tugas kajian kurikulum

30
NAMA : REZA EDIYA AGDIARISTA NIM : 125200377 KELAS : 2J TUGAS UTS KAJIAN KURIKULUM 1. Secara etimologi menurut Wiles dan Bondi (1989) istilah kurikulum pertama kali ditemukan di Skotlandia pada awal tahun 1820, dan istilah tersebut secara modern pertama kali digunakan di Amerika Serikat satu abad kemudian. Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin yaitu “currerre” berupa kata kerja (to run) yang berarti lari. Di dalam kamus Webster kata kurikulum berasal dari bahasa Yunani “curicula” yang memiliki beberapa arti dari kurikulum diantaranya: (1) Tempat perlombaan, jarak yang harus ditempuh pelari kereta lomba; (2) Suatu jalan untuk pedati atau perlombaan; (3) Perlombaan yang dimulai dari start dan diakhiri dengan finish. Dari beberapa arti secara etimologi di atas, kurikulum yang terakhir identik dengan proses pembelajaran, sehingga atas dasar tersebut istilah kurikulum diterapkan dalam pendidikan. (Sumber : John Wiles & A. Djaja Jauri, Curriculum Development A Guide To

Upload: reza-ediya

Post on 24-May-2015

1.731 views

Category:

Education


3 download

DESCRIPTION

ini adalah jawaban tugas uts kajian kurikulum

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas kajian kurikulum

NAMA : REZA EDIYA AGDIARISTA

NIM : 125200377

KELAS : 2J

TUGAS UTS KAJIAN KURIKULUM

1. Secara etimologi menurut Wiles dan Bondi (1989) istilah kurikulum pertama kali

ditemukan di Skotlandia pada awal tahun 1820, dan istilah tersebut secara modern

pertama kali digunakan di Amerika Serikat satu abad kemudian. Istilah kurikulum

berasal dari bahasa latin yaitu “currerre” berupa kata kerja (to run) yang berarti lari.

Di dalam kamus Webster kata kurikulum berasal dari bahasa Yunani “curicula” yang

memiliki beberapa arti dari kurikulum diantaranya: (1) Tempat perlombaan, jarak

yang harus ditempuh pelari kereta lomba; (2) Suatu jalan untuk pedati atau

perlombaan; (3) Perlombaan yang dimulai dari start dan diakhiri dengan finish. Dari

beberapa arti secara etimologi di atas, kurikulum yang terakhir identik dengan proses

pembelajaran, sehingga atas dasar tersebut istilah kurikulum diterapkan dalam

pendidikan. (Sumber : John Wiles & A. Djaja Jauri, Curriculum Development A

Guide To Practice, (Ohio : Merryl Publishing Company, 1989), halaman 5)

Dalam arti sempit, kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang disajikan guru

kepada siswa untuk mendapatkan ijazah atau naik tingkat. Dalam arti luas, kurikulum

adalah semua pengalaman, kegiatan, dan pengetahuan murid dibawah bimbingan dan

tanggungjawab sekolah atau guru. (Sumber : John Wiles & A. Djaja Jauri,

Curriculum Development A Guide To Practice, (Ohio : Merryl Publishing

Company, 1989), halaman 5)

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 1989 Bab I pasal 1

disebutkan bahwa: ”Kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai

Page 2: Tugas kajian kurikulum

isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara

kegiatan belajar mengajar”. (Sumber : Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003.

Sistem Pendidikan Nasional. Bandung : Citra Umbara. 2008, halaman 62)

Menurut Hilda Taba (1962), kurikulum sebagai a plan for learning, yakni sesuatu

yang direncanakan untuk dipelajari oleh siswa. Sementara itu, pandangan lain

mengatakan bahwa kurikulum sebagai dokumen tertulis yang memuat rencana untuk

peserta didik selama di sekolah. (Sumber : Hida Taba. Curriculum Development

Theory and Practice. New York : Harcourt, Brace & World, Inc. 1962)

Menurut J. Galen Saylor dan William M. Alexander dalam buku Curriculum Planning

for Better Teaching on Learning (1956), menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut”

The curriculum is the sum totals of schools efforts to influence learning, whether in

the class room, on the play ground, or out of school”. Jadi segala usaha sekolah untuk

mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruang kelas, di halaman sekolah, atau di

luar sekolah termasuk kurikulum. Kurikulum meliputi juga apa yang disebut kegiatan

ekstrakurikuler. (Sumber : J. Galen Saylor dan William M. Alexander.

