tugas perkembangan berfikir kreatif
DESCRIPTION
berfikir kreatifTRANSCRIPT
![Page 1: Tugas Perkembangan Berfikir Kreatif](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082614/5695d3c11a28ab9b029f116c/html5/thumbnails/1.jpg)
PERKEMBANGAN PENELITIAN BERPIKIR KREATIF
MATEMATIKA
I. Pendahuluan
Latar Belakang
Kreativitas dari para matematikawan adalah daerah yang paling jarang diteliti
dalam matematika dan pendidikan matematika.
Salah satu masalah dalam pembelajaran Matematika di SMP adalah rendahnya
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah (Soal Cerita), khususnya soal non rutin
atau terbuka (open ended). Hal itu disebabkan salah satunya karena kelemahan siswa
dalam aspek-aspek kemampuan berfikir kreatif yang diperlukan untuk memecahkan
masalah. Untuk itu diperlukan pembelajaran yang sesuai, salah satunya adalah
pembelajaran dengan pengajuan masalah (problem posing).
Tahun 2010 pemerintah Indonesia mancanangkan sebagai tahun “Indonesia
Kreatif”. Pertanyaan yang muncul adalah : Apakah masyarakat Indonesia telah siap?
Apakah sekolah sebagai ujung tombak pembangunan sumber daya manusia, sudah
melakukan terobosan-terobosan kearah tersebut? Pertanyaan-pertanyaan itulah yang
akan membayangi kita. Dalam hal ini sekolah sebagai tempat menempah generasi
muda bangsa ini harus sudah mempersiapkan siswanya untuk mampu berfikir kreatif
(asosiasi bebas, imajinasi, intuisi dan rasa ingin tahudan selalu bertanya) sebagai dasar
untuk dapat hidup kreatif (mandiri, kreasi dalam berkarya, berbuat/bertindak luar biasa
dan inovatif). Salah satu mata pelajaran yang berpotensi untuk mengembangkan
kemampuan berfikir kreatif adalah matematika. Aspek penting yang ikut berkontribusi
dalam keberhasilan pendidikan matematika adalah pembelajaran dalam rangka
mengembangkan kemampuan berfikir siswa. Oleh sebab itu upaya peningkatan proses
pembelajaran matematika khususnya tentang mengembangkan kemampuan berpikir
matematik perlu dilakukan sejak dini dan secara berkesinambungan. Mengembangkan
kemampuan berpikir seperti berpikir kreatif sangat dibutuhkan dalam mempelajari
matematika, ilmu-ilmu lain dan teknologi dan bagi pengembangan diri siswa. Padahal
pelaksanaan pembelajaran matematika di SD, pengembangan kemampuan berfikir
umumnya kurang mendapat perhatian. Kebanyakan guru mengajar matemattika
menggunakan cara biasa (tradisional) yang hanya memfokuskan pada pelatihan symbol
![Page 2: Tugas Perkembangan Berfikir Kreatif](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082614/5695d3c11a28ab9b029f116c/html5/thumbnails/2.jpg)
matematika dan penerapan algoritma. Pembelajaran seperti ini kurang mendukung
pengembangan kemampuan berpikir kreatif siswa, dan akibatnya prestasi belajar
matematika siswa rendah.
Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kreatif matematis serta
menumbuhkan minat dan motivasi dalam belajar adalah dengan cara mengubah
pendekatan pembelajaran yang selama ini cenderung tradisional. Perubahan
pendekatan pembelajaran sangat perlu karena melalui pendekatan tersebut bagaimana
siswa dapat memahami konsep, prinsip, prosedur serta fakta yang dapat digunakan
dalam pemecahan masalah.
Kebanyakan orang diasumsikan kreatif, tetapi derajat kreativitasnya berbeda.
Gagasan tingkat berpikir kreatif siswa telah diungkapkan oleh para ahli melalui
berbagai penelitian. Siswa memiliki berbagai latar belakang dan kemampuan yang
berbeda. Mereka memiliki berbagai potensial dalam pola pikir, imajinasi, fantasi dan
kinerja. Oleh karena itu siswa memiliki berbagai tingkat berbagai kreatif. Oleh karena
itu perlu dikaji tingkat berpikir kreatif matematika siswa di dalam kelas.
