tugas bsc
DESCRIPTION
TUGASTRANSCRIPT
Profil Perusahaan.
The Royal Place and Resort terletak di tepi Pantai Zambua Kepulauan Wakatobi. Resort
yang didirikan tahun 1999 oleh Chairman dan CEO Dian Asdarini dengan prinsip “ Kami
Menghargai Pelanggan” ini mempunyai bangunan berupa villa dan sebuah restaurant serta
fasilitas-fasilitas lainnya. The Royal Place and Resort memiliki pemandangan yang sangat indah
ke arah Pantai Zambua yang terkenal keeksotisan dunia bawah lautnya. Pada awal operasinya
sekitar bulan Desember 2003, The Royal Place and Resort mempekerjakan 130 tenaga kerja.
Guna lebih meningkatkan pelayanan kepada para tamu yang menginap maka hotel ini juga
dilengkapi dengan sarana Care and Healhty Center dan sebuah Seafood Restaurant. Dengan
fasilitas yang sudah dimiliki, diharapkan mampu untuk bersaing dalam usaha perhotelan di
daerah lainnya.
The Royal Place and Resort menyewakan 7 villa dengan berbagai fasilitas khusus yang
dimiliki masing-masing villa. Fasilitas lainnya yaitu Laundry and Dry cleaning, Bar dan Taxi
counter. Selama ini Hotel The Royal and Place Resort melakukan pengukuran kinerja lebih
berfokus pada kinerja keuangan. The Royal and Place Resort perlu menyeimbangkan penilaian
kinerja yang bersifat keuangan maupun nonkeuangan. Dari penilaian keuangan saja dirasa
tidaklah cukup, karena The Royal and Place Resort merupakan perusahaan yang bergerak
dibidang jasa, tentunya pelanggan sangat penting karena tanpa pelanggan perusahaan tidak akan
ada.
Kunci keberhasilan untuk meraih keberhasilan jangka panjang adalah pelayanan yang
berkualitas pada pelanggan sehingga pelanggan puas. Perspektif proses bisnis internal
merupakan proses kerja/pelayanan pada pelanggan. Semakin baik/singkat prosesnya, maka
pelanggan akan puas dan ini berarti kinerja perusahaan baik. Perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan berfokus pada kemampuan sumber daya manusia, dalam hal ini karyawan.
Karyawan perlu dipertimbangkan dalam pengukuran kinerja karena karyawan terlibat langsung
dalam penyediaan jasa sebagai aktivitas utama perusahaan, yaitu melayani dan memuaskan
pelanggan.
Untuk itu Akmal Mutohar, Direktur Pengelola Perencanaan Strategis dan Keuangan telah
mengenal konsep Balanced Scorecard dan ingin segera mengembangkan konsep ini demi
menciptakan perubahan pada The Royal and Place Resort. Berikut ini, tujuan-tujuan strategis
telah diidentifikasi untuk setiap perspektif Balanced Scorecard :
a. Penilaian Kinerja Perspektif Keuangan
Kinerja keuangan yang dinilai adalah kinerja keuangan pada tahun 2009 dan 2010. Untuk
menghitung seluruh rasio-rasio keuangan yang telah disebutkan di atas, diperlukan sumber data
berupa laporan Hotel yang terdiri dari laporan laba rugi komparatif serta neraca komparatif untuk
periode yang berakhir 31 Desember 2009 dan 2010.Teknik analisis yang digunakan untuk The
Royal and Place Resort menilai kinerja keuangan adalah:
1. Rasio likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang menganalisis seberapa jauh sebuah perusahaan mampu
bertahan hidup (Riyanto, 2001).
1. Current ratio
Rasio ini menunjukkan posisi kas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban/hutang lancar.
Current Ratio = Aktiva Lancar / Hutang Lancar
Current Ratio tahun 2009 = 432.082.374,92
430.524.431,86
= 1,01
Current Ratio tahun 2010 = 838.628.914,41
512.352.303,12
= 1,64
Pada tahun 2009, setiap Rp1 hutang lancar perusahaan dijaminkan dengan Rp1,01 aktiva
lancar. Pada tahun 2010 setiap Rp.1 hutang lancar perusahaan dijaminkan dengan Rp 1,64 aktiva
lancar. Ini berarti kemampuan perusahaan untuk melunasi setiap hutang lancar dengan
menggunakan aktiva lancar yang dimiliki menunjukkan peningkatan sebesar Rp 0,63 atau
sebesar 63%.
