2.1.1. tinjauan teori tentang signage secara umum · rumah sakit tersebut. selain itu signage yang...

17
Universitas Kristen Petra 9 2. LANDASAN TEORI DAN IDENTIFIKASI DATA 2.1. Tinjauan Teori Tentang Signage 2.1.1. Tinjauan Teori Tentang Signage Secara Umum Sejak dua dekade ini, pertumbuhan di bidang informasi dan komunikasi meledak. Kehidupan manusia semakin dibanjiri dengan informasi dan kemajuan di segala bidang. Begitu juga dengan kota dan infrastrukturnya. Kehidupan manusia menjadi semakin kompleks. Sehingga sangat diperlukan adanya signage yang dirancang dengan baik untuk dapat mengidentifikasi, mengarahkan, dan memperingatkan. Akan tetapi, apabila sebuah signage gagal memberi nilai guna ataupun kurang mampu menarik, maka akan hanya menjadi visual pengganggu. Bahkan menjadi sampah visual. Perancangan signage sebaiknya bersinergi dengan perancangan arsitektur, sehingga akan mampu menghasilkan jumlah signage yang efisien tanpa harus memenuhi pemandangan. Menurut John Follis dan Dave Hammer (12-13), ada beberapa fungsi signage yang sering dipakai di fasilitas umum, antara lain: a. Directional atau Wayfinding. Fungsi ini merupakan fungsi yang membantu pencarian arah jalan dari lokasi satu ke lokasi lainnya. b. Identifying. Fungsi ini merupakan fungsi yang memberi identitas pada suatu lokasi agar lokasi ini dapat diketahui dengan mudah. c. Informational. Fungsi ini merupakan fungsi yang memberi informasi umum maupun spesifik dari suatu tempat, misalnya jam buka atau prosedur khusus. d. Restrictive, Prohibitive, Warning. Fungsi ini merupakan fungsi yang memberi peringatan pada hal yang berbahaya, larangan, ataupun perlu perhatian khusus dari pengguna. Signage wayfinding terbagi lagi menjadi dua yaitu pengarah dan tujuan. Signage pengarah adalah signage yang akan memberi arahan sepanjang perjalanan menuju tujuan. Signage tujuan akan menjadi titik akhir dari perjalanan pengguna. Signage tujuan ini juga bisa menjadi signage identification karena juga memberi identifikasi lokasi tertentu (Wenzel 55).

Upload: others

Post on 27-Oct-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2.1.1. Tinjauan Teori Tentang Signage Secara Umum · rumah sakit tersebut. Selain itu signage yang baik harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan muncul di benak

 

Universitas Kristen Petra

 

9  

 

2. LANDASAN TEORI DAN IDENTIFIKASI DATA

2.1. Tinjauan Teori Tentang Signage

2.1.1. Tinjauan Teori Tentang Signage Secara Umum

Sejak dua dekade ini, pertumbuhan di bidang informasi dan komunikasi

meledak. Kehidupan manusia semakin dibanjiri dengan informasi dan kemajuan

di segala bidang. Begitu juga dengan kota dan infrastrukturnya. Kehidupan

manusia menjadi semakin kompleks. Sehingga sangat diperlukan adanya signage

yang dirancang dengan baik untuk dapat mengidentifikasi, mengarahkan, dan

memperingatkan. Akan tetapi, apabila sebuah signage gagal memberi nilai guna

ataupun kurang mampu menarik, maka akan hanya menjadi visual pengganggu.

Bahkan menjadi sampah visual. Perancangan signage sebaiknya bersinergi

dengan perancangan arsitektur, sehingga akan mampu menghasilkan jumlah

signage yang efisien tanpa harus memenuhi pemandangan.

Menurut John Follis dan Dave Hammer (12-13), ada beberapa fungsi

signage yang sering dipakai di fasilitas umum, antara lain:

a. Directional atau Wayfinding. Fungsi ini merupakan fungsi yang membantu

pencarian arah jalan dari lokasi satu ke lokasi lainnya.

b. Identifying. Fungsi ini merupakan fungsi yang memberi identitas pada

suatu lokasi agar lokasi ini dapat diketahui dengan mudah.

c. Informational. Fungsi ini merupakan fungsi yang memberi informasi

umum maupun spesifik dari suatu tempat, misalnya jam buka atau

prosedur khusus.

d. Restrictive, Prohibitive, Warning. Fungsi ini merupakan fungsi yang

memberi peringatan pada hal yang berbahaya, larangan, ataupun perlu

perhatian khusus dari pengguna.

Signage wayfinding terbagi lagi menjadi dua yaitu pengarah dan tujuan.

