tugas psikologi kelompok kohesivitas dan identitas sosial

19
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai mahkluk sosial dan selalu membutuhkan bantuan dan kehadiran orang lain. Manusia sebagai mahkluk hidup di dunia tidak pernah dalam keadaan berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kelompok. Chaplin (2004: 470) mendefinisikan kelompok sosial sebagai suatu kumpulan individu yang saling berinteraksi dan memiliki beberapa sifat serta karakteristik yang sama atau yang mengejar tujuan yang sama. Setiap individu menemukan suatu kenyamanan dengan bergabung dan berinteraksi dalam suatu kelompok, karena didalam kelompok seseorang akan merasa bahwa dirinya disukai dan diterima. Perasaan disukai dan diterima semacam ini sangat penting bagi semua usia dalam rentang kehidupan manusia. Kohesi kelompok merupakan salah satu faktor yang penting dalam menjaga keutuhan kelompok. Dalam berkelompok juga terdapat identitas sosial yang mempengaruhi kepribadian individu. Identitas sosial merupakan seperangkat pengetahuan mengenai sejauh mana individu dalam suatu kelompok mengetahui tentang kelompoknya tersebut. 1

Upload: uin-sultan-syarif-kasim-riau

Post on 15-Apr-2017

365 views

Category:

Education


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Psikologi Kelompok Kohesivitas dan Identitas Sosial

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Manusia diciptakan sebagai mahkluk sosial dan selalu membutuhkan

bantuan dan kehadiran orang lain. Manusia sebagai mahkluk hidup di dunia tidak

pernah dalam keadaan berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kelompok.

Chaplin (2004: 470) mendefinisikan kelompok sosial sebagai suatu kumpulan

individu yang saling berinteraksi dan memiliki beberapa sifat serta karakteristik

yang sama atau yang mengejar tujuan yang sama.

Setiap individu menemukan suatu kenyamanan dengan bergabung dan

berinteraksi dalam suatu kelompok, karena didalam kelompok seseorang akan

merasa bahwa dirinya disukai dan diterima. Perasaan disukai dan diterima

semacam ini sangat penting bagi semua usia dalam rentang kehidupan manusia.

Kohesi kelompok merupakan salah satu faktor yang penting dalam menjaga

keutuhan kelompok.

Dalam berkelompok juga terdapat identitas sosial yang mempengaruhi

kepribadian individu. Identitas sosial merupakan seperangkat pengetahuan

mengenai sejauh mana individu dalam suatu kelompok mengetahui tentang

kelompoknya tersebut.

1.2.   Rumusan Masalah

1.  Apa yang dimaksud dengan kohesivitas kelompok ? Apa saja hal-hal yang

terkait dengan kohesivitas itu ?

2. Apa yang dimaksud dengan identitas sosial ? Apa saja hal-hal yang terkait

dengan identitas sosial itu ?

1.3     Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kohesivitas kelompok dan hal-hal yang

terkait dengannya.

2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan identitas sosial dan hal-hal yang terkait

dengannya.

1

Page 2: Tugas Psikologi Kelompok Kohesivitas dan Identitas Sosial

BAB II

ISI

2.1 Kohesivitas

1. Definisi

Pengertian kohesivitas menurut para ahli :

a.  Kohesi Kelompok

Collins dan Raven (1964) mendefinisikan kohesivitas kelompok sebagai

kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal didalam

kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok.

b.     Kohesi Kelompok

Kohesi kelompok merupakan perasaan bersama-sama dalam kelompok

dan merupakan kekuatan yang memelihara dan menjaga anggota dalam

kelompok. Taylor, Peplau & Sears (1997: 109) mendefinisikan kohesivitas

sebagai kekuatan (baik positif ataupun negatif) yang menyebabkan anggota

menetap pada suatu kelompok. Kohesivitas bergantung pada tingkat keterikatan

individu yang dimiliki setiap anggota kelompok. Daya tarik antar pribadi

merupakan kekuatan pokok yang positif.

c.      Kohesi Kelompok

Hartinah (2009:72) mendefinisikan kohesi kelompok sebagai sejumlah

faktor yang mempengaruhi anggota kelompok untuk tetap menjadi anggota

kelompok tersebut.

