tugas pengelolaan b3
TRANSCRIPT
-
5/26/2018 TUGAS PENGELOLAAN B3
1/36
TUGAS PENGELOLAAN B3
TL - 3204
CRADLE TO GRAVE LIMBAH PERTAMBANGAN (TAILING)
Kelompok IV:
Camelia Indah M. 15307060
Luciana Stephanie 15307062
Pratiwi Utamiputri 15307064
Kania Mayang L. 15307068
Ayu Disa Anissa S. 15307070
Adisty Dwi U. 15307072
Adhiet Bayu W. 15307074
Titis Sekar N. 15307076
Sonya Christania 15307078
Sarah Ayunita 15307080
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
-
5/26/2018 TUGAS PENGELOLAAN B3
2/36
2010BAB I
PENDAHULUAN
1. Gambaran UmumPertambangan adalah usaha mengelola sumberdaya alam yang tidak terbaharui dengan
mengambil mineral berharga dari dalam bumi. Pertambangan memang memiliki potensi untuk
merusak lingkungan. Dewasa ini paradigma pertambangan sudah mulai bergeser dari pilar
keuntungan ekonomi menjadi tiga pilar, yaitu orientasi ekonomi, kesejahteraan sosial dan
perlindungan lingkungan. Berlanjutnya sistem ekologi di sekitar wilayah pertambangan sangat
berkaitan pula dengan daya dukung wilayah tersebut. Hal ini disebabkan karena sumberdaya pada
suatu daerah yang telah terganggu oleh aktivitas penambangan memiliki batas kemampuan untuk
menghadapi perubahan, mendukung sistem kehidupan, serta menyerap limbah.
Potensi penurunan fungsi lingkungan yang masih mungkin terjadi adalah akibat masuknya
tailing sebagai hasil sampingan produk pertambangan ke dalam lingkungan. Karena pembuangan
tailingini berjalan terus seiring produksi perusahaan maka volume yang dikeluarkan juga akan ada
dalam jumlah besar sehingga perlu pengelolaan yang kontinyu dan akurat.
Pengertian Tailing
Tailing adalah satu jenis limbah yang dihasilkan oleh kegiatan tambang. Selain tailing
kegiatan tambang juga menghasilkan limbah lain, seperti: limbah batuan keras (overburden), limbah
minyak pelumas, limbah kemasan bahan kimia, dan limbah domestik. Limbah-limbah itu hanyalah
salah satu bagian dari sekian banyak permasalahan pertambangan yang ada.
Tailing sebenarnya merupakan limbah yang dihasilkan dari proses penggerusan batuan
tambang (ore) yang mengandung bijih mineral untuk diambil mineral berharganya. Tailing
umumnya memiliki komposisi sekitar 50% batuan dan 50% air sehingga sifatnya seperti lumpur
(slurry). Sebagai limbah, tailing dapat dikatakan sebagai sampah dan berpotensi mencemarkan
lingkungan baik dilihat dari volume yang dihasilkan maupun potensi rembesan yang mungkin terjadi
pada tempat pembuangan tailing. Tailing hasil ekstraksi logam seperti emas dan nikel umumnya
masih mengandung beberapa logam dengan kadar tertentu. Logam ini berasal dari logam yang
-
5/26/2018 TUGAS PENGELOLAAN B3
3/36
terbentuk bersamaan dengan proses pembentukan mineral berharga itu sendiri. Mineral yang
mengandung emas dan perak biasanya berasosiasi dengan logam perak, besi, krom, seng dan
tembaga seperti kalkokpirit (CuFeS2) dan berbagai mineral sulfida lain sehingga dapat dikatakan
bahwa limbah tailingdapat mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3).
Karena di dalam tailingkandungan logam berharga sudah sangat sedikit dan dalam jumlah
yang tidak ekonomis, maka tailingini biasanya dibuang. Perbandingan logam berharga sepeti emas
dan tailingsangat besar. Untuk penambangan emas dan perak secara bawah tanah di Jawa Barat,
dalam satu ton bijih batuan hanya mengandung rata-rata Au 9 gr/ton dan Ag 96 gr/ton (Antam,
2006). Sedangkan di daerah lain yang menambag emas porfiri dan tembaga hanya dengan kadar
rata-rata hanya Au 0,3 gr/ton dan Ag 1,06 gr/ton.
Perbedaan volume dan kadar yang besar ini menyebabkan jumlah tailinghasil pengolahan
dan penambangan sangat besar. Untuk penambangan dengan sistem open pit, jumlahnya sangat
besar. Sebuah tambang tembaga asing menghasilkan 40 juta ton tailing per tahunnya kemudian
dengan skala lebih besar lagi menghasilkan lebih dai 81 juta ton tailingtiap tahunnya.
Limbah tailing berasal dari batu-batuan dalam tanah yang telah dihancurkan hingga
menyerupai bubur kental oleh pabrik pemisah mineral dari bebatuan. Proses itu dikenal dengan
sebutan proses penggerusan. Batuan yang mengandung mineral seperti emas, perak, tembaga dan
lainnya,diangkut dari lokasi galian menuju tempat pengolahan yang disebut Processing Plant
dimana proses penggerusan dilakukan. Setelah bebatuan hancur menyerupai bubur, biasanya
dimasukan bahan kimia tertentu seperti sianida atau merkuri agar mineral yang dicari mudah
terpisah. Mineral yang berhasil diperoleh biasanya berkisar antara 2% sampai 5% dari total bantuan
yang dihancurkan. Sisanya sekitar 95% sampai 98% menjadi tailing, dan dibuang ketempat
pembuangan.
Dalam kegiatan pertambangan skala besar, pelaku tambang selalu mengincar bahan
tambang yang tersimpan jauh didalam tanah,karena jumlahnya lebih banyak dan memiliki kualitas
lebih baik.Untuk mencapai wilayah konsentrasi mineral didalam tanah,perusahaan tambang
melakukan penggalian dimulai dengan mengupas tanah bagian atas yang disebut tanah pucuk (top
soil). Top soil ini kemudian disimpan disuatu tempat agar bisa digunakan lagi untuk penghijauan
pasca penambangan. Setelah pengupasan tanah pucuk, penggalian batuan tak bernilai dilakukan
agar mudah mencapai konsentrasi mineral. Karena tidak memiliki nilai, batu-batu itu dibuang
sebagai limbah, dan disebut limbah batuan keras (overburden). Tahapan selanjutnya adalah
-
5/26/2018 TUGAS PENGELOLAAN B3
4/36
menggali batuan yang mengandung mineral tertentu, untuk selanjutnya dibawah ke processing
plantdan diolah. Pada saat pemrosesan inilah tailingdihasilkan.
Sebagai limbah sisa batuan-batuan dalam tanah, tailing pasti memiliki kandungan logam
lain ketika dibuang. Tailing hasil penambangan emas biasanya mengandung mineral inert (tidak
aktif). Mineral itu antara lain: kuarsa, klasit dan berbagai jenis aluminosilikat. Walau demikian,tidak
berarti tailingyang dibuang tidak berbahaya. Sebab, tailinghasil penambangan emas mengandung
salah satu atau lebih bahan berbahaya beracun seperti; Arsen (As), Kadmium (Cd), Timbal (pb),
Merkuri (Hg) Sianida (Cn) dan lainnya. Logam-logam yang berada dalam tailing sebagian adalah
logam berat yang masuk dalam kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Pada awalnya
logam itu tidak berbahaya jika terpendam dalam perut bumi. Tapi ketika ada kegiatan tambang,
logam-logam itu ikut terangkat bersama batu-batuan yang digali, termasuk batuan yang digerus
dalamprocessing plant. Logam-logam itu berubah menjadi ancaman ketika terurai dialam bersama
tailingyang dibuang.
TailingSebagai Limbah
Pengertian limbah berdasarkan PP No. 19/1994 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun adalah bahan sisa pada suatu kegiatan dan atau proses produksi. Jika
melampaui nilai ambang batas dapat membahayakan lingkungan di sekitarnya. Tailingberpotensi
sebagai sumber pencemar lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan
pengotoran lingkungan, pencemaran air dan tanah. Pengertian tailingdiatas dapat diartikan sebagai
limbah pada sisa aktivitas pengolahan dan penambangan, tidak terpakai, karena membahayakan
lingkungan harus dikelola dari lingkungan. Dengan demikian diperlukan biaya yang tidak sedikit
untuk mengelola tailingini.
Tailing penambangan emas sebagai limbah adalah sisa setelah terjadi pemisahan
konsentrat atau logam berharga dari bijih batuan di pabrik pengolahan, bentuknya merupakan
batuan alami yang telah digerus. Dalam artian sebagai limbah, tailingini tidak bernilai karena hanya
sebagai produk sisa atau buangan dari pengambilan emas dan perak.
TailingSebagai Sumberdaya
Dilain pihak terdapat pengertian bahwa tailingmerupakan potensi sumberdaya yang dapat
dimanfaatkan sehingga mempunyai nilai tambah sebagai produk yang dapat dimanfaatkan kembali
-
5/26/2018 TUGAS PENGELOLAAN B3
5/36
menjadi produk lain. Dengan demikian diharapkan dapat menghasilkan nilai tambah dari hanya
sekedar limbah yang tidak termanfaatkan.
Tailing sebagai sumberdaya telah mulai dimanfaatkan di beberapa perusahaan
pertambangan baik di dalam maupun luar negeri. Komposisi utama tailinghasil penambangan emas
umumnya adalah kuarsa, lempung silikat dan beberapa logam yang terkandung di dalamnya
(Prasetyo, 2005). Komposisi tailing seperti ini ditambah lagi dengan ukuran yang halus membuat
banyak tailing dimanfaatan sebagai media tanam untuk reklamasi, pengurukan lahan reklamasi
dengan sistem cutt and fill serta pembuatan bahan bangunan dan agregat. Untuk pembuatan bahan
bangunan dan beton ini, tailingdigunakan sebagai bahan utama dan ditambahkan beberapa bahan
aditif lainnya.