Signage pengarah adalah signage yang akan memberi arahan sepanjang

perjalanan menuju tujuan. Signage tujuan akan menjadi titik akhir dari perjalanan

pengguna. Signage tujuan ini juga bisa menjadi signage identification karena juga

memberi identifikasi lokasi tertentu (Wenzel 55).

Page 2: 2.1.1. Tinjauan Teori Tentang Signage Secara Umum · rumah sakit tersebut. Selain itu signage yang baik harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan muncul di benak

 

Universitas Kristen Petra

 

10  

 

Sign System yang baik harus memperhatikan berbagai faktor. Signage

yang digunakan harus memperhatikan situasi dan kondisi dari lingkungan

arsitektural sekitar. Tentu saja tetap memperhatikan faktor situasi dan kondisi

pengguna. Sehingga perlu tingkat keterlihatan yang tinggi, serta menjaga

keseimbangan antara aspek fungsional dan estetika. Karena sign system nantinya

tidak hanya akan menjadi bagian integral dari arsitektur, tetapi juga brand dari

rumah sakit tersebut. Selain itu signage yang baik harus bisa menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan muncul di benak pengguna.

Tingkat kegunaan dari sign system juga dipengaruhi oleh faktor manusia,

karena persepsi dan respon dari manusia berbeda-beda, bergantung pada

karakteristik fisik maupun psikologi. Faktor-faktor manusia tersebut antara lain:

a. Pandangan mata manusia.

Penelitian mengindikasikan bahwa sudut pandang mata manusia normal

berbentuk kerucut dengan sudut 60º. Sehingga area yang berada di luar

sudut tersebut relatif akan berkurang detailnya. Walaupun kelemahan ini

diatasi dengan menggerakkan kepala, tetapi tetap akan membutuhkan

usaha lebih untuk dapat menangkap detail yang hilang tersebut. Sebagai

contoh, jika sebuah signage digantungkan dari atas langit-langit sehingga

sudut antara mata pengguna dengan horizontal lebih dari 30º, besar

kemungkinan akan terlewatkan. Secara alami, pengguna tidak terbiasa

menggerakkan kepala ke atas untuk melihat tanda, atau sesuatu yang

berada di luar jangkauan penglihatannya.

b. Ketajaman Penglihatan.

Ketajaman pandangan manusia berbeda-beda, sehingga akan diperlukan

ukuran dan jarak yang relatif mudah dijangkau manusia pada umumnya.

c. Kecepatan Baca.

Kecepatan manusia dalam membaca dipengaruhi pula oleh umur,

kecerdasan, dan pendidikan. Rata-rata kecepatan baca manusia adalah 250

kata per menit. Sehingga signage jalan raya yang butuh kecepatan baca

tinggi, biasanya tidak memuat banyak informasi. Dibatasi hingga

maksimal enam informasi.

Page 3: 2.1.1. Tinjauan Teori Tentang Signage Secara Umum · rumah sakit tersebut. Selain itu signage yang baik harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan muncul di benak

 

Universitas Kristen Petra

 

11  

 

d. Keterbacaan.

Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa manusia dengan mata

normal mampu melihat huruf berukuran 2,5cm pada jarak maksimal 15

meter. Tetapi nilai ini perlu disesuaikan bila diaplikasikan pada signage.

Adapun yang mempengaruhi keterbacaan dari signage adalah tipografi.

Jenis typeface yang disarankan dipakai untuk kebanyakan signage adalah

jenis dari keluarga sans serif yang memiliki bentuk sederhana dan dekat

dengan bentuk geometris. Typeface ini memiliki kecenderungan

berpenampilan bersih dan modern.

e. Ketinggian Pandangan Mata.

Ketinggian rata-rata dari pandangan mata manusia adalah sekitar 1,7

meter. Pada saat duduk menjadi 1,3 meter. Dan pada saat mengendarai

kendaraan adalah 1,4 meter. Ketinggian ini harus tetap disesuaikan dengan

kondisi di tempat.

f. Tinggi Huruf.

Menentukan tinggi huruf yang dipakai di signage memerlukan faktor

tambahan; mayoritas ditentukan oleh kecepatan gerak pembaca maupun

waktu yang diperlukan untuk mengenali bentuk huruf.

g. Kebutuhan khusus.

Kebutuhan khusus untuk manula dan penyandang cacat juga diperlukan

untuk tempat yang dirasa perlu dipersiapkan.

2.1.2. Tinjauan Teori Tentang Signage Rumah Sakit

Nilai guna dari sign system di bangunan-bangunan modern semakin

meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah pengguna dari bangunan tersebut.

