tugas kelompok 2 manajemen internasional

Upload: taufan-maulia-putra

Post on 22-Jul-2015

115 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

TUGAS KELOMPOK MANAJEMEN INTERNASIONAL

OLEH KELOMPOK 2 : ANGGUN RAMA KASIH 122110006 TAUFAN MAULIA PUTRA 122110133 QAMARIAH DJABIR 122110098 MARSHEILLY PINGKAN ZAI 122110163 RINALDY MEIDIANTO 122110113 SENO ADJIE 122110127 FIRMAN JANUAR TUA 122110046 EVIE NOVIA 1221100039

MAGISTER MANAJEMEN : B38 PASCA SARJANA UNIVERSITAS TRISAKTI 2012

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas mengenai tiga aspek utama meliputi Global Competitiveness Index, Good Corporate Governance, dan Corruption Perception Index. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, terutama pada dosen mata kuliah Manajemen Internasional kami. Semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Jakarta, 16 Mei 2012

Penulis

PENDAHULUAN

Dalam pandangan kita sebagai pemerhati ekonomi dan budaya , akan sangat terlihat perbedaaan signifikan dari beberapa negara untuk

beberapa hal yang terkait dengan perekonomian dan kebudayaan seperti halnya : 1. Global Competitiveness Index 2. Good Corporate Governance 3. Corruption Perception Index

Dalam tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Internasional kami akan membahas ketiga aspek tersebut dan membandingkan dua negara yaitu Indonesia dengan Singapura. Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki 17.504 pulau besar dan kecil dengan penduduk yang majemuk serta kepercayaan yang beragam merupakan negara yang begitu kaya secara budaya. Selain itu negara kita dilimpahi sumber daya alam yang melimpah. Dengan Jakarta sebagai ibu kota, Indonesia menjadi negara yang semakin berkembang dari berbagai sektor meski tidak dapat dipungkiri issue krusial seperti KKN, terorisme, dan gerakan separatis masih seringkali timbul. Indonesia menjalankan pemerintahan republik presidensial

multipartai yang demokratis. Seperti juga di negara-negara demokrasi lainnya, sistem politik di Indonesia didasarkan pada Trias Politika yaitu kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif. Kekuasaan legislatif dipegang oleh sebuah lembaga bernama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Dari segi ekonomi Singapura berkembang dengan jauh lebih pesat dan menjadi sebuah negara yang sukses. la mempunyai perhubungan dagang yang kuat, sebuah pelabuhan yang sibuk, dan PDB per kapityang setara dengan negara-negara Eropa Barat. Sebagai negara kecil yang

secara luas wilayah jauh dari Indonesia dan tentunya sumber daya alam yang lebih sedikit, Singapura banyak mengandalkan aktivitas ekonominya pada sektor jasa dan pariwisata, terutama wisata belanja. Singapura juga merupakan salah satu negara terpadat di dunia. Sekitar 85% dari rakyatnya tinggal di rumah susun yang disediakan oleh Dewan Pengembangan Perumahan. Konstitusi Singapura berdasarkan sistem Westminster karana Singapura merupakan bekas jajahan Inggris. Posisi presiden adalah simbolis dan kekuasaan pemerintahan berada di tangan perdana menteri yang merupakan ketua partai politik yang memiliki kedudukan mayoritas di parlemen. Singapura sendiri memiliki sistem multi partai dengan 23 partai politik yang terdaftar.

HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA - SINGAPURA Singapura adalah negara sahabat dan salah satu negara tetangga terdekat yang memiliki arti penting bagi kepentingan nasional Indonesia maupun kepentingan kawasan. Secara fisik geografis, kedua negara mempunyai perbatasan langsung, sehingga mendorong terwujudnya hubungan dan kerja sama di berbagai bidang. Di sisi lain, kedekatan posisi geografis tersebut juga menimbulkan berbagai tantangan yang secara langsung dapat mempengaruhi kepentingan nasional Indonesia. Sejak hubungan diplomatik Indonesia Singapura secara resmi dibuka pada tingkat Duta Besar, tanggal 7 September 1967, hubungan bilateral kedua negara telah berkembang secara baik, positif, dan konstruktif. Hal ini tercermin dari intensitas saling kunjung antara pemimpin dan pejabat tinggi kedua negara yang meningkat sejak 2004. Di samping itu, Indonesia dan Singapura memiliki mekanisme hubungan bilateral yang solid dalam bentuk pertemuan tahunan tingkat Kepala Negara untuk mereview dan mengarahkan hubungan bilateral, pertemuan tingkat Menteri,dan mekanisme working groups untuk meningkatkan hubungan kerja sama kedua Negara.

