tugas ekonomi pola raja hs
TRANSCRIPT
SISTEM PEREKONOMIAN DUNIA & KASUS SUBPRIME
MORTGAGE
D
I
S
U
S
U
N
O L E H :
POLA RAJA HASUDUNGAN SIHOMBING
ADMINISTRASI BISNIS
LP3I GAJAH MADA NO. 15
T. A: 2010 - 2011
KATA PENGANTAR
Pertama puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa karna atas
berkat dan rahmatNyalah yaitu dalam bentuk kesehatan yang diberikan kepada saya, sehingga
saya bisa menyelesesaikan tugas yang di berikan oleh dosen kami. Banyak sekali waktu yang
sudah di habiskan dalam penyelesaian tugas ini. Tapi saya sangat mengucap syukur, karna
saya masih sehat dan bisa melanjutkan aktifitas seperti biasa.
Tugas ini membahas tentang sistem perekonomian yang dipakai oleh dunia dari sejak
manusia sudah mengenal tentang perekonomian sampai saat ini. Akan banyak perbedaan
yang ada di dalam tiap sistem perekonomian yang ada ,dan tentunya memiliki kelebihan dan
kelemahan di tiap sitemnya. Terjadinya variasi di dalam sistem perekonomian ini di dasari
oleh inginnya manusia untuk mendapatkan sesuatu yang bisa membuat mereka puas. Artinya,
mereka puas akan apa yang mereka miliki. Baik itu puas dalam bentuk materi dan juga puas
dalam keinginan saja. Selain membahas tentang sistem perekonomian, tugas ini juga
membahas tentang Subprime Mortgage yaitu tentang sistem pengkreditan rumah kepada
masyarakat yang di Amerika.
Saya menyadari bahwa banyak sekali kekurangan di dalam penyelesaian tugas ini
oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna
penyempurnaan tugas ini. Untuk kesediaannya, saya mengucapkan terimakasih.
Hormat Saya Penyusun,
( POLA RAJA HASUDUNGAN SIHOMBING)
DAFTAR ISI
Judul .....................................
Kata pengantar .....................................
Daftar isi .....................................
BAB I
Latar belakang .....................................
1. Sistem Perekonomian Kapitalisme .....................................
1.1 Pengertian ....................................
1.2 Bentuk & Prinsip-prinsip Kapitalisme .....................................
1.3 Sejarah Sistem Kapitalisme .....................................
1.4 Konsepsi Peran Negara Di Bidang Ekonomi .....................................
1.5 Segi negatif kapitalisme
2. Sistem Perekonomian Sosialisme ......................................
2.1 Pengertian ......................................
2.2 Sosialisme Sebagai Idiologi ......................................
2.3 Cabang Aliran Sosialisme ......................................
2.4 Sosialisme Sebagai sistem ekonomi ......................................
3. Sistem Perekonomian Komunisme ......................................
3.1 Pengertian ......................................
3.2 Negara Komunis ......................................
3.3 Sistem Perekonomian ...................................
4. Sistem Perekonomian Fasisme ......................................
4.1 Sejarah ......................................
4.2 Latar belakang Fasisme .......................................
4.3 Teori dan Praktek Fasisme .......................................
4.4 Ekonomi Fasisme ......................................
4.5 Kasus Fasisme ......................................
4.6 Tanggapan ......................................
5. Sistem Perekonomian Syariah .....................................
5.1 Perbandingan Paradigma, Dasar dan Filosofi Sistem Ekonomi ........................
5.2 Sejarah .......................................
BAB II
Subprime Mortgage dan Hubungannya dengan Krisis 2008 .......................................
BAB II
Kesimpulan .................................
LATAR BELAKANG
Belum diketahui dengan pasti pada zaman siapa dan masa pemerintahan raja siapa dan oleh
siapa istilah ekonomi itu untuk pertama kalinya digunakan orang – orang kedalam bahasa sehari –
hari. Yang jelas hanyalah bahwa istilah ekonomi ini lahir di Yunani (greek), dan istilha ekonomi
itupun berasal dari bahasa Yunani, dengan asal kata Oikosnomos. Sangat sulit mencari terjemahan
yang tepet untuk bahasa ini, tetapi orang – orang barat menerjemahkannya dengan management of
Household or estate( tata laksana rumah tangga atau pemilikan). Banyak para pakar memberikan
defenisi dari ilmu ekonomi tersebut dan salah satunya ada yang menyebutkan bahwa Ilmu ekonomi
adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti
masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas
dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Permasalahan tersebut kemudian
menyebabkan timbulnya kelangkaan (Ingg: scarcity).
Banyak para pakar ekonomi yang mencetuskan tentang tataan dalam perekonomian serta
prinsip-prinsip yang didalamnya. Tetapi yang dikenal dan diakui dengan bapak ekonomi adalah Adam
Smith, beliau adalah seorang filsuf berkebangsaan Skotlandia yang menjadi pelopor ilmu
ekonomi modern di Kirkcaldy, yang lahir di Skotlandia, 5 Juni 1723 – meninggal di
Edinburgh, Skotlandia, 17 Juli 1790 pada umur 67 tahun). Yang menjelaskan bahwa Kata
"ekonomi" sendiri berasal dari kata Yunani οiκος (oikos) yang berarti "keluarga, rumah tangga" dan
νόμος (nomos), atau "peraturan, aturan, hukum," dan secara garis besar diartikan sebagai "aturan
rumah tangga" atau "manajemen rumah tangga." Sementara yang dimaksud dengan ahli ekonomi atau
ekonom adalah orang menggunakan konsep ekonomi dan data dalam bekerja. Secara umum, subyek
dalam ekonomi dapat dibagi dengan beberapa cara, yang paling terkenal adalah mikroekonomi vs
makroekonomi. Selain itu, subyek ekonomi juga bisa dibagi menjadi positif (deskriptif) vs normatif,
mainstream vs heterodox, dan lainnya. Ekonomi juga difungsikan sebagai ilmu terapan dalam
manajemen keluarga, bisnis, dan pemerintah. Teori ekonomi juga dapat digunakan dalam berbagai
bidang selain bidang moneter, seperti misalnya penelitian perilaku kriminal, penelitian ilmiah,
kematian, politik, kesehatan, pendidikan, keluarga dan lainnya. Hal ini dimungkinkan karena pada
dasarnya ekonomi — seperti yang telah disebutkan di atas — adalah ilmu yang mempelajari pilihan
manusia. Banyak teori yang dipelajari dalam ilmu ekonomi diantaranya adalah teori pasar bebas, teori
lingkaran ekonomi, invisble hand, informatic economy, daya tahan ekonomi, merkantilisme, briton
woods, dan sebagainya.
Ada sebuah peningkatan trend untuk mengaplikasikan ide dan metode ekonomi dalam
konteks yang lebih luas. Fokus analisa ekonomi adalah "pembuatan keputusan" dalam
berbagai bidang dimana orang dihadapkan pada pilihan-pilihan. misalnya bidang pendidikan,
pernikahan, kesehatan, hukum, kriminal, perang, dan agama. Gary Becker dari University of
Chicago adalah seorang perintis trend ini. Dalam artikel-artikelnya ia menerangkan bahwa
ekonomi seharusnya tidak ditegaskan melalui pokok persoalannya, tetapi sebaiknya
ditegaskan sebagai pendekatan untuk menerangkan perilaku manusia. Pendapatnya ini
kadang-kadang digambarkan sebagai ekonomi imperialis oleh beberapa kritikus.
Banyak hal- hal lagi yang mencakup tentang ilmu ekonomi ini didalam perjalanan
kehidupan manusia. Tetapi yang lebih dikenal dengan istilah ekonomi ini adalah semua yang
berhubungan dengan uang yang menjadi sarana untuk mendapatkan kebutuhan. Sehingga
atas dasar ini banyak sistem perekonomian yang lahir. Dan pada saat ini ada 5 sistem
ekonomi yang dipakai oleh dunia, yaitu diantaranya:
1. Sistem Perekonomian Kapitalisme
2. Sistem Perekonomian Sosialisme
3. Sistem Perekonomian Komunisme
4. Sistem Perekonomian Fasisme dan
5. Sistem Perekonomian Syariah
1.1 PENGERTIAN
Kapitalisme adalah sistem perekonomian yang memberikan kebebasan secara penuh
kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan perekonomian seperti memproduksi
barang, menjual barang, menyalurkan barang dan lain sebagainya. Dalam sistem ini
pemerintah bisa turut ambil bagian untuk memastikan kelancaran dan keberlangsungan
kegiatan perekonomian yang berjalan, tetapi pemerintah tidak boleh ikut campur dalam
kegiatan ekonomi. Dalam perekonomian kapitalis setiap warga dapat mengatur nasibnya
sendiri sesuai dengan kemampuannya. Semua orang bebas bersaing dalam bisnis untuk
memperoleh laba sebesar-besarnya. Semua orang bebas malakukan kompetisi untuk
memenangkan persaingan bebas dengan berbagai cara.
Kapitalisme merupakan sistem ekonomi dan sosial yang cenderung ke arah pengumpulan
kekayaan oleh individu dan bermatlamatkan keuntungan. Takrif individu di sini tidak
semestinya merujuk kepada orang perseorangan tetapi juga termasuk sekumpulan individu
seperti syarikat. Sistem ekonomi kapitalis digerakkan oleh kuasa pasaran dalam menentukan
pengeluaran, kos, penetapan harga barang dan perkhidmatan, pelaburan dan pendapatan.
Pengkritik sistem kapitalis berpendapat sistem ini mewujudkan jurang perbezaan yang ketara
antara yang kaya dengan yang miskin. Sistem yang bertentangan dengan ideologi ini ialah
komunisme dan sosialisme.
Pemikiran Kapitalisme adalah sebuah sistem ekonomi yang filsafat sosial dan politiknya
didasarkan kepada azas pengembangan hak milik pribadi dan pemeliharaannya serta perluasan faham
kebebasan. Sistem ini telah banyak melahirkan malapetaka terhadap dunia. Tetapi ia terus melakukan
tekanan-tekanannya dan campur tangan politis sosial dan kultural terhadap bangsa-bangsa di dunia.
1.2 Bentuk & Prinsip-prinsip Kapitalisme
Mencari keuntungan dgn berbagai cara dan sarana kecuali yg terang-terangan dilarang negara
krn merusak masyarakat seperti heroin dan semacamnya.
Mendewakan hak milik pribadi dgn membuka jalan selebar-lebarnya agar tiap orang
mengerahkan kemampuan dan potensi yg ada utk meningkatkan kekayaan dan
memeliharanya serta tidak ada yg menjahatinya. Karena itu dibuatlah peraturan-peraturan yg
cocok utk meningkatkan dan melancarkan usaha dan tidak ada campur tangan negara dalam
kehidupan ekonomi kecuali dalam batas-batas yg yg sangat diperlukan oleh peraturan umum
dalam rangka mengokohkan keamanan.
Perfect Competition .
Price system sesuai dgn tuntutan permintaan dan kebutuhan dan bersandar pada peraturan
harga yg diturunkan dalam rangka mengendalikan komoditas dan penjualannya.
Bentuk Kapitalisme
Kapitalisme perdagangan yg muncul pada abad ke-16 setelah dihapusnya sistem feodal.
Dalam sistem ini seorang pengusaha mengangkat hasil produksinya dari satu tempat ke
tempat lain sesuai dgn kebutuhan pasar. Dengan demikian ia berfungsi sebagai perantara
antara produsen dan konsumen
Kapitalisme industri yg lahir krn ditopang oleh kemajuan industri dgn penemuan mesin uap
oleh James Watt tahun 1765 dan mesin tenun tahun 1733. Semua itu telah membangkitkan
revolusi industri di Inggris dan Eropa menjelang abad ke-19. Kapitalisme industri ini tegak di
atas dasar pemisahan antara modal dan buruh yakni antara manusia dan mesin.
Sistem Kartel yaitu kesepakatan perusahaan-perusahaan besar dalam membagi pasaran
internasional. Sistem ini memberi kesempatan utk memonopoli pasar dan pemerasan seluas-
luasnya. Aliran ini tersebvar di Jerman dan Jepang.
Sistem Trust yaitu sebuah sistem yg membentuk satu perusahaan dari berbagai perusahaan
yg bersaing agar perusahaan tersebut lbh mampu berproduksi dan lbh kuat utk mengontrol
dan menguasai pasar.
Pemikiran dan Keyakinan-keyakinan lainnya Aliran naturalisme yg merupakan dasar kapitalisme ini
sebenarnya menyerukan hal-hal sebagai berikut :
Kehidupan ekonomi yg tunduk kepada sistem natur yg bukan buatan manusia. Dengan sifat
seperti itu akan mampu mewujudkan pengembangan hidup dan kemajuan secara simultan.
Tidak ada campur tangan negara dalam kehidupan ekonomi dan membatasi tugasnya
hanya utk melindungi pribadi-pribadi dan kekayaan serta menjaga keamanan dan membela
negara.
Kebebasan ekonomi bagi tiap individu di mana ia mempunyai hak utk menekuni dan
memilih pekerjaan yg sesuai dgn kemauannya. Tentang kebebasan seperti ini diungkapkan
dalam sebuah prinsip yg sangat masyur dgn semboyan “Biarkan ia bekerja dan biarkan ia
berlalu.”
Kepercayaan kapitalisme terhadap kebebasan yg tiada batas telah membawa kekacauan
keyakinan dan perilaku. Ini melahirkan berbagai konflik di Barat yg kemudian melanda dunia
sebagai akibat dari kehampaan pemikiran dan kekosongan ruhani.
Rendahnya upah dan tuntutan yg tinggi mendorong tiap anggota keluarga bekerja.
Akibvatnya tali kekeluargaan putus dan sendi-sendi sosial di kalangan mereka runtuh.