II. Rumusan Masalah dan Tujuan
a. Rumusan Masalah
1. Apakah model Gestalt daam kreatifitas matematika masih diaplikasikan hingga
saat ini?
2. Apakah karakteristik dari proses berfikir kreatif dalam matematika?
3. Apakah penerapan pembelajaran pengajuan masalah (problem Posing) akan
meningkatkan kemampuan berfikir kreatif siswa kelas VIID di SMP Negeri 6
Sidoarjo?
4. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan
kemampuan matematis rendah yang mendapat pembelajaran open ended dengan
perlakuan pemberian tugas tambahan lebih baik daripada peningkatan kemampuan
berpikir kreatif siswa yang mendapat pembelajaran open ended tanpa perlakuan
pemberian tugas tambahan?
5. Apakah Pendekatan Matematika Realistik (PMR) dapat meningkatkan kemampuan
berpikir siswa SD?
![Page 3: Tugas Perkembangan Berfikir Kreatif](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082614/5695d3c11a28ab9b029f116c/html5/thumbnails/3.jpg)
b. Tujuan
1. Untuk Mendapatkan pandangan yang mendasar tentang kreativitas matematika,
terutama dalam menguji keterpakaian model gestalt
2. Untuk mengetahui karakteristik dari pemikiran para matematikawan dalam
menghasilkan keativitas matematikanya
3. Untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan pengajuan masalah (problem
posing) dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa dalam matematika.
4. Menelaah perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis antara
siswa dengan kemampuan matematis rendah yang mendapat pembelajaran open
ended dengan perlakuan pemberian tugas tambahan dan yang mendapat
pembelajaran open ended tanpa perlakuan pemberian tugas tambahan?
5. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa SD melalui
Pendekatan Matematika Realistik (PMR)
III. Kajian Pustaka
a. Berpikir
Presseisen (2001), berpikir secara umum diasumsikan sebagai proses kognitif, aksi
mental ketika pengetahuan diperoleh.
Sementara, menurut Fisher (dalam Ratnaningsih, (2007), berpikir berkaitan erat
dengan apa yang terjadi dalam otak manusia dan fakta-fakta yang ada di dunia,
berpikir mungkin bisa divisualisasikan, dan berpikir (apabila diekspresikan) bisa
diobservasi dan dikomunikasikan.
b. Berpikir Kreatif
Isaksen et al (Grieshober, 2004) mendefinisikan berpikir kreatif sebagai proses
konstruksi ide yang menekankan pada aspek kelancaran, keluwesan, kebaruan, dan
keterincian.
McGregor (2007), berpikir kreatif adalah berpikir yang mengarah pada pemerolehan
wawasan baru, pendekatan baru, perspektif baru, atau cara baru dalam memahami
sesuatu.
![Page 4: Tugas Perkembangan Berfikir Kreatif](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082614/5695d3c11a28ab9b029f116c/html5/thumbnails/4.jpg)
Martin (2009), kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan untuk menghasilkan
ide atau cara baru dalam menghasilkan suatu produk. Pada umumnya, berpikir kreatif
dipicu oleh masalah-masalah yang menantang.
Sharp (Briggs dan Davis, 2008) mengidentifikasi beberapa aspek berpikir kreatif,
yaitu kebaruan, produktivitas, dan dampak atau manfaat. Kebaruan merujuk pada
strategi penyelesaian masalah yang bersifat unik. Kebaruan tidak harus dikaitkan
dengan ide yang betul-betul baru, melainkan baru menurut siswa. Ketika siswa
menemukan solusi masalah untuk pertama kalinya, ia telah menemukan sesuatu yang
baru, setidaknya bagi dirinya sendiri. Produktivitas merujuk pada konstruksi sebanyak
mungkin ide, tak peduli apakah ide itu baru atau tidak. Sedangkan dampak atau
manfaat merujuk pada kebermanfaatan suatu ide. Dalam konteks pembelajaran, salah
satu bentuk dampak tersebut adalah meningkatnya kepercayaan diri siswa setelah
mampu menyelesaikan soal yang baru. Komponen dampak atau manfaat ini penting
dikemukakan karena betapapun suatu produk dikategorikan baru, tetapi bila tidak
bermanfaat atau bahkan merugikan, produk itu tidak dapat dikategorikan kreatif.