PEMBAHASAN

1.

Global Competitiveness Index

Partner Institutes for Indonesia : Center for Industry, SME & Bussiness Competition Studies , University of trisakti. (Tulus Tambunan, Professor and Director) Partner Institutes for Singapore : Economic Dvelopment Board ( Angeline Poh, Directore Planning ; Cheng Wai San, Head, Researsh & Statistic Unit) Untuk GCI sendiri terdapat 12 pilllar penilaian yang dilakukan oleh beberapa peneliti didunia, Untuk Indonesia diwakili Oleh Bpk. Prof. Tulus tambunan dimana beliau merupakan salah satu dosen Universitas Trisakti. Dari Keduabelas Pillar tersebut terdiri dari beberapa indikasi penilaian. Keduabelas pillar tsb adalah : First Pillar : Institutions Second Pillar : Infrastucture Third Pillar : Macroeconomics Enviroment Forth Pilllar : Health and Primary Education Fifth Pillar : Higher Education and Training Sixth Pillar : Goods Market Efficiency Seventh Pillar : Labor Market Efficiency Eighth Pillar : Financial Market Development Ninth Pillar : Technological Readiness Tenth Pillar : Market Size Eleventh Pillar : Bussines Sophistication Twelevth Pillar : Inovation

Penilaian dilakukan atas dasar kedua belas pillar tersebut. Setiap pilar memiliki indikator yang menjadi dasar tolak ukur penentuan value dan rank dari tiap negara dalam Global Competitiveness Index. Kedua belas pilar tersebut saling bersinergi dan memiliki porsi sendirisendiri dalam konteks pembangunan suatu negara. Sebagai contoh pilar pertama, instistusi. Lingkungan Institusi disini dideterminasikan menjadi bingkai kerja legal (hukum) dan administrasi dimana di dalamnya individu, lembaga, dan pemerintahan saling berinteraksi untuk membangun kesejahteraan. Pentingnya sebuah lingkungan institusi negara yang adil menjadi issue yang semakin sering muncul terlebih pada masa krisis ekonomi melanda. Kualitas dari institusi dalam suatu negara memiliki influence yang kuat pada tingkat pertumbuhan dan kompetisi negara tersebut. Karena para investor tentu saja tidak akan mau

menginvestasikan modal mereka pada suatu negara yang tidak dapat melindungi hak-hak mereka selaku seorang investor. Peran lembaga permerintah juga mencakup pada : birokrasi yang berbelitbelit (red tape bureaucracy), over regulasi, korupsi,

ketidakjujuran dalam proses dealing pada kontrak dan tender, minimnya transparansi dan kepercayaan publik, dapat menyebabkan lambatnya pertumbuhan sektor ekonomi di suatu negara. Tidak hanya sektor publik, sektor swasta juga berperan sebagai elemen penting dalam menciptakan suatu kesejahteraan. Krisis ekonomi global baru-baru ini yang muncul bersamaan dengan berbagai skandal di badan pemerintahan, mengarisbawahi bahwa ada relevansi antara harus adanya standar dan transparansi dalam pembuatan laporan keuangan untuk menghindari terjadinya fraud dan mismanagement. Tidak dapat dipungkiri pada saat itu ekonomi justru disajikan dengan lebih baik oleh sektor bisnis yang berjalan secara jujur, dan etika bisnis yang lebih baik dan memiliki transparansi dalam proses accounting dan auditing.

