tugas aspek hukum maudi mauludi

22
PEMIKIRAN SNOUCK HURGRONJE DAN HUBUNGAN LEX SPECIALIS LEGI GENERALI DENGAN UU PERBANKAN Disusun Oleh : Muhamad Maudi Mauludi NIM : 1317352 PROGRAM STUDI BISNIS MANAJEMEN ISLAM SEKOLAH TINGGI EKONOMI ISLAM TAZKIA

Upload: maudi-mauludi

Post on 26-Sep-2015

225 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

snock hugrounje

TRANSCRIPT

PEMIKIRAN SNOUCK HURGRONJE DAN HUBUNGAN LEX SPECIALIS LEGI GENERALI DENGAN UU PERBANKAN

Disusun Oleh : Muhamad Maudi MauludiNIM : 1317352

PROGRAM STUDI BISNIS MANAJEMEN ISLAMSEKOLAH TINGGI EKONOMI ISLAM TAZKIABOGOR

KATA PENGANTARSegala puji marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat dan nikmat iman hingga saat ini , sehingga membantu penulis untuk menyelesaikan makalah yang telah diberikan oleh ustadz Yusup. Salawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw yang telah membawa kita dari zaman kegelapan hingga zaman terang benderang yang penuh dengan cahaya iman.Selanjutnya , saya ucapkan terima kasih kepada ustadz Yusup Hidayat , yang telah memberikan amanah kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini , guna membantu memperbaiki nilai Ujian Tengah Semester kelas kami. Terakhir saya ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada teman-teman yang telah membantu saya dan berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini. Dan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala kesalahan dan kekurangan yang ada dalam makalah yang telah saya buat ini.

Wassalam,Bogor, 5 Desember 2014

Penulis,Muhammad Maudi Mauludi

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR2DAFTAR ISI3BAB I4PENDAHULUAN41.1Latar Belakang41.2Rumusan masalah41.3 Tujuan pembahasan5BAB II6PEMBAHASAN62.1Sejarah pergerakan snock hugronje62.2Teori Receptie9BAB III12PENUTUP123.1Kesimpulan12DAFTAR PUSTAKA13

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nama Snouck Hurgronje begitu melekat dalam sebagian kalangan terpelajar di Indonesia. Betapa tidak, dialah salah satu aktor intelektual pergerakan orientalis di Indonesia. Bahkan, jika ada seorang sarjana muslim mulai berpikir dengan pola orientalis, serta merta dijuluki antek Snouck Hurgronje. Snouck Hurgronje adalah sosok kontroversial khususnya bagi kaum Muslimin Indonesia, terutama kaum muslimin Aceh. Bagi penjajah Belanda, dia adalah pahlawan yang berhasil memetakan struktur perlawanan rakyat Aceh. Bagi kaum orientalis, dia sarjana yang berhasil. Tapi bagi rakyat Aceh, dia adalah pengkhianat tanpa tanding. Ia merupakan tokoh peletak dasar sistem Politik Islam yang merupakan garis kebijakan Politik Belanda yang dijalankan pemerintah kolonial Belanda terhadap penduduk jajahan kawasan Hindia Belanda. Konsep yang diciptakan Snouck terasa lebih lunak dibanding dengan konsep strategi kebijakan para orientalis lainnya, namun dampaknya terhadap umat Islam terus berkepanjangan bahkan berkelanjutan sampai dengan saat ini.Splitsingstheori yang merupakan doktrin atau teori yang dikemukakan oleh snocky yang berhasil mempercundangi atau melucuti pertempuran di Aceh yang mana dengan teori inilah Belanda dapat memenangi pertempuran yang dimulai di bawah pimpinan Van Heutsz. Meskipun telah tiada lebih dari setengah abad, Christiaan Snouck Hurgronje tetap menjadi tokoh yang sangat kontroversial baik di barat dan dunia muslim. Ia merupakan seorang orientalis terkenal di dunia, karena ia telah melakukan perjalanan ke mekah untuk belajar yang kemudian mendokumentasikan kehidupan muslim disana. Selama bertahun-tahun jugalah ia tinggal dan bekerja di antara umat Islam di Indonesia,1.2 Rumusan masalah1. Bagaimana sejarah pergerakan snock hugrounje 2. Apa kaitannya teori receptie dengan perkembangan peradaban eropa di tanah jajahan khususnya di indoesia

