tugas akhir-sejarah masyrkt pembuat gerabah.doc

20
SEJARAH MASYARAKAT PEMBUAT GERABAH DI DUSUN PENCOL DESA TRATE KECAMATAN SUGIHWARAS KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 1998-2013 Ni’matul Khoiriyah (120731435928) Universitas Negeri Malang E-mail : [email protected] ABSTRAK: Masyarakat Dusun Pencol merupakan masyarakat desa yang masih menggantungkan hidupnya dengan alam, sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani dan pengrajin gerabah. Namun pada musin kemarau para petani tersebut beralih dari petani menjadi pengrajin gerabah. Karena sebagian besar sawahnya kering karena tidak adanya aliran irigasi di daerah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan beberapa hal tentang (1) sejarah masyarakat pembuat gerabah di Dusun pencol Desa Trate Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro tahun 1998- 2013, (2) alat, bahan dan proses pembuatan gerabah tradisional di Dusun Pencol Desa Trate Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro, dan (3) Dampak industri gerabah di Dusun Pencol Desa Trate Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro terhadap masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Hasil penelitian adalah : (1) sejarah masyarakat pembuat gerabah di Dusun Pencol Desa Trate Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro tahun 1998-2013, (2) alat, bahan dan proses pembuatan gerabah tradisional di Dusun Pencol Desa Trate Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro, dan (3) Dampak industri gerabah di Dusun Pencol Desa Trate Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro terhadap masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Kata Kunci: sejarah masyarakat pembuat gerabah, gerabah di Dusun Pencol Desa Trate, pengaruh industri gerabah. 1

Upload: nimatul-khoiriyah

Post on 16-Dec-2015

40 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

SEJARAH MASYARAKAT PEMBUAT GERABAH DI DUSUN PENCOL DESA TRATE KECAMATAN SUGIHWARAS KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 1998-2013Nimatul Khoiriyah(120731435928)Universitas Negeri MalangE-mail : [email protected]: Masyarakat Dusun Pencol merupakan masyarakat desa yang masih menggantungkan hidupnya dengan alam, sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani dan pengrajin gerabah. Namun pada musin kemarau para petani tersebut beralih dari petani menjadi pengrajin gerabah. Karena sebagian besar sawahnya kering karena tidak adanya aliran irigasi di daerah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan beberapa hal tentang (1) sejarah masyarakat pembuat gerabah di Dusun pencol Desa Trate Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro tahun 1998-2013, (2) alat, bahan dan proses pembuatan gerabah tradisional di Dusun Pencol Desa Trate Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro, dan (3) Dampak industri gerabah di Dusun Pencol Desa Trate Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro terhadap masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Hasil penelitian adalah : (1) sejarah masyarakat pembuat gerabah di Dusun Pencol Desa Trate Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro tahun 1998-2013, (2) alat, bahan dan proses pembuatan gerabah tradisional di Dusun Pencol Desa Trate Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro, dan (3) Dampak industri gerabah di Dusun Pencol Desa Trate Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro terhadap masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.Kata Kunci: sejarah masyarakat pembuat gerabah, gerabah di Dusun Pencol Desa Trate, pengaruh industri gerabah. Sebagian besar penduduk Dusun pencol bermata pencaharian sebagai pengrajin gerabah dan petani. Baik sebagai petani pemilik lahan maupun sebagai buruh tani. Para pengrajin gerabah tersebut terletak di Dusun Pencol, Desa Trate, Kecamatan Sugihwaras, Kabupaten Bojonegoro. Pembuatan gerabah masih dilakukan hingga sekarang guna membantu perekonomian mereka. Teknik pembuatan gerabah di desa ini masih menggunakan alat-alat tradisional yang masih sangat sederhanan. Indonesia Merupakan negara yang kaya akan seni dan budaya, salah satunya adalah seni kriya. Jenis seni kriya sendiri juga bermacam-macam yaitu seni kriya batik, lukis, pahat, ukir, tanah liat dan lain-lain. Istilah yang sering digunakan dalam penyebutan pada seni kriya tanah liat, yaitu tembikar, gerabah, dan benda-benda pecah belah.

Perkenalan awal dengan keramik gerabah dimulai sejak bangsa kita mengenal tradisi bercocok tanam. Perkenalan dan keakraban mereka dengan tanah membuat mereka mulai berkreasi untuk membuat peralatan yang mereka butuhkan dari tanah (Kusnan, 2007:1).