     Ada tiga makna tentang kohesivitas kelompok:

1.    Ketertarikan pada kelompok termasuk rasa tidak ingin keluar dari kelompok.

2.    Moral dan tingkatan motivasi anggota kelompok.

3.    Koordinasi dan kerjasama antar anggota kelompok.

Jadi, dapat disimpulkan, pengertian kohesivitas adalah faktor-faktor yang

dimiliki kelompok yang membuat anggota kelompok tetap menjadi anggota

sehingga terbentuklah kelompok.

2

Page 3: Tugas Psikologi Kelompok Kohesivitas dan Identitas Sosial

2. Hal-Hal yang Mempengaruhi Tingkat Ketertarikan dalam Kohesivitas

Kelompok

Ketertarikan pada kelompok ditentukan oleh kejelasan tujuan kelompok,

kejelasan keberhasilan pencapaian tujuan, karakteristik kelompok yang

mempunyai hubungan dengan kebutuhan dan nilai-nilai pribadi, kerjasama antara

anggota kelompok dan memandang kelompok tersebut lebih menguntungkan

dibandingkan kelompok lainnya (Hartinah, 2009:72).

Kohesivitas bergantung pada tingkat ketertarikan individu yang dimiliki

setiap anggota kelompok. Daya tarik antar pribadi merupakan kekuatan pokok

yang positif. Adapun ketertarikan itu sendiri dipengaruhi oleh  tiga hal yaitu :

1) Tingkat rasa suka satu sama lain diantara anggota kelompok. Apabila anggota

kelompok saling menyukai satu sama lain dan dieratkan dengan ikatan

persahabatan, kohesivitasnya akan tinggi.

2) Tujuan instrumental kelompok. Kelompok seringkali digunakan sebagai sarana

untuk mencapai tujuan, sebagai cara untuk memperoleh pendapatan atau untuk

melakukan pekerjaan yang kita sukai. Ketertarikan kita terhadap suatu kelompok

bergantung pada kesesuaian antara kebutuhan dan tujuan kita sendiri dengan

kegiatan dan tujuan kelompok.

3)  Keefektifan dan keselarasan interaksi dalam kelompok. Semua orang akan

lebih suka bergabung dalam kelompok yang bekerja secara efisien daripada

dengan kelompok yang menghabiskan waktu dan menyalahgunakan keterampilan

kita. Segala sesuatu yang meningkatkan kepuasaan dan semangat kelompok akan

meningkatkan kohesi kelompok.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kohesivitas Kelompok

Menurut Bordens dan Horowitz, 2008 ada beberapa yang mempengaruhi

kohesivitas anggota kelompok, yaitu :

Ketertarikan antar anggota kelompok

Hubungan interpersonal anggota satu sama lain yang berlandaskan

ketertarikan, akan berpotensi menimbulkan kohesivitas. Semakin kuat

ketertarikannya, maka semakin kuat kohesivitas anggota kelompok.

3

Page 4: Tugas Psikologi Kelompok Kohesivitas dan Identitas Sosial

Kedekatan anggota

Kedekatan fisik dan psikologis sesama anggota kelompok juga dapat

mempengaruhi kohesivitas anggota kelompok.

Ketaatan pada norma kelompok

Anggota kelompok yang patuh pada norma kelompok cenderung memiliki

kohesivitas kelompok.

Kesuksesan kelompok mecapai tujuan

Kelompok yang berhasil mencapai tujuan memiliki dampai psikologis

kepada anggotanya, salah satunya kebersamaan, dan kohesi anggota

semakin meningkat.