Contoh lainya pilar kedua, infrastruktur. Infrastuktur menjadi faktor essensial dalam menentukan fungsi ekonomi yang efektif, termasuk di dalamnya menentukan lokasi dari aktifitas ekonomi yang dijalankan serta jenis aktivitas ataupun sektor yang dipilih. Infrastuktur yang dibangun dengan akan mengurangi dengan baik akan mengurangi dampak dari jarak antar tiap daerah, mengintegrasi national market, dan

menghubungkannya dengan wilayah lain dan negara lain dengan cost yang rendah. Fasilitas transportasi dan komunikasi yang well-developed juga menjembatani kumonitas yang belum berkembang dengan baik dan membantu mereka menuju inti dari aktivitas ekonomi dan bisnis. Kedua belas pilar sendiri terbagi ke dalam tiga garis besar, yakni basic requirement sebagai pilar dasar yang harus dipenuhi dalam faktor pendorong ekonomi negara, efficiency enhancers sebagai penggerak efisiensi ekonomi, dan Innovation and Sophistication Factor sebagai penggerak inovasi dalam ekonomi. Lebih jelasnya dapat dilihat di bawah ini :

BASIC REQUIREMENTS : First Pillar : Institutions First Pillar : Institutions Second Pillar : Infrastucture Third Pillar : Macroeconomics Enviroment Forth Pilllar : Health and Primary Education Key For Factor-Driven Economics

Efficiency enhancers : Fifth Pillar : Higher Education and Training Sixth Pillar : Goods Market Efficiency Seventh Pillar : Labor Market Efficiency Eighth Pillar : Financial Market Development Ninth Pillar : Technological Readiness Tenth Pillar : Market Size

Key For Efficiency-Driven Economics

Innovation and Sophistication Factor Eleventh Pillar : Bussines Sophistication Twelevth Pillar : Inovation

Key For

Innovation-DrivenEconomics

Selain itu perbandingan lebih jelasnya antara Singapura dan Indonesia dapat dilihat di tabel di bawah ini, secara overall sendiri Indonesia menempati urutan ke 46 dan Singapura ke 2

INDONESIA Value Pillar 1 Business costs of terrorism 4.7 3.9 114 34

SINGAPURA Rank Value Rank

5.0 6.1

102 1

Wastefulness of government spendingPillar 2

Available airline seat kms/week, millions Fixed telephone lines/100 popPillar 3 1682.4 15.8 20 79 2069.1 39.0 17 27

Gross national savings, % GDP General government debt, % GDPPillar 4

33.4 26.9

21 37

46.0 97.2

7 136

Primary education enrollment Tuberculosis incidencePillar 5

95.3 18.40

45 108

96.8 36.0

38 62

Quality of the educational system Tertiary education enrollment,Pillar 6

4.2 23.5

44 87

5.9 63.6

2 27

Agricultural policy costs Intensity of local competitionPillar 7

4.2 4.6

41 89

5.2 5.4

3 33

Pay and productivity Women in labor force, ratio to menPillar 8

4.5 0.61

28 108

5.5 0.74

1 82

Ease of access to loans Availability of financial services

3.9 4.8

16 57

4.6 5.9

3 14

Pillar 9

Firm-level technology absorption Internet users/100 popPillar 10

5.0 9.1

54 117

6.0 70

10 25

Domestic market size index, 17 (best) Foreign market size index, 17 (best)*Pillar 11

5.1 5.5

16 23

4.1 6.0

50 10

Value chain breadth Local supplier quantityPillar 12

4.4 4.9

29 57

5.3 4.9

10 60

Capacity for innovation Utility patents granted/million pop

3.8 6.0

30 86

4.3 125.6

22 11

2. Perbandingan Good Corporate Governance antara Indonesia dengan Singapura Tata kelola perusahaan (corporate governance) adalah rangkaian proses, kebiasaan, kebijakan, aturan, dan institusi yang memengaruhi pengarahan, pengelolaan, serta pengontrolan suatu perusahaan atau korporasi. Tata kelola perusahaan juga mencakup hubungan antara para pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat serta tujuan pengelolaan perusahaan. Pihak-pihak utama dalam tata kelola

perusahaan adalah pemegang saham, manajemen, dan dewan direksi. Pemangku kepentingan lainnya termasuk karyawan, pemasok, pelanggan, bank dan kreditor lain, regulator, lingkungan, serta masyarakat luas. Survey dari Booz Allen di asia Timur pada tahun 1998 menunjukkan bahwa Indonesia memiliki indeks corporate governance paling rendah dengan skor (2,88) jauh dibawah Singapura (8,93).