-
5/26/2018 TUGAS PENGELOLAAN B3
6/36
BAB II
LIMBAH TAILING DAN PENANGANANNYA
1. KasusKasus yang Terkait Mengenai Limbah TailingPT. Newmont Minahasa Raya (PT. NMR) adalah perusahaan kontrak karya
pertambangan emas yang berlokasi di Kabupaten Minahasa dan Kabupaten Bolaang
Mongodow, Propinsi Sulawesi Utara. Kontrak Karya (KK) antara PT. NMR dengan Pemerintah
Republik Indonesia ditandatangani pada tanggal 2 Desember 1986. Dokumen AMDAL PT. NMR
disetujui pada tanggal 17 November 1994. PT. NMR telah mulai berproduksi sejak mulai bulan
Maret 1996
Permasalahan
Sistem Penempatan Limbah Bawah Laut/Tailingdimana PT. Newmont Minahasa Raya
(PT. NMR) adalah perusahaan tambang emas yang menerapkan Sistem Penempatan Tailing
Bawah Laut/ Submerine TailingPlacement (STP) terhadap hasil akhir proses pengolahan emas
yang dilakukan. TailingPT. NMR berupa lumpur kental (slurry) yang terdiri atas air dan partikel
batuan yang sangat halus (>70 mikron) yang dihasilkan dari proses penghancuran, penggilingan
dan pemanggangan terhadap batuan-batuan yang mengandung emas. Perbandingan antara
padatan dan cairan dari tailingini adalah kurang lebih 40% padatan dan 60% cairan.
Penempatan tailingdalam bentuk lumpur kental (slurry) disalurkan lewat pipa didasar
laut sampai kedalaman 82 meter dan dengan perbedaan densitas antara tailing dan air Iaut
membuat tailingmengendap ke dasar Iaut.
Bagian penting dari suatu proses pengelolaan emas adalah dimana tailing akan
ditempatkan sesudah proses produksi. PT. Newmont Minahasa Raya merupakan perusahaan
tambang yang memanfaatkan dasar laut sebagai media untuk menempatkan tailing yang
dihasilkan dari proses penambangan.
Dalam dokumen AMDAL disebutkan bahwa tailing hasil pengolahan bijih emas akan
ditempatkan di bawah laut melalui pipa, dengan ujung pipa pada kedalaman 82 meter di bawah
permukaan laut pada jarak sekitar 800 meter dari pantai. Sistem penempatan tailingdibawah
-
5/26/2018 TUGAS PENGELOLAAN B3
7/36
ini disebut Submarine Tailing Placement (STP). Pemilihan sistem ini didasarkan pada
pertimbangan kondisi lingkungan di sekitar pertambangan.
Dampak utama yang penting dari sistem ini adalah pengendapan dan penimbunan yang
timbul akibat penempatan tailing didasar laut. Submarine Tailing Placement (STP) atau
Submarine Tailing Disposal (STD) atau sistem pembuangan limbah tailing ke dasar laut,
pertama-tama digunakan pada tahun 1971 oleh perusahaan tambang emas Island Copper
Mine (ICM), Canada, dimana merupakan basis dari STD didesain dan dikembangkan untuk
kegiatan pertambangan emas di daerah pesisir (Ellis, et al.1995a). Sampai saat ini, sistem
tersebut digunakan oleh pertambangan lainnya yang mempunyai sistem yang sama dengan
milik ICM, diantaranya adalah PT. Newmont Minahasa Raya (PT. NMR) Manado dan PT.
Newmont Nusa Tenggara (PT. NNT) di Indonesia.
Namun, masih terdapat pro dan kontra seputar penggunaan STD/STP di beberapa
negara. Hal ini terjadi karena sistem tersebut masih menjadi perdebatan apakah aman
terhadap lingkungan, dan beberapa isu-isu lingkungan lainnya berkembang di negara yang
menggunakan sistem tersebut. Penelitian limbah tailing sebelumnya menyebutkan bahwa
komposisi bahan kimia tailingpada tingkat tertentu dapat menyebabkan pencemaran perairan
yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat di sekitar lokasi pembuangan dan juga dapat
menyebabkan rusaknya sumber daya ikan di sekitar lokasi pembuangan tailingpada dasarnya
ada beberapa dampak penting yang secara konsisten terjadi di daerah pertambangan yangmenggunakan STD/STP sekalipun pengontrolan dilakukan salah satu dampak tersebut adalah
penutupan daerah dasar perairan dan bioakumulasi logam (Ellis,1988) dampak tersebut
meliputi aspek fisik, biologi dan kimia.
Terdapat perbedaan pendapat yang berkembang dengan model pengelolaan limbah
tailingdengan menggunakan STD/STP, yaitu kelompok yang menyatakan bahwa limbah tailing
tidak menyebabkan degradasi sumber daya dan lingkungan biofisik perairan Teluk Buyat.
Pendapat ini berdasarkan kepada alasan teknis bahwa limbah tailing telah di tetapkan di
perairan dengan kedalaman dibawah lapisan termoklin. Lapisan termoklin ini sangat stabil dan
dapat mencegah (menghalangi) naiknya masa air dasar yang telah tersaluri tailing ke
permukaan. Pendapat yang lain menyatakan bahwa perairan di sekitar teluk buyat telah
menurunkan kualitas perairannya secara signifikan. Hal ini menurut mereka di buktikan dengan
tingkat kekeruhan yang tinggi dan menurunnya sumberdaya perikanan.
-
5/26/2018 TUGAS PENGELOLAAN B3
8/36
Berdasarkan surat keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup/Kepala Bapedal No.
B1456/BAPEDAL/07/2000 tentang pembuangan limbah tailing ke Teluk Buyat, PT. NMR di
haruskan untuk memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan dan melakukan studi Ecological
Risk Assessment (ERA). Studi ERA tersebut telah dilaksanakan dalam waktu 6 bulan sesuai
dengan batas waktu yang di berikan, dan telah di sampaikan kepada Menteri Negara
Lingkungan Hidup/Kepala BAPEDAL pada tanggal 11 Januari 2001. Di dalam salah satu tugas
KLH adalah melakukan pemantauan kualitas lingkungan, untuk memenuhi banyaknya
pertanyaan tentangkualitas lingkungan di lokasi kegiatan pertambangan. Untuk memenuhi
tugas tersebut maka dilakukan pemantauan kualitas lingkungan di daerh pertambangan PT.
Newmont Minahasa Raya, khususnya di Teluk Buyat sebagai lokasi tempat penimbunan tailing.
2. Submarine Tailing Disposal(STD)Pembuangan tailing ke laut kini semakin digemari. Penelitian dan kampanye dilakukan
pendukung STD agar publik memberi dukungan terhadap sistem itu. Semula pembuangan tailingke
laut dikenal dengan sebutan Submarine Tailing Disposal (STD). Jika diterjemahkan bebas menjadi
pembuangan tailingbawah laut. Istilah STD kurang oleh perusahaan pertambangan karena ada kata
disposalberarti pembuangan. Mereka lebih suka menggunakan Submarine Tailing Placement(STP),
karena terdapat kataplacementberarti penempatan. STP bermakna seakan-akan perusahaan tidak
membuang tailingke laut akan tetapi menempatkannya di laut.
Selain istilah STD dan STP masih terdapat istilah lain, yaitu DSTP (Deep Sea Tailings
Placement) atau penempatan tailingdi Iaut dalam. Istilah itu pun dipopulerkan oleh perusahaan
pertambang. Terlepas dari politik penggunaan bahasa, ketiga istilah tersebut pada prinsipnya sama,
yaitu membuang tailing di laut. Katup pengaman STD yang diyakini perusahaan pertambangan
adalah lapisan termoklin. Lapisan dipandang mampu menghalangi munculnya tailingkepermukaan.
Di Indonesia, STD pertama kali digunakan oleh PT. Newmont Minahasa Raya (NMR) di Minahasa,
Sulawesi Utara. Kemudian diikuti oleh PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) di Sumbawa Nusa
Tenggara Barat.
Dalam asumsi dasar, tailing yang dibuang ke laut berbentuk lumpur kental yang
mengandung 45-45% padatan. Berat jenis kurang lebih 1,336 kg/m. Berat jenis ini lebih besar dari
densitas air laut, yaitu kurang lebih 1,028 kg/m3. Oleh karenanya tailingakan mengalir sepanjang
-
5/26/2018 TUGAS PENGELOLAAN B3
9/36
dasar laut. Semakin lama kecepatannya semakin berkurang. Akhirnya padatan tailing akan
mengendap di dasar laut sebagai sedimen. Pergerakan tailing akan stabil karena ditahan oleh
lapisan termoklin.
Untuk mendukung pembuangan tailingke laut, perusahaan membangun tangki pengumpul
tailing, pompa lumpur sentrifugal, jalur pipa baja di darat, fasilitas stasiun katup pembuangan
limbah (choke station), instrumentasi dan utilitas di tepi pantai. Pipa pembuangan limbah terbuat
dari HDPE dan diberi cincin-cincin pemberat yang terbuat dari baja.
Mulanya, tailing akan melalui proses dekstruksi sianida dan detoksifikasi di pabrik
pengolahan. Hasilnya tailing menjadi lumpur kental. Lumpur ini bisa memiliki suhu antara 40C
sampai 50C Dalam padatan tailing terdapat partikel-partikel yang sangat halus. Lebih dari 93%
partikel tersebut berukuran lebih halus dari 74 mikron. Selanjutnya tailingditampung pada tangki
pengumpul. Dengan bantuan pompa sentrifugal tailingdialirkan melalui pipa menuju bawah laut.
Stasiun pengatur yang terletak di tepi pantai bertugas mengatur aliran menurut berbagai
laju produksi dan berat jenis lumpur (slurry) . Secara teoritik asumsi dan teknologi yang digunakan
bisa saja benar. Tapi yang terjadi di lokasi NMR dan NNT menunjukkan tingkat ketepatan asumsi
dan teknologi diragukan. Beberapa kali pipa tailingkedua perusahaan itu pecah. Apalagi termoklin
yang diagungkan ternyata digugat banyak pihak. Faktor turbulance dan upwelling yang mampu
menyebarkan tailingsemakin menguatkan keraguan bahwa STD tidak seaman yang didengungkan
perusahaan penggunanya.
