tugas akhir - repository.bsi.ac.id...nilai-nilai ini bisa di lihat dari program tayangannya yang ada...
TRANSCRIPT
PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI
“PANTI SOSIAL KARYA WANITA”
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Program Diploma III
Kamellia Kosasih Yonathan 42151018
Novi Isnawati 42150594
Della Oktavia Safitri 42150620
Icha Khairunisa 42150379
Alinda Febiana 42151006
Program Studi Penyiaran
Akademi Bina Sarana Informatika
Jakarta
2018
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
............................
x
xi
xii
xiii
xiv
xv
xvi
xvii
xviii
xix
xx
xxi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT,
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada akhirnya penulis
dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Dimana tugas akhir ini penulis sajikan
dalam bentuk buku yang sederhana serta karya audio visual. Adapun judul tugas
akhir, yang penulis ambil sebagai berikut, Program Dokumenter Televisi “ Panti
Sosial Karya Wanita ”
Tujuan penulisan tugas akhir ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan
program Diploma III Akademi Komunikasi BSI Jakarta. Bahan karya audio visual
serta tulisan diambil berdasarkan hasil riset (penelitian), observasi dan beberapa
sumber literatur yang mendukung tugas akhir ini. Penulis menyadari bahwa tanpa
bimbingan dan dorongan dari semua pihak, maka penulisan tugas akhir ini tidak
akan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini, izinkanlah penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Direktur Akademi Komunikasi BSI Jakarta.
2. Ketua Program Studi Penyiaran Akademi Komunikasi BSI Jakarta.
3. Bapak Jaka Atmaja S.kom MM selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir.
4. Bapak Nicko Ardi Wibowo selaku Asisten Dosen Pembimbing Tugas
Akhir
5. Ucapan terimakasih ditunjukan kepada keluarga penulis, terutama kepada
kedua orangtua, saudara-saudara yang telah sangat membantu dalam
mendorong, menyarankan penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
xxii
6. Kepada seluruh crew yang bertugas menjalankan peran dan tanggung
jawabnya.
7. Ucapan terimakasih ditunjukan kepada teman-teman seangkatan atas
waktunya saat kita bersama-sama.
Serta semua pihak yang terlalu banyak untuk disebut satu persatu sehingga
terwujudnya penulisan ini. Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini
masih jauh sekali dari sempurna, untuk itu penulis mohon kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan
datang.
Akhir kata semoga tugas akhir ini dapat berguna bagi penulis khusunya
dan bagi para pembaca yang berminat pada umumnya.
Jakarta, 07 Mei 2018
Kamellia Kosasih Yonathan
xxiii
ABSTRAK
Televisi saat ini masih menulis menjadi media-media informasi dan hiburan bagi masyarakat indonesia. Keberadaan televisi dan program-programnya memiliki nilai tersendiri untuk para penonton. Nilai-nilai ini bisa di lihat dari program tayangannya yang ada sebagian mengandung unsur nilai pendidikan, nilai informasi atau nilai hiburan. Program-program tayangan televisi dikemas dengan berbagai macam format yang diantaranya, program Non-drama (Talkshow, magazine, future, cerita, dokumenter) dan program Drama (Ftv, Sinetron, dan Sitkom). Berbagai jenis program itu dapat dikelompokan mendjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya yaitu: 1) Program Informasi (berita) dan 2). Program Hiburan (entertaiment), jenis kategori program dibagi menjadi tiga bagian yaitu program edukasi, hiburan dan informasi. Dalam pengertiannya edukasi adalah pendidikan, menurut penulis bahwa program yang penulis buat ada unsur-unsur mendidik. Sedangkan hiburan adalah segala sesuatu baik yang berbentuk kata-kata, tempat, benda, perilaku yang dapat menjadi penghibur hati yang susah atau sedih. Selanjutnya kategori informasi, informasi adalah pesan (ucapan atau ekspresi) maka jelas program ini memberikan informasi untuk para penonton dalam program “Panti Sosial Karya Wanita” dan penulis memilih kategori program informasi. Dan dalam sebuah program yang baik pasti ditangani oleh orang-orang yang bekerja keras dengan baik, karena itu sebuah produksi memerlukan pembagian tugas yang sangat rinci dengan tanggung jawab yang jelas, sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan lancar berkat dukungan tim yang rapih dan efisien. Didalam produksi “Panti Sosial Karya Wanita” ini memerlukan suatu anggota untuk menjalin kerjasama yang baik seperti produser, sutradara, penulis naskah, kameramen dan editor agar bisa mencangkup biaya untuk mendukung dari kebutuhan produksi ini seperti peralatan yaitu ( Kamera, tripod, clip on, dan juga kebutuhan alat editing). Dan juga lembar kerja yang nantinya dibutuhkan dalam proses produksi ini. Inilah dokumenter dengan mengedepankan unsur fakta (factual), peristiwa yang terjadi (actual) dan memiliki makna (esensi) bagi lingkungan yang dikemas secara benar.
Kata Kunci: Program, Dokumenter, Infromasi, Panti Sosial Karya Wanita, Televisi,
xxiv
ABSTRACT
Television is still a medium of information and entertaiment for the people of. Indonesia The existence of television and it’s programs has it’s own value for the audience. These values can be viewed from the program impressions that there partly contain elements of education value, value information or entertaiment value. Television programs are packed with a variety of formats including. Non-drama programs (Talkshow, magazines, future, stories, documentaries) and drama programs (Ftv, soap operas, sitcoms). Various type of programs that can be grouped into two major parts by type, namely: 1) information program (news) and 2) entertaiment program, type of program category is divided into three parts namely educational program, entertaiment and information. In terms of education is education, according to the autors that the program that the authors make there are elements of educating. While entertaiment is all things good in the form of words, places, objects, behaviors that can be a hard heart entertainer or sad. Next category information, information is message (speech or expression), then clearly this program provides information for the audience in the program “Panti Sosial Karya Wanita” and the author selects the information program category. And in a good program it is definitely worth the effort of the hard working people, to a production needs a very detailed divisions of tasks with clear responsibilities, so that the work can run smoothly thanks to the support of a neat and efficient. In production “Panti Sosial Karya Wanita”. This requires a member to establish good cooperation such as producer, director, scriptwriter, cameraman, and editor and in order to cover the cost to support from this production needs such as equipment (Camera, tripod, clip on and need of editing tools). And also worksheets that will be needed in this production process. This is a documentary by highlighting facts elements (factual), events that actual (occur) and have meaning (essensi) for the encironment that is packed correctly. Because in the process of making a program entitled “Panti Sosial Karya Wanita” requires good coordination
Keywords: Documentary, Program, information, Panti Sosial Karya Wanita, Television
xxv
DAFTAR ISI
Lembar Judul Tugas Akhir ............................................................................. i Lembar Pernyataan Keaslian Tugas ................................................................ ii Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah ................................ iii Lembar Persetujuan dan Pengesahan Tugas Akhir ......................................... iv Lembar Konsultasi Tugas Akhir ..................................................................... vi Kata Pengantar ................................................................................................ xi Abstrak ............................................................................................................ xiii Abstract ........................................................................................................... xiv Daftar Isi .......................................................................................................... xx Daftar Tabel .................................................................................................... xxii Daftar Gambar. ................................................................................................. xxiii BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Program. ............................................. 1 1.2. Kegunaan Program
1.2.1. Kegunaan Khalayak. .......................................... 5 1.2.2. Kegunaan Praktisi. ............................................. 6 1.2.3. Kegunaan Akademis. ......................................... 6
1.3. Referensi Audio dan Visual.......................................... 6
BAB II PEMBAHASAN 2.1. Kategori Program. ........................................................ 8 2.2. Format Program. .......................................................... 13 2.3. Judul Program. ............................................................. 14 2.4. Target Audience. .......................................................... 15 2.5. Karakteristik Produksi. ................................................. 19 BAB III LAPORAN PRODUKSI 3.1. Proses Kerja Produser 3.1.1. Pra Produksi. ....................................................... 22 3.1.2. Produksi. ............................................................. 25 3.1.3. Pasca Produksi. ................................................... 28 3.1.4. Peran dan Tanggung Jawab. ................................ 29 3.1.5. Proses Penciptaan Karya. .................................... 32 3.1.6. Kendala dan Solusi. ............................................. 33 3.1.7. Lembar Kerja Produser. ...................................... 34 3.2. Proses Kerja Sutradara 3.2.1. Pra Produksi. ....................................................... 42 3.2.2. Produksi. ............................................................. 46 3.2.3. Pasca Produksi. ................................................... 47 3.2.4. Peran dan Tanggung Jawab. ................................ 48
xxvi
3.2.5. Proses Penciptaan Karya. .................................... 49 3.2.6. Kendala dan Solusi. ............................................. 52 3.2.7. Lembar Kerja Sutradara ...................................... 52 3.3. Proses Kerja Penulis Naskah 3.3.1. Pra Produksi. ....................................................... 57 3.3.2. Produksi. ............................................................. 59 3.3.3. Pasca Produksi. ................................................... 60 3.3.4. Peran dan Tanggung Jawab. ................................ 61 3.3.5. Proses Penciptaan Karya. .................................... 63 3.3.6. Kendala dan Solusi. ............................................. 64 3.3.7. Lembar Kerja Penulis Naskah. ............................ 65 3.4. Proses Kerja Penata Kamera 3.4.1. Pra Produksi. ....................................................... 84 3.4.2. Produksi. ............................................................. 85 3.4.3. Pasca Produksi. ................................................... 86 3.4.4. Peran dan Tanggung Jawab. ................................ 87 3.4.5. Proses Penciptaan Karya. .................................... 89 3.4.6. Kendala dan Solusi. ............................................. 92 3.4.7. Lembar Kerja Penata Kamera. ............................ 92 3.5. Proses Kerja Penyuting Gambar 3.5.1. Pra Produksi. ....................................................... 106 3.5.2. Produksi. ............................................................. 107 3.5.3. Pasca Produksi. ................................................... 108 3.5.4. Peran dan Tanggung Jawab. ................................ 109 3.5.5. Proses Penciptaan Karya. .................................... 110 3.5.6. Kendala dan Solusi. ............................................. 112 3.5.7. Lembar Kerja Editor. .......................................... 113 BAB IV PENUTUP
1.1 Kesimpulan. .................................................................. 131 1.2 Kritik dan Saran. ........................................................... 132
DAFTAR PUSTAKA. .................................................................................... 133 CV CREW. ..................................................................................................... 134 LAMPIRAN. ................................................................................................... 139
xxvii
DAFTAR TABEL Tabel II.1 Data Usia Target Audiens. .......................................................... 16 Tabel II.2 Status Ekonomi Sosial. ................................................................ 18 Tabel III.1 Working Schedule. ..................................................................... 35 Tabel III.2 Shooting Schedule. .................................................................... 37 Tabel III.3 Equipment Schedule .................................................................. 39 Tabel III.4 Breakdown Budget. .................................................................... 40 Tabel III.5 Director Treatment. .................................................................... 53 Tabel III.6 Outline Video. .......................................................................... 55 Tabel III.7 Transkrip Wawancara. ............................................................... 71 Tabel III.8 Naskah VO ........ ....................................................................... 81 Tabel III.9 List Alat ........ ....................................................................... 91 Tabel III.10 Camera Report . ....................................................................... 93 Tabel III.11 Laporan Editing ....................................................................... 114 Tabel III.12 Continuity Report ..................................................................... 127 Tabel III.13 Spesifikasi Editing ................................................................... 128
1
DAFTAR GAMBAR
Gambar III.1 Spesifikasi Kamera. ................................................................. 102 Gambar III.2 Bars and Tone.......................................................................... 129 Gambar III.3 Logo BSI .......................................................................... 129 Gambar III.4 Countinity leader. .................................................................... 130 Gambar III.5 Judul Program. ........................................................................ 130
2
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Program
Dunia broadcasting (penyiaran) adalah dunia yang selalu menarik
perhatian bagi masyarakat, bahwa era sekarang ini sebagai the age of television.
Televisi telah menjadi kotak ajaib yang membius para penghuni gubuk-gubuk
reyot masyarakat di dunia ketiga. Televisi memiliki keunggulan yang
menyebabkan masyarakat harus tetap terpaku hampir kira-kira 6 jam sehari
didepan layar kaca. Industri pertelevisian di indonesia berkembang dengan sangat
cepat. Oleh karena itu, banyak stasiun televisi yang berusaha untuk menarik minat
penonton atau pemirsa televisi dengan berbagai cara seperti membuat sebuah
tayangan program televisi yang kreatif.
Televisi adalah media yang paling berpengaruh dalam membentuk sikap
dan kepribadian masyarakat. Sajian dalam bentuk gambar bergerak (visual)
dilengkapi dengan suara (audio) membuat pesan lebih mudah dipahami dan
didukung dengan konten program yang ditayangkan yang mudah diakses oleh
masyarakat luas.
Hal itu karena televisi memiliki sistem informasi yang disebarkan melalui
satelit, sehingga dapat menjangkau masyarakat disegala penjuru dengan berbagai
lapisan usia dan strata ekonomi.
2
Menurut Latief dan Utud (2015:49) ”Tujuan suatu program siaran secara
umum, yaitu memberikan hiburan, informasi, dan pendidikan kepada penonton
secara khusus setiap program yang diproduksi memiliki tujuan sendiri-sendiri
sesuai sasaran yang hendak dicapai”.
Televisi ditinjau dari fungsi dan peranannya ditengah-tengah masyarakat
sebagai salah satu media yang potensial, terutama dalam mendidik masyarakat,
disamping juga memberikan hasil-hasil perubahan yang diinginkan dari pendapat,
kelakuan dengan nilai-nilai bagi kepentingan generasi yang akan datang.
Sebagai fungsi hiburan penerangan serta pendidikan pada dasarnya televisi
mempunyai kekuatan sebagai media informasi (penerangan). Walaupun acara
siaran itu disajikan untuk hiburan dan pendidikan akan tetapi didalam kedua unsur
tersebut sudah terkandung informasi.
Menurut Supriyadi, dkk (2014:32) menyimpulkan bahwa:
Didalam program televisi terdapat beragam format. Salah satunya format program dokumenter (documenter). Melalui media televisi, dokumenter dikenal sebagai program dokumenter. Karya film dokumenter menjadi salah satu cara menyampaikan fakta dengan mengemasnya secara subjektif. Ini menjadi sarana pilihan film maker untuk menyampaikan motif komunikasinya kepada publik atau pemirsa.
Penulis memilih program televisi nondrama khususnya Dokumenter
sebagai tugas akhir, karena program dokumenter dapat disimpulkan secara umum
merupakan program informasi yang mendepankan unsur faktual (fakta) dan
peristiwa yang terjadi (aktual) yang memiliki makna (esensi) bagi lingkungan
disajikan dari hasil kreatifitas yang dikemas dengan menarik untuk masyarakat.
Program acara kami yang berformat Dokumenter dengan judul Panti Sosial Karya
3
Wanita memberikan informasi serta edukasi kepada penonton seputar kehidupan
wanita pekerja malam.
Didalam kehidupan masyarakat tentunya tidak akan terlepas dari konflik
lingkungan sekitar baik masalah sosial, ekonomi, budaya maupun karena adanya
pengaruh dari luar lingkungan. Pada setiap konflik dimasyarakat memiliki latar
belakang dan dampak bagi kehidupan masyarakat sendiri, yang akan dirasakan
dalam rasa jangka pendek maupun panjang, namun terkadang nilai dari konflik
tersebut tidak dirasakan oleh khalayak.
Setiap format program memiliki keunggulan tersendiri. Yang salah
satunya adalah format dokumenter, format ditelevisi masih belum banyak
ditayangkan hanya sebagian televisi saja yang menayangkan program tersebut
seperti NET TV dengan program Lentera Indonesia, Metro TV dengan program
Cendekia.
Program dokumenter memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan
program-program tv lainnya, dan program dokumenter mengupas suatu kualitas
peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia secara faktual. Berbagai fakta
dihadirkan oleh dokumenter dengan cara menyajikan data-data melalui pernyataan
narasumber yang paham betul peristiwa yang dibahas. Selain itu disajikan data
pendukung lapangan sesuai dengan peristiwa yang terjadi.
Tuna susila merupakan satu permasalahan sosial di Indonesia yang belum
mendapatkan perhatian secara serius sehingga mereka terjerumus pada
keterpurukan yang melanggar aturan, norma agama, nilai-nilai di masyarakat yang
efeknya sangat merugikan dirinya, keluarga, masyarakat. Pekerja seks komersial
atau Wanita Tuna Susila adalah wanita yang mempunyai kebiasaan melakukan
4
hubungan kelamin diluar perkawinan, baik dengan imbalas jasa ataupun tidak.
Prostitusi atau pelacuran pada hakekatnya adalah perilaku seks yang berganti-
ganti pasangan, dapat dilakukan oleh pria maupun wanita. Alasan utama dari
terjunnya seseorang pada praktek prostitusi adalah masalah ekonomi, karena
pendidikan yang terbatas serta perilaku demoralisasi mereka melihat prostitusi
sebagai salah satu pekerjaan sekaligus profesi yang sangat menjanjikan untuk
memperoleh banyak uang. Faktor yang paling menentukan keterlibatan seseorang
dalam praktek prostitusi adalah tekanan ekonomi. Dalam era pembangunan yang
melaju pesat menuju negara industri, persaingan untuk memperoleh penghidupan
yang baik sangat banyak ditentukan oleh tingkat pendidikan sesorang. Daya saing
seseorang dengan pendidikan tinggi tentunya lebih kuat daripada mereka yang
berpendidikan rendah disamping lahan pekerjaan yang semakin terbatas.
Motivasi menjadi PSK, tentu banyak faktornya, misalnya karena himpitan
ekonomi, tidak memiliki keterampilan dan keahlian, dijebak oleh tipuan agen
tenaga kerja, dan ada pula yang melakukannya secara tidak terpaksa/keinginan
sendiri untuk mencari pasangan yang sesuai dengan kriterianya.
Masalah Tuna Susila merupakan masalah yang kompleks dan multi
dimensional sehingga memerlukan penanganan secara komprehensif, terpadu dan
berkesinambungan atas dasar kerja sama berbagai disiplin ilmu dan profesi seperti
pekerja sosial, dokter, psikolog, tokoh agama serta profesi lainnya. Selain itu kerja
sama antar instansi terkait baik pemerintah maupun swasta di tingkat pusat
maupun daerah dengan ditunjang oleh organisasi sosial masyarakat. Kementrian
sosial RI melalui Direktorat Rehabilitas Sosial Tuna Sosial memiliki kepedulian
permasalahan tuna susila, khususnya melalui upaya penyelenggaraan rehabilitasi
5
sosial melalui sistem panti dan non panti. Tujuannya agar mereka dapat kembali
kekehidupan normal dan tidak kembali melakukan praktek-praktek asusila seperti
sebelumnya.
Sesuai Peraturan MenteriSosial RI Nomor 106/HUK/2009tentang
organisasi dan panti sosial dilingkungan departemen sosial. Panti Sosial
mempunyai tugas melaksanakan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi
penyandang masalah kesejahteraan sosial agar mampu berperan aktif,
berkehidupan dalam masyarakat, rujukan regional, pengkajian dan penyiapan
standar pelayanan, pemberian informasi serta koordinasi dan kerjasama dengan
instansi terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Panti Sosial Karya Wanita mempunyai tugas memberikan bimbingan,
pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bersifat kuratif, rehabilitatif, promotif
dalam bentuk bimbingan pengetahuan dasar pendidikan, fisik, mental, sosial,
pelatihan keterampilan, resosialisasi bimbingan lanjut bagi para wanita tuna susila
agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat serta
pengkajian dan pengembangan standar pelayanan dan rujukan.
1.2. Kegunaan Program
1.2.1. Kegunaan Khalayak
Dalam pembuatan program dokumenter berjudul PSKW (Panti
Sosial Karya Wanita) ini, tim bermaksud untuk memberikan suatu
karya audio visual. Hasil karya ini dibuat bertujuan untuk menambah
sudut pandang baru kepada khalayak tentang pekerja seks komersial.
Program ini dibuat juga bertujuan agar dapat memberikan inspirasi
6
terhadap penonton dan memberikan informasi yang lebih luas
kepada penonton tentang pekerja seks komersial yang mungkin
selama ini belum banyak di ketahui oleh para khalayak. Program ini
diharapkan bisa membuat khalayak tau bahwa pekerja seks
komersial juga mendapatkan perhatian dari pemerintah
1.2.2. Kegunaan Praktis
Karya dokumenter ini diharapkan dapat memberikan suatu
informasi dan pengetahuan kepada organisasi atau tim peniliti
yang sedang melakukan riset didalam bidang dokumenter ataupun
dalam bidang lainnya mengenai wanita susila dan pernanan
penting pemerintah dalam mengatasi masalah wanita susila yang
belum banyak diketahui oleh khalayak umum, dengan adanya
karya dokumenter ini untuk memberikan informasi serta
pengetahuan bagi audiens.
1.2.3. Kegunaan Akademis
Secara akademis diharapkan karya dokumenter ini dapat
memberikan manfaat bagi mahasiswa atau pelajar yang ingin
menggarap sebuah karya dokumenter TV. Karya ini dapat
dijadikan sebagai acuan terhadap pengembangan ataupun
pembuatan dalam karya yang sama.