1.3 Tujuan pembahasanPaper ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi rekan-rekan mahasiswa, khususnya penulis untuk mengetahui lebih lanjut mengenai sejarah serta pergerakan snock hugronje dan bagaiamana latar belakang munculnya terori receptie terhadap perdababan eropa di tanah jajahan khusunya indonesia, dan bagaimana hubungan asas lex specialis derogat lezi generalis dengan UU perbankan.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Sejarah pergerakan snock hugronje

Snouck Hurgronje adalah sebuah nama yang tidak asing lagi bagi umat Islam Indonesia secara umum dan masyarakat Aceh pada khususnya. Nama lengkapnya adalah Christian Snouck Hurgronje lahir pada tanggal 8 Februari 1857 di Tholen Provinsi Oosterhout. Dalam keluarga, Snouck Hurgronje merupakan anak ke empat dari pasangan pendeta J. J. Snouck Hurgronje dan Anna Maria puteri Pendeta Christian de Visser. Keluarga Snouck Hurgronj emerupakan keturunan darah Yahudi namun telah berasimilasi menjadi penganut Protestan yang ortodoks dan fanatik di Belanda. Ayah Snouck, J. J. Snouck Hurgronje adalah seorang pendeta di Gereja Hervmond di Tholen, namun kemudian dipecat pada 1849 karena suatu kasus. Sejatnya, hubungan ayah dan ibu hugrounje adalah hubungan gelap. Karena hubungan itulah, ayah hurgrounje dipecat dari gereja reformasi belanda yang ada di Tholen pada tanggal 3 Mei 1849. Mereka baru menikah resmi di terheijden pada tanggal 1855. Ketika itu mereka telah memiliki dua orang anak. Hurgrounje sendiri adalah anak keempat mereka yang lahir setelah pernikahan itu. Sejak kecil, hurgrounje telah diarahkan orangtuanya untuk menaruh perhatian terhadap teologi. Tidak heran, setamat dari sekolah menengahnya di Breda, Belanda hurgrounje mengambil kuliah di fakultas teologi di universitas Laiden Belanda. Namun pada tahun 1875 ia kemudian pindah ke kuliah ke fakultas sastra jurusan arab di universitas yang sama . pada tanggal 24 november 1880 ia akhirnya lulus dari pendidikan arab dengan yudisium cum laude. Ia pun berhak dengan titel doktor untuk bidang Sastra Semit. Disertasinya berjudul Het Mekkaanshe Feest yang berisi pembahasan tentang ibadah haji di Mekkah yang menyimpulkan bahwa ibadah haji yang memiliki kedudukan penting bagi umat Islam adalah sebuah ritual peninggalan paganisme bangsa Arab. Di sini, ada satu hal yang menarik untuk dicermati, yaitu pengalihan bidang studi Snouck Hurgronje dari ilmu teologi ke ilmu Sastera Samiyah. Peralihan ini menunjukkan adanya perkembangan pemikiran pada diri Snouck Hurgronje. Namun, perkembangan itu bukan disebabkan oleh perpecahannya dengan kekristenan, melainkan agaknya disebabkan oleh perkembangan teologi Kristen pada Universitas Leiden ketika itu. Perkembangan inilah yang menentukan gagasan-gagasannya tentang Islam dan politik kolonial Belanda di kemudian hari. dan ini pulalah yang menjadi titik awal misi pilitik islam snock hugrounje terhadap dunia khususnya indonesia. Setelah menyelesaikan kuliahnya di Leiden, ketertarikan Snouck Hurgronje yang besar terhadap kajian Islam membuatnya menghabiskan sebahagian besar waktunya dalam upaya mengkaji Islam, khususnya pada bidang hukum Islam. Akan tetapi, karena minimnya dukungan dari lingkungan akademis terdekatnya, di mana kajian hukum Islam di Belanda yang sangat menonjol pada abad ke-17 sedang mengalami kemunduran maka Snouck Hurgronje mengalihkan perhatian pada wilayah Hijaz sebagai lingkungan akademis berikutnya. Setelah itu, Hurgronje memulai karirnya sebagai dosen pada Pendidikan Khusus Calon Pegawai di Hindia Belanda di Universitas Leiden. Ia diserahi tugas untuk menyiapkan calon-calon pegawai kolonial Belanda yang akan dikirim ke Hindia Belanda. Pada masa-masa inilah, ia mengenal sejumlah orientalis terkenal, seperti Carl Bezold (18591922). Sebelum itu, Hurgronje juga sempat mengikuti kuliah-kuliah Theodore Noldeke (18361930), seorang orientalis terkemuka berkebangsaan Jerman. Agustus 1884, Hurgronje berangkat menuju Jazirah Arab. Tentang alasan yang mendorongnya melakukan itu, ada yang berpendapat bahwa perjalanannya ke Arab ini terinspirasi oleh pertemuannya yang mengesankan dengan Carlo Landberg (18481924) dan Amin Al-Madani pada Konfrensi Orientalis Internasional tahun 1883. Landberg adalah seorang orientalis dari Swedia, sedangkan Al-Madani seorang penulis dan pedagang kitab-kitab Arab. Di samping itu, Hurgronje berangkat ke Jazirah Arab, sebenarnya, untuk menghindari kebekuan intelektual yang sedang terjadi di tengah lingkungan akademisnya. Tidak seperti abad ke-17, di Leiden perhatian terhadap kajian hukum Islam waktu itu sedang mengalami kemunduran dan Hurgronje tidak menginginkan hal itu. Ada juga berpendapat bahwa sebab yang mendorongnya adalah keinginannya Hurgronje pribadi untuk memperdalam pengetahuan praktisnya terhadap bahasa Arab.Terlepas dari semua pendapat itu, selama lima bulan pertama di Jazirah Arab, Hurgronje tinggal di Jeddah bersama Konsul Belanda, J. Kruyt. Darinya, Hurgronje mendapat bantuan uang dan kemudahan-kemudahan lainnya. Dari Jeddah, ia kemudian bertolak ke Mekkah dan tiba di sana pada tanggal 22 Februari 1885. Untuk memudahkan urusannya, ia menyatakan diri masuk Islam dan mengganti namanya menjadi Abdul Ghaffar. Dengan statusnya yang baru ini, ia dapat bertemu dengan sejumlah syaikh tarekat, pengajar-pengajar di Masjidil Haram, dan berbagai macam orang, terutama yang berasal dari Sumatera dan Jawa.Di Mekkah, Hurgronje tinggal selama tujuh bulan, mengumpulkan data baru terkait Islam dan para pemeluknya serta mengamati dari dekat kehidupan di pusat Islam. Apa yang ia dapatkan itu kelak ia susun menjadi sebuah karya baru yang berjudul Mekka.[footnoteRef:2] [2: Sebuah versi yang agak berbeda dikemukakan oleh Yusuf Mpd dalam salah satu postingannya di www.kompasiana.com. Di situ, ia menulis, Selama tujuh bulan, Hurgronje tinggal di Makkah. Meski terbilang singkat, dia mengamati, mencatat, dan mempelajari kehidupan masyarakat lokal. Waktu itu, Makkah memiliki salah satu pasar budak terbesar di dunia, dan Hurgronje kagum dengan perlakukan manusiawi yang diberikan kepada budak karena budak-budak itu diperlakukan sebagai anggota keluarga. Hurgronje juga mengamati kehidupan wanita di Makkah. Persoalan status sosial, rasa mode, dan kebebasan yang diberikan kepada kalangan wanita ini dibandingkannya dengan wanita di kota-kota di Timur lainnya. Minatnya yang begitu besar terhadap Makkah membuat curiga pemerintah negara Eropa yang lain. Setelah itu terungkap bahwa Hurgronje adalah seorang mata-mata, penipu, sekaligus sebagai sedikit dari kalangan orientalis kala itu. Tak lama usai menikahi wanita Ethiopia, dia dideportasi dari Arab Saudi atas permintaan pemerintah Prancis yang menuduhnya telah mencuri batu Taima. Akibatnya, Hurgronje harus segera meninggalkan Makkah. Dengan tergesa- gesa , dia mengumpulkan catatan dan foto-foto yang diperolehnya selama tinggal di Makkah. Namun peralatan kamera ditinggalnya dan dititipkan kepada temannya yang seorang mahasiswa fotografi, Al-Sayyid Abd Al-Ghaffar. Hurgronje kemudian balik ke Belanda dan mulai menulis berbagai artikel mengenai Makkah. Dia tetap menjalin kontak dengan temannya, Al-Sayyid untuk bertukar informasi dan mendapatkan foto-foto terbaru mengenai Makkah, termasuk foto-foto mengenai jamaah haji. Sekembalinya di tanah kelahirannya, tak diketahui kabar selanjutnya, apakah dia masih memegang agama Islamnya, atau kembali ke agama asalnya. Namun, banyak karya yang dibuatnya mengenai Islam dan budaya Makkah. Mungkin karena itu pula, hubungan dia dengan petinggi Arab Saudi bisa terjalin baik. Sebagai pertanda eratnya hubungan itu, Pangeran Saud dari Kerajaan Saudi sampai tiga kali mengunjungi Belanda selama kurun waktu 1926-1935. ]