2. Quick ratio
Untuk menganalisis quick ratio tahun 2009 dan 2010 The Royal and Place Resort digunakan
rumus sebagai berikut:
Quick Ratio = Kas + Efek +Piutang : Hutang Lancar
Quick Ratio tahun 2009 = 349.530.635,16
430.524.431,86
= 0,81
Quick Ratio tahun 2010 = 746.872.994,28
512.352.303,12
= 1,46
Pada tahun 2009, setiap Rp1 hutang lancar perusahaan dijaminkan dengan Rp0,81 kas
dan piutang. Pada tahun 2010 setiap Rp1 hutang lancar perusahaan dijaminkan dengan Rp1,46
kas dan piutang. Ini berarti kemampuan perusahaan untuk melunasi setiap Rp1 hutang lancar
dengan menggunakan kas dan piutang yang dimiliki menunjukkan peningkatan sebesar Rp0,65
atau sebesar 65%
3. Cash ratio
Untuk menganalisis cash ratio tahun 2009 dan 2010 The Royal and Place Resort
digunakan rumus sebagai berikut:
Cash Ratio = Kas + Efek : Hutang Lancar
Cash Ratio tahun 2009 = 142.592.503,95 : 430.524.531,86 = 0,34
Cash Ratio tahun 2010 = 438.244.082,45 : 512.354.303,12 = 0,86
Pada tahun 2009, setiap Rp1 hutang lancar perusahaan dijaminkan dengan Rp0,34 kas.
Pada tahun 2010, setiap Rp1 hutang lancar perusahaan dijaminkan dengan Rp0,86 kas. Ini berarti
kemampuan perusahaan untuk melunasi setiap Rp1 hutang lancar dengan mengguankan aktiva
lancar yang dimiliki menunjukkan peningkatan sebesar Rp0,52 atau sebesar 52%.
2. Rasio profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan baik hubungannya dengan penjualan, aktiva
maupun modal sendiri (Riyanto, 2001).
1. Return on Investment (ROI)
Untuk menganalisis ROI tahun 2009 dan 2010 pada The Royal and Place Resort
digunakan rumus sebagai berikut:
ROI = Laba Bersih : Total Aktiva
ROI tahun 2009 = 37.033.891,28 : 1.484.252.705,33 = 0,02
ROI tahun 2010 = 81.307.743,80 : 1.898.065.905,74 = 0,04
Pada tahun 2009, untuk setiap Rp1 aktiva yang dimiliki oleh perusahaan menghasilkan
laba bersih sebesar Rp0,02 atau sebesar 2%. Pada tahun 2010, setiap Rp1 aktiva yang dimiliki
menghasilkan laba bersih sebesar Rp0,04 atau sebesar 4%. Ini berarti terjadi peningkatan laba
bersih untuk setiap Rp1 aktiva yang dimiliki perusahaan yaitu sebesar Rp0,02 atau sebesar 2%.
2. Return on Equity (ROE)
Untuk menganalisis ROE tahun 2009 dan 2010 The Royal and Place Resort digunakan rumus
sebagai berikut:
ROE = Laba bersih : Jumlah Modal Sendiri
ROE tahun 2009 = 37.033.891,28 : 863.332.865,32 = 0,04
ROE tahun 2010= 81.307.743,80 : 1.317.410.032,18 = 0,06
Pada tahun 2009, setiap Rp1 modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan menghasilkan laba
bersih sebesar Rp0,04 atau sebesar 4%. Pada tahun 2010, setiap Rp1 modal sendiri yang dimiliki
menghasilkan keuntungan sebesar Rp0.06 atau sebesar 6%. Ini berarti terjadi peningkatan laba
bersih untuk setiap Rp1 modal sendiri yang dimiliki perusahaan yaitu sebesar Rp0,02 atau
sebesar 2%.
3. Operating Income
Untuk menganalisis ROE tahun 2009 dan 2010 pada The Royal and Place Resort digunakan
rumus sebagai berikut:
Operating income ratio = Laba Usaha : Penjualan Netto
Operating income ratio tahun 2009 = 37.033.891,28 : 1.834.397.106,98 = 0,02
Operating income ratio tahun 2010= 81.307.743,80 : 2.934.175.159,83 = 0,03
Pada tahun 2009, setiap Rp1 penjualan neto menghasilkan laba operasi sebesar Rp0,02 atau
sebesar 2%. Pada tahun 2010, setiap Rp1 penjualan neto menghasilkan laba operasi sebesar
Rp0,03 atau sebesar 3%. Ini berarti peningkatan laba operasi untuk setiap Rp1 penjualan neto
sebesar Rp0,01 atau sebesar 1%.
3. Rasio pertumbuhan
Rasio pertumbuhan adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui perkembangan suatu
komponen laporan dari periode ke periode (Riyanto, 2001).