1.3. Referensi Audio Visual
Dalam penulisan Tugas Akhir penulis menggunakan beberapa
referensi, adapun beberapa pengumpulan referensi untuk tugas akhir ini
adalah:
7
1.3.1 Lentera Indonesia
Lentera Indonesia adalah program dokumenter di NET, program
yang berdurasi 30 menit ini menyuguhkan kisah-kisah pengalaman
nyata para anak muda yang rela melepaskan peluang karir dan kamapan
kehidupan kota besar untuk mengabdi di pelosok tanah air.
Prinsip dasar yang dipakai program ini adalah prinsip dokumenter
dimana peristiwa-peristiwa yang disajikan merupakan realita apa
adanya.
Alasan: Lentera Indonesia adalah sebuah program dokumenter tv
yang di angkat dari kisah-kisah nyata yang ada disekitar. Inilah yang
menjadi sebuah acuan bagi penulis untuk menjadikan referensi didalam
program dokumenter tv yang sedang penulis sajikan.
1.3.2 Cendekia
Cendekia adalah program dokumenter yang menyajikan kisah
humanis tentang dunia pendidikan indonesia yang tayang di Metro TV.
Alasan: Cendekia adalah sebuah program dokumenter tv yang
menyajikan kisah humanis tentang dunia pendidikan di indonesia.
Menurut penulis kesimpulan dari pembahasan BAB 1 adalah:
Dunia penyiaran dan pertelevisian mempunyai pengaruh besar dalam
kehidupan masyarakat luas. Semakin berkembangnya teknologi
semakin membuat dunia penyiaran dan pertelevisian semakin diminati
oleh masyarakat. Karena dari sebuah program pertelevisian yang
disiarkan dapat menerima informasi, hiburan dan pendidikan.
Pertelevisian memiliki peran yang potensial dikalangan masyarakat.
180
BAB II
KAJIAN PROGRAM
2.1. Kategori Program
Program hiburan terbagi dua, yaitu program drama dan non drama.
Pemisah ini dapat dilihat dalam teknik pelaksaan produksi dan penyajian
materinya beberapa stasiun televisi pun memisahkan bagian drama dan non
drama dengan perkembangan kreatifitas industri program televisi, program
hiburan non drama dan drama seperti juga dengan program informasi dan
hiburan tidak berdiri sendiri, tetapi dapat berada didunia karakter program
tersebut, karena sifat yang menghibur.
Program informasi adalah program yang bertujuan memberikan
tambahan pengetahuan kepada penonton melalui informasi. Program
informasi kemudian dibagi menjadi dua jenis, yaitu berita keras (hard news)
yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan dan berita
lunak (soft news) yang merupakan kombinasi dari fakta, gosip, dan opini.
Sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar, yaitu musik,
game show, dan pertunjukan. Oleh sebab itu penulis akan menjelaskan
kategori program yang akan dipilih oleh penulis.
Menurut Morissan (2013:210) mengemukakan: “program merupakan
segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan
audience-nya. Dengan demikian program memiliki pengertian yang sangat
luas”.
84
Penjelasan kategori program menurut Irwanto dkk (2014:23) mengatakan: Program-program yang disajikan melalui media televisi memiliki karateristiknya. Secara kategorial karateristiknya, merujuk dari kriteria UNESCO (United Nations Educational, Scientifi and Cultural Organization), Program terbagi dalam lima bagian, yaitu program Pendidikan, program informasi, program berita, program budaya, dan program hiburan. Ketiga kategori tersebut bisa menunjuk pada program berita, documenter, program drama, program magazine show, program music, animasi, dan lain-lain.
Melalui kutipan di atas disimpulkan bahwa program televisi terbagi dalam
lima kategori yaitu, program Pendidikan, program informasi, program berita,
program budaya, dan program hiburan. Untuk itu penulis menyimpulkan
bahwa program dokumenter Panti Sosial Karya Wanita termasuk ke dalam
kategori informasi dan edukasi karena program ini akan menginformasikan
banyak hal mengenai hal-hal yang belum diketahui masyarakat pada
umumnya tentang wanita pekerja malam.
Di dalam program televisi terdapat beragam format. Salah satunya format
program dokumenter (documenter) Program dokumenter adalah program
yang menyajikan suatu kenyataan berdasarkan pada fakta objektif yang
memiliki nilai esensial dan eksistensial, artinya menyangkup kehidupan
lingkungan hidup dan situasi nyata.
Menurut Gerzon R.Ayawaila (2014:324) Dalam dokumenter terkandung
unsur factual dan nilai, biarpun banyak catatan foto atau materi lain yang
berisi rekaman peristiwa dan kejadian-kejadian nyata tidak semua materi itu
memiliki nilai dokumenter. Dalam hal ini, penentu kriteria materi itu
bermakna atau tidak bertolak dari pandangan lingkungan itu sendiri.
Dalam dokumenter menurut Gerzon R.Ayawaila terdapat 11 jenis
dokumenter yaitu:
1. Dokumenter laporan pelajaran
85
Pada awalnya adalah dokumentasi antropologi dari para ahli etnolog
atau etnhography. Namun dalam perkembangannya bisa membahas
banyak hal dari yang paling penting hingga hal kecil sesuai dengan
pesan dan gaya yang dibuat. Istilah lain yang sering digunakan untuk
dokumenter ini adalah Travelogue, trafel film, trafel dokumentary dan
adventures film.
2. Dokumenter sejarah
Dokumenter juga bisa menceritakan sejarah perjuangan suatu bangsa,
berisi perjuangan tokoh-tokoh pahlawan untuk mengenang berdirinya
suatu negara yang mengalami proses perlawanan menjadi negara yang
merdeka. Dokumenter genre sangat kental aspek referential meaningnya
(makna yang sangat tergantung pada referensi peristiwanya). Adapun tiga
hal yang penting dalam dokumenter sejarah adalah waktu peristiwa, lokasi
sejarah, dan tokoh pelaku sejarah tersebut.
3. Dokumenter potret atau biography
Sesuai dengan namanya jenis ini lebih berkaitan dengan sosok seorang.
Mereka yang diangkat menjadi tema utama biasanya seseorang yang
dikenal luas di dunia, atau masyarakat tertentu, atau seseorang yang biasa
namun memiliki kehebatan, keunikan, ataupun aspek lain yang menarik.
4. Dokumenter perbandingan atau kontradiksi
Dokumenter ini mengetengahkan sebuah perbandingan, bisa dari
seseorang atau sesuatu yang bersifat budaya perilaku dan peradaban suatu
bangsa. Cerita mengemukakan objek perbedaan suatu situasi atau kondisi
dari suatu objek atau subjek dengan yang lainnya.
86
5. Dokumenter ilmu pengetahuan
Film ini berisi penyampaian informasi mengenai teori, sistem, berdasarkan
disiplin ilmu tertentu, kemasannya bisa film edukasi (jika ditunjukan untuk
publik khusunya) atau film intruksional jika ditunjukan untuk publik
umum dan luas.
6. Dokumenter nostalgia
Dokumenter yang mengisahkan kilas balik dan napak tilas, misalnya napak
tilas tentang amerika, veteran perang vietnam. Dikemas dengan
menggunakan penuturan perbandingan (perbandingan sekarang dan masa
lampau).
7. Dokumenter rekontruksi
Pecahan atau bagian peristiwa masa lampau maupun masa kini disusun
atau direkontruksi berdasarkan fakta sejarah. Dokumenter jenis ini
mencoba memberi gambaran ulang peristiwa yang terjadi secara utuh.
8. Dokumenter investigasi
Dokumenter ini dikemas untuk mengungkapkan misteri sebuah peristiwa
yang belum atau tidak pernah terungkap dengan jelas. Peristiwa yang besar
pernah menjadi berita hangat media massa diseluruh dunia, disebut juga
dokumenter jurnalistik. Jenis dokumenter ini kepanjangan dari investigasi
jurnalistik. Tetapi yang membedakan dengan investigasi report (laporan
investigasi harus aktual). Biasanya aspek visualnya yang tetap ditonjolkan.
Peristiwa yang diangkat merupakan peristiwa yang ingin diketahui lebih
dalam, baik diketahui oleh publik ataupun tidak.
9. Dokumenter eksperimen atau seni
87
Jenis dokumenter ini dipengaruhi oleh film ekperimental. Sesuai dengan
namanya film ini mengandalkan gambar-gambar yang tidak berhubungan
namun ketika disatukan dengan editing, maka makna yang muncul dapat
ditangkap penonton melalui asosiasi yang terbentuk dibenak mereka.
10. Dokumenter buku harian
Merupakan dokumenter yang mengkombinasikan laporan perjalanan dengan
nostalgia kejayaan masa lalu, jalan cerita mencantumkan secara lengkap dan
jelas tanggal kejadian, lokasi, dan karakter sangat subjektif, seperti halnya
buku harian.
11. Dokumenter drama
Dokumenter drama adalah genre dokumenter dimana pada beberapa bagian
film disutradarai atau diatur terlebih dahulu dengan perencanaan yang
detail. Film dokumenter drama merupakan peristiwa yang pernah terjadi
direkontruksi ulang dengan kemasan yang baru. Merekontruksi peristiwa
tersebut sebagai rujukan kebenaran atau potret seseorang (biopic atau
biografi picture).
Dalam pembuatan program dokumenter televisi PSKW (Panti sosial karya
wanita) penulis menggunakan metode narasi dan wawancara untuk lebih
menjelaskan sejarah yang ada di Panti sosial karya wanita, lalu menggunakan
kamera dan audio yang mudah dibawa dan tidak menggunakan teknik drama
maupun aktor didalam sebuah peristiwa namun pada karya ini yang merupakan
program televisi penulis menggabungkan metode dokumenter dengan unsur
program dokumenter televisi.
88
Dalam program ini penulis menggarap sebuah Panti Sosial yaitu Panti
Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya” Jakarta adalah salah satu Unit Pelaksana
Teknis di lingkungan Departemen Sosial RI yang berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi
Sosial, sehari-hari secara fungsional dibina oleh Direktur Pelayanan Rehabilitasi
Tuna Sosial. Panti Sosial dipimpin oleh seorang Kepala.
Panti Sosial mempunyai tugas melaksanakan pelayanan dan rehabilitasi
sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial agar mampu berperan aktif,
berkehidupan dalam masyarakat, rujukan regional, pengkajian dan penyiapan
standar pelayanan, pemberian informasi serta koordinasi dan kerjasama dengan
instansi terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Panti Sosial Karya Wanita mempunyai tugas memberikan bimbingan,
pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bersifat kuratif, rehabilitatif, promotif
dalam bentuk bimbingan pengetahuan dasar pendidikan, fisik, mental, sosial,
pelatihan keterampilan, resosialisasi bimbingan lanjut bagi para wanita tuna susila
agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat serta
pengkajian dan pengembangan standar pelayanan dan rujukan
2.2. Format Program
Ada beberapa format program yang lazim disajikan televisi, yaitu
program berita, program dokumenter, program magazine show, program variety
show, program talkshow, program musik, program kuis dan game show, program
komedi, program drama, program animasi, dll. Dalam bab selanjutnya program
tersebut secara detail akan diurai dan dibahas. Program yang dimaksud adalah
program dokumenter
89
Format acara sangatlah penting untuk menentukan selera penonton.
Format acara non-drama adalah sebuah format acara yang banyak terdiri dari
variety show, talk show, music quiz, game show.
Menurut Supriyadi, dkk (2014:24) menyimpulkan bahwa: Format program adalah suatu pola yang disajikan suatu program dengan ciri dan karakter tertentu. Ada beberapa format program yang lazim yang disajikan televisi, yaitu program berita, program dokumenter, program magazine show, program musik, program variety show, program talk show, program kuis dan game show, program komedi, program drama, program animasi, dan program lain-lain. Program-program tersebut secara detailnya akan diurai dan dibahas.
Melalui kutipan di atas disimpulkan bahwa tujuan penentuan format
program adalah untuk memenuhi sasaran khalayak secara spesifik dan untuk
kesiapan berkompetisi dengan media lain disuatu lokasi siaran.
Dalam banyaknya format acara non-drama penulis memilih format
program dokumenter, dikarenakan penyajian yang berlangsung secara fakta tanpa
dibuat-buat dan menyajikan informasi-informasi tentang PSKW (Panti sosial
karya wanita).
2.3. Judul Program
Memilih satu nama bagi suatu program merupakan kegiatan yang penting
ditinjau dari perspektif promosi karena nama program berfungsi menyampaikan
atribut dan makna. Dalam memilih nama program, pengelola program harus
memilih nama yang dapat menginformasikan konsep program dan dapat
membantu menempatkan atau memposisikan program bersangkutan dan pada saat
yang sama juga menciptakan image bagi program itu.
Menurut Latief dan Utud (2015:66) “berbagai macam cara dilakukan
untuk membangun image stasiun, diantaranya dengan menayangkan tagline atau
motto stasiun.”
90
Dengan melihat sebuah judul program, audien dapat menggambarkan isi
dari program tersebut. Judul juga bisa mengisi latar belakang dari materi program
sebelum materi ditayangkan, karena itu pemberian judul yang khas dan singkat
sangat berpengaruh dalam kesan pertama sebab menyangkut keseluruhan
program.
Menurut Supriyadi, M.Kom dkk (2014:27) “setiap program yang dibuat
sebaiknya memiliki nama atau judul acara yang khas dan unik, yang diselaraskan
dengan sasaran pemirsanya.”
Pembuatan program dokumenter ini, penulis bersama tim sepakat memilih
judul “Panti Sosial Karya Wanita” sebagai judul program.
Alasan penulis dan tim memberi judul Panti Sosial Karya Wanita adalah
karna tim mengangkat sebuah film yang menceritakan PSKW (Panti Sosial Karya
Wanita) yang menampung Wanita Tuna Susila.
2.4. Target Audience
Setelah melakukan perancangan program media perlu membuat target
audien (targeting) yang akan menjadi fokus dalam melayani audien dengan
memuaskan kebutuhan yang dituju.
Segmentasi diperlukan agar stasiun penyiaran dapat melayani audiens
secara lebih baik, melakukan komunikasi yang lebih persuasif dan yang terpenting
adalah memuaskan kebutuhan dan keinginan audiens yang dituju. Untuk
mempromosikan suatu program misalnya, praktisi penyiaran harus tau siapa yang
akan menjadi audiensnya.
Definisi target audien menurut Morissan (2013:193) “Target audien adalah
memilih satu atau beberapa segment yang akan menjadi fokus kegiatan-kegiatan
91
pemasaran program dan promosi. Perusahaan harus memilih keberanian untuk
memfokuskan kegiatannya pada beberapa bagian saja (segment) audien dan
meninggalkan bagian lain.
1. Analisa Target Usia
Menurut Morissan (2011:181) Biasanya audien dibedakan menurut usia,
yaitu anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua. Tetapi pembagian ini masih
dianggap terlalu luas. Misalnya, kelompok usia dewasa memiliki bentang usia
yang cukup luas sehingga perlu dibagi lagi menjadi kelompok-kelompok yang
lebih kecil. Program sering kali menggunakan segmentasi usia ini dalam
menjangkau audien yang diinginkan sehingga kita mengetahui program untuk
audien anak-anak, remaja, muda, dewasa, dan Orang Tua .
Table II.1
Data Usia Target Audience
No Kelompok Usia
1. 0-14 tahun
2. 15-20 tahun
3. 20-29 tahun
4. 30-39 tahun
5. 40+ tahun
Sumber : Morissan (2013,184)
92
Dari pernyataan diatas, penulis menyimpulkan program nondrama
dokumenter “Panti Sosial Karya Wanita” target usianya adalah remaja dan
muda yaitu umur 15-20 tahun dan 20-29 tahun.
2. Analisa Target Penonton
Setiap program acara televisi pasti memiliki target penonton yang berbeda-
beda. Ada yang bisa disaksikan semua orang, ada juga yang hanya membuat
program khusus untuk wanita atau pun pria saja. Semua itu tergantung
dengan konsep ataupun konten program yang akan disiarkan.
Menurut Morissan (2011:184) Banyak sekali produk yang menggunakan pendekatan jenis kelamin ini dalam pemasarannya. Ada satu merek produk yang ditujukan hanya kepada wanita saja atau hanya kepada pria,masing-masing memiliki strategi promosi yang berbeda. Isi media massa memengaruhi siapa yang akan menggunakan media itu. Program televisi tertentu seperti program olahraga biasanya disukai konsumen laki-laki,infotainment disukai wanita. Selain itu, ada program sinetron (wanita), program memasak (wanita), program berita (laki-laki), dan seterusnya.
Dari kutipan diatas penulis menyimpulkan bahwa program non drama
televisi dokumenter “Panti Sosial Karya Wanita” ini ditujukan untuk
kalangan pria dan wanita.
3. Status Ekonomi Sosial
Produk yang dibeli seseorang biasanya erat hubungannya dengan
penghasilan yang diperoleh rumah tangga orang tersebut. Selera atau
konsumsi seseorang sangat dipengaruhi oleh kelas sosial yang ditempatinya
termasuk selera terhadap program yang ditonton atau didengarnya dari
media penyiaran. Pendapatan seseorang akan menentukan dikelas sosial
mana dia berada dan kedudukan seseorang dalam kelas sosial akan
memengaruhi kemampuannya berakses kepada sumber-sumber daya dan
93
kecenderungannya dalam menggunakan media. Pendapatan seseorang
memengaruhi terhadap apa yang dibacanya atau apa yang ditontonnya.
Menurut Lloyd Warner dalam Morissan (2011:186), kelas sosial dapat dibagi menjadi enam bagian, yaitu :
Tabel II.2 Status Ekonomi Sosial
Kelas Sosial
Kelas atas (A+)
Kelas atas bagian bawah (A)
Kelas menengah atas (B+)
Kelas menengah bawah (B)
Kelas bawah bagian atas (C+)
Kelas bawah bagian bawah (C)
Sumber : Morissan,2011:186
Masing-masing kelas tersebut memiliki karakter berbeda-beda,yang
memengaruhi cara pandang dan cara membelanjakan uangnya. Mereka yang
mendiami kelas-kelas tersebut pun berbeda karakternya menurut lama
barunya mereka berada dikelasnya masing-masing. Mereka yang baru saja
memasuki kelas menengah (berasal dari kelas bawah) akan memiliki
kebiasaan membelanjakan uang yang berbeda dengan mereka yang sudah
mapan secara turun-temurun dalam kelas itu.
Melalui kutipan diatas penulis menyimpulkan bahwa dalam program non
drama televisi dokumenter “Panti Sosial Karya Wanita” ini penulis memilih
status ekonomi kelas menengah bawah (B), dikarenakan isi program penulis
mengenai informasi sosial sehingga memberikan pengetahuan dan mudah
94
untuk dipahami kelompok tersebut. Berada di wilayah Indonesia terutama
provinsi Jawa. Personalitas dan gaya hidup audien dari program dokumenter
ialah yang bersikap ramah, agresif, responsif, inisiatif, kompetitif, serta
setiap orang yang memiliki pengalaman dan tantangan dalam hidup.
2.5. Karakteristik Produksi
Karakteristik produksi terdiri dari beberapa bagian yaitu taping
(rekaman) merupakan kegiatan merekam adegan dari naskah menjadi bentuk
audio visual (AV). Materi hasil rekamannya akan ditayangkan pada waktu
yang berbeda dengan peristiwanya. Misalnya rekaman dilakukan pada
minggu lalu, ditayangkan minggu ini atau rekaman dilakukan pada pagi
harinya dan disiarkan pada malam hari.
Menurut Djamal dan Fachrudin (2015:25) mengatakan bahwa:
Live On Tape merupakan produksi yang berlangsung tanpa henti sampai akhir program seperti format live, namun sebelum ditayangkan akan dilakukan proses editing hanya dalam hal khusus (insert editing). Program direkam pembagian (segment) kemudia program akan ditayangkan segera dilain waktu Sedangkan menurut Latief & Utud (2017:258) menyimpulkan bahwa:
Produksi program siaran dilakukan dengan dua cara, yaitu sistem siaran langsung (live) dan sistem rekaman (taping). Dimaksud siaran langsung adalah segala bentuk program siaran yang ditayangkan tanpa penundaan dengan peristiwanya. Adapun siaran rekaman adalah program siaran yang ditayangkan pada waktu berbeda dengan peristiwanya.
Karakter program Dokumenter TV yang penulis gunakan adalah taping
(rekaman) yang akan disiarkan akhir pekan, pada hari sabtu pukul 13.00-
13.30 yakni saat kebanyakan orang sedang beristirahat dan berkumpul
bersama keluarga untuk menonton TV bersama dan bertukar pikiran.
95
Latief & Utud (2015:152) mengatakan bahwa “Sedangkan Live On Tape
adalah program yang direkam secara utuh dengan konsep siaran langsung
menggunakan beberapa kamera dan direkam terus menerus menggunakan VT
melalui visitor mixer, hasilnya akan diedit sebelum disiarkan.”
96
BAB III
LAPORAN PRODUKSI
Sebuah program yang baik pasti ditangani oleh orang-orang yang bekerja
keras dengan baik, menjalankan tugas dan tanggung jawab dengan tidak terlepas
dari bantuan penata camera. Sebagus-bagusnya konsep program apabila tidak
didukung oleh sistem kerabat kerja (crew) yang baik maka program tersebut tidak
akan berhasil.
