tugas besar_identifikasi indikator kota layak huni di kota surabaya
TRANSCRIPT
-
8/16/2019 Tugas Besar_Identifikasi Indikator Kota Layak Huni Di Kota Surabaya
1/35
-
8/16/2019 Tugas Besar_Identifikasi Indikator Kota Layak Huni Di Kota Surabaya
2/35
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena tak lepas dari rahmat dan
hidayah-Nya, makalah yang berjudul “Identifikasi Indikator Konsep Kota Layak Huni
di Kota Surabaya dengan Metode AHP (Analytical Hierarchy ” ini dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun sebagai pemenuhan Tugas Mata Kuliah Ekonomi Kota (RP-141308).
Penulis menyadari bahwa laporan ini tersusun dengan peran serta dari berbagai pihak.
Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic. Rer. Reg. dan Ibu Vely Kukinul Siswanto, ST.
MT. M.Sc. sebagai dosen mata kuliah yang memberikan arahan serta bimbingan
yang sangat membantu dalam penyusunan laporan ini.
2. Stakeholder terkait dan masyarakat Kota Surabaya serta rekan - rekan yang telah
membantu terselesainya makalah ini.
Seperti pepatah, tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini. Untuk itu,
kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun sangat kami harapkan, Akhir kata,
semoga karya tulis ini bermanfaat bagi pembaca.
Surabaya, 26 Mei 2016
Penulis
-
8/16/2019 Tugas Besar_Identifikasi Indikator Kota Layak Huni Di Kota Surabaya
3/35
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iiiBAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah ..................................................................................... 2
1.4 Sistematika Penulisan ........................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 3
2.1 Tantangan dan Peluang Ekonomi Kota ................................................................... 3
2.2 Konsep Livable City .............................................................................................. 4
2.3 Analytical Hierarchy Process (AHP) ........................................................................ 6
BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN ............................................................................. 8
3.1 Gambaran Umum Kota Surabaya sebagai Wilayah Studi .......................................... 8
3.2 Atribut Livable City yang Dipilih untuk Analisis ....................................................... 9
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................................... 16
4.1 Analisis indikator kota layak huni di Kota Surabaya dengan metode AHP .................. 16
KERANGKA BERPIKIR ................................................................................................ 16
4.2 Peluang dan Tantangan Kota Surabaya dalam Mewujudkan Livable City .................. 20
BAB V PENUTUP .......................................................................................................... 22
5.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 22
5.2 Lesson Learned ................................................................................................... 22
LAMPIRAN ................................................................................................................... 24
-
8/16/2019 Tugas Besar_Identifikasi Indikator Kota Layak Huni Di Kota Surabaya
4/35
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota merupakan tempat terjadinya pola aktivitas masyarakat mulai dari sosial,
ekonomi, budaya dan politik. Kota yang berhasil tidak lepas dari penggunaan fungsi kota
yang efisien oleh dan bagi masyarakat. Keberhasilan sebuah kota juga ditentukan oleh
keseimbangan antara sosial, ekonomi, dan lingkungan kota. Keseimbangan elemen-elemen
tersebut menghasilkan kota yang baik dan lebih hidup untuk masyarakat maupun
lingkungan.
Sebuah kota terbentuk dan berkembang secara bertahap sesuai dengan peningkatan
kegiatan manusia, dimana manusia sebagai pelaku kegiatan saling berinteraksi dalam
kehidupannya. Semakin besar sebuah kota makin besar pula permasalahan-permasalahan
yang dihadapinya. Bertambahnya jumlah penduduk yang terus meningkat membuat layanan
kota akan semakin tidak efektif, kecuali kota dapat memberikan fasilitas layanan yang
dibutuhkan oleh masyarakat secara keseluruhan yang tinggal di kota. Kenyataannya
sekarang ini banyak kota-kota di seluruh dunia yang masih belum dapat melayani
masyarakat yang tinggal di dalamnya.
Citra kota masih begitu baik di mata sebagian penduduk suburban . Saat ini banyak
warga kota yang mengeluhkan ketidaknyamanan lingkungan tempat tinggal mereka, mulai
dari masalah kemacetan, tidak terawatnya fasilitas umum hingga masalah kebersihan
lingkungan. Dalam kondisi seperti itu, setiap orang mendambakan sebuah kota yang
nyaman dan memang layak untuk dihuni. Seiring dengan kebutuhan tersebut, kota sebagai
pusat konsentrasi kegiatan dan pelayanan masyarakat berkembang sangat cepat.
Perkembangan ini tidak menutup kemungkinan mengikis nilai livable yang dulunya sudah
terbangun dalam suatu kota. Dari kebutuhan-kebutuhan masyarakat maka juga dituntutadanya kondisi fisik ruang dan lingkungan yang sesuai standar kenyamanan masyarakat
dengan ketersediaan sarana, prasarana, fasilitas dan pelayanan yang layak. Konsep
penataan ruang perkotaan harus didasarkan pada pemahaman terhadap prinsip sapta pilar
konsep penataan ruang perkotaan yang berwawasan masa depan yaitu
Environment/ecology (lingkungan), Economy, Equity (pemerataan), Engagement
(peranserta), Energy , Etika dan Estetika (Budihardjo dalam Arimbawa dan Santhyasa, 2010).
Kota Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah kota Jakarta.
Kota Surabaya merupakan kota yang banyak dituju oleh penduduk Jawa Timur dan
-
8/16/2019 Tugas Besar_Identifikasi Indikator Kota Layak Huni Di Kota Surabaya
5/35
2
sekitarnya untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak serta terpenuhinya kebutuhan
hidup mereka. Oleh karena itu pada makalah ini akan dibahas mengenai identifikasi konsep
kota layak huni atau Livable City di kota Surabaya, sejauh mana ketercapaian kota Surabaya
dalam mewujudkan kota yang layak huni dan apa peluang serta tantangan yang dihadapi
oleh Kota Surabaya dalam mewujudkan atau mempertahankan kota layak huni bagi
masyarakatnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang terdapat beberapa rumusan masalah sebagai berikut ini :
1. Apa saja indikator dalam menentukan dan menilai kota yang layak huni?
2. Apa saja tantangan dan peluang yang dihadapi kota Surabaya dalam mewujudkan
kota yang layak huni?3. Bagaimana ketercapaian livable city di Surabaya dikaitkan dengan sudut pandang
ekonomi kota?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi aspek-aspek atau indikator dalam menentukan dan menilai kota
yang layak huni.
2.
Mengidentifikasi tantangan dan peluang yang harus dihadapi kota Surabaya dalam
mewujudkan kota yang layak huni.
3. Mengidentifikasi livable city pada Kota Surabaya dari sudut pandang ekonomi kota
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika pada pada makalah ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN berisi tentang latar belakang makalah dibuat, rumusan masalah,
tujuan penulisan makalah, serta sistematika pembahasan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA berisi tentang tinjauan pustaka pada makalah ini.
diantaranya definisi dan peluang ekonomi kota, deskripsi livable city serta metode analisa
AHP ( Analytical Hierarchy Process )
BAB III PEMBAHASAN berisi tentang gambaran umum kota Surabaya sebagai livable city
dalam konteks ekonomi kota, kerangka pikir dalam penyusunan makalah, hasil analisa
wawancara dengan stakeholder terkait dan masyarakat kota Surabaya serta peluang dan
tantangan yang dihadapi kota Surabaya dalam mewujudkan livable city.
-
8/16/2019 Tugas Besar_Identifikasi Indikator Kota Layak Huni Di Kota Surabaya
6/35
3
BAB IV PENUTUP berisi tentang rekomendasi untuk kota Surabaya dalam meningkatkan
kenyaman kota dan kesimpulan isi makalah.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tantangan dan Peluang Ekonomi Kota
Tantangan
Tantangan adalah suatu hal atau objek yang menggugah tekad untuk meningkatkan
kemampuan mengatasi masalah. Dimana dalam hal ini lingkupnya permasalahan dalam
ekonomi kota. Pada dasarnya yang menjadi permasalahan di Perkotaan adalah Urbanisasi
maupun Bonus demografi yang akan mengakibatkan ledakan penduduk. Dari ledakan
penduduk ini lah sumber permasalahan yang akan menjalar pada berbagai aspek. Mulai dari
kebutuhan tempat tinggal yang meningkat serta infrastruktur kota yang tak mampu lagi
melayani banyaknya jumlah penduduk yang ada, ditambah lagi dengan semakin
keterbatasan lahan yang ada. Dari akar permasalahan tersebut kemudian akan berimpact
pada kemiskinan, Lapangan pekerjaan yang semakin berkurang hingga degradasi
lingkungan atau kerusakan alam.
