tugas-sebaran sedimen di daerah muara sungai bodri
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Dinamika yang terjadi di muara sungai, khususnya di daerah pertemuan
langsung antara aliran sungai dengan laut menyebabkan muara memiliki karakteristik
yang khas. Hal ini dikarenakan adanya keterkaitan fenomenayang terjadi dari daratan dan
lautan yang vmemberikan pengaruh yang cukup besar untuk daerah muara sungai dan
pantai disekitarnya ( Pethick, 1991 ).
Muara sungai merupakan bagian dari sungai yang berperan sebagai pintu
masuk dan keluarnya air menuju laut dan sebaliknya, sekaligus fungsinya sebagai jalur
transportasi pelayaran di daerah pantai. Daerah Aliran Sungai ( DAS ) menurut
Triatmodjo ( 1999 ) adalah daerah dimana semua airnya mengalir ke dalam suatu sungai
yang dimaksudkan. Daerah ini umumnya dibatasi oleh batas topografi yang berdasarkan
pada aliran air permukaan.
Pengaruh daratan yang sangat signifikan berupa sedimen yang terakumulasi di
muara sungai dan sepanjang pantai menjadikan daerah ini mempunyai karakteristik
tersendiri. Perubahan yang terjadi di daerah hulu sungai seperti perkembangan daerah
yang berkaitan dengan tata guna lahan akan menyebabkan perubahan di daerah hilir
sungai. Berkurngnya daerah resapan akibat tereduksi luas hutan akan menambah volume
masukan air pada daerah aliran sungai sehingga dapat terjadi transport sedimen yang
meningkat sampai ke muara sungai bahkan kearah laut ( Supriharyono, dkk, 1988 ).
Peningkatan jumlah sedimen menimbulkan dampak negtif berupa tingginya sedimentasi
di daerah muara sungai dan pantai sekitarnya.
Sungai Bodri merupakan salah satu Derah Aliran Sungai ( DAS ) besar yang
terletak di Kabupaten Kendal. Aliran sungai ini membawa material sedimen dan limbah
yang berasal dari hulu dan sepanjang daerah aliran sungai yang akan diendapkan di
muara sungai Bodri. Menurut Triatmodjo dan Takeda ( 1993 ), proses pengendpa di
muara sungai dipengaruhi oleh pasang arus dan gelombang. Aliran Sungai Bodri dari
hulu yang mengangkut material sedimen merupakan salah satu sumber sedimen di daerah
muara Sungai Bodri. Selain itu terdapatnya areal tambak disekitar muara sungai yang
mudah sekali tererosi. Material yang tererosi kemungkinan diendapkan di daerah muara
sungai dan sekitarnya. Pengendapan sedimen di muara sangat tergantung pada
lingkungan dan parameter – parameter oseanografi.
Muara Sungai Bodri di daerah Kabupaten Kendal dari tahun ke tahun
mengalami perubahan berupa pendangkalan pada bagian hulu muara yang disebabkan
oleh pengendapan material sedimen yang dibawa oleh aliran sungai dari arah daratan
maupun yang dibawa oleh arus dari lautan. Pendangkalan pada muara Sungai Bodri
mengakibatkan dampak negatif terhadap kegiatan ekonomi masyarakat nelayan di daerah
Sungai Bodri dan sekitarnya seperti terhalangnya jalur keluar masuknya kapal nelayan
yang akan melaut.
BAB III
SEBARAN SEDIMEN DI DAERAH MUARA SUNGAI BODRI
Sebaran sedimen dan proses sedimentasi pada daerah muara Sungai Bodri
Kabupaten Kendal terjadi dengan dua cara, yaitu :
A. Sebaran Sedimen dan Proses Sedimentasi Secara Horisontal
Distribusi atau sebaran sedimen horisontal di daerah muara Sungai Bodri
ini sangat didominasi oleh 3 ( tiga ) satuan yaitu : satuan pasir, satuan pasir lanauan,
dan satuan lanau pasiran. Dari ketiga satuan itu satuan yang paling luas
penyebarannya adalah satuan pasir. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam peta
sebaran sedimen secara horisontal di bawah ini.
