tugas ii sains arsitektur ii - e- · pdf fileperkembangan arsitektur era ini, ... menaungi...
TRANSCRIPT
TUGAS II
SAINS ARSITEKTUR II
“ 5 OBYEK ARSITEKTUR YANG MENGANDUNG BAHASAN
TENTANG SAINS ARSITEKTUR”
Di susun oleh :
Di Susun Oleh :
MAULANA MALIK (0951010017)
Dosen :
HERU SUBIYANTORO ST. MT.
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS TEKNIK PERENCANAAN DAN SIPIL
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
TAHUN AJARAN 2011/2012
OBYEK 1
Sayembara Desain Arsitektur ITB
Pemberi Tugas: ITB
Lokasi: Bandung - Jawa Barat Luas Lantai: 11000 m2
Pekerjaan: Arsitektur Tahun: 2010
Abstraksi
Era green living, green architecture dll mulai menjadi suatu trend positif dalam
perkembangan arsitektur era ini, sebuah arsitektur yang lebih bertanggung
jawab terhadap lingkungannya. Trend positif ini memunculkan sayembara-
sayembara green design yang salah satunya sayembara desain arsitektur
ITB.
Secara garis besar kami menerapkan desain-desain yang aplikatif dan fokus
pada dasar-dasar arsitektur hijau seperti penggunaan matahari, angin dan air
sebagai sumber hidup bangunan, sehingga bangunan ini mampu
“menghidupi” dirinya sendiri.
Konsep Bentuk dan Tampilan Bangunan
Secara keseluruhan gedung CIBE didesain dengan menampilkan karakter
bangunan yang bertema modern. Hal ini disesuaikan dengan karakter bahwa
ITB merupakan salah satu institusi riset dan pengembangan terdepan di
Indonesia, serta menampilkan aspirasi dan inovasi ITB di masa depan.
Bentuk dasar struktur dan denah bangunan berbentuk persegi, agar diperoleh
pola dan besaran ruang yang efektif.
Secara vertikal bangunan ini juga terbelah dengan sistem void yang berfungsi
sebagai ruang penghubung dan jalur sirkulasi udara. Karakter kolom dan
balok yang menonjol memberikan kesan kekuatan/ kekokohan sesuai dengan
fungsi/ fasilitas yang akan diwadahi dalam bangunan ini, yakni Fakultas
Teknik Sipil dan Lingkungan.
Konsep fasad bangunan mengambil analogi titik-titik air yang menempel di
kaca jendela ketika hujan. Sebuah ekspresi dari karakter bangunan yang
berwawasan lingkungan. Selain sebagai elemen estetis, fasad ini juga
memiliki fungsi utama yaitu sebagai penangkap air hujan yang selanjutnya
akan ditampung dan diolah. Di sisi lain terdapat juga balok-balok yang
menonjol yang berfungsi sebagai wadah tanaman.
Konsep arsitektur hijau
Dalam perancangan gedung CIBE ini banyak pendekatan-pendekatan desain
yang dilakukan untuk mendapatkan desain bangunan yang ramah
lingkungan, yakni dengan memperbanyak area hijau, analisa pencahayaan
dan penghawaan alami, hemat energi, pengolahan air, efektivitas dan
efisiensi dalam operasional dan perawatan, serta pemakaian material dari
daerah setempat dan dapat didaur ulang.
Sistem blok massa
Bangunan dibagi secara vertikal menjadi 3 blok massa dengan masing-
masing blok terdiri dari 3-4 lantai. Hal ini bertujuan untuk lebih
memaksimalkan penggunaan tangga, di mana tingkat kenyamanan manusia
untuk menaiki tangga adalah maksimal 4 lantai. Dengan demikian akan
didapat penghematan dari pengurangan beban lift.
Blok-blok massa tersebut dipisahkan oleh area hijau/ taman. Selain sebagai
ruang komunal area ini merupakan strategi desain yang memposisikan area
hijau ini sebagai area istirahat apabila ingin naik ke lantai selanjutnya
menggunakan tangga, juga berfungsi sebagai jalur sirkulasi udara yang
mendinginkan bangunan.