Tak akan mungkin sebuah program berhasil baik. Kerabat kerja yang baik
mutlak diperlukan dalam sebuah produksi. Masing-masing kerabat kerja harus
profesional dalam bidangnya dan mampu bertanggung jawab sungguh-sungguh
pada tugasnya”.
Dalam produksi program TV seluruh crew harus bisa bekerja sama sesuai
dengan bidang masing-masing dalam menerjemahkan visi Sutradara terhadap
skenario. Kemampuan dalam menerjemahkan visi tersebut merupakan kunci
keberhasilan pembuatan sebuah program TV. Karena itu, sebuah organisasi
produksi memerlukan pembagian tugas yang sangat rinci dengan tanggung jawab
yang jelas, sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan lancar berkat dukungan
organisasi yang rapih dan efisien.
Daftar anggota kerabat kerja beserta lembar tugas masing-masing
diperlukan untuk mengontrol sebuah pekerjaan sehingga jika ada hambatan
segera diketahui dimana dan siapa yang akan bertanggung jawab.
3.1. Proses Kerja Produser
97
Produser mempunyai otoritas membentuk tim kerja juga menggerakan
departemen produksi sebuah produksi program TV. Namun adanya peran
produser, bukan berarti tim kerja yang lain tidak mempunyai fungsi kontrol.
Mereka bisa menanyakan dan mempertimbangkan apa yang produser gunakan
dalam mengambil keputusan. Sehingga tim kerja yang lain dapat mengkontrol
kerja produser sekaligus menentukan keputusan bersama yang lebih tepat.
Menurut Supriyadi, dkk (2014:13) mengatakan bahwa “Produser adalah
seorang yang bertanggung jawab terhadap semua aspek keuangan dan
administrasi di dalam suatu produksi film, juga menangani tahap awal
perencanaan produksi, distribusi, promosi atau periklanan.
Dengan disimpulkan secara umum bahwa produser adalah orang yang
bertanggung jawab atas hasil akhir proses pengerjaan program, serta orang-
orang yang terlibat di dalamnya sesuai tujuan yang diterapkan bersama, dan
tugas seorang produser adalah menentukan gagasan dan konsep program yang
diinginkan oleh pemirsa.
3.1.1. Pra Produksi
Pra produksi bagi produser adalah waktu dimana produser sedang
melakukan sejumlah persiapan pembuatan program TV, diantaranya
meliputi penulisan naskah skenario, menentukan jadwal pengambilan
gambar, mencari lokasi, menyusun anggaran biaya, mengurus perizinan,
menentukan kru produksi, serta mengurus penyewaan pralatan produksi
yang akan digunakan. Tahapan pra produksi adalah seorang produser aktif
mengumpulkan tim produksi (crew) untuk mengadakan rapat dan
membahas seluruh kesiapan untuk produksi dari mulai rapat diskusi
98
dengan penulis dan sutradara, mengenai ide cerita serta riset lapangan dan
berdiskusi dengan penata camera mengenai equipment yang akan
digunakan, dengan adanya ini penulis sebagai produser membangun mood
sejak tahap ini untuk proses shooting sampai ke tahap akhir dieditor.
Saat awal merencanakan suatu program TV, produser harus
menemukan materi program yang bagus yang akan dibuat. Produser juga
harus memperhatikan materi yang akan di produksi, apakah terkandala
masalah hak dan pihak lain sebut saja seperti karakter atau musik yang
digunakan harus original dan jika tidak original harus mendapat legalitas
dari pihak terkait.
Menurut Supriyadi, dkk (2014:86) mengatakan bahwa:
Pada fase pra produksi produser, penulis naskah dan sutradara tetap fokus pada triangel sistem untuk mematangkan konsep dan desai produksi, ketiganya memegang peran utama dalam produksi. Sesuai peran dan tanggung jawab ketiganya saling berelaborasi untuk menterjemahkan ide dan mendelegasikan ide tersebut kepada semua anggota tim yang terlibat.
Penentuan konsep ide merupakan realisasi dari pemikiran dasar dan
gagasan awal yang bertujuan untuk menuangkan ke dalam audio visual,
berupa ide awal, tema yang akan diangkat. Pada tahap ini ditentukan
sasaran judul, target audience, perkiraan biaya dan rencana kerja.
Berpikir tentang produksi televisi bagi seorang produser profesional,
berarti mengembangkan gagasan sebagai materi produksi itu, selain
menghibur, dapat menjadi suatu sajian yang bernilai, dan memiliki makna,
saat pra produksi tugas seorang produser adalah membuat perencanaan
jadwal produksi dan membuat rencana anggaran saat produksi. Segala
bentuk kegiatan yang dilakukan sebelum masa produksi seperti
99
menentukan ide, pematangan konsep, hingga persiapan teknis serta
koordinasi tim (crew) sangat penting bagi sebuah program.
Menurut Latief & Utud (2015:124) menyimpulkan bahwa “Produser adalah pimpinan produksi yang mengoordinasikan kepada seluruh kegiatan pelaksanaan sejak pra produksi, produksi, pasca produksi. Seorang produser harus memiliki kemampuan dan selera yang baik, karna ditangan produser suatu program bisa baik dan tidak.
Berawal dari konsep yang matang dan persiapan yang maksimal maka
berpengaruh pada keberhasilan program, terlebih dengan program
dokumenter yang bergantung pada hasil riset sebelum tahap produksi
menentukan kualitas dokumenter yang cukup signifikan karena
dokumenter mengandung data informasi yang faktual.
Menurut Latief & Utud (2017:3) menyimpulkan bahwa “Produser hanya sebuah kata, tetapi dalam dunia broadcasting dan film kata produser terkandung makna kuat, daya tarik, dan pengaruhnya pada pengembangan karir dan nasib pekerja dan pelaku seni. Bahkan produser menjadi magnet bagi mereka yang ingin membangun karir didunia hiburan (entertaiment).
Melakukan riset, baik riset kepustakaan maupun riset lapangan
mengenai tema yang dipilih, menghubungi pribadi-pribadi penting yang
berkaitan dengan tema yang akan digarap, dan meminta penjelasan secara
rinci yang menyangkut permasalahan tersebut, maka setelah itu membuat
tesis dan kerangka pemikiran.
Perihal perizinan, terutama lokasi shooting tidak boleh diabaikan
karena akan berakibat fatal. Jika saat produksi bergulir tidak mendapatkan
izin untuk pengambilan gambar di lokasi tentu saja waktu produksi menjadi
terhambat. Penulis selaku produser dan tim, melakukan survey lokaasi yang
sesuai dengan naskah, mempelajari atau mengakses tentang lokasi yang
bersangkutan guna mendapatkan informasi seperti waktu untuk mencapai
100
lokasi dan rute jalan yang dapat mempermudah dan mengurangi kendala
disaat produksi berlangsung. Selanjutnya penulis mengajukan surat
permohonan izin lokasi kepada pihak terkait.
Setelah konsep dan penentuan tanggal produksi sudah disepakati,
produser berkoordinasi dengan tim untuk mempersiapkan segala
kebutuhan terutama pada perisapan alat, transportasi, akomodasi dan
konsumsi yang sudah termasuk dalam biaya tetap.
3.1.2. Produksi
Salah satu atau seluruh anggota tim produksi mengeksekusi desain
produksi yang telah dibuat sebelumnya, ini berarti langkah awal memasuki
masa produksi, yakni mengubah ide dan gagasan menjadi bentuk pesan
baik gambar maupun suara yang bermakna guna untuk dinikmati oleh
audience dalam bentuk sajian acara.
Sebagai seorang produser, penulis mempunyai peran besar dalam
departemen produksi, semua dikarenakan sejak pra produksi penulis sudah
menyusun anggaran yang harus dikeluarkan sejak awal pra produksi hingga
akhir pasca produksi atau editing.
Lancarnya proses tahapan produksi tercermin dari desain poduksi
yang dibuat pada pra produksi. Biasanya semakin detail desain produksi
yang dibuat semakin mempermudah tim untuk melakukan produksi,
memasuki masa produksi, produser kembali memegang peran penting,
produser wajib untuk memastikan bahwa seluruh kegiatan produksi
berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan. Baik dari segi waktu,
maupun dari segi biaya. Ketika terjadi sesuatu diluar rencana yang
101
mengganggu proses berjalannya produksi, maka produserlah yang bertugas
mencari jalan keluarnya dengan dibantu dengan tim lain yang terlibat saat
produksi.
Menurut Latief & Utud (2017:17) menyimpulkan bahwa “Pada tahap produksi, produser tetap terlibat sebagai leader. Meskipun ada pengarah acara (PD=Program Director) yang bertugas menerjemahkan naskah dalam perspektif pemikirannya, namun lebih bertanggung jawab pada penyajian visual saja dengan sentuhan artistik. Kadang PD pada saat rekaman gambar hanya fungsi sebatas menerjemahkan konsep menjadi AV atau sebagai swicherman saja. Pra produksi dan pasca produksi dikerjakan produser dan tim lainnya.
Berdasarkan pengertian produksi yang dikemukakan diatas, maka
penulis menyatakan bahwa sebagai produser penulis mengawasi
berjalannya proses produksi agara hasil akhir produksi tidak keluar dari
konsep yang sudah ditentukan sejak awal.
Semua yang telah dipersiapkan pada tahap pra produksi akan
dieksekusi. Dilakukan proses pengambilan gambar, suara serta elemen-
elemen yang nantinya diperlukan untuk membangun sebuah film.
Selama proses produksi produser dibantu oleh sutradara
merealisasikan treatment yang sudah dibuat, serta mengawasi jalannya
produksi sesuai dengan jadwal kegiatan yang sudah disepakati,
mengingatkan akan kondisi kesehatan tim dan selalu berkoordinasi atas
kesiapan dan kelengkapan alat operational.
1. Konsumsi
Produser bertanggung jawab atas hasil program serta seluruh tim yang
bertugas, dalam hal pengerjaan. Konsumsi berupa makanan dan
minuman sangat diperlukan sebagai sumber energi. Pada tahap produksi
penulis menyiapkan alokasi dana khusus untuk konsumsi.
102
2. Kondisi kesehatan tim
Dalam proses produksi, jarak dan waktu yang terkadang tidak bisa di
prediksi karena menyangkut kesediaan narasumber, maka terpaksa
dalam cuaca sedang turun hujan tim harus tetap berangkat menuju
lokasi, untuk meminimalisir kesehatan tim menurun maka penulis selalu
mengingatkan atas kondisi badan tim dan menyiapkan obat diperlukan.
3. Tim schedule
Dikarenakan waktu yang terbatas, jalannya produksi yang
diselenggarakan dalam waktu yang sudah disepakati, produser berusaha
mencapai semua tujuan mengurangi resiko kurangnya keterangan
narasumber, stock shoot maupun data-data penting. Maka segala upaya
dilakukan untuk menjaga time schedule setidaknya diawal aktivitas
sesuai dengan rencana, yaitu dengan cara segera mengatur jadwal ulang
jika ada salah satu yang berhalangan digantikan dengan agenda
berikutnya yang memungkinkan untuk dikerjakan terlebih dahulu.
Memaksimalkan masa produksi juga merupakan upaya mencegahnya
pemborosan anggaran.
Dalam proses produksi menurut penulis seorang produser yang harus
diperhatikan adalah konsumsi, transportasi, akomodasi dan komunikasi
dengan crew agar tidak terjadi kesalahan pada saat jalannya produksi.
3.1.3. Pasca Produksi
103
Ketika shooting selesai bukan berarti pekerjaan selesai, menjadi
seorang produser tidaklah mudah proses selanjutnya sudah menanti yaitu
pasca produksi. Dalam tahapan ini seorang produser biasanya sudah memilih
editor sebelum shooting dimulai. Beberapa banyak shoot yang belum tersusun
harus dirapihkan menjadi satu kesatuan cerita oleh seorang editor atu
penyunting gambar. Sebelum melakukan proses editing editor harus
memaparkan dan menjabarkan konsep editing kepada produser dan sutrdara.
Pada saat proses pasca produksi ini produser harus memantau proses
edit agar tidak keluar dari jalur konflik yang telah dibuat oleh penulis naskah
dan persetujuan anggota. Produser juga dapat membantu apabila terjadi suatu
masalah terhadap proses editing. Setelah tahap produksi produser berserta tim
produksi mereview hasil liputan dan memeriksa kelengkapan konten yang
dibutuhkan, setelah itu melakukan koordinasi terhadap tim editor dan
sutradara untuk mengatur susunan fakta agar peristiwa itu lebih bermaksa
(essensial). Hasil editing akan di review dan jika terdapat kekurangan maka
dilakukan revisi.
Tahap ini merupakan suatu tahap dari proses pembuatan program
TV. Tahap ini dilakukan setelah tahap produksi program TV dilakukan.
Pada tahap ini terdapat aktifitas seperti pengeditan program TV, pemberian
efek khusus, pengoreksian warna, hingga pemberian suara dan musik latar.
Produser dalam pasca produksi kesehariannya lebih berperan sebagai
pendamping sutradara. Karena penyuntingan adalah proses kerja yang
panjang antara studradara dan editor.
104
Menurut Latief & Utud (2015:155) mengatakan bahwa “Pasca
produksi (postproduction) adalah tahapan akhir dari proses produksi
program sebelum on air. Dalam tahapan pasca produksi program yang
sudah di rekam harus melalui beberapa proses, diantaranya editing offline,
online, insert graphic, narasa, effect visual, dan audio serta mixing.
Seorang produser akan menjadi produser pasca produksi dalam
kesehariannya lebih berperan sebagai pendamping sutradara, karena
penyuntingan adalah proses kerja yang panjang antara sutradara dan editor.
Interprestasi dan teknik editing itulah yang nantinya memberi unsur
dramatik pada subjek-subjek dalam dokumenter tersebut.
Disinilah penulis sebagai produser berperan penting untuk menjadi
penengah antara editor dengan sutradara, untuk mendapatkan kualitas
berdasarkan orientasi benar dan indah serta memenuhi kriteria dan
kebijakan yang ada pada intinya.
3.1.4. Peran dan Tanggung Jawab Produser
Menjadi seorang produser sangat memegang tanggung jawab yang
besar. Segala sesuatunya harus diperhitungkan dengan matang, sebagai
produser juga berusaha agar semua ketentuan dan kriteria yang harus
dimiliki seorang produser juga ada didalam diri penulis. Semaksimal
mungkin penulis bertindak sebagaimana mestinya seorang produser
bertindak.
Menurut Supriyadi dkk (2014:49) mengatakan bahwa “Produser
adalah orang yang bertanggung jawab atas detail produksi dari awal hingga
akhir produksi dalam memanage produksi”.
105
Saya selaku produser ikut membantu menemukan ide cerita,
menyusun perancangan design produksi, mencari lokasi shooting dan
mengurus perizinan lokasi, serta menyediakan sarana dan prasarana
penunjang shooting, mengumpulkan dana untuk proses produksi dari
setiap personal tim, mencatat setiap pengeluaran dan pemasukan yang
terjadi selama masa pra produksi, produksi dan pasca produksi
berlangsung. Serta bertanggung jawab atas seluruh hasil produksi baik dari
segi dana maupun hasil akhir produksi
Pada proses program dokumenter televisi ini, produser memiliki peran dan
tanggung jawab diantaranya:
1. Pra Produksi
a. Mengembangkan gagasan materi produksi.
b. Menganalisis dan menyeleksi materi mana yang diperlukan.
c. Mengembangkan tema yang akan digarap berdasar ide-ide yang
sudah didiskusikan dan ditentukan berdasarkan hasil brainstorming,
riset serta diskusi dengan pembimbing dan asisten pembimbing.
d. Perencanaan biaya produksi (budgeting).
e. Berkoordinasi dengan pihak terkait seperti narasumber dan pemilik
dokumentasi untuk mendapatkan informasi yang diperlukan.
f. Mengatur izin tempat shooting kepada pemerintah atau tokoh
setempat.
g. Produser dapat mengatur tim dan memberi semangat kepada seluruh
crew agar bisa berjalan dengan baik.
106
h. Dapat berkoordinasi dengan penulis naskah, kameramen, sutradara,
dan editor dalam persiapan materi maupun alat
2. Produksi
a. Mengawasi jalannya produksi sesuai tanggal dan perrencanaan
yang telat disepakati.
b. Mengawasi kualitas jalannya produksi sesuai dengan treatment
yang sudah dibuat untuk pengambilan gambar dan narasumber.
c. Mengecek kondisi dan kelengkapan peralatan yang dipakai untuk
shooting.
d. Memastikan semua peralatan lengkap dan dalam kondisi sangat
baik.
e. Selalu berkoordinasi dengan sutradara, kameramen, dan penulis
naskah.
f. Menghimbau tim untuk segera menyiapkan dan memasang semua
peralatan yang ada sesuai dengan susunan kegiatan yang sudah
disepakati.
g. Memantau keamanan dan kondisi kesehatan tim dari awal hingga
akhir proses shooting.
h. Mengingatkan terus keadaan kesehatan tim agar tidak terjadi
keinginan yang tidak terjadi dan terus bersemangat dalam
melakukan proses produksi.
3. Pasca Produksi
a. Memeriksa kembali naskah dan peralatan pendukung.
107
b. Memastikan hasil take shoot sesuai dengan konsep awal, dan selalu
mengamankan hasil rekaman di beberapa tempat seperti laptop dan
hardisk eksternal.
c. Mereview hasil liputan yang sudah diambil sebelum masuk ke proses
editing.
d. Melakukan koordinasi terhadap editor dan penulis naskah.
e. Menyampaikan laporan keuangan produksi kepada seluruh anggota
(crew).
Seorang produser mempunyai andil yang sangat besar dalam
terbentuknya suatu team produksi. Selain itu seorang produser juga harus
mengontrol secara teliti kerja team produksi demi lancarnya program acara
yang telah direncanakan.
3.1.5. Proses Penciptaan Karya
1. Konsep Kreatif
Pada saat menentukan sebuah ide atau tema untuk program
dokumenter yang penulis buat, banyak pertimbangan dan
perombakan berkali-kali untuk konsep dan judul program. Penulis
bersama tim produksi menentukan dan mengembangkan sebuah
bentuk format program dokumenter yang bertemakan pendidikan dan
informasi yakni tentang sebuah Tuna Susila yang masih menjadi
permasalahan di Indonesia. Semua itu penulis sajikan berdasarkan
konsep yang sudah disepakati bersama oleh tim produksi.
108
2. Konsep Produksi
Dalam produksi, penulis akan menyerahkan sepenuhnya kepada
sutradara untuk memimpin jalannya produksi dibantu oleh
kameramen dan penulis naskah serta tim support lain. Biarpun
begitu, penulis tetap akan mengawasi dan memantau perkembangan
produksi program ini setiap harinya agar program ini tidak keluar
garis merah yang sudah ditentukan oleh tim pada awal pembentukan
produksi ini.
3. Konsep Teknis
Sebagai produser harus memahami peralatan apa saja yang akan
digunakan pada saat produksi. Itulah mengapa pada tahap pra
produksi seorang produser harus membuat equipment list agar
sutradara serta tim lain mengetahui apa saja alat-alat yang akan
dipakai dalam masa produksi. ada pun kamera yang akan digunakan
adalah kamera Sony vg30. kamera tersebut sudah termasuk kamera
berkualitas baik untuk sebuah produksi videografi (film).
3.1.6. Kendala Produksi dan Solusinya
Kendala adalah halangan rintangan dengan keadaan yang
membatasi, menghalangi atau mencegah sasaran , dalam hal ini kendala
yang dibahas adalah kendala saat masa produksi itu berlansung, dimana
ada kendala pasti disitu ada solusi yang bisa menyelesaikan kendala
tersebut, ini lah beberapa kendala yang dialami oleh penulis pada saat
masa poduksi.
109
Kendala yang dialami saat produksi adalah pengurusan perizinan
setempat karna sebelum atau saat produksi harus diawasi oleh pengawas
setempat dan dalam segi teknis kondisi cuaca yang tak menentu yang
mengakibatkan terganggunya schedule yang telah dibuat.
Solusi yang diambil adalah melakukan pendekatan terhadap
pengawas pembimbing setempat untuk mendapatkan perizinan tempat
dan perizinan wawancara saat sesi wawancara dengan narasumber.
Kendala kedua penulis mendapatkan kendala seperti cuaca yang
tidak mendukung saat proses produksi berlangsung dikarenakan hujan
yang cukup deras sedangkan pada saat itu sedang diadakannya upacara
hari kartini atau moment penting yang Cuma ada setiap satu tahun
sekali.
Solusi untuk kendala kedua penulis memilih untuk melanjutkan
produksi saat hujan dengan menggunakan peralatan yang safety seperti
pasung dan plastik wrap untuk melindungin penata kamera saat
mengambil gambar dan melindungi kamera dari terkenanya air hujan
saat proses pengambilan film sedang berlangsung.
3.1.7. Lembar Kerja Produser
1. Konsep produser
2. Working Schedule
3. Shooting Schedule
4. Equptment List
5. Breakdown Budget
110
Tabel III.1. Working Schedule 4. 5. 6.