Curriculum Planning for Better Teaching on Learning. 1956)

John D. Mc. Neil mengklarifikasikan teori kurikulum atas : soft curriculum, yaitu

kurikulum yang mendasar pada filsafat, agama, dan seni, dan hard curriculum, yaitu

kurikulum yang mendasar pada pendekatan rasional dan data lapangan. (Sumber :

John D. Mc. Neil. Curriculum A Comprehensive Introduction. London : Foresman

/ Littlelem Brown Higher Education. 1989)

Menurut (Ronald. C. Doll, 1974, Hal 22) The commonly accepted definition of the

curriculum has changed from content of course of study and list of subject and

courses to all the experience which are offered to learnes unders the auspises or

direction of the school. Menurut (Johnson, 1967, hal 130) Kurikulum….a structured

Page 3: Tugas kajian kurikulum

series of itended learning out comes. Menurut (Beauchamp, 1968, hal 6) A curriculum

is a written document which may contain many ingredients, but basically it is the

plant for education of pupils during their enrollment in given school. Beauchamp

lebih memberikan tekanan behwa kurikulum adalah siatu rencana pendidikan atau

pengajaran. Menurut Caswel dan Chambell dalam buku mereka yang terkenal

Curriculum Development (1935), kurikulum….to be composed of all experience

children have a under the guidance of teacher. Zais menjelaskan bahwa kurikulum

bukan hanya merupakan rencana tertulis begi pengajaran, melainkan sesuatu yang

fungsional yang beroperasi dalam kelas, yang memberi pedoman dan mengatur

lingnkungan dan kegiatan yang berlangsung di dalam kelas. Menurut Robert S. Zais

(1976, hal 3), kurikulum sebagai bidang studi mencakup :1. The range of subject

matters with which it is concerned (the substantive structure), and 2. The procedures

of inkiuri and practice it follows (the syntactical structure). Menurut George A.

Beaucham (1976 hal 58-59), kurikulum sebagai bidang studi membentuk suatu teori

yaitu teori kurikulum. Selain sebagai bidang studi kurikulum juga sebagai rencana

pengajaran dan sebagai suatu sistem (sistem kurikulum) yang merupakan bagian dari

sistem persekolahan. (Sumber : Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata.

Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. PT Remaja Rosdakarya,

Bandung. 2005. halaman 4, 5, 6)

2. Menurut saya , landasan pengembangan kurikulum adalah struktur pondasi yang

digunakan untuk membangun sebuah kurikulum pendidikan agar kurikulum tersebut

dapat dilaksanakan guna mencapai tujuan pendidikan. Beberapa landasannya antara

lain :

Page 4: Tugas kajian kurikulum

Landasan Pengembangan Secara Filosofis

Landasan filosofis pancasila yang dianut oleh Negara kita dengan prinsip

demokratis, mengandung makna bahwa peserta didik diberi kebebasan untuk

berkembang dan mampu berfikir intelegen dikehidupan masyarakat, melakukan

aktivitas yang dapat memberikan manfaat terhadap hasil akhir dan menekankan

nilai-nilai manusiawi dan kultural dalam pendidikan.

Landasan Pengembangan Secara Psikologis

Teori belajar dijadikan dasar bagi proses belajar mengajar. Dengan demikian ada

hubungan yang erat antara kurikulum dengan psikologi belajar dan psikologi

anak. Para ahli pengembangan kurikulum selalu menjadikan anak sebagai salah

satu pokok pemikiran, agar anak dapat belajar, dapat menguasai sejumlah

pengetahuan, dapat mengubah sikapnya, dapat menerima norma-norma dan dapat

menguasai sejumlah keterampilan. Persoalan yang penting ialah bagaimana anak

itu belajar, dalam keadaan yang bagaimana pelajaran itu memberi hasil yang

sebaik-baiknya, maka kurikulum dapat direncanakan dan dilaksanakan dengan

cara yang efektif terhadap suatu proses yang pelik dan komplek tersebut, maka

timbullah berbagai teori belajar.

Landasan Pengembangan  Secara Sosial Budaya.

Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat heterogen di tiap daerah dan

masyarakatnya. Oleh sebab itu, masyarakat merupakan suatu faktor yang begitu

penting dalam penggembangan kurikulum sehingga aspek sosiologis dijadikan

salah satu asas. Dalam hal ini pun kita harus menjaga, agar asas ini jangan

terlampau mendominasi sehingga timbul kurikulum yang berpusat pada

masyarakat atau “ society centered curriculum “. Di Indonesia belum tertuju

kearah itu, tetapi perhatian terhadap perkembangan kebudayaan yang ada di

Page 5: Tugas kajian kurikulum

masyarakat sudah diwujudkan dalam bentuk kurikulum muatan lokal di tiap

daerah. Dengan dijadikannya sosiologis sebagai landasan pengembangan

kurikulum, maka peserta didik nantinya diharapkan mampu bekerja sesuai dengan

kebutuhan masyarakat.

Landasan Pengembangan Kurikulum Dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Landasan ini berkenaan dengan perkembagan ilmu pengetahuan dan teknologi

serta seni. Salah satu ciri dari masyarakat adalah selalu berkembang. Masyarakat

yang berkembang karena dipengaruhi perkembangan ilmu dan tekhnologi, yang

memiliki pengaruh yang cukup kuat pada pengembangan kurikulum, terutama

teknologi industri, transportasi, komunikasi, telekomunikasi dan elektronik yang

menyebabkan masyarakat berkembang sangat cepat menuju masyarakat terbuka,

masyarakat informasi dan global. Perubahan ini akan mempengaruhi

perkembangan setiap individu warga masyarakat, mempengaruhi pengetahuan,

kebiasaan bahkan pola-pola hidup mereka. Dengan IPTEK sebagai landasan,

peserta didik diharapkan mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan

teknologi dan kesenian sesuai dengan sistem nilai, kemanusiawian dan budaya

bangsa.

(Sumber : Abdul Madjid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis

Kompetensi, Konsep dan Implementasi kurikulum 2004. hlm 56-63)

Selain itu, Kurikulum mempunyai fungsi dan peran dalam pelaksanaan pendidikan di

Indonesia. Berikut adalah fungsi kurikulum dalam pelaksanaan pendidikan di

Indonesia :

Fungsi Dalam Rangka Pencapaian Tujuan Pendidikan

Kurikulum dituntut untuk dilaksanakan secara sistematis guna mencapai tujuan

pendidikan di Indonesia.

Page 6: Tugas kajian kurikulum

Fungsi Bagi Pendidik Atau Guru

Sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisasi pengalaman belajar

para anak didik dan sebagai pedoman dalam mengadakan evaluasi terhadap

perkembangan anak didik dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang

diberikan.

Fungsi Bagi Kepala Sekolah

Sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervisi, yakni memperbaiki situasi

belajar. Sebagai pedoman dalam melaksanakan supervise dalam menciptakan

situasi untuk menunjang situasi belajar anak ke arah yang lebih baik. Sebagai

pedoman dalam melaksanakan supervisi dalam memberikan bantuan kepasa guru

atau pendidik agar dapat memperbaiki situasi mengajar. Sebagai seorang

administrator, menjadikan kurikulum sebagai pedoman untuk mengembangkan

kurikulum pada masa mendatang. Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi

atas kemajuan belajar mengajar. (Soeopo dan Soemanto, 1993: 19).

Fungsi Bagi Orang Tua

Sebagai bentuk adanya partisipasi orang tua dalam membantu usaha sekolah

dalam memajukan putra-putrinya. Usaha-usaha tersebut dapat berupa materi atau

berupa sebuah pemikiran dalam penyusunan kurikulum yang akan dilaksanakan

sekolah tersebut.

Fungsi Bagi Anak Yang Dididik

Kurikulum sebagai organisasi belajar merupakan suatu persiapan bagi anak didik

sehingga anak didik dapat diharapkan mendapat sejumlah pengalaman baru dan

dapat dikembangkan kelak dikemudian hari dikehidupannya yang akan

mendatang.

Fungsi Bagi Sekolah Tingkat Di Atasnya

Page 7: Tugas kajian kurikulum

Fungsi kurikulum dalam hal ini dibagi menjadi 2, yaitu : pemeliharaan

keseimbangan proses pendidikan dan penyiapan tenaga baru.

