tugas akhirrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-undergraduate-theses.pdf · mempunyar rugr -...

122
SUPER HIGHWAY TRUNK SYSTEM MENGGUNAKAN OPTIC AMPLIFIER DAN SISTEM KOHEREN TUGAS AKHIR Dlsusun oleh : Noercholis Flrmansyah Nrp. 2293.100.035 PERPU S TAKAAN I T S I RSE 62. , s<d Q. t;,_ S-1 --- 1'1'1'8 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 1998

Upload: others

Post on 07-Nov-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

SUPER HIGHWAY TRUNK SYSTEM MENGGUNAKAN

OPTIC AMPLIFIER DAN SISTEM KOHEREN

TUGAS AKHIR

Dlsusun oleh :

Noercholis Flrmansyah Nrp. 2293.100.035

PERPU S TAKAAN I T S

I

RSE 62. , s<d Q. f-~

t;,_ S-1 ---1'1'1'8

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

1998

Page 2: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

SUPER HIGHWAY TRUNK SYSTEM MENGGUNAKAN.

OPTIC AMPLIFIER DAN SISTEM KOHEREN

TUGAS AKHIR

Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Elektro

Pad a Bidang Studi Teknik Telekomunikasi

Jurusan Teknik Elektro F akultas Teknologi lndustri

lnstitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Mengetahui I Menyetujui

Dosen Pembimbing

/ 7 i

lr. HANG SUHARTO, M.Sc. NIP. 130 520 753

SURABAYA Maret, 1998

Page 3: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

ABSTRAK

Kebutuhan akan s1stem komunikasJ dengan kecepatan tmggi serta

ketersed1aan bandwidth yang Iebar menyebabkan timbulnya sistem transm1s•

dengan serat optik Super H1ghway Trunk System merupakan s1stem yang

menggunakan kecepatan Iingg• dalam pentransmisian I penyaluran s1nyal

mtormas1. Kecepatan yang digunakannya dalam orde Gb1Vs. Dl mana prosedur

multipleks yang digunakan adalah STM-16, yaitu 2,5 GbiUs

Pada tugas akh1r 1ni metodologi yang digunakan adalah dengan studi

litcratur dan pcngkajian mcngenai hal yang berkaitan dengan sistem komunikasi

sera\ opllk dengan kecepatan t1nggi, penguat optik serta sistem kohcren.

Selan)ulnya d•kBJI penggunaannya pada SIStem, sehingga diperoleh kelebihan

tertentu dibandmgkan dengan sistem konvensional.

Penggunaan pengulang saat ini diarahkan untuk menggunakan penguat

opt1k sebaga• linear repeater Penggunaan penguat optik pada sistem im dapat

sebagai penguat daya preamplifier, postamplifier, maupun remote amplifier

Sela1n rtu, penggunaan s1stem komumkasi yang menggunakan teknlk deteks1

homodyne maupun heterodyne 1kut pula mendukung sistem komunikasi dengan

kecepatan linggi Dengan teknik '"' cahaya tidak diperlakukan pada sisi level

1ntens•tas sa)a. mela1nkan amplrtudo frekuensi, maupun fasenya dapat

diperlakukan sebaga1 med1a earner

Pada tugas akhlr ini dapat d1ambil kesimpulan bahwa penggunaan

penguat opt1k { Ophcal Amplifier ) pada s1stem ini dapat mempertebar rentang

transmisi. seh1ngga dapat mengurang1 JUmlah pengulang maupun tanpa

pengulang untuk rentang tertentu. Sedangkan penggunaan sistem koheren pada

Slstem 1ni leb1h diarahkan untuk peningkatan sensitivitas penerima Sens•tivttas

penerima dalam hal im dinyatakan dalam JUmlah photon yang dibutuhkan untuk

mencapai BER 1 o·Q Seh1ngga deteksi heterodyne merupakan sistem deteksi

yang mudah dalam penglmplementasiannya. dikarenakan frekuons1

intermedtatcnya tidak bcrharga nol

Page 4: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

KATA PENGANTAR

Assalamu'alatkum Wr Wb

Dengan mengucap syukur ke hadirat Allah SWT. karena atas berkat

rahmat dan ndho-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul

SUPER HIGHWAY TRUNK SYSTEM MENGGUNAKAN

OPTIC AMPLIFIER DAN SISTEM KOHEREN

Tugas akhir ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan akademis

untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNIK ELEKTRO pada Bidang Studi

Teknik Telekomunikast - Jurusan Teknik Elektro - Fakuttas Teknologi lndustri -

lnstrtut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Akhirnya penulis berharap semoga hasil Tugas Akhir ini bermanfaat bagt

semua pthak

Wassalamu alatkum Wr Wb

Surabaya, Februari 1998

Penuhs

Page 5: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan mengucap Alhamdulillah, serta dengan segenap ketulusan dan

kerendahan hall, penuhs mengucapkan terima kasih alas dukungan secara moril

dan matenil kepada .

1 lr Hang Suharto MSc . selaku dosen pembimbing yang telah

membarikan b1mbingan dan perseluJuan tugas akhir im.

2 lr M Aries Purnomo, selaku Koordinator Bidang Studi Teknik

Telekomu nikasi

3 lr. Teguh Yuwono, selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro.

4. lr. Yoyon K. S. dan lr. Faisal Gunawan, selaku dosen wali yang Ieiah

memberikan bimbingan selama studi.

5. Pak Salehudd!n, Pak Djoko Suprayitno. serta bapak dan ibu dosen

Bidang Studi Teknik Telekomunikasi pada khususnya. serta dosen

Jurusan Tekn1k Elektro pada umumnya. atas bimbingan. saran dan

masukan selama stud!

6 Ayah lbu, kakakku Yasin. dan adikku Andi. serta paman. bibi. kakek. dan

nenekku yang selalu membenkan dorongan monl dan materiil.

kepercayaan serta fasdrtas yang menunjang selama studi.

7 Pak Teguh Pnhantoro dan Pak Bagus Hambali, dari PT INDOSAT, alas

bantuan dan masukan yang diberikan.

8 Teman - ternan penghuni lab-301. yang dimulai dari senior. yaitu Mas

Arief Muluk, Boedi, lbud, Bambang ·oanks", Khamid. Teman se­

angkatan, yaitu Nas yang sudah lulus. Ari "Skipper", Ach "Jeny" Holle,

Page 6: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

Miko ' Mok• , Rifqi, Ali, Eko Yasin. Nono, Budiarto, Astina, Eka. Ririn. Eni,

Nan.k. Happy Hasan. Lia. Zepplin serta Ieman - Ieman lam yang lidak

cukup disebutkan satu per satu

9. Mas Syarfuddin dan I. G. P. Asto. atas bantuan data. saran. masukan.

dan krit•k dalam penuhsan tugas akhir ini.

10 Mas Hendry Teguh. serta karyawan serta seluruh rekan - rekan

mahas1swa yang lidak mungkin disebutkan satu per satu. yang Ieiah

banyak membantu selama penyelesaian tugas akhir.

11 . Semua yang telah membantu hingga terselesaikannya tugas akhir ini.

yang mungkin lidak terhapal namanya, sehingga tidak dapal penulis

sebutkan

Akhirnya dengan kesungguhan hali penulis berharap agar Allah SWT

melimpahkan rahmai-Nya, serta membalas segala budi baik yang Ieiah

dtberikan.

Surabaya. Februan 1998

Penulis

Page 7: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

DAFTAR lSI

Halaman

JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN n

ABSTRAK iii

KATA PENGANTAR iv

UCAPAN TERIMA KASIH v

OAFTAR lSI VII

MF~R"MMR ~

DAFTAR TABEL xiv

BAB I PENDAHULUAN . .......... .. .......... .. ................ ... ... ......... 1

1.1 Latar Belakang . .. .. . . .. .... .. . . .. . . .. . .. . .. .. . . . .. .. .. .. .. . 1

1.2 Permasalahan .... . . .. ... ... .. . .. . .. .... .. .... .. ..... .. . .. .. .. .. .. . 2

1 3 Pembatasan Masalah 3

1.4 Metodolog1 .. . .. .. .. . .. . . .. . .. .. .. . .. .. . .. . . .. . .. .. .. . .. . . .. .. . . .. . . 3

1 5 S1stematika Pembahasan . . .. ... ... .. . .. ...... ...... . .. 4

1 6 Tujuan

1 7 Relevansi

.................................. -·· ............ ....... . 5

5

BAB II SUPER HIGHWAY TRUNK SYSTEM................... .......... 6

2.1 Umum

2 2 Perangkat Termmal

6

8

2.2 .1 Perangkat S1stem Dengan Pengulang ... ... ...... 8

2.2.1 .1 Terminal Station ... ...... ...... .. .... .... .. ... .. . .. 9

2.2.1 2 Perangkat Termmal Transmisi .... .. .. ......... 9

2.2.1 .3 Perangkat Terminal Kabel............ ....... .... 12

Page 8: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

2 2 1 4 Power Feed EqUipment . .. .. .. ... ...... ... .. 14

2.2 1.4.1 Rangkatan Catu Daya Pengulang 15

2 2 1 4 2 Pentanahan Catu

Day a Pengulang ...................... . 18

2 2 1 4 3 Pengamanan Catu Day a ........... . 20

2.2 1 5 Line Monrtoring Equipment ................... . 20

2 2 1 6 Perang kat Bawah laut .. .. .. .. .. .. . • .. .. .. .. . .. 21

2.2.1.7 Perangkat Pengulang ........................... . 22

2.2.1 7 1 Cara Kerja Pengulang ............. . 23

2.2.2 Perangkat Sistem Tanpa Pengulang ...... ..... ....... . 24

2.2.2.1 Terminal Transmisi Equipment ............... . 24

2.2.2.2 Supervisory Equipment ................ . 25

2.2 2 3 Optical Amplifier Equipment ....... . 26

2.2 2 3 1 Terminal Post Amplifier ............. . 26

2.2.2.3 2 Terminal Pre Amplifier ........ ...... . 28

2.2 2.4 Undersea Equtpment .................. .......... . 30

2 2 2 5 Pencabangan Paslf 30

2.3 Synchronous Digital Hierarchy ......... ...... ... .. .. .. ... ... .... 31

2 3 1 Pnnstp Dasar 31

2.3.2 Elemen- Elemen Muttipleksing ...... ......... ... ... ..... 32

2 3 3 Struktur Frame SOH .... .. . ...... .. . ... ... ... ...... ... ... . 34

2 4 Wavelength Otvtsion Multiplexing .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. 36

BAB Ill PENGGUNAAN OPTIC AMPLIFIER PADA SUPER

HIGHWAY TRUNK SYSTEM ....................................... .. 41

t , :AiliK PERPUST.ut-.Uit ., • • l

Page 9: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

31 Umum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ......... . 41

3.2 Sistem Penguat EDFA . . ...... ...... .................. ...... .. 42

3 21 Gam .. ...... .......... .......... ............ 45

3 2.2 NOISe ..... ••••• 0 ••••• • • • •• ••••••• • • • •• ••••••••••••• • • • •••

3 2 3 Sumber Pompa

3.2.4 Komponen Pasif

46

49

49

3.3 Penggunaan Penguat Optik Pada Jaringan Kabel Laut 50

3.3.1 Penerapan EDFA ... ...... ........................ .... .. ..... 51

3.3 2 Sistem Kabel Laut Tanpa Pengulang ... ..... .. .... ... 52

3.3.2.1 Postamplification ............ ... .. ........ ... ...... 53

3 3.2 2 Preamplification ...... ........... ... .. .. .... . 54

3.3.2.3 Remote Amplification ............ ................. 55

3 3.2 .3 1 Remotely Pumped Postamplifier . 59

3.3.2.3.2 Remotely Pumped Preamplifier ... 60

3 3 3 Sistem Kabel Laut Dengan Pengulang .. . .. .. ... .. . . .. 62

3.3.3.1 Degradas1 Terminal ......... ............ .......... 63

3 3 3 1 1 Signal To Noise Ratio 63

3 3 3.1.2 Distors1 Sinyal ......... .............. .. 64

3 3 3 1 3 Pengaruh Polarisasi ... . .. ....... ... 65

3.3 4 Aplikasi EDFA Untuk Jarak Jauh ............... ........ 65

34 Rentang Jarak Dengan EDFA .. .... ...... .............. . 68

BAB IV SISTEM KOHEREN PADA SUPER HIGHWAY TRUNK

SYSTEM ................................ ... .. ....... ..................... ..

41 Umum ....... ...... . .. ............ ........ ... .... .... ......... .... .

69

69

Page 10: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

4 2 Penggunaan Sumber Cahaya ... ..... ... . .... ..... ...... .

4 3 Optical Frequency D1v1sion MuHiplexing . . .. ............. ..

4 4 Sistem Koheren .... ..... . ·-..................... .

4 4.1 Konsep Dasar ................................. .............. .

4 4 2 Deteks1 Homodyne . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .. .

4 4.3 Deteks1 Heterodyne ........ ...... ..... ................ .. .

4 5 Teknik Modulasi .. . .. ............ ......... .............. ... .

4.5.1 01rect Detect1on OOK ................ ..... ... ... ......... . .

4.5.2 Sistem Homodyne OOK. .. .. ... . .. .. . .. . .. .. ........ .

4 .5 3 Sistem Homodyne PSK ............ .... ....... ....... ..

4 .5 4 Deteksi Heterodyne .......... . ...... .. ... ......... .

71

74

80

80

83

83

84

85

86

88

90

4.6 Sistem Transmisi Koheren ... ... ... ...... ... ...... ... ... .. .... ... 92

BAB V PENUTUP .. ... ... .. . .. .... ... . . .... ... .. . ... ........ .. .... . .. . .. . ......... 99

5 .1 Kesimpulan . . . ......... ... ... .. ...... .. . ....... ... ...... .. 99

5.2 Saran ...... ... ... ... ............................. ............ ...... 100

DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 101

LAMPIRAN

Page 11: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

Gambar 2 19 Full Duplex Wavelength Division Multiplexing .. ..... 37

Gam bar 2.20 Perbandingan Kapasrtas Dengan Waktu . .. .. . . .. . 38

Gam bar 3 1 Aplikasi Penguat Opllk

Gambar3.2

Gambar 3 3

Gambar3 4

Gambar 3.5

Gambar3.6

Gam bar 3.7

Gambar3 8

Gam bar 3 9

Penguatan lon Erbtum Pada Saluran Fiber .......... ..

Sistem Penguat EDFA .. . .......... ..

Perband1ngan Rugi - Rug1 Dan Transmisi Dan

Absorps1 EDFA .... .... ...... .. .... ... ...... .

Propagasi Pompa Daya Dan Sinyal Pada EDFA ... ..

Gain Terhadap Daya Pompa Pada EDFA ............ .

Daya Sinyal Terhadap Gain Atau Noise Figure Pada

EDFA .. .... . .. ........................ ........ ..... . .

Aplikasi Berbeda Dari Optical Amplifier ... ........ .. .. ..

lmplementasi Remote Amplifier ......... .. .. ............ .. .

Gam bar 3.10 Diagram Remote Amplification ........... .... ... ...... ..

Gambar 3 11 Konfiguras1 EDFA Pada Sistem Tanpa Pengulang .. .

Gambar 3 12 Sistem Konfigurast Remote Amplifier Dan Post/Pre

Amplifier Lokal

Gambar 3 13 Budget Improvement Remote Amplification .. . .....

Gam bar 3 14 Kebutuhan Daya Pompa Pada Remote Amplification

Gam bar 3.15 Sststem Yang D1gunakan Pada Pengulang ... ........ .

Gambar 3 16 D1agram Level Daya Sistem Pengulang 1R ........... .

Gambar 3.17 Aphkasi EDFA Untuk Link Jarak Jauh ..... .... ...... .... .

xii

43

44

44

46

47

47

48

53

56

56

57

57

59

60

62

64

67

Page 12: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

Gam bar 3 18 Perband1ngan Kecepatan Dengan Rentang Jarak ... 68

Gambar4.1

Gambar4 2

Gambar4.3

Gambar4 4

Gambar4 5

Gambar4 6

Gambar 4.7

Gambar4 8

llustras1 Filter Optik Dan Filter Elektronik ... ... ... .. .

Penggunaan Saluran Pada 10 GHz ............... ...... .

Spektrum Sumber Cahaya Semikonduktor ............ .

Kebutuhan Laser LineWldth Pada Sistem Koheren .

Sensitl\lltas Penenma . .. ... .. .......................... .

Metoda Pem1sahan Sinyal Optik ............ .. ........ .. . .

Filter Penodik ........ . ................... .. ... .... .. ... .. .... .. .

Aplikasi Optical FDM .... . ... . .................... . .

70

71

73

74

75

76

77

79

Gam bar 4.9 Konsep Dasar Sistem Koheren ... . . . ... ... . .. ... ... ... . .. . 81

Gambar 4.10 Diagram Penerima Homodyne . . . .. . .. . . .. . . . .. . ... . .. . . . .. 89

Gam bar 4.11 Konflgurasi Umum Penerima Heterodyne ... . .. .. . ... .. 91

Gam bar 4.12 Diagram Blok Penenma Optik ... ... . .. .. . ... ... . .. ... .. . 94

xiii

Page 13: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel2.1 Tekno!og1 WOM ............. .......................................... 40

Tabel3 1 Rentang Jarak Sistem Tanpa Pengulang (km) 61

Tabel 4 1 Probability of Error Untuk Sistem Koheren ... .. . ... ... . .. ... .. . 92

Tabel4 2 Jumlah Photon Yang Dibutuhkan Untuk BER 1 o-s .. .. .. .. 93

Tabel 4.3 Jumlah Photon Pada Penerima Optik ... ... ... ... . .. .. . .. . ... ... 96

Tabel 4.4 Transmitter Optik Transmisi Koheren ... . .. .. .... ... . .. .. . ... ... . 97

Tabel 4.5 Roce1ver Optik Slstem Koheren . .. .. . ... ... ... .. . ... . .. ... .. . .. . .. 98

xiv

Page 14: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

1.1LATAR BELAKANG

BASI

PENDAHULUAN

Dalam perkembangan telekomumkasi layanan jaringan sera! optik

semakrn diminatr oleh para pengguna jasa layanan telekomunikasr karena

kuahtas hasil dan kecepatan penyampaian informasi. Dengan alokasi bandwidth

yang Iebar memang memungkinkan penyaluran informasi melalui kabel serat

optik dengan kecepatan yang tinggi.

Sejalan dengan perkembangan jaringan dan sistem yang menggunakan

serat optik. dibutuhkan pula suatu sistem yang mampu untuk memadukan

keunggulan dan mengurangi kekurangan dari sistem jaringan serat optik yang

terdahulu. Pada sekrtar tahun 1970 timbul pemikiran di kalangan para ahli bahwa

kecepatan trnggr pada srstem komunrkasi jarak jauh akan diakhiri dengan

dominasl teknologr sera! optik Serat sihca (silica fiber} dapat membawa sinyal

infra merah dalam puluhan kilometer dengan rugi -rugr yang kecil Pada panjang

gelombang dengan redaman minimum. yaitu 1.55 11m. rugi - rugr yang diderita

adalah 0,2 dB/km. Dapat dibandingkan dengan kabel koaksial tembaga yang

mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan

lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz. Serat Silica juga mempunyai kapasrtas

bandwidth 25 Terahertz (THz)

Pada pertengahan tahun 80-an ketika sistem transmisi serat optik

beroperasi pada 1 ,55 11m digunakan kecepatan 250 Mb/s. Telah dilakukan

pengkajian dan penggunaan kecepatan sampai 10 Gb/s. Sejak akhir 80-an,

1

Page 15: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

2

perkembangan teknologi tersebut dipelopori oleh erbium doped optical fiber

amplifier (EDFA) dcngan kemampuan memperkuat beberapa smyal secara

stmuHan sampat dengan bandWidth 3 THz. EDFA Ieiah membuka pintu ke arah

bandWidth lebih Iebar. sehmgga ststem dengan kecepatan lebih tinggi lagt

dtrencanakan pengoperastannya secara komersial dengan jarak jangkauan lebih

dan 100 km. Proses pelcbaran bandwidth di alas didukung oleh teknologt

wavelength division multiplexing (WDM). sehingga kecepatan maupun

kapasttasnya digandakan.

Ststem yang menggunakan kecepatan tinggi tersebut dikenal dengan

sebutan super higway trunk system. Selain komponen EDFA, sistem ini juga

didukung oleh sistem koheren. Oengan penggunaan sistem koheren maka dapat

memperoleh selektivitas dan pengaturan yang baik pada penerima. Selain itu

lldak adanya pembatasan daerah passband dari optical amplifier. Sistem

heterodyne dapat dtgunakan pada seluruh range panjang gelombang yang

ditawarkan oleh smgle mode optical fiber (SMF).

1.2 PERMASALAHAN

Super highway trunk system diharapkan dapat mengakomodastkan

alokast bandwidth yang Iebar serta daoat digunakan untuk penyampatan

informast dengan cepat dan hasil yang batk.

Dt dalam penggunaan sistem tersebut. penggunaan teknologi tertentu

sangatlah dtpertukan agar memperoleh hasil yang diharapkan. Karena itu perlu

diketahui penggunaan suatu teknologi yang dapat lebih mengoptimalkan

penggunaan bandwidth pada sistem transmisi dengan sera! optik. Dengan

penggunaan optic amplifier maka dapat memperlebar rentang jarak repeater

Page 16: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

3

yang digunakan komunikas1 jarak jauh, mengurangi jumlah repeater, bahkan

tanpa menggunakan repeater Selain ~u pengembangan s1stem transmisi

koheren diharapkan pula mendukung dalam hal peningkatan sensrt1v1tas

penenma.