Kerajianan gerabah merupakan kerajinan tradisional yang sudah tidak asing lagi bagi kita dan sudah lama di kenal oleh masyarakat. Kerajinan gerabah sudah ada sejak masa bercocok tanam dan merupakan peninggalan tradisional yang tergolong sangat tua. Hasil kebudayaan pada zaman Neolithikum ini masih dilestarikan oleh masyarakat di berbagai daerah di Indonesia hingga sekarang. Dulu pembuatan gerabah ini dilakukan oleh kaum perempun, sedangakan kaum laki-laki hanya bertugas menyiapkan tanah liat untuk bahan gerabah. Proses pembentukan hingga proses pembakaran semua dilakukan oleh kaum perempuan. Hal tersebut masih dapat kita temukan pada masyarakat di daerah Toraja, Sulawesi Selatan. Disana peran perempuan dalam pembuatan gerabah gerabah sangatlah menonjol.Namun hal ini tidak berlaku pada pembuatan gerabah yang ada di Dusun Pencol, laki-laki dan perempuan menpunyai peran yang sama besar dalam pembuatan gerabah. Pembuatan gerabah tidak hanya dilakukan oleh kaum perempuan saja, namun juga dilakukan oleh kaum laki-laki. Bahkan hampir semua anggota keluarga ikut berperan serta dalam pembuatan gerabah ini. Keramik gerabah merupakan produk yang dihasilkan dari pengolahan material tanah liat tertentu (tanah lempung dan bahan galian an-organik non logam) yang melalui proses pembentukan, pengeringan dan pembakaran dengan suhu tertentu yaitu tidak lebih dari 1000 C . Keramik yang dibuat dari tanah liat, bahanya sangat murah karena banyak dijumpai dimana terdapat tanah persawahan.

Masyarakat yang tidak mempunyai lahan pertanian menggantungkan hidupnya dari industri gerabah ini. Namun karena letak geografis yang kurang menguntungkan, yaitu terletak di daerah yang menggunung-gunung dan tidak adanya aliran irigasi yang mengairi sawah mereka, maka pada musim kemarau para petani pemilik lahan tersebut juga ikut serta dan beralih dari bertani menjadi pembuat gerabah. Pembuatan gerabah ini merupakan usaha untuk meningkatkan perekonomian warga, hasil yang diperoleh dari pembuatan gerabah ini dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. METODEPenelitian ini adalah penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara berinteraksi atau berkomunikasi dengan informan. Pada metode wawancara ini penulis mewawancarai beberapa orang diantaranya kepala desa trate, pengrajin gerabah, warga sekitar Dusun Pencol, dan sesepuh desa (tokoh masyarakat) yang dirasa bisa memberikan data dan informasi yang valid tentang penelitian ini. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui dampak industri gerabah di Dusun Pencol terhadap masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Sedangkan analisis dokumen dilakukan pada data yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) tentang data usaha industri kabupaten bojonegoro. Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan di Dusun Pencol Desa Trate Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro. HASIL DAN PEMBAHASANSejarah Masyarakat Pembuat Gerabah di Dusun Pencol Desa Trate Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro tahun 1998-2013

Dusun Pencol merupakan salah satu dusun yang terletak di Desa Trate kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro, sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani dan pengrajin gerabah. Adanya industri gerabah di Dusun Pencol ini disebabkan oleh rendahnya tingkat keterampilan warga desa setempat untuk melakukan kegiatan usaha lain.

Gambar kantor kepala Desa Trate

Kerajinan gerabah di Dusun Pencol ini sudah ada sejak lama dan turun temurun. Selain itu kerajinan gerabah juga lebih dicari karena murahnya harga dan keunikan bentuknya sebagai barang hias ruangan dan sebagai perkakas rumah tangga. Para pengrajin tersebut dapat memenuhi kebutuhannya dari penjualan gerabah ini. Walaupun keuntungan dari industri ini tidak seberapa namun warga masih tetap mempertahankannya hingga saat ini.

Pada tahun 1998-2004 industri ini masih diminati oleh para masyarakat karena daya jualnya masih tinggi, namun karena kemajuan teknologi dan modernisasi membuat kerajinan tradisional ini mengalami penurunan. Pada tahun 1998-2004 produk yang dihasilkan oleh para pengrajin berupa benda hias/souvenir (seperti pot bunga dan celengan) dan perkakas rumah tangga (seperti kendi, gentong, cowek, layah, nanangan dan perkakas rumah tangga lainnya).