Dampak - Dampak STD
Dampak utama STD yang berpengaruh negatif pada lingkungan hidup terdiri dari : rusaknya
bentang dasar laut dan ekosistemnya, ancaman terhadap perikanan, struktural masyarakat nelayan;
mengancam keselamatan hidup, degradasi habitat dan ekosistem laut, dan dampak sosial lain,
seperti terbukanya konflik horisontal, trauma sosial, serta penggunaan kekuasaan untuk menekan
masyarakat yang menolak STD. Dampak-dampak itu dikelompokkan dalam lima kelompok utama,
sebagai berikut :
1. Pertama, rusaknya bentang dasar laut dan ekosistemnya. Bentang dasar laut dan ekosistemnyamerupakan bagian paling rawan terpengaruh pembuangan tailing melalui sistem STD. Secara
normal, ketika tailing keluar dari mulut pipa pembuangan, mengakibatkan kondisi air di
sekitarnya jadi keruh. Tingkat kekeruhan air laut menghambat penetrasi cahaya matahari.
-
5/26/2018 TUGAS PENGELOLAAN B3
10/36
Kondisi ini akan megganggu terjadinya proses fotosintesis didaerah perairan. Padahal proses
tersebut ikut mengatur keseimbangan senyawa kimia dan mineral lainnya, seperti kandungan
oksigen pada air laut. Akibat selanjutnya adalah keseimbangan kimia dan biologi perairan jadi
terganggu. Selain itu tailingyang mengendap di dasar laut, menutup permukaan bentang dasar
laut. Rantai makanan jadi terputus karenanya. Tailing didasar laut juga member! dampak buruk
bagi benthos dan biota dasar laut lainnya. Bagi biota yang bisa migrasi, segera mengungsi ketika
tailing datang menggangu habitatnya. Namun sebagian besar habitat dasar laut akan
matimassal saat tailingdatang menutupi. Dengan demikian dapat dipastikan, secara teoritik pun
faktanya, STD secara sistematis merusak bentang dasar laut beserta ekosistemnya.
2. Kedua, STD merusak bentang dasar laut. Salah satu bukti bahwa STD merusak bentang dasarlaut tersirat dalam kajian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Lingkungan Hidup dan
Sumberdaya Alam (PPLH) Universitas Sam Ratulangi (UNSRAT). Hasil kajian Kelayakan
Pembuangan Limbah Tailing ke Laut di Perairan Teluk Buyat yang dilakukan lembaga itu
menemukan perubahan bentuk Bhatimetry (bentang lahan) perairan Teluk Buyat.
Sebagaimana diketahui Teluk Buyat merupakan lokasi pembuangan limbah tailing Newmont
Minahasa Raya, Hasil pengukuran menemukan limbah tailingsetebal 10 meter pada kedalaman
80 - 90 meter (sekitar mulut pipa buangan) yang tersebar (deposisi) memenuhi semua tempat di
dasar laut mulai kedalaman >60 meter.Hasil penelitian itu juga menyebutkan bahwa akibat
kondisi perairan yang demikian memberi dampak pada usaha perikanan masyarakat setempat.
Khususnya terhadap kualitas hasil tangkapan mereka.
3. Ketiga, ancaman terhadap perikanan. Dampak lain dari STD adalah turunnya hasil usahaperikanan. Nelayan Tradisional di sekitar lokasi pembuangan limbah taling menderita akibat
STD. Wilayah tangkapan mereka menjadi berubah (lebih jauh dari sebelumnya), dan
produktifitas tangkapan pun jadi menurun, karena rusaknya ekosistem laut. Penderitaan
semakin bertambah karena sensrtifitas pasar. Hasil tangkapan ikan yang didapat dengan susah
payah tidak laku di pasaran. Petaka yang melanda nelayan tradisional berdampak luas bagi
sistem perdagangan lokal. Penampung dan pengecer ikan juga menerima imbas. Menurunnya
pendapatan nelayan berdampak pada turunnya kemampuan daya beli mereka. Para penyedia
barang dan jasa di bidang perikanan juga ikut terpengaruh. Akibatnya tata perekonomian lokal
jadi terganggu. Dari sinilah proses pemiskinan struktural terjadi. Selain nelayan tradisional,
pencari dan pedagang ikan komersial pun ikut menderita karena STD. Perdagangan yang
-
5/26/2018 TUGAS PENGELOLAAN B3
11/36
berorientasi eksport tentu akan lebih keras menghadapi sensitifitas pasar. Hasil tangkapan ikan
dari perairan yang diduga tercemar limbah tidak akan laku di pasaran. Lebih keras dari itu,
ancaman boikot bisa setiap saat diberikan untuk seluruh produksi dari perairan laut yang
bersentuhan dengan lokasi pembuangan limbah.
4. Keempat, mengancam keselamatan hidup. Limbah tailing yang dibuang ke darat, sungai ataulaut, selalu mengandung logam berat seperti Merkuri (Hg), Arsenik (As) Cyanida (Cn) dan
Kadmium (Cd). Di Indonesia logam berat dikenal sebagai material Bahan Berbahaya Beracun
(B3). Secara teoritis tailingyang dibuang dan masuk ke laut telah melalui proses penghilangan
racun yang dikenal dengan istilah proses detoksifikas. 1.5 STD ancaman bagi sumber perikanan
Teluk Buyat.
1. Kelima, degradasi habitat di ekosistem laut. STD berpengaruh pada ekosistem perairan dalamdan dasar laut, salah satu ekosistem di dunia yang paling tidak dikenal, yaitu laut tropis dalam.
STD juga berdampak langsung pada mahkluk hidup laut dalam yang besar, spektakuler, dan
rapuh seperti paus lumba-lumba, coelacanths, hiu laut dalam, penyu berpunggung kulit dan bill
fish.
Fakta Dalam STD
Sifat tailing yang mengandung kadar keasaman tinggi menjadi ancaman serius bagi
ekosistem laut. Belum lagi tailing dapat menyebar dan menutupi bentang laut karena jumlah
buangannya sangat banyak. STD juga menimbulkan gangguan serius jaring-jaring makanan yang
stabil dan kompleks, menjadi jaring-jaring makanan yang tidak stabil dan miskin keragamannya.
Tidak bisa dipungkiri tailing yang dibuang ke laut mengikutkan logam-logam berat yang
masuk dalam kategori limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) dalam berbagai kadarnya. Proses
detoksifikasi tidak 100% terserap oleh penambahan Natrium Sulfida dan Ferri Sulfat yang sering
digunakan dalam proses itu. Artinya, kadar racun yang tersimpan dalam tailing tidak hilang oleh
proses detoksifikasi. Logam berat yang tidak terserap selama detoksifikasi akan menumpuk di dasar
laut. Dan bisa jadi pada saat tertentu akan terurai dan larut ke dalam air laut.
-
5/26/2018 TUGAS PENGELOLAAN B3
12/36
1.Pengemasan Limbah TailingPengemasan limbah B3 dilakukan sesuai dengan karakteristik limbah yang bersangkutan.
Namun secara umum dapat dikatakan bahwa kemasan limbah B3 harus memiliki kondisi yang baik,
bebas dari karat dan kebocoran, serta harus dibuat dari bahan yang tidak bereaksi dengan limbahyang disimpan di dalamnya. Untuk limbah yang mudah meledak, kemasan harus dibuat rangkap di
mana kemasan bagian dalam harus dapat menahan agar zat tidak bergerak dan mampu menahan
kenaikan tekanan dari dalam atau dari luar kemasan. Limbah yang bersifat self-reactive dan
peroksida organik juga memiliki persyaratan khusus dalam pengemasannya.
Pembantalan kemasan limbah jenis tersebut harus dibuat dari bahan yang tidak mudah
terbakar dan tidak mengalami penguraian (dekomposisi) saat berhubungan dengan limbah. Jumlah
yang dikemas pun terbatas sebesar maksimum 50 kg per kemasan sedangkan limbah yang memiliki
aktivitas rendah biasanya dapat dikemas hingga 400 kg per kemasan.
2. Penyimpanan Limbah TailingFaktor yang harus diperhatikan untuk mengolah penempatan tailingadalah karakteristik
tailing, stabilitas waduk tailing, antisipasi potensi rembesan dan polusi air bawah tanah, antisipasi
polusi air permukaan dan polusi udara, perlindungan biodiversity, dampak visual, reklamasi dan
restorasi. Sedangkan, pertimbangan utama dalam pemilihan sistem penempatan tailingharuslah
tentang dampaknya terhadap lingkungan hidup, bukan pada biaya sistemnya.
Proses yang harus ada dalam perencanaan fasilitas penyimpanan tailing:
Prinsip mendasar yang melatarbelakangi pengelolaan tailingyang bertanggung jawab dan
efektif adalah perancangan dan pengoperasian yang menghasilkan penutupan yang efektif. Ini
merupakan satu tujuan yang penting karena mencakup aspek kewajiban jangka panjang dari
fasilitas-fasilitas penyimpanan tailing. Jika aspek-aspek tersebut tidak dipertimbangkan secara
memadai sejak dini, maka mereka akan dapat menambah secara signifikan biaya-biaya berjalan
-
5/26/2018 TUGAS PENGELOLAAN B3
13/36
untuk pembersihan dan pemeliharaan terhadap sebuah proyek setelah pendapatan dari produksi
mineral terhenti.
