tugas bu dina akper pemkab muna

31
Metode melahirkan di dalam air atau water birth semakin populer dan menjadi tren persalinan. Banyak yang merasakan manfaatnya. Selain mampu mereduksi rasa sakit, persalinan di dalam kolam berisi air hangat juga membuat ibu hamil memiliki tenaga lebih untuk mengejan. Seperti dikutip dari Modernmom.com, beberapa penelitian bahkan mengklaim bahwa metode melahirkan dalam air juga bermanfaat bagi bayi yang akan dilahirkan. Berdasar laporan Waterbirth Internasional, metode ini membutuhkan sebuah kolam bersalin khusus berisi air dengan suhu 95-100 derajat Fahrenheit. Sangat disarankan menghindari penggunaan bathtubs atau kolam anak kecil, karena sulit akan mempertahankan suhu yang tepat. Berikut beberapa hal yang perlu Anda ketahui tentang water birth. Persalinan di air (Inggris: waterbirth) adalah proses persalinan atau proses melahirkan yang dilakukan di dalam air hangat. Sejarah Persalinan di air merupakan perkembangan yang relatif baru yang diperkenalkan di Eropa, Perancis pada tahun 1803. Pada 1970-an, beberapa bidan dan dokter di Rusia dan Prancis menjadi tertarik dengan cara-cara membantu bayi melakukan transisi dari dalam kehidupan di dalam rahim dengan kehidupan di luar sehalus mungkin. Keprihatinan mereka bahwa perawatan bersalin modern, dengan banyak intervensi, membuat bayi menjadi traumatis. Beberapa dokter, termasuk dokter kandungan Perancis Frederic Leboyer (1983), berpikir bayi dapat terkena dampak seumur hidup karena cara mereka lahir ke dunia.

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 25-Jun-2015

657 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas bu dina AKPER PEMKAB MUNA

Metode melahirkan di dalam air atau water birth semakin populer dan menjadi tren persalinan. Banyak yang merasakan manfaatnya. Selain mampu mereduksi rasa sakit, persalinan di dalam kolam berisi air hangat juga membuat ibu hamil memiliki tenaga lebih untuk mengejan. Seperti dikutip dari Modernmom.com, beberapa penelitian bahkan mengklaim bahwa metode melahirkan dalam air juga bermanfaat bagi bayi yang akan dilahirkan. Berdasar laporan Waterbirth Internasional, metode ini membutuhkan sebuah kolam bersalin khusus berisi air dengan suhu 95-100 derajat Fahrenheit. Sangat disarankan menghindari penggunaan bathtubs atau kolam anak kecil, karena sulit akan mempertahankan suhu yang tepat. Berikut beberapa hal yang perlu Anda ketahui tentang water birth.Persalinan di air (Inggris: waterbirth) adalah proses persalinan atau proses melahirkan yang dilakukan di dalam air hangat.SejarahPersalinan di air merupakan perkembangan yang relatif baru yang diperkenalkan di Eropa, Perancis pada tahun 1803. Pada 1970-an, beberapa bidan dan dokter di Rusia dan Prancis menjadi tertarik dengan cara-cara membantu bayi melakukan transisi dari dalam kehidupan di dalam rahim dengan kehidupan di luar sehalus mungkin.Keprihatinan mereka bahwa perawatan bersalin modern, dengan banyak intervensi, membuat bayi menjadi traumatis. Beberapa dokter, termasuk dokter kandungan Perancis Frederic Leboyer (1983), berpikir bayi dapat terkena dampak seumur hidup karena cara mereka lahir ke dunia.

ManfaatMelahirkan di dalam air membantu ibu hamil merasa lebih rileks sehingga dapat mengurangi rasa sakit saat persalinan. Dalam rendaman air, kulit akan memiliki elastisitas lebih besar, sehingga memperkecil risiko robek pada

Page 2: Tugas bu dina AKPER PEMKAB MUNA

jalan lahir bayi. Melahirkan dalam air juga bermanfaat untuk bayi. Medium air memudahkan transisi bayi dari rahim, berisi cairan ketuban, ke dunia luar. Pendukung teknik ini mengatakan bahwa persalinan dalam air tak berbahaya. Bayi akan bernapas dalam air, karena dia tidak akan mulai menggunakan paru-parunya sampai dia dibawa ke udara dalam 10 detik pertama setelah lahir.Bagi ibu

Ibu akan merasa lebih relaks karena semua otot yang berkaitan dengan proses persalinan menjadi elastis.

Metode ini juga akan mempermudah proses mengejan. Sehingga rasa nyeri selama persalinan tidak terlalu dirasakan.

Di dalam air proses pembukaan jalan lahir akan berjalan lebih cepat

Bagi bayi

Menurunkan risiko cedera kepala bayi. Meskipun belum dilakukan penelitian mendalam, namun pakar

kesehatan meyakini bahwa lahir dengan metode ini memungkinkan IQ bayi menjadi lebih tinggi dibandingkan bayi yang lahir dengan metode lain.

Peredaran darah bayi akan lebih baik, sehingga tubuh bayi akan cepat memerah setelah dilahirkan.

Resiko dan prasyarat

Kemungkinan air kolam tertelan oleh bayi sangat besar. Kondisi ini menyebabkan proses membutuhkan bantuan dokter kebidanan dan kandungan, juga spesialis anak yang akan melakukan pengecekan langsung saat bayi lahir. Sehingga jika ada gangguan bisa langsung terdeteksi dan diatasi.

Hipotermia atau suhu tubuh terlalu rendah akan dialami ibu jika proses melahirkan berlangsung lebih lama dari perperkiraan.

Bayi berisiko mengalami temperature shock jika suhu air tidak sama dengan suhu si ibu saat melahirkan yaitu 37 derajat celcius.

Tidak dapat dilakukan oleh ibu yang memiliki panggul kecil , sehingga harus melahirkan dengan bedah caesar.

Bila bayi beresiko sungsang lebih baik hindari melakukan persalinan di air.

Bila si ibu memiliki penyakit herpes, bisa beresiko menularkan penyakit tersebut melalui mata, selaput lendir dan tenggorokan bayi, karena kuman herpes dapat bertahan diair.

Kolam plastik yang digunakan harus benar benar steril agar tidak rentan terinfeksi kuman dan virus lainnya.

Tahapan persalinan

Page 3: Tugas bu dina AKPER PEMKAB MUNA

Proses persalinan di air memiliki tahapan yang sama seperti melahirkan normal. Hanya saja dengan ibu berendam dalam air hangat, membuat sirkulasi pembuluh darah jadi lebih baik. Akibatnya akan berpengaruh pula pada kontraksi rahim yang jadi lebih efektif dan lebih baik. Sehingga waktu tempuh dalam proses persalinan ini lebih singkat daripada proses melahirkan normal biasa.Berikut tahapannya:

Ibu masuk ke dalam air ketika akan melahirkan, ibu mengalami fase pembukaan laten dan aktif. Saat fase aktif pembukaan sudah mencapai 5cm, ibu baru bisa masuk ke kolam air. Pada fase ini biasanya dibutuhkan waktu sebentar saja, sekitar 1-2 jam untuk menunggu kelahiran sang bayi.

Sikap rileks, biasanya begitu ibu masuk ke dalam kolam air akan terasa nyaman dan hilang rasa sakitnya. Ibu dapat duduk dengan relaks dan bisa lebih fokus melahirkan. Dapat juga posisi lain seperti menungging.

Mengedan seiring kontraksi. Di dalam air, mengedan akan lebih ringan, tidak menggunakan tenaga kuat yang biasanya membuat terasa lebih sakit. Air akan memblok rangsang-rangsang rasa sakit. Jadi, rasa sakit yang ada tidak diteruskan, melainkan akan hilang dengan sendirinya. Ditambah lagi kemampuan daya apung dari air yang akan meringankan saat mengedan. Mengedan mengikuti irama datangnya kontraksi. Bayi yang keluar juga tak perlu bantuan manipulasi tangan atau lainnya, kecuali terlihat agak seret keluarnya. Kontraksi yang baik akan mempercepat pembukaan rahim dan mempercepat proses persalinan. Apalagi dengan ibu berendam dalam air, dinding vagina akan lebih rileks, lebih elastis, sehingga lebih mudah dan cepat membukanya. Hal ini pula yang menyebabkan tak perlunya jahitan setelah melahirkan, kecuali bila memang ada robekan.

Pengangkatan bayi. Setelah keluar kaki bayi dan tubuh seluruhnya, barulah bayi diangkat. Darah yang keluar tidak berceceran ke mana-mana, melainkan mengendap di dasar kolam, demikian pula dengan ari-ari bayi.Kontraksi rahim yang baik menyebabkan perdarahan yang terjadi pun sedikit.