1.3. Sejarah Sistem KapitalismeSistem kapitalisme merupakan sistem sosial yang lahir dari relasi hubungan produksi dan tenaga produktif. Runtuhnya sistem feodalisme merupakan titik mula dari kelahiran sistem ini. Jika dirunut dari sejarah perkembangan sistem sosial manusia, kapitalisme merupakan tahapan keempat setelah sistem feodalisme. Pendapat demikian sebagaimana Karl Marx katakan dalam teori materialisme historis.Menurut Karl Marx, perkembangan sistem sosial masyarakat di awali sistem komunal primitif, perbudakan (slavery), feodalisme, kapitalisme, sosialisme dan komunisme. Perkembangan sistem sosial masyarakat di atas, disebabkan oleh perkembangan tenaga-tenaga produktif atau faktor ekonomi.Pertama, sistem komunal primitif. Menurut Karl Marx, sistem ini ditandai oleh proses produksi yang masih sangat sederhana dan belum terbentuknya hak milik pribadi. Pada tingkatan ini alat-alat
produksi dimiliki secara bersama (komunal). Kegiatan produksi hanya diorientasikan pada pemenuhan kebutuhan konsumsi pribadi. Oleh karena itu, kelebihan hasil produksi yang dalam istilah Karl Marx disebut surplus veleu tidak ada. Dengan demikian, adalah wajar jika sejarah mencatat pada tahap ini tidak berkembang sistem pertukaran barang.Kedua, sistem perbudakan (slavery). Sistem ini tercipta dari hubungan produksi antara orang-orang yang menguasai alat-alat produksi dengan orang-orang yang hanya memiliki tenaga kerja. Dari pola produksi ini menyebabkan berlipat gandanya keuntungan pemilik alat produksi. Pada tahap ini masyarakat mulai terdikotomi menjadi kelas-kelas, yakni kelas pemilik alat produksi dan budak yang menjual tenaganya. Upah yang diterima hanya sampai pada batas untuk mempertahankan hidup.Ketiga sistem feodalisme. Jika dalam sistem sebelumnya tingkat kesejahteraan kelas buruh sangat tragis, maka dalam sistem feodalisme nasib buruh sedikit ada peningkatan. Hal tersebut ditandai oleh pembebasan dari status budak dan komposisi upah yang diterima lebih layak Keempat sistem kapitalisme. Menurut Karl Marx, sistem kapitalisme ditandai oleh upaya untuk meningkatkan keuntungan atau akumulasi kapital yang tinggi. Di samping itu, karakteristik menonjol dari sistem ini adalah kebebasan individu yang didasarkan pada hak milik atas alat-alat produksi. Kelima sistem sosialisme. Menurut Karl Marx, sosialisme merupakan tahapan transisional dari sistem sebelumnya, kapitalisme menuju sistem komunisme. yang dipahami oleh Karl Marx sebagai sistem terakhir dari hasil evolusi sejarah. Pada masyarakat ini tidak ada hak milik, kelas dan pembagian kerja. Semuanya dikelola secara kolektif (bersama).Di sisi lain, kemunculan sistem kapitalisme juga merupakan respon atas perdebatan klasik antara kaum merkantilisme dan kaum fisiokrat tentang upaya meningkatkan kekayaan negara. Menurut kaum merkantilisme, kekayaan negara akan meningkat jika negara menjual (mengekspor) lebih banyak dari pada membeli (mengimpor), serta banyak-banyak mendatangkan logam mulia berupa emas dan perak ke dalam negeri. Di samping itu bagi kaum merkantilsme, sistem perekonomian yang terbaik adalah suatu sistem perekonomian di mana negara harus melakukan campur tangan seluas-luasnya terhadap dunia usaha dan perdagangan luar negeri.Paham merkantilisme banyak dianut oleh negara-negara Eropa pada abad ke-XVI seperti Portugis, Spanyol, Inggris, Prancis, dan Belanda. Negara-negara tersebut tidak hanya berdagang dengan sesama negara Eropa, namun juga dengan negara di luar Eropa yang salah satunya adalah Hindia Belanda (Indonesia). Tokoh terkenal dari kaum merkantilsme salah satunya adalah Thomas Mun.Berbeda dengan kaum merkantilisme, kaum fisiokrat berpendapat bahwa kekayaan negara bisa meningkat jika negara mengembangkan basis perekonomiannya pada pertanian. Kaum fisiokrat beranggapan bahwa hanya dari alamlah sumber kekayaan negara bisa meningkat. Salah satu tokoh fisiokrat yang paling menonjol pemikiran ekonominya adalah Francois Quesnay. Di antara pokok pikiran yang dalam perkembangannya menjadi dasar liberalisme adalah kebebasan ekonomi, yakni bebas dari segala macam kontrol akan mengakibatkan terciptanya masyarakat yang makmur dan teratur. Quesney berpendapat bahwa pengendalian atas perdagangan luar negeri sebagaimana pandangan kaum merkantilisme, justru akan menghambat perkembangan ekonomi. Di samping itu, pajak haruslah ditanggung seluruhnya oleh para pemilik tanah.Kolaborasi dari dua pemikiran di atas yakni pemikiran merkantilisme dan fisiokrat pada akhirnya membawa Adam Smith pada puncak kejayaan sebagai ekonom yang didaulat meletakkan fondasi ilmu ekonomi modern. Namun demikian perlu dicatat bahwa pemikiran genius Adam Smith tidak bisa dipungkiri kontribusi tokoh-tokoh merkatilisme seperti Thomas Mun dan fisiokrat Quesney dalam membangun pemikiranya adalah teramat besar. Dalam salah satu pendapat teori invisible hand yang dikemukakan Adam Smith ternyata juga terispirasi dari pemikiran Quesney.
Konsepsi Peran Negara Di Bidang EkonomiSecara teoritis, peran negara di bidang ekonomi menurut sistem kapitalisme tidak bisa dipisahkan dari konsepsi laissez faire yang dikampanyekan oleh Adam Smith pada abad 17-an. Doktrin yang secara utuh berbunyi Laissez faire, Laissez Passer secara harfiah dapat diterjemahkan dengan ”biarkan semuanya berjalan sendiri, biarkan barang-barang lewat” pertama kali dimunculkan oleh Anne Jacques Turgot yang merupakan kaum fisiokrat dari Prancis. Banyak sejarawan mengklaim, bahwa Turgot merupakan sumber pemikiran Adam Smith yang sekaligus menginspirasinya dalam penulisan karya monumental The Wealth Of Natians (WN).1. Pemikiran tokoh kapitalismeDua tokoh kapitalisme yang dipakai dalam penelitian ini adalah Adam Smith dan Paul A. Samuelson. Adam Smith merupakan fundhing father dari sistem kapitalisme, sedangkan Samuelson merupakan ekonom modern dalam barisan kynesian yang sangat mashur di Amerika. Dua tokoh tersebut merupakan representasi utama konsepsi ekonomi kapitalisme, yang dibuktikan dengan banyaknya ekonom dewasa ini yang berpijak pada pemikiran kedua tokoh tersebut. Atas dasar itulah dua tokoh tersebut dibidik untuk menggambarkan bagaimana konsepsi kapitalisme tentang peran negara di bidang ekonomi.
a. Adam Smith (1723-1790 M)
Lahir di Kirkcaldy, di pantai timur Skotlandia dekat Edinburgh pada tanggal 5 Juni 1723.
Ayahnya adalah pengacara dan pengawas keuangan bea nasabah. Salah satu kegemaran
utamanya adalah membaca buku dan menjadi seorang kutu buku. Di usianya yang ke-14,
Adam Smith belajar di Universitas Glasgow. Di tempat tersebut ia belajar filsafat moral,
matematika dan ekonomi politik. Banyak karya monumentalnya yang menjadi rujukan
ekonom setelahnya bahkan sampai sekarang. Dua karya monumental yang berbicara tentang
mekanisme pasar adalah The Thory of Moral Sentiments sebagai karya pertamanya yang
terbit pada tahun 1759 disusul An Inquiry Into The Nature And Causes Of The Wealth of
Nations pada tahu.1776. Adam Smith meninggal pada tanggal 17 Juli 1790 di Edinburgh.
1. Hakekat sistem pasar bebas
Menurut Adam Smith sebagaimana dikutip oleh Sony Keraf, bahawa pasar bebas merupakan
sistem sosial masyarakat modern yang menjamin terealisasinya kebebasan kodrati dan
keadilan. Pandangan demikian itu, merupakan penerapan langsung hukum kodrat dalam
tatanan kosmis yang berjalan secara harmonis. Oleh karena itu, pasar bebas akan berjalan
harmonis seperti tatanan kosmis manakala setiap pelaku ekonomi dibiarkan bebas dalam
mengejar kepentingan ekonominya.
Bagi Adam Smith, kebebasan merupakan aspek fundamental keadilan. Sebagai salah satu
aspek keadilan, maka kebebasan yang dikehendaki oleh Adam Smith adalah kebebasan yang
dibatasi oleh keadilan. Dengan kata lain, setiap orang bebas melakukan apapun yang
dikehendaki dalam ranah ekonomi, namun kebebasan tersebut harus memperhatikan prinsip-
prinsip keadilan, yang dalam istilah Adam Smith dikatakan sebagai prinsip no harm atau
larangan untuk merugikan orang lain.
Dari logika di atas, maka wajar manakala Adam Smith sangat menentang tindakan monopoli
dalam sistem pasar bebas. Bagi Adam Smith tindakan monopoli merupak faktor utama yang
dapat menghambat kelangsungan sistem pasar bebas. Oleh karena itu pemerintah harus
campur tangan ketika terjadi tindakan monopoli dalam pasar bebas. Tindakan intervensi
pemerintah tersebut dibenarkan sebab dalam rangka untuk menegakkan keadilan akibat
munculnya tidakan monopoli yang merugikan pihak lain. Dari hal ini, maka bisa dikatakan
bahwa dalam pemikiran Adam Smith pemerintah adalah wasit yang harus menjaga
kelangsungan pasar bebas yang senantiasa harus bertindak adil dan berdiri di atas semua
kepentingan masyarakat.
Ketidak sepakatan Adam Smith terhadap tindakan monopoli dalan pasar bebas selain
menghambat keberlangsungan pasar bebas yang didasarkan pada sistem kompetitif murni
yang fair, juga terdapat efek negatif lain dari tindakan monopoli. Efek negatif tersebut antara
lain, pertama monopoli mengakibatkan harga yang tinggi bagi konsumen dan membuat
keadaan konsumen lebih buruk. Kedua monopoli merupakan musuh besar dari menejemen
yang baik, sebab dengan kompetisi yang fair, maka para pengusaha dan meneger akan
berfikir dan meningkatkan kreatifitas dalam meningkatkan efisiensi kegiatan bisnis. Ketiga
monopoli mengakibatkan lahirnya regulasi perundang-undangan yang tidak adil dalam pasar.
Keempat monopoli akan mengakibatkan misalokasi sumber daya, sebab aktifitas produksi
yang besar bukan atas dasar adanya kebutuhan atas barang tersebut, melainkan untuk
mendapatkan keuntungan yang besar dengan harga yang tinggi.
2. Mekanisme Invisible Hand
Dalam The Wealth of Nations, Adam Smith menolak pandangan kaum fisiokrat tentang
pentingnya lahan dalam mengembangkan kesejahteraan bagi masyarakat yang mengabaikan
sistem perburuhan dan pembagian kerja. Menurut Adam Smith, buruh merupakan proritas
tinggi dan pembagian buruh ke dalam beberapa unit kerja, akan berakibat pada kenaikan yang
signifikan terhadap hasil produksi. Smith memakai contoh proses pembuatan jepitan. Satu
pekerja bisa membuat dua puluh pin sehari. Tapi jika sepuluh orang di bagi menjadi delapan
belas langkah yang diperlukan membuat sebuah jepitan, mereka bisa membuat 48.000 jepitan
dalam sehari.
Selain itu, Adam Smith juga menolak pandangan kaum merkantilisme yang menyatakan
bahwa kesejahteraan bagi masyarakat akan terwujud hanya dengan jalan perdagangan ekspor
impor logam mulia (Emas dan Perak). Dengan kata lain, semakin besar cadangan logam
mulia yang dimiliki oleh suatu negara, maka semakin makmur pula kehidupan masyarakat
negara tersebut.
Pergulatan Adam Smith dengan sistem dominan saat itu, pada akhirnya membawanya pada
perenungan yang melahirkan teori Invisible Hand (Tangan Gaib) yang merupakan salah satu
substansi pokok dalam WN. Teori ini berangkat dari analisa sistem sebelumnnya di mana
negara cenderung proteksionis terhadap individu-individu dalam mengembangkan modalnya.
Dalam teori tersebut dinyatakan:
Setiap individu berusaha untuk menggunakan modalnya sehingga diperoleh hasil yang
setinggi-tingginya. Dia sebenarnya tidak bermaksud untuk menunjang kepentingan umum
dengan perbuatannya itu, dan pula ia tidak tahu sampai seberapa jauhkah untuk
kepentingannya itu. Ia berbuat itu hanyalah untuk kepentingannya sendiri, hanya untuk
keuntungan sendiri. Dan dalam hal ini ia dibimbing “tangan gaib” untuk mencapai sesuatu
yang menjadi tujuan utamanya. Dengan mengejar kepentingan pribadi itu, ia akan mendorong
kemajuan masyarakat dengan dorongan yang sering kali bahkan lebih efektif dari pada kalau
ia sengaja melakukannya.
Melalui teorinya tersebut, Adam Smith mendorong negara pada saat itu untuk memberikan
kebebabasan individu dalam mengembangkan modal yang dimilikinya baik pada wilayah
lokal maupun tansnasoinal. Adam Smith begitu yakin, bahwa kesejahteraan akan lahir
manakala kebebasan individu itu terealisasikan. Kondisi demikian, bagi Adam Smith tidak
tercipta dalam sistem merkantilisme dan fisiokrat yang cenderung proteksionis dan
intervisionis terhadap individu-individu.Teori Invisible Hand ini, dalam perkembangannya
menjadi kerangka dasar atas terciptanya mekanisme sistem pasar bebas. Negara dalam
prespektif Adam Smith tidak diperkenankan masuk terlalu jauh dalam interaksi ekonomi.
3. Peran pemerintah di bidang ekonomi
Secara khusus dalam bidang ekonomi, pemerintah dilarang ikut campur tangan tanpa adanya
alasan yang dibenarkan, sebab dengan masuknya pemerintah dalam kepentingan ekonomi
setiap individu tanpa adanya alasan yang tepat, negara di anggap melanggar kebebasan dan
telah bertindak tidak adil. Menurut pandangan Adam Smith, setiap manusia mempunyai hak
atas kebebasan yang diperolehnya sebagai manusia dan tidak seorang pun termasuk negara
untuk merampasnya kecuali dengan alasan yang sah, seperti alasan demi menegakkan
keadilan.
Peran negara di sini hanya berkaitan dengan hal-hal tertentu yang meliputi pertahanan
keamanan, penegakan keadilan, menyediakan dan memelihara sarana serta lembaga-lembaga
publik tertentu. Peran negara tersebut dalam istilah Adam Smith dikatakan sebagi no
intervetion atau Peran Minimal Negara.Tiga peran negara tersebut merupakan peran
fundamental yang digagas oleh Adam Smith dalam bukunya The Wealth Of Nation. Menurut
dia, dengan peranan terbatas optimalisasi kesejahteraan individu pada lingkungan mikro dan
negara pada lingkungan makro akan dapat tercapai.
a. Kewajiban menegakkan keadilan
Fungsi pertama, negara harus menegakkan keadilan. Fungsi ini diorientasikan untuk menjaga
kebebasan tiap individu yang tertuang dalam sistem pasar bebas yang didaulat sebagai sistem
sosial masyarakat modern. Dengan kata lain, kelestarian sistem ini dibatasi oleh intervensi
pemerintah manakala terjadi ketidakadilan dan ketimpangan dalam interaksi pasar bebas.
Selain itu, untuk optimalisassi peran pemerintah dalam menjalankan keadilan, maka
pemerintah harus juga bertindak adil. Dengan kata lain, pemerintah tidak memihak kelompok
manapun yang ada dalam masyarakat. Dalam hal ini ada tiga hal yang harus dilakukan
pemerintah untuk mewujudkan keadilan dalam masyarakat :
1. Harus ada pemisahan dan kemerdekaan antara kekuasaan ekskutif, legislatif dan yudikatif.
2. Adanya pembatasan kekuasaan pemerintahan. Pembatasan di sini adalah bahwa
pemerintah harus tunduk dan patuh pada hukum dan keadilan.
3. Terdapat jaminan akan berlangsungnya kekuasaan oposisi. Artinya dalam rangka untuk
mengkontrol kebijakan pemerintah, dibutuhkan sebuah kekuasaan di luar pemerintahan untuk
menjamin dan mengawasi bahwa pemerintah akan senantiasa bertindak adil.
b. Menjaga pertahanan keamanan negara dari serangan bangsa lain
Fungsi yang kedua yakni pertahanan keamanan. Fungsi ini dimaksudkan negara wajib
melindungi seluruh warga negaranya dari serangan dan ancaman dari bangsa dan negara lain.
Oleh karena itu, dalam rangka memberikan keamanan bagi warga negaranya pemerintah
harus memiliki anggaran terkait dengan pertahanan keaman negara, baik menyangkut
pendanaan bagi milisi maupun persenjataan angkatan perang. Bagi Adam Smith, negara
harus kuat namun kewenangannya harus dibatasi dalam ranah ekonomi.
c. Menyediakan sarana dan prasarana publik
Fungsi ketiga adalah menyediakan sarana dan prasarana publik. Dalam hal ini pembangunan
sarana infrastuktur baik berkenaan dengan sistem pasar bebas maupun berkenaan dengan
sarana publik seperti jalan raya sebagai tranmisi mobilisasi masyarakat dalam ranah ekonomi
adalah menjadi kewajiban pemerintah.