1.3 PEMBATASAN MASALAH

Pembatasan dalam tugas akhir tentang Super highway trunk system

menggu nakan optic amplifier dan sistem koheren ini akan dibatasi pad a

penggunaan optic amplifier pada sistem komunikasi dengan kecepatan tingg1

dan aplikasi 1arak jauh, khususnya untuk sistem komunikasi bawah laut

Sehingga dapat dicapai kecepatan yang tinggi dan rentang transmisi yang lebih

Jauh baik dengan pengulang maupun tanpa pengulang

Pembahasan masalah s1stem koheren pada tugas akhir ini lebih dibatas1

pada sistem deteks1 heterodyne. dikarenakan lebih mudah di dalam

peng1mplementas1annya pada penerima.

1.4 METODOLOGI

Metode yang d!Qunakan dalam melaksanakan tugas akhir ini adalah

dengan melakukan stud1 lrteratur dan pengkajian mengenai hal yang berkaitan

dengan s1stem komumkasi serat opt1k, S!Siem komunikasi optik kecepatan tingg1

serta jarak Jauh optic amphf1er. dan sistem koheren pada sistem komunikasi

serat optik.

Dan pengumpulan literatur dan data - data yang relevan tersebut.

selanjutnya akan dikaji mengenal penggunaan optic amplifier pada sistem

komunikasi jarak jauh maupun sebagai penguat untuk memperfebar rentang

Page 17: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

4

pengulang. Kemud1an dikaJI tentang sistem koheren pada sistem transm1si serat

opUk dengan kecepatan hnggi agar diperoleh sensrtivitas penerima yang baik

untuk teknik - tekn1k modulas1 yang berbeda.

1.5 SISTEMATIKA PEMBAHASAN

S1stemahka penulisan tugas akhir ini adalah sebagai beriku1 .

Bab I PENDAHULUAN

Merupakan bab pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang,

permasalahan, pembatasan masalah. metodolog1, sistematika

pembahasan, tujuan dan relevansi.

Bab II SUPER HIGHWAY TRUNK SYSTEM

Bab Ill

Berisi tentang sistem komunikasi serat optik dengan kecepatan tinggi

yang mellputi antara lam sistem dan perangkat - perangkatnya baik

dengan pengulang maupun tanpa pengulang.

PENGGUNAAN OPTIC AMPLIFIER PADA SUPER HIGHWAY

TRUNK SYSTEM

Berisi tentang sistem penguat optlk EDFA, penggunaan optiC

amplifier dalam aplikasi jarak Jauh maupun sebagai penguat atau

booster rentang pengulang dengan optic amplifier. serta penggunaan

remote amplification

Bab IV · SISTEM KOHEREN PADA SUPER HIGHWAY TRUNK SYSTEM

Bens1 tentang keuntungan sistem koheren dibandingkan dengan

IMIDO, optical FOM. deteksi homodyne dan heterodyne, serta teknik

modulasi

Page 18: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

5

BabV PENUTUP

Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

1.6 TUJUAN

Penger)aan tugas akh1r ini bertuJuan untuk mengkaji tentang penggunaan

optic amplifier dan ststem koheren pada super highway trunk system yang

dttujukan untuk sistem komuntkasi optik dengan kecepatan yang tinggi.

1.7 RELEVANSI

Tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai

penggunaan optic amplifier untuk memperlebar rentang transmisi dan

penggunaan sistem koheren untuk memperoleh sensitivitas penerima yang baik

pada sistem komuntkasi optik. Sehingga dapat lebih mengefektifkan dalam hal

harga dari sistem komuntkasi secara keseluruhan.

Page 19: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

7

Pada gambar 2 1 terlihat bahwa dari line terminal sinyal diteruskan ke

ltnear repeater yang berfungsi untuk mempertebar jarak (spacing) jangkauan

transmtst Sinyal - stnyal yang mengalamt perlakuan selama perjalanan melalut

suatu medta transmtst serat optik drterima oleh regenerative repeater. Sinyal -

stnyal tersebut dikembahkan kembalt menjadi sinyal asal untuk diteruskan ke

ltnear repeater lagt. sam pat drtenma di ujung line terminal penerima. Penggunaan

ltnear repeater yang saat tnt dtpelopori optical amplifier (penguat optik)

menyebabkan Jarak antar repeater (pengulang) semakin jauh bahkan dapat tidak

menggunakan pengulang sampai jangkauan tertentu. Sebelum penggunaan

linear repeater sistem transmisi dapat menggunakan regenerative repeater

sebagai penghubung antar line terminal.

Dengan penggunaan regenerative repeater sebagai penguat dan

pengulang sinyal sebelum ke line terminal penerima. maka dapat mengatasi

jarak transmisi (spaCJng) antar line terminal. Untuk jarak jauh 160 km tanpa

menggunakan regerattve repeater, dapat dilihat pada gam bar 2.3.

Dalam sistem )anngan serat optJk jarak jauh dengan kecepatan tmgg1

terdapat dua cara transmist yang digunakan. yailu terrestnal dan submarine

man D' 110 .... llilll D a<:lkm 1:uo D In~ I Iiiii Hl }- u;au 111111 t-tJ }- ;:no IJIIII J:JJ,I 1111111 llillll IUIJI 111111 mm1

Gambar2.27

Ststem Transmisi 600 Mbit/s Dengan Repeater

Ibid p. 24.

Page 20: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

8

(undersea) communtcation system Pada aplikasi yang sering digunakan yaitu

submanne communication system (ststem komunikasi bawah laut). sedangkan

terrestnal (darat) lebth banyak penggunaannya untuk komuntkasi I Jaringan yang

berhubungan dengan pengolahan data menggunakan komputer (PC).

2.2 PERANGKAT TERMINAL

Perangkat Terminal ( Terminal Equipment - TE) yang dipergunakan pada

sistem memtllkl kualifikasi tertentu agar dapat bekerja sesuai standar yang

ditentukan Standar Synchronous Dig1tal Hierarchy (SOH) digunakan pada sistem

ini termasuk dalam hal muhiplexer dan demultiplexer. Selain itu digunakan pula

Power Feed Equipment (PFE), standar operasi International Standard Unit (ITU)

yang mendukung slstem interface, serta peralatan pemonitoring untuk

mendukung pemeliharaan dari lintasan pengulang.

2.2.1 Perangkat Sistem Dengan Pengulang

S1stem yang menggunakan pengulang ini didasarkan pada penggunaan

Janngan transpor dan mana)emen Synchronous Digital Hierarchy (SOH).

L.,... r ti"''WW.r tnT-

:ran L:J :eo~u-- Olr.l g 11:1r.1 fOil Hl UIIU 1111~ !IIlii lii1U Ill Ill IDCII

Gambar2.33

Sistem Transmisi 600 Mbit/s Jarak Jauh

tbtd Loc Cit

Page 21: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

9

Konfigurasi yang dogunakan memiliki kapasrtas yang tinggi sampai 5 Gbfs untuk

setiap pasang serat. do mana bila menggunakan teknik wavelength dovision

mu~oplexing (WDM) akan membenkan hasil yang lebih banyak Sostem 101

mendukung konfigurasi poont to poont. percabangan. maupun sistem nng. Selaon

rtu kapasrtas dapat dotingkatkan sesuai dengan perkembangan Teknologo

transmiso yang dogunakan pada jendela ketiga, yaitu 1550 nm dengan

penggunaan penguat optik.

2.2.1.1 Terminal Station

Terminal Station mencakup Terminal Transmission Equipment. Line

Monitoring Equipment, Power Feed Equipment sebagai pencatu daya kabel

serat optik, serta kabel serat ophk bawah laut. yang dapat dillhat pada gambar

2.6. Perangkat ini merupakan pusat pengendali dari sistem di mana

pengontrolan, pendeteksoan dan pencatudayaan dilakukan berdasarkan hasil

yang doperoleh dari peralatan monitoring

2.2.1.2 Perangkat Terminal Transmisi

Perangkat Termonal Transmisi (Terminal Transmissoon Equopment- TIE)

merupakan perangkat terminal transmisi yang diletakkan pada terminal

pemancar I penenma TIE oni menggunakan standar yang telah ditentukan baik

CEPT maupun STM-1 untuk mendukung TIE kecepatan yang diinginkan.

Perangkat TIE yang telah dogunakan adalah untuk kecepatan 622 Mb/s, 2,5

Gb/s, dan 5 Gbfs.

Page 22: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

4

s

CCPT-4

(

. - 1-

\

L t•F' PA.'..R it •

a::w I L'V ........ ·. -o.· . .a.v~

r-ID• LTU

'•'"''""' • - -C4/l/4 M'TC!

L;N; OAIR • •

t D L1nc

M\ll'lltOIII'~ F. V'Of'l'lfi''ll •

Gambar 2.4' T ermmal Station

Gambar2.55

- '--

u~ c-.~rr.

PO>,~

''"" EQU!Il"''lf!.'"ll

-eun.na a - ----'

Konfigurasr SKKL Serat Optik Dengan Pengulang

10

P T. Telekomun•kas• lncfones•a. Technical Semmar. AT&T, July, 1995, p. 15. AT&T, Lightwave Undersea Transm•ssion Systems. Document Presentation, AT&T, Colorado 1990. p. 56.

...tJ , • r.,

Page 23: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

11

Gambaran dan TTE dapat dilihat pada gambar 2.5. Ketersediaan TIE 5

Gbls terdiri dan 32 buah STM-1 2.5 Gbls terdiri dari 16 buah STM-1, sedangkan

622 Mb/s terdtn dan 4 buah STM-1. Perangkat ini memilikl fungsi untuk

mengnubungan (interface) SJStem darat ( sistem jaringan ekor ) dengan ststem

kabel laut ( s1stem utama ) yang drtempatkan pada kedua sisi stastun terminal,

yang secara khusus adalah

,. Modulasi dan demodulast sinyal informasi yang akan dikirimkan dan

dtterima

,. Multlplekstng dan demultiplekslng sinyal informasi yang akan dikirimkan

dan diterima

,. Konversi sinyal informasi dari bentuk sinyal digital elektrik ke sinyal

dtgttal optik dan sebaliknya

,. Konversl pengkodean saluran sinyal mformasi dari sistem darat ke

sistem kabellaut, dan sebaliknya

,. Pengendallan dan pengontrolan jarak jauh pengoperasian perangkat

bawah taut, khususnya perangkat pengulang.

Perangkat pengawasan pengulang ( Repeater Supervisory Equipment -

RSE ) berfungsi untuk mengamati dan mengontrol kondisi unjuk kef]a dan

karakteristik perangkat bawah taut, terutama perangkat pengulang. Operasi kerja

yang dilakukan antara latn melaksanakan kontrol kesalahan apabtla terjadi

kesalahan pada perangkat taut. Selain itu perangkat ini juga berfungst untuk

mengawas1 dan mengontrol hubungan koordinast antara sistem komunikasi darat

dengan sistem komunlkasi kabellaut.

Page 24: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

12

~ 5Gbls CI:PT-4 5 Gbls ~ .. ;.

STM~1 TTE -32

~ 25Gb's

CtPT-4 2.5 C"'s . SIM 1 THo . -

1b

~ 6?2 Mb.ls

CEPI·" 622 Mbls . . -STM- 1 TTl;

4

Gambar 2.66

Terminal Transmtssion Equipment

2.2.1.3 Perangkat Terminal Kabel

Perangkat termtnal kabel atau Cable Terminattng Equipment (CTE)

merupakan Interface antara perangkat termmal dengan perangkat bawah laut,

berfungst sebagat termtnal kabellaut. Fungsi utama perangkat int adalah sebagai

perangkat pemisah kabel serat optik dengan kabel calu daya pengulang yang

berasal dan kabellaut, dengan menggunakan konektor pemisah.

Kabel serat opt1k yang telah dtplsahkan dihubungkan ke TIE dengan

menggunakan konektor penyambungan optJk ekor serat optik. Sedangkan kabel

catu daya pengulang dthubungkan ke PFE dengan menggunakan konektor

penyambungan elektrtk.

Secara garis besar fungsi CTE untuk menangani konfigurast perangkat

bawah laut. antara latn sebagat bertkut :

0 Memisahkan kabel serat optik dengan kabel catu daya pengulang yang

berasal dan kabel laut

• P T. Tetekomuntkasi tndonesta. Op C1t., p. 16.

Page 25: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

I :

-

11;• CF'LTS

... :l' wr. op.)li(

- -

~aru-s

atn&Or rega~an -aaklar pe1"9uba.""

c-E

Gambar2f D1agram Blok CTE

13

1!1 Mengawas1 dan mengukur perubahan beda tegangan potensial tanah dan

arus balik sistem pencatuan daya pengulang yang terjadi

0 Mengawasi dan mengukur besar arus dan tegangan catu daya pengulang

yang d1catu oteh perangkat PFE pada konfigurasi perangkat pengulang

1i!1 Mengawasi alarm kond1s1 operas10nal sistem abnormal dan melakukan

tindakan pengamanan

Perangkat CTE dapat langsung mengambil alih tindakan koreks1

kerusakan, apabtla kerusakan atau gangguan yang terjadi dengan segera dapat

d1atasi. Misalkan apabila terjadi gangguan arus atau tegangan listrik pada sistem

pencatuan daya pengulang, maka perangkat CTE segera memutuskan

7 PT. lndosat, Conlract For Optical F1ber Submarine Cable System Sea Me We II S. 1., Alcatel Submarcom Jakarta, 1990, p. 45.

Page 26: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

14

hubungan arus catu daya pengulang Kerusakan atau gangguan yang

disebabkan karena terputusnya kabel laut. merupakan salah satu contoh

kerusakan yang ltdak dapat dengan segera diatasi ofeh perangkat CTE sebab

membutuhkan koordmas1 SJStem secara keseluruhan terlebih dahulu

2.2.1.4 Power Feed Equipment

Power Feed Equipment (PFE) merupakan perangkat yang dipergunakan

untuk memberikan daya kepada Pump Laser yang terdapat pada pengulang.

Pada unit yang merupakan cabang perangkat terminal ini bertugas mengkontrol

daya dan switching kabel serat optik. Selain itu dapat dipergunakan untuk

mendukung pengecekan lokasi kegagalan kabel sera! optik. Ketersediaan yang

tmggi menyebabkan tingkatan daya yang berlebih serta konfigurasi Doubled

Ended untuk mehndung1 transmisi dari kegagalan PFE.

MelaiUJ perangkat 1ni set1ap perangkat bawah !aut dicatu daya DC melalui

kabel catu daya pengulang. Kabel catu daya pengulang yang digunakan berupa

lapJsan selubung kawat tembaga bag1an dan lapisan pelindung kabel laut

r .. ,..... •

PH

Gambar2.88

Diagram Blok Power Feed Equipment

AT&T Op C1t p 22.

Termnol 2

Page 27: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

15

Konduktor arus batik sastem pencatuan daya pengulang menggunakan

medaa aar taut dan permukaan dasar taut. dengan menggunakan sastem loop

back Perangkat ina dalengkapi dengan elektroda pentanahan catu daya

pengulang yang dalctakkan pada daerah pantai di sekitar terminal. Hal tersebut

damaksudkan sebagaa penghubung sastem pentanahan antara konfigurasi catu

daya pengulang dengan permukaan dasar taut.

Konfigurasa sastem catu daya pengulang dapat dilakukan dengan dua

metoda, yaitu pencatuan arus konstan secara seri dan pencatuan tegangan

konstan secara paralel untuk seliap pengulang. Sistem catu daya pengulang

arus konstan secara seri mengakibatkan total tegangan yang dibutuhkan sistem

merupakan jumlah dari setiap tegangan yang dibutuhkan oleh setiap perangkat

pengulang. Sedangkan sistem catu daya pengulang dengan tegangan konstan

secara paralel mengakabatkan total arus yang dibutuhkan sistem merupakan

jumlah setlap arus yang dibutuhkan oleh setiap perangkat pengulang.

2.2.1.4.1 Rangkaian Catu Daya Pengulang

Rangkaaan catu daya pengulang dtlengkapa dengan peralatan kontrol

untuk mendapatkan tegangan DC yang rata. konstan serta kontinyu Secara

gans besar perangkat PFE dilengkapa dengan beberapa rangka1an pendukung,

antara laan rangkaaan pengatur daya, rangkaian pemantau daya, rangkaian

pemindah beban dan rangkaaan proteksa pentanahan taut.

Page 28: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

e 10

PrE A

PFE A

I· • II .. b • .. +I .. - 2 m-1 m Itj I I " " t~• lr

-

a Slstem Penea:tuan Tegangan K.onstan

2

b. Slstem Pence1uan Arus Konstan

Gambar 2.99

~ m 1

Konfigurasi Sistem Catu Daya Pengulang

LT

Pe.;w.O. ••

'""""

Gambar 2.10.0

Perangkat Catu Daya Pengulang

-

P. T lndosat, Op. Ctl., p. 78 lbtd, p 81

PFE 8

PFE B

16

Page 29: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

17

'1 Pengatur Day a

Rangka1an pengatur daya ( Power Regulating - PR ) berfungsi untuk

mengkonvers1kan sumber utama DC tegangan rendah menJadi keluaran

tegangan Iingg• dengan menggabungkan beberapa konverter, yang dilengkap1

dengan peralatan mikro komputer pengendali. di mana peralatan mikro komputer

digunakan untuk membenkan pemprosesan keluaran alarm dan kendali

otomat1s

0 Pemantau Daya

Rangkaian pemantau daya atau Power Monitoring (PM) berfungs1 untuk

memantau arus dan tegangan catu daya pengulang yang diberikan kepada

perangkat pengulang (beban). Rangkaian PM ini terdiri dari sensor arus atau

tegangan, akan memantau keluaran arus atau tegangan dari pengatur daya

dengan menggunakan Current Error Sensor (CES) yang mempunyai tungs1

sebagaJ stabilisator arus

0 Pemindah Beban

Pem1ndah beban ( Load Transfer - L T ) merupakan saklar

penyambungan yang mengubah sambungan di antara keadaan sistem

pencatuan daya pengulang dalam keadaan operasi normal ke operasi darurat

serta s1stem UJI beban. Pem1ndah beban ini terdm dari 4 (empat) unit saklar

penyambungan yang sahng bekerja sama untuk menentukan daya.

Page 30: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

18

0 Proteksi Pentanahan laut

Proteksi pentanahan taut ( Ocean Ground Protection - OGP ) betfungs1

untuk melindung1 kabel pentanahan catu daya pengulang dari pengaruh

tegangan lebih ( over voltage ) yang mungkin tel)adi pada s1stem pentanahan

catu daya pengulang Rangka1an proteksi pentanahan laut umumnya didesain

mampu menangani tegangan lebih yang dapat menyebabkan putus atau

rusaknya s1stem pencatuan daya pengulang sampai dengan < 20 kV.

2.2.1 .4.2 Penta nahan Catu Daya Pengulang

Pentanahan catu daya pengulang dimaksudkan untuk menghindari

kerusakan pada perangkat catu daya pengulang apabila mengalami gangguan.

seperti terjad1nya tegangan berlebih.

D Kabel Pentanahan Catu Daya Pengulang

Kabel pentanahan catu daya pengulang betfungsi sebaga1 penghubung

perangkat PFE dengan elektroda pentanahan pada setiap sisi stas1un terminal

Umumnya t1pe kabel pentanahan catu daya pengulang juga terdiri dari 3 bag1an

utama Pertama. bag1an 1nli kabel pentanahan catu daya pengulang berupa

kawat konduklor. yang terdiri dan 4 (empat) buah kawat tembaga dan betfungsi

sebagai jalur utama arus batik catu daya pengulang. Kedua. lapisan pelindung

dalam, terbuat dan bahan polyethylene. Fungsinya sebagai bahan isolator untuk

menghmdari kemungkman terjadinya hubung singkat atau tegangan lebih.

Ketiga, lapisan pelindung luar. terbuat dari bahan metal khusus tahan terhadap

korosi air !aut, betfungs1 untuk melindungi kabel secara mekanis dari pengaruh

lingkungan dasar taut.

Page 31: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

19

0 Elektroda Pentanahan Catu Daya Pengulang

Elektroda pentanahan digunakan sebagai jalur bahk arus pencatuan daya

pengulang, menghubungkan s1stem pencatuan daya pengulang yang dllakukan

oleh perangkat PFE dengan lingkungan dasar laut Pada 1 (satu) SIStem

pencatuan daya pengulang, dibutuhkan beberapa buah elektroda pentanahan

Umumnya terdiri dari 4 (empat) buah elektroda pentanahan untuk setiap sis1

stas1un terminal. sebap elektroda pentanahan dihubungkan dengan konduktor

kabel pentanahan catu daya pengulang dengan menggunakan kotak

penyambungan slstem pentanahan catu daya pengulang yang ditempatkan pada

manhole perangkat terminal tepi pantai. Elektroda pentanahan umumnya terbuat

dari bahan metal (besi) dengan lapisan khusus berupa silikon. Diameter, panjang

dan jumlah kualitas elektroda pentanahan ditentukan oleh beberapa faktor antara

lain resistansi permukaan dasar laut serta perkiraan umur sistem pentanahan.