Ia baru pergi dari Mekkah pada Agustus 1885. Kemudian pada tanggal 9 Februari tahun 1888, Snouck Hurgronje secara resmi mengajukan proposal penelitiannya ke Hindia Belanda tersebut kepada Gubernur Jenderal. Ternyata rencananya ini mendapat dukungan dari direktur pendidikan, agama dan perisdustrian serta Menteri Wilayah Jajahan,keueheniusyang memberikan rekomendasi kepada Gubernur Jenderal dan mengharapkan agar segala sesuatunya dipersiapkan untuk menyambut kedatangan Snouck Hurgronje, pada tanggal 11 Mei 1889 Snouck Hurgronje tiba di Batavia. Oleh Beslit Raja Snouck Hurgronje diangkat sebagai peneliti di Hindia Belanda selama dua tahun. Sementara itu, rupanya kesan positif terhadap Snouck Hurgronje menyebabkan pemerintah merubah jabatan dan tugasnya sebagaiAdviseur voor de oosterse Talen en Mohammedaans recht(penasehat di bidang bahasa-bahasa timur dan hukum Islam) pada tanggal 15 Maret 1891. Dan Pada tanggal 9 Juli 1891 lah, Snouck Hurgronje berangkat ke Aceh dengan tugas meneliti kehidupan masyarakat muslim di sana dan ia tinggal di Kuta Raja. Seperti saat di Mekkah dengan penyamarannya dia berhasil membaur dan diterima dengan baik oleh masyarakat muslim Aceh yang menganggapnya sebagai saudara. Keakraban Snouck Hurgronje dengan bahasa dan orang Aceh berawal dari Mekkah di mana rumah yang ia tempati terletak di seberang apartemen orang Aceh yang dikunjunginya hampir setiap hari. Dalam interaksinya dengan masyarakat muslim Aceh ini sejak bulan Juli 1891 sampai awal Februari 1892, Snouck Hurgronje berhasil mengumpulkan data-data baru yang pada gilirannya hadir dalam bentuk buku dua jilid yaituDe Atjehers(1893-1894) yang diselesaikan setelah kembali ke Batavia.2.2 Teori Receptie