Disamping itu, keberadaan pendidikan umum yang menyeluruh bagi seluruh rakyat harus
dipenuhi oleh pemerintah. Hal ini menjadi penting, sebab Adam Smith mengakui bahwa
sistem kapitalisme dengan spesialisasi kerja telah mendatangkan pertumbuhan ekonomi,
namun disisi yang lain, sistem kapitalisme juga mengakibatkan alienasi dan penurunan
mental bagi masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan adalah salah satu pilar utama untuk
mereduksi dampak negatif dari sifat kapitalisme.
Melalui tiga fungsi dasar pemerintah tersebut, Adam Smith meyakini bahwa kesejahteraan
akan dapat mudah terealisasi dari pada peran pemerintah yang jauh lebih dominan namun
cenderung distorsif. Oleh karena itu, dengan bimbingan Invisible Hand (Tangan Gaib), sistem
pasar bebas akan mampu menjwab segenap permasalahan dan pertanyaan selama ini
bagaimanakah cara untuk mendatangkan kesejahteraan.
b. Paul Anthony Samuelson (1915- )
Lahir di Gary Indiana pada tahun 1915. Samuelson merupakan ekonom yang
mengembangkan ilmu ekonomi dengan pendekatan matematika. Oleh karena itu, Samuelson
dianggap sebagai tokoh yang paling bertanggungjawab dalam perkembangan ekonomi
matematika pada akhir abad ke-20. Ia memperoleh pendidikan umum di Chicago, setelah itu
melanjutkan studi di Universitas Chicago dengan mengambil konsentrasi pada jurusan
matematika. Tahun 1941 Samuelson mendapatkan gelar Ph.D dari Universitas Harvard. Di
usianya yang relatif muda tepatnya 32 tahun, Samuelson memperoleh gelar profesor penuh
dari Intitut teknologi Massachussets. Atas kepiawaiannya dalam ekonomi matematika, pada
tahun 1947 Samuelson menerima medali utama Jhon Bates Clark dari asosiasi ekonomi
Amerika sebagai ahli ekonomi yang paling berbakat di bawah umur 40 tahun. Selain itu, pada
tahun 1970 Samuelson memperoleh hadiah Nobel dalam bidang ilmu ekonomi.
1. Peran pemerintah di bidang ekonomi
Berkaitan dengan peran pemerintah, Samuelson berpendapat bahwa peran dan fungsi utama
pemerintah dalam ranah ekonomi terdiri atas empat hal, yakni pembentukan kerangka
landasan hukum, penentuan kebijakan stabilisasi makroekonomi, alokasi sumber daya,
program redistribusi (tunjangan sosial).
a. Menyusun kerangka kerja ekonomi, hukum, konstitusi dan aturan main dalam
perekonomian
Kerangka hukum tersebut harus ditaati oleh perusahaan, konsumen dan bahkan pemerintah
sendiri. Termasuk didalamnya penentuan definisi tentang hak milik yang menyangkut
seberapa jauh kemutlakan hak milik, ketentuan kontrak dan bentuk perusahaan, kewajiban
dan berbagai peraturan lain dalam menentukan lingkup kehidupan ekonomi.
Keberadaan undang-undang ditengah-tengah masyarakat akan dapat mengeliminasi berbagai
upaya untuk melakukan tindakan curang dalam kehidupan, baik dalam permaslahan ekonomi,
ataupun dalam sisi politik dan sosial. Dalam tataran empiris, seringkali permasalahan
ekonomi tidak bisa dipisahkan dengan urusan politis. Oleh karena itu, tidak mengherankan
jika lahirnya produk perundang-undangan yang berkenaan aturan perekonomian bukan hanya
atas dasar pertimbangan kepentingan ekonomi, namun juga atas dasar kepentingan politik.
Bagi Samuelson, penetapan undang-undang oleh pemerintah dalam kenyataannya lebih
banyak sebagai respon terhadap nilai-nilai sosial yang berlaku dan rasa keadilan masyarakat.
Sebagai contohnya adalah undang-undang tentang perlindungan kerja.
b. Menyusun kebijakan stabilisasi makroekonomi
Kedua menyusun kebijakan stabilisasi makroekonomi untuk meratakan puncak dan lembah
dari siklus pengangguran dan inflasi. Instrumen yang lazim dipakai dalam stabilisasi
makroekonomi dalam hal ini adalah melalui kebijakan moneter dan kebijakan fiskal.
Keberadaan bank sentral dalam sebuah negara merupakan wujud dari tanggungjawab
pemerintah dalam melakukan stabilisasi makroekonomi lewat kebijakan moneter. Bank
sentral di sini merupakan bank pemerintah yang diberikan kekuasaan untuk mengedarkan
mata uang dan mengendalikan cadangan dana perkreditan. Dalam hal ini, bank sentral dalam
menjalankan kebijakan keuangan dan perkreditan diorientasikan pada terciptanya kesempatan
kerja yang tinggi, pertumbuhan ekonomi dan stabilisasi harga. Sementara kebijakan fiskal
wujudnya adalah dalam APBN yang didalamnya tertuang variasi belanja dan pendapatan
(pajak). Oleh karena itu, kebijakan stabilisasi yang baik akan dapat memperlunak naik
turunnya angka pengangguran dan terkendalinya inflasi. Sebaliknya jika kebijakan stabilisasi
buruk, maka akan memperburuk siklus ekonomi dalam suatu negara.
c. Mengalokasikan sumber daya untuk kepentingan publik
Ketiga mengalokasikan sumber daya untuk barang-barang kolektif (publik) melalui pajak,
belanja negara dan peraturan-peraturan jika kegagalan pasar menjadi penting. Peran ketiga ini
merupakan peran pemerintah yang dalam kajian ilmu ekonomi masuk dalam kategori ruang
mikroekonomi yang meliputi permasalahan alokasi ”apa” dan ”bagaimana” kehidupan
ekonomi. Permasalahan tersebut bagi negara yang memakai mekanisme pasar ala kapitalisme
sebagai basis perekonomiannya, maka pasar merupakan instrumen yang dipakai dalam
memecahkan masalah terebut. Namun demikian, tidak bisa diingkari bahwa dalam realitasnya
pasar tidak selalu berjalan secara ideal sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, intervensi
peran dari negara (pemerintah) sangat diperlukan.
Dari logika di atas, bagi Samuelson terdapat beberapa wilayah ekonomi yang harus di
intervensi oleh pemerintah. Bidang kegiatan ekonomi tersebut antara lain :
1. Munculnya struktur pasar dimana pasar persaingan sempurna telah rusak. Dalam kondisi
demikian pemerintah harus melakukan intervensi pasar dalam bentuk menetapkan kebijakan
dan regulasi antitrust bahkan sampai pada kebijakan memecah perusahaan raksasa.
2. Munculnya permasalahan ketidakefisienan pasar berupa eksternalitas.
3. Munculnya diskriminasi terhadap kelompok tertentu dalam aktifitas perekonomian. Dalam
kondisi demikian maka pemerintah harus ikut campur tangan untuk mengatasi hambatan
pasar berupa diskriminasi tersebut.
d. Mewujudkan tunjangan sosial (redistribusi)
Keempat mendistribusikan sumber daya melalui transfer/tunjangan kesejahteraan sosial
(redistribusi). Bagi Samuelson teori Invisible Hand sebagai ruh pasar bebas, mungkin efisien
dalam mengembangkan perekonomian, namun harus diakui bahwa teori tersebut buta
terhadap keadilan atau keseimbangan. Orang menjadi kaya atau miskin bergantung pada
kekayaan dan otak yang mereka miliki. Model distribusi ala laissez-faire bagi Samuelson
tidak ada yang bisa disebut adil atau seimbang, sebab diakui atau tidak mekanisme laissez-
faire mengikuti hukum Darwin ”yang kuat yang akan menang”.
Oleh karena itu, ketidak berdayaan sekolompok masyarakat yang tidak berkutik dalam
mekanisme pasar bebas harus ditanggung oleh pemerintah. Campur tangan pemerintah dalah
kasus demikian adalah dalam bentuk jaring pengaman sosial seperti pendidikan dan
kesehatan bagi rakyat miskin. Dalam kondisi masyarakat modern sekarang, program
pengaman sosial harus diberikan bukan hanya oleh pemerintah namun juga pihak swasta
melalui program yang terkenal dengan istilah social corporate respnbility (SCR).
2. Instrumen kebijakan ekonomi pemerintah
Adanya kepentingan pemerintah untuk menjaga pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan
pendapatan nasional (GDP) adalah satu alasan fundamental mengapa pemerintah harus
melakukan intervensi dalam interaksi ekonomi. Intervensi atau Campur tangan pemerintah
tersebut sebagai upaya untuk mendesain perekonomian supaya dapat bekerja dengan baik
sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat yang tercermin dalam terbukanya
lapangan pekerjaan yang berarti pengangguran berkurang, inflasi yang terkendali, penurunan
angka kemiskinan dan pertumbuhanan ekonomi.
Campur tangan atau intervensi pemerintah di bidang ekonomi, dewasa ini, terwujud dalam
dua kebijakan utama, yakni kebijakan fiskal yang berada di- bawah otoritas pemerintah dan
kebijakan moneter yang berada di bawah otoritas bank sentral. Kedua macam kebijakan
tersebut, diorientasikan dalam rangka terciptanya stabilisasi ekonomi dalam negara.
a. Kebijakan moneter
Menurut Bramantiyo kebijakan moneter merupakan tindakan pemerintah dalam rangka
mencapai tujuan pengelolaan makroekonomi yang berisi permasalahan tentang output, harga,
dan pengangguran dengan cara mempengaruhi situasi makro melalui pasar uang.. Tidak jauh
berbeda, Veitzal berpendapat bahwa kebijakan monoter merupakan salah satu kebijakan
ekonomi pemerintah yang berperan penting dalam perekonomian negara. Peran tersebut
tercermin dalam kemampuannya menciptakan stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi,
perluasan kesempatan kerja, dan keseimbangan neraca pembayaran dengan sasaran akhir
terciptanya stabilitas harga.
Secara ideal, sasaran kebijakan moneter tersebut dapat tercapai secara bersama. Namun
dalam prakteknya seringkali satu kebijakan untuk mencapai satu sasaran tertentu kontradiktif
dengan kebijakan yang lain. Oleh karena itu, dewasa ini menurut Veitzal setiap negara dalam
menetapkan sasaran akhir kebijakan moneternya fokus terhadap sasaran tunggal. Dari hal ini
dapat dikatakan bahwa secara umum kebijakan moneter yang dipakai oleh negara dewasa ini
dilihat dari sasaran akhir dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni kebijakan moneter dengan
sasaran tunggal dan kebijakan moneter dengan multi sasaran.
Kebijakan moneter dengan multisasaran umumnya menggunakan pendekatan kuantitas,
sedangkan kebijakan moneter dengan sasaran tunggal umumnya menggunakan pendekatan
harga. Pendekatan kuatitas beranggapan bahwa pengendalian moneter secara besar-besaran
dapat mengendalikan perekonomian secara efektif, sedangkan pendekatan harga berasumsi
bahwa pengendalian tingkat harga yang efektif dapat mengendalikan stabilitas perekonomian.
Beberapa instrumen yang lazim dipakai dalam mengendalikan kebijakan moneter suatu
negara secara umum terdiri atas beberapa hal:
1). Operasi pasar terbuka (OPT)
OPT merupakan instrumen kebijakan moneter yang penting, sebab melalui OPT bank sentral
dapat mempengaruhi sasaran operasional berupa jumlah uang beredar. OPT berbentuk
kegiatan menjual dan membeli surat berharga. Jenis surat berharga tersebut seperti SUN
(surat utang negara), dan atau di Indonesia terdapat SBI (sertifikat bank Indonesia).
Pembelian surat berharga dari masyarakat menyebabkan ekspansi jumlah uang beredar,
sebaliknya penjualan surat berharga menyebabkan penurunan jumlah uang beredar.
2) Penetapan cadangan
Instrumen ini berupa kebijakan yang dikeluarkan oleh bank sentral yang mengharuskan bank-
bank komersial untuk mengatur jumlah uang yang beredar. Bentuk cadangan bank komersial
secara umum terbagi menjadi dua yakni cadangan tunai dan Giro Wajib Minimum (GWM).
Cadangan tunai adalah uang tunai yang di simpan oleh bank untuk memenuhi kewajiban
bank kepada nasabah berupa penarikan tabungan, rekening koran , atau deposito berjangka
yang telah jatuh tempo. Sedangkan Giro Wajib Minimum (GWM) merupakan kewajiban
bank komersial untuk menyimpan dana pihak ketiga yang telah dihimpun sebesar 5% di
dalam rekening bank sentral.
3). Tingkat diskonto
Tingkat diskonto merupakan fasilitas kredit yang diberikan oleh bank sentral kepada bank
komersial dengan jaminan surat berharga dan tingkat diskonto yang ditetapkan oleh bank
sentral sesuai dengan arah kebijakan moneter. Tinggi rendahnya tingkat diskonto akan
mempengaruhi permintaan kredit dari bank. Semisal tingkat diskonto 10% untuk SBI 1 bulan.
Jika SBI dengan nilai 1 milyar di jual dengan harga Rp 900 juta, maka pada saat penjualan
bank sentral akan memperoleh dana sebesar Rp 900 juta dan pada saat jatuh tempo bank
sentral harus membayar SBI sebesar 1 milyar. Oleh karena itu, instrumen tingkat diskonto
menjadi isyarat apakah bank sentral ingin melakukan ekspansi uang atau mengetatkan uang
beredar. Dengan naiknya tingkat diskonto, maka jumlah uang beredar akan menurun,
sebaliknya jika tingkat diskonto menurun maka jumlah uang beredar akan meningkat.
b. Kebijakan fiskal
Kebijakan fiskal merupakan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pengaturan kinerja
ekonomi melalui mekanisme penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Oleh karena itu, pada
dasarnya kebijakan fiskal suatu negara terwujud dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN). Komponen utama yang terdapat dalam kebijakan fiskal antara lain berupa
pajak dan pengeluaran pemerintah. Seiring berkembangnya hubungan luar negeri dewasa ini,
terdapat komponen yang turut mempengaruhi kebijakan fiskal yakni adanya kegiatan impor
dan ekspor barang dan jasa.
Kebijakan fiskal berkaitan dengan pemanfaatan gabungan pengeluaran pemerintah,
perpajakan dan utang pemerintah untuk mencapai sasaran yang dikehendaki. Kebijakan fiskal
yang aktif dirancang untuk membantu meredakan goncangan liar siklus dunia usaha agar
perekonomian menjadi lebih stabil. Kebijakan fiskal juga harus dirancang guna memantapkan
pertuumbuhan pendapatan dari waktu ke waktu, memperluas kesempatan kerja, serta
meningkatkan keadilan pembagian pendapatan dan kekayaan.
Kebijakan fiskal dapat memainkan peranan sebagai pengatur siklus dunia usaha. Dalam hal
ini mengatur sikulus dunia usaha berarti memperkecil gelombang naik turunnya kondisi
ekonomi yang liar. Melalui kebijakan fiskal ketidakstabilan ekonomi dapat diperkecil.
Selama resesi, kebijakan fiskal dapat berfungsi untuk memperbesar permintaan total pihak
swasta kegiatan ekonomi yang sedang merosost tidak terus mengalami resesi karena
pembelajaan pemerintah naik dan menggatikan permintaan yang menurun.
Kepentingan pemerintah untuk mempertahankan pendapatan nasional (GDP) sebagai
cerminan indikator kinerja ekonomi, maka pemerintah berkepentingan untuk melakukan
intervensi dalam rangka mempertahankan kinerja ekonomi berada pada tingkatan yang baik.
Oleh karena itu, kebijakan fiskal sebagai salah satu instrumen kebijakan yang berada dibawah
otoritas pemerintah menjadi sangat penting untuk mempertahankan kinerja ekonomi
disamping kebijakan moneter yang ditangani oleh bank sentral.