Ketika bayi keluar dalam air, mungkin orang khawatir bayi akan tersedak, namun, sebetulnya bila diingat prinsipnya, bayi hidup sembilan bulan dalam air ketuban ibu. Jadi, begitu dia lahir keluar ke dalam kolam, sebetulnya dia lahir ke lingkungan dengan kondisi yang hampir mirip dalam kandungan, yaitu ke dalam air dengan suhu yang sama seperti halnya ketika dalam rahim. Ketika bayi keluar dalam air, saat itu bayi belum ada rangsang untuk bernapas. Setelah diangkat ke permukaan barulah terjadi perubahan, timbul rangsangan untuk bernapas dan biarkan ia menangis. Setelah stabil kondisi pernapasannya, barulah digunting tali pusarnya. Mengingat

Page 4: Tugas bu dina AKPER PEMKAB MUNA

melahirkan di air membuat sirkulasi oksigen ke bayi lebih baik, maka ketika bayi lahir tampak kulit yang lebih kemerahan.

Artinya, oksigenisasi ke bayi lebih baik dan membuat paru-parunya pun jadi lebih baik. Bayi juga tampak bersih tak banyak lemak di tubuhnya. Kemudian bayi dibersihkan dengan disedot sedikit dan dibersihkan tali pusarnya.

MetodeAda dua metode persalinan di air

Persalinan di air murni. Ibu masuk ke kolam persalinan setelah mengalami pembukaan 6 (enam) sampai proses melahirkan terjadi.

Persalinan di air emulsion. Ibu hanya berada di dalam kolam hingga masa kontraksi akhir. Proses melahirkan tetap dilakukan di tempat tidur

KelemahanSebuah penelitian mengungkap kekhawatiran bahwa medium air akan membuat tali pusat menjadi kusut atau terkompresi, sehingga bayi kemungkinan akanterengah-engah dan menghisap air ke dalam paru-paru mereka. Studi tahun 2002 yang dipublikasikan dalam jurnal kesehatan Pediatrics juga menyimpulkan bahwa persalinan dalam air meningkatkan risiko bayi tenggelam.Situs Live Science menambahkan bahwa kelahiran dalam air tidak direkomendasikan oleh American College of Obstetricians and Gynecologists sebagai pilihan proses melahirkan yang layak. Persalinan dalam air dikhawatirkan memicu risiko pneumonia atau infeksi pada otak, dan serangan kekuarangan oksigen.RisikoWanita dengan kondisi medis tertentu atau kehamilan rumit harus menghindari melakukan proses melahirkan di dalam air. Termasuk wanita dengan herpes, tekanan darah tinggi, wanita yang telah mengalami pendarahan tak terduga selama perjalanan kehamilan, wanita yang mengandung bayi kembar, dan ketika bayi dalam posisi sungsang. Melahirkan di dalam air juga tidak direkomendasikan untuk wanita yang masuk ke persalinan prematur.

Page 5: Tugas bu dina AKPER PEMKAB MUNA

Sumber : http://zona-orang-gila.blogspot.com/2010/08/proses-melahirkan-bayi-di-dalam-air.html

AdvertisementAdvertisement

Page 6: Tugas bu dina AKPER PEMKAB MUNA

Gentle Birth: Cara Melahirkan “Primitif” yang kembali Nge-tren

Untuk mencapai hidup yang lebih baik, terkadang kita justru perlu belajar pada kearifan alam.

Di sebuah rumah, suatu siang. Menjelang persalinannya, seorang perempuan memasuki kolam plastik berisi air hangat. Sambil duduk bersandar dan memejamkan mata, ia bernapas secara perlahan. Sesekali, ia mengubah posisinya dengan setengah berjongkok sambil menggoyang-goyangkan pinggul. Tak lama kemudian, dan dengan bibir tetap tersenyum, perempuan itu pun melahirkan. Bayi yang meluncur di dalam air itu ditangkap oleh bidan, dan langsung diletakkan di atas dada Sang Ibu untuk disusui – dalam keadaan belum dibersihkan atau pun dipotong tali pusarnya terlebih dahulu.

Adegan melahirkan secara gentle birth yang digambarkan dalam film dokumenter “Birth As We Know It”, karya Elena Tonetti, seorang aktivis gentle birth dari Rusia, itu, berulangkali membuat Wika (31 tahun), ibu rumah tangga dari Jakarta, menyeka air mata haru. “Tidak pernah terbayangkan bahwa seorang perempuan bisa melahirkan dengan cara seindah itu, seolah-olah tidak merasa sakit sama sekali. Sungguh menakjubkan!” tuturnya.

Namun bisa dimaklumi, jika kita yang cenderung skeptis mungkin justru tak langsung percaya dan cenderung menganggap adegan itu terjadi di dalam film saja. Bagaimana tidak, selama ini, melahirkan “telanjur” dianggap sebagai peristiwa yang menyakitkan, bahkan sewaktu-waktu dapat mengancam nyawa ibu dan anak. Alih-alih melahirkan di rumah, ibu yang akan melahirkan biasanya akan segera dilarikan ke klinik atau rumah sakit, untuk sepenuhnya ditangani dokter dan tenaga medis.

Pergeseran paradigma

Dr I Nyoman Hariyasa Sanjaya, SpOG, ahli kandungan dan kebidanan, penggagas Bali Water Birth Association (BWA), dari RS Sanglah, Denpasar, berpendapat, fenomena tersebut tidak bisa dilepaskan dari perkembangan jaman. Modernisasi, teknologi serba canggih dan keinginan untuk praktis, secara tidak disadari menyebabkan terjadinya dehumanisasi, yaitu proses reduksi manusia menjadi robot yang tidak lagi terdiri dari satu kesatuan mind, body, dan spirit. Proses

Page 7: Tugas bu dina AKPER PEMKAB MUNA

melahirkan pun dipandang sebagai peristiwa biologis semata. Selain itu, gambaran mengenai persalinan yang menyeramkan juga melekat di pikiran para perempuan sehingga tanpa pemahaman yang cukup, mereka cenderung “menyerahkan” tubuhnya pada pihak yang dianggap lebih tahu.

Pergeseran paradigma tersebut, tanpa disadari, menimbukan banyak trauma pada tubuh manusia, yang dampaknya tidak bisa dianggap remeh. “Sejak tahun 1970-an misalnya, terjadi tren operasi sesar  dan intervensi medis yang tidak perlu. Kedua faktor ini diduga kuat ikut menjadi faktor penyebab kegagalan proses menyusui, terjadinya baby blues syndrome (stres pasca persalinan), juga meningkatnya bermacam-macam gangguan penyakit, termasuk alergi dan autisme,” jelas Dr Hariyasa.

Bukan metode baru

Berangkat dari fenomena tersebut, lahirlah semacam kesadaran untuk kembali pada konsep persalinan yang alami dan memperhatikan semua aspek tubuh manusia secara holistik (gentle birth).

Perlu diketahui, gentle birth sama sekali bukan metode baru, karena pada dasarnya cara melahirkan semacam itu sudah dilakoni oleh nenek moyang kita sejak ribuan tahun yang lalu. Robbie Davis-Floyd dan Melissa Cheyney, dalam bukunya, Childbirth Across Cultures, mengungkapkan, posisi melahirkan dengan cara berdiri, berjongkok, setengah berjongkok, atau merangkak, misalnya, sama seperti yang dilakukan oleh suku-suku primitif di berbagai penjuru dunia. Beberapa penelitian mengungkapkan, posisi yang dilakukan secara instingtif tersebut sesuai dengan mekanisme alamiah tubuh manusia untuk melahirkan.

Saat melahirkan dalam keadaan setengah tegak, rongga panggul menjadi terbuka secara optimal, kontraksi kandungan mengarah ke bawah, dan proses keluarnya bayi sangat terbantu oleh bekerjanya hukum gravitasi. Kondisi ini membuat sobekan vagina tidak perlu terjadi. Aliran darah dari tubuh ibu ke rahim juga menjadi lebih lancar, sehingga asupan oksigen bagi bayi tetap tercukupi dan plasenta dapat keluar secara optimal. Posisi setengah tegak tadi juga terbukti menekan risiko terjadinya cedera punggung dan mengurangi rasa sakit.

Pada jaman dahulu, perempuan melahirkan di rumah adalah hal yang lumrah. Alasannya, melahirkan merupakan peristiwa domestik yang sakral, sehingga perempuan yang akan melahirkan cenderung memilih tempat, suasana, serta orang-orang yang sudah menjadi bagian hidupnya sehari-hari. Beberapa orang juga lebih suka pergi ke danau atau sungai untuk berendam selama kontraksi dan melahirkan bayinya di dalam air.

Untuk membantu jalannya persalinan, mereka menggunakan alat bantu berupa tongkat atau kursi yang bagian dudukannya dilubangi (untuk membantu menyangga tubuh), atau berpegangan pada tali, tiang, dan balok. Saat profesi bidan mulai dikenal, posisi-posisi dan cara melahirkan tadi tetap dipertahankan. Selama proses melahirkan bidan mendampingi si ibu sambil berlutut, untuk mengamati sekaligus bersiap-siap “menangkap” bayi. Setelah lahir, bayi segera diserahkan kembali pada si ibu untuk didekap dan disusui. Plasenta tidak selalu langsung dipotong,

Page 8: Tugas bu dina AKPER PEMKAB MUNA

seringkali dibiarkan terlepas dengan sendirinya. Seperti halnya binatang menyusui, ibu dan bayi juga tidur dan beraktivitas bersama sampai si anak siap untuk mandiri.