Harris (2000) terdapat tiga aspek kemampuan berpikir kreatif, yaitu kesuksesan,
efisiensi, dan koherensi. Kesuksesan berkaitan dengan kesesuaian solusi dengan
masalah yang diselesaikan. Efisiensi berkaitan dengan kepraktisan strategi
penyelesaian masalah. Sedangkan aspek koherensi berkaitan dengan kesatuan atau
keutuhan ide atau solusi. Ide yang koheren adalah ide yang terorganisasi dengan baik,
holistis, sinergis, dan estetis.
Martin (2009) mengemukakan tiga aspek kemampuan berpikir kreatif, yaitu
produktivitas, originalitas atau keaslian, dan fleksibilitas atau keluwesan. Produktivitas
berkaitan dengan banyaknya hasil karya yang dihasilkan. Originalitas berkaitan dengan
suatu hasil karya yang berbeda dengan hasil karya serupa di sekitarnya. Fleksibilitas
merujuk pada kemauan untuk memodifikasi keyakinan berdasarkan informasi baru.
Silver (1997) menyatakan bahwa kreativitas bukan sebagai domain segelintir individu
yang istimewa, melainkan lebih sebagai orientasi atau disposisi terhadap aktivitas
matematikyang dapat dikembangkan secara luas di sekolah-sekolah umum.
Munandar (2002) menyatakan bahwa kreativitas dapat dirumuskan sebagai
kemampuan yang mencerminkan aspek-aspek kelancaran, keluwesan, originalitas
dalam berfikir dan kemampuan mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya,
memperinci) suatu gagasan
![Page 5: Tugas Perkembangan Berfikir Kreatif](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082614/5695d3c11a28ab9b029f116c/html5/thumbnails/5.jpg)
Sriraman (2004) mendefinisikan kreativitas sebagai proses yang hasilnya tidak biasa,
solusi yang dalam dari persoalan yang diberikan dan terlepas dari tingkat
kompleksitas.
c. Berpikir Kreatif Matematis
Krutetski (Park, 2004) mendefinisikan kemampuan berpikir kreatif matematis sebagai
kemampuan menemukan solusi masalah matematika secara mudah dan fleksibel.
Holland (Mann, 2005) mengidentifikasi aspek-aspek kemampuan berpikir kreatif
matematis, yaitu kelancaran, keluwesan, keaslian, elaborasi, dan sensitivitas. Menurut
Livne (2008), berpikir kreatif matematis merujuk pada kemampuan untuk
menghasilkan solusi bervariasi yang bersifat baru terhadap masalah matematika yang
bersifat terbuka.
Ervynk (1991) menyatakan bahwa kreativitas matematik adalah kemampuan untuk
memecahkan masalah-masalah dan untuk mengembangkan pemikiran dalam struktur-
struktur dengan sifat deduktif logic. Konsep-konsep yang dihasilkan mengintegrasi ke
dalam hal-hal penting di matematik.
Pehnoken (1997), kreativitas tidak hanya terjadi pada bidang-bidang tertentu, seperti
seni, sastra,atau sains, melainkan juga ditemukan dalam berbagai bidang kehidupan,
termasuk matematika. Pembahasan mengenai kreativitas dalam matematika lebih
ditekankan pada prosesnya, yakni proses berpikir kreatif. Oleh karena itu, kreativitas
dalam matematika lebih tepat diistilahkan sebagai berpikir kreatif matematis. Meski
demikian, istilah kreativitas dalam matematika atau berpikir kreatif matematis
dipandang memiliki pengertian yang sama, sehingga dapat digunakan secara
bergantian.
Pentingnya kreativitas dalam matematika dikemukakan oleh Bishop (Pehnoken, 1997)
yang menyatakan bahwa seseorang memerlukan dua keterampilan berpikir matematis,
yaitu berpikir kreatif yang sering diidentikkan dengan intuisi dan kemampuan berpikir
analitik yang diidentikkan dengan kemampuan berpikir logis.
