tugas psikologi sosial (junaidi p saputra)

9
PSIKOLOGI SOSIAL “DEFINISI KONFLIK DAN CONTOHNYA” DOSEN PENGAMPU: Ir. SUNARSIH, M.Sc SEMESTER III JUNAIDI PANGERAN SAPUTRA NIRM 06 2 4 10 375 SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PETERNAKAN 2012 TUGAS

Upload: junaidisaputra02

Post on 31-Oct-2014

29 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Psikologi Sosial (Junaidi p Saputra)

1

PSIKOLOGI SOSIAL

“DEFINISI KONFLIK DAN CONTOHNYA”

DOSEN PENGAMPU:

Ir. SUNARSIH, M.Sc

SEMESTER III

JUNAIDI PANGERAN SAPUTRA

NIRM 06 2 4 10 375

SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN

MAGELANG

JURUSAN PENYULUHAN PETERNAKAN

2012

TUGAS

Page 2: Tugas Psikologi Sosial (Junaidi p Saputra)

2

Menurut Nardjana (1994) Konflik adalah akibat situasi dimana keinginan atau

kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga salah satu

atau keduanya saling terganggu.

Menurut Killman dan Thomas (1978), konflik merupakan kondisi terjadinya

ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri

individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan

tersebut dapat mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang

mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja (Wijono,1993, p.4)

I. Konflik Positif-Positif

A. Definisi konflik positif (kasus I)

1. Orang-orang akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk maju karena

adanya kesempatan untuk pindah strata. Kesempatan ini mendorong orang untuk

mau bersaing, dan bekerja keras agar dapat naik ke strata atas.

2. Mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke

arah yang lebih baik.

B. Contoh konflik positif (kasus I)

1. Seorang anak miskin berusaha belajar dengan giat agar mendapatkan kekayaan di

masa depan.

2. Indonesia yang sedang mengalami perubahan dari masyarakat agraris ke

masyarakat industri. Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika didukung oleh

sumber daya yang memiliki kualitas. Kondisi ini perlu didukung dengan

peningkatan dalam bidang pendidikan.

C. Definisi konflik positif (kasus II)

Beberapa startegei konflik positif antara lain: Contending (bertanding) yaitu mencoba

menerapkan solusi yang lebih disukai salah satu pihak atau pihak lain, Yielding

(mengalah) yaitu menurunkan aspirasi sendiri dan bersedia menerima kurang dari apa

yang sebetulnya diinginkan, Problem Solving (pemecahan masalah) yaitu mencari

alternatif yang memuaskan aspirasi kedua belah pihak dan With Drawing (menarik

diri) yaitu memilih meninggalkan situasi konflik baik secara fisik maupun psikologis.

With Drawing melibatkan pengabaian terhadap kontroversi.

Page 3: Tugas Psikologi Sosial (Junaidi p Saputra)

3

D. Contoh konflik positif (kasus II)

Organisasi persaudaraan (brotherhood) sekuler yang terbesar didunia yang

beranggotakan sekitar 6 juta orang dari kurang lebih 120 negara.

II. Konflik Negatif-Negatif

A. Definisi konflik negatif (kasus I)

Menurut Wijono (1993:3) konflik negatif sesungguhnya disebabkan oleh kurang

efektif dalam pengelolaannya yaitu ada kecenderungan untuk membiarkan konflik

tumbuh subur dan menghindari terjadinya konflik.

B. Contoh konflik negatif (kasus I)

1. Banyak karyawan yang mengeluh karena sikap atau perilaku teman kerjanya yang

dirasakan kurang adil dalam membagi tugas dan tanggung jawab.

Seringnya terjadi perselisihan antar karyawan yang bisa memancing kemarahan,

ketersinggungan yang akhirnya dapat mempengaruhi pekerjaan, kondisi psikis

dan keluarganya.