Produksi : Edelweis Production Produser : Kamellia
Judul Karya : “Panti Sosial Karya Wanita” Sutradara : Novi
Durasi : 20 menit
No Tah
ap
Aktifitas Target per Minggu
Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 P R A P R O D U K S I
Pembagian Jobdesk
2 Penemuan Ide Cerita
3 Bimbingan Perdana
4 Pengajuan Konsep
5 Menentukan Jadwal Riset
6 Riset
No
Tah
ap
Aktifitas
Target per Minggu
April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 P R O D U K S I
Shooting
1
2 Shooting
2
3 Shooting
3
AKADEMI KOMUNIKASI
BINA SARANA INFORMATIKA
WORKING SCHEDULE
111
No Tah
ap
Aktifitas Target per Minggu
April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 P A S C A P R O D U K S I
Briefing Crew Pasca
Produksi
2 Pembuatan Lembar Kerja
Masing-Masing Divisi
3 Pembuatan Karya Kasar
4 Review Gambar
5 Final Edit
112
Tabel III.2. Shooting Schedule
Produksi : Edelweis Production Producer : Kamellia Kosasih Y
Judul Karya : “Panti Sosial Karya Wanita” Sutradara: Novi Isnawati
Durasi : 20 menit
Lokasi : Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya
Day Hari Dan Tanggal
Waktu Pelaksanaan Kegiatan
1 Senin, 23 April 2018
06.00 - 06.30 Sarapan 06.30 - 07.00 Brifing + Doa 07.00 - 07.30 Menyiapkan Equiptment 07.30 - 08.00 Berangkat Ke lokasi (panti)
08.00 - 09.00 Produksi Pengambilan Video Upacara Memperingati Hari Kartini
09.00 - 12.30 Produksi + Pengambilan Stock Shoot 12.30 - 13.30 Isoma 13.30 - 15.00 Pengambilan Stock Shoot
15.00 Break Day 1
Lokasi : Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya
Day Hari Dan Tanggal
Waktu Pelaksanaan Kegiatan
2 Selasa, 24 April 2018
08.00 - 09.00 Sarapan 09.00 - 09.20 Brifing + Doa 09.20 - 10.00 Menyiapkan Equiptment 10.00 - 10.15 Berangkat Ke lokasi (panti) 10.15 - 12.30 Produksi Pengambilan Stock Shoot Segmen1 full 12.30 - 13.15 Isoma 13.15 - 16.00 Next Produksi Segment 1 16.00 - 16.30 Isoma 16.30 - 17.30 Next Produksi Segment 1
17.30 Break Day 2
AKADEMI KOMUNIKASI
BINA SARANA INFORMATIKA
SHOOTING SCHEDULE
113
Lokasi : Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya
Day Hari Dan Tanggal
Waktu Pelaksanaan Kegiatan
3 Kamis, 26 April 2018
08.00 - 09.00 Sarapan 09.00 - 09.20 Brifing + Doa 09.20 - 10.00 Menyiapkan Equiptment 10.00 - 10.15 Berangkat Ke lokasi (panti)
10.15 - 12.30 Produksi Pengambilan Stock Shoot konten + Establish
12.30 - 13.15 Isoma 13.15 - 16.00 Mengambil Stock Shot Konten 16.00 - 16.30 Isoma
16.30 Shooting Selesai
114
Tabel III.3. Equipment List
Produksi : Edelweis Production Producer : Kamellia Kosasih Y
Judul Karya : “Panti Sosial Karya Wanita” Sutradara: Novi Isnawati
Durasi : 20 menit
No Nama Seri Jumlah Keterangan 1 Kamera Sony VG30 1 Sewa 2 Tripod Bowl 50 mm 1 Sewa
3 Memori External 64 GB Extreme Pro 2 Milik Sendiri
4 Battery Pack Sony 3 Sewa 5 Video Mic Rode 1 Sewa 6 Clip On Senheiser 1 Sewa 7 LED Feloni 15 Inc 1 Sewa 8 Battery Pack Alkaline 1 Dust Beli 9 Headphone/Headset - 1 Milik Sendiri 10 Hardisk 1 Terra - 1 Milik Teman 11 PC - 1 Milik Sendiri 12 Audio External - 1 Milik Teman
AKADEMI KOMUNIKASI
BINA SARANA INFORMATIKA
EQUIPMENT LIST
115
Tabel III.4. Breakdown Budgeting
Breakdown Budget
Produksi : Edelweis Production Producer : Kamellia Kosasih
Judul Karya : “Panti Sosial Karya Wanita” Sutradara : Novi Isnawati
Durasi : 20 menit
No Item Unit Rate Amount Notes Pra Produksi
1 perlengkapan Identitas 1 Rp. 15.000 Beli Topeng 2 Foto Copy Naskah 1 Rp. 2.000 3 Parcel Make Up 1 Rp. 87.000 Untuk PM 4 Kertas HVS 1 rim 1 Rp. 51.500 5 Tinta canon 1 Rp. 203.000
6 Aksesoris Kebutuhan
Parcel 9 Rp. 18.000 Total :
Rp. 376.500 Produksi
7 Sewa Alat 4 Rp. 950.000 Rp. 3.800.000 8 Transportasi
Rp. 35.000
Taxi Online
9 Konsumsi
Rp. 109.000
Konsumsi Satpam Dan
Crew Rp. 100.000 Konsumsi Crew Rp. 20.000 Rp. 100.000 Konsumsi Crew Rp. 100.000 Konsumsi Crew
Rp. 50.000 Membeli Kue
PM
Rp. 50.000
Kue Untuk Pembimbing
PSKW
10 Parcel Buah Untuk Kepala
PSKW
Rp. 150.000 Total :
Rp. 4.514.500 Pasca Produksi
11 Editing
Rp. 700.000 12 Dispro
Rp. 1000.000
13 Konsumsi Editing Rp. 330.000
14 Biaya Tak Terduga Rp. 100.000 Total:
Rp. 2.130.000 Total keseluruhan : Rp. 7.021.000
AKADEMI KOMUNIKASI
BINA SARANA INFORMATIKA
BREAKDOWN BUDGETING
116
3.2. Proses Kerja Sutradara
Sutradara Televisi adalah sebutan bagi seseorang yang mempunyai
profesi menyutradarai program acara televisi baik untuk drama ataupun
non drama, dalam produksi single ataupun multi-camera.
Sutradara Televisi adalah seseorang yang menyutradarai program
acara televisi yang terlibat dalam proses kreatif dari pra hingga pasca
produksi, baik untuk drama maupun non drama dengan lokasi studio
(indoor) maupun alam (outdoor), dan menggunakan sistem produksi single
maupun multicamera.
Sutradara mempunyai profesi menyelenggarakan produksi, mulai dari
menganalisis naskah, mengkreasikan rekayasa artistik, memindahkan
bahan tulisan ke dalam bahasa visual, memimpin kerabat kerja televisi di
berbagai bidang atau profesi, seperti penata kamera, penata lampu, dan
lain-lain, hingga menjadi tontonan yang berbobot dan dapat dinikmati.
Menurut Naratama (2013:15) mengatakan bahwa “Sutradara tidak
sekedar memproduksi program acara yang sudah disiapkan oleh orang lain,
tetapi dia harus membuat karya yang bersifat analitis, artistik, akademis,
dan organisator.”
Karna seorang sutradara memiliki imajinasi bahkan jalan ceritanya
sediri agar mencapai suatu klimax dalam sebuah program TV yang dia
buat, dan mengexplor lebih jauh naskah yang di buat oleh penulis naskah
agar hasilnya lebih sampai pada penikmat program TV.
Sutradara Televisi dan pengarah acara pada program televisi memang
sangat berpengaruh, keduanya sama-sama memimpin program namun
117
perbedaan yang sangat tercermin antara sutradara televisi dan pengarah
acara yaitu dari job description, yaitu seorang sutradara berperan
melakukan penciptaan karya seni audio visual, sedangkan seorang
pengarah acara televisi berperan melakukan liputan audio visual atas
momentum sebuah acara. Dari semua ini, kita dapat melihat bahwa profesi
sutradara televisi lahir untuk menciptakan karya-karya. Acara televisi
dengan format drama dan nondrama. Atau dalam bahasa sastra, dikenal
sebagai fiksi dan nonfiksi, semuanya dikemas melalui proses produksi
yang panjang dan kompleks.
Sutradara akan terlibat mulai dari awal pembuatan ide visual seperti
penulisan naskah, penentuan pemain hingga ke urusan rekayasa artistik
yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan keindahan karya seni itu
sendiri.
Adapun pada saat produksi dan pasca produksi, keterlibatan dan
peranan sutradara menjadi sangat tinggi. Ditangan sutradaralah,
pertanggungjawaban atas karya audio visual dipertaruhkan.
3.2.1. Pra Produksi
Tahap pra produksi merupakan tahapan kerja terpenting atau
utama dalam setiap produksi film baik fiksi maupun dokumenter.
Produksi program TV mampu berjalan lancar dan sukses karna
persiapan saat pra produksi.
Menurut Andi Fachrudin (2011:10) mengatakan bahwa “Pra
produksi adalah tahap paling penting dalam sebuah produksi televisi,
yaitu merupakan semua tahapan persiapan sebelum sebuah produksi di
118
mulai. Makin baik sebuah perencanaan produksi, maka akan
memudahkan proses produksi televisi.”
Maka tanpa adanya pra produksi semua jalan nya pembuatan
program TV hingga proses editing tidak akan sesuai dengan
perencanaan, sehingga dari awal hingga akhri tidak akan sesuai dengan
apa yang sudah ada di naskah.Pra produksi dilakukan dengan melalui
sejumlah tahapan diantaranya :
1. Meeting Bersama Crew Produksi
Sutradara berdiskusi dengan penata kamera atau D.O.P (Director of
Photography). Komposisi, angle, camera movement, didiskusikan
secara detail. Namun beberapa sutradara terkadang mengoperasikan
sendiri kameranya, semisal sutradara Rudy Soedjarwo dalam
beberapa filmnya.
2. Riset dan treatment
Penangalan shooting dilakukan setelah sutradara sudah membuat
treatment dari hasil riset dan melihat Term of Reference (TOR) yang
telah dibuat oleh penulis naskah. Dalam hal ini sutradara sudah
menemukan alur cerita setidaknya untuk acuan saat produksi,
meskipun naskah akhir dapat saja berubah di proses editing.
3. Penetapan ide cerita
Kreatifitas dan imajinasi ialah salah satu kemampuan memilih
antara mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dirangkai dalam
suatu cerita. Penggalian pemahaman dan pengetahuan yang berupa
poin-poin penting yang sebelumnya telah didapat dari hasil riset
119
selama ini. Hal ini dapat menjadikan bahan untuk di telusuri dan
mendapatkan hal-hal menarik untuk mengemas fakta yang telah ada.
penelususran imajinasi, bagaimana suatu masalah dapat timbul dan
terselesaikan dari benturan poin-poin dan kepentingan yang sudah
ada atau potensial terjadi. Sebelum membuat cerita program, kita
harus menentukan tujuan program. Apakah hanya sebagai hiburan,
mengangkat fenomena, pembelajaran/pendidikan, dokumenter,
ataukah menyampaikan pesan moral tertentu. Hal ini sangat perlu
agar pembuatan program lebih terfokus, terarah dan sesuai. Jika
tujuan telah ditentukan, maka semua detail cerita dan pembuatan
program akan terlihat dan akan lebih mudah dalam pengerjaanya.
Jika perlu diadakan observasi dan pengumpulan data dan faktanya.
Bisa dengan membaca buku, artikel di internet, atau bertanya
langsung kepada sumbernya.
4. Pembuatan Naskah
Pembuatan naskah dalam hal ini ialah memungkinkan pesan
informasi dapat disampaikan dengan baik secara visual, sebagaimana
disini kita akan membuat sejumlah program video juga sebagai
media menyampaikan pesan komunikasi. Prinsip-prinsip umum
dibawah ini kelak akan dibahas lagi secara produk video di bagian
ragam produksi. Empat aspek penting dalam penulisan naskah adalah
a. Konsep Cerita
120
Konsep cerita di rangkum dalam sebuah kalimat tunggal yang
menjelaskan tokoh utama dalam program dan apa yang ingin di
perbuat atau di perjuangkannya.
b. Karakteristik (Perwatakan)
Karakteristik yaitu tokoh-tokoh yang terlibat dalam cerita. Tokoh
yang terlibat dalam program dokumenter ialah para narasumber.
Setiap narasumber memiliki karakter, cara penjelasan dan emosi
yang berbeda sesuai dengan pengalaman masing-masing.
Perbedaan karakter ini akan memainkan peranan penting yang
melatar belakangi bagaimana setiap tokoh bersikap dan bertindak
tentang suatu isu atau masalah. Seperti kita ketahui, sekelompok
manusia dapat bersikap dan melakukan tindakan yang sama
meskipun masing-masing memiliki fikiran atau motivasi yang
berbeda. Sebaliknya, sekelompok manusia dapat bersikap dan
melakukan tindakan yang berbeda meski memiliki kesamaan
motivasi. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kombinasi
karakter dan isu yang unik dapat melahirkan cerita yang menarik.
c. Alur Cerita
Rangkain terjadi dan hubungannya dengan karakter, bagaimana
kejadian demi kejadian dirangkai menjadi suatu cerita akan amat
menentukan keberhasilan terjalinnya cerita yang menarik.
d. Riset
Memilih narasumber untuk program dokumenter juga harus
mempunyai karakteristik yang baik, mampu bekerja sama, dan
121
mempunyai peran penting dalam unsur-unsur cerita yang
dibutuhkan. Apakah si narasumber itu berkaitan dengan kasus
yang sedang terjadi atau si narasumber mempunyai peran penting
dalam kasus yang terjadi. Itu dapat meningkatkan nilai jurnalistik
yang bagus yang berkaitan langsung dengan tema program yang
dikonsepkan.
e. Menyiapkan Peralatan
Untuk mendapatkan hasil film atau video yang baik dalam
pengerjaan program dokumenter dan sejenisnya maka diperlukan
peralatan yang baik dan berkualitas diantaranya:
1) Tripod
2) Kamera video sony VG 30
3) DSLR canon 60D
4) Clip on SHNNHEISER EW-112-P G3
5) LED video light 15 inch bicolor ( feloni )
6) Laptop untuk backup data
7) Teknis
f. Teknis
Teknis dalam produksi adalah ketika proses pengambilan gambar,
seluruh kru mampu bekerja sesuai dengan tanggung jawab serta
membantu kelancara serta sanggup bekerja di luar job desk
apabila dibutuhkan. Pra produksi akan berpengaruh penting pada
proses produksi sebenarnya di lapangan, dari sisi anggaran.
122
3.2.2. Produksi
Persiapan shooting dokumeter , ketika shooting script sudah
selesai di buat, berarti pelaksanaan shooting sudah bias di lakukan.
Shooting script merupakapan panduan doukmentator di lapangan,
shooting script ibarat sebuah peta yang menghantarkan anda agar “tidak
tersesat di jalan”. Tapi peta tetaplah peta, di lapangan segala sesuatu
bias saja terjadi. Lalu hal apa saja yang perlu di siapkan ?
Supriyadi (2014:54) Seperti halnya tentara yang akan bertempur
di medan perang, persenjataan yang lengkap beserta amunisi seta
strategi yang matang sudah harus dipersiapka. Pun demikian ketika kita
akan menuju lokasi shooting. Yakin kan bahwa semua peralatan
shooting tidak ada yang ketinggalan.
Dalam pembuatan dokumenter produksi film apa yang akan di
lakukan berdasarkan sesuatu yang nyata, terlewatkan atau enggan
dilihat orang umumnya. Lalu membuatnya tidak melibatkan orang
banyak, peralatan sederhana, waktu penayangan fleksibel serta mandiri
tanpa perlu mengatasnamakan rumah produksi atau stsiun televisi.
Pada tahap produksi pengambilan gambar (shooting video)
dilakukan, idenya hingga tuntas. Kebutuhan shooting video sebelumnya
telah dirumuskan pada tahap pra produksi. Pada kebanyakan program
komersial, kegiatan shooting merupakan tahapan kegiatan yang
berbiaya produksi paling tinggi disebabkan keterlibatan banyak kru,
perizinan dan pemakaian alat-alat canggih yang dibayar sebagai sewa
harian.
123
Karena itu dapat dengan mudah dipahami bahwa kegiatan pra
produksi yang baik dapat menuntun jalannya kegiatan produksi agar
berjalan dengan efektif dan efisien.
Seorang sutradara harus selalu berkoordinasi dengan produser
dalam melaksanakan tugasnya. Diantaranya bagaimana menerjemahkan
naskah menjadi naskah yang dapat diproduksi, mengarahkan
narasumber, mengarahkan proses shooting, menentukan cakupan
kamera dan sudut pengambilan gambar dan sebagainya. Sutradara akan
sangat menentukan kelancaran proses shooting.
3.2.3. Pasca Produksi
Pada tahap ini penulis sebagai sutradara berperan dan
bertanggung jawab untuk siap sedia untuk segala kemungkinan,
kekurangan data, bahan, atau file yang memang diperlukan. Dalam
tahap pasca produksi sutradara harus mendampingi editor dalam
menyunting gambar dan memberikan instrument audio dalam proses
penciptaan karya film dokumenter ini.
Andi Fachrudin (2012:14) mengatakan “capturing. Proses
capture gambar terjadi pada editing non linier, yatu mentransfer visual
dari kaset digital kedalam hard disk computer. Sehingga materi editing
sudah dalam berbentuk file, apabila menggunakan editing linier
langsung proses loging gambar.
Adanya editing kasar atau ofline ada lah sebagai bahan refisi
ketika ada ketidak samaan antara hasil dan naskah, sehingga
124
memudahkan proses editing, dan sebagai bahan evaluasi terhadap hasil
akhir dalam pembuatan film
Dalam tahap pasca produksi sutradara masih bertanggung jawab atas
hasil program :
1) Bila ada catatan khusus dari editor, sutradara mengevaluasi hasil
materi editing.
2) Melihat dan mendiskusikan dengan editor hasil rough cut dan fine
cut.
3) Melakukan evaluasi tahap akhir dan berdiskusi dengan penata
musik perihal ilustrasi musik yang telah dikonsepkan oleh
sutradara.
4) Melakukan evaluasi terhadap preview hasil mixing berdasarkan
konsep suara yang telah ditentukan pada saat pra produksi.
5) Sutradara melakukan koreksi warna gambar berdasarkan konsep
warna yang telah ditentukan pada saat pra produksi setelah
berdiskusi dengan produser dan camera person.
3.2.4. Peran Dan Tanggung Jawab Sutradara
Sutradara adalah orang yang bertanggung jawab menerjemahkan
kata-kata tertulis (skrip) menjadi suara atau gambar tertentu. Sutradara
bertugas memvisualkan konsep naskah yang abstrak kedalam bentuk
yang nyata.
Menurut Morissan (2013:314) mengatakan bahwa “Sutradara bertugas membangun sudut pandang dari setiap adegan yang akan menentukan pemilihan (shoot), penempatan, dan gerak kamera. Sutradara bertanggung jawab mengatur tingkat dramatis cerita, kecepatan aliran suara, dan gambar. Sutradara harus mampu
125
mempertahankan minat audien untuk terus menonton. Sutradara bekerja dengan seluruh tim kreatif dan teknis.
Sutradara harus berkeja sama dengan seluruh tim kreatif karna
dengan melakukan hal tersebut kemistri dapat terbangun sehingga hasil
embuatan film akan jauh lebih sempurna dan benar-benar samapai
pesannya kepada audien
Penulis memiliki peran untuk menerjemahkan sebuah naskah
menjadi gambaran visual yang dapat diproduksi. Kemudian penulis
juga membantu produser mengarahkan para crew produksi program
agar berjalan dengan lancar.
Kemudian penulis juga berperan untuk memastikan crew
menjalankan produksi yang telah dibuat sesuai dengan treatment.
Penulis juga bertanggung jawab menentukan sudut pengambilan
gambar, mengarahkan penata kamera serta langkah-langkah apa saja
yang harus dilakukan pada saat produksi.
Dalam tahap pasca produksi penulis ikut mengambil sikap
dalam mengarahkan penyunting gambar untuk menyusun alur cerita
yang telah dirancang di tahap pra produksi.
Apabila ada kekurangan baik dari segi konsep maupun gambar,
penulis akan mengambil sikap untuk berdiskusi dengan penyunting
gambar untuk menemukan solusi yang terbaik. Kesimpulannya, secara
keseluruhan penulis harus siap untuk menjadi pemimpin yang
bertanggung jawab secara musyawarah dengan tim produksi.
126
Kemudian penulis juga harus siap menjadi seorang seniman
yang mempunyai imajinasi luas, agar pembuatan konsep menjadi lebih
maksimal dan mempermudah tim dalam berkreatifitas.
Setelah itu, penulis harus dapat melihat sebuah peluang
kebutuhan pasar. Dalam arti, penulis harus mengamati apa yang harus
dibuat, agar karya tersebut dapat memenuhi kebutuhan televisi, sponsor
dan penonton. Setelah semuanya selesai dalam proses pembuatan karya
penulis harus mempersiapkan kemampuan broadcast secara luas.
Karena seluruh rangkaian kegiatan praproduksi, produksi dan
pasca produksi menjadi peran dan tanggung jawab penulis sebagai
penasihat teknik dari segi aspek-aspek tersebut.