Persalinan modern, pada awalnya

Sebelum akhir abad ke-17, perempuan yang akan melahirkan masih dibiarkan mengambil posisi apapun yang dirasa nyaman. Posisi melahirkan pun berubah ketika pembantu persalinan tradisional serta bidan mulai digantikan oleh dokter: ibu yang akan melahirkan diminta berbaring telentang. Sebagai alat bantu, rumah sakit dan klinik bersalin menyediakan semacam “penahan” di bagian bawah lutut atau tungkai untuk membantu perempuan mengangkat kaki. Rumah sakit juga memberlakukan standar khusus pada proses persalinan, seperti pemberian suntikan urus-urus, pencukuran rambut kemaluan, “aturan untuk tiduran” menjelang persalinan, serta rawat pisah antara ibu dengan bayi yang dilahirkan.

Lauren Dundes, MHS, dalam laporan penelitiannya yang berjudul “The Evolution of Maternal Birthing Position” mengungkapkan, posisi melahirkan sambil berbaring dan mengangkat kaki (lithotomy) tidak dilatarbelakangi studi ilmiah, melainkan semata-mata dilakukan demi memudahkan dokter untuk memeriksa vagina dan menangani persalinan (American Journal of Public Health 1987, Vol.77, No.5). Alasannya, ketika perempuan yang akan melahirkan berada dalam posisi berbaring, kontraksi kandungannya akan mendorong bayi secara horisontal. Akibatnya, ia justru menentang kekuatan gravitasi. Selain memperlambat persalinan itu sendiri, posisi tersebut juga memperbesar kemungkinan terjadinya sobekan vagina dan timbulnya berbagai komplikasi.

Miriam Stoppard, MD, dalam bukunya Pregnancy and Birth Handbook, mengatakan, suntikan urus-urus tidak wajib diberikan jika perut pasien telah kosong. Sementara itu, pada persalinan normal, mencukur rambut kemaluan juga tidak perlu dilakukan. Studi yang ada menunjukkan, rambut kemaluan tidak meningkatkan kemungkinan infeksi dan membersihkan daerah vagina menggunakan kain kasa dan antiseptik dianggap sudah cukup. Stoppard berpendapat, alasan pencukuran rambut kemaluan lebih bertujuan memudahkan dokter untuk melakukan perobekan vagina sekaligus memudahkan pemulihan jahitan.

Beberapa kalangan mengritik penggunaan electronic fetal monitors (monitor elektronik untuk memantau detak jantung bayi), juga intervensi medis lain yang belum tentu diperlukan, namun mengondisikan ibu “harus” berbaring menjelang persalinan. Sebuah penelitian menunjukkan, kondisi tersebut justru mengakibatkan perasaan ibu menjadi tidak nyaman, dan diduga ikut berpengaruh terhadap kelancaran proses persalinannya.

Rawat pisah juga dianggap menyulitkan proses menyusui secara ekslusif dan terjalinnya bonding antara bayi dan keluarga. Padahal, begitu banyak studi mengungkapkan bahwa kedekatan ibu dan bayi pada saat-saat pertama dilahirkan sangat berpengaruh terhadap kelancaran menyusui, kualitas kesehatan bayi, mempercepat pemulihan ibu, menekan risiko baby blues syndrome, dan masih banyak lagi.

Trauma dalam persalinan

Page 9: Tugas bu dina AKPER PEMKAB MUNA

Otto Rank, psikoanalis asal Austria, dalam bukunya The Trauma of Birth mengungkapkan bahwa penyebab utama gangguan syaraf dan perilaku seseorang adalah proses persalinannya sendiri. Pernyataan itu diteliti secara mendalam oleh Arthur Janov, psikolog dan psikoterapis dari Amerika, dan riset yang dilakukan menemukan hal yang sama. Bahkan, ia menegaskan bahwa proses yang terjadi sebelum dan selama kehamilan juga ikut mempengaruhi.

Intervensi medis yang tidak perlu, metode persalinan dan penanganan yang tidak selaras dengan kebutuhan alamiah manusia, serta lingkungan yang tidak mendukung seperti inilah yang diyakini banyak peneliti sebagai penyebab trauma, baik terhadap ibu maupun bayi. Trauma tersebut ikut menentukan perilaku jiwa si anak ketika tumbuh dewasa, mulai bagaimana dia mengenal dan mengekspresikan cinta, berkomunikasi, berperilaku, mengambil keputusan, dan lain sebagainya.

Yang mencengangkan, trauma ternyata dialami oleh hampir semua orang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dr William Emerson, PhD, psikiater dari Amerika, yang berjudul “Birth Trauma: The Psychological Effects of Obstetrical Intervention”, ditemukan bahwa 95 persen persalinan yang terjadi di Amerika bersifat traumatis. Dari angka tersebut, 50 persennya adalah trauma sedang, dan 45 persennya merupakan trauma berat. Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Prenatal and Perinatal Psychology and Health (PPPH), tahun 1998, tersebut dianggap mewakili kasus trauma persalinan yang terjadi di dunia, karena metode persalinan modern saat ini sebagian besar berkiblat ke sana.

Gentle birth, dimulai sebelum persalinan

Elena Tonetti, aktivis gentle birth dari Rusia, menjelaskan, persalinan merupakan momen terpenting dalam kehidupan manusia. Sebab, pada saat bayi lahir terjadi proses limbic imprinting, yaitu terjadinya proses perekaman memori yang mendasari pemahamannya terhadap cinta. Jika persalinan terjadi penuh trauma, maka trauma tersebut direkam sebagai pemahaman tentang rasanya cinta yang dibawa seumur hidupnya. Sebaliknya, jika yang terjadi adalah persalinan ramah jiwa dan penuh kehangatan, demikianlah pula cinta akan terekam. Bayi tersebut akan tumbuh berdasarkan kasih, dan inilah yang ia warisi secara fisik, mental, dan spirit sampai dewasa. Hal yang sama juga diungkapkan oleh R.D Laing, ahli psikologi dari Scotlandia, dalam bukunya yang berjudul The Facts of Life.

“Itu sebabnya, aspek jiwa dalam kehamilan dan persalinan perlu dipahami secara lebih peka. Gentle birth pun sebaiknya tidak dipandang pada fase kelahiran saja, melainkan sebagai rangkaian yang sudah disadari sejak awal. Mulai dari hubungan seks yang dilakukan secara sadar, kehamilan yang dijalani sealamiah mungkin dan minim intervensi, persalinan yang ramah jiwa, hingga mengasuh anak dengan penuh kesadaran,” tutur Reza Gunawan, praktisi penyembuhan holistik di Jakarta, yang telah mempraktikkan persalinan gentle birth bersama Dewi Lestari, istrinya.

Prinsip yang harus dipenuhi

Dr Hariyasa mengungkapkan, gentle birth didasari keyakinan bahwa setiap perempuan memiliki potensi untuk menjalani proses melahirkan sealamiah mungkin, tenang, dan nyaman. Metode ini mengajarkan perempuan untuk menyatu, mempercayai isyarat tubuh, serta meyakini bahwa

Page 10: Tugas bu dina AKPER PEMKAB MUNA

tubuh mampu berfungsi sebagaimana mestinya sehingga komplikasi bisa ditekan serendah mungkin, bahkan dihindari.

Menurutnya, agar kondisi tersebut dapat tercapai, ada beberapa prinsip yang harus dipenuhi.

Pertama, melahirkan dipandang sebagai momen yang harus “dirayakan” dengan penuh rasa hormat, damai, dan sakral oleh semua yang terlibat di dalamnya. Untuk itu, aspek mental dan spiritual juga perlu diperhatikan.   Ibu diberi kesempatan untuk percaya, memberdayakan, dan memegang otonomi tubuhnya sendiri, sedangkan tenaga medis dan perlengkapannya bersifat membantu.

Kedua, adanya peran serta keluarga – terutama suami – untuk memberikan dukungan mental dan spiritual. Partisipasi aktif semacam itu akan membuat masing-masing pihak bertransformasi untuk “tumbuh dan berkembang” bersama. Karena bagaimanapun, proses kehamilan dan kelahiran sesungguhnya merupakan fase di mana orangtua “dibesarkan” menjadi pribadi yang lebih matang.

Ketiga, rasa mulas dan nyeri menjelang melahirkan dipandang sebagai mekanisme alamiah tubuh untuk membantu mengeluarkan bayi. Meskipun tetap ada, rasa nyeri tidak lagi dipandang sebagai rasa sakit yang perlu ditakuti atau dihindari.

Memahami nyeri

“Lagipula,” menurut Lanny Kuswandi, praktisi hypnobirthing dari Klinik Pro-V, Jakarta, “Sebenarnya nyeri itu bersifat sangat subjektif dan dipengaruhi banyak faktor. Mulai dari pengalaman hidup atau trauma, kondisi fisik, kecemasan, hingga budaya ibu yang bersangkutan. Artinya, semakin sehat fisiknya, semakin besar rasa percaya diri, kesiapan, serta keikhlasan ibu menjalani persalinannya, rasa nyerinya akan semakin ringan.”