2. Banyak karyawan yang sakit-sakitan, sulit untuk konsentrasi dalam pekerjaannya,

muncul perasaan-perasaan kurang aman, merasa tertolak oleh teman ataupun

atasan, merasa tidak dihargai hasil pekerjaannya, timbul stres yang

berkepanjangan yang bisa berakibat sakit tekanan darah tinggi, maag ataupun

yang lainnya.

3. Seringnya karyawan melakukan mekanisme pertahanan diri bila memperoleh

teguran dari atasan, misalnya mengadakan sabotase terhadap jalannya produksi,

dengan cara merusak mesin-mesin atau peralatan kerja, mengadakan provokasi

terhadap rekan kerja, membuat intrik-intrik yang merugikan orang lain.

C. Definisi konflik negatif (kasus II)

Apabila pada masyarakat terjadi mobilitas yang kurang harmonis akan timbul

benturan-benturan nilai dan kepentingan sehingga kemungkinan timbul konflik antara

lain:

1. Konflik antar kelas: dalam masyarakat, terdapat lapisan-lapisan sosial karena

ukuran-ukuran seperti kekayaan, kekuasaan, dan pendidikan. Kelompok dalam

lapisan-lapisan tadi disebut kelas sosial. Apabila terjadi perbedaan kepentingan

Page 4: Tugas Psikologi Sosial (Junaidi p Saputra)

4

antara kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat dalam mobilitas sosial maka

akan muncul konflik antar kelas.

2. Konflik antar kelompok sosial: di dalam masyatakat terdapat pula kelompok

sosial yang beraneka ragam. Di antaranya kelompok sosial berdasarkan ideologi,

profesi, agama, suku, dan ras. Bila salah satu kelompok berusaha untuk

menguasai kelompok lain atau terjadi pemaksaan, maka timbul konflik.

3. Konflik antar generasi: terjadi antara generasi tua yang mempertahankan nilai-

nilai lama dan generasi muda yang ingin mengadakan perubahan.

D. Contoh konflik negatif (kasus II)

1. Konflik antar kelas, contohnya: demonstrasi buruh yang menuntut kenaikan

upah, menggambarkan konflik antara kelas buruh dengan pengusaha.

2. Konflik antar kelompok sosial, contohnya: tawuran pelajar, perang antar

kampung.

3. Konflik antar generasi, contohnya: pergaulan bebas yang saat ini banyak

dilakukan kaum muda di Indonesia sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang

dianut generasi tua.

III. Konflik Positif-Negatif

A. Definisi konflik positif-negatif

1. Konflik positif: menurut Wijono (1993:3), bila upaya penanganan dan

pengelolaan konflik karyawan dilakukan secara efisien dan efektif maka dampak

positif akan muncul melalui perilaku yang dinampakkan oleh karyawan sebagai

sumber daya manusia potensial dengan berbagai akibat.

2. Konflik negatif: menurut Wijono (1993:3), sesungguhnya disebabkan oleh

kurang efektif dalam pengelolaannya yaitu ada kecenderungan untuk membiarkan

konflik tumbuh subur dan menghindari terjadinya konflik.

B. Contoh konflik positif –negatif

1. Konflik positif.

a. Meningkatnya ketertiban dan kedisiplinan dalam menggunakan waktu

bekerja, seperti hampir tidak pernah ada karyawan yang absen tanpa alasan

yang jelas, masuk dan pulang kerja tepat pada waktunya, pada waktu jam

Page 5: Tugas Psikologi Sosial (Junaidi p Saputra)

5

kerja setiap karyawan menggunakan waktu secara efektif, hasil kerja

meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya.

b. Meningkatnya hubungan kerjasama yang produktif. Hal ini terlihat dari cara

pembagian tugas dan tanggung jawab sesuai dengan analisis pekerjaan

masing-masing.