Untuk mendapatkan ketahanan umur pemaka1an elektroda pentanahan

agar tidak mudah rusak. penempatan elektroda pentanahan diusahakan

dilakukan pada daerah pantai dengan karakteristik struktur tanah yang memllik1

res1stansi rendah. Sela1n rtu jarak penanaman elektroda pentanahan d1atur tldak

boleh berdekatan Hal 1n1 d1lakukan untuk menghindari kemungkinan tef]adtnya

mutual resistansi. ba1k antar elektroda pentanahan yang berdekatan maupun

antar elektroda pentanahan dengan permukaan dasar !aut.

Jumlah elektroda pentanahan yang digunakan JUga dipengaruhi oleh

kondisi geografis dan geologi d1 mana sistem kabel laut ditempatkan. Untuk

daerah tertentu dengan karakteristik lingkungan alam sekitar yang tidak stabil ,

jumlah elektroda pentanahan yang digunakan dapat digandakan dan dilakukan

pencadangan. Selain ltu dalam kondisi tertentu di mana sistem pencatuan daya

Page 32: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

20

menanggung beban pencatuan daya cukup tlnggi (10 kV) untuk setJap stsi

termtnal. elektroda pentanahan dapat dihubungkan dengan dioda zener yang

dtgunakan sebagai fasttrtas protekst

2.2.1.4.3 Pengamanan Catu Daya

Untuk menjaga keamanan sistem catu daya penguiang. pada setiap sist

stasiun terminal dttempatkan perangkat PFE cadangan dengan tipe dan

karaktenstik sama dan tdentik perangkat PFE utama, berfungsi sebagai ststem

redundansi. Perangkat PFE cadangan berada dalam keadaan siaga dan

dihubungkan dengan konfigurasi pengulang bawah taut yang akan berfungsi

mengambil alih beban pencatuan daya apabila perangkat PFE utama mengalami

gangguan atau kerusakan. Pemindahan beban pencatuan dari perangkat PFE

utama ke perangkat PFE cadangan dilakukan secara otomatis, dikontrol pleh

suatu rangkaian relay penyambungan HTS ( Hot Transfer Switch ) yang

dthubungkan dengan suatu beban

2.2.1.5 Line Monitoring Equipment

Perangkat 101 dipergunakan untuk mengukur keadaan sistem bawah !aut

pada pengukuran penguatan dan amplifier, pengukuran kualitas end to end

transmisi. mengoperastkan pemeliharaan baik dalam keadaan baik maupun yang

membutuhkan perbaikan Selain itu membenkan gambaran secara langsung

keadaan kabel serat optik. Penggunaan pengulang loop back pada LME

digunakan untuk melakukan pengukuran penguatan dari pengulang, sesuai

dengan perubahan waktu.

Page 33: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

·.

Ttm'\1.--..: 'l:eooewo..e, .. Ll& 1-iUB ---=-=-------'lt [T)

_=_ ... _.-~/-....,...--- -----

-----------'fTf.:...J•- -,.----- -----

1 L___

LMt

•.

Gam bar 2.11 11

Line Monitoring System

2.2.1.6 Perangkat Bawah Laut

21

q:CCX!~t"' T(f'm..-.a" ~~ .. LLe H\..,6

TTf.Rt

•. m m

Perangkal bawah laut terdrn dari perangkal kabel laut dan perangkat

pengulang Perangkal kabel laut terdrn dari kabel catu daya pengulang pada

laprsan luar dan kabel serat optik pada bagran pusat. Kabel seral optrk berfungsr

sebagai saluran transmisr untuk menyalurkan rnformasr smyal opt1k yang berasal

dan perangkat TIE kedua UJung srstem. Kabel calu daya pengulang berfungsr

untuk melewatkan arus catu daya pengulang yang berasal dan perangkat PFE

Unluk mehndungJ kabel dan pengaruh gangguan lingkungan bawah laut, kabel

dilaprsr dengan lap1san pelindung khusus, dengan komposrsi bahan yang

ber1arnan untuk sellap laprsan.

Perangkal pengulang bawah laut berfungsi untuk mengkompensasi sinyal

optrk yang telah mengalamr redaman sepanjang serat optik pada 1arak tertentu.

11 lbrd .. p. SO.

'i ...., Ull W QC:"D' •"

Page 34: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

22

Jarak atau mterval pemasangan antar perangkat pengulang drtentukan oleh

redaman serat optik yang d1paka1, kemampuan penguatan perangkat pengulang

dan marg1n s1stem yang diberikan Terdapat 3 (bga) fungsi utama yang dapat

dliakukan oleh perangkat pengulang bawah Jaut. yaitu Reshapping. Retim1ng.

dan Regenerating, atau 3-R

Pada kond1s1 tertentu dilengkapi dengan perangkat pencabangan

(Branchmg Unit - BU) Perangkat ini pada dasarnya sama dengan perangkal

pengulang. hanya saja memiliki unrt masukan keluaran Jebih dari 2 (dua) t~ik atau

bercabang Penggunaan perangkat BU dapat dilakukan untuk menghubungkan

dengan ujung - ujung sistem yang terdiri dari Jebih dari 1 (satu} buah stasiun

terminal Selain itu BU mempunyai fungsi untuk mengatur daya dan aliran trafik

pada ujung - ujung ststem yang terdiri dari lebih dari satu stasiun terminal.

2.2.1. 7 Perangkat Pengulang

Unluk mengatasi masalah redaman transmisi yang terjadi pada sistem

komun1kas1 serat optik dapal d1Jakukan dengan menempatkan beberapa buah

perangkat pengulang pada jarak interval tertentu sepanjang saluran transm1s1.

Interval J8rak antar pengulang drtentukan oleh besamya redaman sera! opbk

yang digunakan. Penguatan yang dapat dilakukan perangkat pengulang serta

margm SIStem yang d1gunakan. Untuk sistem komunikasi kabel taut sera! ophk

dengan pengulang, s1stem pengulang elektriknya dapat d1gambarkan pada

gam bar berikut 2 12.

Perangkat pengulang bawah laut akan melakukan proses 3-R

(Reshapping, Retiming dan Regeneration) terhadap sera! optik yang telah

mengalaml redaman. Sinyal optik yang diterima oleh rangkaian penerima

Page 35: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

23

kab<: cr:to- '" :-r 7X kUrt: oo':'llc

I I O't !lE I E/0

Ran~<e ~, Rar.gkal$1"' O~.:t~.r PIP'!guat T pen.g•rf'l" T ~q• l-R>_ ~~e~ EtO '

s ny~l cl$ktrik 5inya' 001·k

Gambar 2.12" Proses SKKL Serat Optik Dengan Pengulang

perangkat pengulang terlebih dahulu akan diubah ke dalam bentuk sinyal elektrik

kemud1an dilakukan proses 3-R. Setelah dllakukan proses 3-R, sinyal elektrik

d1ubah kembah men1ad1 sinyal optik untuk selanjutnya dikirimkan kembah oleh

rangkaian penglrim perangkat pengulang.

2.2.1 .7.1 Cara Kerja Pengulang

Pada bag1an transmitter sinyal hstrik yang telah diubah ke dalam kode

bmer. d1konvers1kan ke dalam smyal optik. Sinyal optik yang dipropagastkan

sepan1ang serat akan mengalam1 redaman dan distorsi. Selanjutnya sinyal opt1k

tersebut d1konversikan kembali dalam bentuk sinyal listrik di bagian optical

receiver dan pengulang. Oleh karena itu pada bagian generator, sinyal yang

diterima ini kemudian dtproses melalui generator elektronik yang menguatkan

12 J C Palats , Fiber Op!tc Communicatton, second Edition, Prentice Hall, New Jersey, 1988, p. 67

Page 36: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

24

dan memperba1ki kualrtas sinyal yang mengalami kemerosotan di sepanjang

saluran transm1si, sehmgga kualrtas sistem dapat dipertahankan seperti semula.

Kemudian s1nyal yang Ieiah d1perbaik1 1ni. dilransmisikan melalui optical

transmitter ke dalam serat.

2.2.2 Perangkat Slstem Tanpa Pengulang

Teknolog1 sistem tanpa pengulang merupakan teknologi yang

menggunakan penguat opt1k ( opllcal amplifier ) sebagai kompensasi redaman

dalam pentransmisiannya. Peletakan penguat optik di atas permukaan

laut/daratan dengan menggunakan panjang gelombang 1550 nm. Terminal yang

digunakan menggunakan standar transmisi darat dan penguat serat optik.

2.2.2.1 Terminal Transmission Equipment

Perangkatmi dihubungkan dengan jaringan toll serat optik yang berada di

darat. Standar yang digunakan sama dengan perangkat dengan pengulang ya~u

CEPT dan STM. Setelah melewati multipleks maupun keluar dari demultipleks.

maka d1peroleh kecepatan yang tinggi untuk dliewatkan saluran optik. Perangkat

n e

SE Penguat Opt1k

Gambar 2.13'3

Konfiguras1 Sistem Tanpa Pengulang

L SE

'3 Elane K Stafford, J Mat~no. M. M. Sanders Undersea Non Repeatered Technology,

Product and Challenger AT&T Technical Journal. January, 1995, p. 47 No.1

Page 37: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

.,..o/F,mn nl~tnd l (JIJ

N61wor'l:

N

CI:PT •

'II - 4 M~tx untuj( 6,, MtMII~ N • 11S Max ttlll,lk 'J. S GCilll~ N • 32 Max uulult 50 Gb•ll~

MO"IplcX I Oemulhpt@x

Gambar2 1414

5 Gt.Vs

25GbcVs

622MboUs

Terminal Transmission Equipment Tanpa Pengulang

To/From Optteallm~

25

ini memilik1 fungs1 untuk menghubungkan sistem darat dengan sistem kabel laut,

ditempatkan pada kedua sisi terminal, sama dengan sistem yang menggunakan

pengulang .

Pengembangan perangkat ini tidak dapat dilakukan dengan mudah tanpa

didukung dengan pengembangan teknologi penunjangnya. Sumber opt1k laser

diode distributed feedback laser (LD-DFB), detektor optik lnGaAs-APD

rangka1an 1ntegras1 (IC) dengan tanggapan kecepatan tinggi (u~ra high speed

response IC) s1stem mu1t1plexmg WDM serta sistem transmisi d1grtal SOH

Kesemua teknolog1 tersebut merupakan teknologi · teknologi penunJang yang

per1u dikembangkan dalam penerapannya sis1em komunikasi serat optik tanpa

pengulang

2.2.2.2 Supervisory Equipment

Secara garis besar Supervisory Equipment ( perangkat equipment) pada

sistem tanpa pengulang ini mempunyai kesamaan dengan sistem yang

" P T Telekomun1kasi Indonesia, Op Cit . p. 39.

Page 38: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

26

menggunakan pengulang Perangkat pengawasan ini berfungsi untuk

mengontrol dan mengawasi unjuk ker1a sistem secara keseluruhan. Selain itu

perangkat 1ni juga d1gunakan untuk mengontrol koordinasi operaSJ kel')a

hubungan s1stem darat dengan sistem kabel laut. Untuk memudahkan

perawatan dan pengontrolan serta koordinasi secara keseluruhan. sistem

pengawasan dilakukan d1 kedua sisi temninal.

2.2.2.3 Optical Ampl ifier Equipment

Penggunaan penguat optik ( optical amplifier ) dalam S1stem

superhighway dimaksudkan untuk mengganti perangkat pengulang di dalam taut,

dan untuk menampung kapasitas yang lebih tinggi, serta menaikkan jarak

pcntransmis1an antar terminal. Penggunaan optical amplifier berfungsi sebagai :

•!· Terminal post amplif1er. yang juga sering disebut dengan booster yang

berfungs1 untuk mena1kkan daya output pada transmitter.

•!• Terminal pre amplifier yang memungkinkan untuk meningkatkan sensitifrtas

daya pada receiver

2.2.2.3.1 Tenninat Post Amplifier

T ransmrtter post amplifier pertama kali digunakan secara luas dengan

menggunakan aplikas1 Erb1um Doped Fiber Amplifier (EDFA), karena untuk

meng1mplementasikannya sangat sederhana. di mana daya input pada post

amplifier in1 sangat t1nggi sehingga perbandingan singnal to noise ratio (SNR)

tidak mengalam1 degradas1 pada saat proses.

Page 39: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

pump 1 m onitor pump 2 monrtor

L: output

L: output tli0,810f

- ¥ «>SUD<

_-t+-Ert>td1um M:w·e WOMcovpfer

DFA Booa1er

I Peltter

emDeretur Corl1tol

WOU coupler

pump la&er-

Pump Pe ltier Current T emperntur Control Control

Gambar 2.1 5'5

D1agram Blok Post Amplifier

.----

pump laser

Pvmp C urrent Control

27

arsed

Diagram blok dari post amplifier dapat dilihat pada gambar 2.15. Post

amplifier membutuhkan beberapa pompa sesua1 dengan daya output yang

diharapkan. ter1ihat pada gam bar dicontohkan ada dua pompa.

S1nyal opt1k masuk ke ISOlator untuk tingkat pemantulan daya mput,

kemud1an dari isolator masuk ke WDM coupler-1 yang memiliki fungsi

meng1n)eks1 pompa pertama untuk menmgkatkan daya s1nyal opt1k yang

mengandung bahan erbium Keluaran dan sinyal optik yang d1has1lkan pada

WDM coupler-1 masuk ke WDM coupler-2. WDM coupler-2 ini memilik1 fungsi

sama dengan WDM coupler-1 yartu mengmJeksl pompa kedua untuk

menmgkatkan daya s1nyal opbk yang diinginkan, kemudian sinyal yang telah

dikuatkan masuk ke sistem laut dan d1harapkan smyal optik ini dapat diterima

dengan baik pada bag1an term1nal penenma.

Terminal post amplifier dlletakkan pada bagian terminal pemancar, yang

1s Siemens. Mm1sub Submanne Cable Systems, Submanne Cable Technology, Apnl,

1992,p 23

Page 40: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

28

mempunya1 fungsi untuk meningkatkan daya output pengirim untuk

memakSimumkan kemampuan daya bag1 Jarak pentransmisian antar terminal d1

mana penguatan yang utama adalah meningkatkan daya output yang tinggi pada

sinyal optik rtu sendiri

Tetapi limbul suatu efek dari penyaluran ini karena daya yang disalur1<.an

menuJu ke saluran fiber adalah sangat bngg1 dibandingkan dengan transmitter

konvensional, sehingga akan menimbulkan efek yang disebabkan oleh non

hnieritas dari transmisi fiber Efek yang pertama adalah SBS ( stimulated brillouin

scattering ). di mana untuk saluran transmitter yang sempit, daya yang

dHnJeksikan dibatas1 pada suatu level yang disebut ambang brillouin, di mana

semua daya yang berada di atas level daya ini dipantulkan kembali menuju ke

Iran smitter.

Efek ini dapat dimimmalkan dengan melebarkan spektrum transmitter,

karena ambang SBS ini dapat secara langsung tergantung pada Iebar saluran

transmitter. sebagai contoh dengan )alan metapis1 modulasi frekuensi rendah

pada laser transmitter

Keterbatasan yang kedua post amplifier 101 d1sebut Self Phase Modulation

( modulas1 lase secara otomatis SPM ). SPM ini dikarenakan oleh indeks

pantulan (refraksi) fiber pada mtlnya. Pada sistem tanpa pengulang. transmitter

post amplifier 1n1 1araknya relatif pendek tetapi daya optiknya sangat tinggi di atas

20 dBm.

2.2.2.3.2 Terminal Pre Amplifier

Pada post amplifier, pembatasan • pembatasan yang dihadapi

disebabkan oleh ak1bat non tinier yang tidak berkaitan secara langsung dengan

Page 41: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

29

op11m1sasi modul amplifier Sedangkan pada pre amplifier, pembatasannya

tergantung kepada opllm1sasi teknologi dari desain.

Prinsip dasar dan optlk pre amplifier adalah dengan membenkan

penguatan smyal oplik sebelum s1nyal mendapat pengaruh noise. Prinsip 1ni telah

diterapkan sebagai contoh pada avalanche photodiode (APD). Sehingga pada

optical pre amplifier ini smyal akan dikuatkan secara optik sebelum terjadi

photodeteks1 Untuk memperoleh karaktenst1k operasi yang diinginkan maka ada

beberapa kond1Si yang harus dipenuhi. yaitu penempatan fi~er optik sebelum

terjad1 photo diode.

Perbaikan sens1tif1tas penerima yang diberikan oleh sebuah pre amplifier

opt1k berk1sar antara 5 sampai 10 dB, tergantung pada panjang gelombang

pemompaan ( 980 nm atau 1480 nm ) dan suhu dari lingkungan sekitar penerima

APD baseline kurang teroptimalisasi dalam hal noise thermal.

Termmal pre amplif1er secara efektif meningkatkan sensitifitas pada

termmal penenma dan mengh1ndarkan kesalahan unjuk kerja dari bermacam -

macam level alas daya penenma Pre amplifier memiliki karakteristik tersendin

yartu mempunya1 n01se yang rendah dan penguatan sinyal optik yang tinggi yang

merupakan salah satu syarat aspek desa1n pre amplifier yang banyak diterapkan

Rangka1annya terd1ri dari satu pemompa yang masuk ke WDM coupler

yang berfungs1 mengln)eksi laser dengan bahan erbium. dari WDM coupler smyal

input yang telah dikuatkan dengan bahan erbium tersebut masuk ke isolator

kemud1an masuk ke tuneable fabry perot filter untuk diteruskan WDM coupler

yang berfungsi untuk mengontrol penguatan noise yang tidak begitu besar ( yang

sebelumnya melalui proses PIN diode masuk ke low noise amplifier (LNA) dan

filler control dengan slstem umpan balik ). Dari proses penguatan sinyal ini

t• ' ~·-•.!;

Page 42: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

30

diharapkan penguatan yang terjadi adalah penguatan sinyal optik 1tu sendin,

mengenai penguatan no1senya diharapkan tJdak begrtu besar

2.2.2.4 Undersea Equipment

S1stem lanpa pengulang ini hanya memiliki perangkat kabel taut serat

optik saja. lldak mem11iki komponen lain ( tidak memiliki komponen elektrik di

dalam laut sepert1 pengulang ) Perangkat ini memiliki karakteristik mekanik yang

sama dengan slstem yang menggunakan pengulang. Karakteristik tersebut

memiliki desain sedemikian rupa sehingga dapat melindungi unit serat optik dari

gangguan peregangan kabel, tekanan hidrostatik air !aut yang cukup besar

selama kondisi kabel terpasang dan agregasi yang disebabkan oleh faktor

eksternal.

Serat optik yang digunakan juga menggunakan jenis single mode. karena

)enis serat optik ini memiliki keunggulan redaman transmisi yang rendah dan

dispersi minimum pada kawasan panjang gelombang optimum. Panjang

gelombang yang digunakan pada serat optik menggunakan pan)ang gelombang

1550 nm Cin utama sistem lanpa pengulang ini adalah tidak mempunyai

karaktensllk elek1nk d1 dalam taut dan karena tidak menggunakan pengulang

maka kabel serat ophk tidak memilik1 lapisan selubung konduktor catu daya

pengulang

2.2.2.5 Pencabangan Paslf

Pencabangan atas serat optik pada sistem tanpa pengulang ini memiliki

keistimewaan tersendiri. karena lidak terdapatnya perangkat pengulang.

sehingga tidak terdapat perangkat elektrik. Bila dilakukan pencabangan pada

Page 43: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

31

tengah saluran. maka digunakan pencabangan pasif. di mana lokasmya dalam

branching uOil (BU). Pencabangan pasrf tni tidak lagi menggunakan pembagian

catu daya pengulang pada masing - masing terminal cabang. sebagaimana pada

sistem dengan pengulang, tetapi penguatan optiknya dicatu oleh masing -

mastng terminal cabang Dengan demikian kemampuan komunikasi Janngan

sistem komuntkasi kabel laut serat optik tanpa pengulang menjadt lebih flekstbel

dan mudah dtlakukan pengembangan lebih lanjut

2.3 Synchronous Digital Hierarchy

Synchronous Digital Hierarchy (SOH) merupakan sistem transmisi digital

yang menggunakan multipleks sinkron. Sistem SOH juga dipersiapkan untuk

menghadapi perubahan dari jaringan pita sempit ( narrow band ) menuju sistem

jaringan pita Iebar ( broad band ) di masa mendatang sehingga dapat

mendukung teknologt Asynchronous Transfer Mode (ATM}. Penggunaan sistem

SOH pada super htghway trunk system. selain untuk meningkatkan kualitas.

keandalan dan kapasitas Jsnngan. sistem SOH juga dimaksudkan untuk

memperbatkt ststem manaJemen jaringan

2.3.1 Prinsip Dasar

Pada ststem SOH aliran data dengan kapasitas yang berbeda dati 1.544

Mbls hingga 139 294 Mbls ( sesuat dengan rekomendasi CCIIT G. 702 }

dtpetakan dalam conta1ner sesuai dengan kapasitasnya. Kemudian pada setiap

container tersebut drtambahkan sistem informasi yang disebut overhead.

Conta1ner yang telah dilengkapi dengan overhead ini d1namakan Virtual

Conta1ner (VC). Beberapa VC yang berukuran kecil kemudian dipetakan lagi

pada container yang lebih besar dan selanjutnya ditambahkan lagi suatu

Page 44: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

32

overhead V1rtual container tertinggi adalah level 4 (VC • 4). Setelah dllengkap1

overhead lainnya maka d1petakan atau ditempatkan pada sebuah lapisan

transpor yang mem1hk1 bit rate 155.520 Mbls, yaitu yang disebu1 dengan

Synchronous Transfer Mode Level 1 (STM-1). Untuk membentuk level • level

yang leb1h tmggi maka dilakukan multipleksing byte per byte beberapa sinyal

STM-1.