3.2.5. Proses Penciptaan karya
1. Konsep Kreatif
Penulis pada awalnya mendapatkan ide untuk membuat
program dokumenter mengenai PSKW dari seseorang
terdekat yang ibunya berkerja di departemen sosial yang
bernaung di PSKW tersebut, namun tidak luput dari hasil
riset. Nama PSKW sendiri ini pun adalah sebuah nama yang
berasal dari singkatan sebuah Panti Sosial Karya Wanita
yang dimana t ini adalah tempat rehabilitasi wanita tuna
susila yang di bina dan di berikan keahlian oleh pemerintah
agar tidak kembali ke jalan yang salah., dan bisa di terima
lagi oleh masyarakat.
2. Konsep Produksi
127
Konsep yang dikerjakan di lokasi produksi berdasarkan
treatment yang telah di susun. Di mulai dari cara
pengambilan gambar sampai dengan alur cerita yang
nantinya akan di gabungkan dalam proses editing pada saat
pasca produksi. Pengambilan gambar dilakukan di satu
lokasi dan delapan titik. yaitu di ruang kepala panti, ruang
perlindungan dan rehabilitasi wanita,ruang jumpa keluarga,
ruang keahlian, ruang makan, asramah, ruang kelas,dan
halaman.
Dalam konsep produksi ini, penulis akan menggunakan
konsep multi cam. Artinya pembuatan dokumenter ini
menggunakan lebih dari satu kamera, dengan alasan untuk
mengejar moment dan cover untuk stock shot. Dan untuk
memfokuskan naraasumber dalam beraktivitas bebas tanpa
arahan melakukan kegiatan tanpa canggung karena kemabli
ke konsep pembuatan program TV documenter yang bersifat
non drama.
Tapi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,
penulis akan mengarahkan juru kamera untuk menyiapkan
berbagai angle agar nantinya tidak kekurangan shoot yang
dibutuhkan. Serta penulis mengarahkan juru kamera untuk
membawa lebih dari satu (1) memory. Penulis mengarahkan
juru kamera untuk menyiapkan tripod agar dapat mengambil
gambar dengan still. Terakhir, untuk dapat mengambil
128
beberapa lokasi yang perlu gambar establish dari atas atau
dengan highangle. Hal ini dilakukan untuk membuat sebuah
dokumenter ini menjadi dinamis dalam hal perpindahan
gambar dari satu tempat ke tempat yang lain.
3. Konsep Teknis
Dalam tahap pra produksi di sini melakukan pendekatan
dengan narasumber agar para narasumber terbuka dan tidak
canggung terhadap crew lainnya. Dalam teknis melakukan
sesi wawancara, untuk beberapanarasumber yang berkaitan
tema yang di ambil, penulis memberikan list pertanyaan
yang akan ditanyakan kepada narasumber agar para
narasumber dapat menyortir pertanyaan-pertanyaan yang
mungkin kurang berkenan untuk dijawab. Ini sebagai
langkah untuk memberikan privasi agar tidak menyinggung
para narasumber yang akan diwawancara. Agar jawabannya
menjadi natural dan tidak dibuat-buat, pada beberapa
narasumber lainnya yang berkaitan dengan departemen
sosial PSKW seperti bapak sarino selaku kepala panti,
penulis melakukan teknik pendekatan bicara. Jadi penulis
akan mengarahkan crew untuk tidak menyebutkan itu
sebagai wawancara, tapi melakukan langsung untuk
bertanya-tanya seperti biasanya. Selain itu, sutradara juga
membuat treatment dan outline video dokumenter untuk
keperluan shooting. Agar pada saat teknis pelaksanaan
129
produksi bisa berjalandengan lancar dan terarah ingin
mengambil gambar apa saja. Setelah itu sutradara juga
mengarahkan kepada juru kamera dalam hal kesesuaian
treatment dan outline video dengan shot list yang telah
dibuat oleh juru kamera. Setelah proses produksi selesai,
sutradara, penulis naskah dan juga kameraman akan bekerja
sama tentang hal penyusunan rangkaian cerita atau gambar
dalam proses editing.
3.2.6. Kendala Produksi Dan Solusi
Pada pra produksi kendala yang di alami sutradara adalah
mengembangkan ide bagaimana sebuah kantor atau panti yang monoton
bias terlihat memiliki arti.
Sutradara memikirkan bagai mana agar hasil terlihat lebih hidup
dan memiliki makna yaitu dengan memberikan solusinya adalah
berkerja sama dengan penyunting gambar, mengembangkan konsep
pengangambilan gambar dari berbagai sisi atau angle agar terkesan
tidak monoton atau itu-itu saja. Dan menggunakan berbagai macam
tehnik pengambilan gambar agar terkesan lebih hidup dan bercerita.
Ketika Produksi hari kedua mendapatkan kendala yang dimana
disaat shooting berlangsung mengalami hujan yang sangat deras,
sedangkan pada saat itu moment penting sedang berlangsung dan hujan
tersebut tidak berhenti-henti.
Solusi untuk kendala kedua, memilih untuk melanjutkan
shooting dengan menggunakan payung dan peralatan hujan yang
tersedia guna untuk melindungi kamera.
130
3.2.7. Lembar Kerja Sutradara
1. Director Treatment
2. Outline Video
131
Tabel III.5. Director Treatment
Produksi : Edelweis Production Produser : Kamellia
Judul Karya : Panti Sosial Karya Wanita Sutradara : Novi
Durasi : 20 menit Penulis Naskah: Della
NO SEGMEN VISUAL
DIRECTION AUDIO SHOT SIZE MOVE ANGLE
Colour Bar Logo BSI Countdown Judul Bumper deskripsi program
1. Opening judul
2. 1 CS Stil Eye level
kondisi jalan raya menuju PSKW
VO 3. 1 LS panning Low angle
Establish papan petunjuk PSKW
4. 1 LS panning Low angel Pintu masuk PSKW
5. 1 LS panning Eye level Situasi PSKW
6. 1 MS
LS
following Eye level View PSK terciduk satpol PP
Steatmen courtesy of
yotube
7. 1 MS Stil Eye level
Wawancara pak sarino selaku kepala panti ( di selingi stock
shot kegiatan beliau )
Steatment wawancara
8. 1 CS panning Eye level Establish asramah Musiki
lustasi
9. 1 CS stil Eye level Establish tulisan di dinding Musik
ilustari
10. 1 CS panning Eye level
Establish ruang asrama bagi PM yang baru datang
Musik ilustrasi
11. 1 MS stil Eye level
Wawancara PM ( di selingi stock shot kegiatan PM )
Steatment wawancara
12. 2 LS following Eye level Kegiatan di ancol
13. 2 LS following Eye Upacara memperingati hari Musik
AKADEMI KOMUNIKASI
BINA SARANA INFORMATIKA
DIRECTOR TREATMENT
132
level kartini ilustrasi
14. 2 MS following Eye level Kunjungan darma wanita
Steatment kunjungan
darma wanita
15. 2 MS Stil Eye level Kegiatan pelatihan kahlian Musik
ilustarsi
16. 2 LS stil Eye level
Situasi tempat jumpa keluarga
Musik ilustasi
17. 3
LS
MS
Stil
High angle
Eye level
Kegiatan ujian/ hipno terapi Steatmen kegiatan
18. 3 MS Stil Eye level
Wawancara PM yang sudah lulus dan memilikiusaha
Steatment wawancara
19. 3 LS Stil panning
Eye level Situasi sekeliling PSKW Musik
ilustarsi
20. 3 MS Stil Eye level Wawancara pembimbing PM Steatment
wawancara
21. 3 LS Stil Eye level Canda ria PM Music
ilustrasi Creadit title
133
Tabel III.6. Outline Video
Produksi : Edelweis Production Produser : Kamellia Judul Karya : Panti Sosial Karya Wanita Sutradara : Novi
Durasi : 20 menit Penulis Naskah: Della Oktavia
NO SEGMEN KETERANGAN
Coulor bar
Logo BSI
Countdown
Judul
Bumper deskripsi program
1. Opening Judul
2. 1 kondisi jalan raya menuju PSKW
3. 1 Pintu masuk PSKW
4. 1 Situasi PSKW
5. 1 View PSK terciduk satpol PP
6 1 Wawancara pak sarino selaku kepala panti ( di selingi
stock shot kegiatan beliau )
7. 1 Establish asramah
8. 1 Establish tulisan di dinding
9. 1 Establish ruang asrama bagi PM yang baru datang
AKADEMI KOMUNIKASI
BINA SARANA INFORMATIKA
OUTLINE VIDEO
134
10. 1 Wawancara PM ( di selingi stock shot kegiatan PM )
11. 2 Kegiatan di ancol
12. 2 Upacara memperingati hari kartini
13. 2 Kunjungan darma wanita
14. 2 Kegiatan pelatihan kahlian
15. 2 Situasi tempat jumpa keluarga
16. 3 Kegiatan ujian/ hipno terapi
17. 3 Wawancara PM yang sudah lulus dan memilikiusaha
18. 3 Situasi sekeliling PSKW
19. 3 Wawancara pembimbing PM
20. 3 Canda ria PM
Creadit title
135
3.3. Proses Kerja Penulis Naskah
Sebagai langkah awal menawarkan ide diperlukan menyusun sebuah
naskah rancangan atau draft untuk dianjurkan kepada pihak-pihak yang
berminat, menulis draft naskah bukan seperti menulis catatan kecil, tetapi kita
harus menuliskan semua informasi dan transkip data riset.
Menurut Mabruri (2013:103) “Penulis naskah adalah broadcaster yang
bertugas untuk menulis naskah untuk kebutuhan suatu karya visual”
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
penulis naskah bertugas menulis naskah untuk suatu pembuatan karya visual.
Tugas penulis naskah sangat penting untuk pembuatan suatu karya audio-
visual. Penulis naskah juga bisa disebut dengan penulis naskah.
Dalam pembuatan program dokumenter, tugas penulis naskah ialah
membantu tim untuk mengumpulkan data-data yang peroleh dari hasil riset,
membuat daftar pertanyaan, serta melakukan wawancara dengan narasumber.
Setelah mendapatkan data dan informasi yang diperlukan kemudian penulis
membuat naskah atau skenario.
Dalam tugas akhir ini penulis berpedoman akan pentingnya penyajian
suatu realita dalam program TV dokumenter, oleh karena itu dalam program
TV dokumenter yang berjudul “ Panti Sosial Karya Wanita”, penulis
berusaha agar narasumber dapat bercerita sesuai realita.
3.3.1. Pra Produksi
Pra produksi merupakan tahap awal dalam proses penciptaan suatu
karya baik atau karya drama ataupun non drama. Pada tahap ini, penulis
136
menentukan ide dan tema bersama produser dan sutradara, dalam
persiapan awal, penulis memiliki jangka waktu yang cukup pendek.
Seorang penulis naskah pada tahap pra produksi adalah melakukan
riset awal guna membantu terciptanya sebuah konsep cerita, setelah itu
penulis naskah harus membuat naskah sesuai dengan tema yang sudah
ditentukan untuk diproses oleh sutradara dan tim lainnya agar menjadi
sebuah cerita yang menarik.
Menurut Morissan (2013:314) mengatakan bahwa “Penulis naskah
terlebih dahulu menulis ringkasan awal suatu proyek produksi yang
disebut dengan treatment yang menjadi dasar penulisan skrip.”
Penulis sudah memiliki sebuah konsep yang kemudian diberikan
kepada produser dan sutradara, namun tak jarang, konsep tersebut
melewati beberapa tahap revisi sesuai permintaan produser dan sutradara.
Dalam pembuatan program dokumenter , langkah awal setelah
melakukan riset, baik riset pustaka dan langsung ketempat peristiwa,
pada program dokumenter, penulis membuat Term Of Reference (TOR)
untuk memandu alur pada episode tersebut.
Penulis dan tim sepakat untuk membuat program TV dokumenter
yang berjudul “Panti Sosial Karya Wanita”, sebuah panti sosial yang
khusus merehabilitasi para wanita tuna susila dibawah naungan
kementrian sosial. Oleh karna itu tim melakukan riset ketempat yang
dituju dan tim mencari narusumber, dan akhirnya tim mendapatkan
beberapa narasumber diantaranya adalah seorang penerima manfaat yang
137
ada di panti sosial karya wanita tersebut, seorang pembimbing PM, serta
kepala panti untuk melengkapi program TV dokementer ini dengan cara
mewawancarain narasumber dan meliput kegiatan yang dilakukan
didalam panti.
3.3.2. Produksi
Memasuki tahap produksi, penulis sebagai seorang penulis naskah
ikut serta membantu mendampingi produser, sutradara, dan camera
person dalam memvisualisasikan sebuah naskah hingga menjadi sebuah
tontonan yang menarik,berbekal wawancara yang telah dilakukan untuk
membantu kebutuhan materi penulis memiliki bayangan visual dan
mendiskusikannya dengan sutradara, agar memenuhi stock shoot yang
dibutuhkan.
Menurut Wibowo (2013:195) mengatakan bahwa “Shooting
lapangan seyogianya tdak terpancar hanya memenuhi treatment untuk
bagian format dokumenter. Bukan mustahil stock shoot yang berlebihan
dapat berguna untuk ilutrasi pernyataan dari para ahli dan wawancara-
wawancara. Jadi jangan pernah turun ke lapangan tanpa perencanaan dan
persiapan yang matang.”
Beberapa jenis produksi tertentu juga membutuhkan kehadiran
penulis naskah dilapangan karena cerita dapat diinterpetasikan secara
langsung oleh penulis naskah bila dibutuhkan dan juga untuk membantu
sutradara menciptakan adegan sesuai dengan gambaran Term Of
Reference, perdebatan pun kerap terjadi anatara penulis naskah,
138
sutradara, produser dan camera person, sehingga dibutuhkan waktu untuk
komunikasi yang cukup lama agar dapat memilih pesan informasi dari
beberapa pendapat yang berbeda.
3.3.3. Pasca Produksi
Setelah melewati tahap pra produksi dan tahap produksi, maka
tahap yang harus dilakukan setelahnya adalah pasca produksi. Pada tahap
pasca produksi ini, penulis terlibat langsung dalam proses editing, penulis
memiliki peran untuk menemani editor terutama dalam memberikan
pengarahan terhadap shot-shot yang telah ada dan juga menuntun agar
kerja editor tidak berbeda dari naskah editing yang telah ditentukan.
Menurut Wibowo (2010:158) mengatakan bahwa “Naskah dalam program dokumenter ditulis paling akhir sebuah editing selesai. Naskah biasanya merupakan uraian penjelasan, informasi atau komentar terhadap kejadian yang disajikan secara visual.untuk tayangan yang sudah jelas uraian tidak diperlukan. Biarkan gambar berbicara sendiri.”
Pada tahap ini, penulis selaku penulis naskah kembali melihat hasil
dari rekaman yang telah di ambil oleh camera person yang juga ditemani
oleh anggota lainnya.
Dengan berbekal Term Of Reference yang telah dibuat. Dan pada
saat proses editing, penulis naskah beserta sutradara membantu editor
dalam pemilihan gambar yang sesuai dengan naskah. Dalam proses
sebuah dokumenter semuanya berakhir pada tahap proses editing agar
yang ditontonkan bisa mendapatkan kesan bagi penonton.
Pada program ini penulis memberikan informasi sejarah dengan
visual yang menarik dan ditambahkan voice over agar lebih memberikan
139
kesan penyampaian yang mudah dipahami dan juga memilih narasumber
yang tidak jauh dari fokus kerkaitan dengan topik yang akan dijelaskan
dengan angle yang sudah ditemukan.
3.3.4. Peran dan Tanggung Jawab Penulis Naskah
Menjadi seorang penulis naskah, penulis naskah dituntut untuk
menguasi konsep program yang telah ditentukan dan sesuai dengan
kesepakatan bersama, dalam produksi program dokumenter ini, penulis
memastikan tidak adanya perubahan yang signifikan pada rancangan
yang sudah dibuat.
Rancangan naskah (pre-shoot script) mulai dikerjakan pada tahap
pra produksi sebagai peta alur pada tahap produksi dan matang pada
pasca produksi (post-shoot script) yaitu membuat naskah editing,
kemudian serangkaian editing dilakukan sebagai penyempurna.
Peran dan tanggung jawab penulis naskah dalam produksi
dokumenter “ Panti Sosial Karya anita” adalah sebagai berikut.
a. Riset.
Hampir semua dokumentaris sepakat baha riset merupakan hal yang
teramat penting dalam sebuah dokumenter. Riset merupakn bagian
dari persiapan dalam pembuatan dokumenter. Beberapa dokumentaris
bahkan menyebutkan bagus tidaknya dokumenter dilihat dari seberapa
lama riset itu dilakukan. Semua dokumentaris sepakat bahwa
dokumenter yang baik harus didukung oleh riset lapangan yang baik
dan mendalam.
140
b. Membuat Term Of Reference.
Term Of Reference merupakan pengembangan dari sinopsis dengan
membaca saja kita bisa tahu gagasan serta dengan cara apa
dokumenter tersebut ingin dibuat
c. Mewawancarai narasumber
Wawancara yang baik seharusnya dilakukan persiapan yang matang,
di antaranya menginisiasi calon narasumber kita. yang paling penting
lagi adalah goal apa yang ingin dicapai oleh dokumentator atas
narasumber tersebut. Ketika goalnya sudan jelas, maka buatiah list
pertanyaan, buatlah pertanyaan yang mudah di urutan pertarna. Hal ini
dilakukan agar narasumber "tidak kaget", dan dengan demikian
dokumentator bisa menginisiasi narasumber ketika di iapangas.
Beberapa menyarankan untuk membuat semacam pertanyaan
pembuka yang bisa jadi nantinya sdak dipakai ketika proses editing
berjalan.
e. Membuat format naskah.
Ada dua tingkat dalam penulisan naskah dokumenter, yakni pre-shot
atau shooting script dan pro-shot script. Shooting script merupakan
naskah panduan untuk dokumentator ketika akan melakukan
pengambilan gambar. Sedangkan untuk pro-shot script, naskah
sebagai panduan editor ketika melakukan penyuntingan gambar.
141
3.3.5. Proses Penciptaan Karya
Karya yang tercipta berkat goresan dan ide yang tertuang dari
seorang penulis naskah merupakan suatu keindahan apabila dapat
terwujud menjadi suatu karya yang dapat dinikmati khalayak.
Membuat sebuah cerita atau ide dari hasil riset menjadi awal dari
penciptaan karya, setalah itu ide ditentukan, penulis mulai tahap
selanjutnya beberapa alur cerita dokumenter televisi ini.
1. Konsep Kreatif
Konsep kreatif yang penulis dapatkan bearwal dari seorang
teman yang tinggal dikomplek panti sosial karya wanita. Penulis
memperhatikan para penerima manfaat yang melakukan berbagai
kegiatan rehabilitasi, dan penulis menuangkan ide kedalam sebuah
naskah program dokumenter dengan kesepakatan bersama maka
dokumenter televisi ini berjudul “Panti Sosial Karya Wanita”
yang menceritakan tentang informasi dari sebuah panti sosial karya
wanita dibawah naungan kementrian sosial yang merehabilitasi
para wanita tuna susila agar mereka tidak kembali ke pekerjaan
mereka sebelumnya dan menjadi manusia yang bisa diterima
dimasyarakat.
2. Konsep Produksi
Dengan dibuatnya Term of Reference dan treatment dari
sutradara, tim mempercayakan jalannya produksi kepada sutradara,
penulis sebagai seorang penulis naskah ikut serta dalam tahap
142
produksi guna mendampingi sutradara saat bertugas di lokasi
shooting. Penulis juga merangkap menjadi pelaku yang memberi
beberapa pertanyaan dalam sesi wawancara.
Penulis berkordinasi dengan para nasumber untuk sekedar
mengingatkan tentang jawaban yang asli dan berdasarkan dari
pengalaman mereka secara terbuka mengenai pengetahuan yang
bersangkutan dengan topik yang akan di angkat. Adanya kordinasi
antara penulis dan narasumber untuk urutan alur berceritanaya dan
memperkecil kemungkinan adanya kesalahan komunikasi.
3. Konsep Teknis
Disesuaikan dengan aturan yang ditetapkan oleh pihak kampus,
standar penulisan yang digunakan dengan jenis times new roman,
ukuran 12 pt dan paragraf dua spasi.
3.3.6. Kendala Produksi dan Solusinya
Penulis mengalami kesulitan dalam mencari narasumber yang
bersedia diwawancarai dan membagi pengalaman mereka dan juga Cuaca
yang jarang sekali mendukung karena cuaca sedang buruk sering
mendung bahkan hujan rintik rintik sampai hujan deras yang membuat
kurang sedikit puas dengan hasil gambar out door. Saat memasuki
ruangan ruangan yang ada didalam panti kami tidak boleh sendiri
memasukinya harus ada yang mendampingi dan itu membuat pendekatan
kami kepada para penerima manfaat sedikit kesuitan
143
Penulis melakukan riset dan melakukan pendekatan dengan
narasumber dan meminta bantuan kepada pembimbing panti.