Jadi yang perlu dilakukan adalah mengelola nyeri, dengan membuat hormon ini bisa diproduksi secara optimal. “Caranya, antara lain melatih diri agar mencapai kondisi relaks yang dalam (meditatif), karena dalam kondisi inilah hormon endorfin akan berproduksi dengan baik. Semua itu bisa dilatih dengan cara meditasi, wirid, yoga, hipnoterapi, atau apa pun yang membuat tubuh kita lebih terhubung secara fisik, mental dan spiritual. Dengan demikian, rasa nyeri bisa ditekan, teralihkan, atau bahkan dinikmati kehadirannya,” jelasnya.

Pentingnya membersihkan trauma

Igor Charkovsky, seorang penyembuh dari Rusia, orang pertama di dunia yang melakukan eksperimen tentang persalinan di dalam air (water birth), mengamati bahwa semakin bersih jiwa ibu dari trauma kehidupan, ia akan semakin lancar menjalani persalinan. Persalinan yang alami dan lancar menjadi penting karena mencegah timbulnya trauma baru bagi ibu dan anaknya.

Oleh sebab itu, Reza menyarankan, proses persiapan persalinan – yang sebaiknya dilakukan sebelum dan selama kehamilan – juga meliputi pembersihan diri, agar semua bagian dalam diri kita yang sebelumnya ditunda, ditolak, atau dihindari bisa disembuhkan terlebih dahulu.

Page 11: Tugas bu dina AKPER PEMKAB MUNA

Dalam pengalamannya, Reza dan istrinya tekun berlatih meditasi, self healing, dan teknik Tapas Acupressure Technique (TAT) untuk membersihkan jiwa. “Calon ayah juga perlu melakukannya, karena janin membawa 50 persen gen ayah dan 50 persen gen ibu. Jadi, apabila permbersihan dilakukan oleh kedua orangtua, hasilnya akan lebih baik bagi bayi. Selain itu, pembersihan trauma juga perlu sebagai modal mendampingi istri dengan tenang pada saat persalinan,” tuturnya.

Tidak harus di rumah

Meskipun banyak orang menilai bahwa melahirkan di rumah (homebirth) adalah kondisi paling ideal untuk gentle birth, Dr Hariyasa berpendapat, persalinan ini juga bisa dilakukan di klinik-klinik dan rumah sakit. Bahkan, gentle birth tetap bisa diberlakukan pada ibu yang menjalani operasi sesar atau menjalani prosedur medis lainnya, selama prinsip-prinsipnya dipatuhi.

Di Indonesia, klinik bersalin yang sudah menjalankan konsep gentle birth secara holistik dipelopori oleh Yayasan Bumi Sehat. Klinik non-profit yang terletak di Desa Nyuh Kuning, Ubud, Bali, ini sejak tahun 1995 sudah membantu kelahiran ribuan perempuan, baik lokal maupun ekspatriat.

Selama proses kehamilan, mereka diajak mempersiapkan persalinan secara fisik, mental, dan spiritual, di antaranya dengan diajak berlatih meditasi dan yoga. Dalam menjalani persalinan, mereka juga dipersilakan menentukan posisi apa pun yang dirasa paling nyaman, termasuk berendam di dalam kolam yang ditaburi bunga aneka warna.

Intervensi medis juga dilakukan secara sangat minim, hanya jika benar-benar diperlukan. Hal ini bisa dilihat dari jumlah klien yang harus ditransfer ke rumah sakit untuk operasi sesar, yang berkisar 4-5 persen dari jumlah klien. Angka tersebut sangat rendah jika dibandingkan jumlah kasus operasi sesar pada persalinan modern di Indonesia yang angka rata-ratanya lebih dari 29 persen. Padahal, angka maksimum yang direkomendasikan WHO adalah 15 persen.

Semua orang bisa!

Sayangnya, meskipun gentle birth sudah memperoleh restu dari WHO, hingga saat ini konsep gentle birth belum dapat diterima sepenuhnya oleh dunia kedokteran. Sejauh ini, yang sudah mulai diterapkan di beberapa klinik bersalin dan rumah sakit adalah persalinan di dalam air (water birth) dan hypnobirthing. Itu pun dengan syarat bila kehamilan tidak mengalami komplikasi atau berisiko tinggi.

Meskipun begitu, Dr Hariyasa menilai, efeknya sudah lebih menggembirakan: para ibu menjadi lebih rileks, rasa sakitnya berkurang, serta komplikasi yang terjadi bisa ditekan.

“Tanpa menjadi alergi terhadap teknologi dan dunia medis, yang penting perempuan dan keluarganya paham bahwa ketika hamil dan melahirkan, yang memegang kendali dan menentukan nasib tubuhnya adalah dia sendiri. Bukan dokter, perlengkapan serba modern, maupun teknologi canggih. Periksa dan konsultasi ke dokter atau bidan tetap penting, namun jangan lupa untuk memberdayakan diri. Toh, alam sudah memberi kita modal berupa mekanisme

Page 12: Tugas bu dina AKPER PEMKAB MUNA

luar biasa untuk bisa hidup sehat dan sejahtera. Tinggal kita yang menentukan: memanfaatkannya, atau tidak,” pungkasnya.

Testimonial: Dewi Lestari, penulis dan penyanyi, berdomisili di Jakarta

“Gentle birth adalah persembahan bagi bayi”

“Berbeda dengan saat melahirkan Keenan (5 tahun), anak pertama saya yang lahir secara sesar, kehamilan dan persalinan Atisha (13 bulan), anak kedua,  berjalan lebih alami. Saya belajar taichi, meditasi, dan self healing untuk menyembuhkan trauma. Ketika tiba di hari H, saya melahirkan di rumah dalam sebuah kolam berisi air hangat dan hanya didampingi Reza. Pada saat itu, pesan yang saya pegang dari Mira, bidan gentle birth kenalan kami, adalah “Percaya saja pada alam”. Menurutnya, bayi akan keluar pada waktunya. Bahkan, Mira juga menganjurkan agar saya tidak perlu mengejan.

Ternyata benar. Sekitar pukul 9 pagi, nyeri kontraksi seperti berganti sensasi lain: seolah ada sesuatu di dalam tubuh yang ingin mendorong keluar.  Saat itu, spontan lutut saya menekuk seperti mau jongkok. Intuisi saya berkata, sudah waktunya. Saya langsung mengajak Reza masuk ke kolam. Sekitar 30 menit kemudian Atisha keluar dengan sendirinya. Ia ditangkap oleh tangan Reza, dan diberikan pada saya untuk kami dekap dan menyusu.

Bagi saya, gentle birth – dengan pendekatannya yang ramah jiwa dan minim trauma – seperti tidak ada kebisingan, suasana asing, tidak ditangani oleh orang-orang yang tidak ia kenal, tidak dipisahkan dengan ibu, langsung disusui sesuai insting naluriahnya, adalah hadiah bagi bayi. Bukan cuma perkara mengurangi nyeri atau mencari kenyamanan semata. Saat persalinan, yang kami dengarkan dan turuti adalah kesiapan si bayi dalam perut, bukan semata-mata apa yang saya mau, juga sekadar mengikuti aba-aba orang luar. Kami bersyukur dapat mempersembahkannya untuk Atisha”.

*Terbit di majalah Nirmala edisi Desember 2010, penulis Dyah Pratitasari

BAB IIPEMBAHASAN

2.1. Tradisi Masyarakat Jawa Ibu melahirkanBabaran, mbabar dapat diartikan: sudah selesai, sudah menghasilkan dalam wujud yang sempurna. Babaran juga menggambarkan selesaianya proses karya batik tradisional. Istilah babaran juga dipakai untuk seorang ibu yang melahirkan anaknya. Ubarampe yang dibutuhkan untuk selamatan kelahiran adalah Brokohan. Ada macam macam ubarampe Brokohan. Pada jaman ini Brokohan basanya terdiri dari :beras, telur, mie instan kering, gula, teh dan sebagainya. Namun jika dikembalikan kepada makna yang terkandung dalam selamatan bayi lahir, brokohan cukup dengan empat macam ubarampe saja yaitu: 1. kelapa, dapat utuh atau cuwilan 2. gula merah atau gula Jawa 3. dawet 4. telor bebekMakna dari keempat macam ubarampe tersebut adalah:

