tugas kelompok paliatif,terapi mual muntah

30
TUGAS KELOMPOK KEPERAWATAN KOMPLEMENTER PEMANFAATAN JAHE (Zingiber officinale) UNTUK MENGURANGI MUAL MUNTAH IBU HAMIL Disusun oleh Kelompok 3: 1. Muhammad Syamsul Hidayat NIM. 131214153001 2. Rista Fauziningtyas NIM. 131214153010 3. Putri Kristyaningsih NIM. 131214153017 4. Puteri Indah Dwipayanti NIM. 131214153024 5. Jauhari NIM. 131214153027 6. Alfeus Manuntung NIM. 131214153030 7. Antok Nurwidi Antara NIM. 131214153036 8. Iqlima Dwi Kurnia NIM. 131214153042 PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2013

Upload: atik

Post on 11-Jul-2016

49 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Kelompok Paliatif,Terapi Mual Muntah

TUGAS KELOMPOK

KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

PEMANFAATAN JAHE (Zingiber officinale) UNTUK MENGURANGI

MUAL MUNTAH IBU HAMIL

Disusun oleh

Kelompok 3:

1. Muhammad Syamsul Hidayat NIM. 131214153001

2. Rista Fauziningtyas NIM. 131214153010

3. Putri Kristyaningsih NIM. 131214153017

4. Puteri Indah Dwipayanti NIM. 131214153024

5. Jauhari NIM. 131214153027

6. Alfeus Manuntung NIM. 131214153030

7. Antok Nurwidi Antara NIM. 131214153036

8. Iqlima Dwi Kurnia NIM. 131214153042

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2013

Page 2: Tugas Kelompok Paliatif,Terapi Mual Muntah

Daftar Isi

Halaman Judul ……..………………………………………………….....……. i

Daftar Isi ……….……………………………………………………..……..…. ii

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………….……………………...…….…………. 1

1.2 Rumusan Masalah ………….……………………...……

1.3 Tujuan ………….……………………...……

1.4 Manfaat ………….……………………...……

BAB 2. Konsep Masalah Keperawatan Dan Terapi komplementer

2.1 Kondisi Kesehatan Ibu Hamil……………………………………………..

2.2 Mual muntah selama kehamilan ……………………………………………….

2.3 Konsep Jahe ………………………………………………

2.3.1 Deskripsi Jahe………………………………………

2.3.2 Jenis Jahe……………………………………….

2.3.3 Kandungan Jahe………………………………

2.3.4 Farmakokinetik Jahe………………………………..

2.3.5 Manfaat Jahe…………………………………………….

2.4 Aplikasi Dalam Keperawatan…………………………………….

2.4.1 Jahe dan Kehamilan………………………….

2.5 Perspektif terapi dalam penelitian dan praktek keperawatan ……………

BAB 3. KESIMPULAN DAN SARAN

Daftar Pustaka ………..………………………………………………………….

Lampiran ………………………………...……………….……………………..

Page 3: Tugas Kelompok Paliatif,Terapi Mual Muntah

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebuah studi Australia yang dipublikasikan tahun 2003 di Australian and

New Zealand Journal of Obstetrics and Gynaecology, mengamati efek ekstrak

jahe terhadap morning sickness (rasa mual di pagi) pada 120 wanita, yang

semuanya sedang hamil kurang dari 20 bulan.Studi ini menyertakan wanita

yang setiap hari mengalami morning sickness selama minimal satu minggu,

dan wanita yang tidak bisa mendapat kesembuhan dari memodifikasi pola

makan.Para wanita ini entah akan mendapat 125 mg ekstrak jahe (1,5 g jahe

kering) atau sebuah placebo sebanyak 4 kali per hari, selama 4 hari. Setelah

hari pertama perawatan, wanita yang mengkonsumsi ekstrak jahe, secara

signifikan lebih jarang mengalami rasa mual dibanding wanita yang mendapat

placebo.Meski tidak ada perbedaan yang signifikan dalam muntah-muntah,

tapi wanita yang yang mengkonsumsi jahe lebih jarang mengalami muntah-

muntah.Para peneliti menyimpulkan bahwa, ‘‘Jahe bisa dianggap sebagai

perawatan yang bermanfaat untuk wanita yang menderita morning

sickness.’’Penelitian kedua mengenai manfaat jahe untuk morning sickness

pada wanita Australia dipublikasikan tahun 2004 di Obstetrics & Gynecology.