Rendahnya kualitas GCG (Good Corporate Governance) korporasikorporasi di Indonesia ditengarai menjadi pemicu kejatuhan perusahaanperusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan-perusahaan di Indonesia belum sepenuhnya memiliki Corporate Culture sebagai inti dari Corporate Governance. Pemahaman tersebut membuka wawasan bahwa korporat kita belum dikelola secara benar, atau dengan kata lain, korporat kita belum menjalankan governansi. Kewajiban penerapan Pedoman Good Corporate Governance di Negara singapura di atur dalam peraturan pencatatan (listing rule) sedangkan penegakan hukum atas pelaksanaan Pedoman Good Corporate Governance dilakukan oleh otoritas pasar modal. Berbeda dengan di Indonesia, pelaksanaan Pedoman Good Corporate Governance tidak diatur baik oleh bursa efek maupun otoritas pasar modal sehingga tidak ada kewajiban bagi perusahaan untuk melaksanakan pedoman tersebut atau bersifat voluntarily. Oleh karena itu tidak terdapat sanksi hukum apabila perusahaan tidak menerapkan pedoman ini. Dalam sistem kepengurusan perusahaan, di Singapura menganut one board system, dimana tidak memisahkan fungsi direksi dan dewan komisaris, pengaturan mengenai komposisi atau jumlah direksi meliputi dewan komisaris sebagai satu kesatuan sedangkan di Indonesia menganut two board system dimana secara jelas fungsi direksi dan dewan komisaris dipisahkan sehingga pengaturan komposisi atau jumlah direksi hanya 35 mencakup fungsi pengelolaan perusahaan. Tabel perbandingan untuk lima bidang dalam tata kelola perusahaan yang ada di 9 negara di antaranya Indonesia dan Singapura. a) Perbandingan untuk hak-hak pemegang saham :Peringkat Ekonomi Rata-rata

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Filipina Taiwan Singapura Indonesia Hong Kong Cina Malaysia Thailand Korea

0.865 0.865 0.833 0.782 0.778 0.766 0.698 0.639 0.611

Dari perbandingan hak pemegang saham, singapura lebih baik dibandingkan dengan indonesia yaitu perusahaan dikelola secara professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manejemn yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. b) Perbandingan untuk perlakuan manajemen :Peringkat 1 2 3 4 Ekonomi Rata-rata

Singapura Cina Thailand Indonesia

1.000 1.000 1.000 0.938

5 6 7 8 9

Taiwan Korea Hong Kong Malaysia Filipina

0.917 0.917 0.750 0.750 0.667

Untuk perlakuan manajemen singapura sangat baik di bandingkan dengan Negara-negara lain termasuk Indonesia, hal ini karena peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen terhadap pemangku kepentingan lainnya berdasarkan kerangka aturan dan peraturan yang berlaku. c) Perbandingan untuk peran stakeholderPeringkat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Ekonomi Cina Thailand Indonesia Korea Filipina Singapura Taiwan Hong Kong Malaysia Rata-rata 0.500 0.500 0.500 0.500 0.500 0.000 0.000 0.000 0.000

Perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. Dan dalam hal ini Indonesia lebih baik dari pada singapura. d) Perbandingan untuk pengungkapan dan transparansiPeringkat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Ekonomi Filipina Cina Korea Taiwan Thailand Singapura Malaysia Indonesia Hong Kong Rata-rata 0.833 0.778 0.778 0.722 0.528 0.528 0.528 0.500 0.389

Transparansi yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi meteriil dan relevan mengenai perusahaan. Dan dilihat dari tabel diatas, Indonesia masih lebih rendah di bandingkan singapura dalam proses pngmabilan keputusan secara transparansi. e) Perbandingan untuk tanggung jawab dewan direksi :Peringkat 1 Ekonomi Filipina Rata-rata 0.722