Fungsi Bagi Masyarakat dan Pemakai Lulusan Sekolah

Masyarakat dan pemakai lulusan sekolah ini juga ikut ambil bagian dari

kurikulum, yaitu : sebagai pengawas / pengontrol jalannya kurikulum dan sebagai

penyumbang pemikiran berupa kritik / saran dari kurikulum yang berlaku.

Selain fungsi di atas, kurikulum juga memilik fungsi lain yang memiliki pendekatan

berbeda dengan sebelumnya. Fungsi kurikulum menurut Alexander Inglis dalam

bukunya Principle of Secondary Education (1981) (Hamalik,1990:9) :

Fungsi Penyesuaian

Anak didik hidup dalam suatu lingkungan, sehingga anak didik dituntut untuk

mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan tersebut. Lingkungan senantiasa

berubah, tidak statis, bersifat dinamis, karena itu anak didik diharapkan mampu

menyesuaikan diri dengan kondisi seperti itu.

Fungsi Integrasi

Dalam hal ini, orientasi dan fungsi kurikulum adalah mendidik anak agar

mempunyai pribadi yang integral. Mengingat anak didik merupakan bagian

integral dari masyarakat, pribadi yang terintegrasi itu akan memberikan

sumbangan dalam rangka pembentukan atau pengintegrasian masyarakat.

Fungsi Diferensiasi

Pada prinsipnya, potensi yang dimiliki anak didik itu memang berbeda-beda, dan

peran pendidikanlah untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada itu secara

wajar, sehingga anak didik dapat hidup dalam masyarakat yang senantiasa

beraneka-ragam namun satu tujuan pembangunan tersebut. Berkaitan dengan

deverensiasi pada anak didik tersebut, Nabi Saw bersabda: Kami para Nabi

Page 8: Tugas kajian kurikulum

diperintahkan untuk menempatkan manusia sesuai dengan potensi akalnya (H.R.

Abu Bakar bin Asy-Syakir). Barangkali dapat diinterpretasikan bahwa pendidikan

dan kurikulum harus diorientasikan kepada pengembangan potensi yang berbeda-

beda dari anak didik, sehingga perlakuan terhadap mereka sepatutnya

mempertimbangkan perbedaan kemampuan dan potensi masing-masing.

Fungsi Persiapan

Kurikulum berfungsi mempersiapkan anak didik agar mampu melanjutkan studi

lebih lanjut untuk suatu jangkauan yang lebih jauh. Apakah anak didik

melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi atau persiapan untuk belajar di dalam

masyarakat. Seandainya dia tidak mungkin melanjutkan ke jenjang pendidikan

yang lebih tinggi (Hamalik, 1990:11). Bersiap untuk belajar lebih lanjut tersebut

sangat diperlukan, mengingat sekolah tidak mungkin memberikan semua apa

yang diperlukan anak didik, termasuk dalam pemenuhan minat mereka.

Fungsi Pemilihan

Dalam pembahasan sebelumnya, telah dijelaskan bahwa fungsi kurikulum adalah

diferensiasi yakni memberikan layanan kepada anak didik sesuai dengan bakat,

minat, dan perbedaan-perbedaan pada dirinya. Kurikulum harus bersifat fleksibel,

artinya menyediakan berbagai pilihan program pendidikan yang dapat

dipelajarinya.

Fungsi Diagnostik

Fungsi diagnostik adalah agar siswa dapat melakukan evaluasi kepada dirinya dan

menyadari semua kelemahan dan kekuatan diri sehingga dapat memperbaiki dan

mengembangkannya sesuai dengan kemampuannya yang ada, yang pada akhirnya

dapat berkembang secara maksimal dalam masyarakat. Hal ini relevan dengan

fungsi pendidikan Islam, yakni menanamkan nilai-nilai insani dan nilai-nilai Ilahi

Page 9: Tugas kajian kurikulum

pada peserta didik. Menurut Noeng Muhadjir, nilai budaya termasuk insani,

sedangkan nilai agama termasuk nilai Ilahi. Relasi antara kedua nilai tersebut

menjadi linier-koheren, yang ada hubungan hierarkis dan etis yang menjadi

rujukan dan pemandu semua nilai

Peran kurikulum dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia adalah sebagai berikut :

Peranan Konservatif

Peran konservatif kurikulum adalah melestarikan berbagai nilai budaya sebagai

warisan masa lalu kepada generasi muda yakni siswa. Siswa perlu memahami dan

menyadari norma-norma dan pandangan hidup masyarakatnya, sehingga ketika

mereka kembali ke masyarakat, mereka dapat menjunjung tinggi dan berperilaku

sesuai dengan norma-norma tersebut.