Selama tiga minggu, 219 wanita, dengan usia kehamilan kurang dari 16

minggu, diberikan entah 1,05 g jahe atau 75 mg vitamin B6 setiap hari.Dalam

kedua kelompok, lebih dari setengah wanita ini mengalami peningkatan; tidak

terdapat perbedaan yang mencolok dalam hasil-hasil. Para peneliti

menyimpulkan bahwa, ‘‘bagi wanita yang ingin mencari obat untuk mengatasi

Page 4: Tugas Kelompok Paliatif,Terapi Mual Muntah

rasa mual, dan muntah-muntah, penggunaan jahe pada masa-masa awal

kehamilan akan mengurangi gejala-gejala tersebut yang setara dengan vitamin

B6.’’Studi ketiga, yang dipublikasikan tahun 2003 di American Journal of

Obstetrics and Gynecology, membandingkan 187 wanita hamil yang

menggunakan jahe untuk mengatasi rasa mual dan muntah-muntah, dengan

kelompok kontrol yang terdiri dari 187 wanita yang tidak menggunakan

perawatan apapun.Jahe tampaknya ‘‘sedikit’’ membantu wanita yang

mengalami rasa mual dan muntah, dan tidak ‘‘tampak memberikan

peningkatan pada tingkat dari malformation utama diatas tingkat

dasar.’’Dalam sebuah studi yang dilakukan di Thailand dan dipublikasikan

tahun 2007 di Alternative Medicine Review, para peneliti mencoba untuk

menentukan apakah jahe bisa mengurangi atau mencegah mual-mual dan

muntah-muntah yang sering mengiringi operasi gynecologic besar.Para

peneliti mempelajari sebanyak 120 wanita yang akan menjalani operasi

gynecologic besar. Sebelum dioperasi, 60 wanita mendapat dua kapsul jahe;

60 wanita lainnya mendapat sebuah placebo.Para peneliti menyatakan bahwa

wanita yang diberi jahe sebelum dioperasi mengalami penurunan yang lebih

signifikan dalam rasa mual dan muntah, dibanding wanita yang diberi

placebo.Para peneliti mencatat bahwa, ‘‘jahe memiliki keampuhan dalam

pencegahan rasa mual dan muntah setelah operasi gynecologic besar.’’Studi

lain dari Thailand, yang dipublikasikan tahun 2006 di American Journal of

Obstetrics & Gynecology, meninjau ulang 5 percobaan placebo-kontrol

terhadap 363 pasien yang dipilih secara acak.Kelima studi ini membandingkan

penggunaan suatu dosis tetap dari jahe dengan placebo, terhadap rasa mual

dan muntah yang dialami oleh pasien setelah 24 jam menjalani operasi

gynecological atau operasi yang lebih kecil.Timbulnya rasa mual dan muntah

pada mereka yang mendapat minimal satu gram jahe itu 1/3 lebih jarang

dibanding mereka yang mendapat placebo.Tapi, studi ini masih tetap memiliki

beberapa keterbatasan.Misalnya, mayoritas pasien adalah orang Asia dengan

berat yang rata-rata hanya 50 kg.Dosis yang diperlukan mungkin perlu

ditingkatkan untuk orang-orang yang bertubuh lebih besar.Meski begitu, para

peneliti menyimpulkan bahwa, ‘‘penggunaan jahe itu adalah sebuah sarana

Page 5: Tugas Kelompok Paliatif,Terapi Mual Muntah

yang efektif untuk mengurangi rasa mual dan muntah setelah operasi.’’Sudah

diketahui juga bahwa orang yang menjalani perawatan chemotherapy sering

mengalami rasa mual. Sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2006 di

Neurogastroenterology & Motility mencoba untuk menentukan apakah jika

makanan-makanan yang tinggi protein dikombinasikan dengan jahe itu bisa

membantu mengontrol rasa mual setelah chemotherapy.Selama tiga hari,

setelah menjalani chemotherapy, 28 pasien kanker ditempatkan pada salah

satu dari tiga kelompok.Kelompok kontrol memakan diet seperti

biasa.Kelompok kedua memakan sebuah minuman protein dan satu gram akar

jahe dua kali sehari.Kelompok ketiga memakan minuman protein ditambah

protein powder dan satu gram akar jahe dua kali sehari.Para peneliti

menemukan bahwa ‘‘makanan-makanan tinggi protein yang dikombinasikan

dengan jahe itu mengurangi rasa mual setelah chemotherapy, dan mengurangi

penggunaan obat-obatan antiemetic [anti-mual].Efek-efek anti mual dari

makanan-makanan berprotein tinggi dan jahe itu berhubungan dengan

peningkatan dari aktivitas normal gastric myoeletrical [arus listrik yang

dihasilkan oleh otot] dan mengurangi gastric dysrhythmias [aktivitas elektris

tidak normal di dalam perut].’’