Matahari
Pada sisi Timur-Barat bangunan digunakan selubung yang melindungi
bangunan dari sinar matahari langsung .Bukaan cenderung banyak terdapat
di sisi Utara-Selatan bangunan.Dengan banyaknya bukaan tersebut ditambah
sistem void, bangunan akan mendapat pencahayaan alami yang melimpah
sehingga akan lebih menghemat penggunaan lampu.
Bangunan ini juga menggunakan sistem double fasade dan dinding bernafas
yang berguna untuk mereduksi panas akibat sinar matahari. Digunakan juga
panel-panel tenaga surya untuk menyokong kebutuhan energi.
Angin
Sistem penghawaan alami dapat dimaksimalkan dengan menggunakan void
yang membelah bangunan. Area terbuka hijau di antara blok-blok massa
memudahkan angin masuk secara leluasa. Ditambah penggunaan dinding
bernafas pada bangunan membuat sirkulasi udara semakin lancar dan
mendinginkan suhu dalam bangunan. Penggunaan AC dibatasi pada ruang-
ruang tertentu dengan sistem timer.
Air
Mengingat Kota Bandung merupakan daerah dengan curah hujan yang cukup
tinggi, maka pada fasad bangunan terdapat kantong-kantong yang berfungsi
menangkap air hujan yang langsung disalurkan ke tandon-tandon di beberapa
titik. Kemudian air ini ditreatment agar dapat memenuhi kebutuhan bangunan
itu sendiri, selain juga memanfaatkan grey water (seperti air dari wastafel)
untuk menyiram tanaman pada bangunan.
OBYEK 2
Sustainable Urban Development Competition
Pemberi Tugas: Departemen Pekerjaan Umum, IAI
Lokasi: Bantaran Tukad Badung
Luas Lahan: 1 Ha (percontohan)
Pekerjaan: Arsitektur & Lansekap
Tahun: 2009
Latar belakang
isu tentang bantaran sungai merupakan sebuah permasalahan pelik yang
dihadapi kota-kota besar. Seiring dengan pembangunan kota, seringkali
bantaran sungai menjadi daerah yang terpinggirkan, disorganisasi
permukiman menjebak masyarakat pada kesemrawutan hidup.
Ruang-ruang antar permukiman yang sempit tidak memungkinkan suatu
komunitas untuk berkembang, sedangkan ruang-ruang “sisa” yang ada
terbentur oleh dimensi-dimensi dan infrastruktur.
Dibutuhkan sebuah desain yang selain mampu mewadahi aktifitas juga
mampu menjadi sebuah generator kawasan/lingkungan.
Urban issues
Makro
Bali merupakan sebuah daerah yang mengedepankan pariwisata
namun kondisi bantaran sungainya selalu kalah prioritas dengan
pantai.
Mikro
Bantaran sungai cenderung menjadi ‘slump’ area yang kemudian
menjadi daerah kedua / yg terpinggirkan. Rendahnya kesadaran akan
peran penting sungai juga menjadi poin sentral dalam permasalahan
yang kompleks pada bantaran. Infrastruktur kebersihan membuat
penduduk sekitar mengotori sungai walaupun sebenarnya bisa diakali
jika terdapat kesadaran yang tinggi pada masyarakat.
Partisipatorik approach
Dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat sekitar sehingga
menumbuhkan sense of belonging pada daerah bantaran. Pada tahap
selanjutnya diharapkan masyarakat memelihara objek rancangan sehingga
akan terus tumbuh dan berkembang sesuai kebutuhan.
Site terpilih
Bantaran sungai/tukad badung di JL.Taman Pancing Kepaon, Desa Pemogan
Kec. Denpasar Selatan.