Termasuk pada bangunan rumah sakit. Rumah sakit memiliki banyak unit dan

ruangan sehingga akan sangat membingungkan tanpa dibantu adanya penunjuk

arah. Terlebih untuk rumah sakit yang masih terus berkembang dan memperluas

gedungnya. Unit-unit baru yang dibangun akan menjadi kepingan puzzle yang

apabila tidak ditata atau dibantu, akan menjadi semakin membingungkan.

Sign system yang baik akan dapat membantu memecahkan masalah

tersebut. Menurut studi Rupert Jensen & Associates “Building Research Survey”,

Page 4: 2.1.1. Tinjauan Teori Tentang Signage Secara Umum · rumah sakit tersebut. Selain itu signage yang baik harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan muncul di benak

 

Universitas Kristen Petra

 

12  

 

dalam sebuah rumah sakit kapasitas 800 orang, bila tidak dibantu signage yang

memadai, akan memboroskan waktu bekerja dari pegawai rumah sakit rata-rata

8000 jam setiap tahun, dan untuk menjelaskan jalan kepada para pengguna rumah

sakit. Tentu saja ini kurang efisien. Sehingga sign system yang dirancang dengan

benar akan memberi nilai guna serta nilai ekonomis bagi lingkungan yang

mengaplikasikannya (Follis dan Hammer 13).

2.2. Tinjauan Tentang Perusahaan/Lembaga

2.2.1. Tinjauan tentang Rumah Sakit secara Umum

Rumah Sakit menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, merupakan gedung

tempat merawat orang sakit dan gedung tempat menyediakan dan memberikan

pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah kesehatan. Adapun berbagai

jenis rumah sakit berdasarkan jenis pelayanannya, yaitu:

a. Rumah Sakit Bersalin: Rumah sakit yg khusus melayani pemeriksaan ibu

hamil, ibu yg akan melahirkan, dan kesehatan anak di bawah usia lima

tahun.

b. Rumah Sakit Jiwa: Rumah sakit yang khusus merawat orang yang sakit

jiwa

c. Rumah Sakit Kanker: Rumah sakit yang khusus memberikan layanan,

pengobatan, dan perawatan bagi penderita penyakit kanker.

d. Rumah Sakit Ketergantungan Obat: Rumah sakit yang khusus memberikan

layanan, pengobatan, dan perawatan bagi penderita yang tergantung pada

obat terlarang.

e. Rumah Sakit Khusus: Rumah sakit yang memberikan layanan

pemeriksaan, pengobatan, dan perawatan satu macam penyakit

f. Rumah Sakit Mata: Rumah sakit yang khusus memberikan layanan,

pengobatan, dan perawatan bagi penderita penyakit mata

g. Rumah Sakit Rujukan: Rumah sakit yang ditetapkan menjadikan rujukan

sebagai komponen dl sistem pelayanan kesehatan

h. Rumah Sakit Terbang: Tempat perawatan orang yang sakit, berupa

pesawat terbang berisi perlengkapan medis lengkap dengan dokter dan

perawatnya

Page 5: 2.1.1. Tinjauan Teori Tentang Signage Secara Umum · rumah sakit tersebut. Selain itu signage yang baik harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan muncul di benak

 

Universitas Kristen Petra

 

13  

 

i. Rumah Sakit Umum: Rumah Sakit yang memberikan layanan,

pengobatan, perawatan bagi penderita berbagai penyakit yang dilengkapi

dengan dokter ahli.

Sedangkan menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

nomor 340/MENKES/PER/III/2010 tentang klasifikasi rumah sakit berdasarkan,

terdapat empat kelas rumah sakit, terdiri dari:

a. Rumah sakit kelas A

Mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit

empat Pelayanan Medik Spesialis Dasar, lima Pelayanan Spesialis

Penunjang Medik, dua belas Pelayanan Medik Spesialis Lain, dan tiga

belas Pelayanan Medik Sub Spesialis.

b. Rumah sakit kelas B

Mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit

empat Pelayanan Medik Spesialis Dasar, empat Pelayanan Spesialis

Penunjang Medik, delapan Pelayanan Medik Spesialis Lain, dan dua

Pelayanan Medik Sub Spesialis.

c. Rumah sakit kelas C

Mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit

empat Pelayanan Medik Spesialis Dasar dan empat Pelayanan Spesialis

Penunjang Medik.

d. Rumah sakit kelas D

Mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit dua

Pelayanan Medik Spesialis.

2.2.2. Tinjauan tentang Akreditasi Rumah Sakit Indonesia

Untuk menjamin mutu dari pelayanan rumah sakit di Indonesia,

diperlukan akreditasi. Proses akreditasi rumah sakit Indonesia bisa dilakukan oleh

KARS (Komite Akreditasi Rumah Sakit) Departemen Kesehatan.