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh pemberian ekstrak jahe dalam mengurangi mual muntah

pada ibu hamil?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Pengaruh pemberian ekstrak jahe dalam mengurangi mual

Muntah pada ibu hamil.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui Deskripsi jahe

2. Mengetahui jenis jahe

3. Mengetahui Kandungan jahe

4. Mengetahui farmakokinetik jahe

5. Mengetahui manfaat jahe

Page 6: Tugas Kelompok Paliatif,Terapi Mual Muntah

6. Mengetahui Pengaruh pemberian ekstrak jahe dalam mengurangi

Mual Muntah pada ibu hamil.

1.4 Manfaat

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

Page 7: Tugas Kelompok Paliatif,Terapi Mual Muntah

BAB 2

Konsep Masalah Keperawatan Dan Terapi komplementer

2.1 Kondisi Kesehatan Gizi ibu Hamil

Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi

pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila gtatus gizi ibu normal pada

masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang

sehat, cukup bulan, dengan berat badan normal sehingga kualitas bayi yang

dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil

(Lubis 2003).

Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi karena

kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan

energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan

janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi, dan

metabolisme tubuh ibu. Kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil

dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna. Bagi ibu hamil, pada dasarnya,

semua zat gizi memerlukan tambahan terutama pada intake energy protein dan

beberapa mineral seperti zat besi dan kalsium (Lubis 2003).

Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira

80.000 kalori selama masa kurang lebih 280 hari. Hal ini berarti perlu tambahan

ekstra sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari selama hamil (Nasution 1988

dalam Lubis 2003). Kebutuhan energi pada trimester I meningkat secara minimal.

Kemudian sepanjang trimester II dan III kebutuhan energi terus meningkat sampai

akhir kehamilan. Energi tambahan selama trimester I diperlukan untuk pemekaran

jaringan ibu seperti penambahan volume darah, pertumbuhan uterus dan payudara,

Page 8: Tugas Kelompok Paliatif,Terapi Mual Muntah

serta penumpukan lemak. Energi tambahan digunakan untuk pertumbuhan janin

dan plasenta selama trimester III (Hardinsyah & Martianto 1992).

Kehamilan selalu berhubungan dengan perubahan fisiologis yang

berakibat peningkatan volume cairan dan sel darah merah serta penurunan

konsentrasi protein pengikat nutrisi dalam sirkulasi darah, begitu juga dengan

penurunan nutrisi mikro. Perubahan ini, di kebanyakan negara berkembang, dapat

diperburuk oleh kekurangan nutrisi dalam kehamilan yang berdampak pada

defisiensi nutrisi mikro seperti anemia yang dapat berakibat fatal pada ibu hamil

dan bayi baru lahir (Parra et al. 2005 dalam Andotopo & Arifin 2006). Menurut

Lubis (2003), keterbatasan nutrisi kehamilan (maternal) pada saat terjadinya

proses pembuahan janin dapat berakibat pada kelahiran prematur dan efek negatif

jangka panjang pada kesehatan janin. Sekitar 40 % wanita yang melahirkan

prematur disebabkan oleh faktor yang tak diketahui (idiopatik).

2.2 Mual Muntah Selama Kehamilan

Gejala mual dan muntah banyak dialami oleh hampir semua wanita hamil.

Delapan puluh persen wanita hamil mengalami gejala mual dan muntah pada

bulan-bulan pertama kehamilan. Ditemukan dari penelitian yang dilakukan di

Cornell University, Amerika Serikat, bahwa gejala morning sickness atau mual

dan muntah pada awal kehamilan ini mencapai puncaknya pada minggu ke-6

hingga ke-18 dari masa kehamilan. Morning sickness lebih sering terjadi pada

kehamilan pertama, pada wanita muda, dan kehamilan bayi kembar (Anonim

2007)

Mual dan muntah terjadi karena adanya pengaruh dari peningkatan kadar

hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin) dan estrogen. Kedua hormon ini

diproduksi oleh plasenta dan janin, yang menyebabkan perut kosong lebih lama.

Hal ini mengakibatkan terjadinya gejala mual dan muntah. Teori lainnya adalah

karena pengaruh hormon progesteron yang dominan selama masa kehamilan.