2.3.2 Elemen • Elemen Multipleksing

Pada proses mu1t1pleksing, container dan VC merupakan elemen -

elemen yang terkait dengan proses tersebut. Container ( C-n ) merupakan

sebuah unit dari payload yang berfungsi membawa informasi dari level

Plesyochronous Digital Hierarchy (PDH) yang direkomendasikan dalam G702.

Container dalam elemen muit1pleksing dikategorikan sebagai C1, C2, C3 dan C4

Virtual container ( VC-n ) berfungsi memberikan hubungan antara path

section layer dalam transmis1 sinkron. VC terdiri dari payload yang membawa

1nformasi data dan path overhead (POH) Bagian payload dapat disamakan

dengan sebuah conta1ner dan seluruh frame VC berulang setiap 125 ~s atau 500

ps

VC d1bag1 dua. ya1tu

1. Lower order I Basic VC, VC-n ( n=1.2 )

Terd1ri dan contamer C-n ( n=1 ,2 ) ditambah VC POH yang sesuai

dengan level VC.

2 H1gh Order VC, C-n ( n=3,4 )

Terd1n dari sebuah C-n ( n=3.4 ) Tributary Unit Group ( TUG-2 ) atau

sebuah Tributary Unrt ( TU-3 ).

/1':\\ MIUK PfRPWIKAAH I (tt)nJ) 'I' IT\,~

Page 45: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

33

:J Tributary Unit ( TU-n )

T nbutary Umt adalah struktur mformasi yang membenkan adaptasi antara

lower order VC dan hrgh order VC TU terdiri alas sebuah lower order VC dan

sebuah TU pointer yang menunjukkan fase dari awal frame lower order VC

terhadap awal frame high order VC. Proses ini disebut alligning .

., Tributary Unit Group ( TUG-n)

TUG-n terdiri atas kumpulan TU-1 dan sebuah TU-2. Ada 2 klasifikasi

TUG. yaitu TUG-2 dan TUG-3. TUG-2 dibentuk oleh masukan serba sama dari

TU-1 1 mapping langsung dari sebuah TU-2. Sedangkan TUG-3 mendapat

masukan dari TU-2 I sebuah TU-3.

, Administrative Unit ( AU-n )

Admrnistrative unrt merupakan sebuah struktur informasi yang

menyediakan adaptasi antara sebuah payload ( high order VC } dan sebuah

STM-n AU terdiri atas sebuah high order VC dan AU pointer yang menunjukkan

fase dan posrs1 awal frame htgh order VC relallf terhadap posisi awal frame STM­

n AU-4 terdtn atas sebuah VC-4 dan AU pointer. sedangkan AU-3 terdiri atas

sebuah VC-3 dan AU pornter

:J Administrative Unit Group (AUG)

Satu atau lebih AU mengambil lokasi yang tetap pada payload STM.

Sebuah AUG dapat terdiri ala 3 AU-3 atau sebuah AU-4 yang menempati lokasi

yang tetap pada sebuah payload STM.

Page 46: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

34

:I Synchronous Transfer Module (STM)

Prosedur mu~1plek SOH bersifat smkron yang mana setiap tributary sinyal

diakomodasi oleh struktur frame tersend1ri sehingga setiap sinyal tunggal dapat

diidentlfikasi serta d~ekstrak segera setelah frame tersebut diketahui. Format

frame tersebut mempunya1 durasi 125 11s dan disebut Synchronous Transfer

Module - N ( STM-N ) dl man N sebagai hirarki. Hirarki pertama dari standar SOH

adalah 155,520 Mb/s ( STM-1 ) dan selanjutnya adalah 620 Mb/s ( STM-4) dan

2,5 Gb/s ( STM-16 ).

2.3.3 Struktur Frame SOH

Struktur frame dasar dari STM-1 dapat dinyatakan sebagai susunan byte

dan 9 bans 270 kolom. Panjang frame 125 J.lS. Baris 1 sampai dengan baris 9

pada 9 kolom pertama merupakan SOH kecuali baris ke-4 sebagai AU pointer.

Sedangkan s1sanya 261 kolom dari 9 baris d1gunakan sebagai kapas~as payload

d1 mana VC-4 I 3VC-3 d1mult1pleks Semua struktur frame dari sdh, seperti STM.

VC TU, menggunakan struktur 9 bans Dengan menggunakan struktur 9 baris

maka s1nyal 2 Mbps dan 1. 5 Mbps dapat d1susun dalam setiap frame.

Struktur frame STM-1 terd1n dan ·

+ STM-1 Payload

+ AU pomter

+ Sect1on Overhead

:> STM-1 Payload

Payload dari STM-1 digunakan untuk membawa sinyal VC-4 I 3VC-3.

Muatan dari VC-4 (VC-3) pada payload STM-1 adalah dalam mode floating

Page 47: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

35

(mengapung) dengan pointer menunjukkan byte pertama dari payload. Payload

STM-1 terd1n alas 9 bans x 261 kolom (byte). Setiap 3 unit dari payload diberikan

sebuah alamat. seh1ngga dibutuhkan 783 alamat.

SAl l . -- AU-3 - - -I.'C-3 C-3

TUG 2 .,....__ TU-2 ~ \IC-2 +----' C·2

1 ~ . _.;vz.;-._ 3

Gambar 2.16 ·s Struktur Multiplexing Umum

270 kolom (by1e)

9 10

SOH

4 AUPOlNTER

9

PAYLOAD

Gam bar 2.1717

Struktur Frame STM-1

16 CCITT Rec. G702, Melbourne, 1988. p. 110.

17 lb1d p. 114.

270

9bans

IIIUK PERPUSTAKMK I

Page 48: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

36

> AU Pointer

Bans ke-4 dari kolom 1-9 digunakan sebagai AU pointer. AU pointer terdm

at as 3 kall H .. H2• dan H3 Dan 24 bit untuk 3 byte H,. H2. dan HJ hanya 10 bit

yang dtperlukan untuk menunjukkan alamat dari 0 sampai 782 dan stsanya 14 bit

digunakan untuk fungst - fungst latn.

> Section Over Head

Bari 1 9 dari kolom 1-9 kecuali baris 4 digunakan sebagat SOH. Jadi ada

2 bagian. yaitu bagian RSOH dan bagian MSOH. RSOH digunakan untuk

menaikkan ke tahanan transmisi antara regenerator dengan regenerator. Tiap -

tiap regenerator hanya memperhatikan bagian RSOH Sedangkan bagian MSOH

digunakan untuk membawa informasi yang akan diperlukan untuk proses

muhtplexing dan demuhipleksing.

2.4 Wavelength Division Multiplexing

Wavelength dtvtston muhtplexing (WDM) merupakan proses

penggabungan beberapa pan1ang gelombang dari sumber berbeda yang

ditransmtsikan dalam sebuah serat

Pada termtnal penenma demuhtplekser optik memisahkan carrier - camer

optik yang berbeda panjang gelombangnya sebelum dilakukan pendeteksian

oleh photodetector. WDM dapat juga digunakan untuk komunikasi full duplex dt

mana pada masing masing terminal harus drtempatkan muhiplekser dan

demultiplekser. Penggunaan WDM untuk komunikasi full duplex dapat dilihat

pada gam bar 2.19

Page 49: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

-.

1<

p,

---"'- •

> n

..

c~ulllpl~lt~r

Gam bar 2 .1816

Wavelength Division Multiplexing

~o..,.., .. ~

Duo~<•

Gambar 2.1919

'· ~

' '

Full Duplex Waveleng1h D1v1sion Multiplexing

37

"'

Tx

Rx

Dengan tekn1k WDM kapasrtas transmisi dari saluran serat opt1k dapat

ditingkatkan Peningkatan kapasitas bandwidth yang diinginkan sesuai dengan

16 Fredenck C Allard, F1ber Opt1cs Handbook for Engmeenng and Scientists. McGraw­Htll Inc. Singapre 1990. p 5.30

19 Ibid , Loc Ctl

Page 50: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

38

kecepatan t1ngg1 dapat dilihat pada gambar 2.20. Sinyal dari beberapa

pemancar optik. mas1ng • masing yang d1pancarkan dengan panjang gelombang

yang berbeda. d1kombinasikan dengan peralatan yang disebut wavelength

division mu1t1plekser dan drtransmisikan melalui single fiber. Pada sisi penerima.

smyal optlk d1pisahkan sesuai dengan panjang gelombangnya dengan

wavelength diVISion multlplekser dan d1teruskan pada penenma. Pada SISI

la1n. WDM memungkinkan untuk transmisi dua arah melalu1 fiber yang sama

dengan panjang gelombang berbeda. Masing • masing peralatan WDM

kemudian mengkombrnasikan sejumlah besar panjang gelombang untuk

transmisi pada fiber dan memisahkan panjang gelombang yang diterima

over i 00 Gtl.'i

ew rtQI..I"Id 0"\ argH1 '0C Ct;.; ..

r:lw"tl

M- ro-

r.c~;~, r/ T VE. _.,.

Gam bar 2 2020

Perbandingan Kapasrtas dengan Waktu

20 C Kelly, Greg May, Peter Roorda D Barriskill, WDM Technologies 1n Telecommunications. May 9 1995, p 4.

I ~ IIIUI( PEAPUST~

Page 51: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

39

Peralatan WDM memiliki beberapa karakteristik penting yang

membedakan dengan teknik modulasi lain antara lain

• Wavelength multiplexer terdiri dan komponen pasif, lldak terdapat daya

elektnk

+ Wavelength multiplexer dapat berfungsi sebaga1 multiplexing dan

demu1t1plexing

+ Chanel WDM tidak tergantung satu sama lain

• Chanel WDM jelas dalam hal format data

Pada tabel 2.1 ter1ihat kelas komponen WDM yang berbeda, di mana

dalam aplikasi leb1h banyak menggunakan dua peralatan chanel, yaitu directional

coupler dan filter Dielectric Thin Film (DTF). yang memultipleks sinyal pada

panJang gelombang 1 ,3 nm dan pada 1,5 nm ( atau pada 850 nm dan pada 1,3

nm)

Page 52: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

21

Channel Spactng

(nm)

Termmology

Multtplexer

Technology

Tabe12.1 2'

Teknologi WDM

100

eouplt!'1 or OT" •mere

10

Diffrae110n Grallngs

1 0.1

Opbcal F0\1

GuidedW•·~ .nterleoomMry

40

Stuart S. Wagner, Haim Kobrinski, WDM Applications in Broadband Telecommunicatton Networks, lf.'EE Commumcallons Magazine, March 1989, p 22

Page 53: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

BAB Ill

PENGGUNAAN OPTIC AMPLIFIER PADA

SUPER HIGHWAY TRUNK SYSTEM

3.1 UMUM

Serat optik yang dapat mentransportasikan sinyal pada industn

telekomunikas• dapat membawa sejumlah besar informasi antara terminal yang

terpisah. Meskipun serat optik digunakan secara tepa! karena rugi - rugi

transmisi yang dimillklnya rendah. pembentukan kembali tetap dibutuhkan

sebaga1 kompensasi rugi - rugi transmisi dan splitting. Pada SJstem saat mi

dibutuhkan regenerator opto elektronik, d1 mana photo detektor melakukan

konversi smyal optik yang mengalami atenuasi menjadi sinyal elektrik

SelanJutnya dibentuk kembah dan diperkuat oleh rangkaian elektronik kecepatan

tinggi. Akhtrnya laser mentransm•s•kan sinyal optik yang Ielah diregenerasikan

Erbium doped fJber amplifier (EDFA) pada sisi yang lain. secara langsung

memperkuat smyal opt•k dan menjanJikan perubahan komunJkasJ smyal opt1k

EDFA pertama kali dJperkenalkan pada 1987 menJadi berkembang

karena sang at diharapkan dapat menggantikan pengulang opto elektronik dalam

banyak aplikasJ. Sebenarnya terdapat beberapa tipe optic amplifier ( penguat

opttk ) yang ada. antara latn SLAs (Semiconductor Laser Amplifiers), PDFAs (

Praseodymium Dopod Fiber Amplifiers }, DDFAs ( Dymium Doped Fiber

Amplifiers), EDFAs (Erbium Doped Fiber Amplifiers}, penguat fiber Raman dan

penguat fiber Brillouin.

41

Page 54: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

42

Penguat yang paling banyak dipakai pada komunikasi serat opt1k adalah

jenis EDF A, karena penguat optik in1 memiliki beberapa keuntungan danpada

penguat optik yang lainnya EDFA merupakan penguat yang kompatJbel karena

tahan terhadap efek polansas• dan terhadap crosstalk antar kanal multi panjang

gelombang EDFA memberikan revolusi teknologi gelombang cahaya dengan

kerugian S1stem rendah, Hekslbilrtas yang besar dan kehandalan janngan yang

t1ngg1. D1 sam ping rtu memiliki ga1n tmggi (40 dB). daya output tingg1 {1 00 mW),

pendekatan no1se 1deal, serta hdak terdapat hubungan paralel seperti penguat

la1nnya Aplikas1 EDFA pada sistem komunikasi kabellaut sera! optik sebagai ·

~ Penguat daya · ditempatkan di tengah laut. yang berfungsi sebagai

pengulang optik sehingga akan mengganti rug• transmisi dan

splitting

¢- Pre amplifier ditempatkan pada peralatan penerima, yang akan

mempertmggi sensrt1vitas penerima

<> Post amplifier ditempatkan pada pemancar, yang akan menambah daya

smyal sehmgga )arak Jangkau leb1h pan)ang.

3.2 SISTEM PENGUAT EDFA

EDFA terdm dari serat oplik yang intinya didoping (disisipi) dengan bahan

erb1um kurang dan 0 1 %. lon - 10n erbium dipompa ke level energi yang leb1h

t1ngg• dengan jalan penyerapan s1nar dari sumber pompa. Peralihan menuju ke

keadaan netral. d1lakukan dengan Jalan memancarkan foton dan atau secara

spontan dirangsang oleh kehadiran foton yang memiliki energi netral. Sinyal foton

pada EDFA akan merangsang untuk mengurangi erbium - erbium tereksitasi

yang berguna untuk menguatkan sinyal. Waktu hid up dari keadaan tereksitasi

Page 55: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

···~ -........

Gambar 3.1'' AplikasJ Penguat Optik

...J"L"""I...I1.. ---

J.!UL

J1fL!l

JUU'_

LUL

kira kira 1 0 ms selain itu Juga memancarkan noise.

Pada gam bar 3.2. Erbium mengalami 3 (tiga} kejadian:

43

1

0 Erbtum dalam keadaan normal memiliki energi X1• Kemudian ditembak suatu

sumber stnar. contohnya stnar laser diode. Pada keadaan tni sinyal input

pada saluran serat beramplitudo A,

6 Erb1um akan tereksrtasi dan level energi meningkat menjadi X2 di mana X, >

X. Keadaan tereksttasi dan erbtum ini akan tidak stabtl karena erbium

cenderung menuju ke keadaan awal, yaitu X,.

E> Sesuai dengan hukum kekekalan energi, maka ion erbium kembali ke

keadaan semula. dan energi yang dilepaskan erbium ini sebesar X2 - X1 akan

John L. Zysk1nd C. Randy Giles. Jay R. Simpson, David J. DiG1ovanni, Erbium -doped fibre amplifier technology Trends tn Telecommumcations. Vol. 8 No. 3, p. 37

Page 56: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

~ .. ~ 3Y ..

l<•

~··•"'·'un

( E

S1net He~ o•Oda laul'l"'b•r oaya

! E

\ s f'ya 04.>1pt.1

- - r-

E

T

Gambar3.22

Penguatan lon Erbium Pada Saluran Fiber

44

r-

T

dipergunakan untuk penguatan sinyal data tersebut. Pada keadaan sinyal

output dari saluran amplitudonya menjadi A2 •

Fiber erbium sangat kompatlbel dengan fiber konvensional. dan dapat

merupakan gabungan dari komponen lainnya. Pompa cahaya bergabung

dengan smyal - s1nyal datang dengan slstem WDM. Pompa cahaya yang

3

Reoular r '1>4:'

l of-----EOF

l - - -0

v Gain

Gam bar 3.33

Sistem Penguat EDFA

l Pump Power

Paul M Gabla, Optical Amplification The Seed lor Expansion of Submanne Cable Network, Alcatel Submarine Network. Hawa1 USA, 22-26 January 1995. P T Telekomun1kas' lndones1a. Repeaterd Systems, AT&T Submarine Systems, Inc 1995

Page 57: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

45

menyebarkan cahayanya sepanJang erbtum dthenttkan karena ton- ton erbtum

sudah menuJu eksrtast. Karena stnyal mput sudah menyebar dalam Erbtum

Doped Fibre (EDF) maka sinyal ini akan merangsang agar EDF memancar

cahaya, maka stnyal - stnyal dtberi energt, sehmgga menguatkan daya.

Komponen utama pada penguat optik ada tiga. masing - masing erbium

doped ftber yang membenkan penguatan optik. laser diode yang memberikan

sumber tenaga optik. dan Wave Dtvtston Multiplexer sebagai penghubung tenaga

ke penguat. Fungst tsolator adalah sebagat penurun noise dan isolast dan

pemantulan. sedangkan filter berfungsi untuk menghastlkan stnyal dengan

frekuensi yang dunglnkan dan bukan sinyal noise.

Pads saat pompa ditn)ekstkan dalam jumlah besar. sinyal belum bangkit. tetapi

pada waktu s1nyal bangk1t daya pompa akan menurun bersamaan dengan sinyal

Input. sebab terjadi saturasi photon dari ion erbium.

3.2.1 Gain

Ga1n. daya output dan notse penguat merupakan karaktensttk penttng dan

EDFA yang d1gunakan sebagat ststem komumkast serat opt1k. Daya pompa

yang diper1ukan untuk mencapai penguatan 11ngg1 merupakan kunet pokok d1

dalam EDFA. dt mana pada pan1ang gelombang 1530 nm dan 1550 nm

menunjukkan gain yang berbeda dengan daya pompa yang sama.

Penguat opt1k pada dasarnya akan menurunkan gain sinyal input karena

adanya no1se yang dikuatkan, d1 mana penguatan noise akan tampak jelas bila

penguat k1ta mengalami keadaan saturas1. Saturasi tef)adi karena S1nyal1nput

Page 58: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

46

2 ~

.;; ~ It :?. :g. ~ 2 0 20 0 ~

"' e. ! 0 .. - 1 0 1.0

D Q

.. ~

g ~ E ! 0 2 0.2 ::J

~ .e ~ uJ

Wavelength (~•m)

Gambar 3.44

Perbandmgan Rugt· Rugi Dari Transmisi Dan Absorpsi EDFA

power yang besar, sehingga akan merangsang lebih banyak emisi photon

daripada EDF, dengan demikian keberadaan dari ion erbium yang tereksitasi

sedtkit JUmlahnya dan keadaan ini akan menurunkan daya penguatan dan

EDFA

Sera! optik yang mengalami proses doping. bila semaktn besar daya

pompa yang masuk. maka menyebabkan efek sam ping yang lain. yaitu selam

merangsang emtSI cahaya yang berfungsi sebagai penguat, juga menghastlkan

photon • photon yang mengakibatkan semakin sedikitnya jumlah erbium yang

tereksitas1 Sebagat konsekuensmya semakin sedikit jumlah ion erb1um yang

tereksitas• sehingga semakin menurun sifat dan EDFA.

3.2.2 Noise

Penguatan pada suatu EDFA dihasilkan dari ion erbium dalam fiber yang

tereksitasi ke dalam lingkatan energi yang terletak terptsah dari ground oleh

John L. Zysklna, Op.Cit

Page 59: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

5

iii E !; ..

<:>

-

. ..,.

40

30

20

10

0 r

-10

- Purr-o s;gnal

- !:;-anal

Gambar 3.55

Propagast Pompa Daya dan Sinyal Pada EDFA

10

lp : 1 476 llJTI

1.$ = 1 550 llJTI

i s=1530,.m

20

Launched pump power (mW)

Gambar3.66

Gain Terhadap Daya Pompa Pada EDFA

30

47

Page 60: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

48

energ1 yang sesua1 pada photon dengan band panjang gelombang 1558 nm. Bda

terdapat lebih ion erbium pada tingkatan tereksitas1 dibandingkan dengan yang

terdapat pada ground. EDF memunculkan penguatan selama proses pancaran

stimulate

01 mana terdapat 10n erb1um tereksitasi, maka dapat Juga secara spontan

memancarkan photon dan menurunkan hingga ke t1ngkatan ground. Karena

pancaran spontan hdak mempunya1 hubungan dengan sinyal transm1si . maka

menghasilkan noise optik. Noise ini dapat lebih diperburuk oleh polarisasi lubang

panas, yang mana dapat memilih penguatan noise relatif terhadap sinyal.

Pengaruh ini dapat diminimalkan dengan cara depolarisasi sinyal. Magnitude

smyal harus meleb1h1 akumulas1 no1se dan seluruh EDFA dengan perbandingan

cukup besar sehingga kebutuhan b1t error ratio tidak terlampaUI.