Mengalihkan shoot-shoot yang berada di indoor untuk diambil saat
hujan,dan tidak membuang waktu menunggu hujan reda untuk shoot
outdoor. Solusi yang penulis lakukan saat melakukan riset untuk
pendekatan kepada para penerima manfaat karna sedikit kesulitan
memasuki ruangan tanpa pembimbing adalah meminta pembimbing yang
sednag bertugas piket untuk membimbing kami masuk kebeberpa
ruangan yang tidak boleh dimasuki sembarangan orang luar.
3.3.7. Lembar Kerja Penulis Naskah
1. TOR ( Term of Reference )
2. Transkrip Wawancara
3. Naksah VO
144
TOR (Term of Reference)
Program Dokumenter
“Panti Sosial Karya Wanita”
Production Company : Edelweis Production
Project Title : “Panti Sosial Karya Wanita”
Durasi : 20 Menit 29 Detik
Produser : Kamellia Kosasih Yonathan
Director : Novi Isnawati
Penulis Naskah : Della Oktavia Safitri
1. Masalah
Tuna Susila merupakan satu permasalahan sosial di Indonesia yang
belum mendapatkan perhatian secara serius sehingga mereka terjerumus pada
keterpurukan yang melanggar aturan, norma agama, nilai-nilai di masyarakat
yang efeknya sangat merugikan dirinya, keluarga dan masyarakat. Pekerja
seks komersial atau Wanita Tuna Susila adalah wanita yang mempunyai
kebiasaan melakukan hubungan kelamin diluar perkawinan, baik dengan
imbalan jasa ataupun tidak. Prostitusi atau pelacuran pada hakekatnya adalah
perilaku seks yang berganti-ganti pasangan, dapat dilakukan oleh pria
maupun wanita. Alasan utama dari terjunnya seseorang pada praktek
prostitusi adalah masalah ekonomi; karena pendidikan yang terbatas serta
prilaku demoralisasi mereka melihat prostitusi sebagai salah satu perkerjaan
145
sekaligus profesi yang sangat menjanjikan untuk memperoleh banyak uang.
Faktor yang paling menentukan keterlibatan seseorang dalam praktek
prostitusi adalah tekanan ekonomi. Dalam era pembangunan yang melaju
pesat menuju negara industri, persaingan untuk memperoleh penghidupan
yang baik sangat banyak ditentukan oleh tingkat pendidikan seseorang. Daya
saing seseorang dengan pendidikan tinggi tentunya lebih kuat dari pada
mereka yang berpendidikan rendah, disamping lahan perkerjaan yang
semakin terbatas.
Motivasi menjadi PSK, tentu banyak faktornya, misalnya karena
himpitan ekonomi, tidak memiliki keterampilan dan keahlian, dijebak oleh
tipuan agen tenaga kerja, dan ada pula yang melakukannya secara tidak
terpaksa/keinginan sendiri untuk mencari pasangan yang sesuai dengan
kriterianya.
Masalah Tuna Susila merupakan masalah yang kompleks dan
multidimensional sehinnga memerlukan penanganan secara komprehensif,
terpadu dan berkesinambungan atas dasar kerjasama berbagai disiplin ilmu
dan profesi seperti pekerja sosial, dokter, psikolog, tokoh agama serta profesi
lainnya. selain itu kerjasama antar instansi terkait baik pemerintah maupun
swasta di tingkat pusat maupun daerah dengan ditunjang oleh organisasi
sosial masyarakat. Kementerian Sosial RI melalui Direktorat Rehabilitasi
Sosial Tuna Sosial memeliki kepedulian pada permasalahan tuna susila,
khususnya melalui upaya penyelenggaraan rehabilitasi sosial melalui sistem
panti dan non panti. Tujuannya agar mereka dapat kembali ke kehidupan
146
normal dan tidak kembali melakukan praktek-praktek asusila seperti
sebelumnya.
Sesuai Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 106/HUK/2009 tentang
organisasi dan panti sosial dilingkungan departemen sosial. Panti Sosial
mempunyai tugas melaksanakan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi
penyandang masalah kesejahteraan sosial agar mampu berperan aktif,
berkehidupan dalam masyarakat, rujukan regional, pengkajian dan penyiapan
standar pelayanan, pemberian informasi serta koordinasi dan kerjasama
dengan instansi terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
Panti Sosial Karya Wanita mempunyai tugas memberikan
bimbingan, pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bersifat kuratif,
rehabilitatif, promotif dalam bentuk bimbingan pengetahuan dasar
pendidikan, fisik, mental, sosial, pelatihan keterampilan, resosialisasi
bimbingan lanjut bagi para wanita tuna susila agar mampu mandiri dan
berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat serta pengkajian dan
pengembangan standar pelayanan dan rujukan.
2. Fokus
Panti Sosial Karya Wanita yang ditangani kementerian sosial yang
memberikan bimbingan, pelayanan dan rehabilitasi sosial kepada para
wanita tuna susila agar mereka dapat kembali ke kehidupan normal dan
tidak kembali melakukan praktek-praktek asusila seperti sebelumnya
147
3. Angel
Usaha usaha yang dilakukan pemerintah dalam menanggulangi
atau mengurangi pelacuran dalam masyarakat yaitu dengan pembinaan
kepada para wanita tuna susila yang terkena razia sesuai bakat dan minat
masing masing yang diharapkan setelah keluar dari tempat karantina
mereka bisa memperoleh kehidupan yang baik
4. Sumber dan Pertanyaan
1. Bapak Sarino (Kepala Panti Sosial Karya Wanita)
• Ceritakan sedikit tentang Latar Belakang berdirinya panti
ini?
• Apa harapan anda untuk panti ini dan para Penerima
Manfaat?
2. Sarah (Penerima Manfaat)
• Alasan anda menjadi seorang PSK?
• Bagaimana mengenai tanggapan keluarga anda?
• Apakah cita-cita yang ingin anda capai sebenarnya?
• Manfaat apa yang anda terima selama anda di PSKW?
3. Eli Marlina/Jenong (Alumni PSKW)
• Bagaimana dahulu anda bisa menjadi PSK?
• Bagaimana perasaan anda setelah lulus dari PSKW?
4. Pengajar / pendamping
• Kira kira ada berapa PM yang ditampung disini?
148
• Kegiatan apa saja yang diberikan disini?
• Apa Suka duka nya sebagai pembimbing PM?
• Apa Harapan anda untuk para PM kedepannya?
149
Tabel III.7. Transkrip Wawancara
Production Company : Edelweis Production
Director : Novi Isnawati
Project Title : “Panti Sosial Karya Wanita”
Produser : Kamellia Kosasih Yonathan
Durasi : 20 menit 29 Detik
Penulis Naskah : Della Oktavia
1. Bapak Sarino (Kepala Panti Sosial Karya Wanita)
Kaset Time Logging Statement Ket
1 00.00.01.55 - 00.00.03.25
Panti sosial karya wanita mulya merupakan unit
pelayanan teknis yang menangani
melaksanakan rehabilitasi terhadap wanita tuna
susila/ merupakan upt dari kementrian sosial
republik indonesia/ Panti ini udah berdiri 59
tahun/ yaitu untuk menangani waita tuna susila/
adapun yang melatar belakangi berdiri nya
panti ini pada tahun 1958 yaitu/ banyak wanita
wanita pengangguran dan tidak punya
pekerjaan/ sehingga wanita ini berperilaku yang
menyimpang/ yaitu menjajakan diri ditempat
tempat tertentu seperti di hotel/ lorong lorong
OK
AKADEMI KOMUNIKASI
BINA SARANA INFORMATIKA
TRANSKRIP WAWANCARA
150
jalan/ juga dipinggir pinggir jalan/ Sehingga
jawatan sosial pada waktu itu mendirikan
proyek namanya proyek untuk pendidikan
wanita yang ditangani oleh jawatanan sosial/
yang sekarang dengan perkembangan ini
menjadi kementrian sosial/ sebelum
kementrian sosial juga pernah departemen
sosial/ pernah juga departemen sosial dan
kesehatan/ dan yang terakhir menjadi
kementrian sosial.//
1 00.00.03.25 - 00.00.04.01
Harapan kami sebagai pimpinan yaitu wanita
tuna susila yang sudah kita bina dari daerah
daerah/ dari enam belas provinsi harapan kami
menjadi wanita soleha/ ibu ibunya menjadi
panutan oleh anak anak nya/ menjadi panutan
bagi warga masyarakat sekitarnya//
1. Sarah (Penerima Manfaat)
Kaset Time Logging Statement Ket
1 00.00.04.53 - 00.00.05.23
Nama saya sarah umur saya 17 tahun/ Saya
masuk disini tuh pertamanya karna saya ada
didaerah rawan/ meskipun saya bukan wanita
malam setiap seseorang yang ada didaerah
151
rawan pasti kena dan kita ada dipanti ini untuk
dikasih rehabilitasi tentang bagaimana kita
menyikapi hidup/ yang namanya kita nggak
boleh keluyuran malem malem mungkin yah/
karna kodrat wanita emang tinggi jadi kita
enggak boleh merendahkan buat ada didunia
malem itu//
1 00.00.05.24 - 00.00.05.44
Saya disini sejak bulan januari tanggal lima
belas udah empat bulan lebih/ perasaan pertama
sih lumayan nyesek juga nggak betah juga sih
ada disini karna ngerasa ini bukan tempat gua/
gua nggak seharusnya ada ditempat ini tapi ya
mungkin ini udah takdir dari allah saya harus
disini/ harus bisa nerima biar kehidupan saya
kedepannya bisa jauh lebih baik.
1 00.00.05.45 - 00.00.06.17
Setiap manusia pasti punya impian termasuk
saya sendiri/ saya punya impian yang amat
besar bagi saya karna banyak orang yang
meremehkan apa yang saya impiin// Impian
saya sebagai seorang dokter itu sungguh jauh
dari pikiran orang lain mungkin bilang/ elu tuh
ngga pantes punya impian itu elu tuh Cuma
sampah masyarakat/ Cuma sorry mulai
152
sekarang sampai kedepan saya bisa jawab itu
menurut anda bukan menurut saya// Seseorang
bisa sukses atas keyakinan dirinya sendiri dan
saya akan buktiin kalo saya bisa jadi dokter//
1 00.00.06.18 - 00.00.06.49
Tanggapan keluarga saya itu ketika saya masuk
sini mereka kaget sih/ kenapa bisa kamu masuk
situ kenapa kamu bisa ada didunia malem apa
pekerjaan kamu/ Sedetail itu keluarga nanya
saya jawab dengan tenang karna saya merasa
saya bukan psk tapi saya ada didaerah rawan/
Keluarga yang tadinya kesel kaget akhirnya
lama lama mereka alhamdulillah mendrong
saya buat lebih sabar/ Alhamdulillah keluarga
sekarang memberikan dukungan yang sangat
besar untuk saya//
1 00.00.06.50 - 00.00.07.06
Selama ada dipanti ini ada delapan
keterampilan yang diberi oleh penerima
manfaat/ Masing masinng penerima manfaat
bebas memilih sesuai dengan kemampuannya
masing masing dqan keinginannya// Saya
mengambil jahit manual, insyaallah sih itu bisa
menopang kehidupan saya buat kedepannya//
153
1 00.00.07.07 - 00.00.07.29
Banyak perubahan yang saya rasain/ yang
pertamanya saya jauh dari agama/ saya yang
frontal/ saya yang urakan kini perlahan mulai
berubah// Saya jauh lebih merasa dekat dengan
allah/ saya jadi merasa tenang dan nggak
seurakan dulu dan dari tata bahasa juga
alhamdulillah lah nggak jelek jelek banget lah
tata bahasa nya/ karna disini juga diajarin yang
bener bener yang lo harus bisa jadi orang yang
bermanfaat//
1 00.00.07.30 - 00.00.07.49
Setelah keluar dari sini untuk
menggapai impian saya menjadi dokter saya
butuh modal/ modal untuk sekolah saya bisa
dapat dengan membuka online taylor/ Dari
online taylor mungkin keuntungannya
pendapatan bisa saya tabung untuk sekolah
saya/ ketika saya lulus nanti/ ketika saya sukses
nanti saya bisa buktiin kepada orang yang udah
menghina saya//
1 00.00.07.50 - 00.00.08.08
Dipanti sosial karya wanita disini
termasuk pusatnya/ pusat dari beberapa panti
dan disini kita dikasih kebutuhan sehari hari
yang alhamdulillahnya lengkap/ kecuali
154
mungkin buat uang jajan kita enggak dikasih
karna sebenernya kita disini dididik buat lebih
mandiri/ jadi untuk hal yang ngga penting ngga
usah dibeli//
2. Eli Marlina / Jenong (Alumni Penerima Manfaat PSKW)
Kaset Time Logging Statement Ket
2 00.00.13.19 - 00.00.14.15
panggilan jenong saya berasal dari cianjur
cipanas/ Saya alumni pskw mulya jaya// Masuk
sini awalnya saya bekerja sebagai pekerja
malam/ saya tertangkap di cianjur/ Awalnya
saya ngga betah/ stres pasti / terganggu dengan
keadaan seperti ini/ biasanya kesana kemari
disini ke kekang/ tapi setelah dua minggu tiga
minggu disini dikasih pelajaran banyak ilmu
yang saya dapatkan/ sesudah keluar dari sini
ketemu jodoh lalu nikah/ Sesudah nikah saya
berniat membuka usaha/ awalnya warung kecil
kecilan/ ada inspirasi lagi bikin kue buat
lebaran/ terus saya masuk masukin ketoko
kepasar sampai kepelosok pelosok desa
155
hasilnya memuaskan//
2 00.00.14.15 - 00.00.14.57
Saya kesini dalam rangka silaturahmi/ sambil
membuktikan bahwa saya sudah lebih baik dari
sebelumnya/ Dulu saya juga orang yang
pertama berprestasi disini dari 86 orang saya
berprestasi paling awal/ mulai dari pelajaran
agama kuliner dan lain lain/ makanya saya
kesini mau buktiin bahwa saya tuh punya usaha
yang lebih baik yang lebih layak dan halal//
2 00.00.14.58 - 00.00.15.53
Awalnya perasaan keluar dari sini lega yah
seneng ada/ pertama dirumah pikir mau usaha
apa/ ada pikiran niat mau kesitu lagi/ tapi
setelah punya suami pengen usaha yang lebih
baik gitu gimana caranya punya usaha sendiri/
Seneng keluar dari sini satu dapat ilmu keluar
dari sini/ Kalo keluarga yang pasti mendukung/
yang penting kita nggak menjerumus kejalan
yang salah lagi kalo bisa jangan begitu lagi/
kamu harus ngebuktiin kamu pasti bisa kata
ayah tuh kamu pasti bisa/ Dengan adanya saya
di didik disini/ saya tahu rasanya gimana entar
nanti kalo saya punya anak masuk sini pasti
saya ngerasain malunya berarti ayah saya juga
gitu//
156
3. Bapak Hasan (Pembimbing Penerima Manfaat)
Kaset Time Logging Statement Ket
3 00.00.16.35 - 00.00.17.29
Saya jadi pendamping dari 1992/ Kalo
kapastitas panti seangkatan itu delapan puluh
orang/angkatan pertama januari delapan puluh
angkata kedua juli desember delapan puluh
orang/ jadi semuanya setahun itu seratus enam
puluh yang kita bina disini/ Nah yang kita
ambil ini yang untuk angkatan tahun dua ribu
delapan belas/ dari kabupaten tegal/ kota
tanggerang selatan/ dari kabupaten bekasi/
kabupaten cianjur/ dan beberapa jabodetabek/
dan jawa/ ada juga dari batam/ karna ini panti
percontohan jadi kita terima dari berbagai
daerah//
3 00.00.17.30 - 00.00.18.05
Kegiatan mereka dari pagi ada pembinaan fisik/
pembinaan mental/ bimbingan psikososial yang
dilakukan pekerja sosial,/ terapi kelompok atau
outbound untuk mereka menghilangkan
kejenuhan/ ada bimbingan keterampilan/
157
Bimbingan fisik itu meliputi pbb peraturan
baris berbaris yang diisi oleh koramil maupun
dari rindam/ terus olahraga dari mahasiswwa
unj jakarta/ kegiatannya seperti itu setiap hari//
3 00.00.18.06 - 00.00.18.47
Kendala kita kedatangan penerima manfaat ini
datangnya tidak bersamaan/ jadi datangnya
ngga full delapan puluh jadi mereka datangnya
berangsur angsur/ Yang kedua latar belakang
pendidikan/ latar pendidikan ini merea ada
yang tidak sekolah/ yang tidak sekolah ini
berarti sangat menggangu untuk rehabilitasi
dalam arti mereka tidak bisa membaca/ kalo
mereka yang bisa membaca bisa mengikuti
dengan baik/ Kalo usia tidak menjadi kendala/
karna disini kita paling tinggi usia lima puluh
sembilan tahun tahun/ lima belas sampai lima
puluh sembilan tahun yang kita rehabilitasi//
3 00.00.18.48 - 00.00.19.14
Kalo perlawanan pasti ada/ mereka datang
kemari dengan cara dipaksa/ Namanya orang
dipaksa datang kemari pasti ada perlawanan/
Tapi itu ngga selamanya mereka seperti itu
enggk/ mereka aada disii enggak/ ada masa
tertentu sebenernya/ Tapi setelah itu mereka
mau menerima/ Bagaimana kita melakukan
158
pendekatan dengan mereka Pm kita dengan
pekerja sosialnya itu dilakukan/ Kalo kita
membanyakan motivasi memberikan
bimbingan insyaallah ada perubahan//
3 00.00.19.15 - 00.00.19.47
Kalau harapan kita anak yang direhabilitasi
disini tidak kembali kepekrjaan yang lama/ Jadi
kita bina/ keluarga pun ikut mendukung/ tanpa
dukungan dari masyarakat dan keluarga ngga
ada apa apanya panti ini/ Yang terpenting
adalah masyarakat dan keluarga itu harapan
kita/ Jadi mereka tidak lagi bekerja menjadi
wanita tuna susila/ mereka bekerja secara
normatif kembali hidup normal//
159
Tabel III.8. Naskah VO
VO 1
TUNA SUSILA MERUPAKAN SATU PERMASALAHAN
SOSIAL DI INDONESIA YANG BELUM MENDAPATKAN
PERHATIAN SECARA SERIUS/ SEHINGGA MEREKA
TERJERUMUS PADA KETERPURUKAN YANG MELANGGAR
ATURAN/ NORMA AGAMA/ NILAI-NILAI DI MASYARAKAT
YANG EFEKNYA SANGAT MERUGIKAN DIRINYA/
KELUARGA DAN MASYARAKAT/ KEMENTERIAN SOSIAL
RI MELALUI DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL TUNA
SOSIAL MEMELIKI KEPEDULIAN PADA PERMASALAHAN
TUNA SUSILA/ KHUSUSNYA MELALUI UPAYA
PENYELENGGARAAN REHABILITASI SOSIAL MELALUI
SISTEM PANTI DAN NON PANTI / PANTI SOSIAL KARYA
WANITA “MULYA JAYA” JAKARTA ADALAH SALAH SATU
UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN
SOSIAL RI YANG BERADA DI BAWAH DAN BERTANGGUNG
AKADEMI KOMUNIKASI
BINA SARANA INFORMATIKA
Naskah VO
160
JAWAB LANGSUNG KEPADA DIREKTUR JENDERAL
PELAYANAN DAN REHABILITASI SOSIAL//
VO 2
BERBAGAI BIMBINGAN KEGIATAN YANG DILAKUKAN
PANTI SOSIAL KARYA WANITA UNTUK PARA PENERIMA
MANFAAT/ DIANTARANYA BIMBINGAN FISIK & MENTAL/
BIMBINGAN SOSIAL/ DAN BIMBINGAN KETERAMPILAN/
YANG BERTUJUAN UNTUK MERUBAH PERILAKU DAN
SIKAP HIDUP YANG LEBIH BAIK/ SERTA MEMBUAT
TIMBULNYA KEINGINAN UNTUK MENCARI PERKERJAAN
YANG LAYAK SESUAI DENGAN NORMA NORMA YANG
BERLAKU DIMASYARAKAT//
VO 3
SELAIN BIMBINGAN YANG DIBERIKAN KEPADA
PENERIMA MANFAAT/ BERBAGAI MODAL JUGA
DIBERIKAN KEPADA PARA PENERIMA MANFAAT/ YANG
SESUAI DENGAN KETERAMPILAN YANG MEREKA IKUTI
SAAT MEREKA KELUAR DARI PANTI SOSIAL/ AGAR
MEREKA DAPAT MEMULAI USAHA DAN TIDAK KEMBALI
MENJADI WANITA TUNA SUSILA//
161
3.4. Proses Kerja Penata Kamera
Penata kamera adalah seseorang yang bertugas merekam gambar
dengan menggunakan perangkat keras kamera video yang direkam melalui
pita video, memory hardisk atau media penyimpanan lainnya sesuai dengan
arahan sutradara atau pengarah acara.
Istilah camera person bisa disebut juga sebagai D.O.P atau Director
Of Photograpy adalah seorang seniman yang melukis dengan cahaya. Setiap
kameraman harus bisa dan familiar dengan komposisi serta semua aspek teknik
berikut dari segi sudut pengambilan gambar, ukuran gambar hingga pergerakan
gambar. Begitu juga dengan pengendalian kamera untuk menyelesaikan
permasalahan teknis dan berkoordinasi dengan sutradara yang muncul selama
perekaman gambar.