1) Satuan Pasir
Satuan pasir terdapat pada muara Sungai Bodri ditemukan pada 23
stasiun dari 45 stasiun pengambilam sampel sedimen. Stasiun R2CE21, L31, R32,
L41, L3CE21, R33, L32, L23, L2CE31, L3CE31, L13, L33, M2, L24, L34,
L2CE41, R12, L2C3, S1, L25, M3, dan stasiun L26. Satuan ini merupakan satuan
terluas dengan luasan yaitu 1285 km2 pada distribusi horisontal. Analisa
granulometri menunjukan satuan ini memiliki rata – rata ukuran butir 1. 8198 φ
(skala phi) menurut Wentworth dalam selley (1988), ukuran tersebut merupakan
fraksi pasir yang termasuk fraksi pasir halus. Nilai sortasinya berkisar 0. 4560 φ
pada stasiun R2CE21 yang artinya tersortasi baik hingga 1.5000 φ pada stasiun
L42 yang berarti tersortasi jelek. Sortasi rata – rata pada stasiun ini adalah 0. 9064
φ menurut Friedman dan Sander ( 1978 ) dalam Selly ( 1992 ) dalam Shabirin
(1999) kisaran tersebut tergolong sortasi sedang. Namun ada 15 satsiun yang
menunjukkan nilai sortasinya cukup baik dan hanya ada 2 stasiun yang
menunjukkan nilai jelek sehingga dapat dikatakan bahwa sortasi pada satuan pasir
ini tergolong dalam sortasi yang relative cukup baik dilihat dari banyaknya stasiun
dengan nilai sortasi cukup baik.
Harga sortasi merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk
mengetahui pengaruh energi pengendapan ( arus dan gelombang ), jika energi
pengendapannya menurun maka ukuran sedimen yang terangkut dan terendap
makin kecil, bearti sediment kasar akan diendapkan terlebih dahulu dan sediment
yang halus akan terendap lebih jauh ( Pethick, 1984 ). Melihat nilai sortasitersebut
dapat diduga bahwa energi pengendapan yang terlihat pada satuan ini relative
konstan sehingga mampu memilah cukup baik. Nilai skewness rata – rata stun ini
berkisar – 0. 1150 φ pada stasiun L24, R32, dan R33 yang berada dikelas
menceng kasar yang terdapat hanya pada 3 stasiun tersebut hingga 0. 862 φ yang
berarti menceng halus. Nilai skewness merupakan salah satu parameter untuk
melihat pengaruh besar kecilnya energi pengendapannya relative teratur dan
konstan dengan beberapa perubahan jika dilihat dari nilai skewness yang
menunjukkan nilai menceng kasar dan niai menceng sangat halus. Namun nilai
rata – rata berada pada kisaran menceng halus. Hal ini diduga karena besarnya
pengaruh laut yang lebih dominan dengan gelombang dan arus yang relatif lebih
stabil dan konstan. Nilai kurtosis menggambarkan hubungan antara pemilahan
bagian tengah kurva dengan bagian bawah kurva sehingga dapat diketahui
penyimpangan distribusi besar butir dari normal sampai yng ekstrim ( Richard,
2002 ) pada satuan ini berkisar antara 0. 6332 φ pada stasiun L33 yang berarti
sangat tumpul hingga 2.501 φ pada stasiun L2CE41 yang artinya sangat runcing.
2) Satuan Pasir lanauan
Penyebaran satuan ini terletak diantara satuan pasir dengan satuan
lanau pasiran. Satuan inio merupakan satuan terluas yang kedua setelah satuan
pasir pada muara Sungai Bodri yaitu sekitar 0. 3721 km2 dari 45 stasiun ini
ditemukan pada 15 stasiun yaitu CR2, MCEO1, R21, R31, R1CE11, L21,
R2CE11, L11, L1CE11, M1, R11, L12, L22, L1CE21, DAN L2CE61. Stasiun
R1CE11 memiliki kandunagn pasir paling rendah yaitu 56. 4692 % dan stasiun
R31 memiliki kandungan pasir paling tinggi yaitu 74. 9339 %. Secara keseluruhan
satuan ini memiliki kandungan lanau diatas 10 %. Kandungan lanau tertingi pada
stasiun MCE01 sebesar 41. 0265 % yang terendah pada sasiun LICE11 hanya 18.
