tugas akhir studi karakteristik beton serat …
TRANSCRIPT
TUGAS AKHIR
STUDI KARAKTERISTIK BETON SERAT KAWAT BENDRAT
DISUSUN OLEH :
IKHSAN DWIPAYANA NUGRAHA
D 111 13 535
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
Scanned by CamScanner
STUDI KARAKTERISTIK BETON SERAT KAWAT BENDRAT
ABSTRAK
Beton adalah material konstruksi yang paling banyak digunakan pada dunia
industri konstruksi, Karena mempunyai kuat tekan tinggi dan mudah dibentuk.
Sebaliknya, beton lemah terhadap kuat tarik, mudah retak, serta bersifat getas.
Sementara dengan penambahan serat yang disebarkan secara acak pada beton dapat
mingkatkan kekuatan dan mempunyai daya tahan yang lebih tinggi terhadap retak
dan tumbukan. Penelitian ini menggunakan kawat bendrat berdiameter 0.8mm yang
dipotong dengan panjang 36mm, 48mm, dan 60mm dengan penambahan serat
0,75% dari volume beton. Menggunakan sampel silinder berukuran 10cm x 20 cm
untuk pengujian kuat tekan, modulus elastisitas, kuat Tarik belah dan balok
berukuran 10cm x 10cm x 40cm untuk pengujian kuat lentur, dengan jumlah
masing-masing sampel sebanyak 3 buah. Dari hasil pengujian telah dibandingkan
bahwa kuat tekan pada serat 48mm mengalami peningkatang tertinggi sebesar
25.12% dari beton normal. Peningkatan kekuatan juga terjadi pada pengjian tarik
belah pada variasi serat 60mm dengan peningkatan sebesar 32,71% dibandingkan
dari beton normal. Begitu pula pada pengujian kuat lentur, peningkatan kekuatan
terbesar terjadi pada variasi serat 60mm dengan peningkatan sebesar 41,82% yang
dibandingkan dari beton normal. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan serat
kawat bendrat pada campuran beton dapat meningkatkan kekuatan pada beton.
Kata kunci : Karakteristik beton, Beton serat, kawat bendrat
Prof. Dr-Ing. Herman Parung, M.Eng.
Pembimbing I
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jl. Poros Malino Km. 6
Bontomarannu
Gowa 92172, Sulawesi Selatan
Ikhsan Dwipayana Nugraha
D111 13 535
Mahasiswa S1 Jurusan Sipil
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jl. Poros Malino Km. 6
Bontomarannu, Gowa 92172, Sulawesi Selatan
Email: [email protected]
Dr. Eng. A. Arwin Amiruddin, ST. MT.
Pembimbing II
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jl. Poros Malino Km. 6
Bontomarannu
Gowa 92172, Sulawesi Selatan
CHARACTERISTICS STUDY OF BENDRAT WIRE FIBER CONCRETE
ABSTRACT
Concrete is the most widely used construction material in the construction
industry because it has high compressive strength and easily formed. Conversely,
the concrete is weak against tensile strength, easy to crack and brittle. Although the
addition of randomly distributed fibers to the concrete may increase strength and
have higher resistance to cracks and collisions. This study uses bendrat wire with a
diameter of 0.8mm which is cut into lengths of 36mm, 48mm, and 60mm with the
addition of fibers 0.75% of the volume of concrete.. Using a 10 cm x 20 cm
cylindrical specimen to test the compressive strength, modulus of elasticity, fracture
width and beam width 10 cm x 10 cm x 40 cm for the flexural strength testing , the
number of each sample up to 3 pieces. Based on the test results, it was compared
that the compressive strength of the 48 mm fiber had the greatest increase, 25.12%
of normal concrete. Increased strength was also observed in tensile strength tests in
fiber variations of 60 mm, with an increase of 32.71% over normal concrete.
Similarly, in the flexural strength test, the greatest increase in strength was observed
in the 60 mm fiber variation with an increase of 41.82% over normal concrete. This
shows that adding bendrat fiber to the concrete mix can increase the strength of the
concrete.
Key word : Characteristics of concrete, fiber concrete, bendrat wire
Prof. Dr-Ing. Herman Parung, M.Eng.
Supervisor I
Engineering Faculty of Hasanuddin University
Jl. Poros Malino Km. 6
Bontomarannu
Gowa 92172, Sulawesi Selatan
Ikhsan Dwipayana Nugraha
D111 13 535
Bachelor Student of Civil Engineering
Engineering Faculty Hasanuddin University
Jl. Poros Malino Km. 6
Bontomarannu, Gowa 92172, Sulawesi Selatan
Email: ikhsan.dwipayana@@gmail.com
Dr. Eng. A. Arwin Amiruddin, ST. MT.
Supervisor II
Engineering Faculty of Hasanuddin University
Jl. Poros Malino Km. 6
Bontomarannu
Gowa 92172, Sulawesi Selatan
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
yang berjudul “Studi Karakteristik Beton Serat Kawat Bendrat”, sebagai salah
satu syarat yang diajukan untuk menyelesaikan studi pada Fakultas Teknik Jurusan
Sipil Universitas Hasanuddin. Tugas akhir ini disusun berdasarkan hasil penelitian
di Laboratorium Struktur dan Bahan Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selesainya tugas akhir ini berkat
bantuan dari berbagai pihak, utamanya dosen pembimbing:
Pembimbing I : Prof. Dr-Ing. Herman Parung, M.Eng.
Pembimbing II : Dr. Eng. A. Arwin Amiruddin, ST. MT.
Dengan segala kerendahan hati, penulis juga ingin menyampaikan terima
kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Hasri umar dan Ibunda SR Pramanawati
atas kasih sayang, pengorbanan dan doanya.
2. Bapak Dr. Ir. Muh. Arsyad Thaha, MT., selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin.
3. Bapak Prof. Dr. Eng. Muh. Wihardi Tjaronge, S.T., M.Eng., selaku ketua
Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
4. Bapak Prof. Dr-Ing. Herman Parung, M.Eng. dan Bapak Dr. Eng. A. Arwin
Amiruddin, ST.MT., selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan
waktu dan tenaga untuk bimbingan dan pengarahan dalam penelitian ini.
5. Bapak Prof. Dr. Eng. Rudy Djamaluddin, ST., M.Eng. selaku kepala
Laboratorium Struktur dan Bahan Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin.
6. Ibu Dr. Eng. Rita Irmawaty, ST., MT. dan Prof. Dr. Muh. Wihardi Tjaronge,
ST.,M.Eng. selaku dosen KKD Struktur yang telah banyak memberikan
masukan dan bantuan selama proses penelitian.
7. Kak Dr. Eng. Fakhruddin, ST, M.Eng dan kak Dr.Eng. Akbar Tjaronge,
ST.MT. yang telah meluangkan waktunya untuk membantu proses penelitian.
vi
8. Bapak Carter Kandou Selaku Mahasiswa S3 yang telah membimbing dan
mengarahan selama pelaksanaan penelitian di laboratorium.
9. Kak Nanda, Kak Sri selaku mahasiswa S2 dan Arif Suyuti selaku rekan kerja
S1 yang selalu membantu selama berlangsunya penelitian di laboratorium
hingga selesai.
10. Ibnu, Satya, Arif, Ariandi, Syahrun, Akram, Rakhmat, Imran, Ismail dan teman
ngopi malam lainnya yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat
dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
11. Andi Aisyah selaku teman terdekat yang senantiansa memberikan semangat
dan dukungan dalam penyelesaian tugas akhir ini.
12. Seluruh dosen, staf dan karyawan Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin.
13. Rekan-rekan KKD Struktur terkhusus kepada yanni yang senantiasa memberi
masukan, semangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
14. Rekan–rekan mahasiswa angkatan 2013, 2014, 2015, 2016 Jurusan Sipil
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin yang tidak dapat disebutkan satu
persatu yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.
15. Rekan-rekan Asisten Laboratorium Struktur dan Bahan Jurusan Sipil Fakultas
Teknik Universitas Hasanuddin yang selalu membantu dan dukungan dalam
penyelesaian tugas akhir ini.
Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis menyadari bahwa tulisan ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kepada para pembaca,
kiranya dapat memberikan sumbangan pemikiran demi kesempurnaan dan
pembaharuan tugas akhir ini.
Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan Rahmat-Nya kepada
kita, dan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.
Makassar, 2018
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................... 2
1.4. Ruang Lingkup / Batasan Masalah ........................................... 2
1.5. Manfaat Penelitian .................................................................... 3
1.6. Sistematika Penulisan ............................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 5
2.1. Penelitian Sebelumnya ............................................................. 5
2.2. Beton ......................................................................................... 5
2.3. Material Penyusun Beton ......................................................... 6
2.3.1. Semen Portland Komposit ............................................. 6
2.3.2. Agregat ........................................................................... 7
2.3.2.1. Agregat Kasar ..................................................... 7
2.3.2.2. Agregat Halus ..................................................... 8
2.3.3. Air .................................................................................. 10
2.4. Beton Serat ............................................................................... 10
2.4.1. Fungsi Penambahan Serat .............................................. 13
2.4.2. Kelebihan dan Kekurangan ............................................ 13
2.5. Sifat Mekanik Beton ................................................................. 14
2.5.1. Kuat Tekan ..................................................................... 14
2.5.2. . Modulus Elastisitas ....................................................... 16
2.5.3. Kuat Tarik Belah ............................................................ 17
viii
2.5.4. Kuat Lentur .................................................................... 18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 20
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................... 20
3.2. Diagram Alir Penelitian ............................................................ 20
3.3. Desain Benda Uji ...................................................................... 21
3.4. Alat dan Bahan Penelitian ........................................................ 21
3.4.1. Alat Penelitian ................................................................ 21
3.4.2. Bahan Penelitian ............................................................ 22
3.5. Prosedur Penelitian ................................................................... 22
3.5.1. Pengujian Karakteristik Agregat .................................... 22
3.5.2. Penyiapan Serat .............................................................. 23
3.5.3. Perancangan Campuran Beton ....................................... 23
3.5.4. Pembuatan Benda Uji..................................................... 23
3.5.5. Metode Perawatan Benda Uji ........................................ 25
3.6. Pengujian Beton ........................................................................ 26
3.6.1. Pengujian Kuat Tekan ..................................................... 26
3.6.2. Pengujian Modulus Elastisitas ........................................ 27
3.6.3. Pengujian Kuat Tarik Belah ............................................ 28
3.6.4. Pengujian Kuat Lentur .................................................... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 32
4.1. Karakteristik Agregat ............................................................... 32
4.2. Komposisi Mix Design ............................................................. 33
4.3. Hasil Pengujian Karakteristik Agregat ..................................... 33
4.3.1. Kuat Tekan ...................................................................... 33
4.3.2. Modulus Elastisitas ......................................................... 37
4.3.3. Kuat Tarik Belah ............................................................. 40
4.3.4. Kuat Lentur ..................................................................... 43
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 50
5.1 Kesimpulan ........................................................................... 48
5.2 Saran ...................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA
ix
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Syarat Gradasi Agregat Halus ....................................................... 11
Tabel 3.1. Jumlah Benda Uji .......................................................................... 22
Tabel 3.2. Metode Pengujian Karakteristik Agregat ...................................... 23
Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat Beton Normal ................................... 33
Tabel 4.2. Komposisi Mix Design Beton ....................................................... 34
Tabel 4.3. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton ............................................... 34
Tabel 4.4. Hasil Pengujian Modulus Elastisitas Beton .................................. 38
Tabel 4.5. Hasil Pengujian Kuat Tarik Belah Beton ...................................... 41
Tabel 4.6. Hasil Pengujian Kuat Lentur Balok Beton .................................... 45
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Hubungan antara Tegangan dan Regangan Tekan Beton ........ 16
Gambar 2.2. Hubungan antara Tegangan dan Regangan Tarik Beton.......... 18
Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian ........................................................... 21
Gambar 3.2. Penyiapan Serat ........................................................................ 23
Gambar 3.3. Proses Perawatan (curing) Benda Uji ...................................... 25
Gambar 3.4. Pengujian Kuat Tekan .............................................................. 27
Gambar 3.5. Pengujian Modulus Elastisitas ................................................. 28
Gambar 3.6. Pengujian Kuat Tarik Belah ..................................................... 30
Gambar 3.7. Pengujian Kuat Lentur ............................................................. 31
Gambar 3.8. Patah pada pusat 1/3 bentang (L) ............................................. 31
Gambar 3.9. Patah di luar 1/3 bentang (L) .................................................... 31
Gambar 4.1. Kuat Tekan Beton .................................................................... 36
Gambar 4.2. Grafik Hubungan Tegangan dan Regangan ............................. 37
Gambar 4.3. Pengujian Kuat Tekan Beton ................................................... 37
Gambar 4.4. Grafik Hubungan Modulus Elastisitas dan Panjang Serat ....... 43
Gambar 4.5. Pengujian Modulus Elastisitas Beton ....................................... 39
Gambar 4.6. Kuat Tarik Belah Eksperimental dan Teoritis .......................... 42
Gambar 4.7. Grafik Hubungan Beban dan Displacement Kuat Tarik Beton 43
Gambar 4.8. Pengujian kuat tarik belah ........................................................ 44
Gambar 4.9. Modulus Keruntuhan Eksperimental dan Teoritis ................... 46
Gambar 4.10. Grafik Hubungan Beban dan Lendutan Kuat Lentur Balok..... 47
Gambar 4.11. Pengujian Kuat Lentur Balok Beton ........................................ 48
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Beton merupakan bahan konstruksi yang paling sering digunakan dalam
struktur bangunan. Kelebihan beton antara lain material dasar yang mudah
diperoleh, dapat dibentuk sesuai dengan yang dikehendaki, dan mampu menerima
kuat tekan dengan baik dan mudah perawatannya. Beton dipilih karena kemudahan
dalam pengerjaannya dan sekarang teknologi material sudah berkembang pesat.
Ide-ide untuk menemukan, menggabungkan, dan merekayasa suatu material telah
banyak dilakukan dan diujikan dalam penelitian.
Dibanyak negara termasuk Indonesia, telah banyak percobaan serta pengujian
untuk melakukan pendekatan dan penelitian yang berhubungan dengan ekonomi
penulangan beton. Diantaranya adalah percobaan penulangan dengan ferro cement
dimana digunakan bahan kayu, bambu atau bahan lainnya. Di negara-negara maju
seperti Amerika dan Inggris, para peneliti telah berusaha memperbaiki sifat-sifat
kurang baik dari beton dengan cara menambahkan serat atau fiber pada adukan
beton.
Berbagai eksperimen telah menunjukan bahwa penambahan serat seperti ini
pada jumlah yang memadai (normalnya sampai sekitar 1-2 % volume) ke dalam
beton konvensional dapat meningkatkan karakteristik beton secara signifikan.
Kekuatan beton bertulang-serat tidak berbeda jauh dari beton bertulang tidak
memakai serat. Meskipun demikian, beton yang dihasilkan dengan penambahan
serat ini mengalami peningkatan kekerasan yang substansial dan mempunyai daya
tahan yang lebih tinggi terhadap retak dan tumbukan.
Jack C. McCormac (2004) juga mengatakan perlu dicatat bahwa suatu tulangan
hanya menyediakan penguatan pada arah tulangan saja, sementara serat yang
disebarkan secara acak menyediakan kekuatan tambahan pada semua arah.
Beberapa jenis bahan fiber yang dapat dipakai untuk memperbaiki sifat beton
adalah baja (steel), plastik (polypropylene), polymers, asbes dan carbon. Di
Indonesia, konsep pemakaian serat baja (steel fiber) pada adukan beton untuk
struktur bangunan teknik sipil belum banyak dikenal dan belum dipakai dalam
2
praktek. Salah satu sebabnya adalah tidak tersedianya serat baja (steel fiber) di
Indonesia dan harganya yang mahal.