Karakteristik:
- kondisi bantaran didominasi oleh perkerasan dan grass blok yg tidak
terawat serta kurang vegetasi peneduh sehingga menimbulkan
ketidaknyaman visual bagi masyarakat sekitar dan para pengguna
jalan
- bantaran sebagai open space bagi masyarakat sekitar yang sebagian
besar merupakan masyarakat menengah ke bawah
- keragaman latarbelakang masyarakat yang tinggal di bantaran sungai
memberikan sebuah karakter budaya dan kehidupan sosial
masyarakat dengan masing-masing aktifitasnya
Sungai / Tukad Badung merupakan sungai yg membelah kota denpasar
dengan kondisi eksisting di pusat kota yang sangat tercemar. Dilain pihak di
daerah pinggiran kota sudah mulai padat. Bantaran sebagai tempat aktifitas
masyarakat perlu kehadiran ruang publik yang berkualitas.
“Optimalisasi bantaran sungai sebagai ruang publik yang berkualitas”
Ide
perpaduan akan kebutuhan warga dengan aktifitasnya, kearifan lokal dengan
akulturasi budaya asli dan pendatang, sustainable design dengan
penggunaan material daur ulang (reuse,reduce,recycle) melebur kedalam
sebuah tema desain Tukad Badung Green Riverside.
Konsep desain
Desain mencoba menaungi dan memaksimalkan ketiga aspek yang
ditekankan. Menaungi berbagai kegiatan, akulturasi dengan melakukan
pendekatan yang lebih environmental friendly. Banyaknya item yang perlu
“dipayungi” menghasilkan titik-titik wadah yang dibutuhkan.
Desain terbentuk oleh spot-spot yang mewadahi aktifitas yang didesain
dengan keterlibatan warga sekitar bantaran. Spot-spot tersebut terbagi
menjadi:
- pedestrian
- jogging track
- garden plaza
- wantilan
- play ground
- green wall
Tukad Badung green riverside mampu menjadi sebuah generator kawasan.
Desain ini merupakan sebuah percontohan yang dapat diaplikasikan pada
bantaran lainnya baik sepanjang Tukad Badung maupun pada bantaran
sungai di daerah lain. Pola dan karakter dapat beragam sesuai dengan
kearifan lokal daerah setempat.
OBYEK 3
Sayembara Taman Awi Panglipuran - Juara 1
Pemberi Tugas: Kota Baru Parahyangan dan Green Design Community -
Majalah Asri
Lokasi: Bandung - Jawa Barat
Luas Lahan: 3,26 Ha
Pekerjaan: Lansekap
Tahun: 2009
Latar Belakang
Sudah sejak lama alam dan budaya sunda dikenal oleh masyarakat
Indonesia.Keterpaduan alam dan budaya merupakan cerminan lingkungan
pedesaan sebagai warisan dan kearifan lokal masyarakat sunda. Masyarakat
sunda sangat menghargai alam dan memahami potensi alam. Oleh sebab itu
didalam membangun lingkungan binaannya selalu selaras dengan alam.
Kota Baru Parahyangan sebagai salah satu kawasan yang dikembangkan
untuk perumahan sangat memperhatikan lingkungan alam dimana
perumahan tersebut dibangun. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas
lingkungan perumahan adalah prakarsa untuk membangun ”Bale Pare Nature
Park” seluas 15,66 ha. Area ini berfungsi sebagai daerah konservasi,
pendidikan maupun rekreasi warga.
Alam parahyangan sangat terkenal dengan kekayaan alam (keanekaragaman
flora) terutama berbagai jenis/species tanaman bambu. Oleh karena itu
sebagian area akan dikembangkan sebagai Taman Bambu atau Taman Awi
(Bamboo Park) seluas 3,25 ha. Untuk mendapatkan disain yang berkualitas,
maka area Taman Bambu atau Taman Awi (”Bamboo Park Resort”) tersebut
akan disayembarakan.
Abstraksi
Kebutuhan akan area terbuka hijau dan konservasi lingkungan melatar
belakangi perubahan era lingkungan terbangun di Indonesia, perubahan
menuju lingkungan yang lebih bersahabat. Taman awi panglipuran
merupakan salah satu kesempatan untuk menguatkan perubahan yang lebih
baik bagi alam, budaya dan manusia.