1. Tingkat pertumbuhan pendapatan
= Total Pendapatan Tahun ini – Total Pendapatan Tahun lalu x 100 %
Total Pendapatan tahun Lalu
= 2.934.175.159,83 − 1.834.397.106,98 x 100 % = 59,95 %
1.834.397.106,98
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa total pendapatan dalam kurun waktu 2009 dan
2010 menunjukkan pertumbuhan sebesar 59,95%.
2. Tingkat pertumbuhan total harga pokok dan biaya
= total HPP & biaya tahun ini − total HPP & biaya tahun lalu x 100%
Total HPP & biaya tahun lalu
= 2.843.641.640,26 − 1.806.641.677,10 x 100% = 57,39 %
1.806.641.667,10
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 2009 dan 2010, total
harga pokok penjualan menunjukkan peningkatan sebesar 57,39%.
3. Tingkat pertumbuhan laba bersih
= laba bersih tahun ini − laba bersih tahun lalu x 100 %
laba bersih tahun lalu
= 81.307.743,80 − 37.033.891,28 x 100 % = 119,55%
37.033.891,28
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa laba bersih dalam kurun waktu 2009 dan 2010 menunjukkan peningkatan sebesar 119,55%.
Rasio Keuangan Hotel Tahun 2009 dan 2010 (dalam persen)
No Tolak Ukur Keuangan Periode (tahun) Kenaikan
(Penurunan)2009 2010
Rasio Likuiditas
a. 1. Current Ratio
b. 2. Quick Ratio
c. 3. Cash Ratio
101,00%
81,00%
34,00%
164,00
%
146%
86%
63%
65%
52%
2 D Rasio Profitabilitas
R ROI
ROE
OPERATING INCOME
2,00%
4,00%
2,00%
4,00%
6,00%
3,00%
2,00%
2,00%
1,00%
3 Rasio Pertumbuhan
1. Tingkat pertumbuhan
total pendapatan
2. Tingkat pertumbuhan
total harga pokok dan
biaya
3. Tingkat pertumbuhan
laba bersih
59,95%
57,39%
119,55%
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum kinerja keuangan Hotel
menunjukkan peningkatan. Dengan membandingkan rasio rasio keuangan untuk kurun waktu
tahun 2009 dan 2010, dapat diketahui bahwa kinerja Hotel ditinjau dari perspektif keuangan
menunjukkan peningkatan yang berarti kinerja Hotel ditinjau dari perspektif keuangan adalah
baik.
b. Penilaian Kinerja Perspektif Pelanggan
Penilaian Kinerja perspektif pelanggan pada The Royal and Place Resort mengukur
kepuasan tamu atau pelanggan yang menikmati jasa di hotel atas pelayanan yang
diberikan.Teknik analisis yang digunakan untuk menilai kinerja perspektif pelanggan adalah
Skor Nyata Rata-rata kelima dimensi kualitas jasa untuk menentukan kepuasan pelanggan.
No Dimensi Skor Nyata Rata-Rata
1 Bukti Langsung 92,55%
2 Keandalan 93,25%
3 Daya Tanggap 91,33%
4 Jaminan 95,25%
5 Empati 94,00%
Rata-Rata 93,28%
Dari tabel diatas diperoleh hasil bahwa Skor Nyata Rata-rata untuk dimensi bukti
langsung, keandalan, daya tanggap, jaminan dan empati masing-masing adalah 92,55%, 93,25%,
91,33%, 95,25%,92,00%. Hasil perhitungan tersebut memperlihatkan bahwa para pelanggan
puas dengan kualitas pelayanan yang disediakan oleh Hotel dan kinerja dari perspektif pelanggan
adalah baik.
c. Penilaian Kinerja Perspektif Proses Bisnis Internal
Teknik analisis yang digunakan dalam menilai kinerja dari perspektif proses bisnis
internal adalah dengan menggunakan Service Cycle Efficiency (SCE) dan hanya dibatasi pada
pengukuran efektivitas waktu proses, dalam hal ini waktu dalam penyelesaian proses check in
dan check out. SCE adalah perbandingan antara waktu yang berkaitan dengan value added
activity dalam transaksi check in atau check out dengan waktu total untuk memproses transaksi
check in atau check out (waktu yang berkaitan dengan value added activity dan non value added
activity).
Waktu bernilai tambah adalah waktu standar pemrosesan check in maupun check out.
Throungput time terdiri dari pengisian formulir registrasi, pemrosesan voucher, pemberian
passport, dan input data untuk proses check in sedangkan untuk proses check out terdiri dari
pengecekan tagihan ke masing-masing outlet, mengecek tagihan (bill), menerima pembayaran.