2 3 4 5 6 7 8 9

Cina Malaysia Hong Kong Korea Thailand Indonesia Taiwan Singapura

0.722 0.648 0.648 0.519 0.426 0.315 0.250 0.204

Kesesuaian atau kepatuhan di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku merupakan pertanggungjawaban dari dewan direksi dan di lihat dari tabel diatas Indonesia sedikit lebih baik dari pada singapura. 3. Corruption Perception Index (Cpi) 2011 Indonesia dan Singapura 3.1. Corruption Perception Secara Umum

Korupsi merupakan salah satu hambatan besar terhadap kemajuan setiap negara disamping faktor ketidakstabilan pasar keuangan, kemiskinan, bencana alam, dan perubahan iklim.Korupsi banyak memberikan dampak negatif yang sangat luas kepada masyarakat, adanya praktek-praktek koruspi dan penyuapan menyebabkan ketidak tepatan alokasi sumber daya dan menghambat pembangunan social dan ekonomi serta bertentangan dengan nilai-nilai kejujuran dan keadilan. Usaha untuk menghapuskan praktik-praktik korupsi perlu mendapat perhatian yang serius dan dilakukan secara sistematis, terintegrasi dan

berkesinambungan serta melibatkan masyarakat secara luas.Hal tersebut menjadi latar belakangnya dibentuk Transparency International yang

merupakan jaringan global NGO antikorupsi yang tujuan utamanya adalah mempromosikan transparansi dan akuntabilitas kepada lembaga-lembaga negara, partai politik, bisnis dan masyarakat sipil.Transparency

International ini merupakan lembaga internasional yang didirikan sejak tahun 1993 dan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran serta mengurangi sikap apatis dan toleransi tentang praktik-praktik korupsi dan merencanakan tindakan praktis untuk mengatasinya. Dalam prakteknya TI memiliki kepanjangan tangan yang disebut chapter yang tersebar di beberapa negara dan berpusat di Berlin. Saat ini kepanjangan tangan dari TI telah mencapai lebih dari 100 lembaga salah satunya adalah Transparency International Indonesia. Tingkat korupsi di suatu negara diukur dari nilai Corruption Perception Index yang dikeluarkan oleh lembaga Tranparency International secara berkala untuk mengukur persepsi korupsi yang dilakukan di suatu negara dan merupakan gabungan dari 17 survey yang dilakukan oleh lembagalembaga internasional yang terpercaya . Penentuan CPI menggunakan persepsi dengan dasar pertimbangan korupsi dilakukan secara sembunyi-sembunyi sehingga sulit untuk mengukur tingkat korupsi berdasarkan data empiric. Persepsi yang digunakan disini bukan merupakana persepsi public melainkan para pelaku bisnis dan ahli yang memilkiki pemahaman dan pengalaman dalam menangani kasus-kasus korupsi Rentang indeks yang digunakan oleh CPI adalah dari 0 sampai dengan 0 dimana angka 0 dipersepsikan sangat korup dan angka 10 dipersepsikan sangat bersih. Data yang digunakan sebagai acuan dalam merumuskan capaian CPI berasal dari 13 sumber yang dilakukan oleh 10 lembaga independen. Sumber-sumber tersebut mengukur keseluruhan spectrum korupsi

(frekuensi dan/atau ukuran dari penyuapan) yang terjadi di sector public dan politik.

Penilaian tentang tingkat korupsi di masingmasing negara dilakukan oleh dua kelompok yaitu kelompok pertama adalah kelompok ahli yang berasak dari penduduk negara tersebut maupun tenaga ahli dari luar. Kelompok kedua terdiri dari kalangan pebisnis. Kedua kelompok nara

sumber tersebut dalam CPI 2010 tercermin menjadi sebagai berikut : Tujuh sumber data yang digunakan berdasarkan analisis dari para ahli, semisal African Development Bank, Asian Development Bank, Bertelsmann Foundation, Economist Intelligence Unit, Freedom House, Global Insight, dan World Bank. Sementara, tiga sumber berdasarkan penilaian pebisnis yang