3. Perspektif empiris teori kapitalisme
Berbagai krisis perekonomian global telah terjadi sejak beberapa tahun lampau. Mutasi krisis
dari waktu ke waktu tersebut memberi dampak yang berbeda pada wajah perekonomian
global. Dalam catatan sejarah, guncangan krisis ekonomi terhadap sistem perekonomian yang
notabene didominasi oleh sistem kapitalisme telah berulang kali terjadi. Mulai dari skala
kerusakan ekonomi yang kecil dan bersifat lokal sampai pada skala yang jauh lebih besar dan
bersifat gelobal.
Dalam kondisi demikian, menjadi penting untuk dicermati bagaimana solusi pemerintah
dalam menghadapi krisis ekonomi. Logika ini berangkat dari basis pemahaman yang bersifat
umum, bahwa segala bentuk kerusakan dalam sistem pasar bebas sebagaimana pandangan
para tokoh kapitalisme adalah terkoreksi dengan sendirinya oleh mekanisme pasar. Dengan
kata lain, tanpa adanya intervensi pemerintah krisis dalam pasar akan dapat terbenahi dengan
sendiri menuju titik keseimbangan. Sebagai sample, krisis ekonomi 1929 dan krisis 2007
yang berawal dari subprime mortgage AS, diangkat untuk dijadikan bahan analisa untuk
memotret realisasi praksis teori kapitalisme tentang peran pemerintah di bidang ekonomi.
1. The great depretions (krisis 1929-1930)
Krisis yang terjadi pada 1929 dikenal dengan Black Thursday merupakan kejadian yang
membuat perekonomian AS dan global berada dalam kekacauan serta menimbulkan Great
Depression pada 1930-an. Para ekonom banyak menulis bahwa tahun 1929 kapitalisme nyaris
ambruk. Beberapa indikator akan hal tersebut antara lain ditandai oleh jatuhnya indeks saham
di wall street. Tangal 28 Oktober 1929 harga saham turun drastis hingga 12,9%. Goldman
Sachs, sebuah lembaga investasi yang sahamnya semula banyak dibeli orang kehilangan
hampir 50 % kekayaannya. Wall Street sebagai pusat keuangan AS menjadi lumpuh, 16.410
ribu saham dilempar kepasar sehingga mengakibatkan harga saham turun. Beberapa pekan
kemudian, diketahui 80 juta dollar kekayaan punah seperti kena angin musim rontok.
Dalam narasi yang apik Mark Skousen mengilustrasikan bahwa krisis 1929 yang melahirkan
depresi besar pada tahun 1930 merupakan peristiwa ekonomi paling traumatik di abad 20.
Krisis tersebut membuat seluruh orang terkejut, mengingat kemajuan besar yang dicapai
dalam standart hidup di Barat pada masa New Era 1920-an. Standart hidup yang telah dicapai
lewat bangunan aplikasi teori Adam Smith yang direvisi oleh revolusi marginalis , dan
diperbaiki oleh Marshall dan aliran Austria menjadi merosot kembali pada tahun 1929-1933.
Di Amerika output industri turun sampai 30 %. Hampir separuh bank komersial ambruk,
tingkat pengangguran juga mengalami kenaikan lebih dari 25 %.
Berbagai upaya pemulihan dilakukan oleh pemerintah. Di awali kebijakan New Deal pada
masa pemerintahan Roosevelt pada pertengahan 1930-an, namum demikian kebijakan
tersebut tidak bisa bertahan lama dalam mengcover dampak krisis yang tengah terjadi. Angka
pengangguran tetap bertahan pada angka dua digit selama kurang lebih satu dekade dan baru
turun sampai pecah perang dunia II. Kecemasan pun melanda dunia, depresi besar tersebut
membuat para ekonom mempertanyakan kembali ekonomi Laizess Faire dalam melahirkan
kesejahteraan. Perdebatan mulai muncul pada 2 sifat sistem kapitalisme yakni sifat kompetitif
sistem kapitalisme pada wilayah mikroekonomi dan tercapainya stabilitas ekonomi pada
wilayah makroekonomi.
Ditengah kegalauan dan kecemasan masyarakat terhadap depresi ekonomi yang melanda
ekonomi saat itu, muncul ekonom genius yang dalam catatan sejarah dikatakan sebagai
penyelamat kapitalisme yakni John Maynard Keynes. Lewat karya monumentalnya The
General Theory of Employment, Interest and Money, Keynes menyatakan bahwa kapitalisme
pada dasarnya tidak stabil dan tidak berkecenderungan ke arah full employment. Hal ini
tentunya terdapat relasi dengan pemikiran Karl Marx yang menyatakan bahwa pada dasarnya
kapitalisme adalah sistem yang dalam satu sisi memberikan dampak positif dalam bentuk
pertumbuhan ekonomi, namun disisi lain sistem kapitalisme juga dipenuhi sifat negatif. Sifat
negatif tersebut bagi Karl Marx jauh lebih dominan dari pada sifat positifnya. Di antara sifat
negatif tersebut, Karl Marx mengidentifikasinya dalam bentuk eksploitasi dan alienasi yang
di alami kaum buruh proletariat.
Walaupun demikian, Keynes menolak ide penyelamatan perekonomian saat itu dengan pola
nasionalisasi perekonomian, penetapan kontrol upah-harga, serta intervensi pemerintah dalam
penawaran dan permintaan. Menurut Keynes sebagaimana Mark Skousen kutip, yang harus
dilakukan pemerintah adalah mengendalikan kendaraan kapitalisme dan mengembalikannya
ke jalan menuju kemakmuran. Beberapa cara yang ditawarkan adalah dengan menjalankan
kebijakan defisit anggaran dan melakukan pengeluaran untuk kerja publik yang akan
menaikkan permintaan dan memulihkan kepercayaan pasar. Kebijakan defisist anggaran
tersebut hanya dijalankan jika sistem kapitalisme keluar dari track dalam mewujutkan
kemakmuran yang ditandai dengan krisis ekonomi. Setelah kapitalisme kembali ke tracknya
maka kebijakan defisit anggaran tersebut tidak perlu lagi untuk dijalankan.
Dari hal ini maka dapat dipahami bahwa sistem kapitalisme nyata-nyata tidak bisa hanya
beroperasional dengan mekanisme invisible hand tanpa disokong oleh keberadaan pemerintah
dalam ranah ekonomi. Peran pemerintah di bidang ekonomi menjadi sangat penting dan fital
jika mekanisme pasar bebas tidak mampu berjalan dengan sebenarnya. Solusi jalan tengah
yang ditawarkan Keynes adalah salah satu fakta bahwa pemerintah memiliki peran penting
dalam perekonomian. Perekonomian tidak bisa sepenuhnya diserahkan kepada mekanisme
pasar sebagaimana pandangan ekonom klasik.
1.4 Segi-segi Negatif Kapitalisme
Sitem buatan manusia.Sekelompok kecil pribadi mendominasi pasar utk mencapai
kepentingan sendiri tanpa menghargai kebutuhan masyarakat dan menghormati kepentingan
umum.
Egoistik.Dalam sistem kapitalisme individu dan sekelompok kecil pribadi mendominasi pasar
utk mencapai kepentingan sendiri tanpa menghargai kebutuhan masyarakat dan menghormati
kepentingan umum.
Monopolostik.Dalam sistem kapitalisme seorang kapitalis memonopoli komoditas dan
menimbunnya. Apabila barang tersebut habis di pasar ia mengeluarkannya utk dijual dgn
harga mahal yg berlipat ganda mencekik konsumen dan orang-orang lemah.
Terlalu berpihak kepada hak milik pribadi.Kapitalisme terlalu mengagungkan hak milik
pribadi. Sedangkan komunisme malah menghilangkan hak milik pribadi.
Persaingan.Sistem dasar kapitalisme membuat kehidupan menjadi arena perlombaan harga.
Semua orang berlomba mencari kemenangan. Sehingga kehidupan dalam sistem kapitalisme
berubah menjadi riba di mana yg kuat menerkam yg lemah. Hal ini sering menimbulkan
kebangkrutan pabrik atau perusahaan tertentu.
Perampasan tenaga produktif.Kapitalisme membuat para tenaga kerja sebagai barang
komoditas yg harus tunduk kepada hukum permintaan dan kebutuhan yg menjadikan dia
sebagai barang yg dapat ditawarkan tiap saat. Pekerja ini bisa jadi sewaktu-waktu diganti dgn
orang lain yg upahnya lbh rendah dan mampu bekerja lbh banyak dan pengabdiannya lbh
baik.
Pengangguran.Suatu fenomena umum dalam masyarakat kapitalis ialah munculnya
pengangguran yg mendorong pemilik perusahaan utk menambah tenaga yg akan
memberatkannya.
Kehidupan yg penuh gejolak.Ini adl akibat logis dari persaingan yg berlangsung antara dua
kelas. Yang satu mementingkan pengumpulan uang dgn segala cara. Sedangkan yg satu lagi
tidak diberi kesempatan mencari sendiri kebutuhan pokok hidupnya tanpa kenal belas
kasihan.
Penjajahan.Karena didorong mencari bahan baku dan mencari pasar baru utk memasarkan
hasil produksinya kapitalisme memasuki petualangan penjajahan terhadap semua bangsa.
Pada mulanya dalam bentuk penjajahan ekonomi pola pikir politik dan kebudayaan.
Kemudian memperbudak semua bangsa dan mengeksploitasi tenaga-tenaga produktif demi
kepentingan penjajahan.
Peperangan dan malapetaka.Ummat manusia telah menyaksikan berbagai bentuk
pembunuhan dan pembantaian luar biasa biadabnya. Itu terjadi sebagai akibat logis dari
sebuah penjajahan yg menimpa ummat manusia di bumi yg melahirkan bencana paling keji
dan kejam.
Didominasi hawa nafsu.Orang kapitalisme berpegang kepada prinsip demokrasi politik dan
pemerintahan. Pada umumnya demokrasi yg mereka gembar-gemborkan dibarengi dgn hawa
nafsu yg mendominasi dan jauh dari kebenaran dan keadilan.
Riba.Sistem kapitalisme tegak di atas landasan riba. Sedangkan riba merupakan akar penyakit
yg membuat seluruh dunia menderita.
Tidak bermoral.Kapitalisme memandang manusia sebagai benda materi. Karena itu manusia
dijauhkan dari kecenderungan ruhani dan akhlaknya. Bahkan dalam sistem kapitalisme antara
ekonomi dan moral dipisahkan jauh-jauh.
Kejam.Kapitalisme sering memusnahkan begitu saja komoditas yg lebih dgn cara dibakar
atau dibuang ke laut krn khawatir harga akan jatuh disebabkan banyaknya penawaran. Mereka
berani melakukan itu padahal masih banyak bangsa-bangsa yg menjerit kelaparean.
Boros.Orang-orang kapitalisme memproduksi barang-barang mewah disertai iklan besar-
besaran tanpa peduli kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat. Sebab yg mereka cari
keuntungan belaka.
Tidak berperikemanusiaan.Orang kapitalis sering mengusir begitu saja seorang buruh krn
alasan tenaganya kurang produktif. Tetapi kekejaman ini mulai diperingan akhir-akhir ini dgn
adanya perbaikan dalam tubuh kapitalisme.
Perbaikan-perbikan Kapitalisme Inggris sampai tahun 1875 merupakan negara kapitalis terbesar
dan termaju. Tetapi pada perempat akhir abad ke-19 muncul Amerika Serikat dan Jerman. Menyusul
Jepang setelah perang dunia ke-2.
Pada tahun 1932 di Inggris negara mulai langsung melakukan campur tangan secara basar-besaran. Di
Amerika campur tangan negara mulai ditingkatkan sejak tahun 1933. Di Jerman campur tangan
negara dimulai sejak Hitler. Tujuannya tidak lain hanyalah memelihara kesinmbungan kapitalisme.
Campur tangan negara ini terutama dalam bidang perhubungan pengajaran dan perlindungan terhadap
hak-hak warga negara dan masa peraturan yg bersifat sosial seperti asuransi sosial dan orang-orang
jompo pengangguran orang lemah pemeliharaan kesehatan perbaikan pelayanan dan peningkatan taraf
hidup.
Kapitalisme mulai berorientasi kepada perbikan sektoral disebabkan munculnya kaum buruh sebagai
kekuatan produktif di negara-negara demokrasi tekanan dari komite hak-hak azasi manusia dan utk
membendung ekspansi komunisme yg berpura-pura menolong kaum buruh dan mengklaim sebagai
pembelanya.
2. Sistem Perekonomian Sosialisme
2.1. pengertian
Sosialisme adalah suatu sistem perekonomian yang memberikan kebebasan yang
cukup besar kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan ekonomi tetapi dengan
campur tangan pemerintah. Pemerintah masuk ke dalam perekonomian untuk mengatur tata
kehidupan perekonomian negara serta jenis-jenis perekonomian yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara seperti air, listrik, telekomunikasi, gas lng, dan lain
sebagainya. Dalam sistem ekonomi sosialisme atau sosialis, mekanisme pasar dalam hal
permintaan dan penawaran terhadap harga dan kuantitas masih berlaku. Pemerintah mengatur
berbagai hal dalam ekonomi untuk menjamin kesejahteraan seluruh masyarakat.
Sistem perekonomian Sosialisme memberikan kebebasan yang cukup besar kepada
setiap orang untuk melaksanakan kegiatan ekonomi tetapi dengan campur tangan pemerintah.
Pemerintah masuk ke dalam perekonomian untuk mengatur tata kehidupan perekonomian
negara serta jenis-jenis perekonomian yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai
oleh negara seperti air, listrik, telekomunikasi, gas dan lain sebagainya.
Dalam sistem ekonomi Sosialisme atau Sosialis, mekanisme pasar dalam hal permintaan dan
penawaran terhadap harga dan kuantitas masih berlaku. Pemerintah mengatur berbagai hal
dalam ekonomi untuk menjamin kesejahteraan seluruh masyarakat.
Istilah sosialisme atau sosialis dapat mengacu ke beberapa hal yang berhubungan dengan
ideologi atau kelompok ideologi, sistem ekonomi, dan negara. Istilah ini mulai digunakan sejak awal
abad ke-19. Dalam bahasa Inggris, istilah ini digunakan pertama kali untuk menyebut pengikut Robert
Owen pada tahun 1827. Di Perancis, istilah ini mengacu pada para pengikut doktrin Saint-Simon pada
tahun 1832 yang dipopulerkan oleh Pierre Leroux dan J. Regnaud dalam l'Encyclopédie Nouvelle [1] .
Penggunaan istilah sosialisme sering digunakan dalam berbagai konteks yang berbeda-beda oleh
berbagai kelompok, tetapi hampir semua sepakat bahwa istilah ini berawal dari pergolakan kaum
buruh industri dan buruh tani pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20 berdasarkan prinsip solidaritas
dan memperjuangkan masyarakat egalitarian yang dengan sistem ekonomi menurut mereka dapat
melayani masyarakat banyak daripada hanya segelintir elite
Istilah '''sosialisme''' atau '''sosialis''' dapat mengacu ke beberapa hal yang berhubungan
dengan [[ideologi]] atau kelompok ideologi, sistem [[ekonomi]], dan [[negara]]. Istilah ini mulai
digunakan sejak awal abad ke-19. Dalam [[bahasa Inggris]], istilah ini digunakan pertama kali untuk
menyebut pengikut [[Robert Owen]] pada tahun [[1827]]. Di [[Perancis]], istilah ini mengacu pada
para pengikut doktrin [[Comte de Saint-Simon|Saint-Simon]] pada tahun [[1832]] yang dipopulerkan
oleh [[Pierre Leroux]] dan [[J. Regnaud]] dalam ''[[l'Encyclopédie Nouvelle]]''<ref>''A History of
Socialist Thought'', Volume 1 ([[1965]]), hlm. 1-2</ref>. Penggunaan istilah sosialisme sering
digunakan dalam berbagai konteks yang berbeda-beda oleh berbagai kelompok, tetapi hampir semua
sepakat bahwa istilah ini berawal dari pergolakan kaum buruh industri dan buruh tani pada abad ke-19
hingga awal abad ke-20 berdasarkan prinsip solidaritas dan memperjuangkan masyarakat
[[egalitarian]] yang dengan [[sistem ekonomi]] menurut mereka dapat melayani masyarakat banyak
daripada hanya segelintir elite.