Peranan Kreatif

Peran kreatif kurikulum harus mengandung hal-hal baru sehingga dapat

membantu siswa untuk dapat mengembangakan setiap potensi yang dimilikinya

agar dapat berperan aktif dalam kehidupan social masyarakat yang senantiasa

bergerak maju secara dinamis. Kurikulum harus berperan kreatif, sebab manakala

kurikulum tidak mengandung unsur-unsur baru maka pendidikan selamanya akan

tertinggal, yang berarti apa yang diberikan di sekolah pada akhirnya akan kurang

bermakna, karena tidak relevan lagi dengan kebutuhan dan tuntutan sosial

masyarakat.

Peranan Kritis dan Evaluatif

Tidak setiap nilai dan budaya lama harus tetap dipertahankan, sebab kadang-

kadang nilai dan budaya lama itu sudah tidak sesuai dengan tuntutan

perkembangan masyarakat, demikian juga adakalanya nilai dan budaya baru yang

mana yang harus dimiliki anak didik. Dalam rangka inilah peran kritis dan

Page 10: Tugas kajian kurikulum

evaluatif kurikulum diperlukan. Kurikulum harus berperan dalam menyeleksi dan

mengevaluasi segala sesuatu yang dianggap bermanfaat untuk kehidupan anak

didik.

(Sumber : Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M.Ed. Pengemnbangan Kurikulum: Teori

dan Praktek. Yogyakarta. Ar Ruzz. 2007. halaman: 227-242)

3. Kurikulum sebagai sebuah sistem adalah adanya keterkaitan yang saling

berkesinambungan antara seperangkat komponen (tujuan, isi, proses belajar mengajar

dan lain-lain) guna untuk menunjang tujuan dari kurikulum tersebut. Beberapa ahli

mengemukakan bahwa untuk pengembangan kurikulum perlu diperhatikan

komponen-komponen kurikulum, menurut Nasution, komponen kurikulum antara

lain: 1) tujuan, 2) bahan pelajaran, 3) proses belajar mengajar, dan 4) penilaian.

(Sumber : S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. VII,

2006. Halaman: 18)

Sedangkan menurut Hamalik, pengembangan kurikulum yang dilakukan hendaknya

mencakup: 1) tujuan kurikulum , 2) materi kurikulum, 3) metode kurikulum, 4)

organisasi kurikulum, dan 5) evaluasi kurikulum.

(Sumber : Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya, 2007. Halaman: 24)

Dalam pengembangannya, kurikulum juga mencakup azaz-azaz kurikulum, antara

lain:

a. Azaz filosofis yaitu azaz yang berkenaan dengan tujuan pendidikan.

b. Azaz psikologis yaitu azaz yang memperhitungkan factor anak dalam kurikulum

yang menyangkut 2 aspek yaitu psikologi anak, perkembangan anak; serta

psikologi belajar, bagaimana proses belajar anak.

Page 11: Tugas kajian kurikulum

c. Azaz sosiologis, yaitu azaz mengenai keadaan masyarakat, perkembangan dan

perubahan, kebudayaan manusia, hasil kerja manusia berupa pengetahuan, dan

lain-lain.

d. Azaz organisatoris yaitu azaz yang mempertimbangkan bentuk dan organisasi

bahan pelajaran yang disajikan.

(Sumber : S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. VII,

2006.)

Jika dilihat dari sudut guru sebagai pengembang kurikulum dikenal jenis-jenis

kurikulum sebagai berikut:

Open curriculum (kurikulum terbuka), artinya kurikulum itu adalah guru. Guru

memiliki kebebasan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan keinginan

dan kemampuannya.

Close curriculum (kurikulum tertutup), artinya kurikulum sudah ditentukan

secara pasti mulai tujuan,materi, metode dan evaluasinya, sehingga guru tinggal

melaksanakan apa adanya.