c. Meningkatnya motivasi kerja untuk melakukan kompetisi secara sehat antar

pribadi maupun antar kelompok dalam organisasi, seperti terlihat dalam

upaya peningkatan prestasi kerja, tanggung jawab, dedikasi, loyalitas,

kejujuran, inisiatif dan kreativitas.

d. Semakin berkurangnya tekanan-tekanan, intrik-intrik yang dapat membuat

stress bahkan produktivitas kerja semakin meningkat. Hal ini karena

karyawan memperoleh perasaan-perasaan aman, kepercayaan diri,

penghargaan dalam keberhasilan kerjanya atau bahkan bisa mengembangkan

karier dan potensi dirinya secara optimal.

2. Konflik Negatif

a. Meningkatkan jumlah absensi karyawan dan seringnya karyawan mangkir

pada waktu jam-jam kerja berlangsung seperti misalnya ngobrol berjam-jam

sambil mendengarkan sandiwara radio, berjalan mondar-mandir

menyibukkan diri, tidur selama pimpinan tidak ada di tempat, pulang lebih

awal atau datang terlambat dengan berbagai alasan yang tak jelas.

b. Banyak karyawan yang mengeluh karena sikap atau perilaku teman kerjanya

yang dirasakan kurang adil dalam membagi tugas dan tanggung jawab.

Seringnya terjadi perselisihan antar karyawan yang bisa memancing

kemarahan, ketersinggungan yang akhirnya dapat mempengaruhi pekerjaan,

kondisi psikis dan keluarganya.

c. Banyak karyawan yang sakit-sakitan, sulit untuk konsentrasi dalam

pekerjaannya, muncul perasaan-perasaan kurang aman, merasa tertolak oleh

teman ataupun atasan, merasa tidak dihargai hasil pekerjaannya, timbul stres

yang berkepanjangan yang bisa berakibat sakit tekanan darah tinggi, maag

ataupun yang lainnya.

d. Seringnya karyawan melakukan mekanisme pertahanan diri bila memperoleh

teguran dari atasan, misalnya mengadakan sabotase terhadap jalannya

produksi, dengan cara merusak mesin-mesin atau peralatan kerja,

Page 6: Tugas Psikologi Sosial (Junaidi p Saputra)

6

mengadakan provokasi terhadap rekan kerja, membuat intrik-intrik yang

merugikan orang lain.

IV. Conten Conflict

A. Definisi Conten Conflict

Kata konflik, berasal dari bahasa Latin confligere, yang berarti saling memukul.

Dalam pengertian sosiologis, konflik dapat dipahami sebagai suatu “proses sosial” di

mana dua orang atau dua kelompok orang berusaha menyingkirkan pihak lain dengan

cara menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya (Wikipedia, 2010). Wujud

konflik yang paling jelas adalah perang bersenjata, di mana dua atau lebih bangsa atau

suku bangsa saling tempur dengan maksud menghancurkan atau membuat pihak

lawan tidak berdaya. Konflik dibagi menjadi tiga tipe, yaitu konflik antar kelompok

yang melibatkan dua atau lebih kelompok dan konflik dalam kelompok yang terjadi di

dalam kelompok itu sendiri.

B. Contoh Conten Conflict

Konflik antar kelompok yang masih hangat dibicarakan oleh media massa. Konflik

tersebut melibatkan kelompok suku Bugis dan suku Tidung. Konflik tersebut diawali

oleh penyerangan pada salah satu anggota kelompok, sehingga melibatkan anggota

kelompok lain untuk membela anggota kelompok yang diserang tersebut. Konflik pun

berlanjut kepada kekerasan fisik yang melibatkan senjata tajam dan perkelahian antara

dua kelompok. Terjadi berbagai kerusuhan sebelum akhirnya situasi bias berjalan

dengan lebih kondusif setelah diamankan oleh polisi. Apabila kita melihat penyebab

awal munculnya konflik, maka sebenarnya penyebab konflik tersebut hanyalah

masalah individual. Namun karena latar belakang perbedaan suku, sehingga muncul

solidaritas yang membawa identitas kelompok. Individu yang pertama diserang adalah

seseorang dengan latar belakang suku Tidung, dan penyerangnya adalah suku Bugis.