2.2. Sosialisme sebagai ideologi
Menurut penganut [[Marxisme]], terutama [[Friedrich Engels]], model dan gagasan sosialis dapat
dirunut hingga ke awal sejarah manusia dari sifat dasar manusia sebagai makhluk sosial. Pada masa
pencerahan abad ke-18, para pemikir dan penulis revolusioner seperti [[Marquis de Condorcet]],
[[Voltaire]], [[Jean-Jacques Rousseau|Rousseau]], [[Diderot]], Abbé de Mably, dan Morelly,
mengekspresikan ketidakpuasan mereka atas berbagai lapisan masyarakat di [[Perancis]].
2.3.Cabang aliran sosialisme
Sejak abad ke-19, sosialisme telah berkembang ke banyak aliran yang berbeda, yaitu:
* [[Anarkisme]], terutama [[Sosialisme libertarian]]
* [[Anarko-Sindikalisme]]
* [[Komunisme]]
* [[Marhaenisme]]
* [[Marxisme]]
* [[Sindikalisme]]
* [[Sosialisme Afrika]]
* [[Sosialisme Arab]]
* [[Sosialisme Demokratik]]
* [[Sosialisme International]]
* [[Sosialisme Kristen]]
* [[Sosialisme Utopia]]
Gerakan sosio-politik maupun intelektual dalam Marxis-Sosialis dapat dikelompokkan lagi menjadi:
* [[Albanian Party of Labour|Albanianisme]]
* [[Komunisme konsiliasi]]
* [[Juche]]
* [[Castroisme]]
* [[Komunisme kiri]]
* [[Leninisme]]
* [[Maoisme]]
* [[Marxis humanisme]]
* [[Situasionisme]]
* [[Stalinisme]]
* [[Trotskyisme]]
2.4. Sosialisme sebagai sistem ekonomi
Sistem ekonomi sosialisme sebenarnya cukup sederhana. Berpijak pada konsep [[Karl Marx]]
tentang penghapusan kepimilikan hak pribadi, prinsip ekonomi sosialisme menekankan agar status
kepemilikan swasta dihapuskan dalam beberapa komoditas penting dan menjadi kebutuhan
masyarakat banyak, seperti air, listrik, bahan pangan, dan sebagainya.
Kritik dan debat
Sejumlah pakar ekonomi dan sejarah telah mengemukakan beberapa masalah yang berkaitan
dengan teori sosialisme. Diantaranya antara lain [[Milton Friedman]], [[Ayn Rand]], [[Ludwig von
Mises]], [[Friedrich Hayek]], dan [[Joshua Muravchik]].
Kritik dan keberatan tentang sosialisme dapat dikelompokkan menjadi:
* Insentif
* Harga
* Keuntungan dan kerugian
* Hak milik pribadi
3. Sistem Perekonomian Komunisme
3.1. pengertian
Komunisme adalah suatu sistem perekonomian di mana peran pemerintah sebagai
pengatur seluruh sumber-sumber kegiatan perekonomian. Setiap orang tidak diperbolehkan
memiliki kekayaan pribadi, sehingga nasib seseorang bisa ditentukan oleh pemerintah. Semua
unit bisnis mulai dari yang kecil hingga yang besar dimiliki oleh pemerintah dengan tujuan
pemerataan ekonomi dan kebersamaan. Namun tujuan sistem komunis tersebut belum pernah
sampai ke tahap yang maju, sehingga banyak negara yang meninggalkan sistem komunisme
tersebut.
Perekonomian yang berlandaskan kepada ideologi komunisme merupakan perekonomian
yang bertujuan bagaimana setiap anggota masyarakat bekerja berdasarkan kemampuan dan keahlian
mereka untuk menciptakan komunal (komunal berarti kumpulan, komunitas, dari yang sederhana
hingga yang kompleks) yang sejahtera. Dalam perekonomian komunisme, seorang guru bekerja
sebagai guru, seorang tukang ojek bekerja sebagai tukang ojek, menteri bekerja sebagai menteri.
Artinya semua mengerjakan apa yg menjadi keahliannya. Individu dalam ekonomi komunisme bukan
mengejar kekayaan, melainkan bagaimana dia bersumbangsih terhadap komunalnya, terhadap
kepentingan sosialnya. Seorang komunis akan "kaya" disaat dia berhasil mengabdikan dirinya untuk
kepentingan komunal, kepentingan sosial. Mungkinkah kita seperti itu? Adakah orang yang tidak mau
kaya secara materi?
Justru dengan ekonomi komunismelah kita mendapatkan kekayaan yang tanpa ada kesenjangan, tidak
ada miskin dan kaya, karena kita sama kaya nya, karena kita satu komunal, seorang komunis akan
berpikir bagaimana komunal nya sejahtera, disaat komunal nya telah sejahtera, secara otomatis dia
sejahtera. Berbeda dengan kapitalis yang berprinsip bagaimana harta saya berlipat ganda? Apa yang
dilakukan untuk melipatgandakan harta itu? Segala cara dilakukan oleh kapitalis.
Ekonomi kapitalis bergerak dari bagaimana individu memperkaya diri. Seandainya ada 10 orang
kapitalis di sebuah komunitas. Dengan prinsip kapitalis, tentunya mereka akan saling bersaing,
menjatuhkan yang lain, karena tidak mungkin dalam sebuah pertarungan ada 10 pemenang. Artinya
akan muncul 1 kapitalis paling kaya di antara mereka dan 1 kapitalis paling miskin. Ke 10 orang
tersebut sudah pasti berbeda kekayaannya, dan sudah pasti yang paling lemah yang paling miskin.
Bayangkan, sudah lemah, miskin lagi.
Ekonomi komunis bergerak bagaimana komunalnya menjadi kaya (sejahtera). Seandainya ada 10
orang komunis di komunal itu, maka 10 orang berpikir, bekerja dan berpartisipasi mewujudkan
komunal yang kaya. Tidak ada konflik satu sama lain. Semua bekerja untuk komunal. Setiap orang
mengerjakan spesialisasi masing-masing. Semua orang akan dengan sendirinya menjadi kaya seiring
dengan kaya nya komunal itu. Mereka semua memiliki kekayaan yang setara, tidak ada yang miskin,
semua setara. Mungkinkah kita cemburu atau iri apabila yang kita punya setara dengan yang orang
lain punya? Hanya karena perbedaanlah maka timbul kecemburuan.
Hanya dengan komunismelah kita mampu menyingkirkan kesenjangan sosial.
3.2 Negara komunis
Ideologi komunisme mula diterapkan ketika meletusnya Revolusi Bolshevik di Rusia pada 7
November 1917. Sejak itu komunisme disebarkan sebagai sebuah ideologi ke negara lain.
Komunisme tidak percaya kepada kewujudan Tuhan. Ini menyebabkan ramai penduduk
beragama tidak menyokong komunis. Kerajaan komunis juga sering menindas mereka yang
berpegang kepada agama.
Secara rasminya ada 9 buah negara yang pernah ditubuhkan berpegang dengan fahaman
komunis:
1. Kesatuan Soviet (Kesatuan Republik Sosialis Soviet)
2. China (Republik Rakyat China)
3. Cuba (Republik Cuba)
4. Laos (Republik Demokratik Rakyat Lao)
5. Vietnam (Republik Sosialis Vietnam)
6. Korea Utara (Republik Demokratik Rakyat Korea)
7. Yaman Selatan (Republik Demokratik Rakyat Yaman )
8. Myanmar/Burma (Republik Sosialis Kesatuan Burma)
9. Kemboja/Kampuchea (Demokratik Kampuchea)
Walau bagaimanapun hanya 5 buah negara yang kekal memerintah di bawah komunis iaitu:
1. China
2. Laos
3. Vietnam
4. Cuba
5. Korea Utara
Sungguhpun begitu, fahaman komunis yang diperjuangkan dahulu sudah mula luntur
dimamah usia selepas pencetusannya. Hal ini dapat dilihat di Negara China sendiri, polisi
pemerintah China terhadap pelabur (kapitalis) yang dianggap musuh rakyat telah berubah
semenjak 90-an lagi. Hal ini dapat dilihat dengan kebanjiran kilang-kilang di dalam negara
China sendiri.
Walaupun ramai yang menganggap ideologi komunisme sudah lemah berikutan jatuhnya
Kesatuan Republik Soviet pada tahun 1991, namun ideologi itu tetap wujud dalam bentuk
sosialisme. Masih terdapat Parti Komunis di negara-negara lain seperti di barat yang
memperjuangkan hak pekerja, pelajar dan bersikap anti-penjajah.
3.3 Sistem Perekonomian
Sistem perekonomian Komunisme, dimana peran pemerintah sebagai pengatur seluruh sumber-
sumber kegiatan perekonomian. Setiap orang tidak diperbolehkan memiliki kekayaan pribadi,
sehingga nasib seseorang bisa ditentukan oleh pemerintah. Semua unit bisnis mulai dari yang kecil
hingga yang besar dimiliki oleh pemerintah dengan tujuan pemerataan ekonomi dan kebersamaan.
Namun tujuan sistem komunis tersebut belum pernah sampai ke tahap yang maju, sehingga banyak
negara yang meninggalkan sistem Komunisme tersebut.
Sosialisme sebagai ideologi, telah lama berkembang sejak ratusan tahun yang lalu. Pada akhir abad
ke-19, Karl Marx dan Friedrich Engels mengembangkan beberapa tesis untuk membedakan antara
Sosialisme dan Komunisme. Menurut mereka, Sosialisme adalah tahap yang harus dilalui masyarakat
untuk mencapai Komunisme. Dengan demikian Komunisme atau masyarakat tanpa kelas adalah
tujuan akhir sejarah. Konsekuensinya, tahap Sosialisme adalah tahap kediktatoran rakyat untuk
mencapai Komunisme, seperti halnya pendapat Lenin yang mengatakan bahwa Uni Sovyet berada
dalam tahap Sosialisme.
Hingga saat ini, partai-partai Sosial Demokrat masih tetap berdiri seperti halnya di Eropa seperti di
negara Jerman, Belanda, Norwegia dan Prancis. Beberapa yang menganut Sosialisme juga seperti
halnya partai-partai buruh di Inggris dan Itali. Sedangkan di Indonesia atau dapat disebut dengan
Sosialisme Indonesia atau sering disebut juga Sosialisme Religius, menurut E. Ultrech S.H. adalah
Sosialisme yang di Indonesiakan atau Indonesia yang disosialiskan.
Sosialisme Indonesia itu muncul di dalamnya jiwa seluruh rakyat Indonesia, tumbuh subur didalam
kebudayaan, dan adat-istiadat bangsa Indonesia meskipun Sosialisme itu tidak seratus persen
diterapkan oleh perilaku bangsa Indonesia. Disebut sebagai Sosialisme Religius itu pun merupakan
cerminan dari masyarakat Indonesia yang religius. Maka salah apabila Sosialisme Indonesia tersebut
digambarkan sama dengan Sosialisme di negara-negara lain yakni Sosialisme yang menolak
Pluralisme Demokratis. Justru sebaliknya, Sosialisme Indonesia adalah sangat menjunjung Pluralisme
Demokratis itu, yaitu menjunjung tinggi keberagaman yang ada di tanah air Indonesia.
Dalam perkembangannya pula, banyak diantara para pemikir Sosialis maupun praktisi gerakan-
gerakan Sosialisme masih mengandalkan Komunisme ( Marxisme ) sebagai dasar pemikiran maupun
gerakannya. Ada yang menggunakan Marxisme secara kritis akan tetapi ada juga yang secara
dogmatis memujanya hingga saat ini. Kecenderungan-kecenderungan demikian terjadi tidak hanya di
negara-negara Eropa akan tetapi juga di negara-negara dunia ketiga sepertihalnya di Indonesia.
Di Eropa, Marxisme digunakan sebagai alat analisa pemikiran, maka peran Marxisme lebih berlaku
pada perdebatan-perdebatan intelektual filsafat dalam melahirkan berbagai varian-varian baru.
Sementara di negara-negara dunia ketiga dimana tingkat kegiatan praksis Sosialisme lebih berjalan,
Marxisme masih menjadi ideologi dasar dan terutama bagi mereka yang baru saja lepas dari
kungkungan rezim otoriter militeristik.
Diantara ideologi Sosialisme dan ideologi Kapitalisme terjadi konflik yang tidak dapat dihindarkan,
hal ini dikarenakan Kapitalisme ingin mempertahankan pemilikan perorangan atas alat-alat produksi
dan ingin mempertahankan penghisapan manusia atas manusia melalui sistem kerja upahan di mana
besarnya upah ditentukan oleh pemilik kapital. Sedangkan Sosialisme ingin membebaskan manusia
dari belenggu rantai penghisapan manusia atas manusia dan bangsa atas bangsa melalui revolusi di
mana alat-alat produksi harus menjadi milik bersama seluruh masyarakat, digunakan bersama, dan
hasilnya untuk memenuhi kepentingan hidup bersama di bawah pengaturan negara.
Dalam ideologi Kapitalisme, negara adalah pelayan kaum Kapitalis. Negara harus membuat undang-
undang untuk melindungi kepemilikikan kapital kaum Kapitalis. Disamping itu negara harus
melaksanakan kebijakan politik yang melindungi dan menguntungkan kaum Kapitalis. Sedangkan di
dalam ideologi Sosialisme, negara merupakan pelayan rakyat. Dalam arti, negara harus membuat
undang-undang untuk melindungi kepemilikan bersama seluruh masyarakat atas alat-alat produksi
dan disamping itu, negara harus melaksanakan kebijakan politik yang melindungi dan
menguntungkan kaum pekerja (buruh).
4. Sistem Perekonomian Fasisme
4.1. Sejarah
Paham fasisme mencuat ketika dimulainya masa Perang Dunia II. Setidaknya perang
yang muncul saat itu, terjadi sebagai akibat perkembangan ideology fasis di Italia, Jerman
dan Jepang, yang ingin meluaskan pengaruh ekstra-nasionalisnya. Sehabis berlangsungnya
Perang Dunia II, ideologi fasisme seakan-akan berakhir, tetapi hal yang terjadi tidak nyata
demikian. Sebagai sebuah produk pemikiran, benih-benih fasisme akan terus ada selama
terdapat kondisi obyektif yang membentuknya.
Ebenstein mencatat bahwa “jika komunisme adalah pemberontakan pertama terhadap
liberalisme, maka fasisme adalah pemberontakan kedua”. Fasisme muncul dengan
pengorganisasian pemerintahan dan masyarakat secara totaliter, kediktatoran partai tunggal
yang bersifat: ultra-nasionalis, rasis, militeris dan imperialis. Fasisme juga muncul pada
masyarakat pasca-demokrasi dan pasca-industri. Jadi, fasisme hanya muncul di negara yang
memiliki pengalaman demokrasi. Hal- hal yang penting dalam penbentukan suatu karakter
negara fasis adalah militer, birokrasi, prestise individu sang diktator dan terpenting, dukungan
massa. Semakin keras pola kepemimpinan suatu negara fasis, semakin besar pula dukungan
yang didapatnya.
4.2. Latar Belakang Fasisme
Kondisi penting lainnya dalam pertumbuhan negara fasis adalah perkembangan
industrialisasi. Munculnya negara industri, memunculkan ketegangan sosial dan ekonomi.