Pada tahun 2004 sampai sekarang para pengrajin memperkecil skala produksinya karena rendahnya minat pembeli. Sejak tahun 2004 sampai sekarang para pengrajin gerabah yang ada di Dusun Pencol hanya memproduksi cowek, layah, kendi, gentong, nanangan, dan celengan. Menurut Bpk. Agus, salah seorang pengrajin gerabah mengatakan, tiap hari bisa memproduksi sekitar 50- 100 gerabah, harga jualnya berfariasi antara Rp. 2.500 hingga Rp. 30.000, tergantung jenis dan ukurannya. Kendala yang di hadapi oleh para pengrajin akhir-akhir ini adalah kesulitan mendapatkan ranting kayu jati yang digunakan untuk bahan bakar dalam proses pembakaran. Menurutnya bahan bakar kayu jati ini diyakini dapat menghasilkan gerabah dengan kualitas baik. Hampir semua pengrajin yang ada di Dusun Pencol tidak ada yang mempekerjakan orang, mereka mengerjakan semuanya sendiri bersama anggota keluarga yang lain. Hal tersebut juga dikarenakan hampir semua warga Dusun pencol ini memproduksi gerabah, jadi tidak ada yang mempekerjakan karyawan. Tiap satu minggu para pengrajin bisa mendapatkan keuntungan antara Rp. 400.000 sampai Rp. 800.000 tergantung kepada siapa mereka menjual gerabah tersebut. Apabila mereka menjualnya sendiri ke pasar keuntungan yang didapatkan bisa lebih banyak dari pada apabila mereka menjualnya di pengepul atau tengkulak. Berikut adalah data usaha industri kabupaten bojonegoro tahun 2012 yang di dapat dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bojonegoro. Komoditi: Gerabah dan CowekNoNamaAlamatKomoditiTenaga kerjaNilai Investasi

(Rp.000)Kapasitas Produksi

Nilai Produksi

(Rp.000)Nilai Tambah

(Rp.000)Pendapatan

(Rp.000)

LP

1AgusDs. TrateGerabah,

Cowek122.0006000 BH150.00060.000105.000

2DarmajiDs. TrateGerabah,

Cowek221.5001500 BH37.50015.00031.500

3KamitDs. TrateGerabah,

Cowek201.0001200 BH30.00012.00027.000

4KasimanDs. TrateGerabah,

Cowek111.0001200 BH30.00012.00027.000

5SagetDs. TrateGerabah,

Cowek211.5001500 BH37.50015.00033.000

867000285.000114.000223.500

Dari hasil wawancara kami dengan Kepala Desa Trate menyebutkan bahwa data tersebut tidak sama dengan kenyataan yang ada di lapangan. Menurutya pengrajin gerabah yang ada di Dusun Pencol lebih banyak dari data tersebut. Pengrajin yang terdaftar di Disperindag (Dinas perindustrian dan Perdagangan) Bojonegoro merupakan pengrajin tetap. Namun pengrajin tetap yang ada di Dusun Pencol juga lebih banyak dari data tersebut. Sedangkan pengrajin musiman yang hanya memproduksi gerabah pada musim kemarau kurang lebih ada 15 pengrajin. Kapasitas produksi yang dihasilkan oleh para pengrajin musiman yang ada di Dusun Pencol, hampir sama dengan kapasitas produksi para pengrajin tetap tersebut. Alat , Bahan dan Proses Pembuatan Gerabah Tradisional di Dusun Pencol Desa Trate Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro

Pembuatan gerabah pada zaman prasejarah hampir sama dengan metode pembuatan gerabah tradisional pada zaman sekarang. Bahkan alat-alat yang digunakan menunjukkan beberapa persamaan dengan alat-alat tradisional yang dipergunakan pada pembuatan gerabah tradisional masa sekarang. Alat-alat tradisional itu adalah perbat, tatap, watu, kerik, dan komah (suwarno, 2005: 45-49).