merupakan penduduk dari negara masingmasing, yang dilakukan oleh IMD, Political and Economic Risk Consultancy, World Economic Forum. Untuk sumber CPI yang berasal dari unit survei, hanya data dalam dua tahun terakhir yang diikutsertakan dengan asumsi data tahunan dari setiap survei sama. Untuk sumber CPI yang berupa skor/penilaian oleh kelompok ahli, hanya penilaian terbaru yan diikutsertakan karena bersifat peer review dan jarang berubah dari tahun ke tahun. Metodologi dalam penentuan CPI adalah sebagai berikut: 1. Langkah pertama untuk melakukan penghitungan dalam CPI dilakukan dengan menstandarkan data yang diperoleh melalui sumbersumber yang bersifat individual (dengan mentranslasikannya ke dalam skala umum). Transparency International menggunakan teknik ang disebut sebagai pencocokan persentil terhadap peringkat negaranegara yang dilaporkan oleh masingmsing sumber individual 2. Langkah kedua mencakup proses transformasi beta pada skor yang telah terstandarisasi. Ini meningkatkan standar deviasi seluruh negara yang termasuk di dalam CPI dan memungkinkan ntuk mendiferensiasi negaranegara secara lebih akurat, sehingga dalam survei ini terdapat beberapa negara yang mempunyai skor yang sama.

3. Terakhir, skor CPI ditentukan oleh ratarata seluruh nilai yang telah terstandarisasi untuk masingmasing negara. 4. Nilai dan peringkat CPI disertai dengan banyaknya sumber yang digunakan, nilai terendah dan ertinggi yang diberikan setiap negara oleh sumber data, standar deviasi, dan interval keyakinan (confidence range) untuk setiap Negara. 5. Interval keyakinan ditentukan sebuah bootstrap (metodologi yang bersifat nonparametric), yang memungkinkan asumsi terhadap

ketepatan hasil dapat dilakukan. Interval keyakinan yang digunakan adalah 90 persen, di mana masingmasing 5 persen probabilitas menunjukkan nilai dibawah dan diatas interval keyakinan. Di Indonesia, kasus korupsi dan penyuapan yang marak terjadi di masyarakat mendapat perhatian serius dari pemerintah, bahkan lebih lanjut lagi pemerintah Indonesia mencantumkan CPI (Corruption

Perception Index) sebagai salah satu indicator pencapaian dalam RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) Untuk Indonesia penentuan skor CPI menggunakan acuan dari 9 sumber sebagai referensi yaitu: 1. Asian Development Bank Country Performance Assesment 2010 2. World Bank Country Performance and Institutional Assessment 3. Political and Economic Risk Consultancy 2010 & 2011 4. World Economic Forum Executive Opinion Survey 2010 & 2011 5. Global Insight Country Risk Ratings 6. Bertelsmann Foundation Transformation Index 7. African Development Bank Governance Ratings 2010 8. Freedom House Nations In Transit 9. Institute Management Development Country Yearbook 2010 & 2011 10. Bertelsmann Foundation Sustainable Governance Indicators 11. World Justice Project Rule of Law Index* 12. Transparency International Bribe Payers Index* 13. Economist Intelligence Unit Country Risk Assessment