25

e 20 •• ....... ......... " 2' ... 1.p = gao wn ., 15 • ~ • I S • 1554 J,tm • 4 ~

0 10 Noise figure c • Ga•n ;; 0 ~

0 ·30 25 · 20 ·15 ·10 ·5 0 5 10 15

Output S1gnal Power (dBm)

Gambar3f Daya Sinyal Terhadap Gain atau Noise Figure Pada EDFA

7 Ibid

Page 61: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

49

3.2.3 Sumber Pompa

Pemompaan secara efis~en pada panjang gelombang 980 nm dan 1480

nm dengan penguatan melebiho 20 dB. dihasilkan oleh sumber daya lebih kecil

dan 5 mW. Pada dasamya 10 - 100 mW adalah daya yang diper1ukan untuk

menghasilkan daya output yang diharapkan

Pada panjang gelombang 980 nm noise figurenya sekitar 3 dB. Tetapo

panJang gelombang 1480 nm noise figurenya 1 dB lebih besar, karena

terbatasnya emosi cahaya yang ditimbulkan. Laser diode semikonduktor sangat

cocok sebagal pampa EDFA, karena mampu memancarkan ratusan daya mW

pada panjang gelombang 980 nm dan 1480 nm. Untuk laser dengan panjang

gelombang 980 nm, bahan yang digunakan adalah Indium Gallium Arsenide

(lnGaAs). Sedangkan untuk laser dengan panjang gelombang 1480 nm, bahan

yang digunakan adalah Indium Gallium Arsenide atau Indium Gallium Arsenide

Phopide

Semakin pendek panjang gelombang laser diode akan membutuhkan

semakin sedokrt arus dan pendonginan. sehingga akan mengurangi kebutuhan

daya hstrik Sebagoan besar sumber pampa yang banyak digunakan adalah laser

dengan panjang gelombang 1480 nm, karena keandalannya dan mudah untuk

dibuat Jika keandalan dari sumber pompa pada panjang gelombang 980 nm

dapat meningkat dari han ke han, maka sumber ino mungkin akan menjadi satu

pili han pada suatu aphkasi yang membutuhkan rugi - rugi sangat kecil.

Page 62: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

50

3.2.4 Komponen Pasif

Stnyal pompa dan sinyal transmtst digabungkan dengan sistem multipleks

WDM sepertt pada gambar 3.3 yang bert>entuk fiber coupler atau optik bulk

Pada WDM pompa dan sinyal mengalamt rugi - rugi sekilar 0,5 dB selama

penginJekstan

Umpan balik yang berasal dari pemantulan penguat optik yang memiliki

gatn tinggi akan menyebabkan osilasi dan akan menurunkan notse. Dengan

memberikan isolator optik pada saluran, akan menekan Jumlah pemantulan ini, di

mana isolator akan menurunkan tingkat pemantulan sekitar 35 dB, sedangkan

rugt - rugt yang dihasilkan sekitar 1 dB.

Pada proses penguatan selalu diikuti oleh terbentuknya noise - noise,

beberapa dari noise ini dapat dihilangkan dengan menempatkan optical fiber

(OF) setelah amplifier

3.3 Penggunaan Penguat Optik Pada Jaringan Kabel Laut

Penguat serat opllk memberikan banyak hal yang tstimewa. seperti format

modulast dan brt rate yang Jelas. penguatan tmggt. daya output ltnggi. noise

rendah dan implementaSl yang menjanjikan. Hal tersebut merupakan komponen

yang menJadt kunct dari sistem kabel laut saat ini dan masa yang akan datang

Baik sistem dengan pengulang maupun tanpa pengulang akan lebth

menguntungkan dengan penguatan optik. dengan peningkatan power budget

dan arsttektur jaringan yang baru.

Mempertimbangkan perkembangan yang terjadi saat int di dalam

llngkungan sistem komuntkasi serat optik. penguatan optik berlaku sebagal

pemberi kontribust utama menuju sistem transmisi kabel generasi baru. Prinsip

Page 63: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

51

fisik dari penguatan ophk telah diketahui tiga dekade terbaru. leta pi baru

dilaksanakan ketika EDFA tereallsasi kurang leblh delapan tahun lalu. Kelebihan

potensi yang besar untuk stslem komunikasi serat optik telah diperkenalkan

serta penelitian secara luas yang banyak dan pengembangan sumber dayanya

Ieiah dikembangkan untuk SJstem penguatan optik dan industn secara komerstal

3.3.1 Penerapan EDFA

EDFA merupakan populasi terbaik dari penguat optik. Media aktifnya

merupakan inti dari serat optik yang disisipi dengan ion Er'". Bila memiliki energi

yang cukup untuk menjangkau pembalikan (inversi) populasi dan disupply ke

media, dengan menginjeksikan sinar pompa pada panjang gelombang yang

sesuai untuk penyerapan ion Er'. sisi pemompa memberikan penguatan pada

band 1,55 )lm. melalui mekanisme emtsi yang terstimulasi Panjang gelombang

pompa umum adalah 980 dan 1480 nm. karena daya tinggi laser semikonduktor

terdapat pada panJang gelombang ini

Dua pembatasan utama dari penguat optik benar - benar merupakan

konsekuenst dari pnnstp kerJanya Pertama. emist yang terstimulasi dalam media

terbalik selalu diikuh dengan emisi spontan, yang merupakan asal timbulnya

notse pada EDFA Parameter tnverst ber11ubungan dengan noise EDFA amplified

spontaneouss emtssion (ASE) pada penguatannya

Pengaruh yang latn adalah saturasi penguatan sebagai supply energi

pada medtanya terbatas, energt penguat dapat memberikan kembali ( sebagat

sinyal atau noise yang diperkuat ). Sehingga daya output EDFA dibatasi untuk

struktur amplifier dan tingkatan pompa. Fenomena saturasi ini memiliki gerakan

spesifik. dengan skala waktu berhubungan dengan waktu hidup Er', dalam

Page 64: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

52

batas mihdetik. Yang menguntungkan adalah fenomena lambat dibandingkan

dengan kecepatan (brt rate) sistem Selanjutnya tidak terdapat distori s1nyal yang

mengalam1 pengurangan karena saturasi penguatan pada EDFA

Aphkas1 dari EDFA antara la1n sebagai:

• Transm1ner postamplifiers. berfungsi memperkuat sinyal optik

sebelum peng1nJeks1an pada saluran transmisi

• Lme amplifiers. berfungs1 memberikan penguatan analog yang

drtel<ankan pada linear dan transparan pada format dan kecepatan

smyal transmisi

• Rece1ver preamplifiers, berfungsi mendeteksi penguatan optik dari

smyal yang d1sertai noise pada rangkaian penerima.

Tiga aplikasi tersebut mengacu baik kepada sistem darat maupun taut, tetapi

s1stem kabel laut secara trad1sional selalu menawarkan teknologi yang sesuai

Selain itu implementas1 dan penguat optik pertama kali dipergunakan pada

sistem kabellaut. baik dengan pengulang maupun tanpa pengulang.

3.3.2 Slstem Kabel Laut Tanpa Pengulang

S•stem tanpa pengulang yang terdiri dari terminal yang tertetak pada darat

dan term1nal kabel laut merupakan sistem transmisi pertama yang

mempergunakan penguatan optik Sistem ini memiliki jangkauan beberapa

kilometer hingga mendekat1 400 kilometer dan karalcteristiknya tidal< dipengaruht

oleh elemen aktif

Page 65: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

53

Gambar3 88

Aplikasi Berbeda Dari Optical Amplifier

Sa saran s1stem kabel !aut tanpa pengulang terdiri dari beberapa ttpe link,

ya1tu benua ke benua. benua ke pulau, pulau ke pulau. Penguat optik dapat

dipergunakan pada sistem tanpa pengulang dengan pertimbangan

meningkatkan power budget dan sistem, di mana konfigurasi yang dipergunakan

dapat berupa transmitter postamplification dan receiver preamplification.

3.3.2.1 Postampllflcatlon

Penerapan yang nyata dan penguat opbk pada sistem tanpa pengulang

adalah dengan memperl<uat smyal sebelum dilewatkan pada saluran. Hal 1m

d1kenal sebaga1 postamphficabon. yang membenkan perbaikan daya budget yang

secara langsung sama dengan penguatan dari postamplifier. Mengacu hal

tersebut dengan daya input pada postamplifier sangat lingg1, tldak akan

menurunkan SNR dan sensit!VItas penenma tJdak berubah. Perbaikan dapat

diperoleh dengan menggunakan postamplification yang dibatasi oleh daya

maksimum yang dapat d1pergunakan pada saluran. Bila standar fiber digunakan.

yang biasanya mem11ik1 redaman kecil, batasannya sekitar +18 dBm pada 2,5

Paul M. Gabla Op C1t

Page 66: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

54

Gbil/s dengan link 300 km Pembatasan ini disebabkan oleh dispersi khromalik

standar fiber

Pembatasan daya yang dibenkan dapat diatas1 dengan penggeseran

dispers1 f1ber. Namun fiber 1nt memlliki redaman yang leb1h tinggi d1band1ngkan

dengan fiber standar ( 0 2 dB/km } pencapaian jarak leb1h Jauh dibandingkan

dengan standar fiber yang membutuhkan daya sangat tinggi pada saluran.

3.3.2.2 Preampllflcation

Sebelum sinyal sampa1 pada penerima, sinyal diperkuat dengan

preamplification sehingga dapat memperbaiki SNR pada receiver, yang

membutuhkan daya optik rendah, tipikalnya 8 dB pada 2,5 Gbil/s dibandingkan

dengan APD penerima

Dcngan preampllfication sinyal membuat noise thermal penerima dapat

dikurang1 yang mana bila tanpa preamphfication merupakan hal yang dominan

Bagaimanapun. no1se yang d1bangk~kan oleh preamplifier menyebabkan dua

komponen noise spesifik yang mas1h membatasi sensitiv~as dari sistem

Notse pertama yang 11mbul karena kumputan komponen berbeda dapat

dikurangi dengan meny1s1pkan narrow filter antara penguat optik dengan

photodetector Dengan bandwidth filter empat kali lebih dari b~ rate. maka dapat

mengurangi no1se No1se lain yang mempengaruhi SNR dapat dikurang1 dengan

memfilter dan membenkan batasan pokok dari sensrt1v~as preamplificat1on

penenma.

Page 67: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

55

3.3.2.3 Remote Amplification

Untuk meningkatkan penguatan opt1k pada jarak tertentu dari terminal.

d1gunakan remote amphflcatlon yang dapat meningkatkan daya budget. Hal ini

disebabkan Post amphfier dan pre amplifier dalam terminal pada hakekatnya

dibatas1 pada non hnearitas fiber pada bagian pengiriman. dan noise pada bagian

penerimaan Ide dasar dari remote amplification adalah menginjeksikan daya

pampa ke dalam saluran dan terminalnya. dalam hal ini untuk membangk~kan

sejumlah penguatan (ga1n). fiber yang didrop diletakkan jauh dari terminalnya

Daya pampa digunakan pada panjang gelombang 1480 nm karena pada

pan)ang gelombang 980 nm akan terpotong oleh lintasan fiber.

Remote amplification digunakan pada sumber daya laser yang sangat

tingg1 Cara kerjanya dengan mengirim sinar dari terminal ( transmitter atau

receiver ) menuju ke suatu remote EDFA yang diletakkan beberapa puluh

kilometer dari termtnal EDFA ini diletakkan pada bok bawah laut, namun tidak

ada daya hstnk yang dicatukan pada bok ini. sehingga mas1h disebut sistem

tanpa pengulang

Sinar pampa pada panJang gelombang 1480 nm ( karena spektrum

redaman fiber ) dik1rimkan menuJu EDFA bawah Jaut melalui saluran fiber yang

merupakan jalannya sinar. maka stnyal akan mengalami penguatan pada saluran

yang memiliki daya yang hngg1 Penguatan ini akan terus berlangsung tanpa

perubahan selama ada daya pompa cahaya.

Page 68: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

Cabled Transm ssooo F·bers Many o<ms

Cabled Ertloum Doped Fibers Cabled Transmoss•on f ;bers

ManyKms

EDF to TransmiSSIOn Fibe' Splices

Gambar3.99

lmplementasi Remote Amplifier

EDF

Remote Pump Distance

Extended Rx Sensitivy

Gambar3.10'0

Dtagram Remote Amplification

Fobers

Rx Terminal

56

Parameter paling penting untuk pemompa jarak Jauh adalah daya pompa

yang tersedta pada stas10n termmal. Pada sumber daya pompa tert1ngg1, maka

EDF dapat d iletakkan lebth jauh dari term1nal stas1on. Harga prakt1s tertetak

antara 100 h1ngga 400 mW pada pan1ang gelombang 1480 nm. Parameter

lainnya adalah penentuan 1arak optimum antara remotely pumped amplifier dan

P T, Telekomunokaso Indonesia, Op. C1t Ibid

Page 69: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

R•M·~tOII P~,.mpod POtot :III'I":PII'!C:t

HeM:>Ialy Pvmotd '"''••mol+!!' tor

.,

TX

Gam bar 3.11 "

RX

RX

'" +j P CIIP

Konfigurasi EDFA Pada Sistem Tanpa Pengulang

TX

Locool Postan-plifier

TX

Remotely pumped postamp '*

Gambar 3.1212

RX

Local Preamplifier

RX PUMP

Remoteiy pumped preampl•fier

RX

Ststem Konfigurast Remote Amplification Dan PosUPre Amplifier Lokal

57

termtnal staston, yang bergantung pada remotely pumped amplifier bekerja pada

termtnal transmrtter atau recetver.

" Paul M. Gabla Op Ctt. '' J. P. Blonde! dan P M Gabla, Optical Ampltfication in Submanne Systems : New

Concepts and Ultimate L•mits, Alcetel Submarcom, Centre de Villarceaux. 1995.

Page 70: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

58

Konfiguras1 m1 mas1h dinamakan s1stem tanpa pengulang karena tidak

ada catu daya hstnk pada peralatan kabel taut Post amplifier dan pre amplifier

~onvens1onal dinamakan post dan pre amplification lokal. Untuk menunjukkan

perbedaannya dapat d1hhat pada gambar 3 12.

Remote preamplifiCation yang Ieiah tersedia secara komersial, terd1n dan

sumber pompa yang dikirim dari terminal receiver menuju suatu remote amplifier

yang terletak 50 sampa1 100 k1lometer dari terminal Remote preamplification

berfungs1 untuk mengkompensasikan rugi - rugi dari sisi remote. yang tertetak

antara remote amplifier dengan terminal. Sehingga daya budget akan meningkat

sejalan dengan rugi - rugi sisi remote.

Untuk mencapai perbaikan budget sangat bergantung kepada

ketersediaan sumbor pompa daya. Untuk mencapai perbaikan daya budget

sebesar 8 dB dengan local preamplifier optimal, dengan noise figure 5 dB ,

membutuhkan injeks1 sebesar 85 mW daya pompa pada saluran. Remote

postamphfier membutuhkan daya pompa sangat tinggi bila dikaitkan dengan lokal

postamphfter Sebaga1 contoh, pada 2.5 Gbrt/s, pemenuhan perbaikan budget 5

dB dengan postamphfier daya penuh (+18 dBm) membutuhkan sekrtar 350 mW

sumber daya pada saluran Akhirnya remote postamplification memungkinkan

sesua1 pada panJang gelombang 1480 nm. yang dapat menyed1akan sumber

pompa berkekuatan penuh. Daya output remote postamplifier dapat lebih

mendekati daya output dan local postamplifier Sehingga perbaikan budget akan

sama.

Page 71: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

59

20

Remote preamphf1er 18

Remote poslamphfeer It;

~ ,.

j 12

t 10 > K § 8

t di 6

• 2

0 10 12 I< 16 HI 20 22 2< 26 26 30

Pump power injcctod tn the hne (dBm)

Gam bar 3.1313

Budget Improvement Remote Amplification

3.3.2.3.1 Remotely Pumped Postamplifier

Konfigurasi remotely pumped postamplifier diletakkan pada termmal

transmitter Pada keadaan mi. daya output mengalami pembalasan karena

kettdaklinearan fiber. J1ka sumber pompa daya lebih tinggi dari kebutuhannya

untuk memperoleh daya output maksimum. maka akan lebih menguntungkan

bila meletakkan amplifier 1n1 jauh dari transmitter Pada jarak di mana sumber

daya dapat menjangkau EDF, maka dapat digunakan untuk membangkitkan

daya output batas.

Jika EDF tertalu 1auh dari terminal transmitter, maka sumber daya t1dak

akan cukup untuk mengoperasikan remote EDF sebagai postamplifier yang

13 J. P. Blondel, P M Gabla, Op Cit

Page 72: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

60

efis1en Untuk penentuan jarak opt1mum dengan daya pompa terminal . diperoleh

dan kese1mbangan saluran. termasuk pengaruh penguatan Raman pada saluran

fiber Sebaga1 conloh. dengan daya sebesar 500 mW pada termmal transmitter

d1harapkan penguatan link sebesar 24 dB dibandmgkan dengan 0 dBm terminal

DFB laser. dengan Jarak remote seknar 30 km.

3.3.2.3.2 Remotely Pumped Preamplifier

Konfigurasi remotely pumped preamplifier ditempatkan pada terminal

penerima Terdapat penguatan preamplifier minimum (25 dB) yang secara total

meliputi no1se thermal penerima Jika tersedia daya pompa lebih tingg1 daripada

kebutuhan untuk memperoleh penguatan minimum. maka akan lebih baik bila

amplifier diletakkan pada jarak jauh dari penerima. sampai daya pompa

16 16

ai c -olll

'2 12 ·= , " - 3::' 3 E ~ ~ "' . 1iE ·q 2 5 Gb-'• Of" ' . E > a ,

H $22 V bo& - 0 . -8 8 8. 2-0. -• !f ! : ; t 0 . c - H a~

cr~ lrC) 4 4

0 0 0

Gambar 3.14'4

Kebutuhan Daya Pompa Pada Remote Amplification

'• Paul M Gabla, Op.Cil.

Page 73: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

61

menjangkau EDF yang cukup linggi untuk membangkrtkan penguatan sebagat

pengcover notse penenma

Jika EDF tertetak tertalu Jauh dari terminal penerima, maka daya pompa

!Jdak akan mencukupt untuk untuk membangkrtkan remote EDF sebagat

preamplifier yang efisten. Sehmgga penguatan yang te!]ad• rendah dan dapat

menurunkan notse. Pada kondtst tnt penguatan Raman juga berpengaruh untuk

penentuan jarak optimum. Dengan daya pompa sebesar 500 mW pada terminal

penenma, penguatan hnk pada 2,5 Gbit/s dibandingkan dengan APD tiptkal

adalah sekitar 19 dB, dengan jarak remote sekitar 65 km.

Untuk kemampuan daya output laser pompa yang diberikan, dapat lebth

menguntungkan dengan mengkopel beberapa pompa laser melalui polarisast

atau WDM atau menggunakan suatu fiber pemisah paralel untuk

mentransportasikan slnar pompa kedua menuju remote amplifier. Penggunaan

kombtnast tekntk yang digunakan pada post amplification maupun pre

amplification pada brt rate 622 Mbit/s dan 2,5 Gbit/s dapat dilihat pada label 3.1.

Tabe13.1'5

Rentang Jarak Sistem Tanpa Pengulang (km)

Conventional System

+ post amplifier

+ postamplifier + preamplifier

15 lbtd

1 622 Mbrt/s ! 2,5 Gbrtls

0- 200 0- 150

200- 300 150- 230

300 - 330 230 - 270

330 - 380 270 - 340

380 - 4oo 340 - 370 I I

Page 74: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

62

3.3.3 Sistem Kabel Laut Dengan Pengulang

Sistem im mengacu kepada hntasan antar benua. yang terpisah beberapa

nbu kilometer. yang dikenal dengan sebutan Multimegameter Link. Sebelum

pengembangan penguat optik ststem ini dibentuk dari rentetan sejumlah

hubungan ststem transmisi kabel. Pengulang pada ststem mi terdtn dari

photodetektor, yang merupakan alai elektronik untuk membangkitkan smyal dan

sebuah transmrtter

Ststem regeneras1 (pembangkitan) 3R (retiming, reshaping dan

regenerattng) didesain atas dasar rentang per rentang, menghasilkan kualitas

sinyal pada masing masing pengulang, dengan bit rate spesifik dari rangkaian

elektronik

Sedangkan penggunaan pengulang penguat optik mempunyai konsep

yang berbeda. Pengulang yang menggunakan EDFA hanya memperkuat sinyal

TX qx ~· TX RX 3R -x RX 3R TX RX

E.O 0~ lt c.o O E ~E E.() 0 ·!. ~~ E.O O'E

I I L_ __j I

2 ~ Ples:iba: J''Wl 3A:

•• 1R 1R RX

£·0 0 0 0

Oi --

Gambar3.1516

Sistem Yang Digunakan Pada Pengulang

•e Ibid.

Page 75: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

63

opt1k lanpa d1sertai dengan pemprosesan sinyal secara elektronik. Terdapat dua

konsekuensi yang bertentangan dan s1stem 1 R. Karena tidak terdapat

pemprosesan s1nyal secara elektronik, maka tidak terdapat komponen elektronik

kecepatan hngg1 pada pengulang Hal im menyebabkan lebih sederhana. lebih

murah, lebih andal dan memiliki kemungkman pengembangan kapas~as sistem.

Walaupun tanpa adanya regenerasi smyal, seluruh degradasi sinyal dan distorsi

terakumulasi pada panjang total dari lintasan (link).

3.3.3.1 Degradasi Transmisl

Degradas1 dari sistem transm1si dengan pengulang ini mempunyai kaitan

dengan signal to noise ratio (SNR), distorsi sinyal secara kumulatif maupun

pengaruh polarisasi

3.3.3.1.1 Signal To Noise Ratio

Pada sistem jarak Jauh yang menggunakan penguat optik. penempatan

penguat secara cascade akan menghasilkan penguatan yang mendekati

kompensasi nyata untuk redaman yang terJad1 pada rentang antara term1nal

D1agram level daya yang terJadi dapat dilihat pada gambar 3.16.