Identifikasi anggota terhadap kelompok : kesetiaan kelompok

Anggota yang memiliki identifikasi kuat terhadap kelompok cenderung

memiliki kohesivitas tinggi.

4. Hal-Hal yang Berkaitan dengan Kohesi Kelompok

Beberapa hal yang berkaitan dengan kohesi kelompok (Carolina

Nitimiharjo dan Jusman Iskandar, 1993: 24-27) :

a. Tingkat kohesi kelompok.

Dalam hal Kohesi, umumnya orang menunjuk pada tingkatan yakni

anggota kelompok termotivasi untuk tetap tinggal didalam kelompok. Anggota

kelompok pada kelompok yang kohesinya tinggi lebih energik didalam aktivitas

kelompok, jarang absen dalam pertemuan kelompok dan merasa senang apabila

kelompok berhasil dan merasa sedih apabila kelompoknya gagal (Shaw, 1979).

Kelompok dengan kohesi yang tinggi, anggotanya kooperatif dan akrab, serta

saling menghargai antara satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan. Pada

kelompok yang kohesinya rendah biasanya ada rasa saling bermusuhan dan

agresif, dan biasanya ada rasa kesenangan ketika anggota yang lain berbuat

kesalahan. Selanjutnya (Shaw,1979) menjelaskan bahwa kohesi kelompok yang

tinggi ditandai dengan curahan waktu untuk perencanaan kegiatan dan semua

anggota kelompok mengikuti rencana yang telah disetujuinya. Kelompok dengan

kohesi yang tinggi pemimpinya berperilaku demokratis, sedangkan pada

4

Page 5: Tugas Psikologi Kelompok Kohesivitas dan Identitas Sosial

kelompok dengan kohesi rendah pemimpinnya berperilaku seperti ‘bos’ dan

cendrung autokratik.

Ada beberapa metode didalam meningkatkan kohesi kelompok. Cara

paling efektif adalah membentuk hubungan kooperatif diantara kelompok.

Beberapa cara lainnya adalah memperdalam kepercayaan diantara anggota

kelompok, mengekspresikan afeksi lebih jauh lagi diantara anggota kelompok,

meningkatkan ekspresi saling inklusi dan menerima diantara anggota kelompok,

memperluas saling mempengaruhi diantara anggota kelompok dan

mengembangkan norma-norma kelompok yang menunjang ekspresi individu

diantara anggota kelompok.

b.        Kebutuhan interpersonal

Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan membutuhkan manusia

lainnya, karena semua manusia hidup dalam masyarakat, mereka harus memiliki

keseimbangan antara dirinya dengan masyarakat. Hakikat sosial manusia

dikarenakan kebutuhan-kebutuhan interpersonal. Ada tiga dasar kebutuhan

interpersonal, yaitu inklusi, control dan afeksi.

Kebutuhan inklusi berkisar pada keanggotaan siapa didalam dan siapa

diluar kelompok, siapa yang memiliki dan siapa yang tidak, siapa yang

merupakan dari kebersamaan dan siapa yang tidak. Beberapa anggota

menghendaki agar kelompok memiliki jalinan yang inklusif dan beberapa

menghendaki jalinan yang lepas.

Kebutuhan control bertentangan dengan kekuatan hubungan didalam

kelompok, siapa yang berkuasa. Beberapa anggota menghendaki mempunyai

pengaruh terhadap banyak orang dan beberapa menghendaki tidak mempunyai

pengaruh terhadap siapa pun.

Kebutuhan afeksi menunjukkan hubungan terbuka dan bersifat pribadi

didalam kelompok. Beberapa anggota menghendaki hubungan yang hangat dan

terbuka dan beberapa lainnya menghendaki hubungan yang dingin dan ada jarak.

c.        Mengembangkan dan memelihara kepercayaan

Kepercayaan adalah aspek penting bagi sebuah kelompok karena

merupakan kondisi yang dapat membuat kerjasama stabil dan berkomunikasi

5

Page 6: Tugas Psikologi Kelompok Kohesivitas dan Identitas Sosial

dengan efektif. Makin tinggi tingkat kepercayaan diantara anggota kelompok.