Suhendro (1991), telah menemukan bahan lokal yang mudah didapat di
Indonesia juga harganya lebih murah dibandingkan dengan fiber baja berupa
potongan kawat bendrat diameter 1mm, panjang 60mm (aspek rasio l/d = 60).
Hasilnya menunjukan peningkatan kualitas beton yaitu beton menjadi sangat liat
atau daktail (ductile), kuat desak, kuat tarik dan ketahanan terhadap kejut juga
meningkat.
Melihat kawat bendrat merupakan material terpilih karena disamping
mempunyai faktor – faktor prinsip penguat beton, kawat bendrat juga merupakan
bahan yang mudah diperoleh. Dari pertimbangan-pertimbangan itulah penulis
bermakhsud melakukan penelitian tugas akhir dengan judul : Studi Karakteristik
Beton Serat Kawat Bendrat
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh serat kawat bendrat yang ditambahkan kedalam beton
normal terhadap sifat mekanik beton.
2. Bagaimana pengaruh variasi panjang serat kawat bendrat yang ditambahkan
kedalam beton normal terhadap sifat mekanik.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka diperlukan adanya tujuan
penelitian untuk menjawab rumusan masalah yang terjadi. Tujuan penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis pengaruh penambahan serat kawat bendrat terhadap kuat
tekan, kuat tarik belah, kuat lentur, dan modulus elastisitas beton.
2. Untuk menganalisis pengaruh variasi panjang serat kawat bendrat terhadap
kuat tekan, kuat tarik belah, kuat lentur, dan modulus elastisitas beton.
1.4. Ruang Lingkup / Batasan Masalah
Untuk mencapai tujuan di atas, maka penelitian yang dilakukan adalah uji
eksperimental silinder dan balok beton untuk mengetahui efek pembebanan
3
terhadap kuat tekan, kuat tarik belah, kuat lentur, dan modulus elastisitas beton
maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Material yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari agregat alam yaitu
agregat kasar dan agregat halus yang berasal dari daerah Bili-bili, Gowa.
2. Serat yang digunakan adalah serat kawat bendrat roll 20 kg (black annealed
iron wire) B.W.G 21# berdiameter 0.8mm dengan penambahan serat 0.75%
dari volume sampel yang akan dibuat dengan variasi panjang serat 36mm,
48mm, 60mm.
3. Semen yang digunakan adalah Portland Composit Cement.
4. Analisa kekuatan tekan dan Tarik belah pada beton menggunakan pengujian
kuat tekan dan kuat Tarik belah pada silinder berdimensi 100 x 200mm
sebanyak 24 buah sampel, sedangkan untuk kekuatan lentur beton
menggunakan pengujian kuat lentur pada balok berdimensi 100 x 100 x
400mm sebanyak 12 buah sampel, untuk tiap variasi menggunakan sampel
sebanyak 3 buah.
5. Perhitungan kuat tekan, kuat tarik belah, kuat lentur, dan modulus elastisitas
diperoleh dari pengujian eksperimental.
6. Rencana campuran beton menggunakan metode Development of Enviroment
(DOE) dengan kuat tekan rencana 25 MPa.
7. Penelitian ini dilakukan dengan percobaan di laboratorium dan tidak
dilakukan uji lapangan.
8. Pengujian kuat tekan, kuat tarik belah dan kuat lentur beton menggunakan
Universal Testing Machine kapasitas 1000 kN.
9. Pengujian kuat tekan, Tarik belah, dan kuat lentur dilakukan pada beton yang
berumur 28 hari.
1.5. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menjadi referensi untuk mengetahui perilaku beton normal yang diberi
penambahan serat kawat bendrat.
2. Sebagai referensi untuk penelitian lanjutan mengenai penambahan serat
kawat bendrat terhadap beton normal.
4
1.6. Sistematika Penulisan
Secara umum tulisan ini dibagi menjadi lima bab yakni Pendahuluan,
Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian dan Pelaksanaan, Hasil dan Pembahasan, dan
diakhir dengan Penutup.
Berikut ini rincian secara umum mengenai isi masing – masing bab tersebut:
BAB I – PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang latar belakang dilakukannya penelitian, rumusan masalah,
tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan
skripsi.
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA
Pada bagian ini akan diuraikan tentang kerangka konseptual yang memuat ulasan
penelitian sebelumnya mengenai penambahan serat kawat bendrat terhadap sifat
mekanik beton. Teori dasar, kriteria dan konsep desain beton serat kawat bendrat
BAB III – METODE PENELITIAN DAN PELAKSANAAN
Bab ini akan berisi tentang metode penelitian yang dilakukan penulis dalam
melakukan penelitian dari mulai awal persiapan hingga mencapai hasil.
BAB IV – HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijelaskan dari hasil penelitian yang dilakukan serta akan
membahas hasil yang diperoleh dari penelitian.
BAB V - PENUTUP
Pada bab ini akan dipaparkan beberapa simpulan yang didapat dari hasil dan
pembahasan juga akan diberikan beberapa saran penulis kepada pembaca.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Sebelumnya
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Hafiz (2015) pada studi
pengaruh pemberian jumlah dan rasio (L/D) serat bendrat terhadap sifat mekanik
beton didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Kuat tekan beton memperlihatkan bahwa penambahan serat pada campuran
beton mengakibatkan terjadinya penurunan kuat tekan. Bahwa rasio dan
jumlah persentase yang paling baik untuk menghasilkan kuat tekan adalah
pada rasio 37,5 dan jumlah serat sebanyak 3 % dengan nilai kuat tekan
sebesar 26,89 MPa.
2. Kuat tarik belah pada beton memperlihatkan bahwa jumlah serat dan panjang
serat mempengaruhi nilai kuat tarik beton. Penggunaan serat bendrat akan
meningkatkan kuat tarik pada pemakaian serat yang pendek dengan rasio
L/d=12,5 dimana kuat tarik terbesar diperoleh pada pemakaian 3% serat
bendrat dengan kuat tarik mencapai 2,41 MPa atau meningkat dua kali dari
beton tanpa serat.
3. Pola runtuh pada beton dengan penambahan serat bendrat pada pengujian
kuat tekan beton, kuat tarik belah beton dan kuat geser beton menunjukkan
bahwa serat bendrat mampu menahan benda uji beton tersebut untuk tidak
langsung hancur pada waktu pengujian.
2.2. Beton
Beton adalah campuran dari semen, pasir, air dan agregat serta suatu bahan
tambahan. Setelah beberapa jam dicampur, bahan-bahan tersebut akan langsung
mengeras sesuai bentuk pada waktu basahnya. Kekuatan beton ditentukan oleh kuat
tekan karakteristik pada usia 28 hari atau f’c. Nawy (1998), mendefinisikan beton
sebagai sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material pembentuknya.
Berdasarkan pasal 3.12 SNI 2847-2013, beton merupakan campuran antara
semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregar halus, agregat kasar, dan
air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk masa padat. Struktur beton
6
mempunyai banyak keunggulan dibanding materi struktur yang lain. Secara lebih
rinci, keunggulan beton adalah :
a. Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi.
b. Biaya pemeliharaan yang kecil.
c. Tahan terhadap temperatur yang tinggi.
d. Mampu memikul beban yang berat.
Disamping keunggulan diatas, beton juga sebagai struktur mempunyai
beberapa kelemahan yang perlu dipertimbangkan :
a. Bentuk yang telah dibuat, sulit di ubah.
b. Berat sendiri beton yang besar, sekitar 2400 kg/m3 (kubik).
c. Beton mempunyai kekuatan tarik yang rendah, sehingga mudah retak.
d. Kualitasnya sangat tergantung dengan cara pelaksanaan di lapangan.
Beton yang baik maupun yang buruk dapat terbentuk dari rumus dan
campuran yang sama.
e. Struktur beton sulit untuk dipindahkan. Pemakaian kembali atau didaur
ulang sulit dan tidak ekonomis. Dalam hal ini struktur baja lebih unggul,
misalnya tinggal melepas sambungannya saja.
2.3. Material Penyusun Beton
Beton didapat dengan mencampurkan semen, agregat halus, agregat kasar,
air, dan kadang-kadang campuran lain.
2.3.1 Semen Portland Komposit/ Portland Composite Cement (PCC)
PCC (Portland Composite Cement) semen portland merupakan semen
hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium
silikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium
sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan
utamanya. Semen jenis PCC dapat digunakan pada konstruksi umum seperti
pekerjaan beton, pasangan bata, selokan, jalan, pagar dinding dan pembuatan
elemen bangunan khusus seperti beton pracetak, beton pratekan, panel beton,
bata beton (paving block) dan sebagainya.
7
2.3.2 Agregat
Agregat merupakan komponen beton yang baling berperan dalam
menentukan besarnya kekuatan beton. Pada beton biasanya terdapat sekitar 60%
sampai 80% volume agregat, maka sifat-sifat agregat ini mempunyai pengaruh
yang besar terhadap perilaku dari beton yang sudah mengeras. Sifat agregat
bukan hanya mempengaruhi sifat beton, akan tetapi juga mempengaruhi
ketahanan (durability, daya tahan terhadap kemunduran mutu akibat siklus dari
pembekuan-pencairan). Oleh karena agregat lebuh murah dari semen, maka
adalah logis untuk menggunakannya dengan presentase setinggi mungkin.
Umumnya, untuk kekuatan maksimum, ketahanan, dan ekonomi, agregat harus
dipak dan disemen sepadat mungkin. Dengan demikian, agregat biasanya diatur
tingkatannya dengan berdasarkan ukuran dan suatu campuran yang layak telah
menyatakan persentase dari agregat yang halus dan yang kasar.
Secara umum, agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu
agregat kasar dan agregat halus. Persyaratan agregat kasar adalah agregat batuan
yang ukuran butirnya lebih besar dari 4,75 mm dan agregat halus adalah batuan
yang lebih kecil dari 4,75 mm. Untuk mendapatkan beton yang baik, diperlukan
agregat yang mempunyai kualitas agregat yang baik pula, agregat yang baik
dalam pembuatan beton harus memenuhi persyaratan, yaitu menurut SNI 2847
2013.
1. Agregat kasar
Menurut ASTM C33, syarat-syarat agregat Kasar adalah :
1. Kerikil atau batu pecah harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak
berpori serta mempunyai sifat kekal. Agregat yang mengandung butir
pipih hanyya dapat dipakai apabila jumlah butir-butir pipih tersebut tidak
melebihi 20% dari berat agregat seluruhnya.
2. Agregat kasar yang akan dipergunakan untuk membuat beton yang akan
mengalami basah dan lembab terus menerus atau yang berhubungan
dengan tanah basah, tidak boleh mengandung bahan yang bersifat reaktif
terhadap alkali dalam semen.
3. Sifat kekal diuji dengan larutan jenuh Garam-Sulfat :
8
• Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian yang hancur maks. 12% berat
agregat.
• Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur maks. 12% berat
agregat.
4. Agregat kasar tidak boleh mengandung bahan-bahan yang dapat merusak
beton seperti bahan-bahan yang reaktif sekali dan harus dibuktikan dengan
percobaan warna dengan larutan NaOH.
5. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (terhadap
berat kering) dan apabila mengandung lebih dari 1%, agregat kasar
tersebut harus dicuci.
6. Kekerasan dari agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji dari
Rudeloff dengan beban penguji 20 ton dan harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
• Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5-19 mm lebih dari 24%
berat.
• Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih dari 22%
berat.
7. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya
dan apabila diayak dengan menggunakan ayakan standar ISO harus
memenuhi persyaratan.
8. Besar butir agregat kasar maksimum tidak boleh lebih daripada 1/5 jarak
terkecil antara bidang-bidang samping cetakan, 1/3 dari tebal pelat atau ¾
dari jarak bersih minimum antara batang-batang atau berkas tulangan.
2. Agregat Halus
Agregat halus merupakan pengisi yang berupa pasir. Ukurannya bervariasi
antara ukuran sarinagn nomor 4 dan nomor 100 saringan standar Amerika. Agregat
halus yang baik harus bebas dari bahan organic, lempung, partikel yang kecil dari
saringan nomor. Variasi ukuran dalam suatu campuran harus mempunyai gradasi
yang baik yang sesuai dengan standar analisis saringan ASTM (American Society
of testing and materials).
9
Menurut ASTM C33, syarat-syarat agregat halus adalah :
1. Kadar lumpur atau bagian butir lebih kecil dari 75 mikron (ayakan no.
200), dalam % berat, maksimum :
• Untuk beton yang mengalami abrasi : 3,0
• Untuk jenis beton lainnya : 5,0
2. Kadar gumpalan tanah liat dan partikel yang mudah direpihkan,
maksimum 3,0%.
3. Kandungan arang dan lignit :
• Bila tampak, kandungan beton dianggap penting kandungan maksimum
0,5%.
• Untuk beton jenis lainnya 1,0%.
4. Agregat halus bebas dari pengotoran zat organik yang merugikan beton.
Bila diuji dalam larutan Natrium Sulfat dan dibandingkan dengan warna
standar, tidak lebih tua dari warna standar. Jika warna lebih tua maka
agregat halus itu harus ditolak, kecuali apabila :
• Warna lebih tua timbul oleh adanya sedikit arang lignit atau yang
sejenisnya.
• Diuji dengan cara melakukan percobaan perbandingan kuat tekan
mortar memakai agregat tersebut terhadap kuat tekan mortar yang
memakai pasir standar silika, menunjukkan nilai kuat tekan mortar
tidak kurang dari 95% kuat tekan mortar memakai pasir standar. Uji
kuat tekan mortar harus dilakukan sesuai dengan cara ASTM C87.
5. Agregat halus yang akan dipergunakan untuk membuat beton yang akan
mengalami basah dan lembab terus menerus atau yang berhubungan
dengan tanah basah, tidak boleh mengandung bahan yang bersifat reaktif
terhadap alkali dalm semen, yang jumlahnya cukup untuk menimbulkan
pemuaian yang berlebihan di dalam mortar atau beton.
6. Sifat kekal diuji dengan larutan jenuh Garam-Sulfat :
• Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian yang hancur maks. 10%.
• Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur maks. 15%.
7. Susunan besar butir (gradasi). Agregat halus harus mempunyai besar butir
dalam batas-batas pada tabel 2.1.
10
Tabel 2.1 Syarat Gradasi Agregat Halus Menurut ASTM
Ukuran Lubang Ayakan (mm) Persentase Lolos Kumulatif (%)
9,5 100
4,75 95-100
2,36 80-100
1,18 50-85
0,60 25-60
0,30 10-30
0,15 2-10
Agregat halus tidak boleh mengandung bagian yang lolos lebih dari 45%
pada suatu ukuran ayakan dan tertahan pada ayakan berikutnya. Modulus
kehalusannya tidak kurang dari 2,3 dan tidak boleh lebih dari 3,1.
2.3.3 Air
Material yang paling penting dalam campuran beton adalah air. Air
merupakan bahan campuran beton yang sangat penting namun harganya paling
murah. Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen sehingga terjadi reaksi
kimia yang menyebabkan pengikatan dan berlangsungnya proses pengerasan
pada beton, serta untuk menjadi bahan pelumas antara butir-butir agregat agar
mudah dikerjakan dan dipadatkan. Untuk bereaksi dengan semen, air hanya
diperlukan 25 % dari berat semen saja. Selain itu, air juga digunakan untuk
perawatan beton dengan cara pembasahan (curing) setelah dicor.