Sebelum tahun 1998 pembuatan gerabah di Dusun Pencol ini segala sesuatunya disiapkan dengan tangan. Alat-alat yang digunakan hanya berupa batu kali yang berfungsi sebagai tatap. Keseluruhan bentuk masih bergantung pada kemahiran tangan si pembuatnya. Namun seiring dengan perkembangan zaman masyarakat di desa ini mulai menggunakan alat-alat yang lainnya guna mempermudah pembuatan gerabah. Alat-alat tersebut antara lain:

1. Meja Putar

Meja putar merupakan alat utama dalam pembentukan keramik gerabah yang memiliki bentuk silindris. Seperti, gentong dan vas bunga. Menurut sumber tenaganya meja putar ini dibagi menjadi 3 yaitu, meja putar tangan, meja putar kaki dan meja putar listrik. Meja putar ini pada zaman dahulu disebut juga dengan perbat. 2. alat cetak

Biasanya dipakai untuk membuat gerabah secara masal atau dalam jumlah banyak. Alat cetak ini biasanya terbuat dari gipsum. Menurut prosesnya alat cetak ini dibagi menjadi 2 yaitu, alat cetak cor atau cetak tuang dan alat cetak tekan. Dengan alat cetak ini pengrajin dapat memproduksi barang dalam jumlah yang besar dan dengan bentuk yang sama. 3. Alat potong berupa senar

Alat ini berguna untuk memotong sisa-sisa tanah liat dari bentuk yang diinginkan. Selain itu juga berfungsi untuk memotong bagian bawah dari gerabah yang telah selesai dibentuk sehingga benda yang telah terbentuk terpisah dari alat putar dan dapat dipindahkan pada tempat lain. Pisau atau alat potong biasa tidak disarankan karena sulit untuk mengambil tanah liat dari meja putar. Dengan menggunakan kawat senar, bahan yang dipotong tidak akan ikut menempel pada senar, dan panjang senar pun bisa disesuaikan dengan kebutuhan.

4. Pisau raut

Pisau raut merupakan suatu alat berbentuk pisau kecil yang berfungsi untuk membersihkan sisa-sisa tanah yang sudah tidak digunakan dalam proses pembentukan. Selain itu juga berfungsi untuk menoreh dalam pembuatan motif dekorasi pada bagian gerabah.

4. Tempat air pembasuh Tempat air pembasuh ini biasanya memakai ember plastik, berguna untuk mencuci tangan pada saat membentuk benda gerabah agar tanah tidak lengket di tangan. 5. Kayu pelubang

Suatu alat yang terbuat dari kayu yang diruncingkan dan digunakan untuk membuat lubang pada bagian badan gerabah.

6. Rak pengeringan

Suatu alat yang berfungsi untuk meletakkan gerabah ketika proses pengeringan. Rak ini biasanya terbuat dari kayu.

Gambar pengeringan gerabah menggunakan rak pengeringan

7. Kuas

Suatu alat yang digunakan untuk mewarnai gerabah.

Bahan baku pembuatan gerabah pada umumnya adalah lempung atau tanah sawah lapisan atas (topsoil). Di Dusun Pencol, area persawahan terbilang masih sangat banyak, hampir 50 % desa tersebut merupakan area persawahan. Di beberapa sawah tersebut memiliki tanah liat atau lempung yang cocok untuk dijadikan bahan baku pembuatan kerajinan gerabah. Namun tidak semua tanah liat atau lempung dapat digunakan, kadar air dan bersih atau tidaknya tanah liat tersebut merupakan hal yang harus diperhatikan. Cara mendapatkan tanah tersebut dari membeli kepada warga yang memiliki sawah di wilayah Dusun Pencol, karena sebagian dari pengrajin tersebut tidak memiliki sawah. Para pengrajin tersebut menggantungkan hidupnya pada industri ini, karena mereka tidak mempunyai keterampilan lebih untuk membuka usaha lain.

Pengangkutan tanah biasanya dengan gerobak kayu yang dibuat sendiri oleh mereka. Mereka tidak menggunakan truk atau alat pengangkut lain yang lebih modern dikarenakan harga sewa truk tidak sebanding dengan keuntungan yang didapatkan. Sebagian besar masyarakat pengrajin sudah puluhan tahun menggeluti usaha gerabah karena usaha tersebut merupakan usaha turun-temurun. Mereka bekerja 5-7 jam dalam sehari dan tidak tidak memiliki tenaga kerja.