Proses akreditasi dilakukan secara bertahap. Proses akreditasi pada lima

pelayanan mencakup:

a. Administrasi dan manajemen.

b. Pelayanan medik

Page 6: 2.1.1. Tinjauan Teori Tentang Signage Secara Umum · rumah sakit tersebut. Selain itu signage yang baik harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan muncul di benak

 

Universitas Kristen Petra

 

14  

 

c. Pelayanan gawat darurat

d. Pelayanan keperawatan

e. Pelayanan rekam medik.

Sign system dan corporate identity termasuk dalam pelayanan administrasi

dan manajemen fisik rumah sakit. Dalam Pedoman Survei Akreditasi Rumah

Sakit, Pedoman Khusus, Standar 4 Pasal 2, tertera definisi operasional sebagai

berikut: “Yang diartikan dengan “disemua tempat” apabila rambu, marka dan

petunjuk dibuat paling kurang di jalan menuju UGD, tempat rawat jalan, rawat

inap, apotik, kamar jenazah, laboratorium, radiologi, jalan masuk untuk pasien,

tempat pendaftaran, counter penerangan, tempat pembayaran, tempat parkir

kendaraan, daerah terlarang untuk pasien/pengunjung.

Yang dimaksud dengan “jelas terbaca” jika rambu, marka petunjuk menggunakan

huruf cukup besar, warna terang dan ditempatkan sedemikian rupa hingga cepat

dapat terbaca paling kurang dalam jarak 10 meter.

Papan peta atau billboard harus memuat denah rumah sakit dengan penjelasan

tempat-tempat pelayanan yang penting diketahui oleh masyarakat, misalnya lokasi

UGD, lokasi rawat jalan. Papan peta harus ditempatkan di halaman depan rumah

sakit sedemikian rupa agar masyarakat cepat dapat mengetahui begitu mereka

masuk ke halaman rumah sakit.” (Komite Akreditasi Rumah Sakit 12)

Skor tertinggi diberikan apabila rumah sakit memiliki rambu, marka,

petunjuk di semua tempat, jelas terbaca, serta ada billboard memuat denah/peta

rumah sakit. Sehingga diperlukan sign system yang efektif dan efisien untuk

mencapai nilai tinggi. Apabila sebuah rumah sakit memiliki nilai akreditasi KARS

yang tinggi, maka nilai dari brand rumah sakit tersebut juga tinggi. Rumah sakit

tersebut akan lebih dapat dipercaya oleh masyarakat.

2.2.3. Visi dan Misi Perusahaan

Visi dari Rumah Sakit Katolik St. Vincentius a Paulo adalah menjadi

rumah sakit pilihan, yang berkomitmen pada kehidupan yang bermartabat dengan

dijiwai semangat kasih. Berusaha untuk menjadi rumah sakit yang diingat di

Page 7: 2.1.1. Tinjauan Teori Tentang Signage Secara Umum · rumah sakit tersebut. Selain itu signage yang baik harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan muncul di benak

 

Universitas Kristen Petra

 

15  

 

benak konsumen, serta tetap menjaga komitmen untuk melayani masyarakat

dengan cinta kasih.

Misi dari Rumah Sakit Katolik St. Vincentius a Paulo adalah sebagai

berikut:

1. Memberi pelayanan kesehatan prima, yang menyeluruh, terpadu, aman

dan berkualitas secara profesional, dengan pemanfaatan teknologi

informasi dan teknologi medis canggih.

2. Membentuk sumber daya manusia yang berkualitas, bertanggungjawab,

disemangati kasih dan rasa syukur

3. Membangun jejaring kerjasama strategis yang saling menumbuh-

kembangkan di dalam dan di luar Rumah Sakit

4. Membangun, memelihara dan mengembangkan lingkungan Rumah Sakit

yang rekreatif, edukatif, kotemplatif dan inspiratif serta harmonis terhadap

kelestarian lingkungan dan perkembangan masyarakat.

Selain itu, Rumah Sakit Katolik St. Vincentius a Paulo Surabaya juga

memiliki sebuah slogan “Committed2HELP” yang bermakna berkomitmen untuk

selalu menolong, melayani, dan membantu dengan kejujuran, empati, kasih, dan

profesionalitas.

Gambar 2.1. Logo Committed2HELP

2.2.4. Latar Belakang Sejarah Perusahaan

Sejarah Rumah Sakit Katolik St. Vincentius a Paulo Surabaya dimulai di

tahun 1919. Tepat pada tanggal 1 Oktober 1919, Mgr. Fleerackers SJ.