2.4. Beton Serat
Beton serat dideffinisikan sebagai beton yang dibuat dari campuran semen,
agregat, air dan sejumlah serat secara random. Serat yang ditambahakan dapat
berupa asbestos, kaca, plastic, baja atau serat tumbuh-tumbuhan seperti rami dan
ijuk. Konsep utama penambahan serat dalam campuran beton adalah untuk
memperbaiki sifat-sifat mekanis pada beton yang terutama untuk menambah kuat
Tarik beton dan mengingat bahwa kelemahan beton adalah sifat tariknya. Kuat
Tarik yang rendah berakibat beton tersebut mudah retak, yang pada akhirnya
11
mengurangi keawetan beton tersebut. Dengan adanya penambahan serat ternyata
beton menjadi lebih tahan terhadap retak. Perlu diperhatikan bahwa penambahan
serat pada beton tidak banyak menambah kuat tekan beton, namun hanya untuk
menambah daktilitas dari beton tersebut. jenis penambahan serat adalah sebagai
berikut.
1. Serat Baja
Beton memiliki kuat tekan yang tinggi namun memiliki kuat tarik yang kecil
dan bersifat getas. Kelemahan ini dapat dikurangi dengan menggunakan micro
reinforcement seperti beton serat. Salah satu jenis serat yang paling banyak
digunakan adalah serat baja. Penambahan serat baja hingga dosis tertentu pada
campuran beton telah terbukti dapat menaikkan nilai kuat tarik beton tersebut.
Penambahan serat baja yang terlalu banyak dapat menyebabkan kinerja serat
menjadi kurang maksimal dan dapat berakibat pada turunnya nilai kuat tarik
maupun kuat tekan beton serat. Penurunan nilai kuat tekan maupun kuat tarik ini
banyak dijumpai di berbagai penelitian Penambahan serat pada beton
mengakibatkan beban tarik yang timbul akan dilawan oleh gaya lekatan antara
beton dengan serat sehingga terjadi peralihan perlawanan tegangan tarik dari beton
ke serat. Beton serat akan mengalami kegagalan apabila kuat lekat terlampaui dan
terjadi proses cabut (pull out). Peningkatan kemampuan menahan beban tarik beton
serat berasal dari kumulatif gaya perlawanan ikatan beton serat tunggal terhadap
tegangan tarik. Penambahan serat pada beton akan menjadikan beton mengalami
peningkatan sifat struktural yang dipengaruhi oleh orienasi penyebaran serat (fiber
dispersion), lekatan pada alur retakan, panjang tertanam serat yang tidak teratur
(random). Adanya serat dalam beton membuat beton tidak mengalami patah
seketika. Adanya serat dalam campuran beton menyebabkan mekanisme
penyerapan energi dilakukan secara bertahap mulai dari saat retakan matrik (matrix
cracking), pelepasan ikatan pada permukaan serat/matrik (fiber/matrix debonding),
aksi serat yang mengikat sekeli-lingnya (fiber bridging), proses cabut (pull out),
dan keruntuhan serat (fiber failure). Mekanisme ini membuat beton serat masih
dapat menerima pembebanan meskipun sudah mengalami retak pertama yang
digambarkan dengan kurva beban-lendutan. Kurva beban-lendutan ini
menunjukkan jumlah energi yang dibutuhkan oleh beton untuk mencapai nilai
12
defleksi tertentu yang selanjutnya digunakan untuk menentukan kuat lentur
ekuivalen dan toughness index beton serat.
2. Serat Kawat Bendrat
Kawat bendrat adalah kawat yang selama ini banyak digunakan sebagai
pengikat antara tulangan besi memanjang dan tulangan geser (sengkang). Pada
penelitian (Ahmad Hafiz, 2015) dugunakan kawat bendrat karena kawat bendrat
mempunyai kuat Tarik sebesar 38,5 N/mm2, perpanjangan saat putus 5,5 % dan
berat jenis 6,68 dan bila dibandingkan dari segi harga kawat bendrat lebih murah
dari harga kawat baja dan kawat biasa sehingga kawat bendrat sangat potensial
digunakan dalam penambahan kepada beton. Konsep utama penambahan serat
dalam campuran beton adalah untuk memperbaiki sifat-sifat mekanis pada beton
yang terutama untuk menambah kuat Tarik beton dan mengingat bahwa kelemahan
beton adalah sifat tariknya. Kuat Tarik yang rendah berakibat beton tersebut mudah
retak dan hancur, yang pada akhirnya mengurangi keawetan beton tersebut. Dengan
adanya penambahan serat ternyata beton menjadi lebih tahan terhadap retak.
3. Serat Aluminium
Salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan beton terhadap beban vertikal
atau beban horizontal adalah dengan menambahkan serat ke dalam adukan beton.
Serat dalam beton akan membantu menahan beban yang ada sesuai dengan modulus
elastisitasnya. Serat alumunium dapat meningkatkan kekuatan beton pada saat
terjadi keretakan. Pasta beton akan semakin kokoh/stabil dalam menahan beban
karena aksi serat (fiber bridging) yang saling mengikat di sekelilingnya. Serat akan
melakukan aksi pasak (dowel action) sehingga pasta yang sudah retak tetap
stabil/kokoh menahan beban yang ada.
4. Serat Tali Beneser
Penggunaan bahan serat dalam teknologi beton telah lama dikembangkan.
Penelitian menggunakan serat tali beneser (Polypropylene Strapping Brand) yang
diharapkan dapat meningkatkan kekuatan beton. penambahan serat ke dalam
campuran adukan beton adalah memberi tulangan pada beton yang disebarkan
secara merata dengan orientasi sebaran yang random (acak) dimaksudkan untuk
menambah kuat tarik beton, mengingat kuat tarik beton yang relatif rendah.
Penambahan serat pada beton mengakibatkan beban tarik yang timbul akan dilawan
13
oleh gaya lekatan antara beton dengan serat sehingga terjadi peralihan perlawanan
tegangan tarik dari beton ke serat. Beton serat akan mengalami kegagalan apabila
kuat lekat terlampaui dan terjadi proses cabut atau putusnya serat.
2.4.1. Fungsi Penambahan Serat
Penambahan serat kawat kedalam adukan beton adalah untuk untuk
mengatasi sifat-sifat kurang baik dari beton. Ide dasar penambahan serat adalah
memberikan tulangan serat pada beton yang disebar merata secara acak 8
(random)untuk mencegah retak-retak yang terjadi akibat pembebanan.
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dengan
menambahkan fiber kedalam adukan beton maka selain kemampuan untuk
menahan lentur ditingkatkan, sekaligus daktilitasnya (kemampuan menyerap
energi) secara dramatis juga meningkat (Suhendro,1990). Selain itu juga dengan
menambahkan serat fiber kedalam adukan beton maka akan mempertinggi kuat
tarik beton.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Swammy dkk, 1979 (dalam
Sudarmoko, 1990) menyimpulkan bahwa kehadiran serat (fiber) pada beton akan
menaikkan kekakuan dan mengurangi lendutan (defleksi) yang terjadi.
Penambahan serat (fiber)juga dapat meningkatkan keliatan beton, sehingga struktur
akan terhindar dari keruntuhan yang tiba-tiba akibat pembebanan yang berlebihan.
2.4.2. Kelebihan dan Kekurangan Penambahan Serat
Adapun kelebihan dan kekurangan penggunaan beton serat adalah
sebagai berikut:
Kelebihan Penggunaan Serat
1. Dapat meningkatkan kuat lentur beton.
2. Kemungkinan terjadi segregasi kecil.
3. Daktilitas (kemampuan menyerap energi) juga meningkat.
4. Tahan benturan.
5. Retak-retak yang terjadi dapat direduksi.
6. Beton menjadi lebih kaku.
7. Meningkatkan kuat tarik, kuat tekan dan kuat desak beton.
14
Kekurangan Penggunaan Serat
1. Biaya menjadi lebih mahal karena adanya penambahan material
yang berupa serat.
2. Proses pengerjaan lebih sulit dari beton biasa.
2.5. Sifat Mekanik Beton
2.5.1. Kuat Tekan
Karena sifat utama dari beton adalah sangat kuat jika menerima beban tekan,
maka mutu beton pada umumnya hanya ditinjau terhadap kuat tekan beton tersebut.
Sifat yang lainnya, misalnya kuat tarik dan modulus elastisitas beton dapat
dikorelasikan terhadap kuat tekan beton. Menurut peraturan beton di Indonesia (
SNI 2847-2013 ), kuat tekan beton diberi notasi dengan fc’ , yaitu kuat tekan silinder
beton yang disyaratkan pada waktu berumur 28 hari.
Mutu beton dibedakan atas 3 macam menurut kuat tekannya, yaitu:
1. Mutu beton dengan fc’ kurang dari 10 MPa, digunakan untuk beton non
struktur misalnya kolom praktis dan balok praktis.
2. Mutu beton dengan fc’ antara 10 MPa sampai 20 MPa, digunakan untuk
beton struktur misalnya kolom, balok, pelat, maupun pondasi.
3. Mutu beton dengan fc’ lebih dari 20 MPa, digunakan untuk struktur beton
yang direncanakan tahan gempa.
Untuk pengujian kuat tekan beton, benda uji berupa silinder beton (diameter
10 cm dengan tinggi 20 cm ataupun diameter 15 cm dengan tinggi 30 cm)
ditekan dengan beban P sampai runtuh. Karena ada beban tekan P, maka
terjadi tegangan tekan pada beton (f’c) sebesar beban (P) dibagi dengan luas
penampang beton (A), sehingga dirumuskan :
f’c = P / A (2.1)
Dimana :
f’c = tegangan tekan beton (MPa)
P = besar beban tekan (N)
A = luas penampang beton, mm2
15
Beban P tersebut juga mengakibatkan bentuk fisik silinder beton berubah
menjadi lebih pendek, sehingga timbul regangan tekan pada beton (εc’) sebesar
perpendekan beton (ΔL) dibagi dengan tinggi awal silinder beton (L0), ditulis
dengan rumus :
εc’ = ΔL / L0 (2.2)
Dimana :
εc’ = regangan tekan beton
ΔL = perpendekan beton (mm)
L0 = tinggi awal silinder beton (mm)
Hubungan antara tegangan dan regangan tekan beton digambarkan seperti
berikut :
Gambar 2.1 Hubungan antara Tegangan dan Regangan Tekan Beton
1. Pada saat beban tekan mencapai 0,3.fc’ ̴ 0,4.fc’, perilaku tegangan regangan
beton pada dasarnya masih linear. Retak – retak lekatan ( bond crack ) yang
sebelum pembebanan sudah terbentuk, akan tetap stabil dan tidak berubah
selama tegangan tekan yang bekerja masih dibawah 0,3.fc’ ( fc’ merupakan
kekuatan batas tekan beton ).
16
2. Pada saat beban tekan melebihi 0,3.fc’ ̴ 0,4.fc’, retak – retak lekatan mulai
terbentuk. Pada saat ini mulai terjadi deviasi pada hubungan tegangan –
regangan dari kondisi linear.
3. Pada saat beban tekan mencapai 0,75.fc’ ̴ 0,90.fc’, retak – retak lekatan
tersebut merambat ke mortar sehingga terbentuk pola retak yang kontinu.
Pada kondisi ini hubungan tegangan – regangan beton semakin menyimpang
dari kondisi linear.
Gambar 2.6 juga menunjukkan bahwa pada saat beton akan runtuh ( kuat
tekan beton telah mencapai puncak fc’), maka tegangan beton turun ( menjadi
0,85. fc’ ) sedangkan regangan tekan tetap naik sampai mencapai batas retak
(εcu’ sebesar 0,003 ). Kedua angka ini ( tegangan 0,85. fc’ dan regangan batas
εcu’ = 0,003 ) sangat penting bagi perencanaan struktur beton bertulang.
2.5.2. Modulus Elastisitas
Dari hubungan tegangan – regangan tekan beton pada Gambar 2.1, terlihat
sudut α yaitu sudut antara garis lurus kurva yang ditarik dari kondisi tegangan nol
sampai tegangan tekan sebesar 0,45.fc’ dan regangan εc’. Modulus elastisitas beton
( Ec ) merupakan tangens dari sudut α tersebut. Menurut pasal 10.5 SNI 03-2487-
2002, modulus elastisitas beton Ec dapat ditentukan berdasarkan rumus berikut.
Untuk beton normal, nilai Ec boleh diambil berikut :
Ec = 4700. √𝑓′𝑐 (2.3)
Dimana:
Ec = Modulus elastisitas beton (MPa)
f’c = Nilai kuat tekan beton (MPa)
secara eksperimental menurut ASTM C 469-02 rumus modulus elastisitas
dapat dihitung dangan rumus :
𝐸𝑐 =𝑆₂−𝑆₁
𝜀₂−0.00005 (2.4)
17
Dimana:
Ec = Modulus elastisitas beton (MPa)
S₂ = 40 % tegangan max (Mpa)
S₁ = Tegangan pada regangan S₁ = 0.000050 (MPa)
ε₂ = Regangan Longitudinal pada saat tegangan S₂
2.5.3. Kuat Tarik Belah
Perilaku beton pada saat diberikan beban aksial tarik agak sedikit berbeda
dengan perilakunya pada saat diberikan beban tekan. Kuat tarik beton ( fct ) jauh
lebih kecil daripada kuat tekannya, yaitu fct ≈ 10%.fc’. Menurut SNI T-15-1991-03
pasal 3.2.5, hubungan antara kuat tarik langsung fct terhadap kuat tekan beton f’c
dinyatakan dengan rumus berikut :
fct = 0,70.√𝑓′𝑐 (2.5)
Dimana:
fct = Kuat tarik belah (kg/cm2)
f’c = Nilai kuat tekan beton (MPa)
Kuat tarik beton yang tepat sulit untuk diukur dan Kekuatan tarik belah beton
juga relative rendah. untuk beton normal berkisar antara 9% sampai 15% dari kuat
tekan. Pengujian tersebut menggunakan benda uji silinder beton, diletakkan pada
arah memanjang di atas alat penguji kemudian beban tekan diberikan merata arah
tegak dari atas pada seluruh panjang silinder. Apabila kuat tarik terlampaui, benda
uji terbelah menjadi dua bagian dari ujung ke ujung. Tegangan tarik yang timbul
sewaktu benda uji terbelah disebut sebagai split cylinder strength.
Berdasarkan SNI 2491-2014, nilai kuat tarik belah dapat dihitung dengan
rumus:
𝑓𝑐𝑡 = 2𝑃
𝜋𝐿𝐷 (2.6)
18
Dimana:
fct = Kuat tarik belah (kg/cm2)
P = Beban pada waktu belah (kg)
L = Panjang benda uji silinder (cm)
D = Diameter benda uji silinder (cm)
2.4.3. Kuat Lentur
Beban –beban yang bekerja pada struktur, baik yang berupa beban ( berarah
vertikal ) maupun beban –beban lain, seperti beban angin ( arah horizontal ), atau
juga beban karena susut atau beban karena perunahan temperatur, menyebabkan
adanya lentur dan deformasi pada elemen struktur. Lentur pada balok merupakan
akibat dari adanya regangan yang timbul kaeran adanya beban luar.
Apabila bebannya bertambah, maka pada balok terjadi deformasi dan
regangan tambahan yang mengakibatkan timbulnya ( bertambahnya ) retak lentur
di sepanjang bentang balok. Bila bebannya semakin bertambah, pada akhirnya
dapat terjadi keruntuhan elemen struktur, yaitu pada saat beban luarnya mencapi
kapasitas elemen. taraf pembebanan demikian disebut keadaan limit dari
keruntuhan lentur.