Tentunya dimanapun ada tantangan, disitu ada usaha atau upaya dalam mengatasi
tantangan tersebut, baik upaya dari pemerintah, masyarakat, planer, serta pihak pihak
terkait lainnya. Kemudian dari beberapa referensi yang diperoleh, dikatahui bahwa upaya
dalam menghadapi tantangan yang muncul tersebut meliputi:
a. Tingkat Pendidikan Masyarakat Kota Kota di Indonesia Masih rendah
b. Sehingga menyebabkan tantangan lebih untuk berkompetensi terhadap asing
c. Melakukan penyuluhan untuk masyarakat kota guna meningkatkan daya saing
Pada penjabaran tersebut diketahui bahwa prinsip utama yang digunakan dalam
meghadapi tantangan berupa aspek pendidikan. Dimana aspek ini merupakan aspek dasar
yang akan mempengarhi masyarakat, aspek yang akan menunutun masyarakat itu kemana
nanti kedepannya. Harapannya dengan perbaikan tinggkat pendidikan yang ada maka
tantangan yang muncul akan semakin kecil tapi akan menjadi peluang bagi kota tersebut.
Peluang
Adapun pelungan dalam lingkup kota sendiri dipengaruhi oleh pemerintahannya.
Dengan semakin baiknya pemerintahan yang ada maka akan menciptakan peluangtersendiri kota tersebut untuk kedepannya. Kemudian kaitannya dengan ekonomi kota
-
8/16/2019 Tugas Besar_Identifikasi Indikator Kota Layak Huni Di Kota Surabaya
7/35
4
terkait pemerintahan yang baik adalah tingginya arus investasi yang mengalir deras. Dimana
kota tersebut akan mudah mendapatkan investasi investasi yang menunjang pembangunan
di daerahnya sendiri, yang diakibatkan oleh pemerintahan yang baik itu pula. Pasalnya
investor-investor juga akan menaruh saham pada daerah yang memiliki pemerintahan yang
jelas.
Setelah itu dengan tingginya arus investasi yang masuk maka dampaknya lah yang
nantinya berupa peningkatan perekonomian di perkotaan yang memiliki pemerintah yang
baik tersebut. Setelah itu maka baru timbulah persaingan antara kota yang disebabkan oleh
perkembangan-perkembangan yang ada. Semakin lama perekonomian itu meningkat maka
semakin mampu kota tersebut untuk bersaing dengan kota kota yang lainnya. Dan bila
ditinjau dari sisi positif nya maka persaingan tersebut akan berpengaruh terhadap tingginya
produkativitas masyarakat yang terus meningkat. Dan hingga akhirnya dari pemerintahan
yang baik itu maka akan menciptakan kesejahteraan kota yang melalui proses panjang
diatas.
Selain Pemerintahan, faktor dari eksternal juga dapat mempengaruhi peluang dari
pada kota itu sendiri. Yaitu dipengaruhi oleh Kemajuan teknologi. Dengan adanya kemajuan
kemajuan teknologi yang masuk maka hal tersebut akan mendorong masyarakat untuk
menciptakan inovasi-inovasi yang baru lainnya. Dan dengan inovasi tersebut salah satu nya
akan dapat membantu dalam proses pemasaran hasil produksi yang masyarakat miliki.
Kemudian mampu menciptakan persaingan antar kota, dimana semakin canggih teknologi
kota tersebut dapat dipastikan akan memberikan keuntungan bagi kota tersebut. Karena
dengan semakin canggih teknologi yang dimiliki, apabila pemanfaatannya secara benar
maka akan mempengaruhi produktivitas masyarakat yang semakin tinggi. Dengan semakin
tinggi produktivitas masyarakat maka pereknomian kota juga akan meningkat.
2.2 Konsep Livable City
Livable City atau kota layak huni merupakan suatu tahapan yang dicapai sebuah kota
setelah mengalami tahap kota yang competitive . Kota-kota mengalami kehidupan dengan
kondisi sosial politik, keagamaan dan budaya yang berbeda-beda mempunyai beberapa
unsur eksternal yang menonjol sehingga mempengaruhi perkembangan kota (Melville,
1995). Konsep livable city ini menjadi erat kaitannya terhadap aspek sosial, ekonomi, dan
lingkungan dalam konsep sustainable development . Konsep livable city digunakan dalam
representasi sustainable city (Wheeler, 2004) yang erat kaitannya dengan sustainable
development. Sehingga penerapan konsep livable city dalam perencanaan kota harus
diaplikasikan kedalam ketiga aspek tersebut. Penerapan konsep livable city tersebut
-
8/16/2019 Tugas Besar_Identifikasi Indikator Kota Layak Huni Di Kota Surabaya
8/35
5
tercermin dalam perwujudan kota dimana memiliki desain jaringan jalan yang baik dan
variasi kegiatan yang lengkap untuk menunjang ekonomi kota, dimana berjalan, bersepeda,
dan transportasi umum menjadi pilihan terbaik bagi penduduk dalam beraktivitas untuk
meningkatkan kualitas lingkungan kota, dimana ruang publik didesain dan dirawat secara
baik dan perumahan tersedia secara cukup serta dapat dijangkau bagi penduduk yang
tinggal didalamnya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial penduduk.
Dalam mewujudkan kota yang layak huni atau Livable City harus mempunyai prinsip-
prinsip dasar. Prinsip dasar ini harus dimiliki oleh kota-kota yang ingin menjadikan kotanya
sebagai kota layak huni dan nyaman bagi masyarakat kota. Berikut ini merupakan prinsip-
prinsip dasar untuk mewujudkan Livable City :
1. Menurut Lennard (1997), prinsip dasar untuk Livable City adalah sebagai berikut:
Tersedianya berbagai kebutuhan dasar masyarakat perkotaan (hunian yang layak,
air bersih, listrik).
Tersedianya berbagai fasilitas umum dan fasilitas sosial (transportasi publik, taman
kota, fasilitas ibadah/kesehatan/ibadah).
Tersedianya ruang dan tempat publik untuk bersosialisasi dan berinteraksi.
Keamanan, Bebas dari rasa takut.
Mendukung fungsi ekonomi, sosial dan budaya.
Sanitasi lingkungan dan keindahan lingkungan fisik.
2. Menurut Douglass (2002), dalam Livable City dapat dikatakan bertumpu pada 4 (empat)
pilar, yaitu:
Meningkatkan sistem kesempatan hidup untuk kesejahteraan masyarakat.
Penyediaan lapangan pekerjaan.
Lingkungan yang aman dan bersih untuk kesehatan, kesejahteraandan untuk
mempertahankan pertumbuhan ekonomi.
Good governance.
Tata laksana pemerintahan yang baik (good governance ) adalah seperangkat
proses yang diberlakukan dalam organisasi baik swasta maupun negeri untuk
menentukan keputusan yang baik bagi masyarakat.
Berdasar penelitian IAP Indonesia Most Livable City Index (MLCI) indikator utama penentu
livable city adalah :
1. Aspek Fisik kota (tata ruang, RTH, dan perlindungan bangunan bersejarah)
2.
Aspek Lingkungan (kebersihan dan pencemaran lingkungan)
-
8/16/2019 Tugas Besar_Identifikasi Indikator Kota Layak Huni Di Kota Surabaya
9/35
6
3. Aspek Tranportasi (angkutan umum, kondisi jalan dan pedestrian way)
4. Aspek Fasilitas umum (rekreasi, pendidikan dan kesehatan)
5. Aspek Utilitas (listrik,air bersih dan telekomunikasi)
6. Aspek Ekonomi (lapangan pekerjaan dan tingkat kriminalitas)
7. Aspek Sosial (interaksi hubungan antar penduduk, pelayanan public dan fasilitas
kaum difabel)
2.3 Analytical Hierarchy Process (AHP)
Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah teknik untuk mendukung proses
pengambilan keputusan yang bertujuan untuk menentukan pilihan terbaik dari beberapa
alternatif yang dapat diambil. AHP dikembangkan oleh Thomas L.Saaty pada tahun
1970-an, dan telah mengalami banyak perbaikan dan pengembangan hingga saat ini.Kelebihan AHP adalah dapat memberikan kerangka yang komprehensif dan rasional
dalam menstrukturkan permasalahan pengambilan keputusan. Gambaran umum dari
proses AHP dapat dilihat pada gambar berikut.
Tahapan pertama dari AHP adalah
1. Structuring
Yaitu menstrukturkan alur pengambilan keputusan berdasarkan dua komponen utama.
Komponen pertama adalah tujuan dari AHP dan variabel yang digunakan, sedangkan
komponen kedua adalah alternatif-alternatif yang dapat diambil untuk memenuhi tujuan
AHP tersebut. Pada Tahap Structuring, akan ditentukan apa tujuan dari AHP, apa saja
variabel dan sub-variabel yang digunakan, dan apa saja alternative yang tersedia. Tahapan
Structuring pada AHP dengan menggunakan software expert choice .