Bambu merupakan elemen alam maupun budaya yang identik dengan
kehidupan masyarakat sunda sekaligus sebagai sarana untuk menciptakan
lingkungan yang lebih baik. Konservasi bambu mampu menghadirkan sebuah
solusi yang menarik dengan menawarkan sebuah suasana pedesaan bambu
sekaligus konservasi lingkungan sebagai sebuah desain keberpihakan kita
terhadap lingkungan.
Desain diejawantahkan sebagai Bamboo sequence, yaitu menghadirkan
pengalaman ruang yang berbeda, terbagi menjadi beberapa bagian (framing
sequences) untuk membentuk sebuah imaji ruang secara keseluruhan.
ide
“cerita merupakan esensi yang vital dalam desain, disini kami mencoba
bercerita mengenai sudut pandang kami dalam desain taman bambu”..
cerita terdiri dari halaman-halaman yang membentuk suatu karakter
didalamnya, Taman bambu didefinisikan sebagai cerita yang terbentuk dari
karakter-kartakter berbeda yang kami tuangkan dalam beberapa
frame.Taman Bambu kami tuangkan kedalam 4 bab cerita
-Bamboo Forest
-Bamboo in Open Space
-Bamboo in Architecture
-Bamboo Handicraft
OBYEK 4
THE LAST PARADISE
eVolo skycraper competition 2010
Desain proposal bangunan pencakar langit setinggi 900 meter ini, berlokasi di
persimpangan Tomang berdekatan dengan kompleks apartemen/mall Taman
Anggrek, Jakarta Barat. Lokasi ini bisa dikatakan sebagai pintu gerbang kota
Jakarta yang bisa diakses dari bandara internasional Soekarno-Hatta dan
pelabuhan Tanjung Priok—juga dikenal sebagai persimpangan teramai di
Jakarta.
Spesifikasi:
Nama eVolo, Skycraper Competition 2010
Lokasi Fly Over Tomang, Jakarta Barat
Fungsi Mix-used building, Hunian, perkantoran, perdagangan, pendidikan,
rumah sakit, dan rekreasi
Tinggi 900 meter, 150 lantai
Arsitek Cosmas Damianus Gozali & Team
Gedung pencakar langit ini dirancang setinggi 150 lantai. Menjulang tinggi
melampaui Tomang’s Fly Over. Kehadirannya mampu menciptakan suatu
ruang besar. Arsitek memberi landmark baru Jakarta ini dengan tema “The
Last Paradise.”
Kelima unsur energi menurut filosofi Asia yaitu api, air, logam, kayu dan
tanah, menjadi komposisi dasar bangunan ini. Bentuk bangunan dibuat dari
efek dinamis benturan energi yang memiliki pancaran vertikal, menciptakan
komposisi dinamis sebagai bentuk massanya. Energi yang datang dari segala
arah dipersonifikasi sebagai lima unsur alam, sehingga berubah menjadi
proporsi bangunan yang seimbang.
Terkait dengan tren green architecture dan konsep berkesinambungan
(sustainable architecture), energi untuk mengoperasikan bangunan diperoleh
dari gedung itu sendiri. Gedung ini menggunakan sumber energi yang dapat
diperbaharui, seperti energi matahari dan angin untuk listriknya. Bukan hanya
itu, bangunan ini juga bisa berfungsi sebagai pendaur ulang, dimana air hujan
dan air limbah sehari-hari dapat diolah dan bisa dipergunakan kembali.
Lokasi dan struktur
Ketinggian gedung melampaui fly over yang sudah ada untuk meminimalisir
penggunaan tanah yang sebenarnya bisa digunakan untuk area hijau.
Sehubungan dengan kondisi geologis Indonesia yang rawan gempa, struktur
utama (core) menggunakan filosofi bambu yang membagi cabang-cabangnya
dengan struktur sambung (joint structure) untuk menjaga fleksibilitas dan
kelenturannya. Kaki-kaki strukturnya juga dipasang sambungan lentur,
sehingga dapat meminimalisir resiko patah karena ketinggian bangunan.