Kemunculan teori receptie sebenarnya berawal dari keinginan Snouck Hurgronje agar orang-orang pribumi dari daerah jajahan tidak memegang kuat ajaran Islam, karena orang-orang yang kuat memegang ajaran Islam dan hukum Islam tidak akan mudah dipengaruhi oleh peradaban Barat. Snouck Hurgronje khawatir adanya pengaruh Pan Islamisme yang dipelopori Jamaluddin Afghani, Muhammad Abduh dan lain-lain. Kekhawatiran Snouck Hurgronje, telah membuatnya menyusun dan menyampaikan beberapa nasihat kepada pemerintah Hindia Belanda, dan dikenal dengan Islam policy, yang berisi tiga bidang pokok pikiran yaitu ; bidang ubudiah, bidang Sosial muamalah, dan bidang Politik. Pembagian kategori pembidangan ini juga menjadi landasan dari doktrin konsep Splitsingstheori Pertama, dalam semua masalah ritual keagamaan, atau aspek ibadah dari Islam, rakyat Indonesia harus dibiarkan bebas menjalankannya. Logika di balik kebijakan ini adalah membiarkan munculnya keyakinan dalam pikiran banyak orang bahwa pemerintah kolonial Belanda tidak ikut campur dalam masalah keimanan mereka. Ini merupakan wilayah yang peka bagi kaum Muslim karena hal itu menyentuh nilai-nilai keagamaan mereka yang paling dalam. Dengan berbuat demikian, pemerintah akan berhasil merebut hati banyak kaum Muslim, menjinakkan mereka dan sejalan dengan itu akan mengurangi, jika tidak menghilangkan sama sekali, pengaruh perlawanan kaum Muslim fanatik terhadap pemerintah kolonial. Prinsip kedua adalah bahwa, sehubungan dengan lembaga-lembaga sosial Islam, atau aspek muamalat dalam Islam, seperti perkawinan, warisan, wakaf, dan hubungan-hubungan sosial lain, pemerintah harus berupaya mempertahankan dan menghormati keberadaannya. Meskipun demikia, pemerintah harus berusaha menarik sebanyak mungkin perhatian orang-orang Indonesia terhadap berbagai keuntungan yang dapat diraih dari kebudayaan Barat. Hal itu dilakukan dengan harapan agar mereka bersedia menggantikan lembaga-lembaga sosial Islam di atas dengan lembaga-lembaga sosial Barat. Diharapkan bahwa perlahan-lahan, sembari berasosiasi dengan orang-orang Belanda, orang-orang Indonesia akan menyadari keterbelakangan lembaga-lembaga sosial Islam milik mereka dan menuntut digantikannya lembaga-lembaga itu dengan lembaga-lembaga sosial model Barat. Dan akhirnya, hubungan yang lebih erat antara penguasa Belanda dan rakyat Hindia Belanda akan berkembang dengan sendirinya. Prinsip yang ketiga, dan paling penting, adalah bahwa dalam masalah-masalah politik, pemerintah dinasihatkan untuk tidak menoleransi kegiatan apa pun yang dilakukan oleh kaum Muslim yang dapat menyebarkan seruan-seruan Pan-Islamisme[footnoteRef:3] atau menyebabkan perlawanan politik atau bersenjata menentang pemerintah kolonial Belanda. Pemerintah harus melakukan kontrol ketat terhadap penyebaran gagasan apa pun yang dapat membangkitkan semangat kaum Muslim di Indonesia untuk menentang pemerintah kolonial. Pemangkasan gagasan-gagasan seperti ini akan memencilkan pengaruh aspek-aspek Islam yang bersifat politis, yang menjadi ancaman terbesar terhadap pemerintahan kolonial Belanda." [3: Tentang pengertian Pan Islamisme, Suminto pernah menulis, Pengertian Pan Islam secara klasik adalah penyatuan seluruh dunia Islam di bawah satu kekuasaan politik dan agama yang dikepalai oleh seorang khalifah. Secara modern dapat diartikan bahwa kepemimpinan khalifah tersebut hanya meliputi bidang agama. Pada masa Usmani Muda [sebuah masa ketika intelektual-intelektual Turki Utsmani menentang kekuasaan milik sultan yang berlangsung pada 18651878, pen.], Turki berusaha menggunakan Pan Islam untuk menyatukan seluruh umat Islam di bawah kerajaan Usmani. Usaha ini cepat menarik perhatian Asia Afrika yang pada waktu itu hampir seluruhnya sedang dijajah oleh Barat. Ide Pan Islam ini akan memanfaatkan kemajuan Barat dan menyesuaikannya dengan ajaran Islam. Dalam perkembangan selanjutnya, Pan Islam sekedar berusaha untuk menyatukan seluruh umat Islam dalam satu ikatan setia kawan, atau menghidupkan rasa ukhuwah Islamiyah di kalangan dunia Islam. Meskipun demikian, Pan Islam dalam pengertian ini tetap dianggap berbahaya oleh negara-negara penjajah, karena bisa membangkitkan perlawanan bangsa-bangsa Islam yang dikuasainya. Umat Islam di suatu tempatberkat adanya Pan Islamakan bisa merasakan penderitaan saudaranya di tempat lain. Padahal sampai akhir Perang Dunia Pertama, sebagian besar umat Islam di permukaan bumi ini berada dalam cengkeraman penjajahan asing.]