2. Assessment
Yaitu tahap pemberian nilai atau bobot terhadap variabel, sub-variabel, dan alternatif.
Pemberian bobot ini dapat berupa Direct Assessment atau pemberian bobot secara
langsung, Verbal Assessment, pemberian bobot berdasarkan persepsi verbal seperti (Sangat
-
8/16/2019 Tugas Besar_Identifikasi Indikator Kota Layak Huni Di Kota Surabaya
10/35
7
penting, Tidak penting, dsb), dan juga dapat dengan menggunakan Visual Assessment,
yaitu pemberian bobot dengan bantuan visualisasi grafik.
Prinsip pokok AHP adalah prinsip berpikir analitis. Pengambilan keputusan dalam
metodologi AHP didasarkan pada tiga prinsip pokok, yaitu:
1. Dekomposisi
Dengan prinsip ini struktur masalah yang kompleks dibagi menjadi bagianbagian secara
hierarki. Tujuan didefinisikan dari yang umum sampai khusus. Dalam bentuk yang
paling sederhana struktur akan dibandingkan tujuan, kriteria dan level alternatif. Tiap
himpunan alternatif mungkin akan dibagi lebih jauh menjadi tingkatan yang lebih detail,
mencakup lebih banyak kriteria yang lain. Level paling atas dari hirarki merupakan
tujuan yang terdiri atas satu elemen. Level berikutnya mungkin mengandung beberapa
elemen, di mana elemen-elemen tersebut bisa dibandingkan, memiliki kepentingan
yang hampir sama dan tidak memiliki perbedaan yang terlalu mencolok. Jika perbedaan
terlalu besar harus dibuatkan level yang baru.
2. Perbandingan penilaian/pertimbangan (comparative judgments).
Dengan prinsip ini akan dibangun perbandingan berpasangan dari semua elemen yang
ada dengan tujuan menghasilkan skala kepentingan relatif dari elemen. Penilaian
menghasilkan skala penilaian yang berupa angka. Perbandingan berpasangan dalam
bentuk matriks jika dikombinasikan akan menghasilkan prioritas.
3. Sintesa Prioritas
Sintesa prioritas dilakukan dengan mengalikan prioritas lokal dengan prioritas dari
kriteria bersangkutan di level atasnya dan menambahkannya ke tiap elemen dalam level
yang dipengaruhi kriteria. Hasilnya berupa gabungan atau dikenal dengan prioritas
global yang kemudian digunakan untuk memboboti prioritas lokal dari elemen di level
terendah sesuai dengan kriterianya.
-
8/16/2019 Tugas Besar_Identifikasi Indikator Kota Layak Huni Di Kota Surabaya
11/35
8
BAB III
GAMBARAN UMUM KAWASAN
3.1 Gambaran Umum Kota Surabaya sebagai Wilayah Studi
Analisis dilakukan di Kota Surabaya, ibukota Jawa Timur. Kota ini terbagai menjadi 31
kecamatan dan 163 kelurahan dengan pengelompokan 5 wilayah pembantu walikota yaitu
Surabaya Utara, Surabaya Timur, Surabaya Selatan, Surabaya Barat, dan Surabaya Pusat.
Secara astronomis berad
Gambar 1 menunjukkan
peta kota Surabaya dengan batas administratif wilayah sebagai berikut :
Sebelah utara : Selat Madura dan Kabupaten BangkalanSebelah timur : Selat Madura
Sebelah selatan : Kabupaten Sidoarjo
Sebelah barat : Kabupaten Gresik
Gambar 1. Peta Kota SurabyaSumber : Google Maps, 2015
Berdasarkan data sensus kependudukan Kota Surabaya tahun 2014 mencapai 2,83
juta jiwa. Untuk luas wilayah Kota Surabaya adalah 326,36 km2 yang terbagi dalam lima
wilayah pembatu walikota, 28 wilayah kecamatan dan 163 desa/kelurahan. Dengan populasi
dan luas wilayah tersebut, Kota Surabaya pun memiliki kepadatan penduduk sebesar
8.671,4 jiwa/km2
-
8/16/2019 Tugas Besar_Identifikasi Indikator Kota Layak Huni Di Kota Surabaya
12/35
9
Wilayah Kota Surabaya pada umumnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian
antara 3-6 meter di atas permukaan laut, kecuali daerah di sebelah selatan dengan
ketinggian antara 25-50 meter di atas permukaan laut.
3.2 Atribut Livable City yang Dipilih untuk Analisis
Dalam mengidentifikasikan Livable City , studi dilakukan dengan memilih beberapa
kriteria berdasarkan 7 kritera Livable City versi Ikatan Ahali Perencanaan (IAP), yang
kemudian dari kriteria-kriteria yang dipilih masih terbagi menjadi sub-kriteria kecil. Kriteria-
kriteria tersebut dirangkum pada Tabel 1 sebagai berikut :
Tabel 1 Ringkasan Kriteria Livable City
No Aspek Kriteria Sub-Kriteria
1.
Fisik KotaKualitas Penataan KotaJumlah Ruang Terbuka
Perlindungan Bangunan Bersejarah
2. Kualitas LingkunganKualitas Kebersihan LingkunganTingkat Pencemaran Lingkungan
3. Transportasi
Ketersediaan Angkutan UmumKualitas Angkutan Umum
Kualitas Kondisi JalanKualitas Fasilitas Pejalan Kaki
4.
Fasilitas Umum
Ketersediaan Fasilitas KesehatanKualitas Fasilitas Kesehatan
Ketersediaan Fasilitas PendidikanKualitas Fasilitas PendidikanKetersediaan Fasilitas Rekreasi
Kualitas Fasilitas Rekreasi
5. Infrastruktur Utilitas
Ketersediaan Energi ListrikKetersediaan Air Bersih
Kualitas Air Bersih
Kualitas Jaringan Telekomunikasi
6. EkonomiKetersediaan Lapangan PekerjaanTingkat Aksesibilitas Tempat Kerja
Tingkat Kriminalitas
7. SosialInteraksi Hubungan Antar Penduduk
Informasi Pelayanan PublikKetersediaan Fasilitas Kaum Diffable
Sumber : Most Livable City Index (MLCI) , 2011
1. Fisik Kota
Kota Surabaya memiliki kedudukan yang sangat strategis baik dalam skala regional
maupun nasional, yaitu sebagai sentra pelayanan perdagangan dan jasa di Jawa Timur, dan
sebagai pusat pengembangan wilayah bagian timur Indonesia, bahkan saat ini kegiatan
perdagangan dan jasa telah mencapai lingkup internasional. Dengan dinamika kota yang
-
8/16/2019 Tugas Besar_Identifikasi Indikator Kota Layak Huni Di Kota Surabaya
13/35
10
terus berkembang, penataan kota pun dilakukan Kota Surabaya untuk membatasinya.
Penataan kota di Kota Surabaya dilandaskan dari Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 3
Tahun 2007 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya. Penataan kota dapat
dikatakan cukup baik dengan dijadikannya Kota Surabaya sebagai kota layanan dan jasa.
Kota Surabaya mengalami perubahan dari kota perdagangan ke kota industri hingga
berubah menjadi kota layanan jasa. Kota layanan jasa melayani berbagai aktivitas penduduk
dengan penyediaan pengembangan bandara, pelabuhan, layanan publik hingga event-event
internasional, dan lain sebagainya.
Penataan kota yang baik tersebut dibuktikan juga dengan ketersediaan RTH kota. Saat
ini Kota Surabaya diperkirakan sudah menerapkan Ruang Terbuka Hijau (RTH) seluas 21%
luas kota, masih kurang dari kewajiban penyediaan RTH 30% (UU No 26 tahun 2007
tentang Penataan Ruang). Bentuk RTH yang sudah ada di Kota Surabaya antara lain hutan
kota, taman kota, taman rekreasi ktoa. Area hutan kota diantaranya berada di Lakarsantri
seluas 8 Ha, Kebun Bibit Wonorejo seluas 2 Ha dan waduk Wonorejo seluas 5 Ha. Untuk
taman, Kota Surabaya memiliki banyak taman yaitu Taman Surya, Taman Bungkul, Taman
Flora Kebun Bibit dan masih banyak lagi, sedangkan bentuk RTH lainnya adalah taman kota
dan jalur hijau ditepi atau ditengah jalan utama, misalnya jalan Raya Darmo, serta area
hijau di bangunan-bangunan yang melestarikannya.