Bahan lain yang juga digunakan untuk pembuatan gerabah ini yaitu bahan pewarna. Dalam pembuatan gerabah pewarnaan dilakukan sebelum pembakaran dengan pewarnaan menggunakan glasir atau dengan tanah liat yang warnanya berbeda, dan dapat pula dilakukan setelah pembakaran dengan pewarna berupa cat berbasis air maupun minyak.

Proses pembuatan gerabah dimulai dengan pengolahan bahan baku gerabah yaitu tanah liat. Pertama adonan tanah liat dibuat sesuai kebutuhan dan keinginan.

Gambar pembuatan adonan tanah liat untuk gerabahSelanjutnya proses-proses tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Proses pembentukan kerajinan gerabah Proses pembentukan gerabah ada beberapa macam diantaranya dengan menggunakan meja putar, yang pembentukannya masih menggunakan jari dan proses pembentukan dengan menggunakan alat cetak. Apabila kita menggunakan meja putar, maka keseluruhan bentuk masih bergantung pada kemahiran tangan si pembuatnya.

Gambar pembentukan layah

2. Proses dekorasi kerajian gerabahProses ini biasanya untuk barang-barang souvenir seperti celengan dan pot bunga. Semakin kreatif motif yang dibuat oleh pengrajin, maka semakin tinggi pula nilai jualnya. 3. Proses pengeringan kerajinan gerabahProses pengeringan ini dilakukan dua tahap, pertama pada saat benda baru selesai dibentuk dikeringkan dengan cara diangin-anginkan tanpa terkena sinar matahari langsung. Proses ini bertujuan untuk menghindari keretakan akibat penyerapan dan penguapan kadar air yang tidak merata. Setelah agak kering baru dilanjutkan dengan pengeringan tahap kedua yaitu dengan menjemur gerabah pada terik sinar matahari langsung sehingga gerabah benar-benar kering dan siap untuk di bakar.

Gambar proses pengeringan gentong

Gambar proses pengeringan layah4. Proses pembakaran kerajianan gerabah

Proses pembakaran ini biasanya dilakukan di tanah kosong atau di ladang. Bahan bakar yang digunakan adalah ranting kayu jati, jerami, sekam, atau alang-alang yang telah usang. Sebelum proses pembakaran dimulai terlebih dahulu dibuatkan tempat alas dari pecahan-pecahan gerabah dan ranting kayu jati yang disusun membentuk lingkaran. Diatas lingkaran tersebut benda-benda yang akan dibakar disusun dengan rapi. Setelah tersusun dengan rapi barulah ditutup dengan jerami atau alang-alang dan siap untuk di bakar. Proses pembakaran tersebut biasanya memakan waktu 16 jam. Biasanya para pengrajin tersebut membakar gerabahnya pada siang hari mulai pukul 14.00 WIB dan selesai pada keesokan harinya sekitar pukul 06.00 WIB. Para pengrajin melakukan pembakaran secara mandiri dan biasanya dilakukan setiap seminggu sekali. Di Dusun Pencol ini juga terdapat paguyuban gerabah, yang pernah sekali mendapatkan bantuan dari pemerintah berupa tempat pembakaran. Namun tempat pembakaran tersebut tidak mampu bertahan lama, menurutnya lebih kuat tempat pembakaran yang dibuatnya sendiri. 5. Proses pewarnaan kerajianan gerabah

Pewarnaan gerabah ini hanya terbatas pada barang-barang yang memerlukan pewarnaan saja seperti celengan, kendi dan pot bunga. Setelah semua proses tersebut selesai, gerabah siap dipasarkan. Harga jual tiap-tiap komoditi berbeda-beda, tergantung jenis dan ukuran barang. Berikut adalah harga gerabah yang diproduksi oleh pengrajin yang ada di Dusun Pencol:

Harga cowek

: Rp. 1.500,- / buah

Harga layah

: Rp. 2.500,- / buah

Harga kendi ukuran kecil : Rp. 2.500,- / buahHarga kendi ukuran besar : Rp. 5.000,- / buah Harga gentong ukuran kecil : Rp. 20.000,- / buah

Harga gentong ukuran besar : Rp. 30.000,- / buah Harga nanangan

: Rp. 6.000,- / buah Harga celengan ukuran kecil : Rp. 5.000,- / buahHarga celengan ukuran besar : Rp. 10.000- 20.000,- / buahPara pengrajin tersebut biasanya menjual gerabahnya kepada para pengepul dan para pengepul tersebut menjualnya ke pasar-pasar tradisioanal yang ada di Bojonegoro.Dampak Industri Gerabah di Dusun Pencol Desa Trate Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro terhadap masyarakat dan lingkungan di Sekitarnya