3907 %. Keberadan material pasir berlanau di perairan Muara Sungai Bodri
diduga karena pengaruh suplai material lanauan yang berasal dari daratan yaitu
dari debit sunygai yang masuk ke daerah laut di Muara Sungai Bodri yang
kemudian ditransportasikan oleh arus dan gelombang sehingga mengendap dan
bercampur dengan fraksi lain yang ada di tempat tersebut ( pasir ).
Analisa granulometeri satuan ini menunjukan nilai rata – rata ukuran
butir berkisar antara 0. 647 φ pada stasiun L1CE11 hingga 2. 0498 φ pada stasiun
L21, L11, M1, L22 yang berarti dalam tingkat cukup baik hingga sangat jelek.
Untuk nilai skewness satuan ini berkisar antara – 0. 104 φ pada stasiun L1CE11
yang berarti menceng kasar hingga 0. 920 φ pada stasiun S3 yang berarti menceng
halus. Nilai kurtosis pada satuan ini adalah antara 0. 4371 φ pada stasiun R11
hingga 4. 452 φ pada stasiun L1CE11 yang berarti dtermasuk kedalam kelas
sangat tumpul hingga sngat runcing sekali.
3) Satuan Lanau Pasiran
Satuan lanau pasiran ini penyebarannya terdapat pada stasiun S2,
CR11, S1, 0, MCE11, L2CE11, MCE21, dan L3CE11. satuan ini mempunyai
luasan yang terkecil yaitu 0. 1283 km2 yang berada tepat di dalam mulut sungai
dan disekitar gosong bagian kanan dan bagian kiri muara. Kandungan lanau pada
semua satuan ini diatas 50 %. Kandungan lanau yang relative tinggi ini diduga
karena daerah ini sangat dekat dengan mulut sungai sehingga satuan ini sangat
dipengaruhi oleh suplai material lanauan dari daratan yang dibawa oleh debit
sungai khususnya di stasiun S1, S2 dan stasiun 0 yang terletak berada tepat di
mulut muara. Kandungan lanauan tertinggi pada stasiun L3CE11 yaitu 72. 8203
% yang berada di bagian depan gosong sebelah kiri muara.
Analisa granulometeri pada satuan ini memberikan nilai rata – rata
ukuran butir dari 2, 647 φ pada stasiun CR11 hingga 3. 9341 di stasiun 0. nilai
sortasi pada kedua stasiun pada satuan ini sangat jelek sekali yaitu mulai dari 0.
598 φ pada stasiun MCE21 yang bersortasi cukup baik hingga 3. 019 φ pada
stasiun S2 yang berarti sangat jelek sekali. Hal ini diduga karena pada satuan ini
energi pemilahan sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya aliran sungai dan pasang
surut yang relatif berubah – berubah. Nilai skewness menceng kasar yaitu – 0. 108
φ pada stasiun L3CE11 hingga menceng sangat halus yaitu 0. 335 φ pada stasiun
MCE21. pada keempat stasiun yang berada tepat didaerah mulut muara memiliki
nilai skewness dalam tingkatan simetri kecuali pada stasiun CR11 yang memiliki
nilai skewness bernilai menceng halus pada nilai keruncingan berkisar antara 2.
062 φ pada stasiun L1CE11 hingga 0. 04372 φ pada stasiun S1 yang berarti
berkisar antara cukup hingga sangat tumpul.
B. Sebaran Sedimen dan Proses Sedimentasi Secara Vertikal
Sebaran sedimen dan proses sedimentasi secara vertikal pada Muara
Sungai Bodri ini ditentukan oleh tiga jalur korelasi yang diperkirakan cukup mewakili
muara tersebut. Jalur pertama yang merupakan jalur yang terpanjang yang terletak di
jalur keluar masuk air muara tersebut, pada jalur ini diduga distribusi atau sebaran
sedimennya terpengaruh oleh arus dari sungai dan lautan secara seimbang. Jalur
kedua berada di depan gosong sebelah kiri. Jalur ini diharapkan mewakili distribusi
atau sebaran sedimennya yang lebih terpengaruhi oleh arus dan gelombang laut. Jalur
ketiga ini merupakan jalur yang terakhir yang terletak di sepanjang pintu muara dan
gosong baik sebelah kanan maupun sebelah kiri. Jalur ini diduga mewakili distribusi
atau sebasan sedimen yang lebih terpengaruh oleh aktivitas sungai. Hal ini
dikarenakan posisinya yang relatif terlindungi dari gelombang dan arus.