Jika liberalisme adalah penyelesaian ketegangan dengan jalan damai yang mengakomodasi
kepentingan yang ada, maka fasisme mengingkari perbedaan kepentingan secara paksaan.
Fasisme mendapat dukungan pembiayaan dari industriawan dan tuan tanah, karena kedua
kelompok ini mengharapkan lenyapnya gerakan serikat buruh bebas, yang dianggapnya
menghambat kemajuan proses produksi dalam industri. Sumber dukungan lain bagi rezim
fasis adalah kelas menengah, terutama pegawai negeri. Mereka melihat fasisme adalah
sebuah sarana untuk mempertahankan prestise yang ada sekaligus perlindungan politik.
Fasisme juga memerlukan dukungan dari kaum militer, sebagaimana fasisme Jerman, Italia
dan Jepang, sebagai jalan menuju militerisasi rakyat.
Meskipun fasisme bukan merupakan akibat langsung dari depresi ekonomi, sebagaimana
teori marxis, tetapi jelas kaum fasis memanfaatkan hal itu. Banyaknya angka pengangguran
akibat depresi, melahirkan kelompok yang secara psikologis menganggap dirinya tidak
berguna dan diabaikan. Saat hal ini terjadi, maka fasisme bekerja dengan memulihkan harga
diri mereka, dengan menunjukkan bahwa mereka adalah ras unggul sehingga mereka merasa
dimiliki. Dengan modal inilah, maka fasisme juga memperoleh dukungan dari rakyat lapisan
bawah.
Dengan demikian, fasisme bekerja pada setiap lapisan masyarakat. Fasisme memanfaatkan
secara psikologis kesamaan-kesamaan pokok yang ada seperti: frustasi, kemarahan dan
perasaan tak aman. Tak aneh, jika dalam sejarahnya rezim fasis senantiasa mendapatkan
dukungan masyarakat. Terutama hal ini jelas terjadi di Jerman.
Akar-akar Psikologis Totaliterisme
Petunjuk ke arah pemahaman fasisme terletak pada kekuatan dan tradisi masyarakatnya. Di
Jerman, Jepang dan Italia, tradisi otoritarianisme sudah menjadi hal yang terjadi berabad-
abad. Sehingga munculnya rezim fasis merupakan hal yang biasa. Dengan cara hidup otoriter
maka jalan menuju otorianisme hanya menunggu waktunya saja. Munculnya kediktatoran
secara politik, ditandai dengan munculnya pemimpin yang menggebu-gebu meraih kekuasaan
dan memiliki hasrat yang kuat untuk mendominasi.
Namun demikian antara sang diktator dan fasisme juga dipengaruhi iklim suatu masyarakat.
Ada kalanya iklim suatu negara lebih mudah menerima kediktatoran dibandingkan dengan
negara lainnya. Jerman, Italia dan jepang mungkin adalah tipekal negara demikian. Adanya
gerakan massa yang otoriter dalam fasisme justru ditentukan oleh hasrat banyak orang untuk
memasrahkan diri dengan setia. Hal ini tentunya tidak dapat diamati dari sudut pandang
rasionalitas. Fasisme ibarat memanfaatkan kondisi psikologis kepatuhan sang anak kepada
orang-tuanya. Dengan kepatuhan, maka sang anak akan terlindungi karena memiliki tempat
bergantung.
Fasisme juga memiliki ciri untuk menyesuaikan diri dengan praktek kuno yang sudah ada.
Mementingkan status dan kekuatan pengaruh, kesetiaan kelompok, kedisiplinan dan
kepatuhan yang membabi-buta. Hal ini menyatu dalam membentuk karakter fasis. Sehingga
sebagai suatu kesatuan, mereka hanya patuh terhadap perintah tanpa harus mempersoalkan
apa dan bagaimananya.
Sebagai cara mempertahankan kesatuan, fasisme juga menciptakan musuh-musuh yang nyata
maupun imajiner. Jerman memusuhi yahudi, karena yahudi dianggap ras rendah yang
senantiasa mengotori kemurnian ras arya. Memusuhi kaum komunis maupun liberalis-kapital,
karena mereka bukan bangsa arya atau indo-jerman. Jika merasa kekuatannya telah cukup
untuk tidak sekedar berteori, maka kaum Fasis mulai menunjukkan sifat imperialisnya.
Mereka akan menjanjikan kemenangan dalam permusuhan dengan bangsa lain. Kaum fasis
senantiasa ingin menunjukkan bahwa mereka lebih unggul dari bangsa atau negara manapun.
Nahasnya, apabila fasisme kalah, maka sang pemimpin fasis akan menjadi korban
kehancuran rezimnya sendiri. Sejarah mencatat nasib tragis yang dialami Mussolini yang
ditembak dan digantung oleh rakyatnya sendiri, setelah sebelumnya Italia mengumumkan
kekalahannya dalam perang. Nasib Hitler mungkin sedikit lebih baik, karena ia “mati
terhormat” tanpa harus tunduk kepada musuhnya.
4.3. Teori dan Praktek Fasisme
Doktrin dan Kebijaksanaan
Tidak seperti komunisme, fasisme tidak memiliki landasan prinsipil yang baku atau mengikat
perihal ajarannya. Apalagi dewasa ini dapat dipastikan, bahwa fasisme tidak memiliki
organisasi yang menyatukan berbagai prinsip fasis yang bersifat universal.
Namun demikian, bukan berarti fasisme tidak memiliki ajaran. Setidaknya para pelopor
fasisme meninggalkan jejak ajaran mereka perihal fasisme. Hitler menulis Mein Kampft,
sedangkan Mussolini menulis Doktrine of Fascism. Ajaran fasis model Italia-lah yang
kemudian menjadi pegangan kaum fasis didunia, karena wawasannya yang bersifat moderat.
Menurut Ebenstein, unsur-unsur pokok fasisme terdiri dari tujuh unsur:
Pertama, ketidak percayaan pada kemampuan nalar. Bagi fasisme, keyakinan yang
bersifat fanatik dan dogmatic adalah sesuatu yang sudah pasti benar dan tidak boleh lagi
didiskusikan. Terutama pemusnahan nalar digunakan dalam rangka “tabu” terhadap masalah
ras, kerajaan atau pemimpin.
Kedua, pengingkaran derajat kemanusiaan. Bagi fasisme manusia tidaklah sama,
justru pertidaksamaanlah yang mendorong munculnya idealisme mereka. Bagi fasisme, pria
melampaui wanita, militer melampaui sipil, anggota partai melampaui bukan anggota partai,
bangsa yang satu melampaui bangsa yang lain dan yang kuat harus melampaui yang lemah.
Jadi fasisme menolak konsep persamaan tradisi yahudi-kristen (dan juga Islam) yang
berdasarkan aspek kemanusiaan, dan menggantikan dengan ideology yang mengedepankan
kekuatan.
Ketiga, kode prilaku yang didasarkan pada kekerasan dan kebohongan. Dalam
pandangan fasisme, negara adalah satu sehingga tidak dikenal istilah “oposan”. Jika ada yang
bertentangan dengan kehendak negara, maka mereka adalah musuh yang harus dimusnahkan.
Dalam pendidikan mental, mereka mengenal adanya indoktrinasi pada kamp-kamp
konsentrasi. Setiap orang akan dipaksa dengan jalan apapun untuk mengakui kebenaran
doktrin pemerintah. Hitler konon pernah mengatakan, bahwa “kebenaran terletak pada
perkataan yang berulang-ulang”. Jadi, bukan terletak pada nilai obyektif kebenarannya.
Keempat, pemerintahan oleh kelompok elit. Dalam prinsip fasis, pemerintahan harus
dipimpin oleh segelintir elit yang lebih tahu keinginan seluruh anggota masyarakat. Jika ada
pertentangan pendapat, maka yang berlaku adalah keinginan si-elit.
Kelima, totaliterisme. Untuk mencapai tujuannya, fasisme bersifat total dalam
meminggirkan sesuatu yang dianggap “kaum pinggiran”. Hal inilah yang dialami kaum
wanita, dimana mereka hanya ditempatkan pada wilayah 3 K yaitu: kinder (anak-anak),
kuche (dapur) dan kirche (gereja). Bagi anggota masyarakat, kaum fasis menerapkan pola
pengawasan yang sangat ketat. Sedangkan bagi kaum penentang, maka totaliterisme
dimunculkan dengan aksi kekerasan seperti pembunuhan dan penganiayaan.
Keenam, Rasialisme dan imperialisme. Menurut doktrin fasis, dalam suatu negara
kaum elit lebih unggul dari dukungan massa dan karenanya dapat memaksakan kekerasan
kepada rakyatnya. Dalam pergaulan antar negara maka mereka melihat bahwa bangsa elit,
yaitu mereka lebih berhak memerintah atas bangsa lainnya. Fasisme juga merambah jalur
keabsahan secara rasialis, bahwa ras mereka lebih unggul dari pada lainnya, sehingga yang
lain harus tunduk atau dikuasai. Dengan demikian hal ini memunculkan semangat
imperialisme.
Terakhir atau ketujuh, fasisime memiliki unsur menentang hukum dan ketertiban
internasional. Konsensus internasional adalah menciptakan pola hubungan antar negara yang
sejajar dan cinta damai. Sedangkan fasis dengan jelas menolak adanya persamaan tersebut.
Dengan demikian fasisme mengangkat perang sebagai derajat tertinggi bagi peradaban
manusia. Sehingga dengan kata lain bertindak menentang hukum dan ketertiban
internasional.
4.5 Ekonomi Fasis
Ekonomi fasis menurut Ebenstein memiliki ciri negara korporasi. Dalam pemahaman ini,
negara berkuasa untuk menata dan mengawasi system perekonomian. Negara fasis mengatur
asosiasi modal dan tenaga kerja, dimana tenaga kerja diawasi dan asosiasi mendapatkan
monopolinya. Dengan demikian negar berfunsi sebagai kelompok penengah.
Ada dua asumsi yang mendasari filsafat negara korporasi. Pertama,masyarakat biasa tidak
boleh memikirkan hal-hal yang bersifat politik. Mereka hanya berhak menjalankan tugasnya
sendiri-sendiri. Kedua, para elitlah yang dianggap memiliki kemampuan untuk memahami
masalah seluruh anggota masyarakat. Karena itu hanya mereka yang berhak memerintah.
Demokrasi dengan tegas menolak hal ini. Demokrasi melihat bahwa aspek ekonomi dan
politik adalah sesuatu yang tak terpisahkan. Selain itu sangat tidak mungkin para penguasa
menggantikan “perasaan’ masyarakat yang dikuasai, terlebih lagi adanya prinsip kelas unggul
di dalam masyarakat.
Bagi kaum fasis sendiri, Italia misalnya, negara korporasi bukanlah suatu respons atas
kapitalisme maupun sosialisme liberal. Melainkan adalah suatu solusi kreatif dalam
memikirkan kemakmuran ekonomi. Namun demikian, bagaimanapun fasisme yang totaliter
tidak pernah mengizinkan persaingan bebas. Negara harus menunjukkan kuasanya diatas
kepentingan atau unsur apapun.
Pada akhirnya, negara korporasi fasis terbukti kebangkrutannya. Saat Italia mulai
dikalahkan oleh tentara sekutu pada Perang Dunia II, maka kepercayaan terhadap Il Duce
juga memudar. Akhirnya, Mussolini harus merasakan hukuman mati dari rakyatnya sendiri.
4.6 Kasus “Fasisme” di Spanyol
Dalam melengkapi bahasannya, Ebenstein juga menceritakan mengenai keberadaan gerakan
fasisme di Spanyol, di bawah pimpinan jendral Franco. Ebenstein mencatat bahwa ideology
fasisme di Spanyol bertindak lebih moderat, karena pada awalnya ia hanya merupakan bentuk
perkembangan kepentingan nasionalisme. Jendral Franco sendiri juga pada awalnya bukanlah
seorang fasis, melainkan hanya militer biasa. Ia justru memanfaatkan kelompok Phalangis
dalam menjalankan kekuasaannya. Berbeda dengan Fasisme Jerman dan Itali, dimana
partailah yang memanfaatkan militer.
Bertahannya gerakan “fasis” franco lebih disebabkan karakter Spanyol yang agak berbeda
dengan fasisme di Jerman maupun Italia. Di Spanyol, franco menjadi penguasa karena
kemenangannya dalam perang saudara melawan kelompok republik. Ia juga mendapatkan
dukungan kaum gerejawan, yang dipinggirkan dalam pemerintahan republik. Lebih penting,
franco berkuasa atas negara yang baru mengembangkan industri dan baru bangkit sehabis
perang, sehingga ketika Perang Dunia II terjadi, ia memilih untuk tidak melibatkan diri dalam
persekutuan fasisme Italia-Jerman dan Jepang. Ketidak ikutsertaannyalah yang membuat
rezim Franco mampu bertahan. Bahkan hingga kematiannya, ia masih di elukan oleh
rakyatnya.
Namun demikian, pada akhirnya fasisme di Spanyol justru tumbang secara konstitusional
dengan tahap kompromi yang lebih lunak. Dalam hal ini kelompok monarki Raja Juan Carlos
memainkan hal yang penting, dan ternyata rakyat Spanyol juga tidak terlampau bereaksi
karena perubahan yang ada. Lambat laun, Spanyol memasuki system liberalisme dan menjadi
bagian masyarakat eropa.
4.7 Tanggapan terhadap bacaan
Tulisan ebenstein mengenai fasisme, mencoba mendudukkan ideology fasisme dalam tataran
substansial. Ia melihat gejala fasisme sebagai suatu kondisi pada sebuah masyarakat, dan
mungkin saja dapat terulang kembali. Tulisan ebenstein juga dikayakan dengan contoh
kontemporer, yaitu kasus Spanyol.
Namun demikian, terdapat juga hal yang dirasakan kurang mengenai hal bagaimana fasisme
mampu mempertahankan dukungan massa. Ebenstein hanya melihat adanya kekerasan
sebagai suatu faktor pendukung, seakan melupakan faktor yang lainnya. Padahal, terdapat
mekanisme penting yang dilupakan Ebenstein yaitu bagaimana kaum fasis menciptakan
slogan atau ritus-ritus historis demi membangun karakter nasionalisme mereka.
Bagaimanapun juga, jika kita mengamati munculnya negara fasis terdapat kecenderungan
bahwa fasisme muncul pada negara yang memiliki identitas historis yang kuat.
Tentu bukan suatu kebetulan, selain menggunakan kekerasan, fasisme juga memanfaatkan
parade atau aksi massa untuk memperkuat nasionalisme pendukungnya. Ketika Hitler atau
Mussolini menciptakan gaya sapaan atau slogan dalam ritusnya, hal ini harus dilihat sebagai
cara untuk menciptakan pola hubungan kharismatik (meminjam istilah Max Weber) antara
penguasa dengan rakyatnya. Sehingga dalam konteks inilah hubungan patronase yang
dikatakan ebenstein, dapat dilihat secara aktif. Secara psikologis, melihat manusia berduyun-
duyun berkumpul memberi dukungan, maka akan menimbulkan nuansa sakralitas dan
mitologis mengenai kemampuan komunal yang tak terkalahkan. Hitler lebih kuat fasismenya
bukan hanya karena ia lebih kejam, melainkan juga karena ia mampu memanipulasi dengan
cerdas symbol-symbol yang ada dalam masyarakat.
Faktor sejarah, juga merupakan kekuatan tersendiri. Hitler selalu mendengungkan “Third
Reich”, Mussolini senantiasa mengatakan “Italia la Prima”, sedangkan Jepang senantiasa
menunjukkan propaganda sebagai “Pemimpin Asia”. Ketika Hitler dan Mussolini menjabat
sebagai kepala pemerintahan, maka keduanya juga membangun bangunan-bangunan megah
sebagai symbol kejayaan suatu kekaisaran masa lampau. Bahkan Mussolini memperbaharui
beberapa monumen Romawinya. Dengan kenangan masa lalulah, fasisme bergerak untuk
menciptakan kejayaan di masa sekarang. Karena bagi mereka, hanya negara yang pernah
unggul berhak atas sejarah dimasa sekarang. Dan inilah yang juga diandalkan oleh Hitler
maupun Mussolini, dimana mereka mampu meyakinkan rakyatnya atas dasar keyakinan
sejarah yang demikian.