Data tamu yang memesan kamar melalui travel agent seharusnya telah diproses oleh
pihak Hotel. Pengisian formulir registrasi seharusnya tidak diperlukan karena data-data yang
diperlukan telah tersedia pada voucher dari tamu yang bersangkutan. Waktu rata-rata
penyelesaian proses check in yaitu 3-5 Juni 2011 sehingga dapat dihitung:
SCE = 2,14 menit
2,14 menit + 1,35 menit
= 0,61
Sehingga dapat disimpulkan bahwa SCE untuk proses check in belum mencapai 1 dan
hanya sebesar 0,61. Ini berarti ada 39% aktivitas yang tidak bernilai tambah (non value added
activity).
Hotel sudah menerapkan system online untuk memproses tagihan tamu.
Jika sistem ini difungsikan sebagaimana mestin ya, maka pengecekan tagihan ke masing-masing
outlet tidak perlu lagi dan dalam hal ini berarti aktivitas tersebut bisa digolongkan menjadi
aktivitas yang tidak bernilai tambah (non value added activity). Waktu rata-rata penyelesaian
checkout yaitu 3-5 Juni 2011 sehingga dapat dihitung:
SCE = 4,23 menit
4,23 menit + 2,33 menit = 0,64
Sehingga dapat dilihat bahwa SCE untuk proses check out belum mencapai 1 dan hanya
sebesar 0,64. Ini berarti ada 36% aktivitas yang tidak bernilai tambah (non value added activity).
Hasil perhitungan SCE dalam hal ini waktu rata-rata check in dan check out di Hotel,
menunjukkan kinerja Hotel masih perlu ditingkatkan karena SCE untuk proses check in maupun
check out masih kurang dari 1. Ini berarti masih ada non value added activity. Jadi kinerja Hotel
dilihat dari perspektif proses bisnis internal masih perlu ditingkatkan.
d. Penilaian kinerja Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Teknik analisis yang digunakan untuk menilai kinerja perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan adalah dengan menggunakan Indeks Kepuasan Karyawan (IKK) berdasarkan lima
unsur yang menentukan kepuasan kerja yaitu unsur kerjaa secara mental, ganjaran, kondisi kerja,
rekan kerja, dan kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan.
Tingkat atau derajat kepentingan factor atau unsur penentu kepuasan karyawan.
No Dimensi Bobot
1 Kerja secara mental 19,88 %
2 Ganjaran 20,40%
3 Kondisi kerja 19,78%
4 Rekan kerja 19,94%
5 Kesesuaian kepribadian dengan 20,00%
pekerjaan
Total 100%
Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa faktor atau penentuan kepuasan kerja
yang mendapat bobot yang paling tinggi adalah ganjaran yaitu dengan bobot 20,40%. Ini
berarti ganjaran merupakan faktor atau unsur yang terpenting dalam membentuk kepuasan
kerja, sedangkan faktor atau unsur kondisi kerja mendapatkan bobot yang paling rendah
yaitu sebesar 19,78%. Hal ini berarti faktor atau unsur kondisi kerja kurang menentukan
dalam membentuk kepuasan kerja dibandingkan dengan keempat faktor lainnya.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis pada bab sebelumnya, ditinjau dari ke-empat perspektif BSC maka
dapat disimpulkan bahwa perspektif The Royal Place and Resort adalah baik. Hal ini dapat
dijelaskan dengan kinerja dari masing-masing perspektif, antara lain:
1. Dari perspektif keuangan menggunakan tiga rasio yaitu likuiditas, profitabilitas, dan
pertumbuhan. Kinerja Hotel mengalami peningkatan dengan demikian kinerja perspektif
keuangan Hotel dikategorikan baik.
2. Dari perspektif pelanggan dinilai berdasarkan Skor Nyata Rata-rata diketahui bahwa
kinerja Hotel dikategorikan baik. Sehinggan dari perspektif ini kinerja Hotel dikategorikan baik.
3. Perspektif proses bisnis internal diukur dengan service cycyle efficiency.
Dalam perspektif ini kinerja Hotel masih perlu ditingkatkan untuk mengurangi adanya
aktivitas yang tidak bernilai tambah bagi Hotel.
4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dianalisis dengan indeks kepuasan
karyawan. dalam perspektif ini dikategorikan baik karena karyawan puas dengan kondisi kerja
Hotel.
Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja Hotel The Royal Place and Resort
dapat dikategorikan baik, akan tetapi perspektif proses bisnis internal kinerjanya masih perlu
ditingkatkan karena masih ada aktivitas yang tidak bernilai tambah.