Menurut ACI 318, hubungan antara kuat lentur langsung fr terhadap kuat
tekan beton fc’ dinyatakan dengan rumus berikut :
fr = 0,62.√𝑓𝑐′ (2.7)
Hubungan kuat lentur terhadap kuat tekan secara keseluruhan hanya berlaku
secara akurat untuk uji umur 28 hari. Untuk uji umur kurang 28 hari, nilai kuat
lentur menggunakan formula berdasarkan nilai hasil uji kuat tekan
Berdasarkan SNI 4431-2011, nilai kuat lentur dapat dihitung dengan rumus:
1. Benda uji patah di bagian tengah pada 1/3 jarak titik perletakan pada
bagian tarik dari beton, maka beton dihitung dengan rumus :
19
𝑓𝑟 = 𝑃.𝐿
𝑏.ℎ2 (2.8)
2. Benda uji patahdiluar pusat (diluar daerah1/3 jarak titik perletakan)
dibagian tarik beton, dan jarak antara titik pusat dan titik patah kurang
dari 5 % dari panjang titik perletakan maka kuat lentur beton dapat
dihitung dengan rumus :
𝑓𝑟 = 𝑃.𝑎
𝑏.ℎ2 (2.9)
Dimana :
fr : Kuat lentur benda uji (MPa)
P : Beban maksimum pada saat pengujian (N)
L : Jarak bentang antara dua garis perletakan (mm)
b : Lebar patah arah horizontal (mm)
h : lebar patah vertikal (mm)
a : jarak rata-rata antara tampang lintang patah dan tumpuan luar
terdekat diukur 4 tempat pada sisi tarik benda uji (mm)
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bahan dan Struktur, Departemen
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Lama penelitian
direncanakan selama 2 bulan.
3.2. Diagram Alir Penelitian
Untuk memudahkan penelitian yang akan dilakukan, maka perlu
direncanakan tahapan – tahapan yang akan menjadi pedoman dan arahan bagi
penelitian ini, tahapan – tahapan proses tersebut ditunjukkan pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
Ya
Tidak Uji Karakteristik Material
Perencanaan Mix Design
Pembuatan Benda Uji
Perawatan Benda Uji
Pengadaan Material
Mulai
Kajian Pustaka
A
Pengujian Benda Uji
Kesimpulan dan Saran
Selesai
ƒ’c 25 MPa
Hasil dan Pembahasan
A
21
3.3. Desain Benda Uji
Benda uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah benda uji beton
berbentuk silinder dengan ukuran 100 x 200mm dan balok dengan ukuran 100 x
100 x 400mm. Total benda uji yang digunakan adalah 36 buah dimana 12 buah
untuk pengujian kuat tekan, 12 buah untuk pengujian kuat tarik belah, dan 12 buah
untuk pengujian kuat lentur. Pembuatan benda uji ini meliputi beton normal, beton
serat panjang 36 mm, beton serat panjang 48 mm, dan beton serat 60.
Tabel 3.1 Jumlah Benda Uji
3.4. Alat dan Bahan Penelitian
3.4.1. Alat Penelitian
1. Timbangan.
2. Oven.
3. Satu set saringan.
4. Mesin penggetar ayakan (Shieve shaker).
5. Corong konik / Conical Mould.
6. Kerucut Abrams.
7. Gerinda tangan.
Variasi
Penambahan
Serat Kawat
Bendrat
Jenis
Pengujian Bentuk Benda Uji
Umur
Pengujian
(hari)
Jumlah
Benda
Uji
Normal
Kuat Tekan Silinder 100 x
200mm
28
3
36 mm 3
48 mm 3
60 mm 3
Normal
Kuat Tarik
Belah
Silinder 100 x
200mm
3
36 mm 3
48 mm 3
60 mm 3
Normal
Kuat Lentur Balok 100 x 100 x
400mm
3
36 mm 3
48 mm 3
60 mm 3
Total Benda Uji 36
22
8. Mata gerinda pemotong besi.
9. Universal Testing Machine kapasitas 1000 kN.
10. Mesin Pencampur bahan (mixer/molen).
11. Satu set alat uji slump.
12. Cetakan benda uji berbentuk silinder 100 x 200mm.
13. Cetakan benda uji berbentuk balok 100 x 100 x 400mm.
14. Bak Perendaman.
15. Mistar.
16. Ember, selang air, dan sikat.
17. LVDT (Longitudinal Variable Diferencial Tranducer).
18. Data Logger.
19. Compressometer.
3.4.1. Bahan Penelitian
1. Semen PCC.
2. Agregat halus (pasir).
3. Agregat kasar (chipping).
4. Serat kawat bendrat.
3.5. Prosedur Penelitian
3.5.1. Pengujian Karakteristik Agregat
Pengujian karakteristik agregat dilakukan untuk mengetahui apakah agregat
kasar dan halus yang digunakan sudah memenuhi spesifikasi untuk pembuatan
benda uji.
Tabel 3.2 Metode Pengujian Karakteristik Agregat
Pengujian Metode Pengujian
Agregat Halus Agregat Kasar
Analisa Saringan SNI 03-1968-1990
Berat Jenis dan Penyerapan Air SNI 03-1970-1990 SNI 03-1969-1990
Berat Volume dan Rongga Udara SNI 03-4804-1998
Kadar air SNI 03-1971-1990
Kadar Lumpur SNI 03-4142-1996
Kadar Organik SNI 03-2816-1992
23
3.5.2. Penyiapan Serat
Dalam penelitian ini proses penyiapan serat di lalukan secara manual
menggunakan gerinda tangan, di potong sesuai variasi yang akan di campurkan
kedalam beton segar dangan panjang potongan tiap serat sebesar 36mm, 48mm, dan
60mm. Penambahan serat kawat bendrat kedalam campuran beton sebesar 0.75%
dari volume sampel yang akan di buat.
Gambar 3.2 Penyiapan Serat
3.5.3. Perencanaan Campuran (Mix Design)
Metode rancangan campuran (mix design) yang digunakan adalah metode
DOE “Development of Environment”. Di Indonesia metode ini diadopsi ke SNI
yang dimuat dalam buku standar No. SK. SNI T-15-1990-03.
3.5.4. Pembuatan Benda Uji
Dalam penelitian ini proses pencampuran dilakukan dengan concrete mixer
(mesin pengaduk beton) dimana untuk mendapatkan mutu beton yang baik,
pelaksanaan di lapangan harus baik dan benar. Langkah-langkah pembuatan benda
uji adalah sebagai berikut :
1. Beton Normal
a. Alat-alat yang akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu, kemudian
menimbang bahan-bahan yang akan digunakan sesuai dengan komposisi
hasil mix design.
24
b. Menimbang semen, agregat kasar dan halus yang telah ditentukan dengan
mix design sebelum dimasukkan kedalam concrete mixer.
c. Menyiapkan concrete mixer dimana concrete mixer terlebih dahulu
dibasahi dengan air agar ketika pencampuran dilakukan, komposisi air
yang telah dihitung tidak berkuran akibat diserap oleh dinding concrete
mixer.
d. Untuk beton normal, masukkan agregat kasar, agregat halus, dan air 1/3
bagian kedalam concrete mixer. Aduk hingga bahan tersebut tercampur
merata.
e. Masukkan semen lalu putar mixer selama 1 menit kemudian masukkan
sisa air tadi kedalam concrete mixer lalu tunggu hingga menghasilkan
campuran beton yang homogen.
f. Setelah tercampur rata, dilakukan uji slump untuk mengukur tingkat
workability adukan. Selanjutnya adukan beton dituangkan ke dalam
cetakan silinder dan balok, lalu ditumbuk pada semua sisi beton dan di
gertarkan sehingga beton menjadi padat dan rongga udara didalam
cetakan keluar.
g. Diamkan selama 24 jam.
h. Setelah 24 jam, cetakan dibuka kemudian dilakukan perawatan beton
(curing).
2. Beton serat
a. Alat-alat yang akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu, kemudian
menimbang bahan-bahan yang akan digunakan sesuai dengan komposisi
hasil mix design.
b. Menimbang semen, serat kawat bendrat , agregat kasar dan halus yang
telah ditentukan dengan mix design sebelum dimasukkan kedalam
concrete mixer.
c. Menyiapkan concrete mixer dimana concrete mixer terlebih dahulu
dibasahi dengan air agar ketika pencampuran dilakukan, komposisi air
yang telah dihitung tidak berkuran akibat diserap oleh dinding concrete
mixer.
25
d. Masukkan agregat kasar, agregat halus, serat kawat bendrat kedalam
concrete mixer. Aduk bahan dalam keadaan kering hingga bahan tersebut
tercampur secara merata.
e. Masukkan semen lalu putar mixer selama 1 menit kemudian masukkan
air perlahan kedalam concrete mixer lalu tunggu hingga menghasilkan
campuran beton yang homogen.
f. Setelah air dituang perhatikan keadaan campuran apakah tidak terjadi
penggumpalan serat.
g. Setelah tercampur rata, dilakukan uji slump untuk mengukur tingkat
workability adukan. Selanjutnya adukan beton dituangkan ke dalam
cetakan silinder dan balok, lalu ditumbuk pada semua sisi beton dan di
gertarkan sehingga beton menjadi padat dan rongga udara didalam
cetakan keluar.
h. Diamkan selama 24 jam.
i. Setelah 24 jam, cetakan dibuka kemudian dilakukan perawatan beton
(curing).
3.5.5. Metode Perawatan Benda Uji
Benda uji yang telah dilepas dari cetakan kemudian diberikan nama sampel
lalu dilakukan perawatan benda uji (curing) dilakukan dengan cara direndam dalam
bak perendaman sampai batas waktu pengujian yang telah ditentukan. Benda uji
diangkat dari bak 1 hari sebelum sampel di uji. Hal ini dimaksudkan agar pada
waktu di uji, sampel dalam keadaan tidak basah.
Gambar 3.3 Proses Perawatan (curing) Benda Uji
26
3.6. Pengujian Benda Uji
3.6.1. Pengujian Kuat Tekan
Pengujian kuat tekan beton dilakukan menggunakan mesin UTM (Universal
Testing Machine) dengan kapasitas 1000 kN, pengujian kuat lentur dilakukan
berdasar SNI 1974-2011. Prosedur pengujian kuat lentur adalah sebagai berikut:
1. Mengangkat sampel beton dari bak perendaman yang telah mencapai
umur pengujian , lalu diamkan sampel beton untuk beberapa saat hingga
kering permukaan lalu timbang sampel.
2. Nyalakan mesin uji tekan beton yang telah dipersiapkan.
3. Naikkan sampel ke atas meja mesin tekan beton.
4. Setelah posisi sampel terpasang dengan baik, lakukan pengujian.
5. Hentikan pembebanan dan catat beban maksimum yang dicapai ketika
terjadi patahan pada benda uji.
6. Catat hasil pengujian lalu lakukan percobaan untuk tiap sampel dengan
cara yang sama.
Untuk perhitungan kuat tekan berdasarkan SNI 1974-2011 yang memberikan
rumus lentur sebagai berikut:
f’c = P / A (3.1)
Dimana :
f’c = tegangan tekan beton (MPa)
P = besar beban tekan (N)
A = luas penampang beton, mm2
Gambar 3.4 Pengujian Kuat Tekan
27
3.6.2. Pengujian Modulus Elastisitas
Pengujian modulus elastisitas beton dilakukan menggunakan mesin UTM
(Universal Testing Machine) dengan kapasitas 1000 kN. Modulus elastisitas beton
mempunyai hubungan dengan sifat beton lainnya terutama kuat tekan beton itu
sendiri. Modulus ini merupakan perbandingan antara tegangan dan regangan, dan
dengan pengujian ini dapat mengetahui besarnya beban yang dapat dipikul tanpa
merusak beton itu sendiri ( masih dalam keadaan plastis ).
1. Mengangkat sampel beton dari bak perendaman yang telah mencapai
umur pengujian , lalu diamkan sampel beton untuk beberapa saat hingga
kering.
2. Setelah kering timbang sampel.
3. Pasang alat compressometer pada sampel.
4. Nyalakan mesin uji tekan beton yang telah dipersiapkan.
5. Naikkan sampel ke atas meja mesin tekan beton.
6. Setelah posisi sampel terpasang dengan baik, lakukan pengujian.
7. Hentikan pembebanan dan catat beban maksimum yang dicapai ketika
terjadi patahan pada benda uji.
8. Catat dan simpan hasil pengujian lalu lakukan percobaan untuk tiap
sampel dengan cara yang sama.
Modulus elastisitas beton Ec secara teoritis dapat ditentukan berdasarkan SNI
03-2487-2002 dengan rumus berikut.
Untuk beton normal, nilai Ec boleh diambil berikut :
Ec = 4700. √𝑓′𝑐 (2.3)
Dimana:
Ec = Modulus elastisitas beton (MPa)
f’c = Nilai kuat tekan beton (MPa)
28
secara eksperimental menurut ASTM C 469-02 rumus modulus elastisitas
dapat dihitung dangan rumus :
𝐸𝑐 =𝑆₂−𝑆₁
𝜀₂−0.00005 (2.4)
Dimana:
Ec = Modulus elastisitas beton (MPa)
S₂ = 40 % tegangan max (Mpa)
S₁ = Tegangan pada regangan S₁ = 0.000050 (MPa)
ε₂ = Regangan Longitudinal pada saat tegangan S₂
Gambar 3.5 Pengujian Modulus Elastisitas
3.6.3. Pengujian Kuat Tarik Belah
Pengujian kuat lentur dilakukan menggunakan mesin UTM (Universal
Testing Machine) dengan kapasitas 1000 kN, pengujian kuat lentur dilakukan
berdasar SNI 2491-2014. Prosedur pengujian kuat lentur adalah sebagai berikut:
1. Mengangkat sampel beton dari bak perendaman yang telah mencapai
umur pengujian , lalu diamkan sampel beton untuk beberapa saat hingga
kering permukaan lalu timbang sampel.
2. Nyalakan mesin uji tekan beton yang telah dipersiapkan.
3. Naikkan sampel ke atas meja mesin tekan beton
4. Pasang plat baja di atas dan di bawah sampel
29
5. Setelah posisi sampel terpasang dengan baik, lakukan pengujian.
6. Hentikan pembebanan dan catat beban maksimum yang dicapai ketika
terjadi patahan pada benda uji
7. Catat hasil pengujian lalu lakukan percobaan untuk tiap sampel dengan
cara yang sama.
Untuk perhitungan kuat tarik belah berdasarkan SNI 2491-2014 yang
memberikan rumus lentur sebagai berikut:
𝑓𝑐𝑡 = 2𝑃
𝜋𝐿𝐷 (3.2)
Dimana:
fct = Kuat tarik belah (kg/cm2)
P = Beban pada waktu belah (kg)
L = Panjang benda uji silinder (cm)
D = Diameter benda uji silinder (cm)
Gambar 3.6 Pengujian Kuat Tarik belah
3.6.4. Pengujian Kuat Lentur
Pengujian kuat lentur beton dilakukan menggunakan mesin UTM (Universal
Testing Machine) dengan kapasitas 1000 kN, pengujian kuat lentur dilakukan
berdasar SNI 4431-2011. Prosedur pengujian kuat lentur adalah sebagai berikut:
30
1. Mengangkat sampel beton dari bak perendaman yang telah mencapai
umur pengujian , lalu diamkan sampel beton untuk beberapa saat hingga
kering permukaan lalu timbang sampel.
2. Buat garis melintang sebagai tanda dan petunjuk titik perletakan dan titik
pembebanan.
3. Nyalakan mesin uji tekan beton yang telah dipersiapkan.
4. Tempatkan benda uji yang sudah diberi tanda diatas dua perletakan
sedemikian hingga tanda untuk tumpuan yang dibuat pada benda uji yang
berjarak 300 mm tepat pada pusat tumpuan dari alat uji. Atur sedemikian
rupa sehingga pada saat beban diberikan kedua titik penekan jatuh
ditengah-tengah sampel. Jarak antar titik penekan sebesar 100 mm.