Kiesswetter (Pehnoken, 1997) menyatakan bahwa kemampuan berpikir fleksibel yang
merupakan salah satu aspek kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan
penting yang harus dimiliki siswa dalam menyelesaikan masalah matematika.
Pendapat ini menegaskan eksistensi kemampuan berpikir kreatif matematis.
![Page 6: Tugas Perkembangan Berfikir Kreatif](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082614/5695d3c11a28ab9b029f116c/html5/thumbnails/6.jpg)
d. Pengajuan Masalah (Problem Posing)
Problem Posing berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua kata yaitu problem
dan posing. Menurut Echols & Shadily (1990 : 448 & 439) “problem” diartikan
sebagai soal atau masalah sedangkan “posing” dari kata pose yang artinya
mengajukan. Dari kata tersebut maka dapat disimpulkan bahwa problem posing
diartikan mengajukan masalah/mengajukan soal.
Problem posing menurut Silver & Cay dalam Abdussakir (2009 :1) memiliki beberapa
pengertian yakni : (1) perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada
dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dipahami dalam rangka
memecahkan soal yang rumit, (2) perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat
pada soal yang telah diselesaiakan dalam rangka mencari alternatif pemecahan lain, (3)
perumusan soal dari informasi atau situasi yang tersedia, baik dilakukan sebelum,
ketika, atau setelah penyelesaian suatu soal.
Stoyanova dalam Abdussakir (2009:1) mengklasifikasikan informasi atau situasi
problem posing menjadi 3 bagian yakni (1) situasi yang bebas, (2) semiterstruktur dan
(3) terstruktur.
Problem posing merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran matematika.
National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) merekomendasikan agar dalam
pembelajaran matematika, para siswa diberikan kesempatan untuk mengajukan soal
sendiri. Surtini dkk (2003:13) menjelaskan bahwa pemberian soal merupakan kegiatan
yang mengarah pada sikap kritis dan kreatif.
Pengajuan masalah (problem posing) adalah tugas yang meminta siswa untuk
mengajukan atau membuat masalah (soal) baru sesudah menyelesaikan masalah awal
yang diberikan. Soal yang baru tersebut juga harus diselesaikan siswa sendiri atau
dipertukarkan dengan siswa lain.
Pengajuan masalah intinya merupakan tugas kepada siswa untuk membuat atau
merumuskan masalah sendiri yang kemudian dipecahkannya sendiri atau dipecahkan
teman lainnya
Dunlap (2001) menjelaskan bahwa pengajuan masalah sedikit berbeda dengan
pemecahan masalah, tetapi masih merupakan suatu alat valid untuk mengajarkan
berpikir matematis.
![Page 7: Tugas Perkembangan Berfikir Kreatif](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082614/5695d3c11a28ab9b029f116c/html5/thumbnails/7.jpg)
Moses (dalam Dunlap, 2001) membicarakan berbagai cara yang dapat mendorong
berpikir kreatif siswa menggunakan pengajuan masalah. Pertama, memodifikasi
masalah-masalah dari buku teks. Kedua, menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang
mempunyai jawaban ganda. Masalah yang hanya mempunyai jawaban tunggal tidak
mendorong berpikir matematika dengan kreatif, siswa hanya menerapkan algoritma
yang sudah diketahui.
e. Teori Gestalt
Kreativitas pembentukan Gestalt dari pola-pola yang kurang terstruktur
Kreativitas dimulai dari permasalahan
Kreativitas menghaslkan gagasan baru/insight melalui imajinasi bukan melalui
pikiran logis yang realistis
Empat tahap berpikir kreatif menurut Gestalt :
1. Preparation (Persiapan)
2. Inkubation (Inkubasi)
3. Illumination (Illuminasi)
4. Verification (Verifikasi)
f. Open Ended
Masalah matematika yang memiliki berbagai macam cara penyelesaian atau lebih dari
satu jawaban yang benar disebut open ended. Pendekatan open ended lebih
menekankan pada proses atau bagaimana seorang siswa sampai pada hasil. Hal ini
sejalan dengan pendapat Suherman, (2001:113) yang menyatakan bahwa masalah yang
diformulasikan tidak mendapat jawaban tunggal yang benar disebut open ended.