Hormon ini berperan dalam "melembutkan" otot-otot tubuh, terutama di bagian

rahim, untuk mencegah kelahiran prematur. Progesteron juga

mengistirahatkankan kerja saluran pencernaan sehingga proses pengosongan perut

Page 9: Tugas Kelompok Paliatif,Terapi Mual Muntah

berjalan lebih lambat, dan mengakibatkan meningkatnya asam lambung penyebab

munculnya mual (Anonim 2007).

Berat ringannya gejala mual dan muntah kehamilan berbeda-beda pada

setiap wanita. Ada yang hanya berupa mual-mual biasa, ada juga yang sampai

muntah-muntah berat sampai tak bisa melakukan apa pun. Gejala mual dan

muntah yang parah dikenal dengan istilah hyperemesis gravidarum atau mual

dan muntah terjadi dengan intensitas yang sangat sering dan cukup parah. Batas

yang jelas antara mual dan muntah yang fisiologis dengan hiperemesis

gravidarum tidak ada namun apabila keadaan umum penderita terpengaruh, maka

dapat dianggap sebagai hiperemesis gravidarum (Lestari 2005). Beberapa teori

menekankan penyebab mual dan muntah pada ibu hamil adalah

ketidakseimbangan hormonal selama kehamilan, kekurangan vitamin B,

hipertiroid, hiperasiditas lambung, infeksi H. pylori, gangguan metabolism

karbohidrat, meningkatnya sensitivitas terhadap bau selama kehamilan, dan lain

sebagainya. Faktor psikologis juga memegang peranan penting pada penyakit ini

antara lain takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung

jawab sebagai ibu, pertentangan dengan suami atau mertua,

kesulitansosioekonomi, dan lainnya. Faktor ini dapat menyebabkan beban mental

yang dapat memperberat mual dan muntah. Beberapa penelitian juga melaporkan

bahwa ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko mual dan muntah

pada ibu hamil yaitu hamil pada usia muda, obesitas, hamil pertama kalinya,

kehamilan kembar, hamil anggur (mola hidatidosa), dan pernah mengalami mual

dan muntah berat sebelumnya (Lestari 2005).

Faktor psikis dapat memicu dan memperburuk muntah. Berat badan

penderita menurun dan terjadi dehidrasi. Dehidrasi dapat menyebabkan perubahan

kadar elektrolit di dalam darah sehingga darah menjadi terlalu asam. Muntah yang

terus terjadi akan dapat menyebabkan kerusakan hati. Komplikasi lainnya adalah

perdarahan pada retina yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan darah ketika

penderita muntah. Penderita dirawat dan mendapatkan cairan, glukosa, elektrolit,

serta vitamin melalui infus. Penderita berpuasa selama 24 jam. Dapat pula

diberikan obat anti-mual dan obat penenang. Jika dehidrasi telah berhasil diatasi,

penderita dapat mulai memakan makanan lunak dalam porsi kecil. Biasanya

Page 10: Tugas Kelompok Paliatif,Terapi Mual Muntah

muntah berhenti dalam beberapa hari. Jika gejala kembali kambuh maka

pengobatan akan diulang kembali (Kaem 2006).

2.3 Konsep Jahe

2.3.1 Deskripsi Jahe

Tanaman jahe termasuk keluarga Zingiberaceae yaitu suatu tanaman

rumput - rumputan tegak dengan ketinggian 30 -75 cm, berdaun sempit

memanjang menyerupai pita, dengan panjang 15 – 23 cm, lebar lebih kurang

dua koma lima sentimeter, tersusun teratur dua baris berseling, berwarna

hijau bunganya kuning kehijauan dengan bibir bunga ungu gelap berbintik-

bintik putih kekuningan dan kepala sarinya berwarna ungu. Akarnya yang

bercabang-cabang dan berbau harum, berwarna kuning atau jingga dan

berserat (Rukmana 2000).

2.3.2 Jenis Jahe

Berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpang, jahe dibedakan menjadi

tiga jenis yaitu :

1. Jahe putih/kuning besar disebut juga jahe gajah atau jahe badak. Ditandai

ukuran rimpangnya besar dan gemuk, warna kuning muda atau kuning,

berserat halus dan sedikit. Beraroma tapi berasa kurang tajam.

Dikonsumsi baik saat berumur muda maupun tua, baik sebagai jahe segar

maupun olahan. Pada umumnya dimanfaatkan sebagai bahan baku

makanan dan minuman.

2. Jahe kuning kecil disebut juga jahe sunti atau jahe emprit. Jahe ini

ditandai ukuran rimpangnya termasuk katagori sedang, dengan bentuk

agak pipih, berwarna putih, berserat lembut, dan beraroma serta berasa

tajam. Jahe ini selalu dipanen setelah umur tua. Kandungan minyak

atsirinya lebih besar dari jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas.