Selengkapnya dapat dilihat dalam peta jalur korelasi di bawah ini.
1) Jalur Korelasi I ( Stasiun CR2, CR1, MCE0, MCE1, MCE2, L1CE2, L1CE4,
L2CE5 )
Jalur distribusi vertical ini adalah yang terpanjang pada Muara Sungai
Bodri yang diteliti dimulai dari stasiun CR2 yang berada di bagian tepian sungai
yang dekat dengan muara dan berakhir sampai dengan stasiun L2CE5.
Pada jalur korelasi ini satuan yang mendominasi adalah satuan pasir
lanauan. Hal ini terjadi karena diduga jalur korelasi ini berada di daerah yang
terpengaruh arus yang masih cukup kuat untuk mengangkut butiran kasar yang
kemudian bercampur dari butiran halus yang dibawa oleh debit sungai. Hal ini
disebabkan oleh letak jalur korelasi ini yang berada tepat mengikuti jalur keluar
masuk air di muara ini. Di daerah yang diduga merupakan pintu keluar masuk air
dari sungai dan air laut diperkirakan material sedimen yang terbawa oleh
gelombang akan bertemu dengan material sedimen yang terbawa oleh debit
sungai. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya percampuran kedua energi yang
akan mengakibatkan perubahan pada kapasitas dari energi pengendapan yang
mengakibatkan butiran sedimen akan terendap pada daerah tersebut.
Satuan pasir lanauan pada jalur korelasi I ditemukan diseluruh stasiun,
jika diamati dalam gambar peta korelasi I sebagian besar satuan ini tidak berada
pada posisi paling atas pada setiap stasiun kecuali pada stasiun CR2 dan stasiun
L1CE2. Hal ini terjadi diduga karewna jalur korelasi ini beradadi daerah yang
terpengaruh arus yang masih cukup kuat untuk mengangkut butiran kasar yang
kemudian bercampur dari butiran halus yang dibawa oleh debit sungai. Hal ini
disebabkan oleh letak jalur korelasi ini yang berada tepat mengikuti jalur keluar
masuk air di muara ini.
2) Jalur Korelasi II ( Stasiun R2CE2, MCE1, L2CE1, dan L3CE2 )
Jlur ini dimulai dari stasiun R2CE2 yang berada di sebelah kanan luar
gosong sebelah kanan kemudian melintas di depan muara melewati stasiun MCE1
yang tepat di dekat muara dan berakhir di stasiun L3CE2 yang terletak di bagian
kiri luar di belakang gosong sebelah kiri.
Proses pengendapan satuan pasir lanauan pada jalur korelasi II
diperkirakan mendapatkan pengaruh energi pengendapan dari arah lautan relatif
lebih kecil dari pada jalur korelasi I dan jalur korelasi III. Hal ini dikarenakan
posisi jalur ini terletak pada daerah antara gosong dan muara. Hal ini diperkirakan
karena adanya pengaruh yang relatif seimbang antara energi pengendapan dari
lautan dari aliran sungai yang relatif konstan dari waktu ke waktu. Satuan lanau
pasiran yang terjadi juga karena energi pengendapan yang bekerja lebih kecil dari
pada energi pengendapan dan daerahnya relatif dangkal serta juga terpengaruh
oleh pasang surut. Disebabkan oleh daerah sekitarnya tersebut saat surut akan
menjadi daratan.
Pada jalur ini ditemukan satuan lanau pasiran dengan sortasi sedang
hingga cukup baik dan nilai kepencengan yang termasuk nilai simetri hingga
menceng kasar. Daerah ini berada pada sebelah kanan gosong sebelah barat
muara, tampak pada peta bahwa posisi jalur ini berada di lokasi yang diduga
merupakan pintu keluar masuknya air di daerah muara sehingga dapat
diperkirakan proses sedimentasi yang terjadi adalah karena pengaruh dari aliran
sungai yang membawa material sedimen yang halus yang bertemu dengan arus
dari laut yang membawa butiran sedimen lebih kasar. Kemudian akan mengendap
pada daerah ini karena terjadi percampuran dan penurunan energi yang
diakibatkan oleh perubahan kedalaman perairan. Jalur ini banyak didominasi oleh
satuan lanau pasiran dan pasir lanauan diduga hal ini disebabkan oleh letak posisi
dari jalur ini relatif terlindungi dari arus dan gelombang secara langsung oleh
sungai maupun laut.