Perencanaan dan Perancangan
Praktek unggulan membutuhkan penyelarasan antara perencanaan fasilitas penyimpanan
tailingdan rencana tambang. Perencanaan fasilitas penyimpanan tailing juga harus ditinjau ulang
sebagai tanggapan terhadap setiap perubahan terhadap rencana tambang dan direvisi, jika
diperlukan. Ini akan memastikan bahwa setiap kebutuhan akan penahapan atau peninggian
bertahap didanai dan dijadwalkan secara memadai, dan bahwa aktivitas-aktivitas operasi dan
pengelolaan berupaya keras untuk mencapai tujuan-tujuan penutupan selama masa kehidupan
tambang. Pertimbangan perlu diberikan terhadap:
1. integrasi dengan rencana dan jadual tambang didalam pengembangan metodologi pembuangantailing. Misalnya, memanfaatkan atau penyimpanan tanah lapisan atas dan batuan sisa untuk
pembangunan peninggian dinding bendungan dan penutup-penutup
2. lokasi fasilitas penyimpanan tailing untuk mencegah sterilisasi sumberdaya mineral ataukontaminasi sumberdaya air
3. ketersediaan bahan-bahan konstruksi penanggulan dan bahan-bahan penutupan permukaanyang sesuai
4. karakterisasi geokimia tailinguntuk menilai potensinya bagi drainase asam dan logam selamapengoperasian dan setelah penutupan. Pemilihan metode penempatan tailing dan jenis
konstruksi tanggul keduanya dapat dipengaruhi oleh tingkat risiko geokimia. Sampel-sampel
untuk karakterisasi dapat diperoleh dari pekerjaan uji metalurgi yang umumnya dilaksanakan
sebagai bagian dari tahap pra-kelayakan ekonomi dari suatu proyek pertambangan yang baru
5. pengelolaan perubahan - peningkatan dalam kebutuhan penyimpanan dampak keluaran pabrikpengolahan untuk tailing dan air. Laju penambahan tinggi permukaan tailing juga dapat
memberikan implikasi terhadap kekuatan dan stabilitas tailing
6. pengolahan kembali tailing - beberapa tailing mungkin berisi mineral-mineral berharga dankarenanya suatu tujuan pengelolaan mungkin adalah untuk menyediakan penyimpanan
sementara hingga ekstraksi yang ekonomis dimungkinkan. Namun demikian, hal ini tidak boleh
digunakan sebagai justifikasi atau pembenaran untuk membiarkan tailingdalam keadaan tidak
stabil atau reaktif secara geokimia untuk periode waktu yang berkepanjangan.
-
5/26/2018 TUGAS PENGELOLAAN B3
14/36
Komponen-komponen dari satu rencana pengelolaan tailing:
1. Rencana fasilitas penyimpanan tailingselama masa kehidupan tambangBagaimana dan di mana akan disimpan selama masa operasi, perkiraan anggaran (dan
jadwal), dan bagaimana pentahapan konstruksi dilakukan
2. Kriteria rancangantujuanTujuan kinerja produksi, geoteknik, geokimia, operasional dan penutupan, kesehatan
dan keselamatan masyarakat, komunitas dan lingkungan yang diharapkan dapat dicapai
oleh fasilitas penyimpanan tailing (pada setiap tahapan), selama masa kehidupan
tambang.
3. Laporan rancanganRancangan terperinci untuk setiap struktur atau tahapan dari fasilitas penyimpanan
tailing, termasuk gambar-gambar, untuk mencapai kriteria rancangan yang telah
ditentukan. Ini termasuk investigasi-investigasi geoteknik dan lainnya yang dilaksanakan
untuk mendukung rancangan.
4. Laporan konstruksiLaporan terperinci mengenai pembangunan fasilitas penyimpanan tailingsebagaimana
gambar-gambar lapangan dan rencana-rencana kualitas bangunan. Ini harus berisi
gambar dan foto sebagaimana yang akan dibangun yang membantu didalam
mengidentifikasi risiko yang akan muncul, dan didalam analisis-kebelakang dari isu-isu
yang timbul (lihat Bagian 4.3)
5. Buku panduan operasi - prinsip-prinsip operasi, metodologi dan sumberdaya-sumberdaya terkait serta pelatihan:
Rencana pengelolaan keselamatan (atau risiko) - rencana-rencana pengawasan dan
pemantauan termasuk inspeksi-inspeksi, pemantauan, pengkajian neraca air dan
kinerja.
Rencana aksi dan tanggap darurat - langkah-langkah yang akan diambil saat darurat
guna meminimalkan risiko-risiko yang terkait dengan kesehatan dan keselamatan
umum, masyarakat dan lingkungan, serta dampak-dampak jika suatu insiden terjadi.
-
5/26/2018 TUGAS PENGELOLAAN B3
15/36
6. Rencana penutupanStrategi penutupan yang membentuk tujuan akhir rencana pengelolaan tailing. Rencana
operasi, rencana pengelolaan keselamatan dan rencana aksi dan tanggap darurat
bersifat mendasar dan rinci untuk suatu fasilitas penyimpanan tailing yang berisiko
tinggi, namun akan bersifat singkat (satu dokumen tunggal yang menggabungkan
seluruh aspek) untuk suatu fasilitas yang sederhana dan berisiko rendah.
Rencana selama masa kehidupan tambang
Suatu rencana fasilitas penyimpanan tailing selama masa kehidupan tambang diperlukan
untuk memastikan terpenuhinya tujuan-tujuan operasional dan kesehatan serta keselamatan
umum, komunitas dan lingkungan selama masa operasi tambang. Umumnya hal ini melibatkan
pembaruan-pembaruan besar dalam basis lima tahunan, dan peninjauan-ulang secara tahunan.
Kriteria bagi rencana ini didapat dari rencana selama masa kehidupan tambang. Saat dimana
fasilitas penyimpanan tailing dikembangkan secara bertahap untuk memuaskan permintaan
produksi, maka satu jadual terperinci perlu dipersiapkan yang mencakup:
7. saat dimulainya tahap-tahap atau modifikasi-modifikasi baru8. jadwal yang dibutuhkan untuk perancangan-perancangan, investigasi-investigasi dan
persetujuan-persetujuan
9. estimasi biaya untuk setiap tahun dan untuk setiap tahap.Perencanaan seperti ini akan memastikan adanya anggaran yang memadai untuk
pekerjaan, bahwa investigasi dan rancangan dilaksanakan tepat waktu, dan ada cukup waktu untuk
menyelesaikan konstruksi (dengan memasukkan faktor ketidakpastian cuaca dan faktor lainnya)
dan menyelenggarakan tahap atau modifikasi baru.
Kondisi-kondisi latar belakang dan baseline
Dimulai pada saat tahap pra-kelayakan atau pengkajian dampak lingkungan, adalah
penting untuk secara terus-menerus mengukur sifat, kualitas, tingkat atau kuantitas fitur
lingkungan yang mungkin terkena dampak akibat kehadiran suatu fasilitas penyimpanan tailing
sebelum fasilitas tersebut dibangun. Kondisi-kondisi latar belakang yang perlu didefinisikan
umumnya termasuk:
1. paras atau ketinggian muka air tanah dan kualitasnya
-
5/26/2018 TUGAS PENGELOLAAN B3
16/36
2. kandungan air dan geokimia tanah dan batuan pondasi3. kualitas udara4. populasi dan kepadatan flora dan fauna5. tingkat radiasi alami dan latar belakang di mana bahan-bahan radioaktif akan ditempatkan
Penting untuk mengidentifikasikan data latar belakang yang dibutuhkan melalui satu
pengkajian risiko kesehatan dan keselamatan umum, komunitas, dan lingkungan sebelum
dimulainya operasi. Sebagai tambahan, parameter-parameter tailingbaseline perlu didefinisikan,
termasuk:
1. geokimia tailingatau bijih tambang2. cairan tailing, air yang tersimpan, atau kualitas air peluluhan (pelindian).
Kondisi latar belakang dan baseline ini penting untuk mendeteksi kontaminan-kontaminan
yang dapat memberikan dampak pada sumberdaya tanah atau air tanah. Proses ini juga diperlukan
bagi lembaga berwenang untuk merancang persyaratan-persyaratan lisensi operasi yang dapat
diterapkan untuk fasilitas tersebut. Bila parameter-parameter tailing berubah selama masa
beroperasinya fasilitas penyimpanan tailing, perubahan-perubahan tersebut hendaknya dicatat di
samping data awal, mencatat tanggal perubahan tersebut muncul. Perubahan-perubahan tersebut
dapat menghasilkan modifikasi-modifikasi terhadap rencana rancangan dan pengelolaan.
Nilai-nilai masyarakat
Nilai-nilai masyarakat seperti kesehatan, estetika dan lingkungan harus dimasukkan
selama proses pengambilan keputusan dari perencanaan hingga penutupan fasilitas penyimpanan
tailing. Ini akan melibatkan konsultasi yang berarti, terus-menerus dan teratur dengan kelompok
pemerhati terkait, termasuk berbagi informasi dan dialog dengan para pemangku kepentingan.
Pengkajian risiko
Fasilitas-fasilitas penyimpanan tailing membutuhkan satu pengkajian risiko yang resmi
untuk mengidentifikasikan dan mengkuantifikasikan risiko-risiko yang perlu dikelola. Fasilitas-
fasilitas penyimpanan tailing umumnya diperingkatkan sebagai fasilitas-fasilitas berisiko tinggi,
nyata atau rendah, sesuai dengan rangkaian satu kumpulan kriteria peringkat. Peringkat risiko
digunakan untuk menentukan persyaratan-persyaratan rancangan, konstruksi, pengelolaan risiko,
inspeksi dan pelaporan.
-
5/26/2018 TUGAS PENGELOLAAN B3
17/36
Semakin tinggi peringkat risiko, semakin ketat persyaratan-persyaratan rancangan,
pengawasan konstruksi, pengelolaan risiko, dan perencanaan tanggap daruratnya. Fasilitas-fasilitas
penyimpanan tailingberisiko tinggi umumnya perlu diaudit oleh lembaga-lembaga pemerintah yang
berwenang.