Muncullah sentimen bernuansa SARA sehingga pecahlah konflik di antara dua

kelompok tersebut. Hal ini sesuai dengan salah satu penyebab konflik antar kelompok

yang biasanya muncul, yakni adanya kekuatan perbedaan antar kelompok. Pengaruh

kultural juga melatar belakangi konflik tersebut. Identitas kultural yang berbeda

membuat konflik di Tarakan sarat dengan nuansa etnosentriisme. Identitas pribadi

digeneralisasikan menjadi identitas kolektif. Fenomena semacam ini sering terjadi di

masyarakat Indonesia yang masih memegang adat istiadat daerah setempat, dipicu

Page 7: Tugas Psikologi Sosial (Junaidi p Saputra)

7

oleh frustasi dan stress karena kondisi sosial-ekonomi yang tidak menentu, serta

ditambah dengan tingkat pendidikan yang rendah, sehingga masyarakat lebih mudah

untuk terpancing emosi dan terprovokasi. Namun setelah diadakan pertemuan yang

dihadiri oleh beberapa pejabat daerah setempat serta perwakilan dari suku Bugis dan

suku Tidung, maka konflik tersebut dapat diredam. Mereka dapat mengambil

kesimpulan, bahwa konflik tersebut sebenarnya berakar dari permasalahan individu.

Dan konflik tersebut juga bukan merepresentasikan konflik antar suku, melainkan

antara dua kelompok dari dua suku, sehingga merupakan konflik antar kelompok,

bukan antar suku.

V. Relationship Conflict

A. Definisi Relatinship Conflict

Relationship conflict merupakan salah satu bentuk konflik yang terkait dengan

informasi yang tidak berhubungan dengan pekerjaan, namun terkait dengan emosi

negatif dan ancaman akan identitas pribadi seseorang atau harga diri seseorang

(Pelled, 1995 dalam Dreu & Vianen, 2001). Dalam relationship conflict juga terjadi

ketidaksetujuan antar anggota tim yang berdasarkan pada ketidakcocokan antar

anggota yang menghasilkan kecurigaan, ketidakpercayaan dan kebencian antar

anggota tim (Brehemer, 1976; Guetzow & Gyr, 1954; Faulk, 1982 dalam Bradford,

Stringfellow, & Weitz, 2001). Berdasarkan penyebabnya, Barki dan Hartwick (2003)

menyebutkan bahwa terdapat tiga komponen yang menyebabkan terjadinya

relationship conflict dalam tim. Ketiga komponen tersebut adalah disagreement

(ketidaksetujuan), interference (campur tangan), dan negative emotion (emosi yang

bersifat negatif).

B. Contoh Relatinship Conflict

1. Amason (1996) mengambil sampel tim manajemen tingkat atas pada dua industri

pengolahan makanan dan perakitan perabotan rumah tangga, hasil penelitiannya

menyebutkan jenis manajemen konflik akan mempengaruhi keefektifan

pengambilan keputusan stratejik ditingkat manajemen atas.

2. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Friedman, Currall, dan Tsai (2000)

mengambil sampel 85 manajer dan profesional dirumah sakit di Southeastern,

Amerika. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa setiap jenis manajemen konflik

Page 8: Tugas Psikologi Sosial (Junaidi p Saputra)

8

akan memberikan pengaruh yang berlainan dalam menurunkan relationship

conflict dan menurunkan stress pada anggota tim.

3. Kemudian berdasarkan penelitian Jehn (1995) yang mengambil sampel sebanyak

633 anggota tim produksi dan tim manajemen perusahaan transportasi

menghasilkan bahwa relationship conflict berhubungan negatif dengan kepuasan

anggota tim, sehingga akan menimbulkan hubungan yang negatif pula pada

keefektifan tim.