Makin stabil kerjasama dan komunikasi yang efektif di antara anggota kelompok .

kelompok yang kooperatif adalah kelompok yang memiliki keterbukaan, tingkah

laku mempercayai didefinisikan sebagai ekspresi menerima, mendukung, dan

kooperatif. Meningkat dan memelihara kepercayaan berarti memperhatikan

keterbukaan, ekspresi menerima, dan mendukung.

d.         Konsekuensi dari kohesi kelompok

Didalam sebuah kelompok, anggota kelompok yang kohesif lebih siap

untuk selalu bertartisipasi didalam pertemuan-pertemuan kelompok. Kelompok

yang kohesif memiliki anggota yang loyal terhadap kelompok, mempunyai rasa

tanggung jawab kelompok, mempunyai motivasi tinggi untuk melaksanakan tugas

kelompok dan merasa puas atas pekerjaan kelompok. Dengan ciri-ciri tersebut

dapat menyebabkan meningkatkan produktifitas kelompok.

Kelompok yang memiliki kohesi tinggi merupakan sumber rasa aman

terhadap anggota kelompok yang lain. Penerimaan anggota lain terhadap diri

seseorang dapat meningkatkan partisipasi dalam kelompok dan menjadikan

anggota-anggotanya lebih kooperatif dalam mengerjakan tugas-tugas dan lebih

mudah mengatasi kesulitan-kesulitan yang ada di dalam kelompok.

2.2 Identitas Sosial

1. Definisi

Teori social identity (identitas sosial) dipelopori oleh Henri Tajfel pada

tahun 1957 dalam upaya menjelaskan prasangka, diskriminasi, perubahan sosial

dan konflik antar kelompok. Menurut Tajfel (1982), social identity (identitas

sosial) adalah bagian dari konsep diri seseorang yang berasal dari pengetahuan

mereka tentang keanggotaan dalam suatu kelompok sosial bersamaan dengan

signifikansi nilai dan emosional dari keanggotaan tersebut. Social identity

berkaitan dengan keterlibatan, rasa peduli dan juga rasa bangga dari keanggotaan

dalam suatu kelompok tertentu.

Hogg dan Abram (1990) menjelaskan social identity sebagai rasa

keterkaitan, peduli, bangga dapat berasal dari pengetahuan seseorang dalam

berbagai kategori keanggotaan sosial dengan anggota yang lain, bahkan tanpa

6

Page 7: Tugas Psikologi Kelompok Kohesivitas dan Identitas Sosial

perlu memiliki hubungan personal yang dekat, mengetahui atau memiliki berbagai

minat. Menurut William James (dalam Walgito, 2002), social identity lebih

diartikan sebagai diri pribadi dalam interaksi sosial, dimana diri adalah segala

sesuatu yang dapat dikatakan orang tentang dirinya sendiri, bukan hanya tentang

tubuh dan keadaan fisiknya sendiri saja, melainkan juga tentang anak–istrinya,

rumahnya, pekerjaannya, nenek moyangnya, teman–temannya, milikinya,

uangnya dan lain–lain. Sementara Fiske dan Taylor (1991) menekankan nilai

positif atau negatif dari keanggotaan seseorang dalam kelompok tertentu.

Untuk menjelaskan identitas sosial, terdapat konsep penting yang

berkaitan, yaitu kategori sosial. Turner (dalam Tajfel, 1982) dan Ellemers dkk.,

(2002) mengungkapkan kategori sosial sebagai pembagian individu berdasarkan

ras, kelas, pekerjaan, jenis kelamin, agama, dan lain-lain. Kategori sosial

berkaitan dengan kelompok sosial yang diartikan sebagai dua orang atau lebih

yang mempersepsikan diri atau menganggap diri mereka sebagai bagian satu

kategori sosial yang sama. Seorang individu pada saat yang sama merupakan

anggota dari berbagai kategori dan kelompok sosial (Hogg dan Abrams, 1990).