Kriteria rancangan
Kriteria utama rancangan fasilitas penyimpanan tailingpenting untuk didefinisikan oleh
tim proyek tambang, dan disediakan untuk perancang fasilitas. Kriteria utama rancangan meliputi:
1. laju-laju produksi minimal, maksimal dan rata-rata tailingpada mana sistem pengiriman akanberoperasi (m3/jam)
2. karakteristik geokimia yang dapat mempengaruhi pemilihan rancangan yang paling sesuai untukoperasi dan penutupan
3. kisaran konsentrasi-konsentrasi padatan dan konsentrasi padatan rata-rata (sebagai persentaseterhadap massa) atas mana laju-laju produksi dapat diterapkan
4. tonase tailingtahunan dan selama masa operasi berdasarkan apa fasilitas penyimpanan tailingharus dirancang
5. kapasitas maksimal dari sistem air-balik (m3/jam)6. kisaran karakteristik reologi dari lumpur (slurry) tailing7. sasaran kepatuhan terhadap kesehatan dan keselamatan umum, komunitas dan lingkungan,
seperti yang didefinisikan pada saat berkonsultasi dengan para pemangku kepentingan,
termasuk persyaratan-persyaratan rembesan, kualitas air tanah, penghentian operasi,
rehabilitasi dan penutupan, tingkat-tingkat kepatuhan dalam hal radio aktif dan kualitas air
8. persyaratan-persyaratan pengoperasian dan pemeliharaanLaporan rancangan
Fasilitas penyimpanan tailingdan komponen-komponen terkait harus dirancang oleh orang
yang berkompeten dan berpengalaman. Laporan rancangan menjelaskan dasar rancangan, termasuk
seluruh parameter rancangan, dan kriteria kinerja utama. Sangat penting untuk menentukan
pengendalian keselamatan, prosedur operasi dan program-program pemeliharaan yang dibutuhkan
untuk memastikan operasi fasilitas penyimpanan tailingyang aman.
-
5/26/2018 TUGAS PENGELOLAAN B3
18/36
Laporan rancangan menyediakan referensi yang mudah dan cepat saat mengevaluasi suatu
proposal untuk memodifikasi operasi atau rancangan. Laporan juga menyediakan rincian saat
peristiwa darurat. Laporan rancangan yang komprehensif berisi:
1. standar-standar rancangan minimum2. kondisi-kondisi baseline dan latar belakang (lihat Bagian 4.2.1)3. nilai-nilai masyarakat4. pengkajian risiko fasilitas penyimpanan tailingdan persyaratan-persyaratan yang terkait dengan
rancangan (lihat Bagian 4.2.1)
5. investigasi-investigasi geoteknik dan geokimia, analisis-analisis rembesan, rancangan dindingbendungan, dan rancangan liner (pelapis) serta sistem drainase-bawah, jika dibutuhkan
6. neraca air fasilitas penyimpanan tailing, rancangan pompa tailingdan sistem pipa saluran, danrancangan sistem air-kurasan (decant water) dan air-balik
Laporan rancangan harus menjelaskan dengan lengkap standar, proses dan metodologi
rancangan yang diadopsi.
Perencanaan pengelolaan air
Pengelolaan air adalah satu pertimbangan utama rancangan dan akan memiliki pengaruh
besar pada rancangan, operasi dan penutupan fasilitas penyimpanan tailing. Laporan rancangan
harus menyertakan:
1. data hidrologi - termasuk areal tangkapan lokasi, identifikasi seluruh sumber-sumber air danderivasi dari rancangan peristiwa hujan dan banjir
2. pembuatan model neraca air tailing- melibatkan pemilihan kedalaman bibir tanggul penampungair (freeboard), estimasi kehilangan-kehilangan dan pengelolaan kekurangan atau kelebihan air
3. rancangan sistem pengiriman tailing- termasuk pemilihan dan ukuran pompa dan jaringan pipa4. rancangan sistem air-balik, termasuk pemilihan dan ukuran air-pisahan, pompa dan jaringan
pipa
5. pertimbangan mengenai masalah kualitas air, menuju kepada satu rencana pengendalianpelepasan kontaminan
-
5/26/2018 TUGAS PENGELOLAAN B3
19/36
Pembangunan
Adalah penting bahwa laporan pembangunan menjaga pencatatan yang akurat mengenai
pekerjaan-pekerjaan konstruksi agar:
1. memastikan bahwa fasilitas penyimpanan tailing dibangun oleh seorang kontraktor yangberkompeten, dengan tingkat pengawasan dan kualitas kontrol bahan bangunan, serta teknik
yang memadai untuk menunjukkan bahwa mereka telah sesuai dengan gambar-gambar dan
spesifikasi-spesifikasi rancangan
2. menyediakan satu catatan dan deskripsi terperinci mengenai aspek-aspek utama geoteknikseperti persiapan pondasi-pondasi, perlakuan terhadap retakan-retakan pada parit-parit utama
dan parit-parit pemotong (cut-off), atau pemadatan urukan di sekitar pekerjaan-pekerjaan
saluran pengeluaran. Catatan ini membantu didalam merancang dan membangun
pekerjaanpekerjaan pemulihan jika timbul masalah-masalah pasca-konstruksi
3. menyediakan gambaran sesuai dengan yang akan dibangun yang:1. menyediakan satu representasi akurat mengenai pekerjaan-pekerjaan konstruksi yang terperinci2. terutama bila perubahan-perubahan rancangan mungkin timbul selama konstruksi3. membantu memperbaiki rancangan untuk tahap-tahap selanjutnya4. menyediakan rincian dan dimensi pekerjaan-pekerjaan pemulihan sehingga tidak berdampak
terhadap integritas struktur yang ada
5. menyediakan rincian untuk analisis-ke belakang (back analysis) jika hal ini diperlukan
Dinding bendungan hilir fasilitas penyimpanan tailingpada keadaan iklim yang ker ing
-
5/26/2018 TUGAS PENGELOLAAN B3
20/36
Dinding bendungan hilir fasilitas penyimpanan tailingpada keadaan iklim yang basah
Tinjauan-tinjauan kinerja
Kinerja fasilitas penyimpanan tailing harus dikaji secara tahunan oleh ahli geoteknik yang
berpengalaman dalam pengelolaan tailing. Pengkajian harus secara kritis menilai kinerja aktual
dibandingkan terhadap rancangan dan membuat rekomendasi untuk tindakan perbaikan dan
mitigasi risiko. Pengkajian seperti ini diperintahkan oleh beberapa lembaga berwenang. Pengkajian
harus mempertimbangkan:
1. kinerja pengembangan tahapan dibanding rancanganketinggian puncak dan pantai, tonasetailingtersimpan dan volume terisi
2. konfirmasi asumsi yang digunakan pada rancanganpengkajian stabilitas di bawah keadaanpemuatan normal dan seismik dan kejadian-kejadian meteorologi terancang, parameter tailing
in situ (kepadatan, kekuatan dan permeabilitas) dan posisi permukaan air tanah
3. kinerja perangkat pengendali rembesan seperti saluran-saluran bawah (untuk pengendalianrembesan), atau filter-filter internal (yang mengendalikan erosi atau pembentukan erosi pipa
internal)
4. kondisi liner, di mana ia digunakan5. kinerja sistem pengawasan dan pemantauan
status dan kondisi sistem pemantauan, kinerjanya didalam mendeteksi perubahan pada
indikator awal (lingkungan dan/atau struktural), dan analisis serta evaluasi data
pemantauan dibandingkan dengan tren yang diprediksikan
1. hasil-hasil pemantauan air tanah - perbandingan tingkat air tanah dan kualitas terhadapdata dasar dan terhadap rancangan dan kriteria penutupan, dengan
mempertimbangkan:
-
5/26/2018 TUGAS PENGELOLAAN B3
21/36
2. rembesan lateral dekat permukaan yang dapat menekan vegetasi atau membuat dindingbendungan tidak stabil
3. rembesan vertikal yang dapat menyebabkan penyumbatan di bagian tertentu di bawah tempatpenyimpanan
4. kinerja operasional - praktek-praktek penimbunan tailing (lapisan tipis) danpengendalian air permukaan (air tersimpan minimum dan perawatan freeboard yang
diminta)
5. pengkajian insiden-insiden operasi, dan rekomendasi-rekomendasi untuk perbaikanatau modifikasi guna memperbaiki dan membawa pelajaran yang didapat bagi
rancangan dan operasi di masa depan
Tameng batuan dan vegetasi di muka bagian luar fasilitas penyimpanan tailing
Pembendungan Konvensional
Sebuah pembendungan konvensial adalah suatu struktur penahan permukaan yang
didesain untuk menyimpan tailing maupun air tambang, dengan tujuan memperoleh kembali air
yang terkandung didalamnya untuk digunakan pada proses-proses lainnya seperti yang dibutuhkan.
ada 2 tipe pembendungan permukaan, yaitu dam tipe water retention dan tipe tanggul meninggi
yang memiliki banyak bentuk. Perbedaan utamanya adalah suatu dam water retention dibangun
hingga mencapai tinggi maksimalnya sebelum pengeluaran limbah apapun ke dalam bendungan.
Dam tanggul meninggi dibangun semakin tinggi seiring bertambahnya colume tailings dan air
limbah yang perlu dibuang.
1. Water Retention (Penahan Air)
-
5/26/2018 TUGAS PENGELOLAAN B3
22/36
Dam penahan air untuk tailing hanya berbeda sedikit dari struktur penyimpanan air
konvensional. Prinsip desain dan teknik konstruksi adalah sama, perbedaan utamanya yaitu, tanggul
penyimpanan tailing memiliki kemiringan hulu yang lebih curam karena tidak harus mengalami
aliran drawdown yang deras seperti halnya pada struktur pnahan air konvensional.
Dam Penahan air Tailing biasanya digunakan untuk operasi mineral yang direncanakan
untuk menyiman air dengan volume tinggi. Penyimpanan air bisa saja dibuthkan untuk cadangan air
saat musim kemarau bagiprocess plants.