Perkembangan tata kota Surabaya mengatur tentang bangunan kuno. Penataan
kotanya dilakukan dengan mendokumentasi dan melindungi cagar budaya yang disahkan
berdasarkan Peraturan Daerah No 5 Tahun 2005, SK Walikota dan Katalog yang diterbitkan
oleh Badan Arsip Kota Surabaya. Penegasan pengaturan dan penentuan statu cagar
budayanya diatur dalam peraturan lain dalam Peraturan Daerah Tahun 2003 bab III pasal 4.
UU No 5 tahun 1992 tentang pelestarian cagar budaya dibuat terbaru menjadi Perda No 5
Tahun 2005 mengindikasikan bahwa pemerintah kota Surabaya berusaha mempertahankan
keberadaan bangunan/lingkungan/ situs cagar budaya yang ada di Kota Surabaya. Selain
melakukan inventarisasi, pemerintah kota juga membentuk tim cagar budaya.
Sayangnya, penataan kota Kota Surabaya saat ini masih menggunakan perda RTRW
No 3 tahun 2007. Yang mana secara legal formal, perda ini sudah tidak bisa menjadi
landasan penataan ruang karena pemerintah (pusat) mengatur masa keberlakuan perda.
Namun Kota Surabaya masih bisa melangsungkan penataan ruang walaupun belum memiliki
RTRW terbaru.
Realisasi RTH di Kota Surabaya, sama dengan kota-kota besar di Indonesia lainya,
juga mengalami kendala sulitnya ruang untuk membangun RTH. Kendala ini diantaranya
disebabkan oleh tingginya tingkat urbanisasi yang meningkatkan kepadatan penduduk kota.
-
8/16/2019 Tugas Besar_Identifikasi Indikator Kota Layak Huni Di Kota Surabaya
14/35
11
Selain itu, juga disebabkan oleh harga tanah yang tinggi. Status lahan menjadi hal penting
dalam penyediaan RTH. Sedangkan untuk peningkatan hutan kota dilakukan pengembangan
hutan mangrove yang ada di pesisir, baik pesisir pantai timur maupun utara kota Surabaya.
Selain itu, swasta juga turut andil dalam ketersediaan RTH. Pengembang yang memiliki
kompleks pembangunan pemukiman juga wajib menyediakan RTH, walaupun status RTH
nya privat bukan publik.
2. Kualitas Lingkungan
Permasalahan lingkungan perkotaan di Surabaya yang dominan saat ini adalah
population dan building density kota (kepadatan) yang terus meningkat, masalah
persampahan, masalah sanitasi kota, dan water quality (kualitas air) (BLH Kota Surabaya).
Tingginya pencemaran air, baik oleh limbah industri maupun limbah domestik (rumah
tangga),yang juga berdampak pada kualitas air kali Kota Surabya, yaitu dengan rincian
limbah rumah tangga yang mencemari Kali Surabaya dan Sungai Brantas telah mencapai 60
persen, limbah industri 30 persen dan limbah pertanian 10 persen.
Masalah persampahan di Kota Surabaya terutama masih banyaknya sampah yang
dibuang ke badan sungai atau berserakan di tempat terbuka. Dengan banyaknya sampah,
sungai tidak dapat berfungsi sebagaimana semestinya (fungsi transportasi, konservasi,
rekreasi, dan sebagainya) akibat air yang tidak mengalir lancar dan rusaknya ekosistem
sungai akibat zat-zat berbahaya yang terkandung dalam sampah tersebut.
3. Transportasi
Pertumbuhan jumlah kendaraan di Kota Surabaya terus meningkat dari tahun ke tahun
rata-rata sekitar diatas 3% dibandingkan pertambahan jumlah dan lebar jalan dibawah 1%.
Di Surabaya didominasi oleh kendaraan pribadi. Kualitas jalur pejalan kaki juga sangat baik
dengan RTH jalur hijau pelengkap sepanjang jalur.
Transportasi umum di Kota Surabaya cukup banyak diantaranya dilayani oleh dua
moda transportasi yaitu bus kota dan lyn . Rincian transportasi umum berdasarkan
klasifikasinya dapat dilihat di Tabel 2 . Selain bus kota dan lyn moda angkutan umum lain
adalah taksi, becak, dan ojek.
Tabel 2. Klasifikasi Transportasi Umum Kota Surabaya
No. Klasifikasi Bus Kota Lyn
1. Armada 426 unit 5.253 unit2. Trayek 22 jalur 58 jalur
3.
Kapasitas Muatan Per Armada 50 orang 12 orang4. Frekuensi Armada per jam 2 unit 10 unit
-
8/16/2019 Tugas Besar_Identifikasi Indikator Kota Layak Huni Di Kota Surabaya
15/35
12
Sumber : Masterplan Transportasi Publik Kota Surabaya 2007-2017
Kualitas dari transportasi umum di Kota Surabaya kurang layak pakai yang
disebabkan oleh belum adanya peremajaan arma. Selain itu, jadwal operasi
transportasi umum belum optimal dan teratur. Prasarana pendukung seperti
ketersediaan halte dan papan informasi rute perjalanan juga belum memadai.
Pengelolaan pendapatan masih menerapkan sistem setoran sehingga mengakibatkan
persaingan jumlah penumpang. Hal ini berdampak pada rendahnya kualitas pelayanan
penumpang. Dapat disimpulkan bahwa ketersediaan trasnportasi umum memadai
dengan berbagai variasi moda namun kualitasnya buruk.
Gambar 2 Kondisi Angkutan Bus Kota Surabaya
Sumber : Soeparno et al, 2014
4.
Fasilitas Umum
Dinas Kesehatan Kota Surabaya mencatat jumlah rumah sakit yang tersebar di wilayah
Kota Surabaya sebanyak 42 unit yang terdiri dari RS Umum (37 unit) , RS Bersalin (3 unit) ,
RS Mata (1 unit) , dan RS Jiwa (1 unit) . Jumlah fasilitas kesehatan berupa rumah sakit
tersebut ditunjang dengan keberadaan Puskesmas (62 unit) dan Puskesmas Pembantu
(Pustu) (60 unit) serta Rumah Bersalin yang terdapat diseluruh wilayah kecamatan (21
unit) di Kota Surabaya sehingga memberikan kemudahan akses kesehatan bagi masyarakat.
Kualitas pelayanan kesehatan di kota Surabaya dikatakan cukup baik dengan bukti
yang mana penduduk Kota Surabaya memiliki kecenderungan memanfaatkan keberadaan
praktik dokter untuk mendapatkan pengobatan. Banyaknya penduduk yang mengalami sakit
dan memilih berobat ke Praktik Dokter mencapai 48,03 persen. Tempat berobat lain yang
juga banyak dimanfaatkan adalah Puskesmas/Pustu sebanyak 29,34 persen. Penduduk yang
mengalami sakit dan berobat ke rumah sakit baik RS Pemerintah maupun Swasta adalah
sebanyak 22,34 persen. Selain itu, dapat dilihat dari meningkatnya jumlah pengguna obat-
obatan modern yang mencapai 92,3% sejalan dengan penurunan penggunaan obat
tradisional maupun pengobatan lainnya.
-
8/16/2019 Tugas Besar_Identifikasi Indikator Kota Layak Huni Di Kota Surabaya
16/35
13
Kualitas fasilitasn pendidikan di Kota Surabaya dapat diihat dari jumlah penduduk
terdidik. Dimana Angka Partisipasi Sekolah (APS) pada penduduk usia 7-12 tahun mencapai
100 persen, artinya seluruh penduduk usia tersebut berstatus masih sekolah dengan
kelompok usia lebih tinggi APS semakin menurun (Gambar ). Jumlah penduduk usia 10
tahun ke atas yang tergolong buta huruf (tidak dapat membaca dan menulis) tergolong
rendah yaitu kurang dari 3%. Indikator ini memberikan gambaran tentang kemampuan
dasar penduduk atau kualitas pendidikan Kota Surabaya.
Gambar 3 APS menurut Jenis Kelamin, Kota Surabaya Tahun 2014
Sumber : BPS Kota Surabaya, 2014
Pariwisata kota Surabaya didominasi oleh wisata belanja. Total kini terdapat 33 mall
di kota Surabaya dan masih akan terus bertambah. Sebagai kota perdagangan dan jasaterdapat area khusus pameran produk wisata dan pembangunan serta gelar event wisata.
Obyek wisata potensial yang juga dikembangkan adalah obyek wisata yang berbasis bahari.
Seperti dikembangkannya kegiatan penangkapan ikan tradisional, ekowisata mangrove dan
wisata pantai Kenjeran. Potensi wisata Surabaya lainnya adalah wisata sejarah, dikarenakan
surabaya merupakan kota kaya akan sejarah dan sudah cukup lama berdiri.