Menandatangani persetujuan jual beli 2 persil tanah di daerah Reiniers Boulevard

(yang sekarang menjadi jalan Diponegoro) oleh Roomsch Kerk en Armbestuur

(Badan Pengurus Gereja) Surabaya dan pemilik tanah R.P. Van Alpen. Gedung

inilah yang menjadi cikal bakal Rumah Sakit Katolik St. Vincentius a Paulo

Page 8: 2.1.1. Tinjauan Teori Tentang Signage Secara Umum · rumah sakit tersebut. Selain itu signage yang baik harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan muncul di benak

 

Universitas Kristen Petra

 

16  

 

Surabaya. Lalu pada tanggal 9 September 1920 dibentuk suatu perkumpulan

bernama “Roomsch Katholiek Ziekenhuis te Surabaya Vereeneging” (RKZV).

Pada tahun 1924, terjadi gerakan penutupan seluruh klinik di Surabaya.

RKZV memanfaatkan situasi dengan menyewa sebuah bangunan untuk

mewujudkan berdirinya suatu Rumah Sakit. RKZV membeli bangunan bekas

klinik dr. De Kock di jalan Oendaan Koelon Surabaya, dan dijadikan rumah sakit

dengan kapasitas 35 tempat tidur.

Tanggal 1 Januari 1925, perjanjian sewa klinik ditandatangani. Berbagai

usaha diupayakan untuk mengundang para biarawati yang bersedia bertugas di

Rumah Sakit, namun sampai saat itu belum berhasil. Akhirnya pimpinan gereja

dengan perantaraan Mgr. Verstraelen SVD. Dari Flores yang kebetulan sedang

berada di Surabaya untuk menghubungi pimpinan suster Misi Abdi Roh Kudus

atau Servarum Spiritus Sancti (SSpS) di Steyl Belanda, untuk meminta bantuan

tenaga suster biarawati. Akhirnya permintaan tersebut dikabulkan. Para biarawati

tersebut tiba di Surabaya pada tanggal 3 Mei 1925. Hari itu juga para suster mulai

bertugas karena kebutuhan di RKZV. Pada tanggal itu pula, ditetapkan sebagai

berdirinya Rumah Sakit Katolik St. Vincentius a Paulo Surabaya.

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan pelayanan kesehatan, rumah

sakit kecil itu makin kurang memadai. Pembangunan kesulitan karena masalah

dana. Sehingga misi pendirian rumah sakit tersebut ditawarkan kepada para suster

SSpS tersebut. Pada tanggal 18 Juli 1933 berdirilah Yayasan Arnoldus dengan Sr.

Jezualda SSpS sebagai ketuanya. Dan pada tanggal 20 November 1933 di tanah

Reiniers Boulevard 136 (sekarang Jl. Diponegoro 51) dilaksanakan peletakkan

batu pertama oleh Pastor Van Hall sebagai tanda didirikannya Rumah Sakit

Katolik di tempat tersebut.

28 Oktober 1934 pembangunan tahap pertama rumah sakit dengan

kapasitas 50 tempat tidur telah selesai. Rumah Sakit ini diresmikan dan diberi

nama St. Vincentius a Paulo Roomsch Katholiek Ziekenhuis (RKZ). Pada bulan

November 1934 pasien di RKZ Oendaan Koelon dipindahkan ke RKZ

Diponegoro.

Pada tahun 1942 terjadi musibah, saat tentara Jepang mengambil alih

Rumah Sakit Katolik dan para Suster ditawan. Setelah Jepang menyerah kalah

Page 9: 2.1.1. Tinjauan Teori Tentang Signage Secara Umum · rumah sakit tersebut. Selain itu signage yang baik harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan muncul di benak

 

Universitas Kristen Petra

 

17  

 

Rumah Sakit Katolik dijadikan Rumah Sakit Umum. Pada tahun 1948 Rumah

Sakit dikembalikan kepada para suster SSpS dan kemudian mulai menata serta

memperbaiki kembali Rumah Sakit dan pengembangan terus berlanjut hingga saat

ini.

2.2.5. Kondisi Perusahaan Saat Ini

Menurut klasifikasi yang telah diajukan oleh Kementrian Kesehatan

Indonesia, Rumah Sakit ini termasuk rumah sakit kelas A.

Berikut ini jumlah staf dan karyawan dari Rumah Sakit St. Vincentius a

Paulo Surabaya:

• Jumlah staf dan karyawan : 1334 personil, terdiri dari:

• Dokter Umum : 20 orang

• Dokter Spesialis : 19 orang

• Dokter Gigi : 6 orang

• Apoteker : 4 orang

• Perawat dan Bidan : 487 orang

• Paramedis Non Perawat : 85 orang

• Karyawan Non Medis : 713 orang

Fasilitas Medis dan Non-Medis yang tersedia di Rumah Sakit St.