2. Desain Tanggul MeninggiDesain tanggul meninggi adalah teknik konstruksi yang paling umum digunakan dalam
fasilitas penyimpanan tailing. Tiga desain utama, yaitu hilir, hulu, dan struktur centerline. Seperti
ditunjukkan oleh namanya, tanggul akan ditinggikan selang interval waktu tertentu utnuk
meningkatkan volume penyimpanan tailingdan air yang tersedia, sehingga biaya initial awal akan
lebih rendah daripada dam retensi karena biaya untuk material dan pembangunan bertahap selama
masa pembendungan. Pilihan material konstruksi akan meningkat karena kuantitasnya yang
dibutuhkan akan berkurang setiap waktu. sebagai contoh, dam retensi secara umum menggunakan
tanah alami, sedangkan dam tanggul meninggi dapat menggunakan tanah alami, tailing, dan limbah
batu dengan bermacam kombinasi. materia yang paling umum digunakan untuk desain tanggul
meninggi adalah limbah batu pertambangan, tanah alai, dan material uji coba untuk jalan di bawah
tanah, tailing ter-cyclone (fraksi kasar), dan tailing yang didepositkan secara hidraulik. Sekarang,
konstruksi tanggul meninggi hampir selalu dimekanisasi untuk mendapatkan level kompaksi yang
dibuthkan untuk meningkatkan keamanan dan menurunkan resiko instabilitas fasilitas
penyimpanan.
1. Upstream (Hulu)Metode hulu adalah metode yang paling rendah biaya initial nya dan merupakan desain
paing populer untuk tipe tanggul meninggi. salah satu alasannya, adalah karena jumlah material
pengisi yang minimal untuk konstruksi inisial dan peninggian berikutnya yang seluruhnya terdiri dari
fraksi kasar dari tailingitu sendiri.
Konstruksi desain dam tanggul meninggi metode hulu dimulai dengan fondasi bendungan
tembus air. Tailing biasanya dialirkan dari puncak dam bagian atas menciptakan sebuah pantai
yang menjadi fondasi untuk peninggian tanggul bendungan selanjutnya. Gambar 1 menggambarkan
-
5/26/2018 TUGAS PENGELOLAAN B3
23/36
diagram sederhana mengenai tahap-tahap konstruksi material kasar akan mengendap paling dekat
dengan spigot dan yang paling halus akan mengendap paling jauh dari spigot. Cyclone dapat
digunakan untuk mempercepat segregasi partikel ini untuk karateristik tailing tertentu untuk
mengirimkan proporsi lendir ke tengah-tengah bendungan dan fraksi pasir ke pantai di belakang
puncak. Sekarang, kompaksi dengan alat-alat berat sering dilakukan untuk meningkatkan keamanan
dari tanggul-tanggul yang telah ditinggikan. Secara umum, fraksi kasar yang telah terendapkan dari
spigot/titik dischargedigunakan sebagai material peninggi dari tanggul. Untuk pengaliran dengan
multiple spigot, beberapa lubang digali di depan spigot (setelah tailing mengering dan
terkonsolidasi) dan tailingditempatkan pada puncak bendungan, dan akan dikompresi, batas tailing
terangkat, dan proses selanjutnya terulang.
Metode Hulu
2. Downstream ( Hilir)Desain hilir dikembangkan untuk menurunkan resiko yang ada pada desain hulu, terutama
yang berhubungan dengan beban dinamis sebagai hasil dari earthquake shaking. Instalasi dari inti
kedap air dan zona drainase dapat juga memungkinkan bendungan untuk menahan volume air
substansial langsung terhadap muka hulu bendungan tanpa mengganggu stabilitas.
-
5/26/2018 TUGAS PENGELOLAAN B3
24/36
Desain bendungan hilir dimulai dengan tanggul kedap air tidak seperti desain hulu yang
menggunakan tanggul tembus air. Tailing akan disimpan dibelakang tanggul dan seiring bendungan
dinaikkan, dinding baru dibangun dan disanggah pada baguan atas dari kemiringan hilir peninggian
sebelumnya. hal ini merubah centerline dari puncak dam hilir seiring peninggian bendungan. sebuah
keuntungan dari desain hilir adalah bagian yang ditinggikan dapat didesain dengan porositas
bervariasi untuk mengatasi berbagai masalah dengan permukaan bendungan. hal ini dapat sangat
berguna ketika suatuprocessing planttelah membuat perubahan untuk meningkatkan efisiensi dan
sebagai akibatnya, memperngaruhi karateristik tailing. ini dapat mengakibatkan pemompaan air
yang lebih banyak ke fasilitas tailingatau merubah karateristik zona drainase dari tailingyang baru
dibuang.
Metode Hilir
Desain hilir sangatlah cocok untuk berbagai parameter desain spesifik site dan berlaku
seperti dam penahan air. keuntungan utamanya adalah desain hilir dapat bertambah tinggi tanpa
batas karena tidak bergantung secara struktur terhadap tailing. Kerugian utamanya adalah biaya
peninggian bendungan dalam volume-volume besar diperlukan, dan secara bertahap, suatu luas
yang besar disekitar bendungan juga diperlukan sebagai perluasan ketika peninggian-peninggian
-
5/26/2018 TUGAS PENGELOLAAN B3
25/36
selanjutnya dilakukan. hal ini dapat menimbulkan masalah bila lahan yang tersedia terbatas. Karena
sebenarnya peninggian dam hilir tak terbatas, maka biasanya akan terbatasi dengan perluasan yang
sudah maksimal.
3. CentrelineMetode centerline adalah kombinasi antara metode hulu dan metode hilir. Metode
centerline lebih stabil dari metode hulu namun tidak membutuhkan banyak material seperti desain
hilir. seperti metode hulu, tailing akan di discharge dari spigots dari puncak bendungan utnuk
membentuk pantai di belakang dinding dam. Saat peninggian secara bertahap diperlukan, material
ditempatkan pada bendungan tailingdan bendungan eksisting. Puncak bendungan yang ditinggikan
secar avertikal dan tidak bergerak dalam arah hulu maupun hilir, dengan demikian disebut desain
centerline.
Metode Centerline
Desain centerline mengadopsi zona drainase internal seperti pada metode hilir, sehingga air
lepas dapat menjangkau lebih dekat ke puncak dam daripada metode hulu tanpa harus
mengkhawatirkan permukaan phreatic dan menimbulkan resiko kegagalan potensial. Walaupun
-
5/26/2018 TUGAS PENGELOLAAN B3
26/36
begitu, dam centerline tidak dapat digunaka sebagai fasilitas retensi air yang besar karena
peninggian yang dilakukan pada tanggul yang terkonsolidasi. Suatu sistem decantdibutuhkan untuk
mencegah air bebas menenggelamkan pantai di sekitar puncak dam.
Konstruksi hilir Konstruksi hulu menggunakan tailing
1. Pengangkutan Limbah TailingPilihan-pilihan transportasi tailing yaitu pemompaan, pengangkutan dan pengantaran.
Namun tailing biasanya dipompa sebagai lumpur di sepanjang pipa saluran, walaupun dalam
beberapa situasi mungkin untuk mengantar tailing, dengan memanfaatkan gaya gravitasi, ke
fasilitas penyimpanan.
Kemampuan lumpur tailing untuk dipompa merupakan fungsi dari reologinya dan
kemampuan sistem pemompaan yang dipertimbangkan. Semakin tinggi konsentrasi zat padat dari
lumpur tailing, semakin tinggi tekanan yang dihasilkan dan semakin sulit untuk dipompa, untuk satu
jenis pompa yang sama.
Persayaratan-persyaratan peralatan pemompaan tailingumum untuk berbagai konsistensi
tailingdiberikan di Tabel (Williams & Williams 2004). Kebutuhan peningkatan tenaga dan tekanan
saluran dengan peningkatan konsentrasi padatan tailing berhubungan dengan peningkatan yang
nyata dari biaya-biaya pemompaan.
-
5/26/2018 TUGAS PENGELOLAAN B3
27/36
Kebutuhan-kebutuhan umum peralatan pemompaan tailinguntuk berbagai konsistensi tailing
Sepanjang koridor pipa saluran tailingterdapat kebutuhan untuk melindungi lingkungan dari
tumpahan tailing karena kemungkinan adanya kebocoran dan keretakan pipa saluran, dan
pembersihan hambatanhambatan pada pipa saluran. Metode-metode untuk mengendalikan
pembuangan tailingjika terjadi insiden seperti itu termasuk:
1. Konstruksi bendungan pengeringan tempat air di sepanjang koridor pipa saluran2. Menyambung pipa saluran dengan pipa berdiameter lebih besar untuk situasi di mana pipa
saluran tailingmelintasi lingkungan yang sensitif (misalnya, melewati sungai) atau melewati rute
transportasi
3. Inspeksi rute pipa saluran secara teratur untuk mencari kebocoran4. Penggunaan sensor tekanan diferensial atau instrumentasi pengukuran arus dan sistem alarm
untuk memperingatkan operator jika terjadi kegagalan pipa saluran.
1. Pengolahan Limbah TailingLimbah tailing merupakan limbah hasil kegiatan pertambangan yang mengandung logam
berat. Limbah tailing harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan agar tidak
menyebabkan pencemaran lingkungan. Tersebarnya logam berat di tanah, peraian ataupun udara
dapat melalui berbagai hal misalnya : Pembuangan secara langsung limbah industri, baik limbah
padat maupun limbah cair, tetapi dapat pula melalui udara karena banyak industri yang membakar
begitu saja limbahnya dan membuang hasil pembakaran ke udara tanpa melalui pengolahan lebih
dulu.
Banyak orang beranggapan bahwa dengan cara membakar maka limbah beracun tersebut
akan hilang, padahal sebenarnya kita hanya memindahkan dan menyebarkan limbah beracun
-
5/26/2018 TUGAS PENGELOLAAN B3
28/36
tersebut keudara. Pencemaran dengan cara ini lebih berbahaya karena udara lebih dinamis sehingga
dampak yang diakibatkannya juga akan lebih luas dan membersihkan udara jauh lebih sulit.