5. Infrastruktur Utilitas
Air Kemasan menjadi sumber air utama yang digunakan untuk minum oleh 79,31
persen rumah tangga di Kota Surabaya. Jumlah tersebut meningkat dari tahun sebelumnya
yang sebesar 77,93 persen. Peningkatan tersebut sejalan dengan berkurangnya jumlah
rumah tangga yang menjadikan Air Leding dan Sumber Air Lainnya sebagai sumber air
utama untuk minum. Sebelumnya di tahun 2013, jumlah rumah tangga yang menggunakan
Air Leding sebagai sumber air utama untuk minum mencapai 21,98 persen kemudian turun
menjadi 20,48 persen di tahun 2014.
Jumlah ketersediaan air terkendala oleh sumber daya air berkualitas layak diminum
dan digunakan. Dalam Rencana Induk SPAM Kota Surabaya tahun 2011 diketahui bahwakualitas air kali Surabaya yang digunakan sebagai salah satu sumber air PDAM Kota
100 98.63
74.74
33.52
100 98.69
69.71
2.8
0
20
40
60
80
100
120
07--12 13-15 16-18 19-24
Laki-Laki
Perempuan
-
8/16/2019 Tugas Besar_Identifikasi Indikator Kota Layak Huni Di Kota Surabaya
17/35
14
Surabaya berada di bawah kelas II yang tidak layak dikonsumsi, sedangkan 96% air kali
digunakan PDAM Kota Surabaya sebagai sumber daya air. Untuk sumber daya air yang
berasal dari air tanah, Kota Surabaya memiliki potensi air tanah yang cukup besar akan
tetapi intrusi dengan kadar garam tinggi cukup luas sebarannya di Kota Surabaya sehingga
menyebakan jenis-jenis tanah yang seharusnya memiliki potensi air tanah cukup besar telah
mengalami intrusi air laut dan kadar garam yang tidak sesuai dengan standar air minum
sehingga potensi air tanah yang ada hanya dapat digunakan terbatas sesuai dengan
kapasitas jenis tanah masing-masing (Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Jatim dalam
RTRW 2013). Semakin meningkatnya jumlah penduduk otomatis juga menambah beban
konsumsi pemakaian dan ketersediaan air bersih Kota Surabaya.
Hampir seluruh rumah tangga telah terjangkaulistrik PLN. Hal ini diketahui dari hasil
Susenas, bahwa sekitar 99,42 persen rumah tangga di Kota Surabaya telah memanfaatkan
listrik yang berasal dari PLN sebagai sumber penerangan utama Selebihnya 0,58 persen
termasuk rumah tangga yang menggunakan listrik yang bukan berasal dari PLN sebagai
sumber penerangan utama.
Gambar 4 Diagram Presentasi Rumah Tangga
Menurut Sumber Air Minum Tahun 2014
Gambar 5 Diagram Presentasi Rumah Tangga
Menurut Sumber Penerangan Utama Tahun 2014
Sumber : BPS Kota Surabaya, 2014
6.
Ekonomi
Penduduk usia kerja di Kota Surabaya tahun 2014 mencapai 2,2 juta jiwa, naik 2,17
persen dibanding jumlah penduduk usia kerja tahun sebelumnya. 33,44 persen dari jumlah
penduduk usia kerja tersebut termasuk golongan Bukan Angkatan Kerja, yaitu mereka yang
kegiatannya bersekolah, mengurus rumah tangga, dan kegiatan lainnya. Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) tahun 2014 adalah 66,56 persen, turun dari tahun 2013 yang
sebesar 68,37 persen. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tahun 2014 mencapai 5,82
persen meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar 5,28 persen.
79.31%
20.48%0.21%
Air Kemasan
Leding
Lainnya
99.42%
0.58%
Listrik PLNLainnya
-
8/16/2019 Tugas Besar_Identifikasi Indikator Kota Layak Huni Di Kota Surabaya
18/35
15
Gambar 6 Diargram Jumlah Pendiduk Angkatan
Kerja dan Bukan Angkatan Kerja Kota
SurabayaTahun 2014
Gambar 7 Diagram TPAK dan TPT Kota
Surabaya Tahun 2014
Sumber : BPS Kota Surabaya, 2014
7. Sosial
Interaksi Hubnungan antar Penduduk difasilitasi oleh pemerintah kota dengan
membangun RTH taman sebagai public space bertemunya banyak penduduk kota. Taman
Bungkul di Kota Surabaya sangat terkenal dan ramai di hari Minggu pagi. Pemerintah Kota
juga melengkapinya dengan wi-fi sebagai fasilitas penduduknya di taman.
Informasi pelayanan publik sangat baik di Kota Surabaya. Semua terintegrasi dalam
satu sistem informasi berbasis aplikasi untuk keperluan pengaduan masyarakat. Pemusatan
satu kawasan perkantoran pemerintahan atau lebih dikenal sebagai Unit Pelayanan Terpadu
Satu Atap (UPTSA) Kota Surabaya dilakukan oleh pemerintah Kota Surabaya. Hal tersebut
sangat membantu mempermudah pelayanan publik pemerintah Kota Surabaya.
AngkatanKerja (1.42
juta)
BukanAngkatan
Kerja (0.73
juta)
Bekerja(1.35 juta)
Penganggur(0.7199 juta)
66.56%
5.82%
TPAK
TPT
-
8/16/2019 Tugas Besar_Identifikasi Indikator Kota Layak Huni Di Kota Surabaya
19/35
16
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Analisis indikator kota layak huni di Kota Surabaya dengan metode AHP
KERANGKA BERPIKIR
ANALISIS AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS)
Dalam melakukan analisa indikator Kota Surabaya sebagai kota layak huni menggunakan
analisa dengan AHP (Analytical Hierarchy Process). Tujuan dari AHP sendiri adalah untuk
mendapatkan prioritas keputusan/faktor utama yang mempengaruhi suatu
keadaan/keputusan. AHP juga merupakan sebuah model yang dibuat menyerupai proses
pengambilan keputusan manusia (human decision process ) (Saaty, 1980). Tahapan
dilakukannya analisa AHP adalah sebagai berikut :
1.
Menentukan tujuan dilakukannya penelitian.2. Meninjau indikator-indikator penilaian kota yang layak huni berdasarkan preferensi
dari IAP (Ikatan Ahli Perencana) dalam melakukan ranking kota layak huni di
Indonesia.
3. Identifikasi variabel-variabel terkait indikator penilaian kota yang layak huni
Pembuatan kuesioner
4. Pengisian kuesioner oleh 4 stakeholder yakni Pemerintah Kota, civitas akademisi,
LSM dan masyarakat.
5. Melakukan analisa AHP hasil pengisian kuesioner dengan software Expert Choice
MULAISURVEY
PEENDAHULUAN
STUDI
LITERATUR
PERUMUSAN
MASALAH
PENGUMPULAN
DATA
PENYUSUNAN
KUESIONER
PENENTUAN
STAKEHOLDER
IDENTIFIKASI
VARIABEL(BERDASARKAN
ANALISIS DATA
DENGAN
METODE AHP
INTERPRETASI
HASIL ANALISA
KESIMPULAN
DAN
REKOMENDASI
SELESAI
-
8/16/2019 Tugas Besar_Identifikasi Indikator Kota Layak Huni Di Kota Surabaya
20/35
17
6. Melakukan interpretasi hasil analisa AHP untuk menentukan faktor-faktor utama
dalam perbaikan kota Surabaya menuju kota yang layak huni
7. Penarikan kesimpulan.
Berikut ini adalah interpretasi hasil pembobotan (combined ) dengan menggunakan
software Expert Choice terhadap faktor-faktor yang merupakan indikator kota layak huni.
Dari hasil tersebut maka akan terbentuk hasil pembobotan indikator-indikator kota layak
huni yang menggambarkan skala prioritas dalam mengambil kebijakan baik berupa
peningkatan kinerja atau mempertahankan kinerja Surabaya menjadi Kota Layak Huni.
A. Hasil Analisis Sub-faktor
1. Sub-faktor Fisik Kota
Nilai pembobotan terendah didapat oleh kualitas penataan kota sebesar 0.228 dan nilai
pembobotan tertinggi didapat oleh jumlah ruang terbuka sebesar 0.497. Sedangkan nilai
inkonsistensi yang dihasilkan adalah 0,00022 karena nilai inkonsistensi < 0.1 maka sub
faktor tersebut dinyatakan valid. Sehingga dapat dinyatakan bahwa, sub-faktor jumlah
ruang terbuka merupakan subfaktor utama fisik kota Surabaya sebagai kota layak huni.