5. Setelah posisi sampel terpasang dengan baik, lakukan pengujian.
6. Hentikan pembebanan dan catat beban maksimum yang dicapai ketika
terjadi patahan pada benda uji
7. Catat hasil pengujian lalu lakukan percobaan untuk tiap sampel dengan
cara yang sama.
Untuk perhitungan kuat lentur berdasarkan SNI 4431-2011 yang memberikan
rumus lentur sebagai berikut:
bila benda uji patah pada 1/3 bentang
𝑓𝑟 = 𝑃.𝐿
𝑏.ℎ2 (3.3)
Gambar 3.7 Patah pada pusat 1/3 bentang (L)
31
bila benda uji patah diluar 1/3 bentang dan garis patah < 5% dari bentang
𝑓𝑟 = 𝑃.𝑎
𝑏.ℎ2 (3.4)
Gambar 3.8 Patah di luar 1/3 bentang (L) dan garis patah < 5% dari bentang
Dimana :
fr : Kuat lentur benda uji (MPa)
P : Beban maksimum pada saat pengujian (N)
L : Jarak bentang antara dua garis perletakan (mm)
b : Lebar patah arah horizontal (mm)
h : lebar patah vertikal (mm)
a : jarak rata-rata antara tampang lintang patah dan tumpuan luar
terdekat diukur 4 tempat pada sisi tarik benda uji (mm)
Gambar 3.9 Pengujian Kuat Lentur Balok
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Material
Pemeriksaan Agregat untuk pembuatan beton serat kawat bendrat dilakukan
di Laboratorium Struktur dan Bahan Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin. Pengujian agregat berupa agregat kasar (kerikil) ukuran
10mm – 20mm dan agregat halus (pasir). Hasil pemeriksaan dapat dilihat pada
Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Material Beton
No. Jenis Pengujian Agregat
Halus
Agregat
Kasar Satuan
1 Kadar Lumpur 1,60 0,24 %
2 Kadar Air 1,67 1,56 %
3 Berat Jenis
a. BJ Semu 2,35 2,98 -
b. BJ Kering Permukaan 2,31 2,83 -
c. BJ Curah 2,28 2,75 -
d. Penyerapan air 1,42 2,85 %
4 Berat Isi
a. Padat 1,81 1,80 Kg/liter
b. Lepas 1,78 1,80 Kg/liter
5 Kadar Organik No.1 - -
6 Keausan - 26,14 %
7 Modulus Kehalusan 2,60 - -
8 Modulus Kekasaran - 7,08 -
9 BJ. Kawat Bendrat - 7352 Kg/m³
33
4.2. Komposisi Mix Design
Berdasarkan hasil pemeriksaan material dan hasil perhitungan mix design
untuk mutu beton 25 MPa, maka komposisi campuran untuk pembuatan 1 m3 beton
dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Komposisi Mix Design Beton
No. Material Berat (kg)
1 Air 187,72
2 Semen 405,4
3 Pasir 643,78
4 Kerikil 1065,85
5 Serat 55,14
4.3. Hasil Pengujian Karakteristik Beton
4.3.1. Kuat Tekan
Pengujian kuat tekan mengacu pada SNI 1974-2011 (Cara uji kuat tekan
beton dengan benda uji silinder). Pengujian kuat tekan menggunakan sampel beton
silinder masing–masing 3 sampel setiap variasi dilakukan pada umur 28 hari. Hasil
pengujian kuat tekan beton dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton
Variasi
Beton No.
Berat
(kg)
Luas
Penampang
(cm²)
Berat
Isi
(kg/m³)
Beban
(kN)
Kuat
Tekan
(MPa)
Kuat
Tekan
Rata- rata
(MPa)
Standar
Deviasi
(MPa)
f'c
(MPa)
Normal
1 3,57 78,54 2275,28 201,19 25,62
25,36 0,24 25,04 2 3,57 78,54 2270,19 198,90 25,32
3 3,59 78,54 2282,92 197,44 25,14
Serat
36mm
4 3,68 78,54 2345,31 201,57 25,66
26,31 1,40 24,44 5 3,68 78,54 2342,76 199,13 25,35
6 3,67 78,54 2336,39 219,29 27,92
34
Tabel Lanjutan 4.3 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton
Variasi
Beton No.
Berat
(kg)
Luas
Penampang
(cm²)
Berat
Isi
(kg/m³)
Beban
(kN)
Kuat
Tekan
(MPa)
Kuat
Tekan
Rata- rata
(MPa)
Standar
Deviasi
(MPa)
f'c
(MPa)
Serat
48mm
7 3,65 78,54 2322,39 266,01 33,87
33,87 0,67 32,98 8 3,61 78,54 2299,47 271,25 34,54
9 3,60 78,54 2294,38 260,80 33,21
Serat
60mm
10 3,60 78,54 2293,10 232,14 29,56
29,59 0,10 29,46 11 3,60 78,54 2294,38 231,79 29,51
12 3,61 78,54 2296,92 233,28 29,70
Dari tabel 4.3 hasil penngujan pada variasi beton normal di atas dapat dilihat
bahwa dari perencanaan mutu beton rencana 25 MPa telah memenuhi mutu beton
yang telah direncanakan dengan nilai sebesar 25,04 MPa dari pengujian yang telah
dilakukan. Sedangkan pada variasi beton serat 36mm menunjukkan nilai kuat tekan
beton yang diuji sebesar 26,31 MPa. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa
kekuatan tekan beton serat 36mm mengalami peningkatan sebesar 3,75% dari mutu
beton rencana 25 MPa peningkatan kukuatan yang terjadi pada beton serat 36mm
dipengaruhi oleh distibusi serat yg telah dicampurkan pada beton dan kepadat beton
ketika pemadatan. Dilihat pula pada variasi beton serat 48mm pada tabel 4.3 di atas
menunjukkan nilai kuat tekan beton yang telah diuji sebesar 32,98 MPa. Dari hasil
tersebut dapat dilihat bahwa kekuatan tekan beton serat 48mm mengalami
peningkatan kekuatan dari mutu beton rencana 25 MPa sebesar 24.19%. Dapat
dilihat pula pada variasi beton serat 60mm menunjukkan nilai kuat tekan beton yang
telah diuji sebesar 29,44 MPa. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa
kekuatan tekan beton serat 60mm mengalami peningkatan kekuatan sebesar
15.13% dari mutu beton rencana 25 MPa. Peningkatan kekuatan beton serat 48mm
dan 60mm dipengaruhi oleh panjang serat yang ditambahkan kedalam beton dan
daya ikat antara beton terhadap kawat bendrat, distribusi serat berperan penting
dalam peningkatan ini agar pembebanan dapat terbebani secara merata dan
kepadatan beton pada saat dimaksukkan kedalam cetakan harus diperhatikan agar
tidak terjadi void pada beton dikarnakan tidak keluarnya udara pada beton segar
35
ketika dimasukkan kedalam cetakan. Dari analisis diatas dapat kita lihat bahwa
pada variasi 48mm adalah variasi beton yang menunjukkan peningkatan kekuatan
tekan boton yang paling besar dari variasi yang lainnya dengan peningkatan
kekuatan sebesar 24,19% dengan selisih 8.87 MPa dari mutu beton rencana.
Gambar 4.1 Kuat Tekan Beton
Pada gambar 4.1 di atas menunjukkan nilai kuat tekan beton pada setiap
variasi mengalami peningkatan. Dapat dilihat pada variasi beton normal
menunjukkan nilai kuat tekan sebesar 25,36 MPa, nilai tersebut adalah nilai
kukuatan tekan terendah dari semua variasi yang ada. sedangkan pada variasi serat
36mm menunjukkan peningkatan kekuatan tekan sebesar 3.75% dari beton normal
dengan nilai sebesar 26,31 MPa. Begitu pula pada variasi beton serat 48mm
menunjukkan peningkatan kekuatan tekan beton sebesar 25.12% dari beton normal
dengan nilai sebesar 33,87 MPa, dan pada variasi beton serat 60mm juga
menunjukkan peningkatan kekuatan tekan sebesar 12.29% dari beton normal
dengan nilai sebesar 29,59 MPa. Ini menunjukkan bahwa penambahan serat kawat
bendrat pada beton dapat mempengaruhi kekuatan tekan beton dimana terjadi
peningkatan disemua variasi beton yang ditambahkan serat. Akan tetapi
3,75%
25,12%
12,29%
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
Ku
at T
ekan
(M
Pa)
normal 36mm 48mm 60mm
36
peningkatan kekuatan pada beton tidak seragam dikarnakan perbedaan panjang
serat kawat yang dimasukkan kedalam campuran berbeda dimana panjang pertama
adalah 36mm kedua 48mm dan ketiga 60mm. Dapat pada gambar 4.1 menunjukkan
nilai kuat tekan beton yang mendapatkan peningkatan kekuatan tertinggi adalah
variasi beton serat 48mm.
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Tegangan dan Regangan Kuat Tekan Beton
Dari gambar 4.2 menunjukkan peningkatan kekuatan tekan beton dan
perbedaan rengangan pada tegangan maksimum di setiap variasi beton di atas. Hasil
analisis ini menunjukkan bahwa penambahan serat kawat bendrat pada campuran
beton mampu meningkatkan kekuatan tekan beton. Dapat dilihat pada variasi beton
serat 36mm mengalami peningkatan kekuatan sebesar 3,75% dari beton normal
dengan rengangan pada tegangan maksimum sebesar 0,0027 sedangkan pada beton
serat 48mm juga mengalami peningkatan kekuatan tekan sebesar 22,31% dari beton
serat 36mm dangan renganan pada tegangan maksimum sebesar 0.0020. Dapat
dilihat pula pada variasi beton serat 60mm mengalami penurunan kekuatan tekan
dari variasi beton serat 48mm sebesar 12,64% dengan regangan pada beban
maksimal sebesar 0,0023. Dari grafik di atas dapat terlihat bahwa beton serat 48mm
0
5
10
15
20
25
30
35
0,000 0,001 0,002 0,003 0,004 0,005
Teg
an
ga
n (
MP
a)
Regangan
normal
36mm
48mm
60mm
37
mendapat peningkatan kekuatan paling besar dan regangan pada tegangan
maksimal yang paling sedikit dari variasi beton serat yang lain. Dari hasil analisis
ini menunjukkan variasi beton serat 48mm adalah variasi yang terbaik dari semua
variasi serat yang telah dibuat dan dapat dijadikan rekomendasi untuk penelitian
selanjutnya.
Gambar 4.3 Pengujian Kuat Tekan Beton
4.3.2. Modulus Elastisitas
Pengujian ini mengacu pada ASTM C469-02 (Standard Test Method for
Static Modulus of Elasticity and Poisson’s Ratio of Concrete in Compression)
dilakukan pengujian pada saat umur silinder beton 28 hari. Berikut hasil Pengujian
dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Modulus Elastisitas Beton
Variasi Beton Modulus Elastisitas (MPa)
Eksperimental Teoritis
Normal 26174,88 23601,44
Serat 36 mm 19227,25 24109,80
Serat 48 mm 26667,27 27359,30
Serat 60 mm 21908,25 25573,12
38
Dari keempat hasil pengujian pada tabel 4.4 menunjukkan adanya selisih
antara modulus elastisitas yang dianalisis secara eksperimental dan secara teoritis.
Dapat dilihat di variasi beton normal hasil analisis secara ekperimental sebesar
26174,88 MPa dan pada hasil analisis secara teoritis 23601,44 MPa. Dari hasil
tersebut modulus elastisitas ekperimental lebih besar 9,83% dari modulus elastisitas
teoritis. sedangkan pada beton serat 36mm dapat dilihat bahwa nilai modulus
elastisitas eksperimental sebesar 19227,25 MPa dan modulus elastisitas secara
teoritis sebesar 24109,80 MPa maka dapat terlihat modulus elastisitas analisis
teoritis lebih besar 20,25% dari modulus elastisitas secara eksperimental. Dilihat
pula pada beton serat 48mm nilai pengujian secara eksperimental sebesar 26667,27
MPa dan secara teoritis sebesar 27359,30 MPa. Dari hasil tersebut terlihat bahwa
modulus elastisitas teoritis lebih besar dari eksperimental dangan selisih sebesar
2,53%. Dan pada beton serat 60mm hasil analisis modulus elastisitas secara
eksperimantal sebesar 21908,25 MPa sedangkan secara teoritis sebesar 25573,12
MPa. Maka dari hasil tersebut dapat terlihat bahwa modulus elastisitas teoritis lebih
besar 14,33% dari modulus elastisitas secara eksperimantal.
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Modulus Elastisitas dan Panjang Serat
0,00
5000,00
10000,00
15000,00
20000,00
25000,00
30000,00
0 36 48 60
Mo
du
lus
Ela
stis
ita
s (M
Pa
)
Panjang Serat (mm)
Eksperimental
Teoritis
39
Dari kondisi gambar 4.4 di atas menunjukkan adanya selisih antara modulus
elastisitas yang dianalisis secara eksperimental dan secara teoritis. Dapat dilihat
pada variasi beton normal di atas hasil analisis modulus elastisitas ekperimental
lebih besar 9,83% dari modulus elastisitas teoritis. sedangkan pada beton serat
36mm dapat dilihat bahwa nilai modulus elastisitas yang dianalisis secara teoritis
lebih besar 20,25% dari modulus elastisitas secara eksperimental. Dilihat pula pada
beton serat 48mm hasil pengujian modulus elastisitas teoritis lebih besar dari
eksperimental dangan selisih sebesar 2,53%. Sedangkan pada beton serat 60mm
hasil dari analisis modulus elastisitas teoritis lebih besar 14,33% dari modulus
elastisitas secara eksperimantal. Adanya perbedaan nilai modulus elastisitas secara
teoritis dan eksperimental dipengaruhi oleh penyebaran material dan distribusi serat
yang ditambahkan pada beton. Nilai modulus elastisitas beton sangat bergantung
pada sifat dari material penyusun dari beton itu sendiri. Dari hasil diatas dapat
dilihat bahwa modulus elastisitas eksperimental yang paling tinggi adalah modulus
elastisitas beton serat 48mm sedangkan pada modulus elastisitas teoritis dapat
dilihat pada gambar 4.4 variasi beton serat 48mm adalah yang paling besar diantar
semua variasi yang telah dibuat. Dari hasil tersebeut beton serat 48mm adalah beton
yang paling bagus dan dapat direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya.
Gambar 4.5 Pengujian Modulus Elastisitas Beton
40
4.3.3. Kuat Tarik Belah
Pengujian kuat tarik belah mengacu pada SNI 2491-2014 (Metode uji
kekuatan tarik belah spesimen beton silinder). Pengujian kuat tarik belah
menggunakan sampel beton silinder sebanyak 3 sampel setiap variasi, diuji pada
umur 28 hari. Hasil pengujian kuat tarik belah beton dapat dilihat pada table 4.5.
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Kuat Tarik Belah Beton
Variasi
Beton No.