Siklus Merkuri
Limbah Tailing Batu Bara
Banyak alternatif yang dapat digunakan untuk mengolah limbah tailingyang mengandung
logam berat kususnya mercury diantaranya ialah dengan teknologi Low Temperature Thermal
Desorption (LTTD)atau dengan teknologi Phytoremediation.
1. Low TemperatureThermal Desorption (LTTD)Pada sistem thermal desorption material diuraikan pada suhu rendah (< 300
oC) dengan
pemanasan tidak langsung serta kondisi tekanan udara yang rendah (vakum). Dengan kondisi
tersebut material akan lebih mudah diuapkan dibandingkan dalam tekanan tinggi. Jadi dalam sistem
ini yang terjadi adalah proses fisika tidak ada reaksi kimia seperti misalnya reaksi oksidasi.
Cara ini sangat efektif untuk memisahkan bahan-bahan organik yang mudah menguap
misalnya, (volatile organic compounds/VOCs), semi-volatile organic compounds (SVOCs), (poly
-
5/26/2018 TUGAS PENGELOLAAN B3
29/36
aromatic hydrocarbon/PAHs), (poly chlorinated biphenyl/PCBs), minyak, pestisida dan beberapa
logam Cadmium, Mercury Timbal serta non logam misal Arsen, Sulfur, Chlor dan lain-lain.
Material yang telah terpisah dalam bentuk uapnya akan lebih mudah untuk dikumpulkan
kembali dengan cara dikondensasikan, diadsorbsi menggunakan filter, larutan atau media lain
sehingga tidak tersebar kemana-mana. Dengan sistem thermal desorptionmaterial yang berbahaya
di pisahkan agar lebih mudah untuk ditangani entah akan dibuang atau dimanfaatkan kembali,
sedangkan bahan-bahan organik yang sukar menguap akan terkarbonisasi menjadi arang.
Limbah padat yang mengandung polutan mercury dan arsen dimasukkan ke dalam sistem
LTTD, limbah akan mengalami pemanasan tidak langsung dengan kondisi tekanan udara lebih kecil
dari 1 atmosfer. Polutan merkuri dan arsen akan menguap (desorpsi), sedangkan limbah padat yang
telah bersih dari polutan dapat dibuang ke tempat penampungan. Kemudian uap polutan yang
terbentuk dialirkan ke dalam media pengabsorpsi (absorber). Untuk menangkap uap logam mercury
dapat digunakan butiran logam perak atau tembaga yang kemudian membentuk amalgam.
Sedangkan untuk menangkap ion-ion merkuri dan arsen dapat digunakan larutan hidroksida
(OH-) sulfida (S2) yang akan mengendapkan ion-ion tersebut. Dalam sistem ini perlu ditambahkan
wet scrubber dan filter karbon untuk menangkap partikulat dan gas-gas beracun yang mungkin
terbentuk pada proses desorbsi. Keunggulan sistem ini ialah prosesnya cepat dan biaya investasi
peralatan dan operasionalnya murah, unitnya dapat dibuat kecil sehingga dapat dibuat sistem yang
mobil.
2. PhytoremediationTeknologi mengolah limbah dengan sistem Phytoremediasi, menggunakan tanaman sebagai
alat pengolah bahan pencemar. Pada limbah padat atau cair yang akan diolah, ditanami dengan
tanaman tertentu yang dapat menyerap, mengumpulkan, mendegradasi bahan-bahan pencemar
tertentu yang terdapat di dalam limbah tersebut. Banyak istilah yang diberikan pada sistem ini
sesuai dengan mekanisme yang terjadi pada prosesnya. Misalnya :
1. Phytostabilization: polutan distabilkan di dalam tanah oleh pengaruh tanaman.2. Phytostimulation: akar tanaman menstimulasi penghancuran polutan dengan bantuan bakteri
Rhizosphere
3. Phytodegradation: tanaman mendegradasi polutan dengan atau tanpa menyimpannya di dalamdaun, batang atau akarnya untuk sementara waktu.
-
5/26/2018 TUGAS PENGELOLAAN B3
30/36
4. Phytoextraction: polutan terakumulasi dijaringan tanaman terutama daun.5. Phytovolatilization: polutan oleh tanaman diubah menjadi senyawa yang mudah menguap
sehingga dapat dilepaskan ke udara.
6. Rhizofiltration: polutan diambil dari air oleh akar tanaman pada sistem hidroponik.Proses remediasi polutan dari dalam tanah atau air terjadi karena jenis tanaman tertentu
dapat melepaskan zat carriers yang biasanya berupa senyawaan kelat, protein, glukosida yang
berfungsi mengikat zat polutan tertentu kemudian dikumpulkan dijaringan tanaman misalnya pada
daun atau akar. Keunggulan sistem phytoremediasi diantaranya ialah biayanya murah dan dapat
dikerjakan insitu, tetapi kekurangannya diantaranya ialah perlu waktu yang lama dan diperlukan
pupuk untuk menjaga kesuburan tanaman, akar tanaman biasanya pendek sehingga tidak dapat
menjangkau bagian tanah yang dalam. Yang perlu diingat ialah setelah dipanen, tanaman yang
kemungkinan masih mengandung polutan beracun ini harus ditangani secara khusus.
Mine Tailings: Phytoremediation
1. Penimbunan Akhir Limbah TailingPenimbunan Dalam Tanah
Limbah tailingsisa pengolahan emas (contoh : di PT Antam Pongkor) dipakai sebagai daerah
penelitian karena limbah tailing ini pada awalnya merupakan bahan beracun dan berbahaya.
Lumpur ini mempunyai beberapa sifat kimia yang kurang menguntungkan. Hasil analisis tanah sifat
kimia lumpur tailingadalah sebagai berikut : pH KCl 6.8, pH H2O 7.8, Cu total 1260 ppm, Fe tersedia
130 ppm, Pb total 524 ppm, P2O5 total 174 mg/100g, P2O5 tersedia tidak terukur, K2O total 72
mg/100g, K2O tersedia 51 mg/100g, C organik 0.3%, N total 0.3%, Ca dd 16.6 me/100g, Mg dd 3.3
me/100g, K dd 2.0 me/100g, Na dd 3.0 me/100g, KTK 29 me/100g, dan KB 86% (Siringoringo, 2001).
-
5/26/2018 TUGAS PENGELOLAAN B3
31/36
Melihat nilai tersebut maka lahan tempat penimbunan tailing ini merupakan lahan kritis.
Lahan kritis adalah lahan yang karena pemanfaatan atau eksploitasi yang beerlangsung telah
mengakibatkan terjadinya proses degradasi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah yang akhirnya dapat
membahayakan fungsi hidrologi, orologi, produksi tanaman, pemukiman dan kehidupan sosial
ekomomi.
-
5/26/2018 TUGAS PENGELOLAAN B3
32/36
BAB III
EVALUASI CRADLE TO GRAVE TERHADAP LIMBAH TAILING
Cradle to grave yang dilakukan ini berkaitan dengan pengangkutan limbah tailing.
Pengangkutan limbah padat B3 limbah tailingmeliputi pengangkutan dari masing-masing unit
produksi ke tempat penyimpanan sementara (intern) dan pengangkutan limbah ke pihak ke-3
sebagai pengolah limbah B3 yang telah mendapat ijin dari KLH untuk kemudian limbah diolah
secara off-site.
3.1 Pengangkutan ke tempat penampungan sementara (intern)
1. DokumenDalam memonitor keberadaan limbah B3 maka dibuat 7 lembar dokumen
perjalanan limbah untuk tiap pihak yang melakukan pengelolaan limbah B3 dari perusahaan
penghasil tailing. Mekanisme dokumen perjalanan limbah tersebut adalah:
1. PT. Newmont Minahasa Raya (NMR), contohnya. Sebagai penghasil/generator limbah mengisidokumen 7 rangkap dan lembar 1 untuk PT. NMR sendiri.
2. Lembar 6 dikirim ke badan institusi kontrol (BAPEDAL), dan memberikan lembar yang lainke pengumpul/pengangkut (pihak ke-3)
3. Pengumpul/pengangkut (pihak ke-3) menyimpan lembar 2 dan memberikan lembar lainnyake pendaur, pengolah, pemusnah (pihak ke-3)
4. Pendaur, pengolah, pemusnah (pihak ke-3) menyimpan lembar 3, dan memberikan lembar4 ke PT. Newmont Minahasa Raya (NMR) (penghasil), serta lembar 5 ke badan institusi
kontrol (BAPEDAL) dan lembar 7 ke walikota/bupati.
Dokumen yang diperlukan dalam pengangkutan dari unit produksi ke tempat
penampungan sementara adalah dokumen identifikasi jenis, dokumen jumlah dan sumber
limbah B3, dokumen pemberitahuan limbah B3 dan dokumen berita acara serah terima
limbah B3.
5. Operator
-
5/26/2018 TUGAS PENGELOLAAN B3
33/36
Operator adalah karyawan PT. Newmont Minahasa Raya (NMR) yang berpengalaman di
lapangan, mempunyai kualifikasi sebagai pengemudi alat angkut yang akan dipakai,
mempunyai surat ijin kerja, telah mengikuti pelatihan keselamatan kerja.
3.2 Pengangkutan dari PT. Newmont Minahasa Raya (NMR) ke pihak ke-3 (offsite)
Agar pengangkutan limbah B3 untuk diolah secara ex-situ atau offsite ke pihak ke-3,
PT. Newmont Minahasa Raya (NMR) memenuhi standar yang ada dan memenuhi konsep
Cradle To Grave, maka program pengiriman limbah B3 ke PPLI harus berjalan sesuai
persyaratan yang ada dengan dilengkapi manifest.
