tugas komunitas (pelayanan kb)

16
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) secara mikro berdampak terhadap kualitas individu dan secara makro berkaitan dengan tujuan pembangunan pada umumnya. Secara mikro, KB berkaitan dengan kesehatan dan kualitas hidup ibu/perempuan, juga kualitas bayi dan anak. Secara makro, KB dan kesehatan reproduksi berkontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung untuk meraih MDG’s, yaitu memberantas kemiskinan dan kelaparan, mewujudkan pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, mengurangi angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, menjamin kelestarian lingkungan hidup, dan pembangunan kemitraan global untuk pembangunan. Penggunaan KB berkaitan dengan rendahnya kematian ibu dan kematian anak dan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Memiliki anak lebih sedikit dan lebih sehat dapat mengurangi beban ekonomi pada keluarga miskin, dan memungkinkan mereka menginvestasikan sumber dayanya dalam pengasuhan, perawatan, dan sekolah anak, sehingga nantinya diharapkan dapat memutus mata rantai kemiskinan. Secara nasional, investasi KB juga membuka “a window of opportuniity” (jendela kesempatan) bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat melalui penurunan fertilitas dan perubahan struktur umur populasi dan angka ketergantungan (dependency ratio). Peningkatan rasio jumlah pekerja terhadap jumlah anak yang harus ditanggung 1

Upload: emilia-putri-miranda-harahap

Post on 23-Dec-2015

169 views

Category:

Documents


53 download

DESCRIPTION

Askeb Komunitas

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Komunitas (Pelayanan KB)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program Keluarga Berencana (KB) secara mikro berdampak terhadap kualitas

individu dan secara makro berkaitan dengan tujuan pembangunan pada umumnya. Secara

mikro, KB berkaitan dengan kesehatan dan kualitas hidup ibu/perempuan, juga kualitas

bayi dan anak.  Secara makro, KB dan kesehatan reproduksi berkontribusi baik secara

langsung maupun tidak langsung untuk meraih MDG’s, yaitu memberantas kemiskinan

dan kelaparan, mewujudkan pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender

dan pemberdayaan perempuan, mengurangi angka kematian anak, meningkatkan kesehatan

ibu, menjamin kelestarian lingkungan hidup, dan pembangunan kemitraan global untuk

pembangunan.

Penggunaan KB berkaitan dengan rendahnya kematian ibu dan kematian anak dan

dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Memiliki anak lebih sedikit dan lebih sehat

dapat mengurangi beban ekonomi pada keluarga miskin, dan memungkinkan mereka

menginvestasikan sumber dayanya dalam pengasuhan, perawatan, dan sekolah anak,

sehingga nantinya diharapkan dapat memutus mata rantai kemiskinan. Secara nasional,

investasi KB juga membuka “a window of opportuniity” (jendela kesempatan) bagi

pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat melalui penurunan fertilitas dan perubahan struktur

umur populasi dan angka ketergantungan (dependency ratio). Peningkatan rasio jumlah

pekerja terhadap jumlah anak yang harus ditanggung menyebabkan peningkatan tabungan

dan investasi, serta perbaikan standar kualitas kehidupan dan rendahnya kemiskinan.

“A window of opportunity” dapat menurunkan 14% tingkat kemiskinan di Negara

berkembang antara tahun 2000 dan 2015. Investasi dalam KB juga dapat menurunkan

biaya pelayanan social seperti biaya pelayanan kesehatan, pendidikan, pangan, perumahan,

dan sebagainya. Rendahnya pertumbuhan penduduk juga dapat mengurangi tekanan

terhadap eksploitasi sumberdaya alam yang terbatas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan bagaimana pelayanan kontrasepsi dan

KB di masyarakat, terutama peningkatan pelayanan KB?

1

Page 2: Tugas Komunitas (Pelayanan KB)

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pelayanan kontrasepsi

dan KB di masyarakat, terutama pada peningkatan pelayanan KB.

2

Page 3: Tugas Komunitas (Pelayanan KB)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pelayanan Kontrasepsi

Mempunyai dua tujuan, yaitu :

TUJUAN UMUM

Pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB, yaitu dihayatinya

NKKBS.

TUJUAN POKOK

Penurunan angka kelahiran yang bermakna. Guna mencapai tujuan tersebut, maka

ditempuh kebijaksanaan mengkatagorikan 3 fase untuk mencapai sasaran yaitu :

a. Fase menunda perkawinan atau kesuburan

Maksud kebijakan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat

melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan

pada usia tua. Fase menunda atau mencegah kehamilan bagi PUS dengan usia istri

kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya. Alasan

menunda/mencegah kehamilan;

Umur di bawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak

dulu karena berbagai alasan.

Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral karena peserta masih muda.

Penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena pasangan muda masih

tinggi frekuensi bersenggamanya, sehingga akan mempunyai kegagalan tinggi.

Penggunaan IUD-Mini bagi yang belum mempunyai anak pada masa ini dapat

dianjurkan, terlebih bagi calon peserta dengan kontra-indikasi terhadap pil oral.

Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan;

Revesibilitas yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin hampir

100%, karena pada masa ini peserta belum mempunyai anak.

Efektivitas yang tinggi, karena kegagalan akan menyebabkan terjadinya

kehamilan dengan resiko tinggi dan kegagalan ini merupakan kegagalan

program.

3

Page 4: Tugas Komunitas (Pelayanan KB)

b. Fase menjarangkan kehamilan

Periode usia istri antara 20-30 atau 35 tahun merupakan periode usia paling baik

untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah

2-4 tahun. Ini dikenal sebagai catur warga. Alasan menjarangkan kehamilan ;

Umur antara 20-30 tahun merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan

melahirkan.

Segera setelah anak pertama lahir, maka dianjurkan untuk memakai IUD

sebagai pilihan utama.

Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi. Namun disini tidak

atau kurang berbahaya karena yang bersangkutan berada pada usia

mengandung dan melahirkan yang baik.

Di sini kegagalan kontrasepsi bukanlah kegagalan program.

c. Fase menghentikan atau mengakhiri kehamilan atau kesuburan

Periode umur istri di atas 30 tahun, terutama di atas 35 tahun, sebaiknya

mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak. Alasan mengakhiri

kesuburan :

Ibu-ibu dengan usia di atas 30 tahun dianjurkan untuk tidak hamil/tidak punya

anak lagi, karena alasan medis dan alasan lainnya.

Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap.

Pil oral kurang di anjurkan karena usia ibu yang relatif tua dan mempunyai

kemungkinan timbulnya akibat sampingan dan komplikasi.

Ciri-ciri kontrasepsi yang di perlukan;

Efektivitas sangat tinggi. Kegagalan menyebabkan terjadinya kehamilan

beresiko tinggi bagi ibu dan anak, di samping itu akseptor tersebut memang

tidak mengaharapkan punya anak lagi.

Dapat di pakai untuk jangka panjang.

Tidak menambah kelainan yang sudah ada. Pada masa usia tua kelainan seperti

peyakit jantung, darah tinggi, keganasan dan metabolik biasanya meningkat.

Oleh karena itu, sebaiknya tidak di berikan cara kontrasepsi yang menambah

kelainan tersebut.

4

Page 5: Tugas Komunitas (Pelayanan KB)

B. Program Keluarga Berencana

Tingginya tingkat penggunaan alat kontrasepsi oleh pasangan suami istri Indonesia

sebagian besar karena keberhasilan program KB pemerintah. Berkat tanggung jawab yang

kuat dan bantuan pemerintah untuk menurunkan pertumbuhan jumlah penduduk yang

mengkhawatirkan ini, maka pada tahun 1969 terbentuklah Badan Koordinasi Keluarga

Berencana Nasional (BKKBN) dan program Keluarga Berencana Nasional sebagai bagian

dari repelita pertama. Walaupun program ini pada awalnya memusat perhatian di Jawa dan

Bali, secara bertahap mencakup provinsi-provinsi di luar Jawa, Bali, Madura. Program KB

tidak hanya menerima dukungan kuat dari pemerintah, tetapi juga ulama islam yang

berpengaruh.

Peran pekerja lapangan yang terlatih bertugas untuk menarik calon-calon akseptor

serta menyalurkan pil dan kondom melalui sukarelawan-sukarelawan di desa. Para

pemimpin desa turut andil bagian mencari dukungan masyarakat setempat. Dengan cara

tersebut tingkat penerimaan dan dukungan terhadap program KB di tingkat rakyat biasa

cukup tinggi. Sekitar seperempat juta kelompok akseptor terbentuk dalam masyarakat dan

BKKBN dapat membantu melalui pemberian sumber daya untuk berbagai kegiatan

pembangunan lainnya. Melalui cara tersebut dan cara-cara lain, program KB tidak hanya

memusatkan perhatian pada pengurangan jumlah anggota keluarga tetapi juga pada

peningkatan mutu keluarga. Kunci lain keberhasilan adalah sistem perbekalan yang sangat

maju yang pada umumnya dapat menjamin pasokan secara tepat waktu walau di tempat

yang letak geografisnya sering kali sulit dijangkau.