Page 13: Tugas bu dina AKPER PEMKAB MUNA

Kelapa: daging kelapa yang berwarna putih adalah manifestasi dari sukra (bahasa Jawa kuna) yaitu sperma, benihnya laki-laki, bapakGula Jawa: berwarna merah adalah manifestasi dari swanita (bahasa Jawa kuna) yaitu sel telur, benihnya wanita, ibu.Dawet : dawet terdiri dari tiga bahan yaitu: 1. santan kelapa, berwarna putih wujud dari sperma, benihnya Bapak. 2. juruh dari gula Jawa yang berwarna merah wujud dari sel telur, benihnya Ibu. 3. cendol dari tepung beras manifestasi dari jentik-jentik kehidupan. Telor bebek. Ada dua alasan mengapa memakai telor bebek, tidak memakai telor ayam.Alasan yang pertama: telor bebek kulitnya berwarna biru, untuk menggambarkan langit biru, alam awang-uwung, kuasa dari atas.Alasan kedua: biasanya telur bebek dihasilkan dari pembuahan bebek jantan tidak dari endog lemu atau bertelur karena faktor makanan. Dengan demikian telor bebek kalau diengrami dapat menetas, artinya bahwa ada roh kehidupan di dalam telor bebek.Melalui keempat macam ubarampe untuk selamatan bayi lahir tersebut, para leluhur dahulu ingin menyatakan perasaannya yang dipenuhi rasa sukur karena telah mbabar seorang bayi dalam proses babaran.Keempat ubarampe yang dikemas dalam selamatan Brokohan tersebut mampu menjelaskan bahwa Tuhan telah berkenan mengajak kerjasama kepada Bapak dan Ibu untuk melahirkan ciptaan baru, mbabar putra.Melalui proses bersatunya benih bapak (kelapa) dan benihnya Ibu (gula Jawa) yang kemudian membentuk jentik-jentik kehidupan, (dawet) Tuhan telah meniupkan roh kehidupan (telor bebek) dan terjadilah kelahiran ciptaan baru (brokohan)Jika pun dalam perkembangannya selamatan Brokohan untuk mengiring kelahiran bayi menjadi banyak macam, terutama bahan-bahan mentah, hal tersebut dapat dipahami sebagai ungkapan rasa syukur yang ingin dibagikan dari keluarga kepada para kerabat dan tetangga.. Namun keempat ubarampe yang terdiri dari kelapa, gula Jawa, dawet dan telor bebek, masih perlu untuk disertakan dan direnungkan, agar kelahiran manjadi lebih bermakna.empat.Dalam budaya Jawa, kelahiran seorang anak manusia ke dunia, selain merupakan anugerah yang sangat besar, juga mempunyai makna tertentu. Oleh karena itu, pada masa mengandung bayi hingga bayi lahir, masyarakat Jawa mempunyai beberapa uapacara adat untuk menyambut kelahiran bayi tersebut. Upacara-upacara tersebut antara lain adalah mitoni, upacara mendhem ari-ari, brokohan, upacara puputan, sepasaran dan selapanan. Selapanan dilakukan 35 hari setelah kelahiran bayi. Pada hari ke 35 ini, hari lahir si bayi akan terulang lagi. Misalnya bayi yang lahir hari Rabu Pon (hari weton-nya), maka selapanannya akan jatuh di Hari Rabu Pon lagi. Pada penanggalan Jawa, yang berjumlah 5 (Wage, Pahing, Pon, Kliwon, Legi) akan bertemu pada hari 35 dengan hari di penanggalan masehi yang berjumlah 7 hari. Logikanya, hari ke 35, maka akan bertemu angka dari kelipatan 5 dan 7. Di luar logika itu, selapanan mempunyai makna yang sangat kuat bagi kehidupan si bayi. Berulangnya hari weton bayi, pantas untuk dirayakan seperti ulang tahun. Namun selapanan utamanya dilakukan sebagai wujud syukur atas kelahiran dan kesehatan bayi. Yang pertama dilakukan dalam rangkaian selapanan, adalah potong rambut atau parasan. Pemotongan rambut pertama-tama dilakukan oleh ayah dan ibu bayi, kemudian dilanjutkan oleh sesepuh bayi. Di bagian ini aturannya, rambut bayi dipotong habis. Potong rambut ini dilakukan untuk mendapatkan rambut bayi yang benar-benar bersih, diyakini rambut bayi asli adalah bawaan dari lahir, yang masih terkena air ketuban. Alasan lainnya adalah supaya rambut bayi bisa tumbuh bagus, oleh karena itu rambut bayi paling tidak digunduli sebanyak 3 kali. Namun pada tradisi potong rambut ini, beberapa orang ada yang takut untuk menggunduli bayinya, maka pemotongan rambut hanya dilakukan seperlunya, tidak digundul, hanya untuk simbolisasi.

Page 14: Tugas bu dina AKPER PEMKAB MUNA

Setelah potong rambut, dilakukan pemotongan kuku bayi. Dalam rangkaian ini, dilakukan pembacaan doa-doa untuk keselamatan dan kebaikan bayi dan keluarganya. Upacara pemotongan rambut bayi ini dilakukan setelah waktu salat Maghrib, dan dihadiri oleh keluarga, kerabat, dan tetangga terdekat, serta pemimpin doa. Acara selapanan dilakukan dalam suasana yang sesederhana mungkin. Sore harinya, sebelum pemotongan rambut, masyarakat merayakan selapanan biasanya membuat bancaan yang dibagikan ke kerabat dan anak-anak kecil di seputaran tempat tinggalnya. Bancaan mengandung makna agar si bayi bisa membagi kebahagiaan bagi orang di sekitarnya.Adapun makanan wajib yang ada dalam paket bancaan, yaitu nasi putih dan gudangan, yang dibagikan di pincuk dari daun pisang. Menurut Mardzuki, seorang ustadz yang kerap mendoakan acara selapanan, sayuran yang digunakan untuk membuat gudangan, sebaiknya jumlahnya ganjil, karena dalam menurut keyakinan, angka ganjil merupakan angka keberuntungan. Gudangan juga dilengkapi dengan potongan telur rebus atau telur pindang, telur ini melambangkan asal mulanya kehidupan. Selain itu juga beberapa sayuran dianggap mengandung suatu makna tertentu, seperti kacang panjang, agar bayi panjang umur, serta bayem, supaya bayi hidupanya bisa tentram.

2.2. Tradisi Masyarakat Kalimantan Ibu melahirkan

Menjelang persalinan membutuhkan beberapa perlengkapan khusus, demikian pula bagi Suku Dayak ada beberapa perlengkapan suku dayak menjelang persalinan atau proses melahirkan yang harus dipersiapkan sedemikian rupa untuk menggelar beberapa ritual atau upacara adat suku Dayak dalam menjelang dan menyambut kelahiran seorang bayi. Kultur budaya suku Dayak Kalimantan Tengah menempatkan kaum wanita pada derajat yang tinggi. Tak heran, kedudukan wanita dalam masyarakat dayak memang spesial, kaum perempuan selalu mendapatkan perhatian penuh, terlebih saat proses menjelang persalinan.Fase Melahirkan dalam budaya Suku Dayak mengisyaratkan perlunya sejumlah persiapan termasuk persiapan perlengkapan suku dayak menjelang persalinan. Pada proses jelang melahirkan bayi atau Awau, sang calon ibu dibaringkan pada sebuah dipan kecil dengan posisi miring terbuat dari kayu yang disebut Sangguhan dengan motif ukiran Dayak di masing-masing sisi.Kemudian saat melahirkan, disiapkan pula Botol Mau sebagai tempat untuk menungku perut ibu agar darah kotor cepat keluar. Selain sebagai perlengkapan suku dayak menjelang persalinan Botol Mau ini juga digunakan untuk menyiman air panas.Selanjutnya, keluarga yang melahirkan juga perlu menyiapkan Kain Bahalai (Jarik dalam bahasa Jawa) dengan lapisan yang berbeda. Tujuh lapis kain bahalai saat menyambut bayi laki-laki dan lima lapis kain bahalai untuk bayi dengan jenis kelamin perempuan. Walaupun sebagai peralatan penunjang, keberadaannya dalam persiapan prosesi persalinan menurut budaya Suku Dayak mutlak diperlukan.Pada fase ketika bayi telah lahir, maka tali pusar atau ari-ari bayi dipotong menggunakan sebuah sembilu. Untuk tahap pertama dan pemotongan terakhir ari-ari dengan uang ringgit. Kedua perlengkapan suku dayak menjelang persalinan tersebut disiapkan sejak awal dalam sebuah piring atau Paraten. Sedangkan ari-ari yang terpotong tadi disimpan di dalam Kusak Tabuni.

Bayi (awau) yang baru lahir dimandikan dalam Kandarah, dan popok bayi yang digunakan disimpan dalam Saok. Bagi sang ibu setelah melahirkan biasa menggunakan Stagen (Babat Kuningan) untuk mengikat perut agar mengembalikan perut ibu ke kondisi semula dengan cepat. Tentunya untuk menjaga tubuh ibu setelah melahirkan dan juga berfungsi untuk berjaga-jaga dalam kondisi yang tidak terduga seperti sulitnya bayi keluar, masyarakat Dayak memiliki cara yang khas dan bernuansa magis, yakni menggunakan buah kelapa yang bertunas untuk kemudian disentuhkan ke arah selaput bayi.

Page 15: Tugas bu dina AKPER PEMKAB MUNA

Tujuan perlengkapan suku dayak menjelang persalinan tersebut adalah agar dapat membuka ruang sehingga bayi dapat keluar dengan mudah.