3) Jalur Korelasi III ( Stasiun MCE2, L1CE1, L2CE2, L3CE2, dan L3CE3 )
Jalur ini dimulai dari dari stasiun MCE2 yang berada diantara kedua
gosong kemudian melewati gosong bagian kiri.
Proses sedimentasi pada satuan lanau pasiran yang ditemukan pada
stasiun MCE2 dengan nilai sortasinya termasuk dalam kategori cukup baik dan
nilai kepencangan termasuk dalam kategori menceng halus karena stasiun tersebut
berada di depan gosong sebelah timur muara sungai. Pada daerah ini merupakan
daerah yang akan menjadi daratan apabila terjadi surut. Hal ini disebabkan oleh
adanya fraksi sedimen yang lebih halus yaitu lanau dan fraksi sedimen kasar
berupa pasir yang terendapkan sehingga membentuk suatu endapan satuan lanau.
Pada stasiun ini juga diperkirakan adanya perubahan energi pengendapan karena
perubahan kedalaman perairan. Selain itu stasiun ini berada di dekat daerah pintu
masuk aliran air di muara.
Pada jalur korelasi III ini dapat diamati bahwa pada tiap lapisan
sedimen pada setiap satuan memiliki energi yang berbeda – beda. Namun trend
yang terjadi pada jalur ini adalah pada lapisan atas sebagian besar merupakan
satuan dengan ukuran butir yang lebih besar. Diperkirakan hal ini terjadi karena
pada proses pengendapan sedimen terjadi perubahan energi karena pengaruh
kedalaman perairan. Pada jalur korelasi ini pengendapan satuan pasir lanauan
pada saat pengendapan lingkungannya berada pada posisi kedalaman yang lebih
dalam daripada satuan pasir. Sehingga massa air dari arah darat akan membawa
material sedimen yang lebih halus tanpa terhalang oleh gosong. Namun karena
adanya gelombang maka material sedimen yang terbawa oleh aliran air dari
sungai akan terendapkan pada daerah jalur korelasi ini karena bertemu dengan
energi gelombang yang mengakibatkan penurunan energi gelombang pada daerah
itu. Oleh karena pengaruh kedalaman dan aliran air dari sungai maka fraksi pasir
dan fraksi lanau akan tercampur pada daerah itu dan kemudian mengendap.
Kemudian satuan pasir yang lebih kasar akan terbentuk diatasnya karena pada saat
itu pengendapan pasir diperkirakan bahwa vlingkungan pengendapannya sudah
lebih dangkal dan gosong mulai terbentuk sehingga mengakibatkan energi
pengendapan dari aliran sungai yang membawa material sedimen yang lebih halus
akan terhalang oleh gosong untuk terbawa lebih jauh sehingga pada jalur korelasi
ini pada lapoisan atasnya ditemukan satuan pasir yang diperkirakan proses
pengendapannya terjadi akibat adanya pengaruh gelombang secara langsung dan
minim pengaruh dari aliran sungai.
Satuan sedimen yang dominan pada jalur korelasi ini adalah satuan
pasir. Hal ini diduga karena daerah tersebut langsung terkena gelombang dari8
laut secara langsung. Sehingga ada energi yang cukup besar untuk mampu
membawa burtiran yang lebih besar untuk diendapkan di daerah ini.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Muara Sungai
Perairan muara sungai adalah daerah yang kaya akan unsur hara karena
banyak menerima masukan bahan organik dari darat. Banyaknya jumlah bahan
organic yang bergerak di estuarin sebagian dihasilkan dari daerah tersebut dan
sebagian dihasilkan dari darat dan dibawa oleh aliran sungai yang masuk ke estuarin
serta adanya pengaruh hutan mangrove sekitarnya. Selain itu juga memegang peranan
penting bagi berbagai jenis biota laut, antara lain sebagai daerah pencarian makanan
(Nybakken, 1988).
