tugas membuat pertanyaan yang muncul terkait masalah

3
TUGAS MEMBUAT PERTANYAAN YANG MUNCUL TERKAIT MASALAH Berdasarkan RISKESDAS 2013, air berbusa dan berbau (1,2% dan 3,8%) terdapat di Aceh. Daerah dengan kebiasaan mencuci tangan terendah adalah Sumatera Barat (29%), Papua (29,5%), Kalimantan Selatan (32,3%), Sumatera Utara (32,9%) dan Aceh (33,6%). Mencuci tangan dengan sabun, salah satu cara paling efektif untuk mencegah diare, dan ISPA yang merupakan penyebab kematian pada anak. Kebiasaan masyarakat Indonesia dalam mencuci tangan masih rendah dapat terlihat dengan insiden diare meningkat. 1. Perilaku mencuci tangan dapat menurunkan diare, tapi mengapa masyarakat masih kurang dalam mencuci tangan pakai sabun? 2. Mengapa sampai sekarang masyarakat masih kurang mencuci tangan padahal program PHBS (Program Hidup Bersih dan Sehat) sudah dicanangkan sejak tahun 2010? 3. Apakah tingkat pengetahuan anak berpengaruh terhadap perilaku cuci tangan pakai sabun? 4. Apakah pola asuh orang tua dan guru di Sekolah berpengaruh terhadap perilaku cuci tangan pakai sabun? 5. Apakah pemahaman anak tentang ketersediaan sarana sanitasi yang baik berpengaruh terhadap perilaku cuci tangan pakai sabun? Berdasarkan data WHO 2010, 17% penduduk dunia masih buang air besar diarea terbuka dan Indonesia sebagai negara kedua terbanyak setelah India. Berdasarkan RISKESDAS 2013, perilaku BAB dijamban, posisi lima terendah adalah Papua (57%), Sulawesi Barat (69,8%), Aceh (73,1%), Sulawesi tengah (73,2%) dan NTB (73,3%). Tiwi Qira Amalia 1307101030056

Upload: tiwi-qira

Post on 27-Sep-2015

252 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Tiwi Qira Amalia1307101030056TUGAS MEMBUAT PERTANYAAN YANG MUNCUL TERKAIT MASALAHBerdasarkan RISKESDAS 2013, air berbusa dan berbau (1,2% dan 3,8%) terdapat di Aceh. Daerah dengan kebiasaan mencuci tangan terendah adalah Sumatera Barat (29%), Papua (29,5%), Kalimantan Selatan (32,3%), Sumatera Utara (32,9%) dan Aceh (33,6%). Mencuci tangan dengan sabun, salah satu cara paling efektif untuk mencegah diare, dan ISPA yang merupakan penyebab kematian pada anak. Kebiasaan masyarakat Indonesia dalam mencuci tangan masih rendah dapat terlihat dengan insiden diare meningkat.1. Perilaku mencuci tangan dapat menurunkan diare, tapi mengapa masyarakat masih kurang dalam mencuci tangan pakai sabun?2. Mengapa sampai sekarang masyarakat masih kurang mencuci tangan padahal program PHBS (Program Hidup Bersih dan Sehat) sudah dicanangkan sejak tahun 2010?3. Apakah tingkat pengetahuan anak berpengaruh terhadap perilaku cuci tangan pakai sabun?4. Apakah pola asuh orang tua dan guru di Sekolah berpengaruh terhadap perilaku cuci tangan pakai sabun?5. Apakah pemahaman anak tentang ketersediaan sarana sanitasi yang baik berpengaruh terhadap perilaku cuci tangan pakai sabun?Berdasarkan data WHO 2010, 17% penduduk dunia masih buang air besar diarea terbuka dan Indonesia sebagai negara kedua terbanyak setelah India. Berdasarkan RISKESDAS 2013, perilaku BAB dijamban, posisi lima terendah adalah Papua (57%), Sulawesi Barat (69,8%), Aceh (73,1%), Sulawesi tengah (73,2%) dan NTB (73,3%). 1. Apakah ada pengaruh tingkat pendidikan rendah terhadap perilaku buang air besar sembarangan?2. Apakah ada pengaruh pengetahuan terhadap perilaku buang air besar sembarangan?3. Apakah ada pengaruh dukungan sosial yang kurang terhadap perilaku buang air besar sembarangan?4. Apakah ada pengaruh sangsi sosial terhadap perilaku buang air besar sembarangan?5. Apakah ada pengaruh pembinaan petugas yang kurang terhadap perilaku buang air besar sembarangan?

Insiden dan period prevalence diare untuk seluruh kelompok umur di Indonesia adalah 3,5% dan 7,0%. Lima provinsi dengan insiden dan period prevalence diare tertinggi adalah Papua (6,3% dan 14,7%), Sulawesi Selatan (5,2% dan 10,2%), Aceh (5,0% dan 9,3%), Sulawesi Berat (4,7% dan 10,1%) dan Sulawesi Tengah (4,4% dan 8,8%). Insiden diare balita di Indonesia adalah 6,7% dengan insiden diare tertinggi Aceh (10,2%). Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada usia 12-23 bulan (7,6%)1. Apakah petugas kesehatan kurang gencar dalam promosi dan spesific protection pada kasus diare ini?2. Mengapa insiden balita lebih sering terjadi?3. Apakah edukasi yang kurang mengenai: kesehatan lingkungan, ketersediaan air bersih yang kurang, kebiasaan mencuci tangan, penggunaan jambansehingga insiden diare tetap tinggi? 4. Atau apakah dari masyarakat yang kurang perilaku hidup bersih sedangkan petugas kesehatan sudah gencar? Bagaimana solusinya?