Menurut Shimada (1997) bahwa pendekatan pembelajaran yang menampilkan suatu
problem yang dapat diselesaikan dengan multi jawaban atau metode solusi disebut
pendekatan open ended. Menurut Nohda (Suherman, 2001) tujuan pembelajaran open
ended untuk membantu mengembangkan kegiatan kreativitas dan pola piker matematis
siswa melalui problem solving secara simultan.
Pendekatan open ended memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan
eksplorasi, menemukan, mengenali dan memecahkan masalah dengan berbagai cara.
Melalui pendekatan open ended siswa diberi kebebsan untuk mengemukakan ide atau
gagasan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan siswa itu sendiri.
![Page 8: Tugas Perkembangan Berfikir Kreatif](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082614/5695d3c11a28ab9b029f116c/html5/thumbnails/8.jpg)
g. Pembelajaran Matematika Realistic
Pembelajaran yang menggunakan PMR, dimulai dari mengerjakan masalah yang
langsung dalam kehidupan sehari-hari (matematika realistic). Melalui mengerjakan
masalah matematika yang dikenal dan berlangsung dalam kehidupan nyat, siswa
membangun konsep dan pemahaman matematika mereka dengan menggunakan naluri,
insting, daya nalar dan konsep yang sudah diketahui. Mereka membentuk sendiri
struktur pengetahuan matematika merekamelalui bantuan guru dengan mendiskusikan
kemungkinan alternative jawaban yang ada. Membangun konsep dan pemahaman
matematika inilah yang dapat menunjang kemampuan berpikir kreatif siswa.
Hipotesis Penelitian
1. Proses Kreativitas para matematikawan mengikuti empat model Gestalt
2. Interaksi social, perbandingan, heuristic, intuisi dan pembuktian adalah
karakteristik umum dari kreativitas matematika
3. Pembelajaran dengan pengajuan masalah (problem posing) dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa
4. Peningkatan Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan kemampuan
matematis rendah yang mendapat pembelajaran open ended dengan perlakuan
pemberian tugas tambahan lebih baik daripada peningkatan kemampuan berpikir
kreatif siswa yang mendapat pembelajaran open ended tanpa perlakuan pemberian
tugas tambahan
IV. Metode Penelitian
a. Penelitian pertama
Penelitian ini menggunakan metode wawancara sebagai metode utama yang
dimodifikasi dengan kuisioner dari L’Enseigemen Mathematique (1902) dan Muir
(1988).Rasionalisasi dari penggunaan kuisioner yang sudah dimodifikasi adalah untuk
memungkinkan para matematikawan mengekspresikan dirinya secara bebas ketika
merespon pertanyaan-pertanyaan umum dan untuk menguji keterpakain model gestalt.
Oleh karena itu instrument yang disusun dimodifikasi untuk mengoperasionalkan teori
gestalt dan untuk mendorong munculnya ide alami.
Lima matematikawan dari Fakultas Pascasarjana matematika untuk program doktor
(Ph.D) yang berada di Universitas-Universitas Barat yang dipilih. Para matematikawan
![Page 9: Tugas Perkembangan Berfikir Kreatif](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082614/5695d3c11a28ab9b029f116c/html5/thumbnails/9.jpg)
dipilih berdasarkan kecakapan(kepandaian) dan bermacam-macam bidang matematika
yang telah dikerjakan, diukur berdasarkan berdasarkan banyaknya makalah yang
diterbitkan dalam jurnal-jurnal terkemuka, disamping itu berbagai kajian matematika
telh mereka lakukan dalam penelitian-penelitiannya. Empat orang matematikawan
yang dipilih berkedudukan sebagai profesor penuh, mereka telah mengabdikan diri
sebagai para matematikawan selama kurang lebih 30 tahun. Satu dari matematikawan
tersebut masih muda tetapi sudah berkedudukan sebagai asosiate profesor. Selrurh
wawancara dilaksanakan secara formal, dengan setting ruangan tertutp, di ruangan
kantor mereka masing-masing. Wawancara yang dilaksanakan direkam oleh tape
recorder.