Setiap camera person atau yang biasa disebut juru kamera harus bisa dan
memahami semua aspek teknik berikut dari segi sudut pengambilan gambar,
ukuran gambar hingga pergerakan gambar. Seorang penata kamera untuk
mengendalikan kamera dan menyelesaikan permasalahan teknis harus
berkoordinasi dengan sutradara.
Menurut Fahrudin (2012:150) mengatakan bahwa “Bahasa yang muncul di
produksi televisi harus di maknai sama oleh seluruh kru televisi. Dalam bahasa
visual, dasar-dasar pembingkaian gambar dikenal sebagai The Grammer of The
Shot oleh Roy Thamson dalam Naratama.”
Prinsip pengambilan gambar pada kamera televisi adalah pastikan bahwa
kamera seolah-olah mewakili mata penonton untuk melihat suatu adegan
dilokasi peristiwa. Bahasa yang muncul di produksi televisi harus di maknai
sama oleh seluruh kru televisi.
162
Menurut Suprapto (2013:78) menyimpulkan bahwa Kamera operator adalah yang bertanggung jawab untuk pengoprasian kamera televisi selama rehearsals dan produksi program televisi. Ia mengoprasikan kamera dengan menggunakan tripod dan atau dolly baik dengan menggunakan kamera mini atau Electronic News Gathering (ENG) yang digunakan diluar studio atau di lokasi shooting. Dalan suatu saat, kamerawan bekerja untuk produksi yang umum, termasuk produksi dokumenter, olahraga atau spesial acara yang dirancang untuk televisi.
Pemilihan gambar tidak dapat di lakukan secara acak, tetapi merupakan
pemilihan yang telah di perhitungkan segala kemungkinannya, keindahan dan
ruang seni yang diciptakan nya.
3.4.1. Pra Produksi
Setelah survey lokasi, sutradara, operator kamera, operator, dan
operator audio bertemu untuk mencantumkan peralatan yang dibutuhkan
untuk pemotretan. Jika memungkinkan, ketiga anggota kru utama ini harus
mendampingi sutradara di survey lokasi.
Proses perencanaan dan persiapan produksi sesuai dengan
kebutuhan, tujuan dan khalayak sasaran yang dituju. Meliputi persiapan
fasilitas dan teknik produksi, mekanisme operasional dan desain kreatif
(penemuan ide, riset, penulisan naskah dan treatment) sebelum adanya
produksi penulis mendalami tema yang telah disepakati.
Dengan cara melakukan riset melalui berbagai media, maupun
langsung ketempat tujuan kami untuk mengetahui tempat-tempat yang
akan ada di shoot dan membayangkan visualnya dengan membuat tata
letak kamera.
Menurut Kusumawati dkk (2017:69) mengatakan bahwa: Tahap pra produksi merupakan tahap yang paling menentukan hasil gambar yang baik. Pada tahap ini penata kamera akan melakukan beberapa pekerjaan yang bersifat teknis maupun non teknis mempersiapkan fasilitas
163
yang akan mendukung jalannya proses produksi (pemilihan kamera, peralatan penunjang, memilih lensa dll).”
Selain melakukan riset seorang camera person pun harus menguasai
macam-macam segi kamera agar sesuai dengan kualitas gambar yang akan
dipakai untuk proses produksi serta berdiskusi tentang ilustrasi yang akan
diambil dalam segi blocking dan alat apa saja yang dibutuhkan dalam
produksi dengan sang sutradara.
3.4.2. Produksi
Hubungan kepercayaan dan komunikasi juga harus ada antara
sutradara dan operator kamera. Sutradara harus mempercayai operator
kamera untuk membingkai, memfokuskan, dan mengekspos shoot sesuai
keinginan sutradara.
Penulis sebelum melakukan pengambilan gambar harus mengecek
kembali semua peralatan yang akan dibawa dan mengecek baterai serta
memory card internal dan eksternal. Pada tahap pengambilan gambar
penulis harus mengikuti arahan sutradara agar sesuai dengan alur cerita
yang dikehendaki sutradara.
Penulis harus jelih dan sigap ketika moment yang ada, serta mampu
menggunakan kamera dengan baik. Penulis mampu mengambil gambar semua
kejadian yang sesuai cerita dari berbagai macam shoot size yang diinginkan
director : Long Shoot (LS), Medium Shoot (MS), Extreme Close Up (ECU),
Medium Close Up (MCU), Medium Long Shoot (MLS), Close Up (CU), Big
Close Up (BCU), dan Over The Shoulder (OTS).
Serta angle atau sudut pandang seperti : Eye Level, Low Angle,
High Angle, dan pergerakan kamera atau kamera movement pada produksi
164
berlangnsung mengikuti moment yang sedang berlangsung. Penulis pun
bertanggung jawab terhadap kualitas gambar, komposisi dan lensa.
Segala perencanaan yang telah dipersiapkan dalam tahap pra
produksi,akan direalisasikan pada tahap produksi. Seorang penata kamera
akan membantu sutradara atau pengarah acara untuk menterjemahkan
bahasa tulisan kedalam bahasa visual. Setiap gambar yang di hasilkan
sangat penting terhadap pesan dan informasi apa yang akan disampaikan
kepada penonton. Penentuan jenis shot size (ukuran gambar), angel (sudut
pengambilan) dan moment (pergerakan kamera) tentunya juga akan
mempengaruhi pesan dan informasi tersebut. Gambar yang dihasilkan juga
harus tajam (focus) serta komposisi (framing) yang tepat.
Menurut Kusumawati dkk. (2017:76) mengatakan bahwa: Peran penata kamera dalam tahap produksi biasanya dibantu dengan asisten kamera. Asisten kamera bertugas untuk mendukung segala hal yang berhubungan dengan kamera. Tugas asisten kamera berbeda-beda tergantung kebutuhan dan jenis produksi nya. Misalnya untuk produksi drama, asisten kamera merupakan operator kamera yang dikepalai oleh DOP (Director of Photography), namun untuk produksi program tivi, asisten kamera memiliki tugas untuk menjaga kondisi kamera agar tetap bisa digunakan selama jalannya proses produksi serta membantu penata kamera dalam proses penata gambar.
3.4.3. Pasca Produksi
Penata kamera pada tahap ini juga bertugas untuk menyusun
camera report untuk mempermudah pekerjaan editor. Segala informasi
yang telah dilakukan dalam proses produksi dilaporkan lengkap
dengan keterangan hasil produksi.
Pada tahap ini penulis beserta sutradara mendapingi penyunting
gambar untuk pemilihan gambar yang akan diedit. Tidak banyak yang
dilakukan oleh penulis pada tahap ini, cukup mendampingi sutradara untuk
165
berdiskusi gambar atau shoot mana saja yang akan dimasukan kedalam
proses editing.
Menurut Kusumawati dkk (2017:77) mengatakan bahwa “Pada tahap pasca produksi tidak banyak hal yang di lakukan oleh penata kamera. Untuk produksi penata kamera biasanya membantu sutradara dan editor untuk menjelaskan hal-hal yang kurang dimengerti. Namun biasanya sutradara dan produser dapat menjelaskannya langsung kepada editor.”
Serta memberikan beberapa pilihan gambar yang baik untuk
kesinambungan cerita agar program dokumenter televisi ini akan bagus
hasilnya. Hingga proses coloring selesai dan berbentuk program
dokumenter televisi. Selain mendampingi sutradara penulis pun
bertanggung jawab terhadap kamera agar selalu prima dan merapihkan
kembali kamera jika sudah tidak digunakan.
Penata kamera pada tahap ini juga bertugas untuk menyusun
camera report untuk mempermudah pekerjaan editor. Segala informasi
yang telah dilakukan dalam proses produksi dilaporkan lengkap
dengan keterangan hasil produksi.
3.4.4. Peran Dan Tanggung Jawab Penata Kamera
Penata kamera merupakan elemen penting dalam pembuatan
sebuah karya audio visual tanpa mengesampingkan peran dan crew yang
lain, karena penata kamera bekerja untuk merekam sebuah adegan atau
moment tertentu, jika dalam sebuah karya drama televisi biasanya penata
kamera bekerja sesuai dengan director treatment yang sudah dibuat dan
disepakatai oleh para crew. Dalam pengambilan gambar karya
dokumenter televisi ini pun hampir sama dengan drama televisi yang
mengikuti director treatment yang telah dibuat oleh sutradara. Namun
dokumenter mengambil adegan yang nyata tanpa adanya rekayasa.
166
Menurut Kusumawati dkk (2017:68) mengatakan bahwa Penata kamera tidak hanya menghasilkan gambar yang baik, tapi seorang penata kamera harus memahami motivasi dan informasi apa saja yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan gambar. Penata kamera yang hanya mengoprasikan kamera saja belum dapat dikatakan sebagai penata kamera professional jika telah mempelajari dan memahami teori dasar penata kamera serta memiliki jam terbang atau pengalaman produksi yang cukup.
Camera Person sebagai bagian dari kru produksi program
dokumenter televisi mempunyai tugas dan tanggung jawab yang spesifik.
Pada umumnya seorang camera person tidak bekerja sendiri (kecuali untuk
hal tertentu), dan secara umum tugas dan tanggung jawab kameraman
meliputi:
1. Pra produksi
a. Membuat desai kreatif meliputi Riset, meran-ang storyboard dan
floor plan.
b. Membuat shot list.
c. Mempelajari naskah yang akan diproduksi.
d. Mempelajari teknis produksi khususnya teknis kamera.
e. Diskusi dengan sutradara atau pengarah acara untuk mencapai visi
dan misi produksi yang sama.
2. Produksi
a. Mengoprasikan kamera dan merekam gambar untuk produksi yang
bersifat live (siaran langsung) atau taping (rekaman).
b. Bekerja sama dengan sutradara/pengarah acara pada saat proses
pengambilan gambar agar sesuai dengan naskah.
c. Memberikan masukan kepada sutradara atau pengarah acara untuk
menghasilkan gambar yang terbaik.
d. Selalu menjaga kontiunitas gambar.
167
e. Bertanggung jawab untuk menjaga kamera selama proses produksi
agar kamera tetap pada kondisi normal dan siap digunakan.
f. Selalu bekerja sama dengan semua tim produksi untuk mencapai hasil
yang terbaik.
3. Pasca Produksi
a. Menemani penyuntingan gambar untuk melihat hasil gambar yang
telah diambil bersama sutradara. b. Bersama penyunting gambar dan sutradara memilih gambar yang
diperlukan untuk diedit yang berhubungan dengan skenario
dokumenter televisi.
3.4.5. Proses Penciptaan Karya
Penulis dalam program dokumenter televisi yang berjudul “Panti
Sosial Karya Wanita”, bertugas sebagai camera person dikarenakan
penulis sangat tertarik untuk menekuni profesi ini penulis ingin
memberikan sebuah gambar yang menarik untuk dilihat itu merupakan
tantangan bagi penulis untuk menghasilkan sebuah karya dokumenter yang
layak untuk di tonton.
Penulis juga ingin menerapkan ilmu yang sudah diberikan oleh
dosen pengajar di kampus dan dengan referensi buku-buku tentang ilmu
kamera cara pengambilan gambar yang baik, walaupun hanya beberapa
buku yang penulis baca, penulis ingin terapkan dalam produksi
dokumenter televisi ini.
1. Konsep kreatif
Didalam pembuatan program dokumenter televisi yang berjudul
“Panti Sosial Karya Wanita”, penulis berusaha dengan semaksimal
168
mungkin untuk dapat membuat program menjadi lebih baik dan se real
mungkin sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. Disini penulis
menggunakan alat bantu seperti, tripod, micpro rode, dan lensa. Dalam
program dokumenter ini penulis kebanyakan mengambil gambar dengan
alat bantu yang tertera diatas. Karena dalam program dokumenter ini
penulis harus terus siaga dan selalu mengikuti terhadap moment yang akan
terjadi ketika proses shooting berlangsung.
2. Konsep Produksi
Dalam tahap ini perencanaan konsep teknis sangat dibutuhkan oleh penulis
yaitu mengoperasikan suatu kamera sesuai dengan kebutuhan penulis,
dalam konsep ini penulis membutuhkan kamera yang tidak terlalu besar
namun berkualitas high devinition agar hasil gambar sangat bagus.
Pada konsep ini penata kamera berusaha menyesuaikan segala bentuk
teknis pengambilan gambar (shot) sudut pengambil (angle) dan
pergerakan kamera (moving) sesuai dengan treatment yang telah
disepakati bersama sutradara. Dari treatment tersebut penata kamera
bekerja sama dengan sutradara dan editor untuk keselarasan gaambar saat
masuk ke meja penyunting gambar.
Peralatan yang dibutuhkan oleh penata gambar dalam produksi
dokumenter televisi “Panti Sosial Karya Wanita” adalah :
169
Tabel III.9. List Alat
No Nama Alat Jumlah Unit
1 Sony Handycam NEX-VG30 1 2 Battery Sony 2 3 Charger Sony 1 4 Memory Extreme Pro 64 Gb 2 5 Lens Adapter to EF 1 6 Tripod E-image 50mm 1 7 Lensa Canon 16-36mm L 1 8 Lensa Fix 50mm L 1 9 Lensa 70-200mm L 1 10 Mic Rode Video 1
AKADEMI KOMUNIKASI
BINA SARANA INFORMATIKA
LIST ALAT
170
3.4.6. Kendala Produksi Dan Solusi
Kendala dan kesalahan bisa terjadi pada siapapun demikian juga
bisa terjadi pada seorang kameraman. Berikut beberapa kendala yang
penulis temukan di lapangan :
Persiapan peralatan shooting termasuk peralatan kamera dan
pendukungnya dimana penulis kesulitan dalam mencari tempat rental
dikarenakan banyak tempat rental sudah close order. Membawa peralatan
shooting yang begitu banyak (kamera, tripod, dll). Dilapangan penulis juga
mengalami kendala pada cuaca yang tidak menentu yang buat penulis
menjadi terhambat dalam pengambilan gambar. Ada kendala yang lain lagi
yaitu factor lupa, dimana terkadang penulis lupa membawa atau tertinggal
sesuatu seperti (memory card) .
solusi dari penulis Mempersiapkan sesuatu dari jauh-jauh hari
seperti memesan peralatan jangan sampai sudah dekat dengan waktunya
baru mencari tempat rental, jika membawa semua peralatan yang banyak
disarankan untuk menggunakan mobil agar tidak terlalu repot dan
dilapangan untuk menghindari cuaca yang sering berubah-ubah maka
haruslah membawa jas hujan dan alat pelindung lainnya untuk menutupi
kamera dan perlengkapan lainnya, sebelumnya untuk menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan seperti lupa alangkah baiknya kita mempersiapkan
kembali peralatan yang akan dibawa sebelum berangkat .
3.4.7. Lembar Kerja Penata Kamera
1. Camera Report
2. Spesifikasi Kamera
171
Tabel III.Camera Report
AKADEMI KOMUNIKASI
BINA SARANA INFORMATIKA
Camera Report
Produksi : Edelweis Production Produser :Kamellia Judul Karya : Panti Sosial Karya Wanita Sutradara : Novi Durasi : 20’38 menit Camera Person : Icha
NO SHOT VISUAL DIRECTION AUDIO
SHOT SIZE
MOVIE
ANGEL
Konsep Audio 1. Colour Bar 2. Logo BSI 3. Countdown 4. Judul 5. Bumper deskripsi program 6. Opening
1
1 CU Stil Eye level Mengambil gambar
gapura selamat datang
VO
2
2 LS panning Eye level Mengambil gambar
wilayah jalan sekitar
VO
3
3 LS stil Eye level
Mengambil gambar Ruang pelayanan publik dan ruang
konsultasi
VO
4
4 CU stil Eye level
Mengambil gambar tugu Kementrian Sosial Republik Indonesia. “Panti
sosial karya wanita mulya jaya Jakarta
Pasar Rebo”
VO
172
5
5
LS panning Low angel
Mengambil gambar penunjuk tempat VO
6
6
LS stil Eye level Mengambil gambar
lingkungan sekitaran panti
VO
7
7
CU stil Eye level Mengambil gambar
ruang kamar PM (Penerima Manfaat)
VO
8
8 CU tiling Eye level Mengambil gambar
masjid didalam panti VO
9
9 CU stil Eye level Mengambil gambar
ruang kamar VO
10
10 MS CU stil Eye level
Mengambil gambar tampak depan rumah perlindungan sisial
wanita
VO
11
11 LS stil Low angel
Mengambil gambar gapura Kementrian Sosial RI Rumah
perlindungan Sosial wanita
VO
173
12
12 LS followi
ng Eye level Mengambil gambar lingkungan jalan di
dalam panti VO
13
13 LS Stil Low
angel
Mengambil gambar tugu kementrian sosial
republik Indonesia panti sosial karya wanita mulya jaya
VO
14
14 MS
LS
following Eye level
Mengambil gambar Suasana penangkapan
PM (Penerima Manfaat)
Courtesy Of Youtube
Steatmen courtesy of yotube
15
15 MS Stil Eye level Mengambil gambar
wawancara Pak Sarino selaku ketua Panti
Steatment wawancara
16
16 LS Followi
ng Eye level
Mengambil gambar Pak Sarino dengan Ibu
Mentri
Musiki lustasi
17
17 MS Stil Eye level Mengambil gambar
Pak sarino saat upacara Hari Kartini
Musiki lustasi
18
18 LS Stil
panning
Eye level
Mengambil gambar Pak Sarino dengan ibu
Mentri di sekitaran pemancingan
Musiki lustasi
174
19
19 MS Stil Eye level
Mengambil gambar orang memakai
seragam Kementrian Sosial RI
Musiki lustasi
20
20 LS Stil Eye level
Mengambil gambar keadaan ruang kamar
panti penerima manfaat yang baru
masuk
Musiki lustasi
21
21 LS Panning Eye level
Mengambil gambar ruangan keahlian
salon kecantikan serta beberapa orang
penerima manfaat
Musiki lustasi
22
22 LS Panning Eye level
Mengambil gambar dapur masak penerima
manfaat Musiki lustasi
23
23 LS Panning Eye level
Mengambil gambar pengurus panti sedang
foto setelah Upacra Hari Kartini selesai
Musiki lustasi
24
24
LS Stil Eye level
Mengambil gambar dalam kamar
penerima manfaat dan tampak ruang depan
Musiki lustasi
25
25 LS Panning Eye level
Mengambil gambar stock shot keadaan
ruang panti bagi penerima manfaat yang baru masuk
Musiki lustasi
26
26 CU Stil Eye level Mengambil gambar pintu masuk asrama
Anis Kembang Musiki lustasi
27
27 CU Stil Eye level
Mengambil gambar keadaan tembok
kamar para penerima manfaat
Musiki lustasi
175
28
28 MS Stil Eye level
Mengambil gambar wawancara Sarah selaku “Penerima
Manfaat”
Steatment wawancara
29
29 LS Following Eye level
Mengambil gambar Sarah pada saat
mengibarkan bendera Merah Putih
Musik ilustrasi
30
30 LS Panning Eye level
Mengambil gambar stok shot jalanan di
sekitaran panti Musik ilustrasi
31
31 LS Stil Eye level
Mengambil gambar sarah sedang
memakaikan kalung ke Ibu Mentri
Musik ilustrasi
32
32 LS Panning Eye level
Mengambil gambar para penerima
manfaat saat sedang membuat kue
Musik ilustrasi
33
33 LS Panning Eye level
Mengambil gambar para pengurus panti sedang upacara dan
berhormat
Musik ilustrasi
34
34 MS LS
Panning
Eye Lavel
Mengambil gambar stock shot tampak
depan masjid di dalam panti
Musik ilustrasi
35
35 LS Following Eye level
Mengambil gambar keseruan para
Penerima Manfaat di pasir pantai
Musik ilustrasi
36
36 LS Stil Eye level
Mengambil gambar salah satu penerima manfaat saat sedang
berada di ruang keahlian jahit
Musik ilustrasi
176
37
37 LS Panning Eye level
Mengambil gambar para penerima
manfaat dan pengurus panti sedang foto
bersama
Musik ilustrasi
38
38 LS Stil Eye level
Mengambil gambar penerima manfaat sedang mengikuti upacara peringatan
Hari Kartini
Musik ilustrasi
39
39 LS Panning Eye level
Mengambil gambar penerima manfaat
sedang dijenguk oleh keluarga
Musik ilustrasi
40
40 LS Panning Eye level
Mengambil gambar stock shot keadaan saat upacara Hari
Kartini
Musik ilustrasi
41
41 MS Panning Eye level
Mengambil gambar keadaan sekitar kamar
penerima manfaat Musik ilustrasi
42
42 LS Panning Eye level
Mengambil gambar dapur di bagian dalam
kamar penerima manfaat
Musik ilustrasi
43
43 MS Following Eye level
Mengambil gambar penerima manfaat dan
pengurus panti saat sedang di dalam bus
Musik ilustrasi
44
44 LS Panning Eye level
Mengambil gambar para penerima
manfaat dan pengurus panti telah tiba di tempat rekreasi
Musik ilustrasi
45
45 LS Following Eye level
Mengambil gambar para penerima
manfaat saat sedang asik bermain games
bersama
Musik ilustrasi
177
46
46 MS Stil Low angel
Mengambil gambar Bendera Merah Putih
saat dikibarkan Musik ilustrasi
47
47 LS Following Eye level
Mengambil gambar kedatangan Ibu Mentri
“Ridho Idrus Marham” selaku nasehat wanita
Musik ilustrasi
48
48 LS Panning Eye level
Mengambil gambar ibu mentri dan yang
lain sedang memancing
Musik ilustrasi
49
49 LS Stil Eye level
Mengambil gambar stock shot penerima
manfaat sedang menjahit
Musik ilustrasi
50
50 LS Panning Eye level
Mengambil gambar penerima manfaat
sedang membersihkan ruangan salon
Musik ilustrasi
51
51 LS Panning Eye level
Mengambil gambar para penerima
manfaat sedang memasak
Musik ilustrasi
52
52 LS Panning Eye level
Mengambil gambar jalanan sekitaran panti dan tempat keluarga
untuk berkunjung para penerima manfaat
Musik ilustrasi
53
53 MS Stil Eye level Mengambil gambar tampak depan ruang
kelas di panti Musik ilustrasi
54
54 LS Panning Eye level
Mengambil gambar para penerima
manfaat saat sedang di jenguk oleh keluarganya
Steatment kunjungan darma
wanita
178
55
55 LS MS
Panning
High angle
Eye level
Mengambil gambar para penerima
manfaat saat sedang ada di kelas INNER TRANSFORMASIO
N
Steatmen kegiatan
56
56 MS Stil Eye level Mengambil gambar wawancara Jenong “alumni PSKW”
Steatment wawancara
57
57 MS Stil Eye level Mengambil gambar tampak depan ruang
kelas di panti Musik ilustarsi
58
58 CU Stil Eye level
Mengambil gambar penerima manfaat
sedang mengisi kuis INNER
TRANSFORMASION
Musik ilustarsi
59
59 MS Stil Eye level
Mengambil gambar wawancara Pak Hasan
“Pembimbing Penerima Manfaat”
Steatment wawancara
60
60 LS Panning Eye level
Mengambil gambar penerima manfaat saat
didalam kelas Musik ilustarsi
61
61 LS Stil Eye level
Mengambil gambar stock shot penerima
manfaat sedang menjahit
Musik ilustarsi
62
62 MS Stil Eye level
Mengambil gambar salah satu penerima manfaat saat sedang mengisi Quisioner
Musik ilustarsi
63
63 LS Panning Eye level
Mengambil gambar penerima manfaat saat
sedang melakukan sesi tanya jawab dan
lingkungan kelas
Steatmen kegiatan
179
64
64 LS Panning Eye level Mengambil gambar
ruangan menjahit Musik ilustarsi
65
65 LS Panning Eye level
Mengambil gambar keseruan para
penerima manfaat saat sedang melihat atraksi
lumba-lumba
Steatmen kegiatan
Creadit title
180
Gambar III.1 Kamera
Mode Sony Handycam NEX-VG30
Ukuran Approx. 91mm x 130mm x 223 mm
Berat Approx. 650g
Warna Hitam
Type Exmor APS HD CMOS sensor (23.5 x 15.6 mm)
Total pixel 16.7 mp
Resolusi 1920x180 – Full HD
LCD monitor 3inch Xtra Fine LCD
Recording Media SD Card
SDHC Card
SDXC Card
Memmory stick PRO Duo
Memmory stick PRO-HG Duo
Memmory stick XC-HG Duo
Touch panel ya
Koneksi miniHDMI, USB.0 Hi-speed
Tipe baterai NP-FV
AKADEMI KOMUNIKASI
BINA SARANA INFORMATIKA
SPESIFIKASI KAMERA
3.5. Proses Kerja Penyunting Gambar
Editing adalah proses menyambungkan gambar dari banyak shot tunggal
sehingga menjadi kesatuan cerita yang utuh. Penyunting Gambar menyusun
shot-shot tersebut sihingga menjadi sebuah scene, kemudian hari penyusunan
tiap scene tersebut akan tercipta sequence, sehingga pada akhirnya akan
menjadi sebuah program TV yang utuh.