Kategorisasi adalah suatu proses kognitif untuk mengklasifikasikan objek-objek

dan peristiwa ke dalam kategori-kategori tertentu yang bermakna (Turner dan

Giles, 1985; Branscombe dkk., 1993). Pada umumnya, individu-individu

membagi dunia sosial ke dalam dua kategori yang berbeda yakni kita dan mereka.

Kita adalah ingroup, sedangkan mereka adalah outgroup. Berdasarkan uraian

beberapa tokoh mengenai pengertian social identity, maka dapat disimpulkan

bahwa social identity adalah bagian dari konsep diri seseorang yang berasal dari

pengetahuan atas keanggotaannya dalam suatu kelompok sosial tertentu, yang di

dalamnya disertai dengan nilai-nilai, emosi, tingkat keterlibatan, rasa peduli dan

juga rasa bangga terhadap keanggotaannya dalam kelompok tersebut.

2. Dimensi dalam mengkonseptualisasikan social identity

Menurut Jackson and Smith (dalam Barron and Donn, 1991) ada empat

dimensi dalam mengkonseptualisasikan social identity, yaitu:

a. Persepsi dalam konteks antar kelompok

7

Page 8: Tugas Psikologi Kelompok Kohesivitas dan Identitas Sosial

Dengan mengidentifikasikan diri pada sebuah kelompok, maka status dan

gengsi yang dimiliki oleh kelompok tersebut akan mempengaruhi persepsi setiap

individu didalamnya. Persepsi tersebut kemudian menuntut individu untuk

memberikan penilaian, baik terhadap kelompoknya maupun kelompok yang lain.

b. Daya tarik in-group

Secara umum, in group dapat diartikan sebagai suatu kelompok dimana

seseorang mempunyai perasaan memiliki dan “common identity” (identitas

umum). Sedangkan out group adalah suatu kelompok yang dipersepsikan jelas

berbeda dengan “in group”. Adanya perasaan “in group” sering menimbulkan “in

group bias”, yaitu kecenderungan untuk menganggap baik kelompoknya sendiri.

Menurut Henry Tajfel (1974) dan Michael Billig (1982) in group bias merupakan

refleksi perasaan tidak suka pada out group dan perasaan suka pada in group. Hal

tersebut terjadi kemungkinan karena loyalitas terhadap kelompok yang

dimilikinya yang pada umumnya disertai devaluasi kelompok lain.

Berdasarkan Social Identity Theory, Henry Tajfel dan John Tunner (1982)

mengemukakan bahwa prasangka biasanya terjadi disebabkan oleh “in group

favoritism”, yaitu kecenderungan untuk mendiskriminasikan dalam perlakuan

yang lebih baik atau menguntungkan in group di atas out group. Berdasarkan teori

tersebut, masing-masing dari kita akan berusaha meningkatkan harga diri kita,

yaitu: identitas pribadi (personal identity) dan identitas sosial (social identity)

yang berasal dari kelompok yang kita miliki. Jadi, kita dapat memperteguh harga

diri kita dengan prestasi yang kita miliki secara pribadi dan bagaimana kita

membandingkan dengan individu lain.

c. Keyakinan saling terkait

Social identity merupakan keseluruhan aspek konsep diri seseorang yang

berasal dari kelompok sosial mereka atau kategori keanggotaan bersama secara

emosional dan hasil evaluasi yang bermakna. Artinya, seseorang memiliki

kelekatan emosional terhadap kelompok sosialnya. Kelekatan itu sendiri muncul

setelah menyadari keberadaannya sebagai anggota suatu kelompok tertentu. Orang

memakai identitas sosialnya sebagai sumber dari kebanggaan diri dan harga diri.