Vincentius a Paulo Surabaya termasuk modern dan cukup lengkap. Antara lain

tersedianya Rawat Inap, Rawat Jalan, Persalinan, Unit Gawat Darurat, Unit Day

Care, Home Care, Poliklinik yang mencakup antara lain: Umum, Spesialis Anak,

Spesialis Syaraf, Spesialis Bedah, Spesialis Bedah Tulang, Spesialis Kandungan,

Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan, Spesialis Paru, Spesialis Penyakit Dalam,

Spesialis Mata, Spesialis Urologi, Spesialis Akupunktur, Spesialis Paliatif,

Spesialis Kulit Kosmetik, Spesialis Gigi, Spesialis Jantung, serta Psikolog;

Praktek Bersama Dokter Spesialis, Balai Kesehatan Ibu Anak (BKIA),

Pemantauan Terapi, Farmasi, Konseling, serta dilengkapi dengan Laboratorium,

Fisioterapi, serta Pastoral Care.

Page 10: 2.1.1. Tinjauan Teori Tentang Signage Secara Umum · rumah sakit tersebut. Selain itu signage yang baik harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan muncul di benak

 

Universitas Kristen Petra

 

18  

 

2.3. Identifikasi Data

2.3.1. Hasil Penelitian

Berikut ini adalah hasil dari penelitian yang telah dilakukan:

a. Observasi

Observasi yang telah dilakukan meliputi observasi sign system di Rumah

Sakit Katolik St. Vincentius a Paulo dan beberapa rumah sakit yang

dianggap sebagai kompetitor serta observasi dari pengguna Rumah Sakit

Katolik St. Vincentius a Paulo. Dari observasi didapatkan kondisi sign

system saat ini, serta bagaimana perbandingannya dengan sign system

yang dimiliki oleh rumah sakit kompetitor. Dari observasi pengguna

didapatkan informasi tentang perilaku pengguna. Selain observasi

lapangan dilakukan juga studi literatur meliputi literatur mengenai sign

system maupun literatur mengenai rumah sakit itu sendiri dari berbagai

sumber seperti buku, brosur, majalah dan website.

b. Wawancara

Wawancara yang dilakukan adalah jenis wawancara in-depth question

yang menggunakan beberapa pertanyaan acuan dan yang akan dilanjutkan

dengan pertanyaan mendalam. Jumlah responden yang diwawancara

adalah 13 orang. Pertanyaan acuan yang diajukan meliputi kebiasaan

pengguna, berapa lama pengguna mengenal rumah sakit ini, dan

bagaimana citra rumah sakit di mata pengguna. Hasil dari wawancara

dapat dilihat di halaman lampiran.

2.3.2. Analisis Hasil Penelitian

Berikut ini adalah analisis dari hasil penelitian yang telah dilakukan:

a. Observasi

Hasil observasi lapangan disusun dalam bentuk tabel di bawah ini.

Page 11: 2.1.1. Tinjauan Teori Tentang Signage Secara Umum · rumah sakit tersebut. Selain itu signage yang baik harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan muncul di benak

 

Universitas Kristen Petra

 

19  

 

Peta Bangunan

SignageWayfinding

Gambar 2.5. Signage RKZ

Gambar 2.7. Signage RS. Mitra Keluarga

Gambar 2.6. Signage RS. Darmo

Gambar 2.2. Peta RKZ

Gambar 2.3. Peta RS. Darmo Gambar 2.4. Peta RS. Mitra Keluarga

AspekRumah Sakit Katolik

Rumah Sakit DarmoRumah Sakit

St. Vincentius a Paulo Mitra Keluarga

Tabel 2.1. Perbandingan Rumah Sakit 1

Page 12: 2.1.1. Tinjauan Teori Tentang Signage Secara Umum · rumah sakit tersebut. Selain itu signage yang baik harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan muncul di benak

 

Universitas Kristen Petra

 

20  

 

Nomor Ruangan

Gambar 2.8. Penomoran RKZ

RS. Mitra KeluargaGambar 2.9. Penomoran RS. Darmo Gambar 2.10. Penomoran

AspekRumah Sakit Katolik

Rumah Sakit DarmoRumah Sakit

St. Vincentius a Paulo Mitra Keluarga

Tabel 2.1. Perbandingan Rumah Sakit 1 (sambungan)

Page 13: 2.1.1. Tinjauan Teori Tentang Signage Secara Umum · rumah sakit tersebut. Selain itu signage yang baik harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan muncul di benak

 

Universitas Kristen Petra

 

21  

 

Visibility Daya tarik visual dari sign system yang Peletakan Sign System di rumah sakit Sign system yang ada di rumah sakit iniada kurang dapat memberikan hasil ini sudah cukup baik dan lebih tertata sudah tertata dan dapat terlihat dengan yang efektif karena ketidakseragaman walaupun ada beberapa sudut bangunan baik karena proses penataan dan serta strategi pemasangan yang kurang yang masih dipenuhi sign tidak tertata. branding yang telah direncanakan de-tepat. ngan baik.