Jahe ini cocok untuk ramuan obat- obatan, atau diekstrak oleoresin dan

minyak atsirinya.

3. Jahe merah ditandai dengan ukuran rimpang yang kecil,

berwarna merah jingga, berserat kasar, beraroma serta

berasa tajam (pedas). Dipanen setelah tua dan memiliki

Page 11: Tugas Kelompok Paliatif,Terapi Mual Muntah

minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil sehingga jahe merah pada

umumnya dimanfaatkan sebagai bahan baku obat-obatan.

Gambar 3. Jenis-Jenis Jahe

2.3.3 Kandungan Jahe

Komponen yang terkandung dalam jahe antara lain adalah air 80.9%,

protein 2.3%, lemak 0.9%, mineral 1-2%, serat 2-4%, dan karbohidrat 12.3%.

Kandungan kimia tersebut berbeda-beda tergantung dari faktor genetik dan

faktor lingkungan tumbuh yang meliputi iklim, ketinggian, cuaca, jenis tanah,

pemupukan, dan pengolahan pasca panen. Menurut Young et al. (2003) dalam

Amalia (2004), rimpang jahe mengandung dua bagian utama yaitu minyak

volatile yang membawa aroma dan gingerol sebagai pembawa rasa pedas. Jahe

mengandung 1-2% minyak volatil, 5-8% bahan damar, zat tepung, dan getah.

Friedli (2002) dalam Aminah (2004) menjelaskan kandungan jahe meliputi

minyak volatil, oleoresin (gingerol, shogaol, zingeron), fenol, enzim

proteolitik, vitamin B6, vitamin C, kalsium, magnesium, fosfor, natrium, dan

asam linolenik. Kandungan Kimia Rimpang jahe mengandung 2 komponen,

yaitu:

1. Volatile oil (minyak menguap)

Biasa disebut minyak atsiri merupakan komponen pemberi aroma yang

khas pada jahe, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut

dalam air. Minyak atsiri merupakan salah satu dari dua komponen utama

minyak jahe. Jahe kering mengandung minyak atsiri 1-3%, sedangkan jahe

segar yang tidak dikuliti kandungan minyak atsiri lebih banyak dari jahe

kering. Bagian tepi dari umbi atau di bawah kulit pada jaringan epidermis

jahe mengandung lebih banyak minyak atsiri dari bagian tengah demikian

pula dengan baunya. Kandungan minyak atsiri juga ditentukan umur panen

dan jenis jahe. Pada umur panen muda, kandungan minyak atsirinya tinggi.

Page 12: Tugas Kelompok Paliatif,Terapi Mual Muntah

Sedangkan pada umur tua, kandungannyapun makin menyusut walau

baunya semakin menyengat.

2. Non-volatile oil (minyak tidak menguap).

Biasa disebut oleoresin salah satu senyawa kandungan jahe yang sering

diambil, dan komponen pemberi rasa pedas dan pahit. Sifat pedas

tergantung dari umur panen, semakin tua umurnya semakin terasa pedas dan

pahit. Oleoresin merupakan minyak berwarna coklat tua dan mengandung

minyak atsiri 15-35% yang diekstraksi dari bubuk jahe. Kandungan

oleoresin dapat menentukan jenis jahe. Jahe rasa pedasnya tinggi, seperti

jahe emprit, mengandung oleoresin yang tinggi dan jenis jahe badak rasa

pedas kurang karena kandungan oleoresin sedikit. Jenis pelarut yang

digunakan, pengulitan serta proses pengeringan dengan sinar matahari atau

dengan mesin mempengaruhi terhadap banyaknya oleoresin yang

dihasilkan.

Table 1. Komponen Volatil dan Non-volatil Rimpang Jahe

Fraksi Komponen

Volatile (-)-zingeberene, (+)-ar-curcumene, (-)-β-sesquiphelandrene, -bisaboline, -pinene, bornyl acetat, borneol, camphene, -cymene, cineol, cumene, β-elemene, farnesene, β-phelandrene, geraneol, limonene, linalool, myrcene, β-pinene, sabinene. Non-volatil Gingerol, shogaol, gingediol, gingediasetat, Gingerdion, Gingerenon.