Menurut Triatmodjo ( 1999 ) bahwa muara sungai merupakan bagian
dari sungai yang langsung berhubungan dengan laut sebagai tempat keluar dan
masuknya air baik yang berasal dari aliran sungai itu sendiri ataupun yang berasal
dari laut. Pengertian lainnya adalah bagian hilir sungai yang berhubungan secara
langsung dengan laut yang berfungsi sebagai pengeluaran debit sungai ke laut.
B. Macam - Macam Muara sungai
Ada tiga macam muara sungai yaitu :
1). Muara Sungai yang Didominasi Debit Sungai
Muara dengan morfologi ini memiliki debit sungai yang cukup besar
sepanjang tahun sedangkan naksi gelombang yang terjadi relatif kecil.
Biasanya muara jenis ini memiliki panjang aliran yang cukup panjang
sehingga sedimen yang terbawa sampai muara sungai adalah sedimen yang
berukuran diameter sangat kecil dalam jumlah besar ( Triatmodjo, 1999 ).
Dalam satu siklus pasang surut jumlah sedimenyang mengendap lebih banyak
daripada yang tererosi ( Dyer, 1990 ). Mekanisme inilah yang sering kali
membentuk delta.
2). Muara Sungai yang Didominasi Pasang Surut
Biasanya mempunyai bar di depan muara sungai.
Volume air laut yang masuk ke sungai akan bertambah seiring dengan
peningkatan ketinggian pasut dan pada periode tertentu bergantung pada tipe
pasut. Air yang masuk akan terakumulasi dengan air yang berasal dari hulu
sungai. Pada saat surut akan terjadi peningkatan kecepatan aliran sampai
menyebar sehingga ketika bertemu dengan air laut akan cukup potensial
mengerosi sedimen yang terakumulasi di mulut muara.
3). Muara Sungai yang Didominasi Gelombang
Gelombang yang terjadi di sepanjang pantai sekitar muara sungai dapat
menimbulkan transportasi sedimen dari berbagai arah. Biasanya transport
yang terjadi dengan arah tegak lurus atau sejajar pantai. Transport sedimen
sepanjang muara jenis ini biasanya memiliki perbandingan debit yang relatif
kecil dibandingkan dengan aksi gelombang. Apabila aksi gelombang datang
tegak lurus terhadap muara sungai maka akan terjadi akumulasi sedimen yang
biasanya dijumpai dalam bentuk sand bar tepat di depan mulut muara.
Sedangkan jika arah aksi gelombang membentuk sudut maka akan terjadi
penutupan muara dengan arah penutupan persis sepanjang pantai.
C. Mekanisme Sedimentasi di Muara Sungai
Dalam proses pembentukan sedimen diperlukan suatu media pentransport dan
sekaligus pengendap material tersebut. Pada perairan dangkal media tersebut adalah
elemen – elemen oseanografi yang saling berinteraksi dengan elemen – elemen run
off dari daratan yang ditunjang oleh kegiatan manusia ( Haryadi, 1999 ).
Proses pengendapan sedimen yang berasal dari run off daratan terutama aliran sungai
menurut Asdak ( 1995 ) dalam Syuhada ( 2001 ) dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
a. Sedimen Dasar ( Bed Load )
Merupakan material yang bergerak menggeser atau menggelinding di dasar
sungai.
b. Sedimen Loncat ( Saltation Load )
Merupakan material yang terlontar atau bergerak meloncat pada dasar
sungai.
c. Sedimen Melayang ( Suspended Load )
Merupakan material yang terbawa arus dengan cara melayang – layang
dalam air.
D. Sedimen Penyusun Substrat Dasar Perairan Estuari
Sedimen adalah pecahan batuan mineral atau material organik yang
ditransformasikan dari berbagai sumber dan didepositkan oleh udara, angin, es, dan
air. Di samping itu sedimen juga berasal dari materi yang melayang dalam air atau
dalam bentuk kimia pada suatu tempat (Pipkin, 1977). Sedangkan menurut Katili
(1969), sediment adalah batuan yang terbentuk dari bahan organic dan anorganik oleh
kekuatan luar secara mekanik, kimia, dan biologi yangkemudian terakumulasi dan
mengendap sebagai sedimen.
Berdasarkan asal / proses terjadinya, Hutabarat dan Evans
megelompokkan sediment menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Sedimen Lithogenous
Jenis sediment ini berasal dari sisa pengikisan batu-batuan di darat.