Unsur penting program KB adalah prioritas dalam hal perancangan untuk

melaksanakan KB secara tepat. Pendidikan dan komunikasi, melibatkan kegiatan-kegiatan

inovatif dan penuh semangat dengan menggunakan semua bentuk media masa serta

saluaran-saluran yang lebih tradisional untuk menyampaikan pesan KB. Slogan “Dua anak

cukup, wanita atau pria sama saja” di jumpai dimana-mana.

Sistem “target” dalam pelaksanaannya dikritikkan karena kaum wanita pada keadaan

tertentu memperoleh tekanan yang amat berat untuk menjadi akseptor agar target tercapai.

BKKBN menyadari bahwa terdapat perbedaan budaya antara Negara-negara Barat dan

Indonesia. Yang perlu diketahui dalam penilaian tentang apa yang dapat dan tidak dapat

diterima serta dalam ukuran penilaian dan penggunaan tekanan sosial untuk memperoleh

sambutan KB. Pada tahun 1993 sistem “target” dihapus dan kini dikembangkan sistem

yang didasarkan “kebutuhan”.

5

Page 6: Tugas Komunitas (Pelayanan KB)

a. Memelihara diterimanya secara mantap program keluarga berencana ini oleh seluruh

lapisan masyarakat. Menanamkan keyakinan bahwa melaksanakan program bukan

saja karena kesadaran atau kebutuhan, tetapi juga merupakan kehormatan

kebanggaan.

b. Menyediakan fasilitas pelayanan serta memberikan kesempatan kepada mereka yang

telah memotivasi untuk ber-KB. Memilih cara-cara atau alat-alat (obat kontrasepsi)

yang mudah digunakan, murah, dapat di percaya, serta tidak merugikan kesehatan.

C. Strategi Pendekatan dan Cara Operasional Program Pelayanan KB

Strategi pendekatan dalam program KB antara lain:

1. Pendekatan kemasyarakatan (community approach).

Diarahkan untuk meningkatkan dan menggalakkan peran serta masyarakat

(kepedulian) yang dibina dan dikembangkan secara berkelanjutan.

2. Pendekatan koordinasi aktif (active coordinative approach).

Mengkoordinasikan berbagai pelaksanaan program KB dan pembangunan

keluarga sejahtera sehingga dapat saling menunjang dan mempunyai kekuatan

yang sinergi dalam mencapai tujuan dengan menerapkan kemitraan sejajar.

3. Pendekatan integrative (integrative approach).

Memadukan pelaksanaan kegiatan pembangunan agar dapat mendorong dan

mengerakkan potensi yang dimiliki oleh masyarakat sehingga dapat

menguntungkan dan memberi manfaat pada semua pihak.

4. Pendekatan kualitas (quality approach).

Meningkatkan kualitas pelayanan baik dari segi pemberi pelayanan atau provider

dan penerima pelayanan (klien) sesuai dengan situasi dan kondisi.

5. Pendekatan kemandirian (self rellant approach).

Memberikan peluang kepada sector pembangunan lainnya dan masyarakat yang

telah mampu untuk segera mengambil alih peran dan tanggung jawab dalam

pelaksanaan program KB nasional.

6

Page 7: Tugas Komunitas (Pelayanan KB)

6. Pendekatan tiga dimensi (three dimension approach)

Strategi tiga dimensi program kb sebagai pendekatan kb nasional, dimana

program tersebut atas dasar survey pasangan usia subur di Indonesia terhadap

ajakan KIE yang terbagi menjadi tiga kelompok yaitu :

a. 15% PUS langsung merespon “ya” untuk ber KB

b. 15-55% PUS merespon ragu-ragu untuk ber KB

c. 30% PUS merespon tidak untuk ber KB

Strategi 3 dimensi dibagi dalam 3 tahap pengelolaan program KB sebagai berikut :

a. Tahap Perluasan Jangkauan

Pola tahap ini penggarapan program lebih difokuskan lebih kepada sasaran :

1. COVERAGE WILAYAH

Penggarapan wilayah adalah penggarapan program KB lebih diutamakan pada

penggarapan wilayah potensial, seperti wilayah Jawa dan Bali dengan kondisi

jumlah penduduk dan laju pertumbuhan yang besar.

