tugas asuransi 1

Upload: gersom-refandy-kadang

Post on 06-Jan-2016

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Asuransi

TRANSCRIPT

Gersom Refandy Kadang1206264240Hukum Asuransi17 September 2015Perjanjian AsuransiDi dalam Bab II ini, akan dipaparkan mengenai prinsip-prinsip keabsahan suatu perjanjian asuransi.A. Para Pihak dan Peranannya dalam Sistem AsuransiPerjanjian Asuransi melibatkan 2 (dua) pihak yaitu Penganggung dan Tertanggung. Tertanggung dapat mengasuransikan dirinya sendiri atau mengasuransikan orang lain, jika memiliki kepentingan finansial yang sah dengan orang lain tersebut; misalnya orang tua dapat mengasuransikan anaknya. Tertanggungg yang wajib membayar premi dan berhak mengajukan klaim adalah Tertanggung yang di dalam Polis disebut sebagai Pemegang Polis (Policy Holder).1. PenanggungPenanggung adalah perusahaan asuransi yang beroperasi berdasarkan izin usaha dari Pemerintah atau dibentuk oleh Peraturan Perundang-Undangan. Penanggung pasti menjalankan 5 (lima) aktifitas dalam penyelenggaraan usahanya, yaitu produksi (production), underwriting, penentuan tariff (rate making), pemeriksaan klaim (loss settlement), dan pembayaran klaim (finance).

Pengajuan Klaim:

2. TertanggungTertanggung adalah pribadi kodrati atau pribadi hokum. Calon Tertanggung harus mengajukan aplikasi penutupan asuransi kepada Penanggung. Form Aplikasi tersebut biasanya sudah disiapkan oleh Penanggung dan calon Tertanggung tinggal mengisi dan melengkapinya dengan berkas lain. Calon tertanggung diwajibkan mengisi aplikasi tersebut dengan jujur.Dalam pengisian aplikasi tersebut, Tertanggung mungkin akan berhadapan dengan Agen/Pialang Asuransi yang akan mengisikan aplikasi sesuai dengan apa yang didikte oleh Tertanggung. B. Objek Asuransi dan PenutupannyaObjek yang dapat dipertanggungkan adalah risiko murni atau fundamental terhadap manusia, harta, atau tertanggungjawab hokum. Dengan menggunakan klasifikasi Elliot & Vaughan, maka perincian atas obyek asuransi tersebut adalah sebagai berikut:1. Risiko Manusia (Personal Risks)2. Risiko Harta (Property Risks)3. Risisko Tanggung Jawab Hukum (Liability Risks)Namun seiring perkembangannya, obyek asuransi kini beragam karena kini Pemerintah dapat mengizinkan jenis-jenis obyek asuransi diluar yang disebutkan secara eksplisit dalam KUHD khususnya Pasal 247. Selain itu juga, PP 73/92 menyebutkan bahwa obyek asuransi di Indonesia hanya boleh dipertanggungkan pada perusahaan asuransi yang ada di Indonesia. Dapat dilakukan penutupan atas suatu obyek kepada perusahaan asuransi diluar negeri dengan beberapa ketentuan tertentu.C. Obyek Asuransi dan Kebebaan Memilih PenanggungUU UP menetapkan bahwa asuransi atas obyek asuransi harus didasarkan pada kebebasan memilih Penanggung, kecuali bagi program Asuransi Sosial. Dalam bagian penjelasannya, disebutkan bahwa ketentuan tersebut dimaksudkan untuk melindungi hak Tertanggung agar dapat secara bebas memilih perusahaan asuransi sebagai Penanggungnya. Pembuat UU UP berpendapat bahwa kebebasan memilih Penanggung itu perlu, karena memandang Tertanggung sebagai pihak yang paling berkepentingan atas obyek yang dipertanggungkannya.

D. Syarat Sahnya Perjanjian Asuransi1. Syarat Umuma. Kesepakatanb. Kecakapanc. Hal Tertentud. Sebab yang Halal.2. Syarat Khususa. Adanya Kepentingan Finansial atas Obyek yang Dipertanggungkan (Insurable Interest)b. Adanya Itikad Baik (Utmost Good Faith).E. Penafsiran PerjanjianJika ada klausula dalam Perjanjian asuransi yang dianggap ambigu, maka pada umumnya penafsiran untuk kkausula tersebut menggunakan doktrin contra proferentem. Maksudnya adalah bahwa jika klausula dalam suatu perjanjian diusulkan oleh salah satu pihak, makapenfsiran atas kata-kata, kalimat atau klausula tersebut harus dilakukan menurut tafsiran yang menguntungkan pihak yang tidak menyusun perjanjian tersebut. Doktrin ini mempunyai sebuah tujuan yuridis yaitu agar pihak yang tidak menyusun perjanjian tersebut terhindar dari eksploitasi pihak lainnya yang menyusunnya yang biasanya mempunyai kedudukan ekonomi lebih kuat.Doktrin ini tidak terlalu popular di Indonesia, walaupun sesungguhnya doktrin ini ada di dalam Pasal 1349 KUHPerdata. Dan bahkan Doktin ini telah ada di dalam UNIDROIT (kumpulan doktrin yang merupakan prinsip hokum kontrak internasional yang dirancang untuk perjanjian-perjanjian Internasional. Maka dari itu, sepatutnya mulai sekarang, doktrin ini mulai dipergunakan secara konsisten dalam menangani sengketa asuransi, khususnya yang berkaitan dengan ambiguitas dalam klausula Polis.