14. Political Risk Services International Country Risk Guide Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Transparency International Indonesia disebutkan terdapat 4 lembaga di Indonesia yang sangat riskan dan paling terpengaruh korupsi. Keempat lembaga tersebut adalah polisi, parlemen, parpol dan peradilan. Hal ini tercermin dari hasil global corruption barometer yang diambil berdasarkan survey terhadap 1010 responden di kota-kota besar Indonesia yaitu Jakarta, Semarang, Bandung dan Surabaya. Hasil survey tersebut juga menyebutkan bahwa prosentasi responden yang membayar suap mencapai 31%. Dampak korupsi dalam sektor dan institusi yang berbeda menunjukan lembaga kepolisian mendapatkan skor tertinggi dengan nilai indeks 4,2 disusul lembaga peradilan dan DPR yang indeksnya 4,1. Sedangkan partai politik nilainya 4,0, disusul pelayanan perijinan dan perpajakan yang masing-masing indeksnya 3,8 dan 3,6. Semakin tinggi indeks, semakin dipersepsikan terkorup. Tingginya indeks kepolisian kita dalam GCB 2007, menunjukan citra institusi ini yang buruk dimata publik. Secara kasat mata bisa dilihat dari kekecewaan masyarakat selama ini terhadap pelayanan administrasi kendaraan, serta pembayaran suap dan pungli dalam pelanggaran lalulintas dan penanganan perkara. Pengadaan barang dan jasa di kepolisian juga bermasalah. Belum lama ini terungkap dugaan korupsi pengadaan kendaraan lapis baja (APC) di Mabes Polri pada 2001 sebesar Rp1,3 miliar, seperti dilaporkan oleh sebuah LSM.Ada empat zona titik rawan korupsi di kepolisian yakni di "zona pelayanan" dalam urusan pemberian izin, registrasi, verifikasi dan sebagainya. Korupsi di zona kewenangan, khususnya dalam tugas selaku penegak hukum. Korupsi fiskal atau anggaran, dimana pos belanja barang, khususnya persenjataan telah menjadi sasaran empuk pemburu ekonomi rente. Terakhir, korupsi di manajemen personalia, khususnya saat rekruitmen, promosi, mutasi bahkan diklat untuk jabatan yang strategis

Corruption Preception Index 2011 Berdasarkan hasil CPI tahun 2011, CPI Index secara garis besar ditampilkan pada bagan dibawah ini: 5 negara dengan skor CPI 2011 tertinggi dan terendah adalah sebagai berikut:

Urutan

Negara

Skor CPI (2011)

1 2 3 4 5 177 180 180 182 182

Selandia Baru Denmark Finlandia Swedia Singapura Uzbekistan Afganistan Myanmar Korea Utara Somalia

9.5 9.4 9.4 9.3 9.3 1.6 1.5 1.5 1.0 1.0

Indonesia dengan negara-negara yang memiliki skor CPI 2011 berdekatan disampaikan pada table sebagai berikut :

Urutan

Negara

Skor CPI (2011)

80 86 91 95 100

Kolombia Srilanka Bosnia India Indonesia

3.4 3.3 3.2 3.1 3.0

100 100 112 118 120

Madagaskar Meksiko Aljazair Bolivia Bangladesh

3.0 3.0 2.9 2.8 2.7

1.2.

Corruption Preception Index Indonesia vs Singapore tahun 2011 tercatat Indonesia menempati

Berdasarkan data CPI

peringkat ke 100 dengan skor CPI sebesar 3.0 menandakan belum ada perubahan yang berarti dalam pemberantasan korupsi di Indonesia, lebih lanjut lagi beberapa ahli melihat adanya kecenderungan pelemahan ditandai dengan adanya beberapa kasus-kasus korupsi besar yang lamban penanganannya. Dengan skor CPI 3.0 menandakan Indonesia masih termasuk kedalam negara-negara yang memiliki hambatan mengaplikasikan system yang transparan dan bebas dari praktik-praktik korupsi. Skor CPI merupakan potret situasi pemberantasan korupsi di negara bersangkutan pada periode satu tahun terakhir. Pemerintah Indonesia menargetkan pencapaian CPI pada tahun 2014 mencapai 5.0% sehingga merupakan tugas besar Pemerintah RI untuk bisa mencapai skor CPI yang lebih baik dimasa mendatang. Beberapa strategi yang dirasa tepat untuk dipalikasikan adalah : 1. Memberdayakan secara maksimal fungsi penegak hukum seperti KPK, kejaksaan dan kepolisian 2. Mendorong KPK dan institute penegak hukum yang lain untuk mengusut kasus-kasus korupsi secara tuntas 3. Reformasi birokrasi dengan arah dan konsep yang benar

3.3.