Diameter Panjang Beban Kuat Tarik
Belah Kuat Tarik Belah (MPa)
(mm) (mm) (kN) (Mpa) Eksperimental Teoritis
Normal
1 100 200 106,40 3,39
3,28 3,53 2 100 200 96,28 3,06
3 100 200 106,15 3,38
Serat
36mm
4 100 200 101,93 3,24
3,39 3,59 5 100 200 109,42 3,48
6 100 200 108,52 3,45
Serat
48mm
7 100 200 127,74 4,07
4,04 4,07 8 100 200 125,73 4,00
9 100 200 127,26 4,05
Serat
60mm
10 100 200 138,54 4,41
4,35 3,81 11 100 200 135,97 4,33
12 100 200 135,36 4,31
Dari hasil pengujian kuat tarik belah beton normal pada tabel 4.5
menunjukkan nilai kuat tarik belah eksperimental yang di ambil dari nilai rata rata
dari proses pengujian 3 sampel dengan hasil sebesar 3,28 MPa dan hasil analisis
dari kuat tarik belah secara toeritis menunjukkan nilai sebasar 3,53 MPa. Dari hasil
ini terlihat perbedaan nilai dimana kuat tarik belah teoritis lebih besar 7.04% dari
kuat tarik belah eksperimental. Sedangkan pada hasil pengujian kuat tarik belah
beton serat 36mm yang dilakukan secara eksperimental dengan nilai sebesar 3.39
MPa dan pada kuat tarik belah teoritis sebesar 3,59 MPa. Hasil diatas menunjukkan
adanya perbedaan nilai dimana kuat tarik belah secara teoritis lebih besar 5,45%
dari nilai kuat tarik belah secara eksperimental. Dapat dilihat pula pada pengujian
41
kuat tarik belah beton serat 48mm pada tabel 4.6 menunjukkan nilai kuat tarik belah
eksperimental yang di ambil dari nilai rata rata dari proses pengujian 3 sampel
dengan hasil sebesar 4,04 MPa, dan dapat dilihat pula dari hasil analisis dari kuat
tarik belah secara toeritis menunjukkan nilai sebasar 4,07 MPa. Dari hasil ini
terlihat perbedaan nilai dimana kuat tarik belah teoritis lebih besar 0.83% dari kuat
tarik belah eksperimental. Pada tabel 4.6 menunjukkan hasil analisis kuat tarik
belah beton serat 60mm yang dilakukan dengan dua cara. Yaitu dangan cara
eksperimental dan teoritis, dapat dilihat bahwa nilai kuat tarik belah secara
eksperimental sebesar 4.35 MPa dan cara teoritis sebesar 3,81 MPa. Hasil diatas
menunjukkan adanya perbedaan nilai dimana kuat tarik belah secara teoritis lebih
besar 12,44% dari nilai kuat tarik belah secara eksperimental.
Gambar 4.6 Kuat Tarik Belah Eksperimental
Berdasarkan gambar 4.6 menunjukkan peningkatan kekuatan pada semua
variasi beton serat. Dari hasil diatas dapat menunjukkan nilai kuat tarik belah pada
beton normal sebesar 3,28 MPa. Sedangkan hasil pegujian pada kuat tarik belah
variasi beton serat 36mm mendapatkan nilai sebasar 3,59 MPa. Dari hasil ini dapat
dilihat peningkatan kekuatan dari beton normal ke beton serat 36mm sebesar
3,57 %
23,27 %
32,71 %
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
4,50
5,00
Ku
at
Ta
rik
Bel
ah
(M
Pa
)
normal 36mm 48mm 60mm
42
3,57%. Sedangkan pada variasi beton serat 48mm dari hasil pengujian yang telah
dilalukan dengan nilai sebesar 4,04 MPa. Hasil ini menunjukkan bahwa
peningkatan kekuatan kuat Tarik belah dari beton normal ke beton serat 48mm
sebesar 23,27%. Hasil pengujian kuat Tarik belah beton pada serat 60mm
menunjukkan nilai sebesar 4,35 MPa, hasil ini menunjukkan peningkatan kekuatan
dari beton normal ke beton serat 60mm sebesar 32,71%. Dari hasil ini dapat dilihat
bahwa variasi beton serat 60mm yang mendapatkan peningkatan kekuatan terbesar
dari semua variasi yang telah dibuat dangan peningkatan kekuatan sebesar 32,71%
dari beton normal.
Gambar 4.7 Grafik Hubungan Beban dan Displacement Kuat Tarik belah Beton
Dari kondisi gambar 4.7 dapat dilihat perbedaan dari setiap variasimya. Pada
variasi beton normal setelah beban maksimum pada beton tersebut langsung
mengalami kehancuran, sedangkan berbeda dengan beton yang telah ditambahkan
serat. Dapat dilihat pada variasi beton serat 36mm setelah beban puncak sebesar
106,62 kN beton tidak langsung mengalami kehancuran, hanya mengalami
penurunan beban karena efek dari penambahan serat dimana serat dapat menahan
keruntuhan beton karena ada ikatan antara beton dan serat. Begitu pula yang terjadi
pada beton serat 48mm ketika beban maksimum sebesar 126,91 kN telah terlewati,
beton tidak langsung mengalami kehancuran tetapi hanya mengalami penurunan
0
20
40
60
80
100
120
140
160
0 0,25 0,5 0,75 1 1,25
Beb
an
(k
N)
Displacement (mm)
Normal
36mm
48mm
60mm
43
beban dikarenakan adanya ikatan antara serat dan beton yang dapat meredam
displacement akibat adanya beban vertikal yang diberikan agar beton tidak
langsung mengalami kehancuran. Dapat dilihat juga pada beton serat 60mm setelah
beban maksimum sebesar 136,62 kN, beton tidak langsung mengalami kehancuran
dan hanya mengalami penurunan beban. Tetapi pada kondisi ini berbeda dengan
kondisi penurunan beban pada beton serat 48mm dimana penurunan beban pada
beton serat 60mm lebih besar dibandingkan dibandingkan beton serat 48mm. Dari
grafik tersebut dapat kita lihat pengaruh penambahan serat pada beton dimana beton
serat 60mm lebih besar beban maksimumnya dibandingkan dengan beton serat
48mm tetapi pada saat penurunan beban ada perbedaan dimana beton serat 60mm
mengalami penurunan sebesar 24.08% sedangkan pada beton serat 48mm sebesar
20.94%. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa beton serat 60mm mendapatkan
peningkatan kekuatan tarik belah tertinggi tetapi dari hasil analisis diatas beton serat
48mm yang terbaik dan dapat dijadikan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.
Gambar 4.8 Pengujian kuat tarik belah
4.3.4. Kuat Lentur
Pengujian lentur dilakukan pada balok beton yang telah berumur 28 hari.
Sampel yang diuji berupa balok beton dengan ukuran panjang 40 cm, lebar 10 cm
dan tinggi 10 cm sebanyak 3 sampel disetiap variasinya. Pengujian ini mengacu
pada SNI 4431-2011 (Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik
pembebanan). Hasil pengujian kuat lentur dapat dilihat pada tabel 4.6.
44
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Kuat Lentur Balok Beton
Variasi
Beton No.
Dimensi Beban
Panjang
Bentangan
Modulus
Keruntuhan
Modulus Keruntuhan
(MPa) Lebar Tinggi Panjang
(mm) (mm) (mm) (kN) (mm) (MPa) Eksperimental Teoritis
Normal
1 100 100 400 13,38 300 4,01
4,10 3,12 2 100 100 400 13,96 300 4,19
3 100 100 400 12,81 300 3,84
Serat
36mm
4 100 100 400 14,69 300 4,41
4,39 3,18 5 100 100 400 14,54 300 4,36
6 100 100 400 14,64 300 4,39
Serat
48mm
7 100 100 400 17,48 300 5,25
5,26 3,61 8 100 100 400 17,33 300 5,20
9 100 100 400 17,78 300 5,33
Serat
60mm
10 100 100 400 19,57 300 5,87
5,76 3,37 11 100 100 400 18,83 300 5,65
12 100 100 400 18,55 300 5,57
Dari hasil pengujian kuat lentur balok beton normal pada tabel 4.6
menunjukkan nilai kuat lentur eksperimental yang di ambil dari nilai rata rata dari
proses pengujian 3 sampel dengan hasil sebesar 4,10 MPa. Dapat dilihat pula dari
hasil analisis dari kuat lentur secara toeritis menunjukkan nilai sebasar 3,12 MPa.
Dari hasil ini terlihat perbedaan nilai dimana kuat lentur eksperimental lebih besar
22.23% dari kuat lentur teoritis. Sedangkan hasil pengujian kuat lentur balok beton
serat 36mm pada tabel 4.6 menunjukkan kuat lentur eksperimental yang di ambil
dari nilai rata rata dari proses pengujian 3 sampel dengan hasil sebesar 4,39 MPa,
dan dapat dilihat pula dari hasil analisis dari kuat lentur secara toeritis menunjukkan
nilai sebasar 3,18 MPa. Dari hasil ini terlihat perbedaan nilai dimana kuat lentur
eksperimental lebih besar dari kuat lentur teoritis dengan selisih sebesar 27.53%.
Dilihat pada tabel di atas memperlihatkan hasil pengujian kuat lentur balok beton
serat 48mm yang dilakukan dengan dua cara. Yaitu dangan cara eksperimental dan
teoritis, dapat dilihat bahwa nilai kuat lentur eksperimental sebesar 5.26 MPa dan
cara teoritis sebesar 3,61 MPa. Hasil ini menunjukkan adanya perbedaan nilai
45
dimana kuat lentur secara eksperimental lebih besar 31,39% dari nilai kuat lentur
secara teoritis. Pada pengujian kuat lentur balok beton serat 60mm pada tabel 4.6
menunjukkan nilai kuat tarik belah eksperimental yang di ambil dari nilai rata rata
dari proses pengujian 3 sampel dengan hasil sebesar 5,76 MPa. Dapat dilihat pula
dari hasil analisis dari kuat lentur secara toeritis menunjukkan nilai sebasar 3,37
MPa. Dari hasil ini terlihat perbedaan nilai dimana kuat lentur eksperimental lebih
besar 40.77% dari kuat lentur teoritis.
Gambar 4.9 Modulus Keruntuhan Eksperimental
Dari keempat hasil pengujian pada gambar 4.9 menunjukkan adanya
peningkatan kekuatan lentur pada variasi beton serat. Dari hasil pengujian pada
beton normal mendapatkan nilai sebesar 4.10 MPa. Sedangkapn padan beton serat
36mm mendapatkan nilai sebesar 4,93 MPa, dari hasil ini dapat dilihat peningkatan
kekuatan dari beton normal ke beton serat 36mm sebesar 9,28%. Dapat dilihat pula
hasil pengujian yang telah dilakukan pada beton serat 48mm dangan nilai sebesar
5,26 MPa, maka dari hasil pengujian ini dapat dilihat bahwa peningkatan kekuatan
dari beton normal ke beton serat 48mm sebesar 30,30%. Sedangkan pada hasil
pengujian pada beton serat 60mm mendapatkan nilai sebesar 5,76 MPa, dari hasil
tersebut terlihat peningkatan yang terjadi pada beton normal ke beton serat 60mm
9,28%
30,30%
41,82%
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
Mo
du
lus
Ker
un
tuh
an
(MP
a)
normal 36mm 48mm 60mm
46
sebesar 41,82%. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa peningkatan kekuatan terbesar
terjadi pada variasi beton serat 60mm dengan nilai peningkatan kekuatan sebesar
41,82% dari beton normal.
Gambar 4.10 Grafik Hubungan Beban dan Lendutan Kuat Lentur Balok Beton
Dari empat kondisi pada gambar 4.10 terliat peningkatan kekuatan dan
perbedaan lendutan disetiap variasinya. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa
penambahan serat kawat bendrat pada campuran beton mampu meningkatkan
kekuatan lentur pada beton dan ketahanan terhadap keruntuhan. Dapat dilihat
bahwah semakin panjang serat semakin besar kekuatan lentur yang dapat dipikul
oleh beton. Dari hasil ini pula dapat dilihat pengaruh penambahan serat terhadap
ketahanan terhadap keruntuhan. Pada beton normal disaat menerima beban
maksimum sebesar 13,38 MPa beton langsung mengalami keruntuhan dikarnakan
beton lemah terhadap lentur, berbeda dengan beton yang telah ditambahkan serat,
dengan variasi serat panjang 36mm yang dapat dilihat pada grafik diatas dimana
setelah menerima beban puncak sebesar 14,62 MPa beton tidak langsung hancur
dikarnakan ada serat yang menahan beton sebelum mengalami keruntuhan.
Sedangkan pada beton serat 48mm dapat dilihat pada grafik setelah beban puncak
sebesar 17,53 MPa beton tidak langsung hancur, hanya mengalami penurunan
beban sebesar 26,39% dari beban maksimum dan beban tersebut bertahan dan turun
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
0,00 1,00 2,00 3,00
Beb
an
(k
N)
Lendutan (mm)
Normal
36mm
48mm
60mm
47
dengan lambat sebelum beton tersebut mengalami keruntuhan dikarnakan pengaruh
serat yang saling mengikat antara beton kanan dan kiri yang mengalami keretakan.
Dapat dilihat lagi pada beton serat 60mm setelah mengalami beban puncak sebesar
18,98 MPa, terjadi penurunan beban berbentuk parabola hingga bebannya
menghampiri statis dengan penurunan beban sebesar 42,67% dari brban
maksimum, tetapi pada saat penurunan beban dapat dilihat pada grafik
menunjukkan penurunan beban yang terjadi pada beton serat 60mm lebih besar dari
beton serat 48mm. kondisi ini dapat menjawab bahwa beton serat 48mm memiliki
beban puncak yang lebih kecil dari beton serat 60mm tetapi dapat menahan beban
lebih besar setalah beban puncak terjadi, berbeda dangan beton serat 60mm dimana
beban puncaknya lebih besar dari beton serat 48mm tetapi setelah beban maksimum
dapat dilihat pada grafik beton serat 48mm yang lebih besar menahan beban setelah
terjadinya beban maksimum. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa beton serat 48mm
yang terbaik dan dapat dijadikan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.
Gambar 4.11 Pengujian Kuat Lentur Balok Beton
48
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Penambahan serat kawat bendrat pada beton normal dapat mempengaruhi
perilaku beton, beton yang ditambahkan serat kawat bendrat bersifat lebih
kuat dibandingkan beton tanpa serat. Hal ini terlihat dari peningkatan
kekuatan yang terjadi pada kuat tekan, kuat tarik belah dan kuat lentur.
Sedangkan pada modulus elastisitas beton serat relatif lebih rendah dari
modulus elastisitas beton normal.
2. Penambahan serat kawat bendrat dengan panjang 36mm, 48mm, 60mm
membuat perilaku beton berbeda beda. Hal tersebut terlihat disetiap pengujian
yang telah dilakukan, pada pengujian kuat tekan dapat dilihat peningkatan
kekuatan yang terjadi untuk beton serat 36mm sebesar 3,75%, untuk beton
serat 48mm sebesar 25,12%, dan untuk beton serat 60mm sebesar 12,29%.
Dari hasil ini maka beton serat 48mm adalah beton serat yang peningkatan
kekuatan tekannya terbesar sebesar 25,12%. Sedangkan pada pengujian kuat
tarik belah dapat dilihat peningkatan kekuatan dari beton serat 36mm sebesar
3,57%, beton serat 48mm sebesar 23,27%, dan beton serat 60mm sebesar
32,71%. Maka dapat dilihat peningkatan kekuatan tarik belah tersebasar
adalah beton serat dengan panjang 60mm sebesar 32,71%. Begitupun pada
pengujian kekuatan lentur, beton serat 36mm, 48mm, dan 60mm mengalami
kenaikan kekuatan sebesar 9,28% untuk beton serat 36mm, 30,30% untuk
beton serat 48mm, dan 41,82mm untuk beton serat 60mm. Dari hasil ini maka
beton serat 60mm adalah beton serat yang peningkatan kekuatan lentur yang
terbesar sebesar 41,82%.
5.2. Saran
1. Sebaiknya untuk penilitian selanjutnya menambahkan bahan tambah
pengencer beton dikarnakan workability beton setelah ditambahkan serat
sangat rendah.
