tugas analisis kinerja lalu lintas perkotaan
DESCRIPTION
REKLANTASTRANSCRIPT
TUGAS REKAYASA LALU LINTAS
(RESUME ANALISIS KINERJA RUAS JALAN PERKOTAAN)
OLEH :
UMMU SHABIHA D11114302
TEKNIK SIPIL KELAS B
JURUSAN SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2016
Meningkatnya kemacetan pada jalan perkotaan maupun jalan luar kota yang diakibatkan
bertambahnya kepemilikan kendaraan, meningkatnya kegiatan ekonomi, terbatasnya sumberdaya
untuk pembangunan jalan raya, dan belum optimalnya pengoperasian fasilitas lalu lintas yang
ada, merupakan persoalan utama di Indonesia seperti halnya banyak negara lainnya di dunia.
Langkah yang didorong salah satunya adalah dengan penambahan kapasitas, dimana akan
diperlukan metode efektif yang sesuai dengan karakteristik lalu lintas di Indonesia untuk
perancangan dan perencanaan agar didapat nilai terbaik bagi suatu pembiayaan dengan
mempertimbangkan biaya langsung maupun keselamatan dan dampak lingkungan.
Kapasitas didalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia didefinisikan sebagai arus
maksimum yang melewati suatu titik pada jalan bebas hambatan yang dapat dipertahankan
persatuan jam dalam kondisi yang berlaku. Untuk jalan bebas hambatan takterbagi, kapasitas
adalah arus maksimum dua-arah (kombinasi kedua arah), untuk jalan bebas hambatan terbagi
kapasitas adalah arus maksimum perlajur.
Pada saat arus rendah kecepatan lalu lintas kendaraan bebas tidak ada gangguan dari
kendaraan lain, semakin banyak kendaraan yang melewati ruas jalan, kecepatan akan semakin
turun sampai suatu saat tidak bisa lagi arus/volume lalu lintas bertambah, di sinilah kapasitas
terjadi. Setelah itu arus akan berkurang terus dalam kondisi arus yang dipaksakan sampai suatu
saat kondisi macet total, arus tidak bergerak dan kepadatan tinggi.
Karena karakteristik lalulintas perkotaan berbeda dengan lalulintas antar kota, maka perlu
ditetapkan definisi yang membedakan keduanya. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI, Bina
Marga, 1997) mendefinisikan ruas jalan perkotaan sebagai ruas jalan yang memiliki
pengembangan permanen dan menerus sepanjang seluruh atau hampir seluruh jalan. Adanya jam
puncak lalulintas pagi dan sore serta tingginya persentase kendaraan pribadi juga merupakan ciri
lalulintas perkotaan. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (Bina Marga, 1997) membagi jenis jalan
perkotaan menjadi : (a) Jalan dua–lajur dua–arah tak terbagi (2/2 UD), (b) Jalan empat–lajur
dua–arah tak terbagi (4/2 UD) , (c) Jalan enam–lajur dua–arah terbagi (6/2 D), (d) Jalan satu
hingga tiga–lajur satu arah (1-3/1).
Dalam mengevaluasi permasalahan lalu lintas perkotaan perlu ditinjau klasifikasi fungsi
dan sistem jaringan ruas-ruas jalan yang ada. Klasifikasi berdasarkan fungsi jalan perkotaan
dibedakan antara jalan arteri, kolektor dan lokal, sedangkan klasifikasi berdasarkan sistem
jaringan terdiri dari jalan primer dan sekunder (Direktorat Pembinaan Jalan Kota, Nomor
10/BNKT/1991 tentang ‘Klasifikasi Jaringan Jalan Perkotaan’). Kinerja untuk ruas jalan
perkotaan dapat dinilai dengan menggunakan parameter lalu lintas yaitu VCR (Volume Capacity
Ratio), Kecepatan Perjalanan Rata-Rata, dan Tingkat Pelayanan.
Kapasitas ruas jalan didefinisikan sebagai arus lalulintas maksimum yang dapat melintas
dengan stabil pada suatu potongan melintang jalan pada keadaan (geometrik, pemisahan arah,
komposisi lalulintas,lingkungan) tertentu.Untuk jalan dua lajur dua arah, kapasitas ditentukan
untuk arus dua arah (kombinasi dua arah), tetapi untuk jalan dengan banyak lajur, arus
dipisahkan per arah dan kapasitas ditentukan per lajur.
Evaluasi mengenai kapasitas bukan saja bersifat mendasar pada permasalahan
pengoperasian dan perancangan lalulintas tetapi juga dihubungkan dengan aspek keamanan dan
ekonomi dalam pengoperasian jalan raya.Kapasitas merupakan ukuran kinerja (performance),
pada kondisi yang bervariasi, dapat diterapkan pada suatu lokasi tertentu atau pada suatu jaringan
jalan yang sangat kompleks. Jumlah total kendaraan yang terdapat pada suatu arus lalulintas
sangat berpengaruh pada waktu tempuh dan biaya perjalanan pengendara, serta kebebasannya
untuk melakukan manuver dengan aman pada tingkat kenyamanan pada kondisi dan tata letak
jalan tertentu. Konsep mengenai kinerja ini telah membawa pada definisi mengenai kapasitas
operasi dalam hal kriteria tingkat pelayanan. Arus maksimum yang dapat dicapai dalam satu jam,
pada kondisi jalan mendekati ideal, mengacu pada pedoman Kapasitas Jalan Raya di Amerika
Serikat (United States Highway Capacity Manual) sebagai kapasitas dasar sementara arus
maksimum yang bisa dicapai dibawah kondisi yang umum disebut sebagai kapasitas yang
mungkin (possible capacity). Definisi ini menyatakan kapasitas mutlak dan kapasitas tertinggi
bagi suatu jalan.Untuk menyesuaikan fluktuasi lalu lintas, kapasitas rencana harus diatur dengan
baik di bawah kapasitas tertinggi tersebut, agar dapat mewadahi pengoperasian yang praktis.