Guide curriculum (kurikulum terbimbing), artinya kurikulum setengah terbuka,

setengah tertutup. Rambu-rambu pengajar telah ditentukan dalam kurikulum,

akan tetapi guru masih diberi kemungkinan untuk mengembangkan lebih lanjut

dalam kelas.

Menurut Nasution mengatakan bahwa jenis-jenis kurikulum ada 3, yaitu :

Separated subject curriculum, yaitu semua bahan pelajaran terpisah. Artinya

segala bahan pelajaran yang disajikan  dalam subject/mata pelajaran yang

terpisah-pisah, yang satu lepas dari yang lain

Corelated curriculum, yaitu tiap-tiap mata pelajaran mempunyai hubungan. Pada

kurikulum ini terdapat korelasi secara insidental, hubungan yang lebih erat, satu

Page 12: Tugas kajian kurikulum

pokok bahasan dilihat dari berbagai sudut mata pelajaran dan mata-mata pelajaran

yang difusikan/disatukan, dengan menghilang-kan batas-masing-masing. 

Integrated curriculum, yaitu beberapa mata pelajaran dipadukan. Dalam

integrated curiculum meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan

menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan sehingga

diharapkan akan membentuk anak-anak menjadi  pribadi yang terintegrated.

(Sumber : S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. VII,

2006.)

Adapun peranan kurikulum dan contoh-contohnya adalah sebagai berikut:

1. Peranan Konservatif adalah menekankan bahwa kurikulum itu bisa dijadikan

sarana untuk mentransmisikan nilai-nilai budaya masa lalu yang masih relevan

dengan masa kini kepada generasi muda.

Contoh : Guru membimbing dan mengajarkan kepada anak tentang nilai-nilai dan

norma-norma yang berlaku di masyarakat sebagai pencerminan watak dan

karakter Bangsa Indonesia sejak dahulu.

2. Peranan Kreatif adalah menekankan bahwa kurikulum harus selalu mengikuti

perkembangan jaman, harus mampu mengembangkan sesuatu yang baru sesuai

dengan perkembangan yang terjadi sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada

masa sekarang dan masa yang akan datang.

Contoh : Guru juga harus dapat kreatif dalam proses belajar mengajar dan harus

mengikuti perkembangan jaman agar siswa dapat mendapatkan pengalaman dan

pengetahuan baru dalam kehidupannya sesuai tren sekarang tetapi tetap masih

dalam norma dan nilai yang berlaku di masyarakat.

3. Peranan Kritis dan Evaluatif adalah peranan ini di latar belakangi oleh adanya

budaya masyarakat yang senantiasa mengalami perubahan sehingga pewarisan

Page 13: Tugas kajian kurikulum

nilai-nilai budaya kepada peserta didik harus disesuaikan dengan perkembangan

yang terjadi pada masa sekarang.

Contoh : Guru juga dituntut untuk mengajarkan kepada siswa untuk menilai dan

memilih nilai dan budaya yang baru yang akan diwariskan tetapi tetap mengikuti

perkembangan jaman dan tidak harus meninggalkan nilai dan budaya yang sudah

berlaku sejak dahulu.

(Sumber : Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M.Ed, Pengemnbangan Kurikulum: Teori

dan Praktek, Yogyakarta, Ar Ruzz, 2007, halaman: 239-242)

4. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum didalam bukunya Abdullah Idi ada 7

prinsip, antara lain :

1. Prinsip Relevansi (Kesesuaian)

Kesesuaian antara lulusan suatu sekolah dengan tuntunan hidup yang ada pada

masyarakat. Masalah relevansi ini dapat dilihat dari berbagai segi, misal :

relevansi pendidikan dengan lingkungan siswa atau masyarakat, relevansi

pendidikan dengan tuntutan pekerjaan, relevansi pendidikan dengan ilmu

pengetahuan, dan relevansi perkembangan hidup sekarang dengan yang akan

datang.

2. Prinsip Efektifitas

Sejauh mana pengembangan kurikulum yang dicapai sesuai dengan keinginan

yang ditentukan. Efektifitas dapat dilihat dari 2 sisi, yaitu : efektifitas mengajar

pendidikan dan efektifitas belajar anak didik.

Page 14: Tugas kajian kurikulum

3. Prinsip Efisiensi

Segala usaha, biaya, waktu, dan tenaga yang diperlukan untuk menyelesaikan

program pengajaran tersebut sangat optimal dan hasilnya bisa seoptimal mungkin,

tentunya dengan pertimbangan yang rasional dan wajar.