49
2. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan variasi volume
penambahan serat kawat bendrat.
3. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh penambahan
serat kawat bendrat pada perilaku pull out beton.
DAFTAR PUSTAKA
Ariatama, Ananta (2007). Pengaruh Pemakaian Serat Kawat Berkait Pada
Kekuatan Beton Mutu Tinggi Berdasarkan Optimasai Diameter Serat.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Asroni, A. (2010). Balok dan Pelat Beton Bertulang. Cetakan Pertama.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
American Standard for Testing and Material. Standard Test Method for Static
Modulus of Elasticity and Poisson’s Ratio of Concrete in Compression.
C 469 – 02. United states.
American Concrete Institute. (2008). Building Code Requirements for
Structural Concrete ACI 318-08 and Commentary. United states.
Felany, Duan. (2004). Compressive Strength And Split Tension Strength Of
Concrete With Additing Polypropylene Strapping Brand. Universitas
sebelas maret. Surakarta.
Faizah, Poppy Nitiranda. (2017). Perbandingan Pengaruh Penambahan Serat
Bendrat Lurus (Straight) Dengan Serat Bendrat Berkait (Hooked) Terhadap
Prilaku Beton Dengan Beban Tekan Berulang. Universitas Lampung.
Bandar Lampung
Haryanto, Yanuar. (2006). Kajian Ketahanan Kejut Beton Ringan Serat
Alumunium Dengan Agregat Alwa. Universitas Jenderal Soedirman.
Purwokerto.
Hendri, Adi Saputra. (2011). Studi Perilaku Susut dan Kuat Tekan Pada Beton
Dengan Menggunakan Serat Kawat Bendrat. Universitas Indonesia. Depok
Hafiz, Ahmad. (2015). Pengaruh Pemberian Jumlah Dan Rasio (L/D) Serat
Bendrat Terhadap Sifat Mekanik Beton. Universitas Muhammadiyah.
Malang.
Ilham, Ifrah Nur Qalbi. (2016). Flexural Toughness Pada Beton Dengan Material
Subtitusi Agregat (Steel Fiber, Crumb Rubber Dan Tire Chips). Universitas
Hasanuddin. Makassar
McCormac, Jack C. (2004). Desain Beton Bertulang Jilid I. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Nawy, E. G. 1990. Beton Bertulang; Suatu Pendekatan Dasar. Bandung: PT.
Eresco.
Napitupulu, Mariance. (2013). Analisa Dan Kajian Eksperimental Pengaruh
Penambahan Serat Bendrat (Serat Kawat) Pada Daerah Tarik Balok Beton
Bertulang. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Saifudin, Ahmad. (2015). Pengaruh Dosis, Aspek Rasio dan Distribusi Serat Terhadap
Kuat Lentur Dan Kuat Tarik Belah Beton Berserat Baja. Universitas Sebelas
Maret. Surakarta.
Silalahi, Rodo r. N. (2013). Perbandingan Kuat Lentur Balok Beton Bertulang
Dengan Pemakaian Fiber Baja Dan Pemakaian Fiber Bendrat. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Standar Nasional Indonesia (SNI). 2011. Cara Uji Kuat Tekan Beton Dengan
Benda Uji Silinder. SNI 1974-2011. Badan Standarnisasi Nasional.
Standar Nasional Indonesia (SNI). 2011. Cara Uji Kuat Lentur Beton Normal
Dengan Dua Titik Pembebanan. SNI 4431-2011. Badan Standarnisasi
Nasional.
Standar Nasional Indonesia (SNI). 2013. Persyaratan Beton Struktural Untuk
Bangunan Gedung. SNI 2847-2013. Badan Standarnisasi Nasional.
Standar Nasional Indonesia (SNI). 2014. Metode uji Kekuatan Tarik Belah Beton
silinder. SNI 2491-2014. Badan Standarnisasi Nasional.
Sofyan, Yanny Febry Fitriani. (2018). Perilaku Lentur Balok Beton Bertulang
Material Retrofit Wiremesh Dan SCC Dengan Overlapping Tulangan Pada
Sepertiga Bentangan. Universitas Hasanuddin. Makassar
Wang,Chu-Kia, Salmon ,Charles G. (1993). Disain Beton Bertulang Jilid 1.
Jakarta : Erlangga.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Pemeriksaan Agregat
Tabel Rekapitulasi Hasil Pengamatan Agregat Halus
No. Karakteristik agregat Interval Hasil
pengamatan Keterangan
1 Kadar lumpur Maks 5% 1,60% Memenuhi
2 Kadar organik < NO. 3 NO. 1 Memenuhi
3 Kadar air 0,5% - 5% 1,67% Memenuhi
4 Berat volume
a. Kondisi lepas 1,4 - 1,9 kg/liter 1,78 Memenuhi
b. Kondisi padat 1,4 - 1,9 kg/liter 1,81 Memenuhi
5 Absorpsi 0,2% - 4% 1,42% Memenuhi
6 Berat jenis spesifik
a. Bj. Semu 1,6 - 3,3 2,35 Memenuhi
b. Bj. Curah 1,6 - 3,3 2,28 Memenuhi
c. Bj. kering permukaan 1,6 - 3,3 2,31 Memenuhi
7 Modulus kehalusan 1,50 - 3,80 2,60 Memenuhi
1. Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Halus
A. Berat kering sebelum dicuci = 1000,00 gram
B. Berat kering setelah dicuci = 984,00 gram
Kadar
lumpur
= A - B
X 100%
A
= 1000,00 - 984,00 X 100% = 1,60%
1000,00
2. Pemeriksaan Kadar Organik Agregat Halus
Pemeriksaan pada standar warna menunjukkan warna No. 1 sehingga dapat
disimpulkan bahwa kadar organik pada Agregat Halus tersebut tergolong
rendah dan dapat digunakan sebagai bahan campuran beton tanpa harus dicuci
terlebih dahulu.
3. Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus
Kode Keterangan Berat
A Berat talangan (gram) 131
B Berat talang + benda uji (gram) 1631
C Berat benda uji = B - A (gram) 1500
D Berat benda uji kering (gram) 1475,4
Kadar
air =
C - D X
100%
1,67% D
4. Pemeriksaan Berat Volume Agregat Halus
Kode Keterangan Lepas Padat
A Volume mould (liter) 6,430 6,430
B Berat bohler kosong (kg) 3,770 3,770
C Berat mould + benda uji (kg) 15,210 15,430
D Berat benda uji (C - B) 11,440 11,660
E Berat volume = D
(kg/liter)
1,78 1,81 A
5. Berat Jenis & Penyerapan Agregat Halus
A. Berat flask = 180 gram
B. Berat contoh kondisi SSD di udara = 500 gram
C. Berat flask + air + contoh SSD = 1086 gram
D. Berat flask + air (standar) = 802 gram
E. Berat contoh kering oven di
udara = 493 gram
Berat Jenis Semu = E
E + D - C
=
493 = 2,35 493 + 802 - 1086
Berat Jenis Curah = E
B + D - C
=
493 = 2,28 500 + 802 - 1086
Berat Jenis Kering
Permukaan =
B
B + D - C
=
500 = 2,31 500 + 802 - 1086
Penyerapan Air = B - E
X 100%
E
=
500 - 493 X 100% = 1,42% 493
6. Analisa Saringan Agregat Halus
Nomor
saringan Berat tertahan
Persen
tertahan
Kumulatif
Persen
Tertahan
Persen
lolos
mm gram % % %
4 10,00 1,00 1,00 99,00
8 86,00 8,60 9,60 90,40
16 196,00 19,60 29,20 70,80
30 214,00 21,40 50,60 49,40
50 235,00 23,50 74,10 25,90
100 218,00 21,80 95,90 4,10
200 27,00 2,70 98,60 1,40
pan 14,00 1,40 100,00 0,00
JUMLAH 1000,00 100,00 459,00
Modulus Kehalusan Agregat
Halus =
260,40 = 2,60
100
Tabel Rekapitulasi Hasil Pengamatan Agregat Kasar
No Karakteristik agregat Interval Hasil
pengamatan Keterangan
1 Kadar lumpur Maks 1% 0,24% Memenuhi
2 Keausan Maks 50% 26,14% Memenuhi
3 Kadar air 0,5% - 2% 1,56% Memenuhi
4 Berat volume
a. Kondisi lepas 1,6 - 1,9 kg/liter 1,80 Memenuhi
b. Kondisi padat 1,6 - 1,9 kg/liter 1,83 Memenuhi
5 Absorpsi Maks 4% 2,85% Memenuhi
6 Berat jenis spesifik
a. Bj. Semu 1,6 - 3,3 2,98 Memenuhi
b. Bj. Curah 1,6 - 3,3 2,75 Memenuhi
c. Bj. kering permukaan 1,6 - 3,3 2,83 Memenuhi
7 Modulus kekasaran 6,0 - 7,1 7,08 Memenuhi
1. Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Kasar
A. Berat kering sebelum
dicuci = 1000 gram
B. Berat kering setelah
dicuci = 997 gram
Kadar
lumpur
= A - B
X 100%
A
= 1000 - 997
X 100% = 0,240% 1000
2. Pemeriksaan Keausan Agregat Kasar
Jumlah bola baja = 12 buah
Jumlah putaran = 500 kali
Berat kering agregat = 5000 gram
Berat kering agregat setelah dimasukkan ke mesin
= 3693 gram Los Angeles dan tertahan saringan no.12 (B)
Keausan = A - B
X 100%
A
= 5000 - 3693
X 100% = 26,14% 5000,00
3. Pemeriksaan Kadar Air Agregat Kasar
Kode Keterangan Berat
A Berat tempat / talam (gram) 171
B Berat tempat + benda uji (gram) 2171
C Berat benda uji = B – A (gram) 2000
D Berat benda uji kering (gram) 1969
Kadar
air =
C - D X
100%
1,56% D
4. Pemeriksaan Berat Volume Agregat Kasar
Kode Keterangan Lepas Padat
A Volume mould (liter) 6,430 6,430
B Berat bohler kosong (kg) 3,770 3,770
C Berat mould + benda uji (kg) 15,350 15,530
D Berat benda uji (C - B) 11,580 11,760
E Berat volume Kering = D
(kg/liter)
1,80 1,83 A
5. Berat Jenis & Penyerapan Agregat Kasar
A. Berat contoh kondisi SSD di udara = 2500 gram
B. Berat contoh kondisi SSD dalam air = 1617 gram
C. Berat contoh kering oven di
udara = 2430 gram
Berat Jenis Semu = C
= 2431
= 2,99 C - B 2431 - 1617
Berat Jenis Curah = C
= 2431
= 2,75
A - B 2500 - 1617
Berat Jenis Kering
Permukaan =
A =
2500 = 2,83
A - B 2500 - 1617
Penyerapan Air = A - C
X 100%
C
= 2500 - 2431 X 100% = 2,85%
2431
6. Analisis Saringan Agregat Kasar
Nomor
Saringan Berat Tertahan
Persen
Tertahan
Kumulatif
Persen
Tertahan
Persen
lolos
mm gram % % %
1 3/4" 0,00 0,00 0,00 100,00
1 1/2" 0,00 0,00 0,00 100,00
1" 0,00 0,00 0,00 100,00
3/4" 659,00 32,95 32,95 67,05
3/8" 858,00 42,90 75,85 24,15
4 483,00 24,15 100,00 0,00
8 0,00 0,00 100,00 0,00
16 0,00 0,00 100,00 0,00
30 0,00 0,00 100,00 0,00
50 0,00 0,00 100,00 0,00
100 0,00 0,00 100,00 0,00
200 0,00 0,00 100,00 0,00
PAN 0,00 0,00 100,00 0,00
JUMLAH 2000,00 100,00 908,80 391,20
Modulus Kekasaran
Agregat Kasar =
708,80 = 7,088
100,00
Lampiran 2. Rancangan Campuran Beton
Data :
= cm
= Mpa
=
= mm
=
=
=
=
=
=
=
=
= kg/m3
= m3
DEVELOPMENT OF ENVIRONMENT METHOD (DOE)
a. Menentukan deviasi standar
Berdasarkan nilai kuat tekan yang disyaratkan yaitu 350 kg/cm2 (silinder), maka :
Deviasi standar (Sr) = 60 kg/cm2 = 5,0765 MPa > 4 MPa
b. Menghitung nilai tambah (margin)
M =
= 1,64 X 5,08 = MPa
c. Menghitung kuat tekan rata-rata
f'cr = f'c + M
f'cr = 25,0 + = Mpa = kg/cm2
d. Penetapan Type Semen
e. Penetapan Faktor Air Semen
Besar faktor air semen (fas) diambil dari harga terkecil fas yang diperoleh dari:
- berdasarkan kuat tekan rata-rata (f'cr) =
- fas max ditentukan =
RANCANG CAMPURAN BETON
(CONCRETE MIX DESIGN)
12
25,0
2,60
20
2,31
Slump
F'c yang syaratkan
Modulus kehalusan pasir
Ukuran maksimum agregat
2,83
1,67%
1,42%
1,56%
2,85%
37,13%
62,87%
1800
0,2736
1.64 X Sr
8,33
8,33 33,33 393,88
Digunakan semen Type I
0,462
0,462
Absorbsi kerikil (Rk)
Persentase gabungan terbaik :
a. pasir
b. kerikil
Berat volume kering lepas kerikil
Volume Benda uji
Berat jenis spesifik SSD pasir
Berat jenis spesifik SSD kerikil
Kadar air pasir (Wp)
Absorbsi pasir (Rp)
Kadar air kerikil (Wk)
f. Penetapan kadar air bebas
Kadar air bebas alami (Wf) = 180 kg/m3 beton
Kadar air bebas bt. pecah (Wc) = 205 kg/m3 beton
Kadar air bebas = (2/3 X Wf) + (1/3 X Wc)
= ( 2/3 X 180 ) + ( 1/3 X 205 )
= kg/m3 beton
g. Penetapan kadar semen
Kadar semen minimum = 375 kg/m3 beton
(tabel 5.5, diktat kuliah Rekayasa Bahan/Bahan Bangunan, hal. 33)
Diambil yang terbesar dari kedua kadar semen tersebut, sehingga :
h. Berat jenis gabungan agregat
Bj. Gabungan = a . Bj. Spesifik SSD pasir + b . Bj. Spesifik SSD kerikil
Bj. Gabungan = 0,37 X 2,31 + 0,63 X 2,83 = 2,64
j. Menentukan volume total agregat
volume semen = jumlah semen / bj semen
= /
= liter
volume air = jumalh air / bj air
= /
= liter
volume udara = 4,00 % x liter (asumsi kadar air udara 4%)
= 40 liter
volume agregat = - - -
= - - -
= liter
i. Berat masing-masing agregat
volume pasir = X = liter
volume kerikil = X = liter
Jumlah = liter
Berdasarkan nilai slump 12 cm dan f maksimum agregat 10 mm, maka diperoleh :
188,33
Kadar semen =Kadar air bebas
=188,00
Faktor air semen (fas) 0,46
fas =188,00
= 0,50375
= 407,26 kg/m3 beton
407,26 3,15
129,29
188,33 1,00
188,33
1000,00
1000,00 volume semen volume air vol. Udara
1000,00 129,29 188,33 40,00
642,38
37,13% 642,38 238,52
62,87% 642,38 403,86
642,38
Bahan Beton berat (kg) volume (liter) density (kg/liter)
Air 188,33 188,33 1,00000
403,86 2,83000
Semen 407,26 129,29 3,15000
Udara 0 40,00 -
Jumlah 2289,5 1000,00
pasir 551,0 238,52 2,31000
kerikil 1142,9
< dari fas maksimum = 0,52
j. Hasil mix design SSD karakteristik agregat
Air (Wa) = kg/m3 beton
Semen (Ws) = kg/m3 beton
pasir (BSSDp) = kg/m3 beton
kerikil (BSSDk) = kg/m3 beton
k. Koreksi campuran beton untuk pelaksanaan (Koreksi secara eksak)
( 1 + ) X ( 1 - )
= kg/m3 beton
( 1 + ) X ( 1 - )
= kg/m3 beton
Perencanaan mix design adalah sebagai berikut :
188,33
407,26
550,97
1142,93
Berat lapangan pasir (BLp) =BSSDp
(1 + Rp) . (1 - Wp)
=550,97
=550,97
0,0142 0,0167 0,997263
552,48
Berat lapangan kerikil (BLk) =BSSDk
(1 + Rk) . (1 - Wk)
=1142,93
=1142,93
0,0285 0,0156 1,012455
1128,87
Bahan Beton Berat jenis (kg/m³) Berat (kg) volume (m³)
Air 1,00000 188,00 188,00000
Semen 3,15000 407,00 129,20635
Udara - 40
pasir 2,31000 551,33 238,66928
kerikil 2,83000 1143,67 404,12437
Jumlah 1000,00
BAHAN BETON BERAT/M3
BETON (kg)BERAT UTK
1 SAMPEL (kg)
Air 188,00 51,4 187,726
Semen 407,00 111,4 406,406
1143,67 312,9 1142,002
pasir 551,33 150,8 550,521
serat 55,14 15,086 55,060
kerikil
Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Penyiapan Serat Kawat Bendrat
Gambar 2. Pembuatan Benda Uji
Gambar 3. Uji slump beton
Gambar 4. Pengecoran sampel benda uji
Gambar 5. Pembongkaran Mould sampel
Gambar 6. Curing beton
Gambar 7. Pengujian kuat tekan
Gambar 8. Pengujian Kuat Tarik Belah
Gambar 9. Pengujian Kuat Lentur
Gambar 10. Pola Retak Kuat Tekan
Gambar 11. Pola Retak Kuat Tarik Belah
Gambar 12. Pola Retak Kuat Lentur
Gambar 13. Distribusi Material
LAMPIRAN
Lampiran 1. Pemeriksaan Agregat
Tabel Rekapitulasi Hasil Pengamatan Agregat Halus
No. Karakteristik agregat Interval Hasil
pengamatan Keterangan
1 Kadar lumpur Maks 5% 1,60% Memenuhi
2 Kadar organik < NO. 3 NO. 1 Memenuhi
3 Kadar air 0,5% - 5% 1,67% Memenuhi
4 Berat volume
a. Kondisi lepas 1,4 - 1,9 kg/liter 1,78 Memenuhi
b. Kondisi padat 1,4 - 1,9 kg/liter 1,81 Memenuhi
5 Absorpsi 0,2% - 4% 1,42% Memenuhi
6 Berat jenis spesifik
a. Bj. Semu 1,6 - 3,3 2,35 Memenuhi
b. Bj. Curah 1,6 - 3,3 2,28 Memenuhi
c. Bj. kering permukaan 1,6 - 3,3 2,31 Memenuhi
7 Modulus kehalusan 1,50 - 3,80 2,60 Memenuhi
1. Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Halus
A. Berat kering sebelum dicuci = 1000,00 gram
B. Berat kering setelah dicuci = 984,00 gram
Kadar
lumpur
= A - B
X 100%
A
= 1000,00 - 984,00 X 100% = 1,60%
1000,00
2. Pemeriksaan Kadar Organik Agregat Halus
Pemeriksaan pada standar warna menunjukkan warna No. 1 sehingga dapat
disimpulkan bahwa kadar organik pada Agregat Halus tersebut tergolong
rendah dan dapat digunakan sebagai bahan campuran beton tanpa harus dicuci
terlebih dahulu.
3. Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus
Kode Keterangan Berat
A Berat talangan (gram) 131
B Berat talang + benda uji (gram) 1631
C Berat benda uji = B - A (gram) 1500
D Berat benda uji kering (gram) 1475,4
Kadar
air =
C - D X
100%
1,67% D
4. Pemeriksaan Berat Volume Agregat Halus
Kode Keterangan Lepas Padat
A Volume mould (liter) 6,430 6,430
B Berat bohler kosong (kg) 3,770 3,770
C Berat mould + benda uji (kg) 15,210 15,430
D Berat benda uji (C - B) 11,440 11,660
E Berat volume = D
(kg/liter)
1,78 1,81 A
5. Berat Jenis & Penyerapan Agregat Halus
A. Berat flask = 180 gram
B. Berat contoh kondisi SSD di udara = 500 gram
C. Berat flask + air + contoh SSD = 1086 gram
D. Berat flask + air (standar) = 802 gram
E. Berat contoh kering oven di
udara = 493 gram
Berat Jenis Semu = E
E + D - C
=
493 = 2,35 493 + 802 - 1086
Berat Jenis Curah = E
B + D - C
=
493 = 2,28 500 + 802 - 1086
Berat Jenis Kering
Permukaan =
B
B + D - C
=
500 = 2,31 500 + 802 - 1086
Penyerapan Air = B - E
X 100%
E
=
500 - 493 X 100% = 1,42% 493
6. Analisa Saringan Agregat Halus
Nomor
saringan Berat tertahan
Persen
tertahan
Kumulatif
Persen
Tertahan
Persen
lolos
mm gram % % %
4 10,00 1,00 1,00 99,00
8 86,00 8,60 9,60 90,40
16 196,00 19,60 29,20 70,80
30 214,00 21,40 50,60 49,40
50 235,00 23,50 74,10 25,90
100 218,00 21,80 95,90 4,10
200 27,00 2,70 98,60 1,40
pan 14,00 1,40 100,00 0,00
JUMLAH 1000,00 100,00 459,00
Modulus Kehalusan Agregat
Halus =
260,40 = 2,60
100
Tabel Rekapitulasi Hasil Pengamatan Agregat Kasar
No Karakteristik agregat Interval Hasil
pengamatan Keterangan
1 Kadar lumpur Maks 1% 0,24% Memenuhi
2 Keausan Maks 50% 26,14% Memenuhi
3 Kadar air 0,5% - 2% 1,56% Memenuhi
4 Berat volume
a. Kondisi lepas 1,6 - 1,9 kg/liter 1,80 Memenuhi
b. Kondisi padat 1,6 - 1,9 kg/liter 1,83 Memenuhi
5 Absorpsi Maks 4% 2,85% Memenuhi
6 Berat jenis spesifik
a. Bj. Semu 1,6 - 3,3 2,98 Memenuhi
b. Bj. Curah 1,6 - 3,3 2,75 Memenuhi
c. Bj. kering permukaan 1,6 - 3,3 2,83 Memenuhi
7 Modulus kekasaran 6,0 - 7,1 7,08 Memenuhi
1. Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Kasar
A. Berat kering sebelum
dicuci = 1000 gram
B. Berat kering setelah
dicuci = 997 gram
Kadar
lumpur
= A - B
X 100%
A
= 1000 - 997
X 100% = 0,240% 1000
2. Pemeriksaan Keausan Agregat Kasar
Jumlah bola baja = 12 buah
Jumlah putaran = 500 kali
Berat kering agregat = 5000 gram
Berat kering agregat setelah dimasukkan ke mesin
= 3693 gram Los Angeles dan tertahan saringan no.12 (B)
Keausan = A - B
X 100%
A
= 5000 - 3693
X 100% = 26,14% 5000,00
3. Pemeriksaan Kadar Air Agregat Kasar
Kode Keterangan Berat
A Berat tempat / talam (gram) 171
B Berat tempat + benda uji (gram) 2171
C Berat benda uji = B – A (gram) 2000
D Berat benda uji kering (gram) 1969
Kadar
air =
C - D X
100%
1,56% D
4. Pemeriksaan Berat Volume Agregat Kasar
Kode Keterangan Lepas Padat
A Volume mould (liter) 6,430 6,430
B Berat bohler kosong (kg) 3,770 3,770
C Berat mould + benda uji (kg) 15,350 15,530
D Berat benda uji (C - B) 11,580 11,760
E Berat volume Kering = D
(kg/liter)
1,80 1,83 A
5. Berat Jenis & Penyerapan Agregat Kasar
A. Berat contoh kondisi SSD di udara = 2500 gram
B. Berat contoh kondisi SSD dalam air = 1617 gram
C. Berat contoh kering oven di
udara = 2430 gram
Berat Jenis Semu = C
= 2431
= 2,99 C - B 2431 - 1617
Berat Jenis Curah = C
= 2431
= 2,75
A - B 2500 - 1617
Berat Jenis Kering
Permukaan =
A =
2500 = 2,83
A - B 2500 - 1617
Penyerapan Air = A - C
X 100%
C
= 2500 - 2431 X 100% = 2,85%
2431
6. Analisis Saringan Agregat Kasar
Nomor
Saringan Berat Tertahan
Persen
Tertahan
Kumulatif
Persen
Tertahan
Persen
lolos
mm gram % % %
1 3/4" 0,00 0,00 0,00 100,00
1 1/2" 0,00 0,00 0,00 100,00
1" 0,00 0,00 0,00 100,00
3/4" 659,00 32,95 32,95 67,05
3/8" 858,00 42,90 75,85 24,15
4 483,00 24,15 100,00 0,00
8 0,00 0,00 100,00 0,00
16 0,00 0,00 100,00 0,00
30 0,00 0,00 100,00 0,00
50 0,00 0,00 100,00 0,00
100 0,00 0,00 100,00 0,00
200 0,00 0,00 100,00 0,00
PAN 0,00 0,00 100,00 0,00
JUMLAH 2000,00 100,00 908,80 391,20
Modulus Kekasaran
Agregat Kasar =
708,80 = 7,088
100,00
Lampiran 2. Rancangan Campuran Beton
Data :
= cm
= Mpa
=
= mm
=
=
=
=
=
=
=
=
= kg/m3
= m3
DEVELOPMENT OF ENVIRONMENT METHOD (DOE)
a. Menentukan deviasi standar
Berdasarkan nilai kuat tekan yang disyaratkan yaitu 350 kg/cm2 (silinder), maka :
Deviasi standar (Sr) = 60 kg/cm2 = 5,0765 MPa > 4 MPa
b. Menghitung nilai tambah (margin)
M =
= 1,64 X 5,08 = MPa
c. Menghitung kuat tekan rata-rata
f'cr = f'c + M
f'cr = 25,0 + = Mpa = kg/cm2
d. Penetapan Type Semen
e. Penetapan Faktor Air Semen
Besar faktor air semen (fas) diambil dari harga terkecil fas yang diperoleh dari:
- berdasarkan kuat tekan rata-rata (f'cr) =
- fas max ditentukan =
RANCANG CAMPURAN BETON
(CONCRETE MIX DESIGN)
12
25,0
2,60
20
2,31
Slump
F'c yang syaratkan
Modulus kehalusan pasir
Ukuran maksimum agregat
2,83
1,67%
1,42%
1,56%
2,85%
37,13%
62,87%
1800
0,2736
1.64 X Sr
8,33
8,33 33,33 393,88
Digunakan semen Type I
0,462
0,462
Absorbsi kerikil (Rk)
Persentase gabungan terbaik :
a. pasir
b. kerikil
Berat volume kering lepas kerikil
Volume Benda uji
Berat jenis spesifik SSD pasir
Berat jenis spesifik SSD kerikil
Kadar air pasir (Wp)
Absorbsi pasir (Rp)
Kadar air kerikil (Wk)
f. Penetapan kadar air bebas
Kadar air bebas alami (Wf) = 180 kg/m3 beton
Kadar air bebas bt. pecah (Wc) = 205 kg/m3 beton
Kadar air bebas = (2/3 X Wf) + (1/3 X Wc)
= ( 2/3 X 180 ) + ( 1/3 X 205 )
= kg/m3 beton
g. Penetapan kadar semen
Kadar semen minimum = 375 kg/m3 beton
(tabel 5.5, diktat kuliah Rekayasa Bahan/Bahan Bangunan, hal. 33)
Diambil yang terbesar dari kedua kadar semen tersebut, sehingga :
h. Berat jenis gabungan agregat
Bj. Gabungan = a . Bj. Spesifik SSD pasir + b . Bj. Spesifik SSD kerikil
Bj. Gabungan = 0,37 X 2,31 + 0,63 X 2,83 = 2,64
j. Menentukan volume total agregat
volume semen = jumlah semen / bj semen
= /
= liter
volume air = jumalh air / bj air
= /
= liter
volume udara = 4,00 % x liter (asumsi kadar air udara 4%)
= 40 liter
volume agregat = - - -
= - - -
= liter
i. Berat masing-masing agregat
volume pasir = X = liter
volume kerikil = X = liter
Jumlah = liter
Berdasarkan nilai slump 12 cm dan f maksimum agregat 10 mm, maka diperoleh :
188,33
Kadar semen =Kadar air bebas
=188,00
Faktor air semen (fas) 0,46
fas =188,00
= 0,50375
= 407,26 kg/m3 beton
407,26 3,15
129,29
188,33 1,00
188,33
1000,00
1000,00 volume semen volume air vol. Udara
1000,00 129,29 188,33 40,00
642,38
37,13% 642,38 238,52
62,87% 642,38 403,86
642,38
Bahan Beton berat (kg) volume (liter) density (kg/liter)
Air 188,33 188,33 1,00000
403,86 2,83000
Semen 407,26 129,29 3,15000
Udara 0 40,00 -
Jumlah 2289,5 1000,00
pasir 551,0 238,52 2,31000
kerikil 1142,9
< dari fas maksimum = 0,52
j. Hasil mix design SSD karakteristik agregat
Air (Wa) = kg/m3 beton
Semen (Ws) = kg/m3 beton
pasir (BSSDp) = kg/m3 beton
kerikil (BSSDk) = kg/m3 beton
k. Koreksi campuran beton untuk pelaksanaan (Koreksi secara eksak)
( 1 + ) X ( 1 - )
= kg/m3 beton
( 1 + ) X ( 1 - )
= kg/m3 beton
Perencanaan mix design adalah sebagai berikut :
188,33
407,26
550,97
1142,93
Berat lapangan pasir (BLp) =BSSDp
(1 + Rp) . (1 - Wp)
=550,97
=550,97
0,0142 0,0167 0,997263
552,48
Berat lapangan kerikil (BLk) =BSSDk
(1 + Rk) . (1 - Wk)
=1142,93
=1142,93
0,0285 0,0156 1,012455
1128,87
Bahan Beton Berat jenis (kg/m³) Berat (kg) volume (m³)
Air 1,00000 188,00 188,00000
Semen 3,15000 407,00 129,20635
Udara - 40
pasir 2,31000 551,33 238,66928
kerikil 2,83000 1143,67 404,12437
Jumlah 1000,00
BAHAN BETON BERAT/M3
BETON (kg)BERAT UTK
1 SAMPEL (kg)
Air 188,00 51,4 187,726
Semen 407,00 111,4 406,406
1143,67 312,9 1142,002
pasir 551,33 150,8 550,521
serat 55,14 15,086 55,060
kerikil
Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Penyiapan Serat Kawat Bendrat
Gambar 2. Pembuatan Benda Uji
Gambar 3. Uji slump beton
Gambar 4. Pengecoran sampel benda uji
Gambar 5. Pembongkaran Mould sampel
Gambar 6. Curing beton
Gambar 7. Pengujian kuat tekan
Gambar 8. Pengujian Kuat Tarik Belah
Gambar 9. Pengujian Kuat Lentur
Gambar 10. Pola Retak Kuat Tekan
Gambar 11. Pola Retak Kuat Tarik Belah
Gambar 12. Pola Retak Kuat Lentur
Gambar 13. Distribusi Material