Dalam konteks hubungan masa sekarang, ternyata ebenstein belum sampai pada kesimpulan
penutup apakah masa depan fasisme masih ada. Pada titik inilah, terkadang muncul kealpaan
kita dalam melihat keberadaan fasisme. Padahal fasisme yang rasis, sebagai suatu gagasan
dan tindakan juga berada di mana-mana. Apakah benar yang ditunjukkan Paul Wilkinson
(dan juga Harun Yahya), bahwa kekuatan kaum fasis sedang merasuki anak-anak generasi
muda lewat gelombang musik punk dan skin head, dimana symbol nazisme senantiasa
menjadi ikonnya. Atau apakah benar kelompok fasis sedang berupaya membangkitkan jati-
dirinya kembali dengan hooliganisme di kancah sepak bola? Saya kira hal ini masih
merupakan asumsi-asumsi yang harus dibuktikan oleh sejarah perihal kebenarannya.
5 Sistem Perekonomi Syariah
Ada empat sistem ekonomi yang ada di muka bumi ini yaitu Kapitalis, sosialis, komunis, dan
fasisme. Sistem ekonomi tersebut merupakan sistem ekonomi yang berkembang berdasarkan
pemikiran barat. Selain itu, tidak ada diantara sistem ekonomi yang ada secara penuh berhasil
diterapkan dalam perekonomian di banyak negara. Sistem ekonomi sosialis atau komando hancur
dengan bubarnya Uni Soviet. Dengan hancurnya komunisme dan sistem ekonomi sosialis pada
awal tahun 90-an membuat sistem kapitalisme disanjung sebagai satu-satunya sistem ekonomi
yang sahih. Tetapi ternyata, sistem ekonomi kapitalis membawa akibat negatif dan lebih buruk,
karena banyak negara miskin bertambah miskin dan negara kaya yang jumlahnya relatif sedikit
semakin kaya.
Dengan kata lain, kapitalis gagal meningkatkan harkat hidup orang banyak terutama di negara-
negara berkembang. Bahkan menurut Joseph E. Stiglitz (2006) kegagalan ekonomi Amerika
dekade 90-an karena keserakahan kapitalisme ini. Ketidakberhasilan secara penuh dari sistem-
sistem ekonomi yang ada disebabkan karena masing-masing sistem ekonomi mempunyai
kelemahan atau kekurangan yang lebih besar dibandingkan dengan kelebihan masing-masing.
Kelemahan atau kekurangan dari masing-masing sistem ekonomi tersebut lebih menonjol
ketimbang kelebihannya.
Karena kelemahannya atau kekurangannya lebih menonjol daripada kebaikan itulah yang
menyebabkan muncul pemikiran baru tentang sistem ekonomi terutama dikalangan negara-negara
muslim atau negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam yaitu sistem ekonomi
syariah. Negara-negara yang penduduknya mayoritas Muslim mencoba untuk mewujudkan suatu
sistem ekonomi yang didasarkan pada Al-quran dan Hadist, yaitu sistem ekonomi Syariah yang
telah berhasil membawa umat muslim pada zaman Rasulullah meningkatkan perekonomian di
Zazirah Arab. Dari pemikiran yang didasarkan pada Al-quran dan Hadist tersebut, saat ini sedang
dikembangkan Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah di banyak negara Islam termasuk
di Indonesia.
Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah merupakan perwujudan dari paradigma Islam.
Pengembangan ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah bukan untuk menyaingi sistem
ekonomi kapitalis atau sistem ekonomi sosialis, tetapi lebih ditujukan untuk mencari suatu sistem
ekonomi yang mempunyai kelebihan-kelebihan untuk menutupi kekurangan-kekurangan dari
sistem ekonomi yang telah ada. Islam diturunkan ke muka bumi ini dimaksudkan untuk mengatur
hidup manusia guna mewujudkan ketentraman
hidup dan kebahagiaan umat di dunia dan di akhirat sebagai nilai ekonomi tertinggi. Umat di
sini tidak semata-mata umat Muslim tetapi, seluruh umat yang ada di muka bumi. Ketentraman
hidup tidak hanya sekedar dapat memenuhi kebutuhan hidup secara melimpah ruah di dunia,
tetapi juga dapat memenuhi ketentraman jiwa sebagai bekal di akhirat nanti. Jadi harus ada
keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan hidup di dunia dengan kebutuhan untuk akhirat.
Menurut Islam, kegiatan ekonomi harus sesuai dengan hukum syara’. Artinya, ada yang boleh
dilakukan dan ada yang tidak boleh dilakukan atau dengan kata lain harus ada etika. Kegiatan
ekonomi dan kegiatan-kegiatan lainnya yang bertujuan untuk kehidupan di dunia maupun di
akhirat adalah merupakan ibadah kepada Allah S.W.T. Semua kegiatan dan apapun yang
dilakukan di muka bumi, kesemuannya merupakan perwujudan ibadah kepada Allah S.W.T.
Dalam Islam, tidak dibenarkan manusia bersifat sekuler yaitu, memisahkan kegiatan ibadah/
uhrowi’ dan kegiatan duniawi.
Dalam Islam, harta pada hakikatnya adalah milik Allah, dan harta yang dimiliki oleh manusia
sesungguhnya merupakan pemberian Allah, oleh karenanya harus dimanfaatkan sesuai dengan
perintah Allah. Menurut Islam, orientasi kehidupan manusia menyangkut hakikat manusia, makna
hidup, hak milik, tujuan penggunaan sumberdaya, hubungan antara manusia dan lingkungan,
harus didasarkan pada Al-quran dan Hadist.
Menyangkut sistem ekonomi menurut Islam ada tiga prinsip dasar (Chapra dalam Imamudin
Yuliadi. 2000) yaitu Tawhid, Khilafah, dan ‘Adalah. Prinsip Tawhid menjadi landasan utama bagi
setiap umat Muslim dalam menjalankan aktivitasnya termasuk aktivitas ekonomi. Prinsip ini
merefleksikan bahwa penguasa dan pemilik tunggal atas jagad raya ini adalah Allah SWT.
Prinsip Tawhid ini pula yang mendasari pemikiran kehidupan Islam yaitu Khilafah (Khalifah) dan
‘Adalah (keadilan).
Khilafah mempresentasikan bahwa manusia adalah khalifah atau wakil Allah di muka bumi ini
dengan dianugerahi seperangkat potensi spiritual dan mental serta kelengkapan sumberdaya
materi yang dapat digunakan untuk hidup dalam rangka menyebarkan misi hidupnya. Ini berarti
bahwa, dengan potensi yang dimiliki, manusia diminta untuk menggunakan sumberdaya yang ada
dalam rangka mengaktualisasikan kepen-tingan dirinya dan masyarakat sesuai dengan
kemampuan mereka dalam rangka mengabdi kepada Sang Pencipta, Allah SWT.
Prinsip ‘Adalah (keadilan) menurut Chapra merupakan konsep yang tidak terpisahkan dengan
Tawhid dan Khilafah, karena prinsip ‘Adalah adalah merupakan bagian yang integral dengan
tujuan syariah (maqasid al-Syariah).
Dalam hal pemilikan sumberdaya atau faktor produksi, Sistem Ekonomi Syariah memberikan
kebebasan yang tinggi untuk berusaha dan memiliki sumberdaya yang ada yang berorientasi
sosial dengan memberikan selft interest yang lebih panjang dan luas. Namun perlu diingat bahwa,
segala sesuatu yang diperoleh merupakan pemberian Allah, karenanya harus digunakan sesuai
dengan petunjuk Allah dan dikeluarkan zakat-nya dan sadaqah yang ditujukan bagi Muslim yang
belum berhasil sebagai implementasi dari rasa sosial yang tinggi. Selain itu, negara dan juga
pemerintah berperan untuk menjaga keseimbangan yang dinamis untuk merealisasikan
kesejahteraan masyarakat. Jadi, dalam Sistem Ekonomi Syariah, ada landasan etika dan moral
dalam melaksanakan semua kegiatan termasuk kegiatan ekonomi, selain harus adanya
keseimbangan antara peran pemerintah, swasta, kepentingan dunia dan kepentingan akhirat
dalam aktivitas ekonomi yang dilakukan.
2. Perbandingan Paradigma, Dasar dan Filosofi Sistem Ekonomi
Dari penjelasan yang telah diungkapkan di atas menyangkut sistem ekonomi yang ada, maka ada
tiga sistem ekonomi yang utama saat ini, yang diterapkan oleh negara-negara di muka bumi ini.
Tiga sistem ekonomi utama tersebut adalah sistem ekonomi kapitalis, sistem ekonomi sosialis,
dan sistem ekonomi syariah. Ke tiga sistem ekonomi tersebut mempunyai paradigma, dasar dan
fisolofi yang berbeda dan bertolak belakang satu dengan yang lain. terlihat bahwa, untuk sistem
ekonomi sosialis, paradigma yang digunakan adalah Marxis yaitu paradigma yang tidak
mengakui pemilikan secara individual. Semua kegiatan, baik produksi maupun yang lainnya
ditentukan oleh negara dan didistribusikan secara merata menurut kepen-tingan negara. Dasar
yang digunakan dalam ekonomi sosialis yaitu bahwa, pemilikan faktor produksi pribadi tidak
diakui. Sedangkan filosofinya yaitu bahwa, semua anggota masyarakat merupakan satu kesatuan
yang mempunyai kesamaan hak, kesamaan tanggungjawab dan kesamaan lainnya. Dalam sistem
ekonomi sosialis ini, semua orang harus sama tidak boleh ada perbedaan.
Sistem ekonomi kapitalis merupakan sistem ekonomi yang mempunyai paradigma bahwa,
kegiatan ekonomi ditentukan oleh mekanisme pasar. Semua aktivitas ekonomi ditentukan oleh
mekanisme pasar. Dasar pemikiran yang digunakan adalah bahwa, semua orang merupakan
makhluk ekonomi yang berusaha untuk meme-nuhi kebutuhannya yang tidak terbatas dan akan
terus
berusaha memenuhinya sekuat kemampuannya. Individualisme merupakan filosofi yang
digunakan. Dalam hal ini, semua orang berhak untuk memenuhi kebutuhannya sebanyak-
banyaknya dan berhak atas kekayaan yang dimilikinya secara penuh. Faktor-faktor produksi
dapat dikuasai secara individu dan digunakan oleh yang bersang-kutan sesuai dengan
keinginannya tanpa dibatasi sepanjang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Paradigma, dasar dan filosofi sistem ekonomi
Selanjutnya, sistem ekonomi syariah mempunyai paradigma bahwa, segala sesuatu yang ada dan
kegiatan yang dilakukan harus didasarkan pada Al Qur’an dan Hadist atau syariah Islam. Dalam
kegiatan ekonomi, dasar yang digunakan adalah bahwa, sebagai umat Muslim setiap orang
mempunyai kewajiban untuk melakukan semua aktivitas sesuai dengan ajaran Islam. Filosofi
yang diterapkan yaitu bahwa, semua manusia adalah makhluk Allah, karenanya harus selalu
mengabdi kepada-Nya. Semua aktivitas yang dilakukan termasuk aktivitas ekonomi merupakan
ibadah kepada Allah.
Dalam ekonomi syariah, etika agama kuat sekali melandasi hukum-hukumnya. Etika sebagai
ajaran baik-buruk, benar-salah, atau ajaran tentang moral khususnya dalam perilaku dan tindakan-
tindakan ekonomi, bersumber terutama dari ajaran agama. Itulah sebabnya banyak ajaran dan
paham dalam ekonomi Barat merujuk pada kitab Injil (Bible), dan etika ekonomi Yahudi banyak
merujuk pada Taurat. Demikian pula etika ekonomi Islam termuat dalam
lebih dari seperlima ayat-ayat yang dimuat dalam Al-Qur’an. Namun jika etika agama Kristen-
Protestan telah melahirkan semangat (spirit) kapitalisme, maka etika agama Islam tidak mengarah
pada Kapitalisme maupun Sosialisme. Jika Kapitalisme menonjolkan sifat individualisme dari
manusia, dan Sosialisme pada kolektivisme, maka Islam menekankan empat sifat sekaligus
yaitu :
1. Kesatuan (unity)
2. Keseimbangan (equilibrium)
3. Kebebasan (free will)
4 .Tanggungjawab (responsibility)
Manusia sebagai wakil atau kalifah Tuhan di dunia tidak mungkin bersifat individualistik, karena
semua (kekayaan) yang ada di bumi adalah milik Allah semata, dan manusia adalah
kepercayaannya di bumi.
Sistem ekonomi syariah berbeda dari Kapitalisme, Sosialisme, maupun Negara Kesejahteraan
(Welfare State). Berbeda dari Kapitalisme karena Islam menentang eksploitasi oleh pemilik
modal terhadap buruh yang miskin, dan melarang penumpukan kekayaan. ”Kecelakaanlah bagi
setiap … yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung” (Al-Qur’an Al-Humazah, 2). Orang
miskin dalam Islam tidak dihujat sebagai kelompok yang malas dan yang tidak suka menabung
atau berinvestasi. Ajaran Islam yang paling nyata menjunjung tinggi upaya pemerataan untuk
mewujudkan keadilan sosial, ”jangan sampai kekayaan hanya beredar dikalangan orang-orang
kaya saja diantara kamu” (Al-Qur’an, Al-Hasyr, 7).
Disejajarkan dengan Sosialisme, Islam berbeda dalam hal kekuasaan negara, yang dalam
Sosialisme sangat kuat dan menentukan. Kebebasan perorangan yang dinilai tinggi dalam Islam
jelas bertentangan dengan ajaran Sosialisme.
Akhirnya ajaran Ekonomi Kesejahteraan (Welfare State) yang berada di tengah-tengah antara
Kapitalisme dan Sosialisme memang lebih dekat ke ajaran Islam. Bedanya hanyalah bahwa dalam
Islam etika benar-benar dijadikan pedoman perilaku ekonomi sedangkan dalam Welfare State
tidak demikian, karena etika Welfare State adalah sekuler yang tidak mengarahkan pada
”integrasi vertikal” antara aspirasi materi dan spiritual (Naqvi,1951,h80)
Karena etika dijadikan pedoman dalam kegiatan ekonomi, maka dalam berbisnis juga
menggunakan etika Islam. Etika bisnis menurut ajaran Islam juga dapat digali langsung dari Al
Qur’an dan Hadist Nabi. Misalnya karena adanya larangan riba, maka pemilik modal selalu
terlibat langsung dan bertanggung jawab terhadap jalannya perusahaan miliknya, bahkan terhadap
buruh yang dipekerjakannya. Perusahaan dalam sistem ekonomi syariah adalah perusahaan
keluarga bukan Perseroan Terbatas yang pemegang sahamnya dapat menyerahkan pengelolaan
perusahaan begitu saja pada Direktur atau manager yang digaji. Memang dalam sistem yang
demikian tidak ada perusahaan yang menjadi sangat besar, seperti di dunia kapitalis Barat, tetapi
juga tidak ada perusahaan yang tiba-tiba bangkrut atau dibangkrutkan.
Etika Bisnis Islam menjunjung tinggi semangat saling percaya, kejujuran, dan keadilan,
sedangkan antara pemilik perusahaan dan karyawan berkembang semangat kekeluargaan
(brotherhood). Misalnya dalam perusahaan yang Islami gaji karyawan dapat diturunkan jika
perusahaan benar-benar merugi dan karyawan juga mendapat bonus jika keuntungan perusahaan
meningkat. Buruh muda yang masih tinggal bersama orang tua dapat dibayar lebih rendah,
sedangkan yang sudah berkeluarga dan punya anak dapat dibayar lebih tinggi dibanding rekan-
rekannya yang muda.