Symbolic Sign system di rumah sakit ini tidak ba- Rumah sakit ini juga tidak banyak Simbol tidak banyak digunakan dalamnyak menggunakan simbol. Sebagian menggunakan simbol dalam sign system rumah sakit ini, tetapi dibantu olehsimbol cukup baik dan menjelaskan. tetapi penggunaan beberapa simbol penggunaan elemen desain lainnya yang

sangat baik dan menjelaskan. baik dan bersih.Uniqueness Keunikan kurang terasa, karena terlihat Kurang unik karena terlihat sangat biasa. Keunikan sign system rumah sakit ini

sangat biasa dan kurang menampilkan Hampir sama dengan milik Rumah Sakit dibanding dengan rumah sakit lainnya keunikan dari rumah sakit ini. Katolik St. Vincentius a Paulo Surabaya. terletak pada standarisasi dan branding

yang dilakukan dengan baik.Originality and Yang berbeda dari rumah sakit ini adalah Rumah sakit ini memiliki sign system Perbedaan dari sign system di rumahDistinctiveness adanya beberapa signage yang telah yang standar dan biasa. Tetapi penataan- sakit ini adalah penataan yang baik dan

ada sejak jaman penjajahan Belanda. nya lebih baik. standar desain yang digunakan di selu-Tetapi signage tersebut dianggap kuno ruh bagian dari rumah sakit ini.karena kurang mampunya memenuhitugas sebagai pemandu.

Legibility Beberapa sign system cukup legible Sign systemdi rumah sakit ini cukup Legibility dari sign system di rumah karena ukuran dan penggunaan tipografi legible sayang bentuk dan ukurannya sakit ini sangat baik karena penggunaanyang baik. Sayangnya, masih banyak masih belum standar. tipografi yang standar dan penggunaanyang tidak legible, sehingga diperlukan bentuk dan warna yang membantu ke-perancangan ulang. terbacaan dan keterlihatan.

AspekRumah Sakit Katolik

Rumah Sakit DarmoRumah Sakit

St. Vincentius a Paulo Mitra Keluarga

Tabel 2.2. Perbandingan Rumah Sakit 2

Page 14: 2.1.1. Tinjauan Teori Tentang Signage Secara Umum · rumah sakit tersebut. Selain itu signage yang baik harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan muncul di benak

 

Universitas Kristen Petra

 

22  

 

Kelebihan Penggunaan tipografi pada signage Penataan yang lebih rapi dan pengguna- Standarisasi dan penggunaan desain yang memiliki legibility baik. an tipografi yang baik. yang sangat baik dan bersih, sesuai de-

ngan branding yang dilakukan.

Kekurangan Ketidakseragaman pada sign system Masih ada beberapa sign system yang Masih ada beberapa sign system tidakmengakibatkan sign system yang kurang tidak standar, dan kurang didesain de- standar yang ditempel sembarangan.nyaman dilihat, serta kurang efektifnya ngan baik.fungsi dari sign system itu sendiri.

AspekRumah Sakit Katolik

Rumah Sakit DarmoRumah Sakit

St. Vincentius a Paulo Mitra Keluarga

Simplicity Nilai kesederhanaan dari rumah sakit ini Sign system di rumah sakit ini sudah mu- Penggunaan sign system di rumah sakitsangat kurang dan sangat cluttered. lai tertata dan tidak terlalu rumit. ini sangat sederhana dan tertata sehing-Ada beberapa sudut yang dipenuhi oleh Tetapi tetap ada bagian yang masih tera- ga nyaman dilihat dan tetap berfungsisignage tak terkontrol. sa berada di tempat yang tidak semesti- sebagaimana mestinya.

nya.Catchy Arahan yang diberikan oleh sign system Arahan yang diberikan oleh sign system Arahan yang diberikan oleh sign system

yang ada di rumah sakit ini kurang dapat yang ada di rumah sakit ini dapat diingat yang ada di rumah sakit ini dapat diingatdiingat, sehingga bergantung pada pega- dan cukup mudah diikuti. dan cukup mudah diikuti.wai yang mengarahkan jalan.

Representation Walaupun telah menggunakan warna Penggunaan warna korporat sudah benar Karena rumah sakit ini sejak awal telahkorporat, sayangnya sign system di ba- dan tidak terlalu dominan. Tetapi tetap ditata dan memiliki standar branding,ngunan ini kurang mampu menampilkan sulit membedakan signage tanda darurat maka sign system yang dipakai juga citra rumah sakit sepenuhnya. dan signage biasa. mencerminkan citra tersebut.