Hal ini dapat terjadi karena adanya suatu kondisi fisik yang ekstrim seperti
pemanasan dan pendinginan yang terjadi berulang-ulang pada bebatuan di
padang pasir.
2. Sedimen Diagenous
Sedimen ini terjadi dari sisa-sisa organisme yang membentuk
endapan partikel-partikel halus yang dinamakan ooze yang biasanya mengendap
pada daerah-daerah yang letaknya jauh dari pantai.
3. Sedimen Hydrogenous
Jenis partikel dari sedimen golongan ini terbentuk sebagai hasil
reaksi kimia dalam air laut.
Sedimen di estuaria umumnya berasal dari tujuh sumber yaitu : erosi
yang disebabkan oleh aliran sungai dan arus, buangan rumah tangga dan industri,
aliran dari pantai atau erosi, erosi dari continental shelf, erosi yang disebabkan oleh
angin, dari gundukan pasir di pantai dan daerah pasut yang kering lagi dangkal,
dekomposisi dan ekskresi organisme-organisme laut dan sungai dan hasil pengerukan
lumpur yang kembali ke laut. (Mc Dowell dan Conor, 1977).
E. Bentang Alam AkibatProses Pengendapan (sedimentasi)
Sedimentasi adalah terbawanya material hasil dari pengikisan dan
pelapukan oleh air, angin atau gletser ke suatu wilayah yang kemudian diendapkan.
Semua batuan hasil pelapukan dan pengikisan yang diendapkan lama kelamaan akan
menjadi batuan sedimen. Hasil proses sedimentasi di suatu tempat dengan tempat lain
akan berbeda.
1). nPengendapannOlehnAir
Batuan hasil pengendapan oleh air disebut sedimen akuatis. Bentang alam
hasil pengendapan oleh air, antara lain meander, dataran banjir, tanggul alam,
dan delta.
a Datarannbanjirndanntanggulnalam
Apabila terjadi hujan lebat, volume air meningkat secara cepat. Akibatnya
terjadi banjir dan meluapnya air hingga ke tepi sungai. Pada saat air surut,
bahan bahan yang terbawa oleh air sungai akan terendapkan di tepi sungai.
Akibatnya, terbentuk suatu dataran di tepi sungai. Timbulnya material
yang tidak halus (kasar) terdapat pada tepi sungai. Akibatnya tepi sungai
lebih tinggi dibandingkan dataran banjir yang terbentuk. Bentang
alamnitundisebutntanggulnalam.
b Meander
Meander merupakan sungai yang berkelok - kelok yang terbentuk karena
adanya pengendapan. Proses berkelok-keloknya sungai dimulai dari
sungai bagian hulu.Pada bagian hulu, volume air kecil dan tenaga yang
terbentuk juga kecil. Akibatnya sungai mulai menghindari penghalang dan
mencari rute yang paling mudah dilewati. Sementara, pada bagian hulu
belum terjadi pengendapan. Pada bagian tengah, yang wilayahnya mulai
datar aliran air mulai lambat dan membentuk meander. Meander biasanya
terbentuk pada sungai bagian hilir, dimana pengikisan dan Pengendapan
terjadi secara berturut turut. Proses pengendapan yang terjadi secara terus
menerus akan menyebabkan kelokan sungai terpotong dan terpisah dari
aliran sungai, Sehingga terbentuk oxbow lake.
c Delta
Pada saat aliran air mendekati muara, seperti danau atau laut maka
kecepatan aliranya menjadi lambat. Akibatnya, terkadi pengendapan
sedimen oleh air sungai. Pasir akan diendapkan sedangkan tanah liat dan
Lumpur akan tetap terangkut oleh aliran air. Setelah sekian lama , akan
terbentuk lapisan - lapisan sedimen. Akhirnya lapian lapisan sedimen
membentuk dataran yang luas pada bagian sungai yang mendekati
muaranya dan membentuk delta.
Pembetukan delta memenuhi beberapa syarat. Pertama, sedimen yang
dibawa oleh sungai harus banyak ketika akan masuk laut atau danau.
Kedua, arus panjang di sepanjang pantai tidak terlalu kuat. Ketiga , pantai
harus dangkal. Contoh bentang alam ini adalah delta Sungai Musi,
Kapuas, dan Kali Brantas.