4. Prinsip Kontinuitas (Kesinambungan)

Adanya saling terkait antara tingkat pendidikan, jenis program pendidikan, dan

bidang studi.

5. Prinsip Fleksibilitas (Keluwesan)

Tidak kaku dan ada semacam ruang gerak yang memberikan kebebasan gerak

untuk bertindak. Kebebasan untuk siswa yaitu untuk memilih program yang

disenangi. Sedangkan untuk guru yaitu kebebasan untuk mengembangkan

program-program pengajarannya sendiri tetapi tetap berpedoman pada ketentuan

yang digariskan oleh kurikulum.

6. Prinsip Berorientasi pada Tujuan

Pengembangan kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu, yang

bertitik tolak dari tujuan pendidikan Nasional. Tujuan kurikulum merupakan

penjabaran dan upaya untuk mencapai tujuan satuan dan jenjang pendidikan

tertentu. Tujuan kurikulum mengadung aspek-aspek pengetahuan, ketrampilan,

sikap dan nilai. Yang selanjutnya menumbuhkan perubahan tingkah laku peserta

didik yang mencakup tiga aspek tersebut dan bertalian dengan aspek-aspek yang

terkandung dalam tujuan pendidikan nasional.

7. Prinsip dan Model Pengembangan Kurikulum

Prinsip ini bermaksud bahwa harus ada pengembangan kurikulum secara bertahap

dan terus menerus yaitu dengan cara memperbaiki, menetapkan, dan

Page 15: Tugas kajian kurikulum

mengembangkan lebih lanjut kurikulum yang sudah berjalan setelah ada

pelaksanaan dan sudah diketahui hasilnya.

(Sumber : Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M.Ed, Pengemnbangan Kurikulum: Teori

dan Praktek, Yogyakarta, Ar Ruzz, 2007, halaman: 179-183)

Selain 7 prinsip diatas, menurut Hamalik ada tambahan prinsip lagi, yaitu :

1. Prinsip Keseimbangan

Keseimbangan secara proporsional dan fungsional, antara berbagai program dan

subprogram, antara semua mata pelajaran, dan antara aspek-aspek perilaku yang

ingin dikembangkan.

2. Prinsip Keterpaduan

Melibatkan semua pihak, baik ditingkat sekolah maupun intersektoral.

Keterpaduan juga dalam proses pembelajaran, baik interaksi antar siswa dan guru,

maupun teori dan praktek.

3. Prinsip Mutu

Berorientasi pada pendidikan mutu dan mutu pendidikan. Pendidikan mutu berarti

pelaksanaan pembelajaran yang bermutu, sedangkan mutu pendidikan

berorientasi pada hasil pendidikan yang berkualitas.

Contoh kongkritnya penerapan prinsip dalam pengembangan kurikulum :

Keberlangsungan proses pembelajaran di sekolah itu tidak lepas dari kehidupan sosial

di masyarakat. Dari kehidupan sosial itu, yang paling berpengaruhi adalah di

lingkungan keluarga karena disitulah dapat terbentuk watak dan karakter seseorang

untuk hidup di lingkungan masyarakat. Kedua proses pembelajaran di sekolah

maupun di masyarakat itu saling terkait dan saling berkesinambungan tapi tetap

berpedoman pada kurikulum. Proses pembelajaran di masyarakat cenderung bersifat

bebas untuk memiliki apa yang disenangi tetapi tetap diarahkan ke arah yang berguna.

Page 16: Tugas kajian kurikulum

Sedangkan pembelajaran di sekolah bersumber dari dinamika yang terjadi di

masyarakat dan berorientasi pada tujuan pendidikan yang ada di Indonesia. Dari

berbagai sumber yang berkembang di tengah-tengah masyarakat maupun

perkembangan ilmu pemgetahuan dan teknologi yang menjadi prinsip pengembangan

kurikulum yaitu relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, efisiensi dan efektifitas.