5.2 Sejarah
Konsep ekonomi syariah mulai diperkenalkan kepada masyarakat pada tahun 1991 ketika Bank
Muamalat Indonesia berdiri, yang kemudian diikuti oleh lembaga-lembaga keuangan lainnya. Pada
waktu itu setiap lembaga keuangan syariah mengadakan sosialisasi dengan usaha sendiri, sehingga
akan menjadi beban yang berat manakala mengetahui bahwa sosialisasi sistem ekonomi syariah hanya
dapat berhasil apabila dilakukan dengan cara yang terstruktur dan berkelanjutan.
Menyadari hal tersebut, lembaga-lembaga keuangan syariah berkumpul dengan mengajak seluruh
kalangan yang berkepentingan untuk membentuk suatu organisasi, yang dengan usaha bersama akan
melaksanakan program sosialisasi yang terstruktur dan berkesinambungan kepada masyarakat.
Organisasi ini kemudian dinamakan ?Masyarakat Ekonomi Syariah?, dengan anggota dari lembaga
keuangan syariah, lembaga pendidikan, lembaga nirlaba, perusahaan dan bahkan perorangan.
Masyarakat Ekonomi Syariah yang disingkat dengan MES, atau dengan sebutan dalam bahasa Inggris
adalah The Society for Islamic Sharia Economy atau dalam bahasa arabnya Al Ijtima? lil-Iqtishadi Al-
Islamiy, didirikan pada hari Senin, Tanggal 1 Muharram 1422 H, bertepatan pada tanggal 26 Maret
2001 M. Pendiri MES adalah Perorangan, lembaga keuangan, lembaga pendidikan, lembaga kajian
dan badan usaha yang tertarik untuk mengembangkan ekonomi syariah. MES berasaskan Syariah
Islam, serta tunduk pada peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia,
sehingga terbuka bagi setiap warga negara dan badan hokum Indonesia tanpa memandang keyakinan
agamanya.
Pada awalnya MES didirikan hanya untuk di Jakarta saja tanpa mempunyai rencana untuk
mengembangkan ke daerah-daerah. Ternyata kegiatan yang dilaksanakan oleh MES memberikan
ketertarikan bagi rekan-rekan di daerah untuk melaksanakan kegiatan serupa. Pada saat itu disepakati
mempersilahkan rekan-rekan di daerah untuk menggunakan nama MES dengan menambahkan nama
daerah dibelakangnya. Disepakati pula bahwa diantara kepengurusan tidak ada jalur koordinasi
apalagi komando.
Bisa ditebak, perkembangan ekonomi syariah di daerah semakin meluas, banyak MES-MES daerah
yang berdiri. Sebut saja MES JABAR, MES SULSEL, MES SULTRA, MES JATIM, MES
MALANG RAYA, MES SEMARANG, MES SURAKARTA, dll. Kegiatan sosialisasi dan edukasi
masyarakat tentang ekonomi syariah semakin memberikan dampak positif bagi masyarakat dan
industri keuangan syariah tentunya.
Nama MES dan peran aktif yang semakin terasa menyebabkan permintaan izin untuk mendirikan
MES di daerah lain semakin banyak masuk ke Jakarta. Sehingga rekan-rekan MES Daerah mendesak
agar MES-MES ini disatukan dalam satu organisasi bersama. Karena desakan semakin kuat, maka
pada Mei 2006, tepatnya saat penyelenggaraa Indonesia Sharia Expo I, MES menyelenggarakan
Musyawarah Nasional Luar Biasa Masyarakat Ekonomi Syariah. Disepakati bahwa seluruh MES
daerah bersedia berhimpun dalam satu organisasi bersama yang bersifat Nasional. Menyepakati MES
yang di Jakarta sebagai Pengurus Pusat dan menugaskan untuk menyusun AD/ART pertama MES.
Tahun 2008 adalah tahun pertama bagi Masyarakat Ekonomi Syariah melaksanakan Musyawarah
Nasional. Disana akan dimatangkan lebih lanjut gerak dan langkah organisasi ini dalam
menggerakkan ekonomi masyarakat ke arah ekonomi syariah serta menjadikan solusi atas masalah
ekonomi negara ini.
Harapan ke depan, peran MES dalam mensosialisasikan ekonomi syariah dapat lebih ditingkatkan
lagi. Penggerak MES adalah mereka yang kreatif dan punya program-program unggulan. MES
menjadi mitra pemerintah (legislatif dan eksekutif) dan juga Bank Indonesia dalam mengembangkan
ekonomi syariah. Bersama-sama dengan Majelis Ulama Indonesia untuk mendorong pemerintah
dalam mencanangkan gerakan ekonomi syariah secara nasional. Untuk itulah, culture value MES
kiranya perlu lebih digali lagi.
MES juga harus tetap independen, tidak terafiliasi dengan salah satu partai politik, namun harus tetap
menjalin kerjasama agar dapat diterima semua pihak. Alhamdulillah, dengan segala aktifitasnya, MES
telah mendapat pengakuan di semua kalangan masyarakat, baik dari kalangan ulama, praktisi,
akademisi, pemerintah dan legislatif.
VISI MES
Sebagai organisasi kemasyarakatan, MES mempunyai visi menjadi wadah yang diakui sebagai acuan
dan diikuti sebagai teladan bagi usaha percepatan pengembangan dan penerapan system ekonomi dan
etika usaha yang sesuai dengan syariah Islam di Indonesia
MISI MES
1. Membangun sinergi dan kemitraan di antara perorangan dan lembaga-lembaga yang terlibat
dalam kegiatan ekonomi syariah
2. Mewujudkan silaturrahim di antara pelaku-pelaku ekonomi, perorangan dan lembaga yang
berkaitan dengan ekonomi syariah
3. Mendorong pengembangan aktivitas ekonomi syariah di Indonesia sehingga menjadi pilihan
utama bagi masyarakat dalam kegiatan usaha termasuk dalam hal investasi maupun
pembiayaan
4. Meningkatkan hubungan antara anggota dan otoritas yang terkait dengan kegiatan ekonomi dan
keuangan syariahMeningkatkan kegiatan untuk membentuk sumber daya insani yang
mempunyai akhlak, ilmu dan kemampuan untuk menjalankan dan mengembangkan kegiatan
ekonomi syariah
DEKLARASI
Bahwa sesungguhnya Islam adalah konsep yang rahmatan lilalamin, maka segala kegiatan yang
berasaskan syariah Islam diyakini dapat berlaku bagi segenap bangsa indomesia, terlepas dari
keyakinan agama yang dianutnya.
Dan kegiatan penelitian, pengembanngan serta penerapan sistem ekonomi dan etika usaha yang sesuai
dengan syariah islam telah membutuhkan wadah yang diharapkan diakui sebagai acuan dan diikuti
sebagai teladan bagi usaha percepatan pengembangan dan penerapan sistem ekonomi dan etika usaha
yang sesuai dengan syariah islam si Indonesia.
Maka dengan menyebut Nama Alllah, Rabb Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang Serta
dengan memanjatkan Segala Puji bagi Allah, Rabb Semesta Alam : Kami, Asosiasi, Lembaga
Keuangan, Lembaga Pendidikan, Badan Usaha dan Perorangan yang peduli atas berkembanganya
sistem Ekonomi dan Etika Usaha yang berlandaskan Syariah Islam Di Indonesia, Dengan ini
menyatakan berdirinya wadah silaturahmi dengan nama masyarakat Ekonomi Syariah.
Kemudian untuk mencapai tujuan wadah silaturahmi yaitu tercapainya suatu masyarakat yang
melaksanakan kegiatan ekonomi dengan mengikuti syariah Islam secara Kaffah atau paripurna, maka
dengan ini kami menyatakan bahwa melalui wadah silaturahmi ini kami akan menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan untuk :
1. Membangun sinergi dan kemitraan di antara perorangan dan lembaga-lembaga yang terlibat
dalam kegiatan ekonomi syariah
2. Mewujudkan silaturrahim di antara pelaku-pelaku ekonomi, perorangan dan lembaga yang
berkaitan dengan ekonomi syariah
3. Mendorong pengembangan aktivitas ekonomi syariah di Indonesia sehingga menjadi pilihan
utama bagi masyarakat dalam kegiatan usaha termasuk dalam hal investasi maupun
pembiayaan
4. Meningkatkan hubungan antara anggota dan otoritas yang terkait dengan kegiatan ekonomi dan
keuangan syariah
5. Meningkatkan kegiatan untuk membentuk sumber daya insani yang mempunyai akhlak, ilmu
dan kemampuan untuk menjalankan dan mengembangkan kegiatan ekonomi syariah
Sistem Penggajian Syariah Untuk Perusahaan
1 dari 1 Kompasianer menilai Inspiratif.
Sistem penggajian syariah? sepertinya agak baru ditelinga kita. Yang sering kita dengar
adalah sistem perbankan syariah atau ekonomi syariah, namun disini saya akan membahas
mengenai penggajian syariah. Walaupun kadang-kadang perbankan syariah saja tidak
menggunakan sistem syariah untuk penggajian karyawan di perusahaanya, namun saya
sangat yakin sistem penggajian syariah adalah sistem yang paling adil bagi pengusaha
maupun karyawan.
Sistem ini sekarang sudah mulai dilirik untuk menyelamatkan perusahaan dari hantaman
krisis. Ada yang terang-terangan, ada yang sambil malu-malu menyebut kata syariah dan ada
yang hanya mengambil esensinya tanpa membawa kata syariahnya, alias diganti nama.
Semua itu bagi saya tidak begitu penting. Yang penting adalah bahwa sistem Illahiyah ini
terbukti mampu bertahan dalam berbagai situasi.
Sebenarnya prinsip dari penggajian syariah simpel sekali, yakni memberikan gaji kepada
karyawan benar-benar sesuai dengan prestasi dan kontribusinya terhadap pendapatan
perusahaan. Gaji karyawan bisa naik dan turun sesuai dengan laba yang diperoleh
perusahaan. Dengan sistem bagi hasil dan bagi resiko ini, kedua belah pihak sama-sama
diuntungkan. Karyawan sebagai pekerja beruntung karena seluruh upayanya dalam
memajukan perusahaan dihargai dengan fair. Prestasi sekecil apapun akan mendapatkan
apresiasi dalam bentuk materi. Hal ini merupakan implementasi dari sebuah ayat Al Qur’an
bahwa amal walaupun sebesar biji zahra, akan mendapatkan pahala yang setimpal.
Bagi Perusahaan, penggajian syariah juga menguntungkan, karena dengan sistem ini mampu
merubah status biaya gaji dari fix cost menjadi variable cost. Dengan begitu biaya gaji bisa
dibuat menjadi unlimited, karena semakin besar gaji yang diberikan, berarti pendapatan
perusahaan juga semakin besar. Perusahaan tidak pernah terbebani dengan biaya gaji,
meskipun pendapatan perusahaan sedang turun tajam.
Bukan hanya itu, dengan sistem penggajian syariah, memungkinkan menggali potensi
karyawan secara lebih dalam ketimbang dengan sistem penggajian konvensional. Karena
dengan sistem ini, karyawan tidak perlu khawatir bahwa upaya, ide dan prestasinya akan
tidak dihargai oleh perusahaan. Kadang karyawan memiliki kemampuan yang jauh lebih
besar dari apa yang mereka tunjukkan ketika perusahaan menggunakan sistem konvensional.
Namun mereka merasa tidak ada gunanya mengeluarkan ide untuk membesarkan perusahaan,
toh tidak akan berpengaruh apa-apa bagi dirinya. Alih-alih mendapatkan promosi naik
jabatan, kadang kala malah justru mendapatkan perlawanan dari teman-temanya sendiri yang
tidak ingin berubah.
Penggajian syariah juga akan menurunkan tingkat PHK pada perusahaan. PHK terjadi
biasanya karena perusahaan tidak mampu lagi membayar gaji karyawan disatu sisi dan disisi
lain karyawan tidak pernah mau diturunkan gajinya. Karyawan selalu ingin dinaikkan gajinya
dari waktu ke waktu, tak peduli perusahaan sedang untung maupun rugi. Sekali menaikkan
gaji, jangan harap bisa menurunkanya, maka banyak perusahaan yang lebih memilih
karyawan kontrak daripada harus merekrut karyawan tetap, yang makin lama akan menjadi
beban perusahaan. Sedangkan dengan sistem penggajian syariah, setiap bulan gaji bisa naik
dan turun sesuai dengan laba perusahaan. Realisitis sekali kan?
Lalu bagiamana implementasi pengajian syariah ini pada perusahaan?
Pada prinsipnya, setelah melakukan pembukuan secara rinci selama satu bulan, kita akan
mendapatkan data total pendapatan yang diterima. Lalu total pendapatan ini dikurangi seluruh
biaya yang dikeluarkan pada bulan tersebut, dengan demikian kita akan mendapatkan laba
bersih perusahaan. Kemudian laba bersih itulah yang akan dibagi antara perusahaan dengan
karyawan. Misalnya saja 40% dari laba bersih tersebut yang akan diberikan kepada karyawan
sebagai gaji dan 60% nya untuk pengembangan usaha dan sebagianya merupakan keuntungan
pemilik perusahaan.
Menghitung seperti diatas sangatlah mudah, biasanya yang sulit adalah mendirstribusikan
40% jatah gaji karyawan kepada masing-masing orang agar sesuai dengan prestasi dan
kontribusinya.
Salah satu solusi adalah dengan menerapkan sistem poin. Kita bisa membagi menjadi dua
kelompok, yaitu poin pokok dan poin prestasi. Poin Pokok adalah poin tetap yang diberikan
perusahaan dengan mempertimbangkan jabatan, masa kerja, loyalitas dan integritas selama
karyawan tersebut bekerja.
Sedangkan Poin Prestasi adalah Poin yang diberikan atas prestasi yang telah ia gapai,
misalnya berdasarkan omzet penjualan yang berhasil ia lakukan, jika ia seorang marketing.
Jika seorang teknisi bisa diambil dari jumlah service yang telah berhasil ia lakukan dengan
benar. Bisa juga berdasarkan jumlah sepatu yang berhasil ia jahit dengan baik bagi karyawan
pabrik, atau berapa karung yang telah ia pindahkan dari gudang ke mobil, jika ia seorang kuli
angkut gudang.
Setelah semua orang yang terlibat dalam perusahaan mendapatkan poin, kita jumlahkan total
poin yang berhasil dikumpulkan oleh semua karyawan dalam perusahaan. Dari situ kita akan
menemukan nilai indek poin. Yakni dengan cara membagi jumlah uang yang 40% dari laba
bersih tadi dengan jumlah poin yang berhasil dikumpulkan oleh seluruh karyawan.
Index Poin inilah yang akan dikalikan dengan jumlah poin masing-masing karyawan untuk
mendapatkan nilai gaji yang akan mereka terima. Index poin ini setiap bulan akan berubah-
ubah. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah pendapatan, besarnya biaya dan jumlah poin yang
berhasil dikumpulkan.
Kesimpulan
Saya melihat bahwa setiap sistem ekonomi yang dipakai saat ini memiliki kelebihan dan
kelemahan masing- masing. Baik itu sistem kapitalis, fasis, komunis ,sosialis dan syariah.
Dan menurut saya sistem ekonomi yang terbaik untuk dipakai itu adalah sistem ekonomi
yang memiliki resiko yang rendah tetapi bisa memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Untuk
saat ini sistem perekonomian syariah sudah banyak digunakan dikalangan bisnis. Karena
sistem ini dapat bertahan ketika datangnya masalah. Baik sekali apabila sistem ini lebih di
perdalam lagi.