2). PengendapannolehnAirnLaut
Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine.
Pengendapan oleh air laut dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam hasil
pengendapan oleh
airnlaut,nantaranlainnpesisir,nspit,ntombolo,ndannpenghalangnpantai.
Pesisir merupakan wilayah pengendapan di sepanjang pantai. Biasanya
terdiri dari material pasir. Ukuran dan komposisi material di pantai sangat
bervariasi tergantung pada perubahan kondisi cuaca, arah angin, dan arus laut.
Arus pantai mengangkut material yang ada di sepanjang pantai. Jika terjadi
perubahan arah, maka arus pantai akan tetap mengangkut material material ke laut
yang dalam. Ketika material masuk ke laut yang dalam, terjadi pengendapan
material. Setelah sekian lama, terdapat akumulasi material yang ada di atas
permukaan laut. Akumulasi material itu disebut split.
Jika arus pantai terus berlanjut, split akan semakin panjang. Kadang
kadang split terbentuk melewati teluk dan membetuk penghalang pantai (barrier
beach).
Apabila di sekitar spit terdapat pulau, biasanya split akhirnya tersambung dengan
daratan, sehingga membentuk tombolo.
3). Pengendapan oleh angin
Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang
alam hasil pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dune).
Gumuk pantai dapat terjadi di daerah pantai maupun gurun. Gumuk pasir terjadi
bila terjadi akumulasi pasir yang cukup banyak dan tiupan angin yang kuat. Angin
mengangkut dan mengedapkan pasir di suatu tempat secara bertahap sehingga
terbentuk timbunan pasir yang disebut gumuk pasir.
4). nPengendapannolehngletser
Sedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen glacial. Bentang
alam hasil pengendapan oleh gletser adalah bentuk lembah yang semula
berbentuk V menjadi U. Pada saat musim semi tiba, terjadi pengikisan oleh
gletser yang meluncur menuruni lembah. Batuan atau tanah hasil pengikisan juga
menuruni lereng dan mengendap di lembah. Akibatnya, lembah yang semula
berbentuk V menjadi berbentuk U.
BAB IVKESIMPULAN
Dari uraian-uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka
dapat disimpulkan, bahwa :
1. Sebaran dan distribusi sediment di Muara Sungai Bodri dapat dianalisis dengan
dua cara yaitu secara horizontal dan secara vertikal.
2. Pada analisis secara horizontal ditemukan satuan pasir, satuan pasir lanauan dan
satuan lanauan pasir pada sebaran dan distribusi sediment di Muara Sungai Bodri.
3. Pada analisis secara vertikal ditemukan satuan pasir, satuan pasir lanauan dan
satuan lanauan pasir dalam tiga jalur korelasi pada sebaran dan distribusi sediment
di Muara Sungai Bodri.
DAFTAR PUSTAKA
Dyer, K. R. 1990. “ Coastal and Estuarine Sedimen Dynamics ”. John Willey & Son.
Inc : New York.
http://www.e-dukasi.net
Hutabarat, S. dan Evans, M.S. 1985. ” Pengantar Oseanografi ”. UI Press. Jakarta.
Nybakken, J.W. 1988. ” Biologi Laut ; Suatu Pendekatan Ekologis ”. Gramedia :
Jakarta.
Pethick, J. 1991. “ An Introduction to Coastal Geomorphology ”. Edward Arnold, A Division Of Holder and Stroughton : New York.
Pipkin, B.W. 1977. “ Laboratory Exeroise in Oceanography ”. H.H. Freeman and Company San Fransisco.
Supriharyono, M. R. dkk. 1988. “ Penelitian Tentang Tingkat Sedimentasi Di Muara Sungai Tuntang, Moro Demak, Kabupaten Demak ”. (Skripsi Tidak Dipublikasikan ) Lembaga Penelitian UNDIP : Semarang.
Syuhadak, A. 2002. “ Study Laju Sedimentasi Untuk Penentuan Periode Pengerukan Sedimen Di Moro Demak, Kabupaten Demak ”. Jurusan Ilmu Kelautan (Skripsi Tidak Dipublikasikan ) FPIK UNDIP : Semarang.
Triatmodjo, Bambang. 1999. ” TEKNIK PANTAI ”. Beta Offset : Yogyakartya.