alam

hasil pengendapan oleh air, antara lain meander, dataran banjir, tanggul alam,

dan delta.

a Datarannbanjirndanntanggulnalam

Apabila terjadi hujan lebat, volume air meningkat secara cepat. Akibatnya

Page 15: Tugas-Sebaran Sedimen Di Daerah Muara Sungai Bodri

terjadi banjir dan meluapnya air hingga ke tepi sungai. Pada saat air surut,

bahan bahan yang terbawa oleh air sungai akan terendapkan di tepi sungai.

Akibatnya, terbentuk suatu dataran di tepi sungai. Timbulnya material

yang tidak halus (kasar) terdapat pada tepi sungai. Akibatnya tepi sungai

lebih tinggi dibandingkan dataran banjir yang terbentuk. Bentang

alamnitundisebutntanggulnalam.

b Meander

Meander merupakan sungai yang berkelok - kelok yang terbentuk karena

adanya pengendapan. Proses berkelok-keloknya sungai dimulai dari

sungai bagian hulu.Pada bagian hulu, volume air kecil dan tenaga yang

terbentuk juga kecil. Akibatnya sungai mulai menghindari penghalang dan

mencari rute yang paling mudah dilewati. Sementara, pada bagian hulu

belum terjadi pengendapan. Pada bagian tengah, yang wilayahnya mulai

datar aliran air mulai lambat dan membentuk meander. Meander biasanya

terbentuk pada sungai bagian hilir, dimana pengikisan dan Pengendapan

terjadi secara berturut turut. Proses pengendapan yang terjadi secara terus

menerus akan menyebabkan kelokan sungai terpotong dan terpisah dari

aliran sungai, Sehingga terbentuk oxbow lake.

c Delta

Pada saat aliran air mendekati muara, seperti danau atau laut maka

kecepatan aliranya menjadi lambat. Akibatnya, terkadi pengendapan

sedimen oleh air sungai. Pasir akan diendapkan sedangkan tanah liat dan

Page 16: Tugas-Sebaran Sedimen Di Daerah Muara Sungai Bodri

Lumpur akan tetap terangkut oleh aliran air. Setelah sekian lama , akan

terbentuk lapisan - lapisan sedimen. Akhirnya lapian lapisan sedimen

membentuk dataran yang luas pada bagian sungai yang mendekati

muaranya dan membentuk delta.

Pembetukan delta memenuhi beberapa syarat. Pertama, sedimen yang

dibawa oleh sungai harus banyak ketika akan masuk laut atau danau.

Kedua, arus panjang di sepanjang pantai tidak terlalu kuat. Ketiga , pantai

harus dangkal. Contoh bentang alam ini adalah delta Sungai Musi,

Kapuas, dan Kali Brantas.

2). PengendapannolehnAirnLaut

Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine.

Pengendapan oleh air laut dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam hasil

pengendapan oleh

airnlaut,nantaranlainnpesisir,nspit,ntombolo,ndannpenghalangnpantai.

Pesisir merupakan wilayah pengendapan di sepanjang pantai. Biasanya

terdiri dari material pasir. Ukuran dan komposisi material di pantai sangat

bervariasi tergantung pada perubahan kondisi cuaca, arah angin, dan arus laut.

Arus pantai mengangkut material yang ada di sepanjang pantai. Jika terjadi

perubahan arah, maka arus pantai akan tetap mengangkut material material ke laut

yang dalam. Ketika material masuk ke laut yang dalam, terjadi pengendapan

material. Setelah sekian lama, terdapat akumulasi material yang ada di atas

permukaan laut. Akumulasi material itu disebut split.

Jika arus pantai terus berlanjut, split akan semakin panjang. Kadang

kadang split terbentuk melewati teluk dan membetuk penghalang pantai (barrier

beach).

Page 17: Tugas-Sebaran Sedimen Di Daerah Muara Sungai Bodri

Apabila di sekitar spit terdapat pulau, biasanya split akhirnya tersambung dengan

daratan, sehingga membentuk tombolo.

3). Pengendapan oleh angin

Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang

alam hasil pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dune).

Gumuk pantai dapat terjadi di daerah pantai maupun gurun. Gumuk pasir terjadi

bila terjadi akumulasi pasir yang cukup banyak dan tiupan angin yang kuat. Angin

mengangkut dan mengedapkan pasir di suatu tempat secara bertahap sehingga

terbentuk timbunan pasir yang disebut gumuk pasir.

4). nPengendapannolehngletser

Sedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen glacial. Bentang

alam hasil pengendapan oleh gletser adalah bentuk lembah yang semula

berbentuk V menjadi U. Pada saat musim semi tiba, terjadi pengikisan oleh

gletser yang meluncur menuruni lembah. Batuan atau tanah hasil pengikisan juga

menuruni lereng dan mengendap di lembah. Akibatnya, lembah yang semula

berbentuk V menjadi berbentuk U.

Page 18: Tugas-Sebaran Sedimen Di Daerah Muara Sungai Bodri

BAB IVKESIMPULAN

Dari uraian-uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka

dapat disimpulkan, bahwa :

1. Sebaran dan distribusi sediment di Muara Sungai Bodri dapat dianalisis dengan

dua cara yaitu secara horizontal dan secara vertikal.

2. Pada analisis secara horizontal ditemukan satuan pasir, satuan pasir lanauan dan

satuan lanauan pasir pada sebaran dan distribusi sediment di Muara Sungai Bodri.

3. Pada analisis secara vertikal ditemukan satuan pasir, satuan pasir lanauan dan

satuan lanauan pasir dalam tiga jalur korelasi pada sebaran dan distribusi sediment

di Muara Sungai Bodri.

Page 19: Tugas-Sebaran Sedimen Di Daerah Muara Sungai Bodri

DAFTAR PUSTAKA

Dyer, K. R. 1990. “ Coastal and Estuarine Sedimen Dynamics ”. John Willey & Son.

Inc : New York.

http://www.e-dukasi.net

Hutabarat, S. dan Evans, M.S. 1985. ” Pengantar Oseanografi ”. UI Press. Jakarta.

Nybakken, J.W. 1988. ” Biologi Laut ; Suatu Pendekatan Ekologis ”. Gramedia :

Jakarta.

Pethick, J. 1991. “ An Introduction to Coastal Geomorphology ”. Edward Arnold, A Division Of Holder and Stroughton : New York.

Pipkin, B.W. 1977. “ Laboratory Exeroise in Oceanography ”. H.H. Freeman and Company San Fransisco.

Supriharyono, M. R. dkk. 1988. “ Penelitian Tentang Tingkat Sedimentasi Di Muara Sungai Tuntang, Moro Demak, Kabupaten Demak ”. (Skripsi Tidak Dipublikasikan ) Lembaga Penelitian UNDIP : Semarang.

Syuhadak, A. 2002. “ Study Laju Sedimentasi Untuk Penentuan Periode Pengerukan Sedimen Di Moro Demak, Kabupaten Demak ”. Jurusan Ilmu Kelautan (Skripsi Tidak Dipublikasikan ) FPIK UNDIP : Semarang.

Triatmodjo, Bambang. 1999. ” TEKNIK PANTAI ”. Beta Offset : Yogyakartya.