3.3 Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah B3
1. PerizinanSebagaimana tercantum dalam PP no.74 tahun 2001 disebutkan bahwa setiap
badan usaha yang melakukan kegiatan pengelolaan limbah wajib memiliki ijin dari kepala
instansi yang bertanggung jawab. Perijinan berfungsi sebagai alat kontrol dalam ketaatan
kepada peraturan lingkungan hidup yang ada. Sebelum dimulainya kegiatan pengelolaan
limbah di lapangan, PT. Newmont Minahasa Raya (NMR) harus memproses permohonan
perijinan kepada KLH yang kemudian ditembuskan kepada aparat daerah tentang
pelaksanaan kegiatan pengelolaan limbah tersebut yang mencakup ijin lokasi, penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan dan pengolahan limbah B3. Selain itu , PT.
Newmont Minahasa Raya (NMR) sebagai pengelola limbah B3 juga harus mempunyai
dokumen AMDAL sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Pihak ke-3 yang menawarkan jasa untuk mengolah limbah B3 harus mempunyai surat
sebagai mitra kerja PT. Newmont Minahasa Raya (NMR) dan telah memenuhi syarat secara
teknis dan ekonomis sesuai dengan regulasi yang ada di Indonesia. Jika sudah
mendapatkan surat penunjukan sebagai mitra kerja, maka pihak ke-3 dapat memproses
permohonan ijin kepada KLH dengan dilengkapi surat kuasa dari pihak PT. Newmont Minahasa
Raya (NMR).
-
5/26/2018 TUGAS PENGELOLAAN B3
34/36
Mekanisme Perijinan dalam Pengelolaan Limbah B3
2. PengawasanPelaksanaan pengawasan pengelolaan limbah B3 dilakukan oleh 2 pihak, yaitu
intern perusahaan yang dilakukan manajemen lingkungan dan pihak pemerintah yaitu
kementrian lingkungan hidup (KLH).
Pengawasan Pengelolaan Limbah B3
-
5/26/2018 TUGAS PENGELOLAAN B3
35/36
DAFTAR PUSTAKA
1. ANCOLD 1998, Guidelines for Design of Dams for Earthquake, Australian National Committee onLarge Dams.
2. ANCOLD 1999, Guidelines on Tailings Dam Design, Construction and Operation, AustralianNational Committee on Large Dams.
3. ANCOLD 2000a, Guidelines and Assessment of Consequences of Dam Failure, AustralianNational Committee on Large Dams.
4. ANCOLD 2000b, Guidelines on Selection of Acceptable Flood Capacity for Dams, AustralianNational Committee on Large Dams.
5. ANCOLD 2003, Guidelines on Dam Safety Management, Australian National Committee on LargeDams.
6. http://affan-enviro.com/home/index.php?option=com_content&task=view&id=24&Itemid=30#7. http://anton182.wordpress.com/category/umum/8. http://binational.pharmacy.arizona.edu/projects.php9. http://www.dim.esdm.go.id/kolokium%202007/KONSERVASI/Prosiding%20PT.FI.pdf10. http://edukasi.kompasiana.com/2010/03/01/dampak-limbah-tailing-dalam-perspektif-hukum-
lingkungan/
11. http://finance.dir.groups.yahoo.com/group/pekerjatambang/message/866312. http://www.indomigas.com/tailing-sebagai-limbah-dan-sumberdaya/13. http://www.ima-api.com/news.php?pid=998&act=detail14. http://www.menlh.go.id/home/index.php?option=com_content&view=article&id=1083:Cara-
Alternatif-Untuk-Mengolah-Limbah-Padat/-Tailing-Yang-Mengandung-Mercury-Dan-
Arsen&catid=43:berita&Itemid=73&lang=id
15. http://www.menlh.go.id/i/art/pdf_1102322765.pdf16. http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/16/d4c03bbbde87ac32d230062d9e61daeca8a62ab6
.pdf
http://affan-enviro.com/home/index.php?option=com_content&task=view&id=24&Itemid=30http://anton182.wordpress.com/category/umum/http://binational.pharmacy.arizona.edu/projects.phphttp://www.dim.esdm.go.id/kolokium%202007/KONSERVASI/Prosiding%20PT.FI.pdfhttp://edukasi.kompasiana.com/2010/03/01/dampak-limbah-tailing-dalam-perspektif-hukum-lingkungan/http://edukasi.kompasiana.com/2010/03/01/dampak-limbah-tailing-dalam-perspektif-hukum-lingkungan/http://edukasi.kompasiana.com/2010/03/01/dampak-limbah-tailing-dalam-perspektif-hukum-lingkungan/http://edukasi.kompasiana.com/2010/03/01/dampak-limbah-tailing-dalam-perspektif-hukum-lingkungan/http://edukasi.kompasiana.com/2010/03/01/dampak-limbah-tailing-dalam-perspektif-hukum-lingkungan/http://edukasi.kompasiana.com/2010/03/01/dampak-limbah-tailing-dalam-perspektif-hukum-lingkungan/http://finance.dir.groups.yahoo.com/group/pekerjatambang/message/8663http://www.indomigas.com/tailing-sebagai-limbah-dan-sumberdaya/http://www.indomigas.com/tailing-sebagai-limbah-dan-sumberdaya/http://www.indomigas.com/tailing-sebagai-limbah-dan-sumberdaya/http://www.ima-api.com/news.php?pid=998&act=detailhttp://www.menlh.go.id/home/index.php?option=com_content&view=article&id=1083:Cara-Alternatif-Untuk-Mengolah-Limbah-Padat/-Tailing-Yang-Mengandung-Mercury-Dan-Arsen&catid=43:berita&Itemid=73&lang=idhttp://www.menlh.go.id/home/index.php?option=com_content&view=article&id=1083:Cara-Alternatif-Untuk-Mengolah-Limbah-Padat/-Tailing-Yang-Mengandung-Mercury-Dan-Arsen&catid=43:berita&Itemid=73&lang=idhttp://www.menlh.go.id/home/index.php?option=com_content&view=article&id=1083:Cara-Alternatif-Untuk-Mengolah-Limbah-Padat/-Tailing-Yang-Mengandung-Mercury-Dan-Arsen&catid=43:berita&Itemid=73&lang=idhttp://www.menlh.go.id/home/index.php?option=com_content&view=article&id=1083:Cara-Alternatif-Untuk-Mengolah-Limbah-Padat/-Tailing-Yang-Mengandung-Mercury-Dan-Arsen&catid=43:berita&Itemid=73&lang=idhttp://www.menlh.go.id/home/index.php?option=com_content&view=article&id=1083:Cara-Alternatif-Untuk-Mengolah-Limbah-Padat/-Tailing-Yang-Mengandung-Mercury-Dan-Arsen&catid=43:berita&Itemid=73&lang=idhttp://www.menlh.go.id/i/art/pdf_1102322765.pdfhttp://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/16/d4c03bbbde87ac32d230062d9e61daeca8a62ab6.pdfhttp://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/16/d4c03bbbde87ac32d230062d9e61daeca8a62ab6.pdfhttp://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/16/d4c03bbbde87ac32d230062d9e61daeca8a62ab6.pdfhttp://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/16/d4c03bbbde87ac32d230062d9e61daeca8a62ab6.pdfhttp://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/16/d4c03bbbde87ac32d230062d9e61daeca8a62ab6.pdfhttp://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/16/d4c03bbbde87ac32d230062d9e61daeca8a62ab6.pdfhttp://www.menlh.go.id/i/art/pdf_1102322765.pdfhttp://www.menlh.go.id/home/index.php?option=com_content&view=article&id=1083:Cara-Alternatif-Untuk-Mengolah-Limbah-Padat/-Tailing-Yang-Mengandung-Mercury-Dan-Arsen&catid=43:berita&Itemid=73&lang=idhttp://www.menlh.go.id/home/index.php?option=com_content&view=article&id=1083:Cara-Alternatif-Untuk-Mengolah-Limbah-Padat/-Tailing-Yang-Mengandung-Mercury-Dan-Arsen&catid=43:berita&Itemid=73&lang=idhttp://www.menlh.go.id/home/index.php?option=com_content&view=article&id=1083:Cara-Alternatif-Untuk-Mengolah-Limbah-Padat/-Tailing-Yang-Mengandung-Mercury-Dan-Arsen&catid=43:berita&Itemid=73&lang=idhttp://www.ima-api.com/news.php?pid=998&act=detailhttp://www.indomigas.com/tailing-sebagai-limbah-dan-sumberdaya/http://finance.dir.groups.yahoo.com/group/pekerjatambang/message/8663http://edukasi.kompasiana.com/2010/03/01/dampak-limbah-tailing-dalam-perspektif-hukum-lingkungan/http://edukasi.kompasiana.com/2010/03/01/dampak-limbah-tailing-dalam-perspektif-hukum-lingkungan/http://www.dim.esdm.go.id/kolokium%202007/KONSERVASI/Prosiding%20PT.FI.pdfhttp://binational.pharmacy.arizona.edu/projects.phphttp://anton182.wordpress.com/category/umum/http://affan-enviro.com/home/index.php?option=com_content&task=view&id=24&Itemid=30 -
5/26/2018 TUGAS PENGELOLAAN B3
36/36
17. Lacy, H 2005, Closure and rehabilitation of tailings storage facilities, M Adams (ed.), Ch. 15,developments in Minerals Processing, Elsevier.
18. Lacy, H. and Barnes, K. 2006 Tailings Storage Facilities; Decommissioning Planning is vital forsuccessful closure. In Mine Closure 2006. Eds. Fourie and Tibbett. Center for Land Rehabilitation
and Australian Centre for Geomechanics. Perth, Australia.
19. Western Australia Department of Minerals and Energy 1999, Guidelines on the Safe Design andOperating Standards for Tailings Storages.
20. Western Australia Department of Minerals and Energy 1998, Guidelines on the Development ofan Operating Manual for Tailings Storage.
21. Williams, DA & Williams, DJ 2004, Trends in tailings storage facility design and alternativedisposal methods, Proceedings of ACMER Workshop on Design and Management of Tailings
Storage Facilities to
22. Minimise Environmental Impacts During Operation and Closure, Perth, Australia, pp. 28.Australian Centre for Minerals Extension and Research, Brisbane, Australia.