b. Penelitian kedua
Penelititan dilakukan menggunakan Penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua
siklus dengan tiap-tiap siklus 2 kali pertemuan. Untuk dapat melihat kemampuan
berfikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah garis dan sudut dan persentase
kebenarannya, maka sebelumnya di berikan tes diagnostic yang berfungsi sebagai
evaluasi awal (initial evaluation). Prosedur penelitian meliputi (1) perencanaan
(planning), (2) pelaksanaan tindakan (action), (3) observasi (observation), dan (4)
refleksi (reflection) dalam setiap siklus
c. Penelitian ketiga
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen, sedangkan desain
penelitiannya adalah randomized pretes-postes control group design. Penelitian ini
dilakukan di salah satu SMU negeri di Kabupaten Muna. Populasinya adalah seluruh
siswa SMU kelas XI semester 2 tahun pelajaran 2007/2008. Sebagai sampel penelitian,
peneliti memilih 2 kelas siswa SMU Negeri 1 Napabalano yang terdiri dari kelas
eksperimen dan kelas control. Pemilihan kedua kelas tersebut dengan menggunakan
teknik Cluster Random Sampling. Untuk memperoleh data dalam penelitian digunakan
dua macam instrument yaitu 1) Bentuk tes, yang terdiri dari seperangkat soal untuk
mengukur kemampuan berpikir kreatif 2) Bentuk non tes, yang terdiri dari skala sikap
siswa, lembar pengamatan kegiatan pembelajaran siswa.
![Page 10: Tugas Perkembangan Berfikir Kreatif](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082614/5695d3c11a28ab9b029f116c/html5/thumbnails/10.jpg)
d. Penelitian keempat
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen, populasi penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas V SD di Kota kendari. Sedangkan sampel di ambil dari dua sekolah level
sedang. Pada masing-masing sekolah diambil dua kelas dengan teknis purpose
sampling, satu kelas menjadi kelas eksperimen dan satu kelas lainnya menjadi kelas
control. Disamping itu siswa dikelompokkan berdasarkan kategori tingkat kemampuan
matematika tinggi, sedang dan rendah. Desain penelitian yang digunakan adalah desain
kelompok control non-ekuivalen.
Teknik Analisis Data
Karena kreativitas adalah suatu konstruksi yang luar biasa rumit yang meliputi ruang
lingkup yang luas dari interkasi sikap dan kemampuan. Sehingga peneliti sangat yakin
bahwa penelitian ini harus dilakukan secara holistik. Prinsip induksi analisis ( Patton,
2002) diguanakan dalam transkrip wawancara untuk menemukan tema dominan yang
menjelaskan kelakuan selama penelitian.
Data hasil tes dianalisis dengan Rumus Gain ternormlisasi (N-Gain), yaitu
membandingkan skor pretes dan postes.
Rumus yang digunakan adalah : Indeks Gain = Postes−P retes
Skor MAksimum−P retes Meltzer,
(Kurniawan : 2006)
Kriteria indeks Gains (g) adalah : g > 0,7 (tinggi); 0,3 < g ≤ 0,7 (sedang); ≤ 0,3
(rendah) Hake (Guntur, 2004).
Data yang diperoleh dari hasil tes, kemudian diolah dengan langkah-langkah sebagai
berikut : (1) Menguji normalitas data tes kedua kelompok dengan uji Chi – kuadrat; (2)
Menguji homogenitas varians data tes akhir kedua kelompok; (3) Uji perbedaan dua
rata-rata pada kedua kelompok dengan melakukan uji -t
Data kemampuan berpikir kreatif diperoleh melalui tes kemampuan berpikir kreatif
(KBK). Tes tersebut diberikan kepada siswa kelompok eksperimen dan kelompok
control, sebelum perlakuan (pretes) dan setelah perlakuan (postes). Skor pretes dan
![Page 11: Tugas Perkembangan Berfikir Kreatif](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082614/5695d3c11a28ab9b029f116c/html5/thumbnails/11.jpg)
postes kemudian dihitung gain ternormalisasinya (N gain). Analisis data menggunakan
uji-t Data n-Gain KBK
V. Hasil penelitian
1. Secara umum proses kreatif para matematikawan mengikuti empat model Gestalt
yaitu preparation, incubation, illumination dan verification. Ditemukan pula
bahwa interaksi social, perbandingan, heuristic, intuisi dan pembuktian adalah
karakteristik umum dari kreativitas matematika.