8

Page 9: Tugas Psikologi Kelompok Kohesivitas dan Identitas Sosial

Semakin positif kelompok dinilai maka semakin kuat identitas kelompok yang

dimiliki dan akan memperkuat harga diri. Sebaliknya jika kelompok yang dimiliki

dinilai memiliki prestise yang rendah maka hal itu juga akan menimbulkan

identifikasi yang rendah terhadap kelompok. Dan apabila terjadi sesuatu yang

mengancam harga diri maka kelekatan terhadap kelompok akan meningkat dan

perasaan tidak suka terhadap kelompok lain juga meningkat.

d. Depersonalisasi

Ketika individu dalam kelompok merasa menjadi bagian dalam sebuah

kelompok, maka individu tersebut akan cenderung mengurangi nilai-nilai yang

ada dalam dirinya, sesuai dengan nilai yang ada dalam kelompoknya tersebut.

Namun, hal ini juga dapat disebabkan oleh perasaan takut tidak ‘dianggap’ dalam

kelompoknya karena telah mengabaikan nilai ataupun kekhasan yang ada dalam

kelompok tersebut. Keempat dimensi tersebut cenderung muncul ketika individu

berada ditengah-tengah kelompok dan ketika berinteraksi dengan anggota

kelompok lainnya.

3. Motivasi Melakukan Social Identity

Social identity dimotivasi oleh dua proses yaitu self-enhacement dan

uncertainty reduction yang menyebabkan individu untuk berusaha lebih baik

dibandingkan kelompok lain. Motivasi ketiga yang juga berperan adalah optimal

distinctiveness. Ketiga motivasi ini akan dijelaskan sebagai berikut (Burke, 2006):

a. Self-enhancement dan positive distinctiveness

Positive distinctiveness mencakup keyakinan bahwa ”kelompok kita” lebih

baik dibandingkan “kelompok mereka”. Kelompok dan anggota yang berada di

dalamnya akan berusaha untuk mempertahankan positive distinctiveness tersebut

karena hal itu menyangkut dengan martabat, status, dan kelekatan dengan

kelompoknya. Positive distinctiveness seringkali dimotivasi oleh harga diri

anggota kelompok. Ini berarti bahwa harga diri yang rendah akan mendorong

terjadinya identifikasi kelompok dan perilaku antar kelompok. Dengan adanya

identifikasi kelompok, harga diri pun akan mengalami peningkatan. Self-

enhancement tak dapat disangkal juga terlibat dalam proses identitas sosial.

9

Page 10: Tugas Psikologi Kelompok Kohesivitas dan Identitas Sosial

Karena motif individu untuk melakukan social identity adalah untuk memberikan

aspek positif bagi dirinya, misalnya meningkatkan harga dirinya, yang

berhubungan dengan self enhancement (Burke, 2006).

b. Uncertainty Reduction

Motif social identity yang lain adalah uncertainty reduction. Motif ini

secara langsung berhubungan dengan kategorisasi sosial. Individu berusaha

mengurangi ketidakpastian subjektif mengenai dunia sosial dan posisi mereka

dalam dunia sosial. Individu suka untuk mengetahui siapa mereka dan bagaimana

seharusnya mereka berperilaku. Selain mengetahui dirinya, mereka juga tertarik

untuk mengetahui siapa orang lain dan bagaimana seharusnya orang lain tersebut

berperilaku. Kategorisasi sosial dapat menghasilkan uncertainty reduction karena

memberikan group prototype yang menggambarkan bagaimana orang (termasuk

dirinya) akan/dan seharusnya berperilaku dan berinteraksi dengan orang lain.