Masmg - mas1ng penguat memiliki kontribusi noise pada sistem, yang

terdapat pada penguatan s1nyal. kerapatan speklrum noise menmgkat secara

linear terhadap jumlah penguat, sehingga SNR akan mengalami penurunan pad a

saluran. Untuk menjaga agar diperoleh SNR yang baik pada term1nal akh1r, daya

input penguat haruslah tinggi. sehingga sinyal yang tersisa akan lebih kuat

dibandmgkan dengan noise tersebut.

Page 76: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

64

-S gnat to N<>se Ratto

TransmiSSion d1stance

Gamber 3.1617

Diagram Level Daya Sistem Pengulang 1 R

3.3.3.1.2 Distorsi Slnyal

Pada sistem 1R, noise terakumulast pada panjang total dari sistem.

Terdapat faktor penting yang menJadi penyebab timbulnya noise pada sistem

jarak Jauh Dtspersi kromaltk, bila dikombinasikan dengan Iebar speklrum

modulast akan menyebabkan penyebaran pulsa. Hal tni menyebabkan

diperlukannya dtsperston shifted fiber (DSF) untuk sistem jarak jauh dengan

pengulang

Selatn hu merupakan pemberi kontribusi pada pengaruh Kerr yang

menyebabkan self phase modulatton (SPM) pada sinyal dan four wave mtxmg

(FWM) antara smyal dengan komponen spektrum ASE, yang menyebabkan

pelebaran sinyal. Karena hal itu, daya output amplifier ttdak boleh terlalu ttnggt

dan rentang amplifier dtusahakan sebesar mung kin.

n J P Blondel, P.M. Gabla. Op.Ctt

Page 77: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

65

3.3.3.1.3 Pengaruh Polarlsasl

Pengaruh polarisasi pada sistem dapat menurunkan performs dan

menentukan balasan pada elemen saluran transmisi. T1mbulnya polarizatiOn

dependent loss (POL) tergantung kepada komponen pasif s1stem ( pompa

pengl<opel. tap coupler. Isolator opt1k ). Selain i1u sistem dapat mengalami

polarization dependent ga1n (PDG). yang terjadi bila penguat beroperasi pada

daerah saturas1. Sehmgga penguatan yang terjadi lebih kecil dibandingkan

dengan sinyal yang telah disertai noise. maka akan menurunkan secara

keseruluhan SNR sistem. Redaman yang terjadi pada beberapa titik pada

saluran, maka daya yang datang pada penguat selanjutnya akan lebih sedikit,

seh~ngga penguatan leblh besar, sebagai kompensasi kecilnya daya input.

Penguat berikutnya akan menjadi sama dan level optik nominal akan terpenuhi

setelah 4 hingga 5 penguat. Sehingga SNR akan mengalami penurunan karena

redaman yang terJad1 penurunannya lebih kecil dibandingkan dengan sistem 3R

Pengaruh lam adalah polanzation mode dispersion (PMD). yang

d1sebabkan kehdakhomogenan fiber. Sinyal pada fiber biasanya terpolarisasi

secara acak setelah jarak tertentu. tergantung kepada waktu. seh1ngga s1nyal

akan mengalam1 degradas1 menurut vanasi waktu. Untuk mengatasi dispersi,

yang d1per1ukan adalah beke(Ja pada panjang gelombang dengan dispers1 nol

atau mimmum. Tipe d1spers1 rata • rata adalah 0,2 ps/nm.km yang dipilih untuk

saluran fiber

3.3.4 Aplikasl EDFA Untuk Jarak Jauh

Pada sistem konvenslonal dengan link jauh membutuhkan pengulang

dikarenakan standar term1nal equipment tidak memungkinkan membangun

Page 78: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

66

jembatan untuk menghubungkan antar termonal Berdasarkan tinjauan ekonomis,

penggunaan repeater mengharuskan untuk membangun beberapa fasilitas

seperti bangunan tempat power supply. rumah bawah !aut battery cadangan

serta peralatan pengawasan yang lengkap. Terutama untuk lokast yang IJdak

dapat dijangkau seperto sostem bawah !aut. hal ini merupakan masalah tersendon

Maka dengan peniadaan pengulang tidal< hanya mengamankan stasion

pengulang, tetapo Juga mengurangi harga onstalasi dan perawatan. Selain itu.

tujuan utama dan penguat optik adalah untu meningkatkan jumlah link yang

dapat doJembatano dengan tanpa terminal- terminal transmisi pengulang.

Langkah pertama untuk mencapai peningkatan power budget adalah

untuk memperkuat daya output dari transmitter konvensional dengan

penggunaan EDFA sebagai power amplifier. Bila diperlukan. peningkatan power

budget dapat doreahsasikan dengan penambahan optical preamplifier, di mana

akan memperbaiko sensitivitas penenma.

Bola di!lnJau dan sudut performa, penggunaan penguat leboh efektif.

dtkarenakan fiber akan mengurangi notse yang dibangkitkan penguat dengan

Jumlah sama seperti sonya! Pada optical amplifier bandpass filter dengan

bandwidth 1-2 nm drtambahkan untuk meminimalkan pengaruh dari noise

penguat pada penenma Filter tersebut haruslah diatur pada panjang gelombang

stnyal

Dari sudut perawatan . sistem transmisi point to point tanpa pengulang

adalah sangat sederhana. Pada kondisi ini bail< power amplifier maupun optical

preamplifier dapat diintegrasokan dengan pemancar dan penerima, memberikan

perawatan yang menyeluruh tanpa memerlukan chanel pengawasan khusus.

Page 79: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

67

Untuk aplikasi yang membutuhkan pengulang, seperti hubungan

antarpulau. hanya memel1ukan terminal peralatan penguat opt1k. Meskipun

aalam kasus link yang sangat jauh seperti jaringan bawah laut. jumlah pengulang

dapat dikurang1, mengurang1 harga keseluruhan sistem. Oibandingkan dengan

pengulang konvensional, penguat optik membutuhkan peralatan elektromk lebih

sed1kll, mengurang1 pengawasan dan perawatan. Pada kondisi penguat optik.

chanel supervisory khusus untuk memonitor unjuk kerja pengulang tetap

dibutuhkan

S!and»nl cqutpll"\1111 f Tnm.mlltc:t ~~---------'J.JU"-.:._ _____ _,L_R_......, _ _J

T~N""'""' cnhan:oo bt II - """"""'' PaoNe~' .\mph( ~t

T•r,runat ~"~~~ t7)'

jrr~~~ f- -1 IX'> ..... M !'lt lf ·-aMp •!c:r

~...,. .... !@(

""""""""' 'Yftly lor>; hail a;.;-.~ a" .. tit' 1 ··~-1 ~ lf'll<WudO"' Oil -·· In loneR~

c.~ bA"""O" ,.., 1··-H wov I ,..,.,.H ---- f o.ro..o ........ • ........ ~~ I ati¥P

Gambar 3.1718

Apllkas1 EDFA Untuk Link Jarak Jauh

'8

A. M J Koonen, F W. Willems. P J J Stassar, System applications of erb1um doped fibre ampllf•ers Trends 1n TelecommunJcations, Vol 3 No 3.

Page 80: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

68

3.4 Rentang Jarak Dengan EDFA

Penggunaan EDFA batk sebaga1 ststem komunikasi jarak jauh maupun

sebagat penguat atau booster memrliki rentang jarak tertentu untuk mencapa1

jangkauan pengulang yang lebih 1auh mengurangi jumlah pengulang hingga

tanpa menggunakan pengulang Pada gambar 3.18 terlihat rentang jarak dari

penguat opttk dtbandtngkan dengan kecepatan yang dicapai.

1000

I "' ·5 100

! ~ g.

a::

0 100M

Opllcal Amplifiers

;G

Bll rate (bit/s)

Gambar 3.18'9

External Modulat;on

100

Perbandtngan Kecepatan Dengan Rentang Jarak

15 NTT, Submanne Cable System Technology NTT, 1995.

100G

Page 81: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

4.1 UMUM

BABIV

SISTEM KOHEREN PADA SUPER

HIGHWAY TRUNK SYSTEM

S1stem transm1s1 serat optik pada awalnya menggunakan teknik Intensity

Modulation (IM), d1 mana photodetector memberikan tanggapan perubahan pada

level daya (intensitas) dari s1nyal optik dan tidak pada frekuensi maupun fasenya

Pada SISi penerima. digunakan Direct Detection (DO) untuk mengonversi sinyal

opt1k menJadi sinyal elektrik kembali. Metode IMIDO menghasilkan sistem yang

sederhana dan relatif harga rendah. namun terdapat pembatasan sensitivitas

dan tidak menggunakan keuntungan dari Iebar bandwidth dari serat optik.

Sekitar tahun 1978. para peneliti telah meningkatkan kemurnian spektrum

dan stabililas frekuens1 dan laser semikonduktor menggunakan tekmk deteks1

heterodyne atau homodyne. Sistem komunikasi sera! optik yang menggunakan

teknik deteks1 heterodyne atau homodyne dikenal dengan sistem komunikasi

optlk koheren. Pada teknik ini. cahaya diperfakukan sebagai media carrier yang

dapat berupa amphtudo, frekuens1 atau fase yang termodulasi, yang memiliki

kesamaan dengan metode yang d1gunakan pada sistem gelombang mikro radJO.

Keuntungan utama dari coherent systems ( sistem koheren ) adalah

sensitivitas penerima yang mendekati ideal ( peningkatan sampai 20 dB melebih

direct detection ) dan tingkatan tinggi dari selektivitas frekuensi. Selektivilas dari

sistem koheren dldasarl pada kenyataan bahwa filter narrowband elektronik lebih

69

Page 82: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

J ' Fr~quency

Gambar 4.1 1

Elect:nca1 filter ( 2 GHzwlde )

2 nm opocal fil:er ( 240 GHl wode )

llustrasi Filter Optik dan Filter Elektronik

70

dipilih dibandingkan dengan filter optik. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar

4 1 Pada daerah panjang gelombang passband 2 nm dari fiHer optik

mempunyat ekivalenst dengan passband frekuensi 240 GHz. Dibandingkan

dengan filter elektnk pada 2 GHz. dapat kita lihat bahwa filter elektrik

membenkan beberapa harga magnitude selektivitas frekuensi. Sehingga

kerapatan chanel dan S1stem koheren adalah banyak chanel dapat leb1h seratus

kah untuk direct detectton

Dua daerah transm1si yang dapat digunakan pada sistem koheren adalah

1270 nm hingga 1350 nm dan dan 1480 nm sampai 1600 nm. Sebagai contoh.

pada gambar 4.2. dengan chanel frekuensi 10 GHz secara teori dapat

menyalurkan sedikitnya 1000 chanel pada panjang gelombang dari 1270 nm

hingga 1350 nm dan 1500 chanel pada 1480 sampai 1600 nm.

Gerd Keiser Optical Ftber Communtcahons. McGraw-Hill. Inc. 1991 p. 377.

Page 83: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

20

, 5

e "" ell 1:!. 1 0 ~

~ .£ 05 ~

0 900

10 GHz Channel soaong

Wavelength (nm)

Gambar4.22

Penggunaan Saluran pacta 10 GHz

71

Kemampuan untuk membentuk sistem tersebut tergantung pacta

kemampuan untuk mengembangkan laser semikonctuktor koheren yang ctapat

ctipergunakan pacta frekuensi 30 GHz dengan single mode optical fiber,

penerapan metode pengkoctean data earner. dan pengembangan metode control

polansasi dari penenma

4.2 PENGGUNAAN SUMBER CAHAYA

Sistem transmrsr kecepatan tinggi yang menggunakan osllator optrk

menawarkan perbaikan koheren. Sumber cahaya optik yang ctigunakan pada

srstem transmisi telah mengalami perubahan dari light emrttrng diode (LED) ke

Fabry Perot laser drodes, dan dari Fabry Perot laser diodes menuju distnbuted

2 lb1d., p. 378

Page 84: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

72

feedback (DFB) laser diOdes Dasar modulas1 dan demodulasJ yang d1gunakan

pada kesemuanya rtu lldak mengalami perubahan. Perkembangan sumber

cahaya semikonduktor koheren sekarang ini menghasilkan teknologi komunikasi

yang leb1h baik penggunaannya untuk memanfaatkan potensial bandwidth dari

carrier optik

Penggunaan s1stem koheren dalam sistem komunikasi optik diupayakan

oleh para insinyur mula1 tahun 1960 untuk memperluas teknologi komunikasi

gelombang radio pada daerah komunikasi optik. Dapat diambil contoh pada

tahun 1967. di mana deteksi optik heterodyne dari 64 kHz sinyal optik AM yang

keluar dari waveguide sepanjang 61 km. Tahun 1973 telah diteliti transmisi optik

FDM 30 GHz. Namun semuanya sulit untuk dipraktikkan dikarenakan

penggunaan trans1stor- transistor atau laser gas.

Pada tahun 1970, SJStem IMIDO berkembang sangat pesat setelah

gelombang kont1nyu laser diode (LD) dioperasikan pada suhu ruangan dan fiber

silika dengan rugi - rug1 kecil Sistem jaringan Gbrt/s telah menghubungkan

beberapa kota besar d1 Amerika Utara dan di Jepang. Kabel serat optik bawah

laut Juga d1gunakan dalam komun1kasi trans-Pasifik dan trans-Antlantik

Perkembangan SIStem komunikasi dengan kecepatan yang tinggi telah

dihasilkan pada perkembangan terbaru dalam LD semikonduktor koheren

Sebagai hasil dari LD dengan koheren, sekarang telah dikembangkan deteksi

opllk heterodyne I homodyne. frequency division multiplexing optik dan teknologi

optik yang lain. Tujuan yang ingin dicapai sebagai perkembangan sitem

komunikasi sera! optik adalah jarak jangkau, transmisi dengan kecepatan tinggi

Page 85: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

73

6 3 Wbls LED

400 Mbis - FP - LD

jffi'~ • ,j I I

1,6 Gbis DFB LD

- 0.2nm

Gambar4.33

Spektrum Sumber Cahaya Semikonduktor

dan dense multipleks1ng optik. Teknologi multipleksing yang mengacu kepada hal

tersebut adalah dengan menggunakan op!Jcal FDM.

Pada s1stem koheren hneWtdth dari sumber cahaya harus lebih sempit

d1bandmgan dengan bandWidth modulas1. L1newidlh yang dibutuhkan tergantung

kepada format modulas• paoa transmitter, kecepatan dan teknik demodulasi

yang d1gunakan LlneWtdth dan smyal IF tanpa modulasi adalah sama dengan

JUmlah dari hnew1dth sumber dan lineWtdth LO. Kebutuhan yang utama adalah

penempatannya pada s1stem menggunakan deteksJ s1nkron. Sebaga1 contoh,

sistem PSK heterodyne yang beroperasi pada 1 Gb/s membutuhkan hnewidth

3 Kiyoshi M1ura, Advanced Coherent Lightwave Technologies, IEEE Communications Magaz1ne. February 1988 - Vol. 26 No. 2. p 16.

Page 86: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

100

~ 10 :I .<: ';! ~ .i

"'

0, Tw() ~xhunal Oi':lv1ly Lasers

OC1~------------------L-----------------~ 01 ·o

Moduiasi Rate (G:>/sJ

Gambar4.4• Kebutuhan Laser L1newidth Pada Sistem Koheren

74

sinyal IF 0 2 persen dan kecepatan untuk mencapai sensitivitas penerima

penenma 1 dB

4.3 OPTICAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING

Optical FDM atau dense optical wavelength division muniplexing (WDM).

yang secara simuhan memancarkan sejumlah sinyal optik dengan frekuensi yang

berbeda. mempunyai aphkasi masa depan pada jaringan telekomunikasi dan

• Gerd Keiser Op.Cit. , p 383

Page 87: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

c 10·2 1 0·1

Gambar4.55

Sensrt1v1tas Penerima

75

informas• broadband. Konsep dari opt•cal WDM memiliki kesamaan dengan FDM

di mana frekuensi mem•hkl hubungan dengan panjang gelombang

Untuk rentang earner optik yang luas. sebagai contoh rentang frekuensi

20 000 GHz ( pan1ang gelombang 0 1 J.lm ). lebih sesuai untuk menggunakan

1stilah panjang gelombang pada sistem dan desain peralatan. Di lain pihak untuk

rentang channel yang sempit . sepert1 rentang frekuensi 5 GHz ( rentang panJang

gelombang 0.00004 um atau 0,04 nm ), lebih sesuai menggunakan istilah

frekuens1. Seh1ngga opt1cal FDM disebut juga dengan dense optical mul1iplexing.

" Richard A Ltnka, Ophcal Heterodyne Communications Systems, IEEE Commun•cal!ons Magaztne October 1989. P. 3.

Page 88: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

76

Optical FDM memiliki dua keuntungan dibandingkan dengan ophcal

WOM. yartu perbedaan yang kecil dari karakteristik peralatan optrk pada chanel

oplik dan penrngkatan dalam JUmlah chanel optik. Rugi - rugr fiber tergantung

pada panJang gelombang Drspersi fiber dan komponen oplrk yang larn

bergantung pada pan1ang gelombang.

Terdapat hubungan antara JUmlah chanel yang dimultipleks dengan

fisrensi penggunaan frekuensr dan mullipleksing optik. Sebagai perbandrngan.

data pada sistem radro di Jepang, efisiensi penggunaan frekuensi merupakan

perbandingan kapasrtas transmisi total terhadap penggunaan bandwidth

frekuensi. Efisiensr penggunaan frek.uensi optical FDM dinyatakan dalam 10 1

hingga 1 o·< bills per Hertz, di mana 104 hrngga 105 lebih besar daripada efisiensi

-+-fl ·I " Optical "' • ! detoctor

11 12. -8 12 ·I Opttc.al . -~ detector

8-

•I Photodtode ~ > ~ 1;

t ! •I Photodiode

~

. -

optical heterOdyne d&teetor

Gambar4.66

Metoda Pemisahan Sinyal Optik.

~ Kryoshi Nosu Op.Cit p. 20

Page 89: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

77

penggunaan frekuens1 WOM konvensional. Sehingga optical FDM

memungkinkan untuk memuHopleks hingga 100 chanel optik dengan rugi - rugi

rendah pada panJang gelombang 1 .5 llm

Terdapat dua cara unluk memisahkan rentang sinyal optik sempit seperti

tertihat pada gambar 4 6 Pertama melalui filter optik dengan menggunakan

konfigurasi filter yang dikembangkan untuk gelombang molimeter atau gelombang

m1kro. Sedangkan yang kedua adalah dengan menggunakan filter elektrik IF

pada deleksi heterodyne optik

Pada metoda pemfilteran. baik direct detection maupun deteksi

heterodyne dapat digunakan. Namun dikarenakan Iebar rentang chanel WDM.

peralatan WDM seperti filter dielektrik tipis tidak dapat digunakan untuk sistem

FDM Saat im yang lebih menguntungkan adalah filter periodik. Dua directional

coupler d1hubungkan dengan dua waveguide. Perbedaan delay fase antara dua

1 Ibid loc Cit

Waveguode t

d rect•onal coup er- ~ dorectoona coopler

t t

Gambar4 77

Filter Periodik

Page 90: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

78

wavegu1de menentukan karakteristik pemfilteran yaitu frekuensi f, dan f,.

Dengan menghubungkan filter yang berbeda secara cascade. jumlah chanel

dapat dlkombinasikan atau d1p1sahkan.

Metoda filter elektnk dengan deteksi heterodyne juga digunakan untuk

rentang chanel sempll Namun rug1 - rugi demultipleksing semakin besar sebaga1

akibat pertambahan chanel opt1k. Hal penting yang per1u diperhatikan adalah

stabllrtas frekuensi dan sumber cahaya. Bila filter periodik d1gunakan. maka

perubahan frekuensi sumber cahaya menimbulkan rugi - rugi pada multipleksing

dan crosstalk Cara untuk menekan penyimpangan frekuensi adalah dengan

mengawasi daya yang ditransmisikan melalui Fabry Perot atau LD.

Aplikasi tambahan dari optical FDM adalah pada konfigurasi sistem yang

terdiri dari sistem transmisi point to point. sistem point to multipoint. sistem

multipoint konfiguras1 bus. dan s1stem mu~ipoint konfigurasi s1ar. Aplikasi dari

optical FDM dapat dll1hat pada gam bar 4 8.

Pada transm1S1 point to point. di mana frekuensi optik dialokasikan untuk

layanan. pengguna dapat memilih satu atau beberapa sinyal dari sejumlah sinyal

yang dld1stnbus1kan Terdapat dua metoda pemilihan chanel. Yang pertama

menggunakan fitter opllk yang tunable dan direct detection. Sedangkan yang la1n

menggunakan deteksi heterodyne dengan LD tunable.

Page 91: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

79

f1 • r, f2 • , f2 f3 fn • f2 f3 ~ •f3

fn ~ ~ fn

(a) Point to point transm•ssion system

f1 <; f2 ~ F Q. 11. 12. 13 .... In -u " f3 • 0 - 8 .

M ~

!l ---------...-.. fn VJ • (b) Point to multipoint transmission

fr, fm.

11 • f?, 13· .. 1£4. Optical f1ber fl. rn. fp, ..

