tugas makalah

9
BAB II PEMBAHASAN PENDIDIKAN KARAKTER A. Pengertian Pendidikan Karakter Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”.Sedangkan Berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”. Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek.Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. *moral kognitif: pengetahuan tentang budi pekerti yang mulia *klarifikasi nilai: penggolongan atau pengelompokkan nilai Page 1

Upload: relly-meiwati

Post on 01-Jul-2015

162 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas makalah

BAB II PEMBAHASAN

PENDIDIKAN KARAKTER

A. Pengertian Pendidikan Karakter

Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati,

jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen,

watak”.Sedangkan Berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat,

bertabiat, dan berwatak”.

Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai

dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan

atau tingkah laku. Sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek

lainnya dikatakan orang berkarakter jelek.Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai

dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter

kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau

kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.

Menurut David Elkind & Freddy Sweet Ph.D. pendidikan karakter adalah

segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta

didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup

keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan

materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.

Menurut Tadkiroatun Musfiroh , karakter mengacu kepada serangkaian sikap

(attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills).

*moral kognitif: pengetahuan tentang budi pekerti yang mulia*klarifikasi nilai: penggolongan atau pengelompokkan nilai Page 1

Page 2: Tugas makalah

Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna

yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah

membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan

warga negara yang baik.

B. Konsep Pendidikan Karakter

Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha

melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan,

bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan

potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya

(perasaannya).

Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber

dari nilai moral (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang juga disebut

sebagai the golden rule.Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila

berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut. Menurut para ahli psikolog, beberapa

nilai karakter dasar tersebut adalah: cinta kepada Allah dan ciptaann-Nya (alam

dengan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan

kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, keadilan dan

kepemimpinan; baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan cinta persatuan.

Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas

pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal.Tuntutan tersebut

didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni meningkatnya kenakalan

*moral kognitif: pengetahuan tentang budi pekerti yang mulia*klarifikasi nilai: penggolongan atau pengelompokkan nilai Page 2

Page 3: Tugas makalah

remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian massal dan berbagai kasus dekadensi

moral lainnya.Bahkan di kota-kota besar tertentu, gejala tersebut telah sampai pada

taraf yang sangat meresahkan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan formal sebagai

wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya

dalam pembentukan kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas dan

kualitas pendidikan karakter.

Para pakar pendidikan pada umumnya sependapat tentang pentingnya upaya

peningkatan pendidikan karakter pada jalur pendidikan formal.Namun demikian, ada

perbedaan-perbedaan pendapat di antara mereka tentang pendekatan dan modus

pendidikannya. Berhubungan dengan pendekatan, sebagian pakar menyarankan

penggunaan pendekatan-pendekatan pendidikan moral yang dikembangkan di negara-

negara barat, seperti:

pendekatan perkembangan moral kognitif,

pendekatan analisis nilai,

dan pendekatan klarifikasi nilai.

Pendidikan karakter, sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah saja,

tapi di rumah dan di lingkungan sosial. Bahkan sekarang ini peserta pendidikan

karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa. Mutlak

perlu untuk kelangsungan hidup Bangsa ini.

*moral kognitif: pengetahuan tentang budi pekerti yang mulia*klarifikasi nilai: penggolongan atau pengelompokkan nilai Page 3

Page 4: Tugas makalah

C. Membangun bangsa yang berkarakter

Karakter bangsa terbangun atau tidak sangat tergantung kepada bangsa itu

sendiri. Bila bangsa tersebut memberikan perhatian yang cukup untuk membangun

karakter maka akan terciptalah bangsa yang berkarakter. Bila sekolah dapat

memberikan pembangunan karakter kepada para muridnya, maka akan tercipta pula

murid yang berkarakter. Demikian pula sebaliknya. Kita faham Tuhan tidak merubah

keadaan suatu kaum bila mereka tidak berusaha melakukan perubahan itu.

Lima pilar karakter luhur bangsa Indonesia:

1. Transendensi: Menyadari bahwa manusia merupakan ciptaan Tuhan yang maha

Esa. Dari kesadaran ini akan memunculkan sikap penghambaan semata-mata pada

Tuhan yang Esa. Kesadaran ini juga berarti memahami keberadaan diri dan alam

sekitar sehingga mampu menjaga dan memakmurkannya. Ketuhanan yang maha Esa;

2. Humanisasi: Setiap manusia pada hakekatnya setara di mata Tuhan kecuali ilmu

dan ketakwaan yang membedakannya. Manusia diciptakan sebagai subjek yang

memiliki potensi. Kemanusiaan yang adil dan beradap;

3. Kebinekaan: Kesadaran akan adanya sekian banyak perbedaan di dunia. Akan

tetapi, mampu mengambil kesamaan untuk menumbuhkan kekuatan, Persatuan

Indonesia;

4. Liberasi: Pembebasan atas penindasan sesama manusia. Karenanya, tidak

dibenarkan adanya penjajahan manusia oleh manusia. Kerakyatan yang dipimpin oleh

hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan;

*moral kognitif: pengetahuan tentang budi pekerti yang mulia*klarifikasi nilai: penggolongan atau pengelompokkan nilai Page 4

Page 5: Tugas makalah

5. Keadilan: Keadilan merupakan kunci kesejahteraan. Adil tidak berarti sama, tetapi

proporsional. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

D. Peran Guru dalam Pendidikan Karakter murid

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa faktor guru/dosen memainkan peran

yang sangat besar dalam pembentukan karakter murid. Diperoleh data bahwa ada

kecenderungan makin tinggi level lembaga pendidikan formal makin rendah peran

dan kontribusi guru/pendidik dalam kesuksesan murid, misalnya PAUD/TK sampai

>90%, SD/MI sekitar 80-90%, SMP/MTS sekitar 70-80%, SMA/MA/SMK sekitar

60-70%, Mahasiswa S1 sekitar 40-50%, S2 sekitar 20-30%, dan S3 sekitar 10%, atau

mungkin bisa kurang.

Guru adalah Pendidik profesional memiliki tugas utama untuk: (1) mendidik,

(2) membimbing, (3) mengarahkan, (4) melatih, (5) menilai, dan (6) mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan

dasar, dan pendidikan menengah.

*moral kognitif: pengetahuan tentang budi pekerti yang mulia*klarifikasi nilai: penggolongan atau pengelompokkan nilai Page 5