Material
Panel listrik tenaga surya yang transparan menonjol hampir di semua bagian
membran lapisan luar, terutama di bagian timur dan barat, sehingga sinar
matahari masih bisa menembus masuk ke dalam bangunan. Sedangkan
sisanya, menggunakan plastik dengan prinsip nanotechnology yang lebih
ringan, transparan, namun sekuat baja. Penggunaan material transparan
dapat mengoptimalkan sistem penerangan alami. Material lokal seperti
serat/fiber digunakan untuk mengurangi sinar panas matahari.
Energi angin
Bagian luar dibuat dari material yang tipis dan fleksibel sehingga bisa
digerakkan oleh hembusan angin. Ada pipa-pipa sekunder (kecil) yang
menghubungkan kulit bagian luar dengan pipa primer (lebih besar) yang
berdiri tegak di tengah bangunan. Angin dari semua arah melewati pipa-pipa
kecil, dan saat mencapai pipa besar vertikal, maka angin akan mengalir lebih
kencang ke atas, melalui turbin angin untuk menghasilkan listrik. Proses ini
juga digunakan untuk sistem ventilasi alami sebagai sistem pendingin di
dalam gedung. Konsep ini juga bermanfaat untuk mendinginkan area dalam
bangunan, sehingga lebih ramah terhadap lingkungan.
Air hujan
Sama seperti sistem energi angin, air hujan mengalir ke bawah dan
tertampung di tanki penampungan dan pengolahan air di bawah gedung. Kita
dapat menggunakan energi gravitasi air untuk memutar turbin dan
menghasilkan listrik. Selain itu, air itu dapat digunakan sebagai sumber
kehidupan lainnya, seperti untuk air minum, air untuk menyiram tanaman, dan
keperluan lainnya.
Bangunan pencakar langit ini merupakan mix-used building yang difungsikan
untuk hunian, perkantoran, perdagangan, pendidikan, rumah sakit dan
rekreasi. Bangunan ini juga merupakan bangunan hemat energi dengan
konsep padat/compact yang menjadi sebuah “KOTA MANDIRI” yang tak
pernah tidur.
OBYEK 5
Wind Tower; Konsep Terowongan Angin Penghasil Energi Listrik Zena
System
Meski beberapa waktu lalu, ilmuwan NASA menyatakan bahwa di masa
depan energi angin bisa dimanfaatkan lebih optimal jika turbin angin mampu
''terbang'' di ketinggian tertentu, ilmuwan-ilmuan di ZENA System justru
mencoba melakukan pendekatan yang berbeda. ZENA System
memperkenalkan konsep gedung pencakar langit setinggi 50 meter dengan
bentuk penampang hexagonal berdiameter 27 meter yang difungsikan
sebagai terowongan angin (wind tunnel) untuk memanen energi angin yang
datang dari berbagai arah.
Konsep yang dibawa ZENA System tersebut --ZENA menamakannya Wind
Tower-- memang terbilang inovatif. Prinsip kerja sistem penangkap angin dan
wind tunnel-nya menggunakan teori aerodinamika konvensional dan Betz
Limit Value yang dikembangkannya untuk memaksimalkan energi yang
dihasilkan.
Panel penangkap angin (wind capturing panel) digunakan untuk menangkap
dan mengalirkan angin menuju wind tunnel. Berkat sistem kompresi tiga titik
yang dikembangkan ZENA System, maka massa angin diperbesar dan
kecepatannya ditambah ketika berada di dalam wind tunnel.
Di ujung wind tunnel, angin bergerak keluar melalui sebuah saluran khusus
yang dilengkapi dengan pengatur tekanan udara. Hasilnya massa angin
menjadi jauh lebih besar yang kemudian digunakan untuk menghasilkan
energi angin yang besar untuk memutar turbin yang berada di bagian bawah
Wind Tower. Sayangnya, informasi tentang besar energi yang bisa
dihasilkan dan efisiensi dari Wind Tower masih belum diberikan oleh ZENA
System.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.planethijau.com
http://buildingindonesia.biz