AspekRumah Sakit Katolik

Rumah Sakit DarmoRumah Sakit

St. Vincentius a Paulo Mitra Keluarga

Tabel 2.2. Perbandingan Rumah Sakit 2 (sambungan)

Page 15: 2.1.1. Tinjauan Teori Tentang Signage Secara Umum · rumah sakit tersebut. Selain itu signage yang baik harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan muncul di benak

 

Universitas Kristen Petra

 

23  

 

b. Wawancara

Berdasarkan wawancara in-depth dengan pengunjung maupun dengan

pihak internal rumah sakit, dapat disimpulkan bahwa pengguna layanan dari

rumah sakit ini mayoritas ditujukan untuk SES D – B, atau menengah ke

bawah. Walau tidak dipungkiri, banyak pula masyarakat menengah ke atas

yang juga menggunakan layanan dari rumah sakit ini karena alasan

kepercayaan dan kebiasaan.

Mayoritas konsumen memiliki kesamaan kebiasaan, antara lain:

• Memakai rumah sakit ini karena sudah percaya sejak dahulu, nama baik

cukup dikenal.

• Bila tersesat atau mencari jalan, lebih sering bertanya kepada petugas.

Kemungkinan karena kurang baiknya efisiensi sign system yang ada.

Merasa kesulitan di area-area gedung baru dan Poliklinik.

2.3.3. Program Pengembangan Perusahaan di Masa Mendatang

Pihak manajemen Rumah Sakit Katolik St. Vincentius a Paulo Surabaya

menjelaskan bahwa di masa mendatang, rumah sakit ini memang mengarahkan

diri untuk melakukan branding yang lebih baik, baik secara pelayanan maupun

secara infrastruktur. Perancangan ulang sign system merupakan langkah awal

yang benar.

2.3.4. Citra Perusahaan

Secara umum, persepsi Rumah Sakit Katolik St. Vincentius a Paulo

Surabaya menurut masyarakat adalah rumah sakit yang memiliki pelayanan

modern, pelayanan yang bagus dan disiplin, berjiwa sosial, dan memiliki taman

yang asri. Tetapi Rumah Sakit ini juga dikenal sebagai rumah sakit yang kaku

mulai dari peraturan hingga arsitekturnya. Kurang keluwesan dalam bentuk dan

suasana.

Page 16: 2.1.1. Tinjauan Teori Tentang Signage Secara Umum · rumah sakit tersebut. Selain itu signage yang baik harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan muncul di benak

 

Universitas Kristen Petra

 

24  

 

Gambar 2.11. Signage Wayfinding utama Rumah Sakit Katolik

St. Vincentius a Paulo

2.4. Usulan Pemecahan Masalah

Dari analisis data yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa alternatif

usulan pemecahan masalah. Usulan ini nantinya akan dapat disempurnakan

setelah konsep yang lebih lanjut. Berikut ini adalah usulan pemecahan masalah:

a. Pembuatan peta lokasi dari rumah sakit secara keseluruhan, dengan desain

yang lebih user friendly.

b. Pembuatan peta lokasi tempat yang spesifik untuk area yang lebih kecil.

c. Perancangan ulang signage-signage yang ada, dengan menerapkan

standarisasi, memasukkan citra dari RKZ, dan tidak lupa memasukkan

unsur kreatif pada signage-signage tersebut.

d. Memperbaiki cara penyampaian informasi pada pengguna, agar lebih

mudah dipahami, serta mengusulkan penggunaan sistem angka atau huruf

untuk menunjukkan ruangan atau fasilitas yang ada di rumah sakit untuk

memudahkan mengidentifikasi ruangan atau lokasi tertentu.

Page 17: 2.1.1. Tinjauan Teori Tentang Signage Secara Umum · rumah sakit tersebut. Selain itu signage yang baik harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan muncul di benak

 

Universitas Kristen Petra

 

25  

 

2.5. Kesimpulan Sementara

Setelah dilakukan penggalian data serta studi literatur, maka dapat ditarik

kesimpulan sementara mengenai sign system yang ada di lingkungan Rumah Sakit

Katolik St. Vincentius a Paulo. Keadaan yang ada sekarang, banyak ditemui sign

system yang sebenarnya kurang layak dipakai karena tidak mampu menjalankan

fungsi wayfinding dengan baik, serta ketidakseragaman visual pada signage. Yang

akhirnya berpengaruh pada kinerja rumah sakit. Hal ini mengakibatkan pada

kebiasaan pengunjung yang akhirnya bergantung pada petunjuk arah para pegawai

rumah sakit. Berdasarkan hal tersebut, dirasakan perlu adanya perbaikan pada

sistem yang ada, yaitu dengan melakukan perancangan sign system dari rumah

sakit ini.