Sumber : WHO Monographs on selected medicinal plants Vol 1,1999

Kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman jahe terutama

golongan flavonoida, fenolik, terpenoida, dan minyak atsiri (Benjelalai, 1984). Senyawa

fenol jahe merupakan bagian dari komponen oleoresin, yang berpengaruh dalam sifat

pedas jahe (Kesumaningati, 2009), sedangkan senyawa terpenoida adalah merupakan

komponen-komponen tumbuhan yang mempunyai bau, dapat diisolasi dari bahan nabati

dengan penyulingan minyak atsiri. Monoterpenoid merupakan biosintesa senyawa

terpenoida, disebut juga senyawa “essence” dan memiliki bau spesifik. Senyawa

monoterpenoid banyak dimanfaatkan sebagai antiseptik, ekspektoran, spasmolitik,

Page 13: Tugas Kelompok Paliatif,Terapi Mual Muntah

sedative, dan bahan pemberi aroma makanan dan parfum. Menurut Nursal, 2006

senyawa-senyawa metabolit sekunder golongan fenolik, flavanoiada, terpenoida dan

minyak atsiri yang terdapat pada ekstrak jahe diduga merupakan golongan senyawa

bioaktif yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri.

2.3.4 Farmakokinetik jahe

Menurut Zick SM, et al ., 2008. Pada manusia konjugat jahe mulai

muncul 30 menit setelah pemberian melalui oral, dan mencapai Tmax antara 45 -

120 menit, dengan t½ eliminasi 75 – 120 menit pada dosis dua gram.

2.3.5 Manfaat Jahe

Berdasarkan sejumlah penelitian, jahe memiliki manfaat antara lain untuk

merangsang pelepasan hormon adrenalin dan memperlebar pembuluh darah sehingga

darah mengalir lebih cepat dan lancar. Hal tersebut mengakibatkan tekanan darah

menjadi turun. Jahe mengandung dua enzim pencernaan yang penting. Pertama, protease

yang berfungsi memecah protein. Kedua, lipase yang berfungsi memecah lemak. Kedua

enzim ini membantu tubuh mencerna dan menyerap makanan. Jahe sekurangnya

mengandung 19 komponen bioaktif yang berguna bagi tubuh. Komponen yang paling

utama adalah gingerol yang bersifat antikoagulan, yaitu mencegah penggumpalan darah.

Gingerol diperkirakan juga membantu menurunkan kadar kolesterol. Jahe dapat

menghambat serotonin sebagai senyawa kimia pembawa pesan yang menyebabkan perut

berkontraksi dan menimbulkan rasa mual (Sahelian 2007 dalam Amalia 2004).

Menurut Schuler (1990) dalam Aminah (2004), jahe mempunyai beberapa

manfaat yaitu sebagai antioksidan dan antikanker. Jahe adalah salah satu bahan pangan

yang mengandung senyawa fenol yang berperan sebagai antioksidan. Jahe juga

termasuk jenis bahan pangan yang berpotensi dalam pencegah kanker karena terbukti

memiliki aktivitas antioksidan dan antikanker (antikarsinogenik) yang tinggi.

Menurut Megawati (2007), Dr.Francesca Borelli dan kawan-kawan dari

University of Na ples Frederico mengulas beberapa literatur medis untuk mempelajari

jahe, mereka menemukan enam penelitian yang menguji jahe pada wanita hamil.

Page 14: Tugas Kelompok Paliatif,Terapi Mual Muntah

Dikemukakan, jahe berfungsi lebih baik dibandingkan plasebo atau vitamin B6 dan

dianggap aman untuk wanita hamil. Jahe, dalam beberapa penelitian, dapat mengatasi

mual, muntah, bahkan hiperemesis gravidarum. Mengonsumsi jahe dapat merangsang

pengeluaran air liur dan memperlancar cairan pencernaan.

2.4 Aplikasi Dalam Keperawatan

2.4.1 Jahe dan Kehamilan

Jahe efektif untuk mengurangi derita mual dan muntah selama hamil. Penggunaan

jahe untuk mengatasi mual dan muntah tidak akan meningkatkan risiko negatif pada

janin. Beberapa penelitian yang dipublikasikan dua puluh tahun terakhir menerangkan

klaim tradisional dalam penggunaan jahe sebagai anti muntah dan agen anti pembawa

penyakit (Sripramote et al. 2006). Jahe, dalam dosis sedikitnya 1 gram, efektif mencegah

mual dan muntah yang sering menimpa pasien setelah menjalani operasi. Jahe telah

digunakan sebagai obat tradisional di Cina untuk menghilangkan mual, muntah, dan

gejala lambung dan usus lainnya. Beberapa penelitian dalam sepuluh tahun ini telah

mengevaluasi efek jahe dalam mencegah mual dan muntah setelah operasi.