2.3. Tradisi Masyarakat NTT Ibu melahirkanProses melahirkandengan di urut oleh seseorang yang diangap ahli,Setelah ada kelahiran bayi diadakan upacara atau ritual selamatanPerlakuan masyarakat Nusa Tenggara Timur terhadap ari-ari1.Tali pusar dipotong menggunakan kulit babmbu.2. Ditaruh sekitar 3 bulan di atas perapian sampai kering.3. Selanjutnya di tanam di sertai doa dan alat-tulis.

BAB IIIPENUTUP3.1. KesimpulanBahagianya! Bayi telah lahir, perayaan tanda gembira dan syukur pun digelar. Apa sebenarnya makna dari perayaan-perayaan itu? Hadirnya anggota keluarga baru dalam keluarga memang memiliki arti yang besar. Masyarakat Indonesia biasanya menyambut kehadiran bayi dalam suatu rangkaian perayaan. Aneka perayaan sarat makna itu semata-mata bermaksud memperingati tahap-tahap awal kehidupan seorang anak. Berikut ini upacara menyambut kelahiran yang dilakukan beberapa suku di Indonesia dan harapan yang menyertainya: Umur panjang dan pintar. Masyarakat Bali memiliki upacara kelahiran yang disebut dengan Jatakarma Samskara. Upacara ini berisi doa-doa agar bayi punya masa depan yang baik. Sang ayah diminta menyentuh dan mencium bayinya yang baru lahir, sambil membacakan mantra pemberkatan di telinga, menyampaikan harapan agar bayi berumur panjang dan menjadi anak pintar. Nama cocok, masa depan baik. Nasib baik sang bayi dipercaya ditentukan juga oleh namanya. Orang Sasak dari Lombok percaya, nama yang tidak cocok mengundang nasib buruk. Pemberian nama tidak dilakukan sembarangan, sehingga orang tua biasanya berkonsultasi dengan Pemangku atau Kiai. Bahkan masyarakat Dayak Kenyah di Kalimantan Timur mengadakan dua kali upacara pemberian nama untuk sang bayi.Harapan pada tali pusat. Bagi masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan, lokasi menanam tali pusat menentukan masa depan bayi. Bila ingin bayi tumbuh menjadi orang besar, maka tali pusat ditanam di bawah pohon, di bawah bunga-bungaan agar kelak namanya harum, atau dihanyutkan ke sungai bila ingin anak menjadi pelaut. Namun bila tali pusat diikat di pohon, itu tandanya orang tua tidak ingin anak pergi merantau. Masyarakat Banjar juga mempercayai tali pusat bayi yang ditanam bersama tali pusat kakak atau adiknya, membuat mereka hidup rukun, tidak mudah bertengkar. Sayang saudara. Masyarakat Jawa memaknai kerukunan dari tahapan proses kelahiran bayi. Mereka mengenal istilah kakang kawah untuk air ketuban yang pecah, bocah untuk menyebut si bayi dan adhi ari-ari untuk tali pusat. Istilah tersebut menunjukkan adanya ikatan persaudaraan dengan pengertian bahwa bayi tidak dilahirkan sendirian, melainkan bersama saudara yang lain sehingga jika dia besar nanti, ia harus menyayangi saudaranya.Tak diganggu makhluk gaib. Tak sedikit upacara diadakan untuk menghindari gangguan makhluk gaib. Upacara Basuh Lantai, yang dilakukan masyarakat Daik-Lingga di Kepulauan Riau, yang meyakini ada makhluk halus menghuni lantai yang akan terganggu saat proses kelahiran. Bila tidak diadakan upacara, bisa menimbulkan malapetaka. Upacara kelahiran yang dilakukan masyarakat Jawa juga sarat simbol-simbol yang bermakna

Page 16: Tugas bu dina AKPER PEMKAB MUNA

perlindungan untuk sang buah hati dari gangguan makhluk halus. Tumbak sewu, yakni sapu lidi yang diberi bawang dan cabe, diletakkan di dekat tempat tidur bayi untuk menolak makhluk gaib yang datang. Sementara daun nanas yang diolesi hitam putih menyerupai ular welang, dianggap dapat menakut-nakuti makhluk jahat yang ingin memasuki kamar bayi.Sehat fisik. Masyarakat Betawi memiliki kebiasaan membedong bayi yang baru lahir agar tubuhnya tidak mudah terkilir saat digendong. Lain halnya dengan masyarakat Kalimantan. Mereka sering mengayun-ayun bayi dalam keadaan dibedong, dalam posisi berdiri, yang ternyata baik untuk menyangga leher bayi. Mengasuh optimal. Bagi masyarakat Aceh, ibu yang baru melahirkan harus mengalami masa pantangan “du dapu” sejak bayi lahir hingga bayi berusia 44 hari. Ibu harus selalu ada di kamar, tidak boleh berjalan-jalan, apalagi keluar rumah. Rupanya pantangan tersebut dimaksud agar bayi mendapat perawatan dan perhatian maksimal dari ibunya. Di Maluku tengah berlaku pantangan lain. Ibu pantang makan cabai karena akan membuat mata bayi berair terus-menerus. Juga dilarang makan ikan karena akan membuat ASI amis. Pandangan ini justru keliru, karena ibu yang baru melahirkan justru membutuhkan asupan nutrisi yang lengkap. Walaupun begitu, makna yang bisa kita ambil adalah bahwa ibu dan bayi memiliki ikatan. Apa yang ibu lakukan akan berpengaruh bagi bayi. Namun semuanya kembali kepada Anda masing-masing, apakah Anda masih percaya hal-hal semacam itu atau tidak. Apapun, semua hal yang orang tua lakukan, merupakan bentuk perlambang kasih sayang pada si buah hati, menunjukkan kalau orang tua mau menyayangi dan melindungi bayinya dan tidak ingin hal-hal buruk terjadi.

Dalam kepercayaan Jawa, ari-ari yang keluar saat ibu melahirkan bayi harus dirawat. Kepercayaan Jawa percaya bahwa ari-ari sebenarnya adalah saudara dari sang bayi. Oleh sebab itu, ari-ari itu dibersihkan dan didoakan serta diletakkan pada suatu wadah tertentu. Ari-ari tersebut harus dijaga dengan baik misalnya diberi lampu supaya terang. Selain itu, ari-ari ditutup bagian atasnya dengan tujuan untuk menghindarkan dari hujan atau binatang. Ari-ari ini kemudian dilabuh di sungai atau dikubur.

Proses melahirkan bayi merupakan hal yang harus disyukuri dalam kepercayaan Jawa. Oleh sebab itu, setelah bayi lahir biasanya diadakan semacam upacara untuk menyambut sang bayi yang baru lahir. Orang Jawa biasanya mengundang para tetangga kemudian berdoa untuk sang anak dan memberikan sesajen sebagai bentuk rasa syukur. Sesajen tersebut kemudian dibagikan kepada para tamu.

Putusnya tali pusar bayi juga dipandang sebagai hal yang harus diperingati dalam kepercayaan Jawa. Setelah tali pusar bayi putus, di sekitar tempat bayi disajikan sesajen dan benda tajam sebagai perlambang untuk pelindung bayi. Dalam peringatan ini, orang Jawa berkumpul, berdoa dan mengucap syukur pada Tuhan. Selain itu, dalam kepercayaan Jawa, bayi yang telah lahir perlu digunting kuku dan dicukur rambutnya. Ritual ini digunakan untuk kurban dari sang bayi. Setelahnya dipanjatkan doa untuk keselamatan bayi.

Pemberian nama anak bayi juga menjadi hal yang penting. Nama mengandung harapan sehingga harus dipilih nama anak bayi yang terbaik. Dalam kepercayaan Jawa, pemberian nama anak bayi paling tepat dilakukan saat bayi telah lahir 5 hari. Saat ini, diadakan acara syukuran sekaligus memohon keselamatan untuk kehidupan sang bayi.

Page 17: Tugas bu dina AKPER PEMKAB MUNA

Setiap proses kelahiran disambut dengan meriah tapi sakral dalam adat Jawa. Setiap penyambutan dan upacara adat memiliki unsur-unsur yang semuanya memiliki makna tertentu. Misalnya setelah ibu melahirkan bayi, di sekitar rumah dipasang duri sebagai bentuk perlindungan dari gangguan makhluk halus. Ada pula sapu lidi yang diberi cabe dan bawang juga untuk melindungi bayi. Bahkan di pintu diberikan corengan berwarna hitam putih untuk menolak pengaruh jahat dari luar.

Mitos seputar kehamilan banyak beredar dan meluas di masyarakat. Sebagian msayarakat bahkan mempercayai mitos-mitos tersebut. Padahal tidak semua mitos itu benar adanya. Agar calon orangtua tidak disesatkan oleh mitos-mitos kehamilan yang beredar, berikut ini adalah penjelasan tentang beberapa mitos yang ada

Minum air kelapa dapat mempercepat persalinan

Belum ada penelitan yang membuktikan mitos ini karena lancarnya persalinan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Namun air kelapa muda memang berkhasiat untuk menjadikan air ketuban putih dan bersih.