(Sumber : Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya, 2007. Halaman: 32)

Pendekatan pengembangan kurikulum adalah cara kerja dengan menerapkan strategi

dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang

sistematis untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik, ada berbagai macam

pendekatan yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum yaitu:

Pendekatan yang berorientasi pada bahan pelajaran

Mula-mula pelaksanan dalam perencanaan dan pengembangan kurikulum itu

berdasarkan materi. Inti dari proses belajar mengajar ialah ditentukan oleh

pemilihan materi. Pendekatan ini diterapkan di Indonesia dalam kurikulum

sebelum kurikulum 1975.

Pendekatan yang berorientasi pada tujuan

Pendekatan ini menempatkan rumusan atau penempatan tujuan yang hendak

dicapai dalam posisi sentral, sebab tujuan adalah pemberi arah dalam pelaksanaan

proses belajar mengajar.

Pendekatan dengan pola organisasi bahan.

Pendekatan ini dapat dilihat dari pola pendekatan: subject matter curicululm,

correlated curriculum, dan integrated curriculum.

(Sumber : Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum

Teori dan Praktek. PT Remaja Rosdakarya, Bandung. 2005)

Page 17: Tugas kajian kurikulum

5. Landasan pengembangan kurikulum antara lain :

Landasan Pengembangan Secara Filosofis

Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dari pemikiran-pemikiran

filsafat untuk memecahkan permasalahan pendidikan. Pandangan-pandangan

filsafat sangat dibutuhkan dalam pendidikan terutama dalam menentukan arah

dan tujuan pendidikan. Filsafat atau pandangan hidup yang dianut oleh suatu

bangsa atau kelompok masyarakat tertentu atau bahkan perorangan akan sangat

mempengaruhi tujuan pendidikan yang ingin dicapai.

Contoh implikasinya : Pandangan hidup bangsa Indonesia adalah Pancasila. Jadi,

kurikulum yang berlaku harusnya sesuai dan berpedoman pada Pancasila.

Landasan Pengembangan Secara Psikologis

Pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh asumsi-asumsi yang bersumber

dari psikologi yang dijadikan titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Ada

dua jenis psikologi yang harus menjadi acuan yaitu psikologi perkembangan dan

psikologi belajar. Psikologi perkembangan mempelajari proses dan karakteristik

perkembangan peserta didik sebagai subjek pendidikan, sedangkan psikologi

belajar mempelajari tingkah laku peserta didik dalam situasi belajar. Ada tiga

jenis teori belajar yang mempunyai pengaruh besar dalam pengembangan

kurikulum, yaitu teori belajar kognitif, behavioristik, dan humanistik.

Contoh implikasinya : Guru dituntut dapat mengarahkan proses pembelajaran

pada siswa ke arah yang baik dan sesuai dengan perkembangan diri siswa agar

siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Landasan Pengembangan  Secara Sosial Budaya.

Page 18: Tugas kajian kurikulum

Kehidupan masyarakat dan budaya dengan segala karakteristiknya harus menjadi

landasan dan tiitk tolak dalam melaksanakan pendidikan, karena kita merupakan

bagian dari masyarakat, mendapat pendididkan dalam lingkungan masyarakat dan

diharapkan mampu terjun dalam kehidupan bermasyarakat. Pengembangan

kurikulum pun harus mampu mempersiapkan individu agar menjadi warga

masyarakat yang diharapkan.

Contoh implikasinya : Didalam kurikulum, sudah ditetapkan adanya muatan lokal

yang sesuai budaya daerah masing-masing atau misal di Jawa Tengah, adanya

pelajaran Bahasa Jawa dan di daerah lain sesuai budaya masing-masing daerah.

Landasan Pengembangan Kurikulum Dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Pendidikan merupakan upaya mempersiapkan individu menghadapi masa depan.

Dengan semakin kompleksnya permasalahan di masa sekarang, maka

berimplikasi juga pada pengembangan kurikulum yang didalamnya mencakup

pengembangan isi/materi pendidikan, penggunaan strategi, media pembelajaran

dan penggunaan sistem evaluasi. Pengembangan kurikulum membutuhkan

sumbangan dari berbagai kajian ilmiah dan teknologi baik yang bersifat hardware

maupun software sehingga pendidikan yang dilaksanakan dapat menyesuaikan

diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Contoh implikasinya : Adanya pelajaran TIK pada sekolah agar dapat mengikuti

perkembangan IPTEK jaman sekarang dan yang akan datang.

(Sumber : Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum

Teori dan Praktek. PT Remaja Rosdakarya, Bandung. 2005)