2. COVERAGE KHALAYAK

Mengarah kepada upaya menjadi akseptor KB sebanyak-banyaknya. Pada

tahap ini, pendekatan pelayanan KB didasarkan pada pendekatan klinik.

b. Tahap Kelembagaan

Tahap ini untuk mengantisipasi keberhasilan pada tahap potensi, yaitu tahap

perluasan jangkauan. Tahap coverage wilayah diperluas jangkauan provinsi luar

Jawa-Bali. Tahap ini indicator kuantitatif kesertaan ber-KB pada kisaran 45-65%

dengan prioritas pelayanan kontrasepsi dengan metode jangka panjang dengan

memanfaatkan momentum-momentum besar.

c. Tahap Pembudayaan Program KB

Pada tahap coverage wilayah diperluas jangkauan provinsi seluruh Indonesia.

Tahap coverage khalayak diperluas jangkauan sisa PUS yang menolak, oleh sebab

itu pendekatan program KB dilengkapi dengan pendekatan Takesra dan Kukesra.

7

Page 8: Tugas Komunitas (Pelayanan KB)

Adapun kegiatan atau cara operasional pelayanan KB adalah sebagai berikut :

1. Pelayanan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi dilakukan dengan

memberikan penerangan konseling, advokasi, penerangan kelompok (penyuluhan)

dan penerangan massa melalui media cetak, elektronik.

Dengan penerangan, motivasi diharapkan meningkat sehingga terjadi

peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku masyarakat dalam ber

KB, melalui pendewasaan usia, perkwawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan

ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga sehingga tercapai Norma

Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).

2. Pelayanan Kontrasepsi dan Pengayoman Peserta KB

Dikembangkan program reproduksi keluarga sejahtera. Para wanita baik

sebagai calon ibu atau ibu, merupakan anggota keluarga yang paling rentaan

mempunyai potensi yang besar untuk mendapatkan KIE dan pelayanan KB yang

tepat dan benar dalam mempertahankan fungsi reproduksi.

Reproduksi sehat sejahtera adalah suatu keadaan sehat baik fisik, mental,

dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan

sistem dan fungsi, serta proses reproduksi. Bukan hanya kondisi yang bebas dari

penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu

memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material, bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antar anggota

dan keluarga dengan lingkungan.

Dalam mencapai sasaran reproduksi sehat, dikembangkan dua gerakan,

yaitu : pengembangan gerakan KB yang makin mandiri dan gerakan keluarga

sehat sejahtera dan gerakan keluarga sadar HIV/AIDS.

Pengayoman melalui program ASKABI (Asuransi Keluarga Berencana

Indonesia), tujuan agar merasa aman dan terlindung apabila terjadi komplikasi

dan kegagalan.

8

Page 9: Tugas Komunitas (Pelayanan KB)

3. Peran Serta Masyarakat dan Institusi Pemerintahan

PMS ditonjolkan (Pendekatan Masyarakat), serta kerja sama institusi

pemerintah (Dinas Kesehatan, BKKBN, Depag, RS, Puskesmas)

4. Pendidikan KB

Melalui jalur pendidikan (sekolah) dan pelatihan, baik tugas KB, bidan, dokter

berupa pelatihan konseling dan keterampilan.

9

Page 10: Tugas Komunitas (Pelayanan KB)

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Tujuan dari pelayanan kontrasepsi adalah sebagai pemberian dukungan dan

pemantapan penerimaan gagasan KB, yaitu dihayatinya NKKBS. Ada beberapa strategi

pendekatan dalam program KB, antara lain pendekatan kemasyarakatan, pendekatan

koordinasi aktif, pendekatan integrative, pendekatan kualitas, pendekatan kemandirian,

pendekatan tiga dimensi.

Kegiatan-kegiatan atau cara operasional pelayanan KB yang dapat dilakukan

misalnya pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE), pelayanan kontrasepsi dan

pengayoman peserta KB, peran serta masyarakat dan institusi pemerintahan, serta

pendidikan KB.

B. Saran

Dalam memberikan pelayanan kontrasepsi dan KB di masyarakat sangat dibutuhkan

peningkatan pelayanannya, baik dari segi kualitas maupun jumlah akseptor. Hal ini

bertujuan agar pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan. Disini sangat dibutuhkan peran

tenaga kesehatan dalam mengajak masyarakat untuk menyukseskan program

pemerintahan.

10

Page 11: Tugas Komunitas (Pelayanan KB)

DAFTAR PUSTAKA

Irianto, K. 2012. Keluarga Berencana untuk Paramedis dan Non Medis. Bandung : Yrama

Widya

Hartanto, H. 2002. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

Handayani, Sri. 2012. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Pustaka

Rihama

11