(C) Bus configuration multi point system

fl

T ransm1tter

'1. n ... fx

(d) Star coofigurat•on multi po1nt system

Gambar 4.88

Aplikasi Optical FDM

0 lb1d.

Page 92: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

80

4.4 SISTEM KOHEREN

Pada trteratur komun1kas1 serat optik kata koheren mengacu kepada

suatu teknik yang mempergunakan mixing nonlinear antara dua gelombang

optik. Hal in1 berbeda dengan komumkasi radio, di mana mengacu kepada teknik

deteks fase mutlak dari sinyal datang yang ditenma oleh penerima, sehingga

pad a komunikasi rad10 disebut dengan incoherent ( t1dak koheren ).

4.4.1 Konsep Dasar

Konsep dasar pada sistem koheren dapat dilihat pada gambar 4.9.

Medan elektrik dari s1nyal yang ditransm1sikan melalui bidang datar mempunya1

bentuk:

1~·. =A cosf w,t -t ¢,(t) ]

d1 mana : A = amplitude medan smyal optik

w.- frekuens1 earner smyal optik

o.(t) = fase smyat optik

(4-1)

Untuk meng1nm mformasi dapat digunakan ba1k amptrtudo. frekuensi,

maupun fase dan opt1k earner Sehmgga teknik modulasi yang dapat d1gunakan

adalah.

1. Amplitude shift keying (ASK) atau on-off keying (OOK).

Pada kond1s1 in1 o. konstan dan amplitude sinyal A. memberikan dua

harga selama periode brt tergantung dari 0 atau 1 yang

ditransm1s1kan.

2. Frequency shift keying {FSK)

Page 93: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

81

Amplitudo A. konstan dan Q,(t) baik w1t atau w2l frekuensi "'' dan w, menunJukkan harga s1nyal bmer.

3 Phase shift keymg (PSK)

lnformasi dilalukan melalui gelombang sinus 9.(1) = 13 sin N.,l, di mana

p merupakan indeks modulasi dan CJm merupakan frekuensi

modulaSI.

Pada s1stem direct detect1on. sinyal elektrik masuk ke dalam pemancar

modulas1 amplitude dengan level daya optik dari sumber cahaya. Selanjutnya

daya ophk menyesuaikan dengan tingkatan dari sinyal. Pada penerima, sinyal

oplik yang masuk dikonversi secara langsung menjadi output listrik yang

terdemodulasi . Pendeteksian arus yang te~adi dengan intensitas lao

menghas1lkan :

I v

1 1 1 I I I

ASK=-~-< I

1

I I I

c~~·~ I 1 I I o-..

Gambar4.99

L \

Konsep Dasar S1stem Koheren

g Gerd Ke1ser Op C1t p. 379.

(4-2)

Page 94: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

82

Suku yang mengandung cos( 2ltJ.I + 2¢,) dieliminasi pada penenma sehingga

persamaan DO menJadi .

(4-3)

Pada s1s1 penenma s1stem koheren. penenma menambahkan gelombang opllk

lokal pada s1nyal yang datang dan mendeteksi kombinasi yang ler]ad1.

J1ka medan dan local OSCillator (LO) dinyatakan dengan :

(4·4)

d1 mana . ALo = amphtudo medan LO

"'Lo dan <i>Lo(l) = lrekuensi dan lase local oscillator

Kemud1an intensitas lc""(t) dinyatakan :

I I = 2 A/ + 2 ALo2 + A./'.Lo cos [(ro.- roLO)t + <j>(t)] cos 0(1) (4·5)

di mana o(t) = <J>,(t) • <I>Lo(t) adalah perbedaan fase relatif antara sinyal mformas1

dan s1nyal LO, dan

(4 ·6)

menunjukkan polansasi antara gelombang smyal dan gelombang LO. Dengan

daya opt1k P(t) sebanding dengan intensitas. maka pada photodetektor diperoleh

}'(I)- !', + }'111 .,. 2, /', 1'1" COS [(w, - (t)w )l + ¢(1) J COS Btl) (4-7)

di mana P. dan PLo merupakan daya dan sinyal dan daya LO optik, dengan PLo >

P •. Perbedaan antara lrekuensi sudut yang diperoleh. yaitu <~ F = cu. - cu n

merupakan frekuensi intermediate. dan lase sudut <1>(1) memberikan perbedaan

fase yang berubah waktu antara level sinyal dan level LO. Adapun frekuensi u,,F

Page 95: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

83

mem1hk1 harga dalam batas frekuensi rad10 hingga beberapa puluh atau ratus

megahertz

4.4.2 Deteksl Homodyne

J1ka frekuens1 s1nyal earner dan frekuensi LO mempunyai harga sama.

yartu bila t•J1F = 0. maka akan diperoleh kondisi deleksi homodyne. Maka

persamaan (4-7) akan men1adi :

P(l) = P, + PLO + 2 J PJ'10 cos $(1) cos 8(1) (4-8)

Teknik modulasi OOK ( variasi level sinyal P. dengan o(l) tetap) maupun

PSK ( variasi fase $.(t) dari sinyal dengan P, konstan ) dapat digunakan untuk

mentransmisikan informasi. Bila PLo <: P. dan PLO konstan, maka suku terakhir

bagian kanan persamaan (4-8} berisi informasi yang di1ransmisikan. Dengan

men1ngkatnya daya laser yang berakibat peningkatan suku ini, LO secara efekt1f

akan ber1aku sebaga1 penguat sinyal, sehingga memberikan sensitivitas yang

lebih besar d1bandmgkan dengan DO.

Pada persamaan (4-8) ter11hat bahwa deteksi homodyne membawa smyal

secara langsung ke frekuens1 baseband, sehmgga tidak memer1ukan demodulasi

elektrik Penenma homodyne menghasllkan sistem koheren yang sangat peka

Tetap1 untuk membentuknya merupakan peker)aan yang sangat sulrt, d1 mana

LO dikontrol oleh PLL optik.

4.4.3 Deteksl Heterodyne

Pada deteks1 heterodyne. harga frekuensi intermediate oo1F tidaklah nol

sepert1 deteksi homodyne. dan PLL oplik tidaklah dipertukan. Sehingga

dibandingkan dengan deteksi homodyne, deteksi heterodyne lebih mudah

Page 96: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

84

dumplementas1kan pada penenma. Namun nilai sensitivitas yang diperolehnya

mempunyai penurunan 3 dB d1bandingkan dengn deteksi homodyne.

Bila P. s P. 0 • maka suku pertama pada sisi kanan persamaan (4-7) dapat

d1aba1kan Arus output penenma terdiri dari suku de yaitu ·

'l<f ""- = - l'w In

sedangkan harga IF yang berubah menurut waktu adalah :

2 "<t i F(t) =

11 ,. ~· I ', l 'w cos ( <·J,F + Q(t) J cos tl(t)

4.5 TEKNIK MODULASI

(4-9)

(4-10)

Pada sistem transmisi optik koheren terdapat tiga cara dasar untuk

mengirim informas1, yaitu phase shift keying (PSK). frequency shift keymg (FSK)

dan amplitude shift keying (ASK). Pada sistem digital biner. teknik ASK yang

umum adalah on off keying (OOK). Untuk pengembalian informasi pada

penerima. dapat d1gunakan baik teknik dekteksi optik homodyne maupun

heterodyne bersama dengan deteks1 synchronous (sinkron) atau asynchronous

(asmkron) Pemilihan metode modulasi dan demodulasi menentukan sensitivitas

penerimanya

Umumnya karaktenstik unjuk ke~a dari sistem komumkasi digital

ditentukan dalam bit error rate (BER). BER bergantung kepada signal to no1se

ratio (SNR) dan fungsi kerapatan probabilitas (PDF) pada output penerima. Bila

digunakan daya LO tinggi, fungs1 kerapatan probabilitasnya merupakan Gaussian

baik unluk teknik homodyne maupun heterodyne, maka BER hanya bergantung

kepada SNR. Sehingga sensillvitas penerima dapat dinyatakan berdasarkan

Page 97: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

85

ketersed1aan SNR pada output penerima. yang secara langsung berhubungan

dengan daya sinyal opt1k penerima Sensitivitas penerima untuk teknik deteks1

koheren yang berbeda dinyatakan dalam jumlah rata • rata photon yang

dibutuhkan untuk mencapa1 BER 10•

4.5.1 Direct Detect10n OOK

B1la kita meng1nm urutan pulsa OOK 0 dan 1 dengan probabilitas yang

sama maka bila data OOK hanya pada setengah waktu rata · rata, akan

membutuhkan jumlah photon per bit informasi sejumlah setengah dari yang

dibutuhkan tiap pulsa. Maka terbentuk N dan 0 pasangan lubang elektron selama

pulsa 0 dan 1, sehingga jumlah rata • rata photon per bit N r untuk efisiensi

quantum (11 = 1) adalah :

- 1- I v = - v + - (0) ' p J 4 2 ( 4-11)

dengan N adalah

" r· " "_. ,\ "' - J'(t) Jt = -" \' h \' •

(4-12)

d1 mana : '1 = efis1ensi detektor quantum

hv = energ1 photon

E = energ1 yang ditenma dalam interval waktu :

Adapun jumlah nyata dari pasangan elektron hole n yang berflulctuasi menurut

distnbUSI POISSOn. yaitu

,. ( ) " e I'II=N ,. n ! (4-1 3)

Page 98: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

86

di mana P.(n) merupakan probabilitas n elektron yang dipancarkan selang

interval r

Dengan asums1 pulsa optik dan energi E mengenai photodetektor pada selang

waktu t maka dapat diinterpretasikan penerima sebagai pulsa 0 bila lidak

terdapat pasangan elektron hole dibangkitkan. Jadi probabilitas dengan n = 0

elektron yang dipancarkan selang waktu t adalah

P,(O) = e _, (4-14)

Dan persamaan (4-14). maka peluang terJadinya error adalah

l ( ) l 2 \ I' 0 =- e · ' 2 ' 2

(4-15)

Dari persamaan tersebut d1 alas dapat diketahui bahwa sejumlah 10 photon ttap

bit dibutuhkan untuk mencapai BER 1 o-s untuk sistem direct detection OOK.

Pada praktiknya sangat suilt untuk mencapa1 hal tersebut pada penerima direct

detection. Penguatan secara elektronik yang menyerta1 photodetektor

menyebabkan t1mbulnya no1se thermal dan no1se shot, sehingga membutuhkan

hngkat daya penerima pada kisaran 13 hmgga 20 dB di atas batas quantum.

4.5.2 Slstem Homodyne OOK

Bila pulsa 0 dengan duras1 T drterima. jumlah rata - rata .\' r. pasangan

elektron hole d1bentuk oleh LO. sehingga dinyatakan .

" - A 2 T l't 11 - lO

Untuk pulsa 1, jumlah rata - rata pasangan elektron hole. ,v, adalah :

(4-16)

(4-17)

Page 99: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

87

di mana merupakan harga pendekatan untuk kondisi Ate2 ~ A/ Dengan daya

output LO leb!h besar danpada tongkat sinyal yang diterima. tegangan dari

dekoder penerima selama 1 pulsa adalah

V= ,\o-.\' =2A,.0 A.T (4-18)

dan noise rms CJ adalah

(4-19)

Dengan persamaan berlkut ini maka ak.an diperoleh BER .

(4-20)

Sehtngga dtperoleh BER :

I [ ( I )] I { V ) I ~AT'' ) P. = BER = - I - cr( -r - -.. - crfi ~ = - erfi - y 2 2 "2rr 2 2~i2u 2 v2 (4-21)

di mana erfc(x) = 1 erf(x) merupakan fungsi error komplemen.

Untuk. detekso homodyne OOK. energi rata - rata masing - masing pulsa

harus membenkan 36 pasangan elektron hole Pada kondosi yang ideal do mana

efisienso quantum adalah kesatuan. BER 10-e akan dicapai dengan energi optik

tenma rata - rata dan 39 photon tiap pulsa Dengan pengasumsoan urutan OOK

pulsa 0 dan 1 dengan probabJiitas yang sama. maka jumlah rata - rata photon

yang drterima tlap brt informasi .\, adalah 18 ( separuh dari jumlah yang

dibutuhkan tiap pulsa ) Sehingga BER untuk detekksi homodyne OOK adalah

(4-22)

Dengan pendekatan untuk x <! 5 diperoleh

Page 100: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

88

(4-23)

Sehmgga d1peroleh

c "·'. BER - ( ) 1 ,

JT I] ,'Ip -(4-24)

untuk 11 \", ~ 5 pada deteks1 homodyne OOK

4.5.3 Sistem Homodyne PSK

Secara teori, deteksi homodyne modulasi PSK menghasilkan sensitivitas

penerima yang terbaik. tetapi juga merupakan metoda yang tersulit untuk

pengimplementasiannya. Sinyal optik yang datang dikombinasikan dengan

gelombang opt1k yang dipancarkan dari local oscillator. Pengkombinasian ini

d1lakukan baik dengan directional coupler maupun lempengan yang berfungsi

sebagai pemantul sebag1an yang disebut beam splitter. Penggunaan beam

splitter membuat ke)elasan yang mendekati lengkap, bila s1nyal datang leb1h

lemah dibandingkan dengan output LO.

Berdasarkan persamaan (4-8) mformas1 d1kmmkan dengan mengubah

fase dari gelombang yang d~ransmisikan. Untuk pulsa 0 sinyal dan LO yang

berbeda rase. maka Jumlah resultan pasangan elektron hole yang d1bangkrtkan

adalah :

(4-25)

Oengan cara yang sama untuk pulsa 1 s1nyal sefase, maka

N" = ( Aw -'- A, ) 2 T (4-26)

Page 101: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

Opvcal signa

lowpass

Seam Mer

sph/ Es + E.o

/ -<- = 0)

Photodetector

Frequency locked 1~1 osc•llator

laser

Gambar 3.1010

Diagram Penerima Homodyne

~alout

Tegangan yang timbul dari dekoder pada penerima adalah

dan noise rmsnya adalah

(7 = J All/ T

89

(4-28)

Sarna sepert1 terdahulu untuk kondtst deteksi homodyne OOK, kondtst V/cr = 12

untuk BER 10 i menghasilkan

All/ l = 9 (4-29)

Berdasarkan hal tersebut. untuk detekst homodyne PSK ideal ( 11 = 1 ), rata - rata

dibutuhkan 9 photon per btl untuk mencapai BER 1 o-s. Pad a sistem ini tidak per1u

dipertimbangkan perbedaan antara photon tiap pulsa dan photon tiap bit sepertt

pada kondisi OOK. Sehtngga diperoleh BER berikut :

I r•-=-Hf:R = ] ertc.,j 217 ,v" (4-30)

tC Ibid , p 388

Page 102: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

90

4.5.4 Deteksi Heterodyne

Penenma heterodyne membutuhkan analisa yang lebih rumit

d1band1ngkan dengan kond1si homodyne. hal ini dikarenakan output

photodetector muncul pada frekuensi intermediate w1F. Cin yang terdapat pada

penenma heterodyne adalah dapat menggunakan ba1k deteks1 sinkron maupun

as1nkron Konfigurasi umum dari penerima dapat ditunjukkan gam bar 4 11

Pada deteks1 smkron PSK digunakan rangkaian rekoven carrier, yang

mana b1asanya menggunakan PLL microwave. untuk membangkitkan fase lokal

referensi . Carrier frekuensi menengah dibentuk kembali dengan pencampuran

output dari PLL dengan sinyal frekuensi menengah. Adakala digunakan low pass

filter untuk membentuk kembali sinyal baseband. BER untuk sinkron heterodyne

PSK dinyatakan dalam

(4-31 J

Pada kondisi ideal penerima PSK membutuhkan 18 photon !tap brt untuk BER

10'3 , sama dengan deteks1 homodyne OOK

Suatu tekn1k sederhana namun tepat adalah dengan tidak menggunakan

PLL yartu asynchronous detection ( detekso asonkron ). Teknik ono dosebut dengan

different•al PSK atau DPSK Dengan metoda PSK informasi dikodekan dengan

perubahan pada fase optik. m1xer akan menghasilkan output positif atau negatif

yang bergantung perubahan fase smyal yang dnerima dari bit terdahulu

lnformasi yang d1transmisikan kemud1an dibentuk kembali dari output tersebut

Teknik DPSK in1 memiliki sensitiv1tas yang mendekati sensitivitas deteksi

heterodyne sinkron PSK, dengan BER :

Page 103: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

()pta' ,_,;.,.

OPt1::t s.gn111

,__ ... , /

F rt'Quer<: t lotkld ~Cea ow;aa..w -

n-.an1 -.p!l/ /

F fiq\Al!l~Jy OC<tCI ~~ o.c ·•~or

91

Prod~ r-i ~:-I ~ -:r- ·I ''=''I · LJ I

'"'""~

te 0"!'~(,11 t~r·..ron

f!•er r-i Sdrdpou I Proc.Jd

dE!~ 1 J fmr

delay bne

Gamber 4 11 11

Konf1gurasi Umum Penerima Heterodyne

(4-32)

Untuk BER 1 0 membutuhkan 20 photon !lap bit. Analog dengan kond1s1 PSK.

deteksi s1nkron heterodyne OOK memil1kl sensitivitas 3 dB leb1h rendah

d1bandmgkan dengan homodyne OOK. Sehingga BERnya adalah

I . !1 -BFI' =-erj<: 1- n ·V - \ 2 \ 2 ., • p (4-33)

Ibid .. p. 390

Page 104: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

'

ModulatiOn

On-off key1ng

(OOK)

1 Phase-shift

keying (PSK)

Frequency­

shift keying

(FSK)

Tabe14.112

Probab11Jty of error untuk Sistem Koheren

Probability of error

Heterodyne

Homodyne Synchronous

detection .

Asynchronous

detection

I { ) '' I I - I . l I ~ 7 <'rl< IJ .\ P -

2 ak( rJ ,\ r) · -:;exp( - ") IJ A,)

- I 2 - -

I ( ) · I ( - ) ' • l''t:fi· 117.\ , '· 2

<'rfi: IJ•\ P • 1 --; ., exp( -I} 1v, )

I (1 )1z erfc _,,,v

? . 7 p - w

92

Direct

detec!Jon

Untuk mencapa1 BER 1o·G d1butuhkan min1mal 36 photon. Pada keadaan deteksi

heterodyne asinkron OOK, BERnya adalah :

I f I \ IJI:R = ")exp -

7 1J .\' ,j

- I. -(4-34)

Seh~ngga deteksi heterodyne as1nkron OOK membutuhkan 40 photon !lap bit

untuk mencapai BER 1 0,. dengan sensitivitas lebih kecil 3 dB dibandingkan

DPSK

4.6 SISTEM TRANS MISt KOHEREN

Penggunaan sistem koheren dalam sistem komunikasi serat opt1k

d1utamakan dalam hal memanfaatkan kelebihan bandwidth yang dimiliki. Sistem

1: Ibid . p 391

~-

Page 105: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

93

koheren yang dtgunakan dalam hal ini dapat berupa deteksi heterodyne ataupun

deteksi homodyne

Pada gambar 4 12 dapat dilihat diagram blok dari penerima direct

detectton (00) dan penerima detekst heterodyne. Pada penerima heterodyne.

gelombang stnyal dan local oscillator digabungkan pacta pengkopel optik dan

dtletakkan pacta detektor sehingga dua medan elektrik ditambahkan secara

bersama Output rrekuenst tnlermedtate (IF) diubah menjadi sinyal baseband

Pada diagram blok deteksi heterodyne. input frekuensi fL menunjukkan sinyal LO

sedangkan f, menunjukkan sinyal LO dapat dinyatakan dengan :

E, "' Ao cos Olot (4-35)

dan sinyal dapat dinyatakan dengan

E, = A, cos w.t (4-36)

Tabel4.213

Jumlah Photon yang dibutuhkan untuk BER 1 o.s

Number of photons

Modulation Heterodyne

Homodyne Synchronous Asynchronous Direct

I detection detection detection ·- I

On-off 18 36 40 10

keytng

(OOK)

Phase-shift 9 18 20 -keying I

I (PSK) ! Frequency-

shift keymg - 36 40 -(FSK)

i

13 Ibid . p. 392.

Page 106: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

' EtJ

~ ~w· t JJ frtat.~r-cy

Sw Sw

Gambar4.12" D1agram Blok Penenma Optik

Arus pada output dan photodetector dinyatakan

94

(4-37)

Sebaga1 has11 dan persamaan ( 4-37). has1l penggabungan antara dua sinyal

menghas1lkan frekuensi jumlah dan beda. Penjumlahan dari frekuensi ter1alu

tingg1 untuk dJiewatkan melaiUI detektor optik dan dapat diabaikan. Sehingga

diperoleh

•• K1yOSh1 Nosu, Op C1l p. 16.

Page 107: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

95

(4·38)

Suku Ao A, cos (<:>o • ~:.~.lt menyatakan selisoh antara sonya! dan local OSCillator dan

merupakan carrier frekuenso intermediate yang diinginkan. Daya carrier IF

bergantung pada hasol daya cahaya LO Po dan daya cahaya sinyal P •. di mana

daya output listnk DO sebandong dengan kuadrat dari daya optik sonya! sendiri.

Sebagao dampak dan arus sinyal dan arus IF yang diinginkan, terdapat

noise shot yang menyertao arus 1,,, dan arus noise thermal i"' ya~u

(!,, r -'···· 11J

(4·39)

(4·40)

di mana B merupakan bandwidth sinyal dan ieq merupakan kerapatan arus noise

ekuivalen.