2. Sub-faktor Kualitas Lingkungan
Nilai pembobotan terendah didapat oleh kualitas kebersihan lingkungan sebesar 0.482.
dan nilai pembobotan tertinggi didapat oleh tingkat pencemaran lingkungan sebesar 0.518
Sedangkan nilai inkonsistensi yang dihasilkan adalah 0 karena nilai inkonsistensi < 0.1 maka
sub faktor tersebut dinyatakan valid. Sehingga dapat dinyatakan bahwa, sub-faktor
pencemaran lingkungan merupakan subfaktor utama kualitas lingkungan kota Surabayasebagai kota layak huni.
-
8/16/2019 Tugas Besar_Identifikasi Indikator Kota Layak Huni Di Kota Surabaya
21/35
18
3. Sub-faktor Transportasi
Nilai pembobotan terendah didapat oleh kualitas pedestrian way sebesar 0.153 dan nilai
pembobotan tertinggi didapat oleh ketersediaan angkutan umum sebesar 0.467. Sedangkan
nilai inkonsistensi yang dihasilkan adalah 0.02 karena nilai inkonsistensi < 0.1 maka sub
faktor tersebut dinyatakan valid. Sehingga dapat dinyatakan bahwa, sub-faktor ketersediaan
angkutan umum merupakan subfaktor utama transportasi kota Surabaya sebagai kota layak
huni.
4. Sub-faktor Fasilitas Umum
Nilai pembobotan terendah didapat oleh ketersediaan fasilitas rekreasi sebesar 0.062
dan nilai pembobotan tertinggi didapat oleh kualitas fasilitas kesehatan sebesar 0.316.
Sedangkan nilai inkonsistensi yang dihasilkan adalah 0.02 karena nilai inkonsistensi < 0.1
maka sub faktor tersebut dinyatakan valid. Sehingga dapat dinyatakan bahwa, sub-faktor
kualitas fasilitas kesehatan merupakan subfaktor utama fasilitas umum kota Surabaya
sebagai kota layak huni.
5.
Sub-faktor Infrastruktur UtilitasNilai pembobotan terendah didapat oleh kualitas jaringan telekomunikasi sebesar 0.091
dan nilai pembobotan tertinggi didapat oleh ketersediaan air bersih sebesar 0.448.
Sedangkan nilai inkonsistensi yang dihasilkan adalah 0.06 karena nilai inkonsistensi < 0.1
maka sub faktor tersebut dinyatakan valid. Sehingga dapat dinyatakan bahwa, sub-faktor
ketersediaan air bersih merupakan subfaktor utama infrastruktur utilitas kota Surabaya
sebagai kota layak huni.
-
8/16/2019 Tugas Besar_Identifikasi Indikator Kota Layak Huni Di Kota Surabaya
22/35
19
6. Sub-faktor Ekonomi
Nilai pembobotan terendah didapat oleh tingkat kriminalitas sebesar 0.245 dan nilai
pembobotan tertinggi didapat oleh ketersediaan lapangan pekerjaan sebesar 0.507.
Sedangkan nilai inkonsistensi yang dihasilkan adalah 0.0055 karena nilai inkonsistensi < 0.1
maka sub faktor tersebut dinyatakan valid. Sehingga dapat dinyatakan bahwa, sub-faktor
ketersediaan lapangan pekerjaan merupakan subfaktor utama ekonomi kota Surabaya
sebagai kota layak huni.
7.
Sub-faktor SosialNilai pembobotan terendah didapat oleh informasi pelayanan publik sebesar 0.134 dan
nilai pembobotan tertinggi didapat oleh interaksi hubungan antar penduduk sebesar 0.688.
Sedangkan nilai inkonsistensi yang dihasilkan adalah 0.0038 karena nilai inkonsistensi < 0.1
maka sub faktor tersebut dinyatakan valid. Sehingga dapat dinyatakan bahwa, sub-faktor
interaksi hubungan antar penduduk merupakan subfaktor utama sosial kota Surabaya
sebagai kota layak huni.
-
8/16/2019 Tugas Besar_Identifikasi Indikator Kota Layak Huni Di Kota Surabaya
23/35
20
B. Hasil Analisis Faktor
Berdasarkan hasil analisa faktor yang menjadi indikator kota layak huni didapatkan hasil
pembobotan sebagai berikut :
Dari ketujuh indikator kota layak huni didapatkan pembobotan prioritas dalam
pengambilan kebijakan untuk meningkatkan kenyamanan kota Surabaya bagi
masyarakatnya. Berdasarkan hasil pembobotan kuesioner, kualitas lingkungan memiliki
bobot yang paling besar yakni 0.224. Dengan demikian kualitas lingkungan harus menjadi
fokusan/prioritas kota Surabaya dalam meningkatkan kenyamanan kotanya. Setelah itu 4
indikator lainnya memiliki bobot yang hampir sama besar yakni pada aspek transportasi
(0.157), fasilitas umum (0.159), ekonomi (0.159) dan sosial masyarakat (0.160). Indikator
selanjutnya yakni infrastruktur utilitas (0.87) dan fisik kota (0.54).
4.2 Peluang dan Tantangan Kota Surabaya dalam Mewujudkan Livable City
Berdasarkan survei primer “Indonesia Most Livable City Index 2014” oleh Ikatan Ahli
Perencana Indonesia bahwa kota Surabaya menempati urutan ke 7. Jika dipadukan dengan
hasil analisis dengan metode AHP, pada hasil analisis tersebut menyebutkan bahwa kota
Surabaya memiliki:
a.
Peluang1. Kota Surabaya memilki peluang dalam meningkatkan kualitas lingkungan perkotaannya.
Hal ini dibuktikan dengan kondisi eksisting kota Surabaya yang memiliki RTH sebanyak
308,26 Ha , juga dengan berbagai perbaikan lingkungan yang telah dilaksanakan,
pembuatan taman-taman. Hal ini juga dimaksudkan untuk menunjang Kota Surabaya
dalam menuju Green City.
2. Ketersediaan fasilitas umum untuk menunjang aktfitas warga.
Peningkatan fasilitas umum pada Kota Surabaya sejak pemerintahan Bu Tri Risma Harini
mulai digencarkan. Sebagai contoh peningkatan kualitas bangunan sekolah, peningkatan
-
8/16/2019 Tugas Besar_Identifikasi Indikator Kota Layak Huni Di Kota Surabaya
24/35
21
sarana kesehatan (rumah sakit), serta pengadaan fasilitas rekreasi (taman). Karena
adanya fasilitas umum tersebut dapat menunjang kegiatan masyarakat. Oleh karena itu
fasilitas umum menjadi poin penting sebagai peluang yang perlu dikembangkan untuk
mencapai kota Surabaya sebagai livable city.
3. Sistem transportasi pada Kota Surabaya
Pada kondisi eksisting di Kota Surabaya, peningkatan sistem transportasi mengalami
perkembangan pesat. Sesuai dengan arahan RTRW, adanya peningkatan transportasi
masal (dalam hal ini yaitu monorail dan tram) yang berangkat dari kebutuhan
transportasi publik untuk menjawab permintaan kebutuhan transportasi bagi warga
Surabaya. Guna mendukung arahan tersebut, Pemerintah Kota Surabaya menggunakan
prinsip TOD dalam pelaksanaannya.
b.
Tantangan
1. Mengatasi pencemaran lingkungan
Permasalahan yang terjadi di Kota Surabaya adalah masalah tingginya tingkatan
pencemaran lingkungan. Kurangnya pengawasan dalam kualitas kebersihan lingkungan
kurang diperhatikan, serta kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga
kesbersihan lingkungan. Sehingga banyak terjadinya banjir karena penyempitan
drainase oleh sampah penduduk. Serta masih banyaknya lingkungan atau permukiman
kumuh yang kurang mendapatkan perhatian lebih dari Pemkot Surabaya.
2. Sosial
Sifat individual masyarakat kota yang semakin mendominasi. Maka dibutuhkan
perubahan mindset pada masing-masing individu bahwa perlunya interaksi sosial guna
menjaga relasi antar individu. Selain itu dibutuhkan peningkatan SDM khususnya
generasi muda untuk bisa mengakses „link‟ dunia kerja yang mengglobal, sibuktikan
dengan dimulainya MEA.
3. Tantangan peningkatan ekonomi
Berkembangnya sistem ekonomi Kota Surabaya yang cenderung stabil dan meningkat.
dibutuhkan masyarakat yang produktif untuk memunculkan inovasi masyarakat, hingga
adanya daya saing yang membawa keuntungan bagi masyarakat dan pemerintah yang
membantu peningkatan pemasaran hasil produksi. Juga dibutuhkan kemajuan teknologi
untuk menjawab tantangan masyarakat ekonomi Asean.
