tugas kelompok menulis fabel

2
TUGAS KELOMPOK MENULIS FABEL NAMA: HUSNUL YAQIN KELAS: VIII B MENCARI KEADILAN Pada jaman dahulu, seekor tupai tinggal dalam rongga batang pohon untuk jangka waktu yang lama. Ia sangat menyenangi tempat tinggalnya itu. Pada suatu hari, ia meninggalkan sarangnya untuk mencari makan dan menemukan sebatang pohon kelapa. “Kelapa adalah makanan kesukaanku” katanya.Segera ia memanjat pohon kelapa itu dan mulai menyantap buahnya. Tupai kecil itu sangat sayang untuk meninggalkan buah kelapa di pohonnya selama beberapa hari. Akhirnya buah-buah kelapa itu habis semuanya. ”Baiklah aku pulang sekarang,” ia berpikir, ”Aku sudah lama meninggalkan sarangku.” Namun, ketika tupai itu pergi, seekor tikus kecil dengan kacita telah menempati sarangnya dalam rongga kayu tersebut.ketika sang tupai kembali ia sangat kaget menemukan tikus menempati rumahnya. ”Apa yang kamu lakukan di sarangku?”tupai bertanya dengan marah. “Apa maksudmu mengatakan sarangmu?” jawab si tikus. ”Tempat ini kosong ketika aku datang.” “Aku pergi untuk tinggal pada sebatang pohon kelapa untuk sementara. Itu bukan berarti memberimu hak untuk pindah kesarangku. Sekarang kamu lebih baik keluar sebelum aku benar- benar marah,” teriak si tupai. “Aku tak perduli apakah kamu marah ataupun tidak. Aku tak akan meninggalkan sarangku ini.” Kata sang tikus kecil. Mendengar pertengkaran antara tupai dan tikus kecil itu, semua binatang berkumpul mengelilinginya. “Sudahlah, kalian jangan ribut-ribut begini.” Kata menjangan. “Lalu apa yang harus kami lakukan?” “Mengapa kalian tidak menyuruh seorang hakim untuk memutuskan siapa yang berhak atas sarang ini?” Kata sang menjangan. “Itu gagasan yang baik,” kata si tupai dan si tikus bersamaan. Lalu mereka berdua mencari seorang hakim yang adil kemana-mana.

Upload: fitrhy-aniey

Post on 03-Feb-2016

225 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fabel

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Kelompok Menulis Fabel

TUGAS KELOMPOK MENULIS FABELNAMA: HUSNUL YAQINKELAS: VIII B

MENCARI KEADILAN

Pada jaman dahulu, seekor tupai tinggal dalam rongga batang pohon untuk jangka waktu yang lama. Ia sangat menyenangi tempat tinggalnya itu.

Pada suatu hari, ia meninggalkan sarangnya untuk mencari makan dan menemukan sebatang pohon kelapa.

“Kelapa adalah makanan kesukaanku” katanya.Segera ia memanjat pohon kelapa itu dan mulai menyantap buahnya. Tupai kecil itu sangat sayang untuk meninggalkan buah kelapa di pohonnya selama beberapa hari.

Akhirnya buah-buah kelapa itu habis semuanya. ”Baiklah aku pulang sekarang,” ia berpikir, ”Aku sudah lama meninggalkan sarangku.”

Namun, ketika tupai itu pergi, seekor tikus kecil dengan kacita telah menempati sarangnya dalam rongga kayu tersebut.ketika sang tupai kembali ia sangat kaget menemukan tikus menempati rumahnya. ”Apa yang kamu lakukan di sarangku?”tupai bertanya dengan marah.

“Apa maksudmu mengatakan sarangmu?” jawab si tikus. ”Tempat ini kosong ketika aku datang.”

“Aku pergi untuk tinggal pada sebatang pohon kelapa untuk sementara. Itu bukan berarti memberimu hak untuk pindah kesarangku. Sekarang kamu lebih baik keluar sebelum aku benar-benar marah,” teriak si tupai. “Aku tak perduli apakah kamu marah ataupun tidak. Aku tak akan meninggalkan sarangku ini.” Kata sang tikus kecil.

Mendengar pertengkaran antara tupai dan tikus kecil itu, semua binatang berkumpul mengelilinginya.

“Sudahlah, kalian jangan ribut-ribut begini.” Kata menjangan.“Lalu apa yang harus kami lakukan?”“Mengapa kalian tidak menyuruh seorang hakim untuk memutuskan siapa yang

berhak atas sarang ini?” Kata sang menjangan.“Itu gagasan yang baik,” kata si tupai dan si tikus bersamaan. Lalu mereka berdua

mencari seorang hakim yang adil kemana-mana.Akhirnya mereka berpapasan dengan seekor kucing. Ia kelihatannya sangat tua dan

terpelajar. “Bagiku ia tampaknya seperti seekor kucing yang bijaksana. Ayo kita minta padanya untuk menyelesaikan pertengkaran kita,” kata sang tupai.

“Ah jangan!” teriak si tikus, “kucing ini dapat membunuh kita.”Si kucing mendengar apa yang dibicarakan si tupai dan si tikus. “Disini kesempatanku

makan besar,” pikirnya. Cepat-cepat ia menutup matanya berpura-pura sedang berdoa.“Menurutku kucing ini tampaknya kucing suci,” kata sang tupai, “Aku tak yakin ia

akan menyakiti kita”.“Ya!”kata si tikus, “lihatlah betapa khusyuknya ia berdoa.”“Mohon maaf tuan,” kata tikus dan tupai bersama-sama.“Sudikah tuan menyelesaikan pertengkaran kami?”Si kucing tua membuka matanya dan berkata, “Ya, kebajikan membantuku untuk

memutuskan siapa yang bener dan siapa yang salah. Ceritakan apa masalah kalian berdua.”Lalu si tupai dan si tikus mulai memberitahu sang kucing apa yang telah terjadi. “Aku

sangat tua,” kata kucing yang licik itu. “Aku tak dapat mendengar dengan jelas. Dapatkah kalian sedikit lebih mendekat. Si tupai dan si tikusbergerak sedikit mendekati sang kucing.

Page 2: Tugas Kelompok Menulis Fabel

“Aku masih belum dapat mendengar apapun,” kata sang kucing. “Cobalah lebih mendekat lagi.” Tupai dan tikus yang dungu itu bergerak lebih mendekat lagi pada sang kunci dan sebelum mereka menyadari apa yang terjadi, sang kucing menerkamnya dengan cakar dan segera menyantapnya. Itulah akibat suka bertengkar, keduanya sama-sama celaka.