tugas dr suyanto sidik sppd

4
INDIKASI PEMBERIAN KORTIKOSTEROID PADA HEPATITIS Hepatitis autoimun adalah keadaan inflamasi kronik dan progresif. Kerusakan jaringan hati yang parah disebabkan adanya antibodi yang menyerang dan menghancurkan sel-sel hati, disertai peradangan yang cenderung berkembang menjadi sirosis dan akhirnya menyebabkan kegagalan fungsi hati. Pada hepatitis autoimun didapatkan hipergamaglobulinemia dan adanya autoantibody dalam sirkulasi darah. Hepatitis autoimun tipe I, mirip penyakit lupus. Pada pemeriksaan darah ditemukan ANA dan peningkatan kadar globulin. Sering dijumpai pada wanita muda hingga usia pertengahan dengan keluhan lesu, hilangnya nafsu makan, nyeri sendi dan ikterik. Hepatitis autoimun tipe II, biasanya pada anak-anak. Pada kelainan tipe ini, dijumpai anti-LKM antibodi pada tubuh penderita. o Tipe IIa banyak ditemukan pada wanita muda. Pada kelainan ini ditemukan peningkatan kadar globulin di dalam darah penderita dan memberikan respon yang baik terhadap steroid. o Tipe IIb tipe ini berkaitan dengan infeksi hepatitis C ; cenderung terjadi pada pria-pria berusia lanjut. Pada tipe ini, kadar globulin darah normal dan memberikan respons yang baik terhadap interferon.

Upload: aryan-imansyah

Post on 02-Aug-2015

111 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Dr Suyanto Sidik SpPD

INDIKASI PEMBERIAN KORTIKOSTEROID PADA HEPATITIS

Hepatitis autoimun adalah keadaan inflamasi kronik dan progresif. Kerusakan jaringan hati

yang parah disebabkan adanya antibodi yang menyerang dan menghancurkan sel-sel hati, disertai

peradangan yang cenderung berkembang menjadi sirosis dan akhirnya menyebabkan kegagalan

fungsi hati. Pada hepatitis autoimun didapatkan hipergamaglobulinemia dan adanya autoantibody

dalam sirkulasi darah.

Hepatitis autoimun tipe I, mirip penyakit lupus. Pada pemeriksaan darah ditemukan ANA

dan peningkatan kadar globulin. Sering dijumpai pada wanita muda hingga usia

pertengahan dengan keluhan lesu, hilangnya nafsu makan, nyeri sendi dan ikterik.

Hepatitis autoimun tipe II, biasanya pada anak-anak. Pada kelainan tipe ini, dijumpai

anti-LKM antibodi pada tubuh penderita.

o Tipe IIa banyak ditemukan pada wanita muda. Pada kelainan ini ditemukan

peningkatan kadar globulin di dalam darah penderita dan memberikan respon

yang baik terhadap steroid.

o Tipe IIb tipe ini berkaitan dengan infeksi hepatitis C ; cenderung terjadi pada pria-

pria berusia lanjut. Pada tipe ini, kadar globulin darah normal dan memberikan

respons yang baik terhadap interferon.

Steroid merupakan obat pilihan utama. Banyak penelitian klinis yang menunjukkan terapi

steroid memberikan perbaikan yang besar pada gejala-gejala klinis dan terhadap hasil

pemeriksaan darah serta meningkatkan angka keselamatan hidup. Sekitar 8 % pasien yang

mendapatkan terapi steroid memberikan respon yang baik, tetapi terapi ini tidak memiliki

pengaruh terhadap pencegahan terjadinya sirosis.

Dikenal dua regimen terapi HAI yakni pemberian prednisone tunggal atau kombinasi

prednisone dengan azathioprin. Kedua regimen ini memberikan perubahan klinis, laboratorium,

dan histologik yang sama. Penggunaan kombinasi lebih didasarkan pertimbangan untuk

menghindari komplikasi efek samping kortikosteroid dosis tinggi. Kombinasi antara prednison

dan azathioprin yang memberikan keuntungan besar. Bagaimanapun azathioprin sendiri

menimbulkan efek samping berupa penekanan pada sistem kekebalan Pemberian azathioprin

Page 2: Tugas Dr Suyanto Sidik SpPD

tunggal tanpa kombinasi kurang efektif untuk mencapai kesembuhan. Saat ini pengobatan

tersebut efektif dan dianjurkan bagi kasus-kasus hepatitis autoimun yang berat, tidak dianjurkan

untuk diberikan pada kasus-kasus yang ringan atau kasus-kasus tanpa gejala. Hampir separuh

atau 50 % penderita kemungkinan mengalami kekambuhan kembali setelah pemberian steroid

dihentikan. Kekambuhan dapat dikurangi atau dikontrol dengan melanjutkan terapi azathioprin.

Jika dengan terapi di atas gagal dan terjadi sirosis atau gagal hati, maka pilihan satu-satunya

adalah melakukan transplantasi hati.

Prednisone tunggal

(mg/hari)

Prednisone (mg/hari)

Azathioprin (mg/hari)

Minggu 1 60 30 50Minggu 2 40 20 50Minggu 3 30 15 50Minggu 4 30 15 50

Pemeliharaan hingga target akhir

20 10 50

Efek Samping Obat

Pemantauan efek samping obat sangat diperlukan mengingat pasien akan diberikan terapi

imunosupresi jangka panjang. Delapan puluh persen akan mengalami perubahan dari segi

kosmetik, seperti wajah membulat, jerawat, pembentukan dorsal hump dan obesitas, umumnya

terjadi setelah pemberian kortikosteroid dua tahun.

Komplikasi lainnya yang sering dilaporkan adalah osteoporosis, kompresi vertebral,

diabetes, katarak, hipertensi, biasanya muncul setelah terapi berkesinambungan selama 18 bulan

dan pada dosis prednison lebih dari 10 mg per hari.

Umumnya, alasan untuk menghentikan terapi adalah perubahan kosmetik dan obesitas

(47%), osteopenia dan kompresi vertebral (27%).

Komplikasi penggunaan azathioprin adalah hepatitis kolestatik, penyakit vena-oklusif,

pankreatitis, mual, muntah, kemerahan, dan supresi sumsum tulang. Efek samping ini muncul

pada 10% pasien yang menerima azathioprin 50mg per hari. Keluhan ini biasanya membaik

dengan mengurangi dosis atau menghentikan obat.