Dibandingkan plasebo, jahe mengurangi risiko mual dan muntah dalam 24 jam setelah

operasi sebanyak 31%. Persentase harapan pasien meningkat sampai 35% dalam

mengatasi mual dan muntah. Satu-satunya efek yang terlihat dari pemberian jahe

tersebut adalah ketidaknyamanan di bagian perut (Sripramote et al. 2006).

Rasmussan et al. (1991) dalam Kimura et al. (2005), dengan menggunakan

percobaan double-blind randomized cross-over, menemukan bahwa 1 gram jahe per hari

efektif dalam mengurangi gejala mual dan muntah kehamilan dan tidak terlihat memiliki

efek samping atau efek yang buruk terhadap kehamilan. Smith et al. (2004) dalam

penelitiannya menyatakan konsumsi tepung jahe dalam dosis 1 gram per hari selama 4

hari terbukti lebih baik dibanding plasebo dalam mengurangi dan mengatasi gejala mual

dan muntah dari tingkat rendah sampai tingkat tinggi.

Keating dan Chez (2003) dalam Kimura et al. (2005), menggunakan sirup jahe

dalam air untuk mempelajari efek perbaikan jahe pada rasa mual di awal kehamilan.

Penelitian double-blind tersebut menunjukkan perbaikan positif terjadi pada 77% kasus

Page 15: Tugas Kelompok Paliatif,Terapi Mual Muntah

yang diujikan. Kemudian disimpulkan bahwa 1 gram jahe dalam bentuk sirup per hari

bermanfaat bagi pasien pada beberapa kasus mual dan muntah selama trimester pertama

kehamilan. Vutyavanich et al. (2001) menyimpulkan pada beberapa penelitian double

blind lainnya bahwa jahe bekerja efektif untuk mengatasi gejala mual dan muntah yang

timbul selama masa kehamilan tanpa efek buruk yang menyertai. Fulder dan Tenne

(1996) dalam Kimura et al. (2005), melaporkan bahwa jahe direkomendasikan sebagai

obat alternatif untuk menangani kehamilan yang berhubungan dengan mual dan

muntah di banyak negara bagian barat.

2.5 Perspektif terapi dalam penelitian dan praktek keperawatan

a. Konvensional: …

b. Komplementer: …

c. Paliatif : …

d. Macam Herbal untuk Mual Muntah : …

1. Jahe

Jahe secara efektif dapat menghalau terjadinya mual dan mengurangi

ketidaknyamanan pencernaan secara umum. Banyak cara untuk menikmati

obat alami tersebut. Jika anda tidak terbiasa dengan menikmati jahe segar

yang panas dan pedas, Anda dapat mengakalinya dengan mengolahnya

sebagai campuran.Menyeduh teh hangat dengan irisan tipis jahe, dipercaya

dapat memberikan dosis yang lebih ringan bagi perut.Jangan memberikan

dosis jahe yang besar pada perut Anda, karena dapat membuat perut

Page 16: Tugas Kelompok Paliatif,Terapi Mual Muntah

teriritasi dan menyebabkan diare. Beda negara beda pula cara menikmati

jahe. Penduduk Amerika lebih gemar menikmati jahe jika telah diolah

dalam rupa permen, minuman ataupun kue.Secara tradisional, penggunaan

jahe dapat meliputi penyembuhan masalah perut, mengurangi sakit gigi,

rematik, dan diare.Para dokter di zaman China kuno juga sudah

menggunakan jahe guna pengobatan kolera.Pengujian ilmiah menegaskan

efektivitas jahe dalam mengobati masalah pencernaan, termasuk

menghilangkan mual.

Minyak volatile pada jahe menciptakan rasa ramuan dan efek

obat.Pengujian pada hewan dan manusia menunjukkan minyak pada jahe

meringankan mual pagi hari dan mabuk serta mual akibat kemoterapi dan

anestesi, menurut Dr. Kathi J. Kemper, dari Longwood Herbal Task

Force.Pengujian tidak mengkonfirmasi jahe sebagai pengobatan yang

efektif untuk lambung atau perut kembung.Dalam pengujian laboratorium,

jahe menunjukkan efek antibakteri dan anti-jamur.Jahe mengandung

sejumlah besar anti-oksidan zingerone dan dapat melindungi jaringan

tubuh dari kerusakan oksidasi.