Sebaiknya ibu hamil tidak melakukan hubungan intim pada trimester pertama kehamilannya

Belum ada penelitian yang membuktikan bahwa hubungan intim menyebabkan keguguran. Jadi sepanjang hal itu tidak menyakitkan dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan, ibu hamil boleh-boleh saja melakukannya.

Leher ibu hamil yang menghitam atau puting yang berwarna gelap menandakan bayinya laki-laki

Perubahan warna pada leher atau puting tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin bayi. Perubahan warna kulit pada ibu hamil diakibatkan peningkatan progesteron dan melanost (hormon yang mengatur pigmentsi kulit). Karena itu puting susu yang menghitam biasa terjadi pada kehamilan, baik pada ibu hamil yang mengandung bayi laki-laki atau perempuan. Selain perubahan warna kulit dan puting susu, ibu hamil juga memiliki guratan kehitaman di perut dan garis hitam dari pusar ke bagian pugbis. Namun gejala ini akan menghilan setelah melahirkan.

Bila bentuk perut calon ibu membulat, berarti bayinya perempuan

Bentuk perut ibu hamil yang lonjong atau bulat tergantung pada posisi janin dalam kandungan. Jika janin melintang, perut akan terlihat melebar. Namun jika posisi janin memanjang, perut akan terlihat tinggi. Selain itu, bentuk perut ibu hamil juga tergantung pada elastisitas otot dan volume air ketuban. Pada kehamilan anak pertama, perut akan tampak bulat karena otot masih kencang. Namun perut ibu yang pernah hamil beberapak kali akan tampak turun karena ototnya mulai kendur. Pada ibu hamil yang cairan ketubannya banyak, bentuk perutnya

Page 18: Tugas bu dina AKPER PEMKAB MUNA

Read more: Mitos-Mitos Seputar Kehamilan

BAB IIPEMBAHASAN

2.1. Tradisi Masyarakat Jawa Ibu melahirkanBabaran, mbabar dapat diartikan: sudah selesai, sudah menghasilkan dalam wujud yang sempurna. Babaran juga menggambarkan selesaianya proses karya batik tradisional. Istilah babaran juga dipakai untuk seorang ibu yang melahirkan anaknya. Ubarampe yang dibutuhkan untuk selamatan kelahiran adalah Brokohan. Ada macam macam ubarampe Brokohan. Pada jaman ini Brokohan basanya terdiri dari :beras, telur, mie instan kering, gula, teh dan sebagainya. Namun jika dikembalikan kepada makna yang terkandung dalam selamatan bayi lahir, brokohan cukup dengan empat macam ubarampe saja yaitu: 1. kelapa, dapat utuh atau cuwilan 2. gula merah atau gula Jawa 3. dawet 4. telor bebekMakna dari keempat macam ubarampe tersebut adalah:Kelapa: daging kelapa yang berwarna putih adalah manifestasi dari sukra (bahasa Jawa kuna) yaitu sperma, benihnya laki-laki, bapakGula Jawa: berwarna merah adalah manifestasi dari swanita (bahasa Jawa kuna) yaitu sel telur, benihnya wanita, ibu.Dawet : dawet terdiri dari tiga bahan yaitu: 1. santan kelapa, berwarna putih wujud dari sperma, benihnya Bapak. 2. juruh dari gula Jawa yang berwarna merah wujud dari sel telur, benihnya Ibu. 3. cendol dari tepung beras manifestasi dari jentik-jentik kehidupan. Telor bebek. Ada dua alasan mengapa memakai telor bebek, tidak memakai telor ayam.Alasan yang pertama: telor bebek kulitnya berwarna biru, untuk menggambarkan langit biru, alam awang-uwung, kuasa dari atas.Alasan kedua: biasanya telur bebek dihasilkan dari pembuahan bebek jantan tidak dari endog lemu atau bertelur karena faktor makanan. Dengan demikian telor bebek kalau diengrami dapat menetas, artinya bahwa ada roh kehidupan di dalam telor bebek.Melalui keempat macam ubarampe untuk selamatan bayi lahir tersebut, para leluhur dahulu ingin menyatakan perasaannya yang dipenuhi rasa sukur karena telah mbabar seorang bayi dalam proses babaran.Keempat ubarampe yang dikemas dalam selamatan Brokohan tersebut mampu menjelaskan bahwa Tuhan telah berkenan mengajak kerjasama kepada Bapak dan Ibu untuk melahirkan ciptaan baru, mbabar putra.Melalui proses bersatunya benih bapak (kelapa) dan benihnya Ibu (gula Jawa) yang kemudian membentuk jentik-jentik kehidupan, (dawet) Tuhan telah meniupkan roh kehidupan (telor bebek) dan terjadilah kelahiran ciptaan baru (brokohan)

Page 19: Tugas bu dina AKPER PEMKAB MUNA

Jika pun dalam perkembangannya selamatan Brokohan untuk mengiring kelahiran bayi menjadi banyak macam, terutama bahan-bahan mentah, hal tersebut dapat dipahami sebagai ungkapan rasa syukur yang ingin dibagikan dari keluarga kepada para kerabat dan tetangga.. Namun keempat ubarampe yang terdiri dari kelapa, gula Jawa, dawet dan telor bebek, masih perlu untuk disertakan dan direnungkan, agar kelahiran manjadi lebih bermakna.empat.Dalam budaya Jawa, kelahiran seorang anak manusia ke dunia, selain merupakan anugerah yang sangat besar, juga mempunyai makna tertentu. Oleh karena itu, pada masa mengandung bayi hingga bayi lahir, masyarakat Jawa mempunyai beberapa uapacara adat untuk menyambut kelahiran bayi tersebut. Upacara-upacara tersebut antara lain adalah mitoni, upacara mendhem ari-ari, brokohan, upacara puputan, sepasaran dan selapanan. Selapanan dilakukan 35 hari setelah kelahiran bayi. Pada hari ke 35 ini, hari lahir si bayi akan terulang lagi. Misalnya bayi yang lahir hari Rabu Pon (hari weton-nya), maka selapanannya akan jatuh di Hari Rabu Pon lagi. Pada penanggalan Jawa, yang berjumlah 5 (Wage, Pahing, Pon, Kliwon, Legi) akan bertemu pada hari 35 dengan hari di penanggalan masehi yang berjumlah 7 hari. Logikanya, hari ke 35, maka akan bertemu angka dari kelipatan 5 dan 7. Di luar logika itu, selapanan mempunyai makna yang sangat kuat bagi kehidupan si bayi. Berulangnya hari weton bayi, pantas untuk dirayakan seperti ulang tahun. Namun selapanan utamanya dilakukan sebagai wujud syukur atas kelahiran dan kesehatan bayi. Yang pertama dilakukan dalam rangkaian selapanan, adalah potong rambut atau parasan. Pemotongan rambut pertama-tama dilakukan oleh ayah dan ibu bayi, kemudian dilanjutkan oleh sesepuh bayi. Di bagian ini aturannya, rambut bayi dipotong habis. Potong rambut ini dilakukan untuk mendapatkan rambut bayi yang benar-benar bersih, diyakini rambut bayi asli adalah bawaan dari lahir, yang masih terkena air ketuban. Alasan lainnya adalah supaya rambut bayi bisa tumbuh bagus, oleh karena itu rambut bayi paling tidak digunduli sebanyak 3 kali. Namun pada tradisi potong rambut ini, beberapa orang ada yang takut untuk menggunduli bayinya, maka pemotongan rambut hanya dilakukan seperlunya, tidak digundul, hanya untuk simbolisasi.Setelah potong rambut, dilakukan pemotongan kuku bayi. Dalam rangkaian ini, dilakukan pembacaan doa-doa untuk keselamatan dan kebaikan bayi dan keluarganya. Upacara pemotongan rambut bayi ini dilakukan setelah waktu salat Maghrib, dan dihadiri oleh keluarga, kerabat, dan tetangga terdekat, serta pemimpin doa. Acara selapanan dilakukan dalam suasana yang sesederhana mungkin. Sore harinya, sebelum pemotongan rambut, masyarakat merayakan selapanan biasanya membuat bancaan yang dibagikan ke kerabat dan anak-anak kecil di seputaran tempat tinggalnya. Bancaan mengandung makna agar si bayi bisa membagi kebahagiaan bagi orang di sekitarnya.Adapun makanan wajib yang ada dalam paket bancaan, yaitu nasi putih dan gudangan, yang dibagikan di pincuk dari daun pisang. Menurut Mardzuki, seorang ustadz yang kerap mendoakan acara selapanan, sayuran yang digunakan untuk membuat gudangan, sebaiknya jumlahnya ganjil, karena dalam menurut keyakinan, angka ganjil merupakan angka keberuntungan. Gudangan juga dilengkapi dengan potongan telur rebus atau telur pindang, telur ini melambangkan asal mulanya kehidupan. Selain itu juga beberapa sayuran dianggap mengandung suatu makna tertentu, seperti kacang panjang, agar bayi panjang umur, serta bayem, supaya bayi hidupanya bisa tentram.