-
8/16/2019 Tugas Besar_Identifikasi Indikator Kota Layak Huni Di Kota Surabaya
25/35
22
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis AHP (Analytical Hierarchy Process) dapat disimpulkan bahwadalam menuju Kota Surabaya menjadi Kota Layak Huni prioritas yang perlu diutamakan
adalah pada aspek kualitas lingkungan yakni dengan mengurangi tingkat pencemaran, baik
pencemaran air, tanah dan udara serta adanya peningkatan kebersihan lingkungan. Fokusan
kedua yang perlu mendapat perbaikan adalah pada aspek transportasi seperti ketersediaan
dan perbaikan sarana angkutan umum. Kemudian aspek fasilitas umum yakni dengan
meningkatkan kualitas fasilitas kesehatan. Untuk perbaikan aspek ekonomi yakni dengan
menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup serta meminimalisasi tingkat kriminalitas kota
Surabaya. Aspek sosial masyarakat yakni dengan meningkatkan interaksi antar penduduk,
terutama di kota-kota besar dengan masyarakat yang individualisme. Fokusan terakhir
adalah untuk aspek infrastruktur utilitas dan fisik kota. Kedua aspek ini sudah memiliki
ketercapaian yang cukup baik di kota Surabaya. Pembenahan saluran drainase serta alokasi
ruang terbuka hijau yang lebih dari 2o% sudah dicapai dengan baik di Surabaya. Selain itu,
Berdasarkan analisis kualitatif dengan mewawancarai beberapa responden dapat
disimpulkan bahwa `Kota Surabaya sudah dapat dikatakan layak huni oleh beberapa
responden terkait.
5.2 Lesson Learned
Konsep livable city bertujuan untuk menciptakan kondisi kota yang seimbang dalam
interaksi antara manusia dan lingkungannya. Berdasarkan hasil analisis melalui penentuan
kriteria dan tolok ukur tingkat livability di Kota Surabaya, ditemukan bahwa kota Surabaya
masih memiliki tingkat daya hidup yang baik, tetapi perlu lebih ditingkatkan lagi. Kondisi ini
masih dikategorikan livable dikarenakan perencanaan yang baik sehingga daya hidup Kota
Surabaya masih dapat dipertahankan dan diharapkan berkelanjutan.
Konsep livable city dinilai dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang muncul
di perkotaan seperti degradasi lingkungan, kemacetan, polusi, kemiskinan, kriminalitas dan
sebagainya. Permasalahan-permasalahan tersebut menyebabkan menurunnya pertumbuhan
ekonomi kota. Sehingga konsep pengembangan livable city diharapkan dapat menyelesaikan
permasalahan tersebut dan berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota.
Dengan mewujudkan kota yang layak huni bagi penduduknya maka perekonomian
perkotaan diharapkan juga dapat bertumbuh dengan baik.
-
8/16/2019 Tugas Besar_Identifikasi Indikator Kota Layak Huni Di Kota Surabaya
26/35
23
Dalam mewujudkan kota yang layak huni di kota-kota Indonesia, maka sangat
dibutuhkan peran dari semua stakeholders mulai dari pemerintah kota sebagai pihak yang
diberi mandat oleh warga, para ahli khususnya ahli perencanaan kota dan masyarakat
sebagai elemen penting untuk meningkatkan kualitas dan kelayakan hidup suatu kota.
-
8/16/2019 Tugas Besar_Identifikasi Indikator Kota Layak Huni Di Kota Surabaya
27/35
24
LAMPIRAN
INSTRUMEN IDENTIFIKASI INDIKATOR
KONSEP KOTA LAYAK HUNI
Kota Surabaya
Bapak/ibu yang kami hormati,
Kami selaku mahasiswa jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota ITS Surabaya sedang
dalam tugas untuk memenuhi prasarat mata kuliah Ekonomi Kota. Oleh karenanya, dimohon
kesediaan dari bapak/ibu memberikan tanggapannya pada instrumen kami. Instrumen ini
bersifat seperti kuesioner untuk mengetahui nilai bobot pada tiap faktor dan subfaktor yang
berkaitan dengan “Identifikasi Indikator Konsep Kota Layak Huni di Kota Surabaya dengan
Metode Analysis Hirearchy Process”. Bobot ini sangat berguna untuk memberikan ukuran
prioritas pada tiap faktornya.
Pembobotan kriteria ini dilakukan dengan menggunakan alat analisis AHP (Analytical
Hierarchy Process). AHP merupakan salah satu metode yang biasa digunakan dalam
memecahkan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam kelompok-kelompok,
dan mengatur kelompok tersebut ke dalam suatu hierarki. Alat ini memerlukan suatu nilai
numerik sebagai pengganti persepsi seseorang untuk mendapatkan perbandingan yang
relatif, sehingga diperoleh nilai prioritas kriteria.
Dengan ini kami mengharap kerjasama bapak/ibu untuk mengisi kolom kriteria
sesuai dengan persepsi anda. Terima kasih.
Hormat Kami,
Peneliti :
Rivan Aji
Gea FerozaFebri FitrianingrumSherly Jasmine
Jurusan Perencanaan Wilayah Dan Kota
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
-
8/16/2019 Tugas Besar_Identifikasi Indikator Kota Layak Huni Di Kota Surabaya
28/35
25
A. PENDAHULUAN
Konsep kota Layak Huni sebagai konsep pengembangankota yang mengedapankan
kualitas hidup akan sangat dibutuhkan dewasa ini sebanding dengan perkembangan kota
semakin pesat. Hal ini merupakan akibat meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia yang
diperkirakan mencapai 253,60 juta jiwa. Apabila dikaitkan dengan presentase pertumbuhan
penduduk Indonesia, angka tersebut diperkirakan akan terus meningkat. Terbukti dengan
angka pertumbuhan penduduk Indonesia pada tahun 2000 hingga 2010 yang mencapai
1,49% (www.indonesia-investments.com). Semakin tingginya arus urbanisasi ke kota adalah
tantang kota-kota di Indonesia. Dimana arus urbanisasi akan menimbulkan permasalahan-
permasalahan lain seperti tingginya kesenjangan sosial, kualitas sumber daya, lingkungan,
dan perekonomian. Oleh karena itu, hal tersebut dapat dijawab dengan menciptakan konsep
pengembangan kota yang lebih livable – atau layak huni.
B. TUJUAN PELAKSANAAN SURVEY
1. Menentukan faktor Penentuan Indikator Konsep Kota Layak Huni Kota Surabaya
yang obyektif dari pertimbangan empat preferensi.
2. Menganalisis faktor-faktor yang merupakan indikator konsep kota layak huni kota
Surabaya berdasarkan preferensi Pemerintah Kota Surabaya
3. Menganalisis faktor-faktor yang merupakan indikator konsep kota layak huni kota
Surabaya berdasarkan preferensi civitas akademisi
4. Menganalisis faktor-faktor yang merupakan indikator konsep kota layak huni kota
Surabaya berdasarkan preferensi komunitas yang peduli terhadap lingkungan
5. Menganalisis faktor-faktor yang merupakan indikator konsep kota layak huni kota
Surabaya berdasarkan preferensi masyarakat yang sudah lama tinggal di kota
Surabaya
-
8/16/2019 Tugas Besar_Identifikasi Indikator Kota Layak Huni Di Kota Surabaya
29/35
26
C. PETUNJUK PENGISIAN
Pada kuisioner ini, bapak/ibu diminta untuk menentukan tingkat kepentingan faktor
yang mempengaruhi dalam identifikasi indikator konsep kota layak huni di kota Surabaya.
Angka yang digunakan mulai dari 1 sampai dengan 9. Angka-angka ini menunjukkan tingkat
kepentingan faktor dengan arti sebagai berikut.
Intensitas
KepentinganKeterangan Penjelasan
1 Kedua elemen sama pentingnyaKedua elemen memiliki pengaruh
yang sama terhadap tujuan
3Elemen yang satu cenderung
penting
Elemen yang satu sedikit
menyokong elemen yang lain
5 Elemen yang satu lebih pentingElemen yang satu lebih kuat
menyokong elemen yang lain
7Elemen yang satu jelas penting
dari elemen lainnya
Elemen yang satu sangat kuat
myokong elemen yang lain
9Elemen yang satu mutlak penting
dari elemen lainnya
Elemen yang satu terbukti sangat
kuat dan dominan menyokong
elemen yang lain
2,4,6,8Nilai-nilai yang dapat diberikan
jika pertimbangan berdekatan
Nilai yang dapat diberikan bila
terdapat 2 kompromi diantara 2
pilihan
D. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Jabatan :
3. Alamat :
4. Telp/ HP :
5. Instansi :
6. Tgl Pengisian Kuisioner :
-
8/16/2019 Tugas Besar_Identifikasi Indikator Kota Layak Huni Di Kota Surabaya
30/35
27
E. PERTANYAAN RESPONDEN
LEVEL KRITERIA TINGKAT I
Berikut ini terdapat sintesa faktor yang akan dibobotkan untuk mendapatkan
rumusan faktor yang digunakan dalam membantu menentukan prioritas perbaikan
kota Surabaya menuju kota yang layak huni.