Namun terlalu banyak jahe justru dapat meningkatkan gangguan

lambung, karena mengiritasi lapisan mukosa lambung. Jumlah yang

dibutuhkan untuk mengobati mual tergantung pada massa tubuh. Gunakan

jahe hanya hingga 2.000 mg sehari.Jangan menggunakan lebih dari 1 gram

jahe bubuk hingga empat kali sehari. Teh yang dibuat dari 2 sendok

makan jahe segar aman untuk mengurangi gejala pilek dan gejala flu,

namun pastikan Anda minum tidak lebih dari tiga cangkir dalam sehari.

Anak di bawah usia 2 tahun tidak dianjurkan mengonsumsi jahe.

Untuk anak yang lebih tua, skala dosis harus sesuai dengan berat badan,

karena jahe dapat mencegah darah dari pembekuan normal.Jangan

menggunakan jahe dengan obat seperti aspirin atau warfarin.Menggunakan

jahe selama lebih dari 4 hari dapat menyebabkan diare dan mengiritasi

jaringan yang sensitif.Untuk amannya, konsultasikan dengan dokter Anda

sebelum menggunakan jahe sebagai obat.

(http://meetdoctor.com/article/jahe-si-obat-anti-mual)

Page 17: Tugas Kelompok Paliatif,Terapi Mual Muntah

Untuk mengetahui lebih banyak lagi manfaat dari jahe, National Institutes of

Health telah membuat sejumlah ringkasan tentang kebenaran dari khasiat

jahe dalam mengatasi berbagai penyakit :

Mabuk perjalanan

Beberapa penelitian melaporkan bahwa jahe tidak banyak berpengaruh

dalam mengatasi mabuk perjalanan. Studi lain bahkan mencatat, jahe hanya

dapat mengurangi muntah, bukan mual. Diperlukan penelitian lebih lanjut

untuk mengetahui efek yang mungkin dapat ditimbulkan dari konsumsi jahe

dan obat mabuk lainnya.

Mual dan muntah saat kehamilan : Studi awal menunjukkan bahwa jahe

mungkin aman dan efektif untuk mual dan muntah semasa kehamilan bila

digunakan sesuai dosis yang dianjurkan untuk jangka waktu yang singkat.

Mual akibat kemoterapi: Laporan penelitian awal menunjukkan bahwa

jahe dapat mengurangi keparahan dan lamanya waktu mual pada pasien

kanker setelah kemoterapi. Studi lain juga menunjukkan tidak ada efek

samping dari konsumsi jahe. Meski begitu, masih diperlukan penelitian

lebih lanjut untuk mengkonfirmasi hasil ini.

Mual dan muntah pascatindakan bedah :Beberapa laporan penelitian

mengindikasikan konsumsi jahe sebelum operasi justru dapat memicu

peningkatan mual atau muntah setelah pasien menjalani operasi. Namun,

riset lain justru menunjukkan hasil berbeda sehingga perlu studi lanjutan.

Terdapat banyak senyawa yang terkandung di dalam jahe  dan yang

terutama memberikan rasa spesifik adalah senyawa bernama gingerol dan

shogaol. Senyawa itu diduga kuat bekerja dengan cara mengurangi kontraksi

usus, menetralkan asam yang bekerja mencerna makanan dan menghambat

pusat muntah di otak.Yang penting untuk diketahui pula adalah, bahwa

dokter pun menganjurkan pemakaian jahe sebagai pencegah mual, dengan

alasan utama karena tidak menimbulkan efek samping seperti yang dipunyai

oleh obat anti mual sintetis.Bahkan, ada yang sudah memakainya untuk

mengurangi rasa mual yang terjadi sesudah sebuah tindakan operasi atau

sesudah chemotherapy.Karena kemampuan mencegah lebih baik daripada

Page 18: Tugas Kelompok Paliatif,Terapi Mual Muntah

menghentikan, maka sebaiknya jahe dikonsumsi paling sedikit 20 menit

sebelum bepergian dengan mobil atau kapal. Takarannya sederhana, yaitu ¼

sendok the jahe bubuk, 1 gram jahe di dalam kapsul atau lebih kurang 50 cm

rimpang jahe segar.

2.5 Teori Keperawatan yang Berhubungan dengan Terapi Mual Muntah

BAB 3

KESIMPULAN DAN SARAN

...

Page 19: Tugas Kelompok Paliatif,Terapi Mual Muntah

DAFTAR PUSTAKA

Website:

http://cls.maranatha.edu/khusus/ojs/index.php/jurnal-kedokteran/article/view/146,

(File: Jurnal Terapi Mual Muntah.pdf), Diakses tgl 3 Mei 2013, Jum’at

Website:

http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JNI/article/view/634,

(File: Jurnal Terapi Mual Muntah 2 pdf.pdf ), Diakses tgl 3 Mei 2013, Jum’at