2.2. Tradisi Masyarakat Kalimantan Ibu melahirkan

Page 20: Tugas bu dina AKPER PEMKAB MUNA

Menjelang persalinan membutuhkan beberapa perlengkapan khusus, demikian pula bagi Suku Dayak ada beberapa perlengkapan suku dayak menjelang persalinan atau proses melahirkan yang harus dipersiapkan sedemikian rupa untuk menggelar beberapa ritual atau upacara adat suku Dayak dalam menjelang dan menyambut kelahiran seorang bayi. Kultur budaya suku Dayak Kalimantan Tengah menempatkan kaum wanita pada derajat yang tinggi. Tak heran, kedudukan wanita dalam masyarakat dayak memang spesial, kaum perempuan selalu mendapatkan perhatian penuh, terlebih saat proses menjelang persalinan.Fase Melahirkan dalam budaya Suku Dayak mengisyaratkan perlunya sejumlah persiapan termasuk persiapan perlengkapan suku dayak menjelang persalinan. Pada proses jelang melahirkan bayi atau Awau, sang calon ibu dibaringkan pada sebuah dipan kecil dengan posisi miring terbuat dari kayu yang disebut Sangguhan dengan motif ukiran Dayak di masing-masing sisi.Kemudian saat melahirkan, disiapkan pula Botol Mau sebagai tempat untuk menungku perut ibu agar darah kotor cepat keluar. Selain sebagai perlengkapan suku dayak menjelang persalinan Botol Mau ini juga digunakan untuk menyiman air panas.Selanjutnya, keluarga yang melahirkan juga perlu menyiapkan Kain Bahalai (Jarik dalam bahasa Jawa) dengan lapisan yang berbeda. Tujuh lapis kain bahalai saat menyambut bayi laki-laki dan lima lapis kain bahalai untuk bayi dengan jenis kelamin perempuan. Walaupun sebagai peralatan penunjang, keberadaannya dalam persiapan prosesi persalinan menurut budaya Suku Dayak mutlak diperlukan.Pada fase ketika bayi telah lahir, maka tali pusar atau ari-ari bayi dipotong menggunakan sebuah sembilu. Untuk tahap pertama dan pemotongan terakhir ari-ari dengan uang ringgit. Kedua perlengkapan suku dayak menjelang persalinan tersebut disiapkan sejak awal dalam sebuah piring atau Paraten. Sedangkan ari-ari yang terpotong tadi disimpan di dalam Kusak Tabuni.

Bayi (awau) yang baru lahir dimandikan dalam Kandarah, dan popok bayi yang digunakan disimpan dalam Saok. Bagi sang ibu setelah melahirkan biasa menggunakan Stagen (Babat Kuningan) untuk mengikat perut agar mengembalikan perut ibu ke kondisi semula dengan cepat. Tentunya untuk menjaga tubuh ibu setelah melahirkan dan juga berfungsi untuk berjaga-jaga dalam kondisi yang tidak terduga seperti sulitnya bayi keluar, masyarakat Dayak memiliki cara yang khas dan bernuansa magis, yakni menggunakan buah kelapa yang bertunas untuk kemudian disentuhkan ke arah selaput bayi. Tujuan perlengkapan suku dayak menjelang persalinan tersebut adalah agar dapat membuka ruang sehingga bayi dapat keluar dengan mudah.

2.3. Tradisi Masyarakat NTT Ibu melahirkanProses melahirkandengan di urut oleh seseorang yang diangap ahli,Setelah ada kelahiran bayi diadakan upacara atau ritual selamatanPerlakuan masyarakat Nusa Tenggara Timur terhadap ari-ari1.Tali pusar dipotong menggunakan kulit babmbu.2. Ditaruh sekitar 3 bulan di atas perapian sampai kering.3. Selanjutnya di tanam di sertai doa dan alat-tulis.

Page 21: Tugas bu dina AKPER PEMKAB MUNA

BAB IIIPENUTUP3.1. KesimpulanBahagianya! Bayi telah lahir, perayaan tanda gembira dan syukur pun digelar. Apa sebenarnya makna dari perayaan-perayaan itu? Hadirnya anggota keluarga baru dalam keluarga memang memiliki arti yang besar. Masyarakat Indonesia biasanya menyambut kehadiran bayi dalam suatu rangkaian perayaan. Aneka perayaan sarat makna itu semata-mata bermaksud memperingati tahap-tahap awal kehidupan seorang anak. Berikut ini upacara menyambut kelahiran yang dilakukan beberapa suku di Indonesia dan harapan yang menyertainya: Umur panjang dan pintar. Masyarakat Bali memiliki upacara kelahiran yang disebut dengan Jatakarma Samskara. Upacara ini berisi doa-doa agar bayi punya masa depan yang baik. Sang ayah diminta menyentuh dan mencium bayinya yang baru lahir, sambil membacakan mantra pemberkatan di telinga, menyampaikan harapan agar bayi berumur panjang dan menjadi anak pintar. Nama cocok, masa depan baik. Nasib baik sang bayi dipercaya ditentukan juga oleh namanya. Orang Sasak dari Lombok percaya, nama yang tidak cocok mengundang nasib buruk. Pemberian nama tidak dilakukan sembarangan, sehingga orang tua biasanya berkonsultasi dengan Pemangku atau Kiai. Bahkan masyarakat Dayak Kenyah di Kalimantan Timur mengadakan dua kali upacara pemberian nama untuk sang bayi.Harapan pada tali pusat. Bagi masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan, lokasi menanam tali pusat menentukan masa depan bayi. Bila ingin bayi tumbuh menjadi orang besar, maka tali pusat ditanam di bawah pohon, di bawah bunga-bungaan agar kelak namanya harum, atau dihanyutkan ke sungai bila ingin anak menjadi pelaut. Namun bila tali pusat diikat di pohon, itu tandanya orang tua tidak ingin anak pergi merantau. Masyarakat Banjar juga mempercayai tali pusat bayi yang ditanam bersama tali pusat kakak atau adiknya, membuat mereka hidup rukun, tidak mudah bertengkar. Sayang saudara. Masyarakat Jawa memaknai kerukunan dari tahapan proses kelahiran bayi. Mereka mengenal istilah kakang kawah untuk air ketuban yang pecah, bocah untuk menyebut si bayi dan adhi ari-ari untuk tali pusat. Istilah tersebut menunjukkan adanya ikatan persaudaraan dengan pengertian bahwa bayi tidak dilahirkan sendirian, melainkan bersama saudara yang lain sehingga jika dia besar nanti, ia harus menyayangi saudaranya.Tak diganggu makhluk gaib. Tak sedikit upacara diadakan untuk menghindari gangguan makhluk gaib. Upacara Basuh Lantai, yang dilakukan masyarakat Daik-Lingga di Kepulauan Riau, yang meyakini ada makhluk halus menghuni lantai yang akan terganggu saat proses kelahiran. Bila tidak diadakan upacara, bisa menimbulkan malapetaka. Upacara kelahiran yang dilakukan masyarakat Jawa juga sarat simbol-simbol yang bermakna perlindungan untuk sang buah hati dari gangguan makhluk halus. Tumbak sewu, yakni sapu lidi yang diberi bawang dan cabe, diletakkan di dekat tempat tidur bayi untuk menolak makhluk gaib yang datang. Sementara daun nanas yang diolesi hitam putih menyerupai ular welang, dianggap dapat menakut-nakuti makhluk jahat yang ingin memasuki kamar bayi.Sehat fisik. Masyarakat Betawi memiliki kebiasaan membedong bayi yang baru lahir agar tubuhnya tidak

Page 22: Tugas bu dina AKPER PEMKAB MUNA

mudah terkilir saat digendong. Lain halnya dengan masyarakat Kalimantan. Mereka sering mengayun-ayun bayi dalam keadaan dibedong, dalam posisi berdiri, yang ternyata baik untuk menyangga leher bayi. Mengasuh optimal. Bagi masyarakat Aceh, ibu yang baru melahirkan harus mengalami masa pantangan “du dapu” sejak bayi lahir hingga bayi berusia 44 hari. Ibu harus selalu ada di kamar, tidak boleh berjalan-jalan, apalagi keluar rumah. Rupanya pantangan tersebut dimaksud agar bayi mendapat perawatan dan perhatian maksimal dari ibunya. Di Maluku tengah berlaku pantangan lain. Ibu pantang makan cabai karena akan membuat mata bayi berair terus-menerus. Juga dilarang makan ikan karena akan membuat ASI amis. Pandangan ini justru keliru, karena ibu yang baru melahirkan justru membutuhkan asupan nutrisi yang lengkap. Walaupun begitu, makna yang bisa kita ambil adalah bahwa ibu dan bayi memiliki ikatan. Apa yang ibu lakukan akan berpengaruh bagi bayi. Namun semuanya kembali kepada Anda masing-masing, apakah Anda masih percaya hal-hal semacam itu atau tidak. Apapun, semua hal yang orang tua lakukan, merupakan bentuk perlambang kasih sayang pada si buah hati, menunjukkan kalau orang tua mau menyayangi dan melindungi bayinya dan tidak ingin hal-hal buruk terjadi.