2. Pembelajaran dengan pengajuan masalah belum meningkatkan empat aspek
kemampuan berfikir siswa, terutama fleksibilatas dalam memecahkan masalah.
Tetapi untuk aspek pemahaman terhadap informasi masalah kebaruan dan
kefasihan dalam menjawab soal mengalami peningkatan..
3. Kemampuan pengajuan masalah siswa meningkat dengan ditunjukkan semakin
banyaknya siswa yang dapat membuat soal sekaligus penyelesaiannya dengan
benar.
4. Siswa dan guru member respon positif terhadap pembelajaran yang dilakukan
dengan pengajuan masalah. Hambatan terutama ketika menghadapi siswa yang
heterogen dan memerlukan penanganan berbeda-beda ketika penerapan
pembelajaran dengan pengajuan masalah.
5. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan kemampuan matematis
rendah yang mendapat pembelajaran open ended dengan perlakuan pemberian
tugas tambahan lebih baik daripada kemampuan berpikir kreatif siswa yang
mendapat pembelajaran open ended tanpa perlakuan pemberian tugas tambahan.
6. Siswa yang mendapat PMR memperoleh peningkatan kemampuan berpikir kreatif
yang lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran biasa, baik ditinjau
dari keseluruhan siswa maupun berdasarkan tingkat kemampuan matematika siswa
(tinggi, sedang, rendah). Di samping itu pembelajaran dan tingkat kemampuan
matematika siswa berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan berpikir
kreatif siswa.
![Page 12: Tugas Perkembangan Berfikir Kreatif](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082614/5695d3c11a28ab9b029f116c/html5/thumbnails/12.jpg)
VI. Implikasi/saran
1. Bagi peneliti yang mereplikasi penelitian ini pada sekolah/kelas atau materi yang
berbeda perlu memperhatikan pemilihan “masalah” yang setara untuk tiap siklus
atau pertemuan
2. Untuk penelitian selanjutnya (penelitian lain) mungkin perlu lebih memfokuskan
pada penerapan pengajuan masalah untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah, karena pemecahan masalah sendiri masih merupakan kesulitan bagi siswa
3. Meskipun penerapan pengajuan masalah belum meningkatkan semua aspek
kemampuan berfikir kreatif, tetapi telah menunjukkan manfaat dalam
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, aktivitas siswa ataupun
kemampuan berfikir kritis siswa, sehingga dapat diterapkan untuk materi yang lain
maupun kelas lain.
4. Pembelajaran dengan pendekatan PMR harus terus dilanjutkan karena berpotensi
besar untuk mengembangkan kreativitas siswa berkemampuan matematika sedang
5. Perangkat pembelajaran (RPP, LAS, soal-soal latihan/PR) dan tes kemampuan
berpikir kreatif matematikyang dihasilkan dalam penelitian ini dapat dijadikan
acuan bagi guru SD untuk menerapkan pendekatan matematika realistik
![Page 13: Tugas Perkembangan Berfikir Kreatif](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082614/5695d3c11a28ab9b029f116c/html5/thumbnails/13.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Awaludin. 2009. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pada
Siswa Dengan Kemampuan Matematis Rendah Melalui Pembelajaran Open Ended
dengan Pemberian Tugas Tambahan.
Lambertus. 2010. Peningkatan Kemampuan Berpikir kreatif Siswa SD melalui
Pendekatan matematika realistic. Jurnal Pendidikan Matematika universitas
Haluoleo, Kendari. Juli 2010, Volume 1, Nomor 2, ISSN : 2086-8235, hal 153-166.
Siswono,TYE. 2005. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kretif siswa
Melalui pengajuan Masalah. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains ,FMIPA
Universitas Yogyakarta. Tahun X, No. 1, Juni 2005. ISSN 1410-1866, hal 1-9.
Sriraman, B. 2004. The Characteristics of Mathematical Creativity. Tersedia :
http://www.barathsriraman.edu.vn/cstc/en/creative/conten.html.