Industri gerabah di Dusun Pencol ini memiliki banyak pengaruh terhadap lingkungan di sekitarnya maupun terhadap perekonomian masyarakatnya. Karena hasil produksi dari industri ini hanya bisa menjangkau pasar lokal dan jumlah barang yang diproduksi juga hanya komoditi tertentu saja maka pengaruh terhadap ekonomi para pengrajin sendiri juga tidak terlalu besar. Namun para pengrajin mengatakan dari usaha gerabah ini mereka bisa memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Selain itu industri ini banyak memberikan pengaruh terhadap lingkungan sekitar daerah industri. Penggunaan tanah sebagai bahan baku menyebabkan penggalian tanah secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama menyebabkan kerusakan lingkungan pada bekas galian tanah tersebut.

Sebagian besar industri berdampak negatif terhadap lingkungan begitu pula industri gerabah yang ada di Dusun Pencol ini. Kegiatan yang dilakukan dalam proses industri tersebut memungkinkan timbulnya perubahan ekosistem alami pada lingkungan sekitar. Perubahan penggunaan lahan yang pada mulanya merupakan lahan pertanian menjadi kawasan industri menyebabkan adanya limbah, baik dalam bentuk padat cair, maupun gas. Limbah gas yang dihasilkan dari proses pembakaran gerabah menyebabkan pencemaran udara dan lingkungan. Industri sebagai bagian dari ekonomi senantiasa berkembang dan mewujudkan lapangan kerja dan lapangan usaha. Sektor industri baik industri besar maupun industri kecil memiliki peranan penting dalam mengatasi permasalahan tenaga kerja, sektor industri mampu menyerap tenaga kerja yang banyak dimana masalah lapangan pekerjaan merupakan permasalahan yang sulit untuk dipecahkan hingga saat ini.

Industri kecil dan industri rumah tangga yang ada di Dusun Pencol ini memiliki dampak positif dalam mengatasi permasalahan tenaga kerja dan lapangan pekerjaan. Adanya industri ini membuka peluang bagi masyarakat untuk berwirausaha. Di Bojonegoro sendiri banyak industri-industri yang sedang berkembang seperti Industri batik, industri mebel, dan lain-lain yang diharapkan mampu meningkatkan peluang usaha, kesempatan kerja yang lebih luas serta mendorong laju ekonomi di Bojonegoro. PENUTUPKesimpulan

Sebagian besar masyarakat Dusun Pencol bermata pencaharian sebagai petani dan pengrajin gerabah. Karena letak geografis yang kurang menguntungkan dan tidak adanya aliran irigasi yang mengairi sawah mereka maka pada musim kemarau para petani tersebut beralih dari petani menjadi pengrajin gerabah. Seperti industri-industri tradisional lainnya industri ini juga mengalami penurunan karena kemajuan teknologi dan modernisasi, namun masyarakat Dusun Pencol tetap mempertahankan dan melestarikan usaha turun-temurun ini. Bahan utama dari kerajinan gerabah ini adalah tanah liat (lempung). Proses pembuatan gerabaah ini melalui beberapa proses, yaitu pembentukan, dekorasi, pengeringan, pembakaran, dan pewarnaan. Seperti industri-industri pada umumnya, industri ini juga memiliki dampak positif dan negatif bagi masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Saran

Menurut saya, pemerintah kabupaten Bojonegoro sebaiknya memberikan pembinaan terhadap pelaku usaha kerajinan terutama kepada para pengrajin gerabah di Dusun Trate ini supaya bisa meningkatkan kualitas hasil produksi gerabahnya agar bisa menjadi industri rumah tangga yang lebih baik lagi sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya para pengrajin sendiri. DAFTAR RUJUKANKusnan, M. Rosyid. 2007. Aneka Gerabah. Klaten: Saka Mitra Kompetensi

Suwarno. 2005. Tradisi Pembuatan Geraabah Bayat Salah Satu Unsur Kebudayaan Prasejarah Yang Masih Tetap Berlangsung Sampai Saat Ini. Seri Sejarah dan Budaya, 6 (2):39-71. 13