Perbandingan daya earner IF terhadap noise, C/N dinyatakan dengan

C/N = (2azPcP.)/[2aq(P, + P.)B + ,,J 2B] (4·41)

P: dibuat lebih besar daripada P, dan cukup untuk menghalangi noise thermal

Pada kondisi mo konsekuensonya adalah noose shot yang dihasiikan oleh LO.

C/N = aP.I qB (4·42)

Dan dorect detector APD dapat diketahui pendekatan SNR yaitu

S/N = 2(azPcP,) I [2aqP. M2 + xB + '·· 28] (4·43)

do mana M merupakan penguatan perkaloan APD, x adalah parameter noose.

Pada prinsopnya, detekso heterodyne dapat menjangkau limit quantum dengan

meningkatkan daya LO, do mana DO membutuhkan noise rendah, penguatan

perkalian APD tlnggi Standar yang digunakan pad a panjang gelombang 1,3 • 1,5

prn dapat dilihat pad a label 4.3.

Page 108: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

96

Tabel4.315

Jumlah Photon Pada Penerima Optik

Companson of Rece1ver Sensitivity (1.3 - 1.5 )lm)

present state of art ~ulation I demodulation _L theoncal limit

PSK homodyne j9Phot.-o-n""'l7b::-it - -+--:3:-:4-p7h-ot:-o-n-:-l :-brt-:---1

PSK heterodyne I 18 photon 1 brt

IMOD I I 10 photon I brt

lun AI-) (S · /\') - a!', I qB .\ • IJ

45 photon I bit

1 000 photon I b1t

(4-45)

Meskipun deteksi heterodyne membutuhkan rangkaian elektrik dan optik

dan lebih rumit , namun mem1liki keuntungan dibandingkan dengan 00.

Keuntungan yang d1m1hki lebih ditekankan pada perbaikan sensitivitas. Selain itu

deteksi heterodyne sangat responsif terhadap fase atau frekuensi optik

memungkinkan penggunaan modulas1 yang lebih baik.

Pada penenma heterodyne. distorsi bentuk gelombang optik yang dialami

yartu d1spers1 kromatik dapat dikompensas1 dengan equalizer rase elek1rik pada

band IF elektrik Penggunaan yang la1n dan band IF tersebut untuk pemilihan

hanel FOM Optik

15 Gerd Ke1ser, Op C1t, p. 391 .

Page 109: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

97

Tabe14 41&

Transmrtter Opt1k Transmisi Koheren

Modulation scheme r ModulatiOn deVIce Modulation circuit

ASK (OOK) E - 0 modulator

~7--~ lnject1on Locked ~s~

Mcduf3tor LD

~Maste" lOl \S·.a·.e L:J) lt. <1'1':)

Direct modulation DC b1as

i r-I LD f-.-

FSK Direct modulation DC bias

i c I LD 1--

E - 0 Modulator ~S~nol Mod~.J.tor

PSK E - 0 Modulator ~S;r31 ~oovato1

Locked ~ _r:::- ~.gr.al

~\loo. ~-:o~ LD

( •,t~er .. D I Stave- _o. t :» < ~

' 6 Kiyoshl Nosu, OpCit p 18.

Page 110: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

98

Tabel4.5' 7

Receiver Optik S1stem Koheren

--1 Modulation Sheme-+-==M_od_ u_la_h_on Oev1ce

ASK Heterodyne D------r

..

Homodyne

loca OS¢11 ator

Opt>cal tu"k

FSK Heterodyne D--:!

PSK Heterodyne

Homodyne

Local osc•llator

D------r Loc.al

OSCillator

~

0 J,......,. p

-t I_

T

__j rt

t" y -e ......_.

L:....J

I '- Local oscillator

'1 1bld, p 19

Modulation C1rcurt

~ ~

(signal filter]

Envelope detector

y Delay~ ~ LPF

y De•ay~ ·I LPF ~ ;

i

Page 111: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

5 Dengan penggunaan penguat optik. maka dapat mempertebar rentang transm1S1

antar term~nal maupun antar terminal dengan pengulang. Dengan penguat optik

dapat mengurang1 Jumlah pengulang yang dipergunakan bahkan dapat tidak

menggunakan pengulang hingga rentang transmis1tertentu

6 Tekn1k sistem koheren pada sistem komunikasi optik memberikan keuntungan

dalam hal sens1t1vrtas penerima yang balk, yang diukur dengan jumlah photon

yang d1perlukan untuk mencapai BER 1 o·9.

7 Deteksi heterodyne pada sistem koheren leb1h memungklnkan

pengimplementasiannya dalam praktik, karena harga frekuensi intermediatenya

tldak berharga nol seperti pada deteksi homodyne.

5.2 SARAN

Penggunaan penguat optik pada sistem komunikasi optik, khususnya untuk

aplikas1 Jarak JSUh akan lebih menguntungkan karena dapat memperlebar rentang

transm1si h1ngga rentang tertentu. bahkan tanpa menggunakan pengulang. Namun

dalam pengimplementasiannya harus d1perlukan desain penguat optik sedemik1an

rupa schingga d1peroleh keefektlfan harga sistem secara keseluruhan

Peng1mplementas1an SIStem deteksi heterodyne dari Slslem koheren pada Slstem

komunikas1 dengan kecepatan tlnQQI haruslah perlu desain peralatan tertentu karena

frekuenst sinyal dan frekuensi local oscillator tiap peralatan harganya berbeda.

100

Page 112: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

101

DAFTAR PUSTAKA

1. A M. J. Koenen F W Willems. P J. J. Stassar, SYSTEM APPLICATIONS

OF ERBIUM DOPED FIBRE AMPLIFIER. Trends In Telecommunications.

Vol. 3 No 3.

2. AT&T, LIGHTWAVE UNDERSEA TRANSMISSION SYSTEMS, Document

Presentation, AT&T, Colorado, 1990.

3. AT&T. UNDERSEA COMMUNICATIONS TECHNOLOGY. AT&T Technical

Journal, February. 1995, Volume 74, Number 1.

4. CCITT, REC. G702, Melbourne. 1988.

5. C. Kelly, Greg May, Pete Roorda, D. Barriskill, WDM TECHNOLOGIES IN

TELECOMMUNICATIONS. May 9, 1995.

6. Elane K. Stafford, J. Manno. M. M. Sanders. UNDERSEA NON

REPEATERED TECHNOLOGY, PRODUCT, AND CHALLENGER. AT&T

Technical Journal, January. 1995.

7. Fredenck C. Allard, FIBER OPTICS HANDBOOK FOR ENGINEERING

AND SCIENTISTS. McGraw-Hill. Inc. Singapore. 1990.

8. Gerd Keiser. OPTICAL FIBER COMMUNICATIONS. McGraw-Hill. Inc,

Singapore 1991.

9 J C. Palais, FIBER OPTIC COMMUNICATION. Second Edition, Prentice

Hall, New Jersey, 1988.

10. John L Zyskmd, C Randy Giles, Jay R. Simpson. David J. DiGiovanm.

ERBIUM DOPED FIBRE AMPLIFIER TECHNOLOGY. Trends In

Telecommunicalions, Vol. 8 No. 3.

11 J. P. Blonde!, P. M. Gabla. OPTICAL AMPLIFICATION IN SUBMARINE

SYSTEMS : NEW CONCEPTS AND ULTIMATE LIMITS. Alcatel

Page 113: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

102

Submarcom, Centre de Vdlarceaux. 1995.

12 Kiyoshi Nosu, ADVANCED COHERENT LIGHTWAVE TECHNOLOGIES,

IEEE Commun1cat1ons MagazJne. February, 1998, Vol. 26. No. 2.

13. NTI, OVERVIEW OF SUBMARINE TECHNOLOGY, NTI. 1995.

14 NTI, SUBMARINE CABLE SYSTEM TECHNOLOGY. NTI, 1995

15. Opt1ga1n, Inc. FIBER OPTICAL AMPLIFIERS, Optigain, Inc. Active Fiber

Dev1ces & Applications, Kmgstown Road, Peace Dale, USA, 1998.

16. Paul M. Gabla, OPTICAL AMPLIFICATION: THE SEED FOR EXPANSION

OF SUBMARINE CABLE NETWORK. Alcatel Submarine Network. Hawai

USA. 22- 26 January, 1995.

17. P. T. lndosat, CONTRACT FOR FIBER SUBMARINE CABLE SYSTEM

SEA ME WE II S. 1 .. Alcatel Submarcom, Jakarta, 1990.

18. P. T. Telekomunikasl Indonesia, REPEATERED SYSTEMS, AT&T

Submanne Systems, Inc, 1995.

19. P. T Telekomun1kasi Indonesia, TECHNICAL SEMINAR. AT&T. July, 1995.

20. Richard A Lmke, OPTICAL HETERODYNE COMMUNICATIONS

SYSTEMS. IEEE Communications Magazine, October. 1989.

21 Siemens. MINISUB SUBMARINE CABLE SYSTEMS. Submarine Cable

Technology, Apnl 1992.

22. StuartS Wagner, Ha1m Kobnnski. WDM APPLICATIONS IN BROADBAND

TELECOMMUNICATION NETWORKS. IEEE Communications Magazme.

March, 1989.

Page 114: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

LAMPIRAN A

ASE

BU

CEPT

CFLTS

CTE

DSF

EDFA

HLLB

HTS

IM/DD

LME

LMS

LT

OGP

OOK

PDF

PDG

PDL

PFE

PM

DAFTAR SINGKATAN

Amphfied Spontaneous Emission

. Branching Unrt

Conference of European Posts and Telecommunications

: Cable Foult Location Test

: Cable Terminating Equipment

: Dispersion Shifted Fiber

. Erbium Doped Fiber Amplifier

High Loss Loop Back

Hot Transfer Switch

. Intensity Modulation I Direct Detection

· Line Monitonng Equipment

: Line Monrtonng System

Load Transfer

Ocean Ground Protection

On Off Keying

Probability Densrty Funct1on

Polarization Dependent Gam

: Polanzatlon Dependent Loss

· Power Feed Equipment

: Power Monitonng

Page 115: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

PMD Polarizat1on Mode Dispersion

PR Power Regulating

RSE Repealer Superv1sory Equipment

SBS · St1mulated BnliouJn Scattering

SDH Synchronous Digrtal H1erarchy

SE SupeMsory Eqwpment

SPM Self Phase Modulation

TE : Terminal Equipment

TIE : Terminal Transmission Equipment

Page 116: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

LAMPIRAN B

TEKNIK INTENSITY MODULATION I DIRECT DETECTION

Lucr Q;"Qde •••'-Jf---o .... , -

L Qt,;lpot Control Circuit

-o-

Opoco;: S1gna1 Output

ElectN::BI Sigr 91 Ovtpul

Page 117: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGIINDUSTRI

0 9 ~t:.~ 19~/

EE 1799 TUGAS AKHIR - 6 SKS

Nama Mahasiswa NomorPokok Bidang Studi Dosen Pembimbing Diberikan pada Judul Tugas Akhir

: NOERCHOLIS FIRMANSYAH : 2293.100.035 : TEKNIK TELEKOMUNIKASI : lr. HANG SUHARTO, M.Sc. : September 1997

SUPER HIGHWAY TRUNK SYSTEM MENGGUNAKAN OPTIC AMPLIFIER DAN SISTEM KOHEREN

Uraian Tugas Akhir:

Dengan semakin banyaknya layanan telekomunikasi seperti multimedia atau ISDN maka sangat dibutuhkan suatu jaringan yang dapat memberikan layanan telekomunikasi dengan kecepatan yang tinggi dan memuaskan. Super Highway Trunk System merupakan jaringan serak · optik jarak jauh yang menggunakan teknologi Synchronous Digital Hierarchy ( SDH ) dengan prosedur multiplek Synchronous Transport Module ( STM - 16 ).

Jaringan ini dapat digunakan sebagai aHematif untuk layanan telekomunikasi yang membutuhkan kecetapan tinggi dan memuaskan. Dalam sis1em ini digunakan optic amplifier dan sistem koheren yang memiliki keuntungan antara lain daya yang tinggi, penguatan besar, insertion loss kecil, sehingga sangat cocok untuk diterapkan pada sistem komunikasi jarak jauh tanpa repeater.

Tugas akhir ini akan mempeiajari mengenai penggunaan optic amplifier dan sistem koheren pada jaringan serat optik jarak jauh sehingga memungkinkan tidak f!1enggunakan repeater.

Bidang Studi Teknik Telekomunikasi Koordinator

Menyetujui,

Surabaya, September 1997

Dosen Pembi 1ng

( lr. Hang Suharto. M.Sc. l NIP. 130 520 753

Page 118: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

A. JUDUL

B. RUANG LINGKUP

C. LA TAR BELAKANG

D. PENELAAHAN STUD!

USULAN TUGAS AKHIR

SUPER HIGHWAY TRUNK SYSTEM

MENGGUNAKAN OPTIC AMPLIFIER DAN SISTEM

KOHEREN

: 0 Sistem Komunikasi Optik

0 Sistem Komunikasi I

0 Sistem Komunikasi II

0 Teknik Jaringan Telekomunikasi

Pertumbuhan teknologi yang sangat cepat saat ini

berimbas pada bidang telekomunikasi. Para pengguna

jasa telekomunikasi menuntut adanya layanan

telekomunikasi baik ~u berupa suara, data. mu~imedia

maupun · ISDN. Layanan layanan tersebut

membutuhkan kecepatan pengiriman yang sangat

tinggi untuk dapat memuaskan para pengguna jasa

telekomunikasi. Hal ini tentunya membutuhkan suatu

jaringan yang dapat melaksanakan layanan

telekomunikasi terse but.

Super Highway Trunk System merupakan suatu

jaringan serat optik jarak jauh yang dapat melayani

jasa telekomunikasi dengan kecepatan tinggi dan hasil

memuaskan. Jaringan ini merupakan attematif cara

untuk mengatasi hal tersebut.

Pada sistem ini digunakan optic amplifier dan sistem

koheren yang mempunyai kelebihan dalam hal daya

yang tinggi, penguatan besar dan insertion loss yang

kecil yang memungkinkan d~erapkan pada sistem

komunikasi jarak jauh tanpa repeater.

Dalam tugas akhir ini akan dipelajari hal - hal yang

berka~an dengan :

+ Jaringan serat optik

+ Sistem Komunikasi Serat Optik

+ Synchronous Dig~al Hierarchy dan

Synchronous Transport Module

Page 119: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

E. TUJUAN

+ Wavelength Division Muniplexing

+ Optic Amplifier dan Sistem Koheren

Selain itu dipelajari referensi - referensi lainnya.

Untuk mengetahui penggunaan oplic amplifier dan

sistem koheren pada suatu jaringan serat optik.

F. LANGKAH - LANGKAH 1. Studi Literatur

2. Pengumpulan data

3. Pengolahan data

4. Penyusunan naskah

G. JADWAL KERJA

KEGIA BULAN

4 5 6

H. RELEVANSI : Diharapkan tugas akhir ini dapat menjadi salah satu

acuan anematif cara pemenuhan layanan

telekomunikasi.

Page 120: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

High Outputl>ower Wide Bandwid th Wide Operating Tcmpernturf.' Connt.'CtorizeJ (options availablt!) Optic;ll lnpuVOutput t:.ps Customized Options MnnitorinJ; and Control Optically Isolated Output and Inpu t

Pre-amplifier Long Haul 'lcll'<'om Sij,'Tlallloostcr

• POwEll

Tlte DFA-20XX Amplifiers iucorporate a 25-piu back-amucclor for mo11itori11g a11d COIIIro/

Page 121: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

DFA-20XX Power Amplifier Optical Specifications OptM..ll Noise f;;)~llrl" <5 dU

IS.'M:)..l565 nm

Yc">

O ptkal S..Od\•11khh

Ort..._-.,)1.54.-.lahon tHl Output OptK-c1llsol.lhuu on Input ophon.ll

DFA-20XX Specifications lh\Wr Supply "l)'ptcO'll i\JwN ColbUI'Ilp hnn

t 121JVAC @ 60HL < lOW

Maximvm r.h_"(t ricoll l \1wcr <.:o•l!l" 'mptiu•l R.u:k i 1 1~1ght

Op~ratmg l~mpt•r;clturc (t1mbi4•uW Stnra~,: l i:>ll'J"Wr<llur.: J(\•b tiv(•l hnnid ity

<21J W J.75 in<"hcs o•oso·c .21) In 85 • C

95 ox, IUUI(\II"'dt:ll'>i n g

• OJ' I imwl lS • ,,;, t'nmu•f l•"' fi•r mtmitof ill.!,! ll- c~mtloJ

Connectors Input isolator RF Monitoring __ Number of Pumps -- --

II SC/APC

0 FGIII'C

c E2000/ Ill~."

D ('u~tvm

II

n Ye." No

II

II

Y~.:.S

No S Single

I) Du~l

Rum pi~: D,.it ltJIJ A IJA.<; • U riBM ~I"'' 'M •ifl• \ f'/Af1C (tlftii,.. -H"~· ,., ;n,onr I.'Wl«ltJrwill• N.,. m<H•imrirtf( rutl ~~sl(' JmtlfJI

"'

"'

Gain vs. Wavelength dOT V.it!IOUS ~,, I'XIWt"fSJ

~,.... _;::-;-.,.. ·-· .. ._ •cte. 0 ··$diM _ ... ..,.

·J41M____:_<Oo-_· ld... -·~

--··7..._ - e - J.e.-

A- 1.,_

76 1--· ..._ __ -._ .. __ • ·--- __. - ..---.- •••• _. ___.__.

·~ · ·· ~ · ·~· · · ··········~~·· · ····~ , · · · · · · · · · · · · · ·· · · ~ · · ~ . ······· ~ ~ - ~ · · · · · · · ~· · .. ··· ······ ·•· ' - ----- - ----- - --~- - - - ----- - ~ ~ -~ r------------- -------------- --

·;; 11 t-o~-~- o-~ 0 ""' ..... -4 o-o C> C> ... ~-0 .()>-.~~ (,) --·---·-· ----· ----· .. ·-------------....._____

&w~~~·--~~ ~~ ~~~ ~ ~~~~·~~~~~~~ ~~~~~~~ s.~~

· ~ ·A·& · A·& & · ~ · · & · ~ •A• A A• A• • • A• &• 8• ~ · 6 · & A • ·A • & A•A • A • &·A · &· 8· & · A · ~ ~ ..... .. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ . • ,- J1 ·o· Y - • • - • 0 J • - • -.- • - -- · • ,_ _ . _ , It ~ It- It ._"t · - •- f' I( x- .t- • ·-•- 1( ().~0..0..

- .0:- :o-v-

"' -o ,; ~

" 00 u:: :i: ·c; z

" I

S.l ~

•t •••

!- ·~-~- • • U-4S - i

·:o -no,o-

~ss~ 'i~""": .. ,_

Noise Figure vs. Input Power lf« V.JIJil)IUj. Slg'UI W .. V\.~h\)

1 _., .,

:, .·, :, .,

.-~ .f : _., _.,

·"' ' 'l •/ ' ->

-~ · _., _., •/ .;

,;-.:£·

/ • _'(;, ·

••• .. ·) 4.7

•••

...

----' --.•. -.... -... -... .... ·-·- : -·-- ·-.- .. ·-·­.-.;;__:. __ -~

-··~ 10

~-----<-

·• , . ·•

..._ .....

__ ,_..,.

.;

.· / , · / .. / ••• .1'

.• ' .4 ,.,... :..--

, ___ , l

Input Power, dBm

-1 _, •

Page 122: TUGAS AKHIRrepository.its.ac.id/49102/1/2293100035-Undergraduate-Theses.pdf · mempunyar rugr - rugr 2.5 dB/km pada kecepatan modulasr sinyal 1MHz dan lebih dari 50 dB/km pada 1 GHz

RIWAYAT HIDUP

Riwayat Pendldlkan Penulis :

Penuhs dtlahtrkan di kola Surabaya pada tanggal

27 Desember 1974 dengan nama lengkap

Noercholis Firmansyah, dari pasangan orang tua

Drs. Suparto dan Ora. Sundari. Penulis beragama

Islam dan beralamat di Jalan Karang Em pat 191 ,

Surabaya, Jawa nmur. Penulis adalah anak

kedua dari liga orang bersaudara.

1. SO Muhammadiyah 2 Surabaya, Jawa Timur.lulus tahun 1987.

2. SMP Negeri 1 Surabaya, Jawa Timur, lulus tahun 1990.

3. SMA Negeri 5 Surabaya, Jawa Ttmur, lulus tahun 1993.

4. Jurusan Tekmk Elektro - Fakultas Teknologi lndustn - lnstitut Teknologi

Sepuluh Nopember Surabaya (ITS). dilerima melaiUI jalur UMPTN tahun

1993, dengan nomor pokok 293 220 2050.

Saat 1n1 penuhs sedang menyelesatkan tugas akhir pada bidang stud1 Tekmk

Telekomunikasi

Pengalaman Kemahasiswaan :

1 Panrt1a Dtalog Ramadhan, Ramadhan Di Kampus. JMMI-ITS. tahun 1995

2. Koordinator Acara Tim Demtstoner Pengurus Himateklro. tahun 1996.

3. As1sten Prakttkum Dasar Sistem Komunikasi, Praktikum Ststem Komunikasi I.

PraK11kum Stslem Komunikasi II, tahun 1996-1997.

4. Koordinator Prakt1kum Dasar Sistem Komunikasi , tahun 1997.

5. Sekretans Pan11ta Study Excursie mahasiswa Teknik Elektro - FTI - ITS. tahun

1997.