1. Faktor Fisik kota: digunakan untuk mengetahui kondisi kota seperti ruang terbuka
hijau, penataan ruang, serta perlindungan bangunan bersejarah dalam
mempengaruhi tingkat livability kota.
2. Faktor Kualitas Lingkungan: digunakan untuk mengetahui kondisi lingkungan kota
dalam mempengaruhi tingkat livability kota.
3.
Faktor Transportasi: digunakan untuk mengetahui kondisi kemudahan lalu lintas dan
pergerakan dalam mempengaruhi tingkat livability kota.
4. Faktor Utilitas: digunakan untuk mengetahui kondisi prasarana dalam mempengaruhi
tingkat livability kota.
5. Faktor Fasilitas: digunakan untuk mengetahui kondisi sarana dalam mempengaruhi
tingkat livability kota.
6. Faktor Ekonomi: digunakan untuk mengetahui kondisi ekonomi penduduk dalam
mempengaruhi tingkat livability kota.
7. Faktor Sosial: digunakan untuk mengetahui kondisi sosial antar penduduk kota dalam
mempengaruhi tingkat livability kota.
Fisik Kota 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9Kualitas
Lingkungan
Fisik Kota 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Transportasi
Fisik Kota 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Utilitas
Fisik Kota 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Fasilitas
Fisik Kota 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Ekonomi
Fisik Kota 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Sosial
Kualitas
Lingkungan9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Transportasi
Kualitas
Lingkungan9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Utilitas
Kualitas
Lingkungan9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Fasilitas
Kualitas
Lingkungan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Ekonomi
-
8/16/2019 Tugas Besar_Identifikasi Indikator Kota Layak Huni Di Kota Surabaya
31/35
28
KualitasLingkungan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Sosial
Transportasi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Utilitas
Transportasi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Fasilitas
Transportasi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Ekonomi
Transportasi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Sosial
Utilitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Fasilitas
Utilitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Ekonomi
Utilitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Sosial
Fasilitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Ekonomi
Fasilitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Sosial
Ekonomi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Sosial
-
8/16/2019 Tugas Besar_Identifikasi Indikator Kota Layak Huni Di Kota Surabaya
32/35
29
LEVEL KRITERIA TINGKAT II PERBANDINGAN ANTAR SUB FAKTOR
Setelah dilakukan pembobotan kepada level faktor tingkat I, maka selanjutnya dilakukan
pembobotan terhadap sub faktor yang merupakan level faktor tingkat II.
1.
Faktor Fisik kota: digunakan untuk mengetahui kondisi kota seperti ruang terbuka
hijau, penataan ruang, serta perlindungan bangunan bersejarah dalam
mempengaruhi tingkat livability kota.
a. Kualitas Penataan Kota
b. Jumlah Ruang Terbuka
c. Perlindungan Bangunan Bersejarah
Kualitas
PenataanKota
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jumlah RuangTerbuka
Kualitas
Penataan
Kota
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Perlindungan
Bangunan
Bersejarah
Jumlah
Ruang
Terbuka
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Perlindungan
Bangunan
Bersejarah
2. Faktor Kualitas Lingkungan: digunakan untuk mengetahui kondisi lingkungan kota
dalam mempengaruhi tingkat livability kota.
a. Kualitas Kebersihan Lingkungan
b. Tingkat Pencemaran Lingkungan
Kualitas
Kebersihan
Lingkungan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tingkat
Pencemaran
Lingkungan
3. Faktor Transportasi: digunakan untuk mengetahui kondisi kemudahan lalu lintas dan
pergerakan dalam mempengaruhi tingkat livability kota.
a. Ketersediaan Angkutan Umum
b. Kualitas Angkutan Umum
c. Kualitas Kondisi Jalan
d. Kualitas Fasilitas Pedestrian
Ketersediaan
Angkutan
Umum
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9Kualitas Angkutan
Umum
Ketersediaan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kualitas Kondisi Jalan
-
8/16/2019 Tugas Besar_Identifikasi Indikator Kota Layak Huni Di Kota Surabaya
33/35
30
Angkutan
Umum
Ketersediaan
Angkutan
Umum
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kualitas Pedestrian
Kualitas AngkutanUmum
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kualitas Kondisi Jalan
Kualitas AngkutanUmum
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kualitas Pedestrian
Kualitas KondisiJalan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kualitas Pedestrian
4. Faktor Utilitas: digunakan untuk mengetahui kondisi prasarana dalam mempengaruhi
tingkat livability kota.a. Ketersediaan Energi Listrik
b. Ketersediaan Air Bersih
c. Kualitas Air Bersih
d. Kualitas Jaringan Telekomunikasi
Ketersediaan
Energi Listrik9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Ketersediaan Air
Bersih
Ketersediaan
Energi Listrik 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9Kualitas Air
Bersih
Ketersediaan
Energi Listrik9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kualitas
Jaringan
Telekomunikasi
Ketersediaan
Air Bersih9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kualitas AirBersih
Ketersediaan Air Bersih
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kualitas
Jaringan
Telekomunikasi
Kualitas AirBersih
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9KualitasJaringan
Telekomunikasi
5. Faktor Fasilitas: digunakan untuk mengetahui kondisi sarana dalam mempengaruhi
tingkat livability kota.
a. Ketersediaan Fasilitas Kesehatan
b. Kualitas Fasilitas Kesehatan
c. Ketersediaan Fasilitas Pendidikan
d.
Kualitas Fasilitas Pendidikane. Ketersediaan Fasilitas Rekreasi
-
8/16/2019 Tugas Besar_Identifikasi Indikator Kota Layak Huni Di Kota Surabaya
34/35
31
f. Kualitas Fasilitas Rekreasi
Ketersediaan
Fasilitas
Kesehatan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kualitas
Fasilitas
Kesehatan
Ketersediaan
Fasilitas
Kesehatan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Ketersediaan
Fasilitas
Pendidikan
Ketersediaan
Fasilitas
Kesehatan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kualitas
Fasilitas
Pendidikan
Ketersediaan
Fasilitas
Kesehatan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9KetersediaanFasilitasRekreasi
KetersediaanFasilitasKesehatan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KualitasFasilitasRekreasi
Kualitas
Fasilitas
Kesehatan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Ketersediaan
Fasilitas
Pendidikan
Kualitas
Fasilitas
Kesehatan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kualitas
Fasilitas
Pendidikan
Kualitas
FasilitasKesehatan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Ketersediaan
FasilitasRekreasi
Kualitas
Fasilitas
Kesehatan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9KualitasFasilitasRekreasi
Ketersediaan
Fasilitas
Pendidikan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kualitas
Fasilitas
Pendidikan
Ketersediaan
Fasilitas
Pendidikan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9KetersediaanFasilitas
RekreasiKetersediaan
Fasilitas
Pendidikan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9KualitasFasilitasRekreasi
Kualitas
Fasilitas
Pendidikan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9KetersediaanFasilitasRekreasi
KualitasFasilitasPendidikan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9KualitasFasilitasRekreasi
KetersediaanFasilitas
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KualitasFasilitas
-
8/16/2019 Tugas Besar_Identifikasi Indikator Kota Layak Huni Di Kota Surabaya
35/35
Rekreasi Rekreasi
6. Faktor Ekonomi: digunakan untuk mengetahui kondisi ekonomi penduduk dalam
mempengaruhi tingkat livability kota.
a. Ketersediaan Lapangan Pekerjaan
b. Tingkat Aksesibilitas Tempat Kerja
c. Tingkat Kriminalitas
Ketersediaan
Lapangan
Pekerjaan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tingkat
Aksesibilitas
Tempat Kerja
Ketersediaan
Lapangan
Pekerjaan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9Tingkat
Kriminalitas
Tingkat
Aksesibilitas
Tempat Kerja
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9Tingkat
Kriminalitas
7. Faktor Sosial: digunakan untuk mengetahui kondisi sosial antar penduduk kota dalam
mempengaruhi tingkat livability kota.
a. Interaksi Hubungan Antar Penduduk
b. Informasi Layanan Publik
c. Ketersediaan Fasilitas Kaum Diffable
Interaksi
Hubungan
Antar
Penduduk
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9Informasi
Layanan Publik
Interaksi
Hubungan
Antar
Penduduk
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Ketersediaan
Fasilitas Kaum
Diffable
Informasi
Layanan
Publik
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Ketersediaan
Fasilitas Kaum
Diffable