tugas khusus saponifikasi sabun cair

13
Nama: Lily Diana Novitasari NIM: 03121003073 Kelompok: 4 Shift: Jum’at Pagi SABUN CAIR 1. Sabun Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang umum dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya kalium klorida, natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna. Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah adalah reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun

Upload: lily-diana-novitasari

Post on 16-Nov-2015

240 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

OTK 2

TRANSCRIPT

BAB IIIMETODOLOGI PERCOBAAN

Nama: Lily Diana Novitasari

NIM: 03121003073

Kelompok: 4

Shift: Jumat Pagi

SABUN CAIR

Sabun

Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang umum dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya kalium klorida, natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna. Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah adalah reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk ion. Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat. Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi pembuatan sabun. Sabun padat menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik (NaOH), sedangkan sabun cair menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali. Selain itu, jenis minyak yang digunakan juga mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Minyak kelapa akan menghasilkan sabun yang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak biji katun. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi penyabunan, antara lain

Konsentrasi larutan KOH/NaOH Konsentrasi basa yang digunakan dihitung berdasarkan stokiometri reaksinya, dimana penambahan basa harus sedikit berlebih dari minyak agar tersabunnya sempurna. Jika basa yang digunakan terlalu pekat akan menyebabkan terpecahnya emulsi pada larutan, sehingga fasenya tidak homogen, sedangkan jika basa yang digunakan terlalu encer, maka reaksi akan membutuhkan waktu yang lebih lama. Dalam industri sabun, NaOH digunakan sebagai alkali dalam pembuatan sabun keras, sedangkan KOH digunakansebagai alkali dalam pembuatan sabun lunak.b) Suhu (T)

Kenaikan suhu operasi akan meningkatkan konversi reaksi dari reaktan menjadi produk yang terbentuk. Akan tetapi, kenaikan suhu yang berlebihan akan menurunkan konversi produk yang diinginkan.

c) Pengadukan

Pengadukan dilakukan untuk memperbesar probabilitas tumbukan molekul-molekul reaktan yang bereaksi. Jika tumbukan antarmolekul reaktan semakin besar, maka kemungkinan terjadinya reaksi semakin besar pula.d) Waktu

Semakin lama waktu reaksi menyebabkan semakin banyak pula minyak yang dapat tersabunkan, berarti hasil yang didapat juga semakin tinggi, tetapi jika reaksi telah mencapai kondisi setimbangnya,penambahan waktu tidak akan meningkatkan jumlah minyak yang tersabunkan.Bahan Baku SabunMinyak/lemak Minyak/lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur berupa ester dari gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang digunakan adalah minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan antara minyak dan lemak adalah wujud keduanya dalam keadaan ruang. Minyak akan berwujud cair pada temperatur ruang ( 28C), sedangkan lemak akan berwujud padat. Minyak tumbuhan maupun lemak hewan merupakan senyawa trigliserida. Trigliserida yang umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun memiliki asam lemak dengan panjang rantai karbon antara 12 sampai 18. Asam lemak dengan panjang rantai karbon kurang dari 12 akan menimbulkan iritasi pada kulit, sedangkan rantai karbon lebih dari 18 akan membuat sabun menjadi keras dan sulit terlarut dalam air. Kandungan asam lemak tak jenuh, seperti oleat, linoleat, dan linolenat yang terlalu banyak akan menyebabkan sabun mudah teroksidasi pada keadaan atmosferik sehingga sabun menjadi tengik. Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap sehingga titik lelehnya lebih rendah daripada asam lemak jenuh yang tak memiliki ikatan rangkap, sehingga sabun yang dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah meleleh pada temperatur tinggi.

b) Alkali

Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH, KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak). Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa tersebut dapat digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang dihasilkan sangat mudah larut dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan kesadahan air. Sabun yang terbuat dari ethanolamines dan minyak kelapa menunjukkan sifat mudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih umum digunakan sebagai sabun industri dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah tangga. Pencampuran alkali yang berbeda sering dilakukan oleh industri sabun dengan tujuan untuk mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu.

c) Bahan Pendukung

Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan sabun hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai sabun menjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan aditif. NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi di dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin. Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik konsumen. Bahan-bahan aditif tersebut antara lain builders, fillers inert, anti oksidan, pewarna,dan parfum.

Sabun Cair

Sabun cair atau sabun lunak lunak adalah sabun yang mengandung ion kalium karena dalam proses pembuatannya, basa yang digunakan adalah kalium hidroksida (kaustik potas). Sabun jenis ini disebut sabun lunak karena memang kalium hidroksida memiliki sifat pemutih (bleaching) yang lebih lunak daripada natrium hidroksida yang digunakan pada sabun keras. Contoh sabun lunak adalah semua produk sabun mandi, sampo, dan pasta gigi. Selain itu, jenis minyak yang digunakan juga mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Minyak kelapa akan menghasilkan sabun yang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak biji katun. . Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah adalah reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :

C3H5(OOCR)3 + 3KOH -> C3H5(OH)3 + 3KOOCR

Mengapa sabun dan sampo orang dewasa pedih di mata sedangkan sabun dan sampo bayi tidak? Pada dasarnya masing-masing produsen pembersih jenis sabun lunak berusaha menciptakan produk seistimewa dan semenarik mungkin. Sabun atau sampo yang pedih di mata berarti memiliki kandungan kalium lebih tinggi daripada yang tidak pedih di mata. Sampo dengan kandungan kalium lebih tinggi memiliki daya bersih yang lebih tinggi. Pada sabun atau sampo bayi kandungan kaliumnya dibuat lebih rendah karena digunakan untuk kulit yang masih sensitif. Akan tetapi, walaupun daya pembersihnya lebih rendah, sabun ini aman dan cukup efektif untuk membersihkan kulit bayi. Selain kandungan basa yang berbeda-beda, jenis dan jumlah minyak dan lemak yang digunakan dalam pembuatan jenis sabun lunak ini juga memengaruhi sifat-sifat fisik sabun. Sifat fisik itu meliputi keras dan lunaknya, jumlah busa yang dihasilkan, warnanya transparan atau tidak, kelarutan dalam air, dan lain-lain. Tambahan bahan-bahan lain seperti minyak atsiri, vitamin, mineral, parfum, pewarna, mint dan essens atau pemberi rasa pada pasta gigi, dan lain-lain akan mempertinggi kegunaan dan menambah daya tarik pembersih yang termasuk ke dalam sabun lunak ini.

Seperti yang kita ketahui, terdapat dua jenis sabun yang digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk membersihkan tubuhnya. Pada dasarnya, sabun batangan dan sabun cair memiliki komposisi yang sama, yaitu garam alkali yang dibuat dari asam lemak dan deterjen. Kedua bahan inilah yang dapat mengikat kotoran dan membuatnya terlarut dalam air. Jadi dari segi fungsi, kedua jenis sabun ini tidak berbeda satu sama lain.

Dari aspek harga, jelas bahwa sabun batangan dijual lebih murah di pasaran. Jika kita sedang berhemat, sabun batangan dapat menjadi pilihan yang cocok. Untuk yang memiliki alergi terhadap parfum, juga dapat dengan mudah menemukan sabun batangan yang tidak menggunakan pewangi. Beberapa pihak mengklaim bahwa sabun batangan lebih ramah lingkungan, karena kemasan yang digunakan lebih mudah terdegradasi dibandingkan kemasan sabun cair.

Di lain pihak, banyak orang memilih sabun cair karena mereka khawatir sabun batangan dapat menyebarkan lebih banyak bakteri, meskipun penelitian membuktikan bahwa pendapat tersebut tidak sepenuhnya benar. Peneliti memang mendeteksi bahwa ada bakteri pada sabun mandi setelah digunakan, namun tidak terdeteksi di kulit penggunanya. Jadi, sebenarnya masyarakat tidak perlu takut menggunakan sabun batang karena masalah sanitasi. Kebanyakan sabun cair juga mengandung pelembab, sehingga tidak perlu khawatir kulit menjadi kering jika terlalu sering menggunakannya. Sabun cair juga lebih praktis khususnya saat digunakan untuk dibawa berenang, travelling, dan perjalanan jauh lainnya. Untuk mereka yang menggemari busa, sabun cair akan lebih disukai karena dalam jumlah yang sama, sabun cair dapat menghasilkan busa lebih banyak dibandingkan sabun batangan.

Di sisi lain, tidak sedikit orang yang enggan menggunakan sabun cair dengan alasan boros. Kemasan sabun cair yang biasanya dalam botol, membuat kita susah untuk mendapat takaran yang pas untuk mandi. Pada akhirnya, sering kali penggunaan sabun lebih dari kebutuhan atau boros. Sebenarnya, masalah ini seperti sanitasi pada sabun batang, sebuah masalah yang tidak perlu ditakutkan. Sebab, penggunaan sabun cair bisa juga dihemat.

Gambar 3.1. Sabun cair

Keunggulan sabun cair terletak pada kepraktisan yang tawarkan. Sabun cair tidak seperti sabun batang yang mudah rusak ketika terlalu kering atau terendam air. Selain itu kita tidak perlu repot karena sabun cair tidak bisa jatuh saat kita mandi seperti sabun batang. Sabun batang dan sabun cair punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing di mata masyarakat, sehingga tidak bisa ditentukan mana yang lebih baik. Lantaran sampai sekarang ini keduanya masih beredar di pasar, sehingga dapat disimpulkan bahwa keduanya masih diminati masyarakat. Banyak pengguna sabun batang beralih ke sabun cair karena masalah sanitasi. Sabun batang dianggap dapat menjadi tempat bakteri singgah karena bersentuhan langsung dengan kulit.

Walaupun sama-sama berfungsi untuk membersihkan tubuh, bahan kimia yang digunakan pada sabun batang tidak sebanyak sabun cair. Hal tersebut yang menjadi keunggulan untuk sabun batang. Itu sebabnya sabun jenis ini menjadi pilihan bagi orang yang memiliki kulit sensitif dan tidak bisa menggunakan sabun cair.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni,N. 2015. Saponifikasi. [Online]. http://www.academia.edu/9060915 /SAPONIFIKASI. (Diakses tanggal 16 Maret 2015)

Alexander,G,C. 2014. Mana Yang Lebih Baik Sabun Batang Atau Sabun Cair. [Online]. http://www.marketing.co.id/mana-yang-lebih-baik-sabun-batang-atau-sabun-cair/. (Diakses tanggal 16 Maret 2015)

Rohman, S. 2009. Bahan Pembuatan Sabun. [Online]. http://majarimaga zine.com/2009/07/bahan-pembuatan-sabun/. (Diakses tanggal 16 Maret 2015)

Susilowati,N. 2013. Cara Pembuatan Sabun. [Online]. https://ninisusilowati.word press.com/2013/12/01/cara-pembuatan-sabun/. (Diakses tanggal 16 Maret 2015)Vidyahana. 2014. Jenis Sabun. [Online]. http://kursuskosmetik.blogspot.com/ 2014/01/jenis-sabun.html. (Diakses tanggal 16 Maret 2015)