4. Bradford, Stringfellow, dan Weitz (2001) yang mengambil sampel tim marketing

dan tim research and development di satu perusahaan meneliti tentang

pengetahuan, komitmen dan kekuatan anggota tim. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa perbedaan antara anggota tim dalam bidang pengetahuan,

komitmen, dan kekuatan secara signifikan meningkatkan affective conflict,

namun tidak berpengaruh pada task conflict. Hasil penelitian ini juga

menyebutkan bahwa perbedaan pengetahuan, komitmen dan kekuatan anggota

tim tidak memberikan pengaruh pada keefektifan tim dan tidak berpengaruh

terhadap kepuasan anggota tim.

VI. Konflik Intra Personal

A. Definisi konflik intra personal

Konflik intra personal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi

bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin

dipenuhi sekaligus. Sebagaimana diketahui bahwa dalam diri seseorang itu biasanya

terdapat hal-hal sebagai berikut: sejumlah kebutuhan-kebutuhan dan peranan-peranan

yang bersaing, beraneka macam cara yang berbeda yang mendorong peranan-peranan

dan kebutuhan-kebutuhan itu terlahirkan, banyaknya bentuk halangan-halangan yang

bisa terjadi di antara dorongan dan tujuan.

B. Contoh konflik intra personal

1. Konflik antara tugas sekolah dengan acara pribadi. Konflik ini biasanya

diibaratkan seperti makan buah simalakama, dimakan salah tidak dimakan juga

salah, dan kedua pilihan yang ada memiliki akibat yang seimbang.

2. Konflik intra personal juga bisa disebabkan oleh tuntutan tugas yang melebihi

kemampuan

Page 9: Tugas Psikologi Sosial (Junaidi p Saputra)

9

VII. Konflik Inter Personal

A. Definisi konflik inter personal

1. Konflik Inter personal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain

karena pertentangan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua

orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain.

2. Konflik inter personal yaitu konflik yang terjadi antar individu.Konflik yang

terjadi ketika adanya perbedaan tentang isu tertentu, tindakan dan tujuan dimana

hasil bersama sangat menentukan

B. Contoh konflik inter personal

1. Konflik inter pesonal, contohnya konflik antar tenaga kependidikan dalam

memilih mata pelajaran unggulan daerah

2. Konflik inter personal, sebagai contoh dapat dikatakan bahwa seseorang individu

dapat dihukum oleh kelompok kerjanya karena ia tidak dapat mencapai norma-

norma produktivitas kelompok dimana ia berada. Misalnya di dalam perusahaan,

ada pertentangan seseorang dengan seseorang yang berbeda jabatan.

VIII. Konflik Inter Group

A. Definisi konflik inter group

Konflik yang terjadi antar kelompok. Konflik inter group terjadi karena adanya saling

ketergantungan, perbedaan persepsi, perbedaan tujuan dan meningkatkannya tuntutan

akan keahlian

B. Contoh konflik inter group

Konflik antar kelompok guru kesenian dengan kelompok guru matematika. Kelompok

guru kesenian memandang bahwa untuk membelajarkan lagu tertentu dan melatih

pernafasan perlu disuarakan dengan keras, sementara kelompok guru matematika

merasa terganggu karena para pesereta didiknya tidak konsentrasi belajar.

Referensi

1. http://jurnal-sdm.blogspot.com/2010/04/manajemen-konflik-definisi-ciri-sumber.html

2. http://nilhailha.wordpress.com/2011/05/27/pengertian-konflik-2/

3. http://okidermawan.multiply.com/journal/item/4?&show_interstitial=1&u=%2Fjourna

l%2Fitem

4. http://dc303.4shared.com/doc/TYBwP0sd/preview.html

5. http://Fakhrurrozi.staff.gunadarmo.ac.id