Hurgronje sendiri juga sempat menyatakan bahwa ketakutan pemerintah kolonial selama ini terhadap Islam dan pemeluknya di Hindia Belanda adalah sesuatu yang berlebih-lebihan. Islam tidak mengenal jenjang kependetaan atau kepastoran, tepatnya, seperti yang dikenal dalam Kristen. Kyai-kyai tidak bisa dipukul rata sebagai orang-orang yang fanatik. Kemudian, para penghulu, dalam strata kepegawaian pribumi, adalah para bawahan pemerintah pribumi (seperti bupati) dan bukan atasan-atasan mereka.Ketimbang menguatirkan kyai-kyai lokal yang tekun beribadah, Hurgronje menyarankan agar pemerintah kolonial lebih memerhatikan pemeluk-pemeluk Islam yang pergi ke Mekkah untuk belajar dan berdiam di sana bertahun-tahun lamanya sampai tumbuh dalam diri-diri mereka rasa persatuan dan kesatuan dengan seluruh umat Islam di dunia ini berdasarkan identitas keislaman yang sama-sama mereka hayati. Terlebih lagi, kepada para pemeluk Islam yang mendakwahkan perang suci (baca: jihad fi sabilillah) kepada pemerintah kafir. Jangan mengira sudah cukup dengan mengetahui ajaran agama suatu masyarakat, tegas Hurgronje, sebab dalam kehidupan masyarakat, unsur-unsur agama dan non-agama saling terkait dan tidak bisa dipisahkan. Selain melihat Islam, lihatlah juga para pemeluk Islam itu sebagai individu dan sebagai anggota suatu masyarakat, sebagai makhluk sosial. Lihat, bagaimana ajaran agama mereka dipraktekkan dalam kehidupan nyata. Karena pandangannya yang seperti itu, Hurgronje akhirnya mengamati adat-adat setempat yang berlaku di masyarakat objek pengamatannya dan membuatnya ditabalkan sebagai salah seorang penemu hukum adat. Bahkan, ialah pula yang dikenal sebagai orang pertama yang menggunakan istilah hukum adat untuk unsur-unsur adat yang mempunyai akibat hukum.Akhirnya pada tanggal 23 Januari 1907, Snouck Hurgronje menerima peresmiannya sebagai penasehat Menteri Wilayah Jajahan hingga akhir hayatnya. Setelah mengalami gangguan pada kesehatan yang dideritanya sejak musim dingin tahun 1933-1934, pada tanggal 26 Juni 1936 Snouck Hurgronje menghembuskan nafas terakhirnya. Hingga hidupnya pada usia 79 tahun, dia merupakan anggota kehormatan dari sejumlah akademisi dan lembaga, doktor honoris causa dari Universitas-Universitas Groningen, Amsterdam dan Paris.

BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan

Christiaan Snouck Hurgronje merupakan tokoh peletak dasar sistem Politik Islam yang merupakan garis kebijakan Politik Belanda yang dijalankan pemerintah kolonial Belanda terhadap penduduk jajahan kawasan Hindia Belanda. Konsep yang diciptakan Snouck terasa lebih lunak dibanding dengan konsep strategi kebijakan para orientalis lainnya, namun dampaknya terhadap umat Islam terus berkepanjangan bahkan berkelanjutan sampai dengan saat ini.Teori receptie yang bertujuan agar orang-orang pribumi dari daerah jajahan tidak memegang kuat ajaran Islam, karena orang-orang yang kuat memegang ajaran Islam dan hukum Islam tidak akan mudah dipengaruhi oleh peradaban Barat. Kekhawatiranpun timbul akan adanya pengaruh Pan Islamisme yang dipelopori sejumlah ulama-ulama besar. Kekhawatiran Snouck Hurgronje, telah membuatnya menyusun dan menyampaikan beberapa nasihat kepada pemerintah Hindia Belanda, dan dikenal dengan Islam policy, yang berisi tiga bidang pokok pikiran yaitu ; bidang ubudiah, bidang Sosial muamalah, dan bidang Politik. Pembagian kategori pembidangan ini juga menjadi landasan dari doktrin konsep SplitsingstheoriNamu pada akhirnya konsep-konsep Snouck tidak seluruhnya dapat dijalankan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda, sehingga tak seluruhnya dapat mencapai hasil yang optimum. Namun setidaknya selama itu telah mampu meredam dan mengurangi aksi politik yang digerakkan oleh umat Islam. Pada akhirnya, umat Islam pula yang menjadi motor penggerak gerakan kemerdekaan Indonesia di tahun 1945. Kebesaran Snouck selalu dikenang, dialah ilmuwan yang dijuluki dewa dalam bidang Arabistiek-Islamologi dan Orientalistik, salah satu pelopor penelitian tentang Islam. Ia berjasa menunjukkan kekurangan-kekurangan dalam dunia Islam dan perkembangannya di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKAhttp://arjaenim.blogspot.com/2013/04/tokoh-orientalisme-christian-snouck.htmlhttp://en.wikipedia.org/wiki/Theodor_N%C3%B6ldekehttp://members.westnet.com.au/gary-david-thompson/page11-39.htmlhttp://sejarah.kompasiana.com/2013/06/08/christiaan-snouck-hurgronje-566972.htmlhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bataviaasch_Genootschap_van_Kunsten_en_Wetenschappenhttp://lib.uin-malang.ac.id/thesis/chapter_ii/09750002-a-sauqi-s.psAsas lex specialis derogat legi generalislex specialis derogat legi generalisadalah salah satu asas hukum, yangmengandung makna bahwa aturan hukum yang khusus akan mengesampingkan aturan hukum yang umum. maka aturan yang bersifat umum itu tidak lagi sebagai hukum ketika telah ada aturan yang bersifat khusus. Dengan kata lain, aturan yang khusus itulah sebagai hukum yang valid, dan mempunyai kekuatan mengikat untuk diterapkan terhadap peristiwa-peristiwa konkrit.Keterkaitan antara Asas Lex Specialis Derogat Legi Generalis dengan UU Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan adalah sebagai asas penggunaan wewenang dalam mengerjakan suatu kebijakan untuk selanjutnya melakukan penerapan hukum, sebagai hukum yang umum adalah UU Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan, yang menyebutkan bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. Serta bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional, yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dari penjelasan sebelumnya, terlihat jelas bahwa UU Nomor 10 tahun 1998 menjadi hukum yang umum dan menjadi hukum yang khusus adalah UU Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan syariah. Ini membuktikan bahwasannya hukum UU Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan terkesampingkan oleh UU Nomor Bank Konvensional atau Syariah, karena hukum khusus sudah memiliki kekuatan hukum untuk lebih mengatur kebijakan yang bersifat pendekatannya lebih. Maka dari itu dapat terbentuknya kebijakan dalam pendirian bank dengan unsur-unsur syariah.