Dalam uncertainty reduction, anggota kelompok terkadang langsung menyetujui

status keanggotaan mereka karena menentang status kelompok berarti

meningkatkan ketidakpastian self-conceptualnya. Individu yang memiliki

ketidakpastian self-conceptual akan termotivasi untuk mengurangi ketidakpastian

dengan cara mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok yang statusnya tinggi

atau rendah. Kelompok yang telah memiliki kepastian self-conceptual akan

dimotivasi oleh self-enhancement untuk mengidentifikasi dirinya lebih baik

terhadap kelompoknya (Burke, 2006).

c. Optimal Distinctiveness

Motif ketiga yang terlibat dalam proses social identity adalah optimal

distinctiveness. Menurut Brewer (1991), individu berusaha menyeimbangkan dua

motif yang saling berkonflik (sebagai anggota kelompok atau sebagai individu)

dalam meraih optimal distinctiveness (dalam Burke, 2006). Individu berusaha

untuk menyeimbangkan kebutuhan mempertahankan perasaan individualitas

dengan kebutuhan menjadi bagian dalam kelompok yang akan menghasilkan

definisi dirinya sebagai anggota kelompok (Ellemers, 1999).

10

Page 11: Tugas Psikologi Kelompok Kohesivitas dan Identitas Sosial

4. Komponen Identitas Sosial

Tajfel (1978) mengembangkan social identity theory sehingga terdiri dari

tiga komponen yaitu cognitive component (self categorization), evaluative

component (group self esteem), dan emotional component (affective component)

yaitu:

a. Cognitive component

Kesadaran kognitif akan keanggotaannya dalam kelompok, seperti self

categorization. Individu mengkategorisasikan dirinya dengan kelompok tertentu

yang akan menentukan kecenderungan mereka untuk berperilaku sesuai dengan

keanggotaan kelompoknya. (dalam Ellemers, 1999). Komponen ini juga

berhubungan dengan self stereotyping yang menghasilkan identitas pada diri

individu dan anggota kelompok lain yang satu kelompok dengannya. Self

stereotyping dapat memunculkan perilaku kelompok (Hogg, 2001).

b. Evaluative component

Merupakan nilai positif atau negatif yang dimiliki oleh individu terhadap

keanggotaannya dalam kelompok, seperti group self esteem. Evaluative

component ini menekankan pada nilai-nilai yang dimiliki individu terhadap

keanggotaan kelompoknya (dalam Ellemers, 1999).

c. Emotional component

Merupakan perasaan keterlibatan emosional terhadap kelompok, seperti

affective commitment. Emotional component ini lebih menekankan pada seberapa

besar perasaan emosional yang dimiliki individu terhadap kelompoknya (affective

commitment). Komitmen afektif cenderung lebih kuat dalam kelompok yang

dievaluasi secara positif karena kelompok lebih berkontribusi terhadap social

identity yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa identitas individu sebagai

anggota kelompok sangat penting dalam menunjukkan keterlibatan emosionalnya

11

Page 12: Tugas Psikologi Kelompok Kohesivitas dan Identitas Sosial

yang kuat terhadap kelompoknya walaupun kelompoknya diberikan karakteristik

negatif (dalam Ellemers, 1999).

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kohesivitas adalah faktor-faktor yang dimiliki kelompok yang membuat

anggota kelompok tetap menjadi anggota sehingga terbentuklah kelompok.

Ada tiga makna tentang kohesivitas kelompok:

a) Ketertarikan pada kelompok termasuk rasa tidak ingin keluar dari

kelompok.

b) Moral dan tingkatan motivasi anggota kelompok.

c) Koordinasi dan kerjasama antar anggota kelompok.

Menurut Tajfel (1982), social identity (identitas sosial) adalah bagian dari

konsep diri seseorang yang berasal dari pengetahuan mereka tentang

keanggotaan dalam suatu kelompok sosial bersamaan dengan signifikansi

nilai dan emosional dari keanggotaan tersebut. Social identity berkaitan

dengan keterlibatan, rasa peduli dan juga rasa bangga dari keanggotaan

dalam suatu kelompok tertentu.

12