Singapores Anti Corruption Strategy

Praktek korupsi masih menjadi permasalahan utama di sebagian besar negara-negara Asia berdasarkan hasil CPI tahun 2011, namun demikian hal tersebut tidak berlaku bagi negara Singapore yang secara konsisten termasuk dalam daftar the least corruption Asian country dan memiliki skor CPI tertinggi sejak tahun 1995-2011. Ranking dan skor CPI negara Singapore dari tahun ke tahun ditunjukkan pada table berikut : Tahun 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2010 2011 CPI Rank 3 7 9 7 7 6 4 5 5 5 5 5 4 3 5 CPI Skor 9.26 8.8 8.66 9.1 9.1 9.1 9.2 9.3 9.4 9.3 9.4 9.4 9.3 9.3 9.3 No of Countries 41 54 52 85 99 90 91 102 133 146 159 163 180 179 182

Berkaca pada kesuksesan Singapore dalam merumuskan kebijakan yang tepat untuk menangani permasalahan korupsi di negaranya, terdapat 5 hal yang menjadi perhatian utama yang dapat dijadikan guidance bagi negara-negara lain di Asia dan Indonesia pada khususnya, yaitu : 1. Iklim budaya Singapore yang sangat bertentangan dengan budaya korupsi.

2. Penentuan gaji dan fasilitas bagi petugas pelayanan umum yang memadai sehingga mencegah petugas pelayanan umum untuk melakukan praktik-praktik korupsi. 3. Langkah-langkah administrative yang efektif yang dilakukan oleh institusi yang melakukan pelayanan umum. 4. Pengawasan yang ketat terhadapanggaran belanja negara yang dilakukan oleh auditor general department dan public account committee dari kementrian keuangan belanja untuk kepentingan umum. 5. Tingginya angka masyarakat yang terpelajar dan berinisiatif untuk melaporkan praktik-praktik korupsi di masyarakat serta kemampuan Corruption Practices Investigation Bureau (CPIB) untuk melakukan investigasi bahkan kepada tokoh terkemuka sekalipun yang pada akhirnya meningkatkan kredibilitas CPIB di Singapore. Sebelum kelima hal tersebut diaplikasikan ke negara-negara di Asia dan Indonesia pada khususnya, terdapat beberapa hal yang perlu terutama pada anggaran

dipersiapkan dan dipelajari yaitu : 1. Kemauan politik merupakan komponen utama untuk mencapai kesuksesan, dalam hal ini diperlukan komitmen tokoh-tokoh politik untuk secara aktif menghindari praktek-praktek korupsi di negara bersangkutan. 2. Lembaga Pemberantasan Korupsi harus bertindak independen dan bebas dari control polisi dan politis 3. Lembaga Pemberantas Korupsi harus memiliki kredibilitas dan tidak boleh terlibat dalam praktek korupsi untuk menimbulkan

kepercayaan public kepada lembaga terkait 4. Meminimalisir praktek korupsi dengan cara membenahi hal-hal yang menjadi penyebab utama. Tindakan korupsi umumnya disebabkan karena rendahnya penghasilan petugas layanan umum dan pemerintahan serta ancaman hukuman bagi pelaku korupsi yang tidak tegas. Korupsi di suatu negara dipercaya dapat

diminimalkan jika pemerintah berhasil menetapkan kebijakan baru yang dapat mengatasi kedua hal utama penuyebab korupsi diatas.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, TI menyarankan pemerintah agar: 1. KPK menangani kasus-kasus korupsi yang terjadi di lingkungan penegak hukum, khususnya kepolisian dan kejaksaan. Selain itu, KPK harus lebih mengutamakan fungsi supervisi dan koordinasi supaya kejaksaan dan kepolisian bisa berperan lebih efektif dalam

memberantas korupsi. 2. Pemerintah mempercepat proses reformasi birokrasi di institusi lembaga penegak hukum termasuk kepolisian. Reformasi birokrasi juga harus diikuti perubahan organisasi yang lebih efektif, efisien, dan transparans, serta aturan kepegawaian yang lebih berintegritas. 3. Presiden untuk secara aktif memantau pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan korupsi, terutama untuk memastikan instruksinya dilakukan oleh para pejabat negara. 4. Pengintensifan kembali fungsi pengawasan, khususnya yang

melibatkan tiga unsur dalam pemberantasan korupsi yakni birokrasi pemerintah, pengawasan parlemen, dan sistem penegakan hukum, serta memberi ruang pengawasan dari masyarakat sipil.