Kapasitas praktis dipilih dengan memperhitungkan kosentrasi, kecepatan dan kebebasan
pengemudi untuk melakukan maneuver jalan–jalan, kendaraan, pengendara dan kondisi
lingkungan, serta sifat saling keterkaitannya, kapasitas bervariasi menurut kondisi
lingkungannya.
Nilai VCR untuk ruas jalan di dalam ‘daerah pengaruh’ didapat berdasarkan hasil survey
volume lalu lintas di ruas jalan serta survey geometrik untuk mendapatkan besarnya kapasitas
pada saat ini (eksisting). Perhitungan besarnya kapasitas suatu ruas jalan dapat menggunakan
rumus merut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997). Kapasitas jalan biasaya dinyatakan
dengan kendaraan (atau dalam Satuan Mobil Penumpang/SMP) per jam.
C=C0 . FCW . FC SP . FC SF .FCCS
dimana :
C = Kapasitas Jalan
C0 = Kapasitas Dasar
FCW = Faktor penyesuaian lebar jalur lalu lintas
FCSP = Faktor penyesuaian pemisah arah
FCSF = Faktor penyesuaian hambatan samping
FCCS = Faktor penyesuaian ukuran kota
Parameter selanjutnya yaitu Kecepatan Rata-rata. Kecepatan rata-rata adalah jarak perjalanan
rata-rata yang ditempuh setiap satuan waktu. Sebuah mobil yang menumpuh jarak misalnya 100
kilometer pasti pernah berjalan pelan misalnya saat melewati jalan rusak, tikungan, jalan sempit,
dan lain lain. Mobil itu juga mungkin sempat berhenti beberapa kali karena menjumpai lampu
merah menyala di persimpangan jalan, mengisi bahan bakar, macet, dan lain sebagainya.
Kecepatan mobil tersebut pada waktu tertentu disebut kecepatan sesaat yang ditunjukkan oleh
panel speedometer di dashboard mobil.
Parameter kecepatan perjalanan didapat dari hasil survey Floating Car Observer.
Bersamaan dengan ini akan didapatkan nilai waktu perjalanan rata-rata antar titik-titik asal-
tujuan di dalam daerah pengaruh serta nilai tundaan selama perjalanan tersebut. Satuan
kecepatan dalam sistem metrik (sistem internasional, SI) yang paling umum adalah meter/detik
(m/detik) dan kilometer/jam (km/jam). Untuk menghitung kecepatan rata-rata perjalanan atau
pergerakan suatu benda, maka harus diketahui jarak tempuh dan waktu tempuh. Kecepatan rata-
rata pergerakan sebuah benda merupakan hasil pembagian besaran jarak dengan besaran waktu
tempuh.
Parameter terakhir adalah Tingkat Pelayanan. Indikator Tingkat Pelayanan pada suatu
ruas jalan menunjukkan kondisi secara keseluruhan ruas jalan tersebut. Tingkat Pelayanan
ditentukan berdasarkan nilai kuantitatif seperti : VCR, kecepatan perjalanan, dan berdasarkan
nilai kualitatif seperti kebebasan pengemudi dalam bergerak/memilih kecepatan, derajat
hambatan lalu lintas serta kenyamanan. Secara umum tingkat pelayanan dapat dibedakan sebagai
berikut : (1) Tingkat Pelayanan A : kondisi arus lalu lintasnya bebas antara satu kendaraan
dengan kendaraan lainnya, besarnya kecepatan sepenuhnya ditentukan oleh keinginan
pengemudi dan sesuai batas kecepatan yang ditentukan. (2) Tingkat Pelayan B : kondisi arus lalu
lintas stabil, kecepatan operasi mulai dibatasi oleh kendaraan lainnya dan mulai dirasakan
hambatan oleh kendaraan sekitarnya. (3) Tingkat Pelayanan C : arus lalu lintas masih dalam
batas stabil, kecepatan operasi mulai dibatasi dan hambatan dari kendaraan lain semakin besar.
(4) Tingkat Pelayanan D : kondisi arus lalu lintas mendekati tidak stabil, kecepatan operasi
menurun relatif cepat akibat hambatan yang timbul dan kebebasan bergerak relatif kecil. (5)
Tingkat Pelayanan E : Volume lalu lintas sudah mendekati kapasitas ruas jalan, kecepatan lebih
rendah dari 40 km/jam. (6) Tingkat Pelayanan F : kondisi arus lalu lintas berada pada keadaan
dipaksakan (force-flow), kecepatan relatif rendah, arus lalu lintas terhenti sehingga menimbulkan
antrian kendaraan yang panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Alizar. 2011. Rekayasa Transportasi (online). http:// kk.mercubuana.ac.id/.../11024-6-
840997981806.pdf. diakses pada tanggal 22 Maret 2016
Syahban, Aziz. 2005. Analisa Kinerja Jalan (online). azissyahban2005.blogspot.com/.../analisa-
vcr-volume-.