Pengertian editing televisi menurut Fachrudin, (2014: 395) adalah “proses
menyusun, memanipulasi dan merangkai ulang rekaman video (master tape)
menjadi suatu rangkaian cerita yang baru (sesuai naskah) dengan memberikan
penambahan tulisan, gambar atau suara sehingga mudah dimengerti dan dapat
dinikmati pemirsa”.
Seorang Penyunting Gambar harus tahu bagaimana bertutur cerita yang
baik, dia bertanggung jawab dalam pengerjaan akhir sebuah program TV.
Tanpa proses editing yang baik, sebuah produksi yang telah mengorban kan
uang dan tenaga menjadi sia sia. Memang benar, seorang Penyunting Gambar
hanya bisa menghasil kan program TV yang baik sebaik materi yang di
terima dengan seorang penyunting gambar yang baik dan kreatif yang mampu
menutupi semua kekurangan yang dialami ketika proses pengambilan
gambar. Sehingga penonton tidak pernah tahu di mana letak ketidak
sempurnaan itu.
Seorang Penyunting Gambar di tuntut untuk membantu keputusan setiap
saat, dia menentukan shot mana yang akan di pakai, berapa lama shot itu akan
di pakai kapan sebuah shot harus di potong, bagaimana urutan shot yang di
susun dan sebagainya.
Sebuah awal adegan bisa saja di mulai dengan establish tempat kejadian,
tapi bisa juga dimulai dengan close up pada aktor. Sebuah materi yang sama
bisa menghasilkan kan banyak kemungkinan tayangan yang berbeda, apalagi
di kerjakan oleh penyunting gambar berbeda jangan ragu untuk berexperimen
dalam menyusun tiap shot tersebut.
Menurut kamus dalam Fachrudin, (2014: 396) mengemukakan bahwa
“kata editor berasal dari bahasa lain e’ditus yang berarti “untuk
mengemukakan” dan editor dalam bahasa roma kuno adalah seseorang yang
sedang memainkan seuatu didalam sebuah panggung”.
Dari uraian diatas disimpulkan bahwa, Penyunting Gambar adalah
seseorang atau suatu bagian pekerjaan menyunting gambar pada saat pasca
produksi. Namun dalam karya ini Penyunting Gambar sudah dilibatkan
bahkan sebelum produksi dimulai oleh produser dan sutradara.
Penyunting Gambar diminta untuk memaparkan konsep editing apakah
yang akan digunakan pada saat nanti akan melakukan penyuntingan gambar.
Sebelum memaparkan editing pada tayangan yang akan di editnya. Seorang
Penyunting Gambar harus memahami teori editing dan alur cerita sehingga
pesan yang akan disampaikan mudah diterima dengan teknis merangkai ulang
gambar.
Editing adalah pekerjaan memotong-motong dan merangkai potongan-
potongan gambar sehingga menjadi program TV atau berita yang utuh dan
dapat dimengerti. Didalam dunia broadcasting terdapat tiga langkah umum
yaitu editing offline, online, mixing.
1. Editing Offline
Setelah shooting selesai, script writter membuat logging yaitu mencatat
kembali semua hasil shooting berdasarkan catatan shooting dan gambar
didalam logging timecode dan hasil pengembalian setiap shoot dicatat,
kemudian berdasarkan hasil catatan itu sutradara akan membuat editing
kasar disebut editing offline.
2. Editing Online
Berdasarkan naskah editing, editor mengedit hasil shooting asli.
Sambungan-sambungan setiap shoot dan adegan (scene) dibuat tepat
beradasrkan catatan timecode dalam naskah editing. Demikian pula sound
asli dimasukan dengan level yang seimbang dan sempurna. Setelah editin
online siap untuk proses mixing dan memilih bagian-bagian yang perlu
diisi dengan ilustrasi musik.
3. Mixing ( Pencampuran Gambar Dan Suara )
Keseimbangan antara sound effect, suara asli dan ilustrasi musik harus di
buat sedemikian rupa sehingga tidak saling mengganggu dan terdengar
jelas. Setelah proses mixing ini boleh dikatakan bagian yang penting
dalam sebuah produksi sudah selesai.
3.5.1. Pra Produksi
Tahapan pra produksi merupakan tahapan yang sangat penting
dalam proses pembuatan suatu karya baik drama atau non drama, karena
melalui tahapan inilah suatu konsep ide dasar diciptakan dengan melalui
jalan perumbukan ide dengan semua crew dan diakhir produser lah yang
menentukan semua. Sebab, keberhasilan pada saat produksi dan pasca
produksi tergantung pada kematangan dan kesiapan pada saat pra
produksi itu sendiri. Dengan demikian semua tahap pra produksi sangat
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan dua tahap
selanjutnya.
Proses akhir dari sebuah program televisi yaitu editing. Dimana
tahap ini editor yang bekerja mengkolaborasikan berbagai unsur kreatif
sehingga dapat memberi nilai seni pada hasil akhir sebuah karya produksi
program televisi. Pada tahap pra produksi ini juga editor harus
menyiapkan berbagai referensi dari acara yang serupa untuk mengetahui
seperti apa konsep editing yang dibuat.
Fachrudin (2014: 397) mengatakan “emosi, mempunyai nilai yang lebih berat yaitu sebesar 51%, kemudian baru dikombinasikan dari semua hal yang lainnya. Penyuntin gambar pada dasarnya harus memiliki tujuan yang pasti. Tujuan tersebut nantinya mengatur atau membawa seseorang penyunting gambar ke sebuah hasil yang baik”.
Pada tahap persiapan seorang editor dapat bekerja sama dengan
camera person dalam melakukan analisis naskah mengenai konstruksi
dramatiknya, dan bekerja sama dengan sutradara untuk mendapatkan
penyesuaian penafsiran mengenai editing.
3.5.2. Produksi
Dalam tahap ini seorang editor tidak memiliki tugas dan
kewajiban khusus. Namun dalam proses produksi ini seorang editor dapat
membantu mengawasi pendistribusian dan kondisi materi mulai dari
laboratorium sampai materi tersebut berada dimeja editing. Pada saat
produksi berlangsung atau proses pengambilan gambar, tugas seorang
editor adalah membuat sesuatu catatan kecil misalnya membuat lembar
time code. Fungsinya adalah untuk mencatat nomor file data yang
nantinya akan diolah pada saat pasca produksi. Editor juga bertugas
mengevaluasi suatu video atau gambar, melakukan pengisian voice over
serta menggabungkan gambar-gambar untuk keperluan produksi.
Editor juga ikut serta berperan membantu dalam kegiatan bersama
anggota crew yang lainnya, karena pada tahap ini editor dapat membantu
dan memberikan saran kepada sutradara dan penata kamera tentang
penggambaran yang jelas dan gambar yang seperti apa yang diinginkan
sutradara dan penata kamera haruslah satu pemikiran dengan editor, agar
mempermudah seorang editor dalam melakukan pemotongan gambar
dimeja editing nantinya.
Menurut Supriyadi dkk (2014:167) dalam tahap produksi Editor
dapat membantu atau mengawal sutradara dalam shot yang akan diambil
agar jangan sampai terlewat. Editor juga bertanggung jawab untuk
membantu mengawasi pendistribusian dan kondisi materi produksi
sampai ke meja editing.
Pada saaat produksi editor menyiapkan bahan gambar dan
menyusun daftar gambar yang memerlukan suara kesan atau (efek suara)
dan mendampingi juru suara dalam melakukan review untuk memenuhi
kebutuhan serta memberikan gagasan-gagasan perekam dalam
hubungannya dengan editing.
3.5.3. Pasca Produksi
Setelah melalui proses pra produksi dan produksi, maka masuklah
pada tahap pasca produksi. Dimana pada tahap ini editor memulai proses
meng-capture dan memilih gambar untuk selanjutnya disusun melalui
meja editing yang merupakan proses akhir atau finishing.
Di tahap ini seorang editor memiliki tanggung jawab dalam
proses editing. Konsep penulis dalam karya ini menggabungkan gambar
dan mengatur warna agar terlihat lebih natural dan sesuai dengan
keadaan aslinya. Dalam tahap mengedit software yang digunakan editor
dalam proses editing adalah adobe premier CC 2015, software ini mudah
dan lumayan ringan dalam pengoperasiannya. Dalam proses editing,
editor juga dibantu oleh para crew terutama sutradara pada saat
penyatuan gambar. Agar konsep yang sudah direncanakan sejak pra
produksi sesuai dengan hasil.
menurut Rahmawati dan Rusnandi (2010: 103) mengatakan
bahwa, “Tahapan ini ada tiga langkah yaitu editing offline, editing
online, dan mixing. Proses editing ada dua macam sesuai peralatannya
yaitu editing analog dan digital atau non linier dengan perangkat
komputer editing”.
Beberapa hal yang dilakukan saat pasca produksi:
1. Melakukan pemisahan shoot yang terpakai dan yang tidak
terpakai dengan catatan shooting report atau penjelasan
langsung sutradara.
2. Melakukan editing pendahuluan untuk mendapatkan
penyesuaian atas konsep dasar editing yang diinginkan
bersama dan memberikan gagasan-gagasan perekam dalam
hubungan dengan editing.
3. Menghaluskan hasil final edit hingga film selesai dalam
proses kerja editing.
4. Mendapatkan persetujuan sutradara atas hasil akhir editing.
Bertanggung jawab sepenuhnya atas keselamatan semua
materi gambar dan suara yang diserahkan kepadanya untuk
editing.
3.5.4. Peran Dan Tanggung Jawab Penyunting Gambar
Program drama atau nondrama yang kita saksikan di televisi
sebetulnya merupakan serangkaian ratusan atau bahkan ribuan gambar
yang sebelumnya disusun oleh penyunting gambar. Gambar tersebut
dipilih, dipotong, disambung menjadi sebuah adegan atau scene, scene
tersebut digabungkan yang kemudian terbentuklah sebuah cerita yang
utuh, ketika disusun terstruktur oleh seorang editor maka akan menjadi
suatu tontonan yang menarik. Rahmawati dan Rusnandi, (2010: 95).
Pada uraian diatas maka dapat disimpulkan editor bekerja setelah
proses produksi selesai dan bertanggung jawab atas penambahan tulisan,
gambar atau suara sehingga mudah dimengerti dan dapat dinikmati oleh
audience. Memotong-motong dan merangkai potongan gambar sehingga
menjadi suatu tayangan yang utuh dan menarik.
Sebagai editor televisi yang lebih banyak bekerja saat pasca
produksi, memiliki peran dan tanggung jawab yang penting, termasuk
pada program dokumenter :
1. Melakukan editing film dengan didampingi oleh sutradara.
2. Mengajukan usul kepada sutradara untuk mengubah urutan
penentuan gambar dari yang tercantum dalam naskah guna
mendapatkan konstruksi dramatic yang lebih baik.
3. Mengajukan usul kepada sutradara untuk memenuhi bahan materi
gambar ataupun suara yang kurang.
4. Mengajukan koreksi kepada sutradara atas konsep pengadaan unsur
suara untuk dasar keperluan editing.
3.5.5. Proses Penciptaan Karya
1. Konsep kreatif
Secara garis besar, jenis program televisi terbagi menjadi
drama dan nondrama, dalam pengerjaannya khususnya
dibidang editing tiap-tiap program membutuhkan penanganan
khusus sebuah program drama lebih menekan pada
pengembangan plot cerita sedangkan program dokumenter
atau program non dokumenter lebih Konsep produksi
Dokumenter secara umum bekerja dengan cara berlawanan
tidak ada pemain atau subjek yang diikuti oleh pembuat
film. Hanya orang-orang sungguhan yang berada didalam
susunan sebenarnya dan melakukan hal-hal yang biasa
mereka lakukan. Penempatan kamera dan lampu bahkan
microphone hendaknya bukan menjadi hal yang menonjol,
peristiwa yang terjadi di depan kita tidak memungkinkan
untuk kita melakukan persiapan itu. Maka peran sutradara
menjadi tidak besar dalam pengemasan, program
dokumenter televisi yang dibentuk dalam editing ini
menjadikan editor memiliki fungsi yang sangat penting
dalam menyelesaikan pembuatan program dokumenter
televisi.
2. Konsep produksi
Dokumenter secara umum bekerja dengan cara berlawanan
tidak ada pemain atau subjek yang diikuti oleh pembuat
film. Hanya orang-orang sungguhan yang berada didalam
susunan sebenarnya dan melakukan hal-hal yang biasa
mereka lakukan. Penempatan kamera dan lampu bahkan
microphone hendaknya bukan menjadi hal yang menonjol,
peristiwa yang terjadi di depan kita tidak memungkinkan
untuk kita melakukan persiapan itu. Maka peran sutradara
menjadi tidak besar dalam pengemasan, program
dokumenter televisi yang dibentuk dalam editing ini
menjadikan editor memiliki fungsi yang sangat penting
dalam menyelesaikan pembuatan program dokumenter
televisi.
3. Konsep teknis
Kebebasan editor sebagai eksekutor program dokumenter
televisi diakhir pembuatan, tentunya memiliki tanggung
jawab yang besar. Sebelum mengerjakan proses editing
penulis memastikan meja kerja dalam keadaan baik dan
mematangkan konsep editing bekerja sama dengan
sutradara dan penulis naskah mendiskusikan alur cerita
yangmenekankan pada
3.5.6. Kendala Produksi Dan Solusinya
Saat mengerjakan program dokumenter ini, penulis mengalami
beberapa kendala yang biasa dialami oleh seorang editor. Diantaranya
Persiapan media penyimpanan data, karena data hasil pengambilan
gambar dalam lima hari sekaligus cukup banyak. Perlunya space memory
yang besar dalam satu kali keberangkatan produksi. Banyaknya materi
yang akan diolah membutuhkan waktu yang sangat lama dalam
pengerjaan editing (perangkaian gambar). Membutuhkan waktu yang
cukup lama untuk merieview kembali satu persatu gambar hasil shooting
maupun dokumen penting dari narasumber.
Solusi yang penulis lakukan adalah Penulis mempersiapkan ruang
penyimpanan pada laptop sebelum dibawa serta membawa hardisk
eksternal juga flasdisk. Review semua gambar produksi dan memahami
naskah editing offline dan treatment yang sudah dibuat, selalu
berkoordinasi dengan sutradara mengenai konsep dalam perangkaian
gambar yang bagus.
3.5.7. Lembar Kerja Penyunting Gambar
1. Laporan Editing
2. Continuity Report
3. Pembuatan Program
4. Spesifikasi Editing
2. LAPORAN EDITING
Tabel III.8. Laporan Editing
Produksi : Edelweis Production Produser: Kamellia Kosasih Yonathan
Judul Karya : “Panti Sosial Karya Wanita Sutradara: Novi Isnawati
Durasi : 20 menit Editor : Alinda Febiana
KETERANGAN
NO INT/ VISUAL TITLE AUDIO SFX TRANSISI VIDEO DURASI
EXT EFFECT
1 Color Bar - - Bars and Cut To - 5 Dtk Tone
2 Logo Bsi - - - Cut To - 5 Dtk 3 Program ID ( Judul - - Cut To - 5 Dtk
Program,For
m at Program
AKADEMI KOMUNIKASI
BINA SARANA INFORMATIKA
LAPORAN EDITING
Dll.)
4 Gapura Selamat Datang -
(Vo) Tuna susila merupakan satu permasalahan sosial di indonesia yang belum mendapatkan perhatian secara serius sehingga mereka
Most emotional musc ever dreamwalker - 7 Dtk
5 Wilayah Jalan Sekitaran Panti -
Terjerumus pada keterpurukan yang melanggar aturan, norma agama, nilai-nilai di masyarakat
Most emotional musc ever dreamwalker - 2 Dtk
6 Ruang Pelayanan Publik Dan
Ruang Konsultasi -
Yang efeknya sangat merugikan dirinya, keluarga dan masyarakat.
Most emotional musc ever dreamwalker - 5 Dtk
7
Tugu Kementerian Sosial Republi Indonesia.
Panti Sosial Karya Wanita “mulya Jaya”Jakarta Pasar
Rebo -
Kementerian sosial RI melalui direktorat - 7 Dtk
Most emotional musc ever dreamwalker
8 Petunjuk Tempat -
rehabilitasi sosial tuna susila - 5 Dtk
Most emotional musc ever dreamwalker
9 Lingkungan Sekitaran Panti
Sosial Karya Wanita -
Memiliki kepedulian pada permasalahan tuna susila,
Most emotional musc ever dreamwalker - 3 Dtk
10 Ruang Kamar \\
Khususnya melalui upaya Penyelenggaraan rehabilitasi sosial
Most emotional musc ever dreamwalker - 4 Dtk
11 Ruang Depan Masjid melalui sistem panti dan non panti
Most emotional musc ever dreamwalker 4 Dtk
12 Ruang Kamar -
Panti sosial karya wanita “mulya jaya” Jakarta adalah
Most emotional musc ever dreamwalker - 4 Dtk
13 Tampak Depan Rumah Salah satu unit Most emotional musc 5 Dtk
Perlindungan Sosial Wanita pelaksana teknis di lingkungan
ever dreamwalker
14
Gapura Kementerian Sosial RI
Rumah Perlindungan Sosial Wanita (RPSW) -
Departemen sosial RI yang berada di bawah
Most emotional musc ever dreamwalker - 3 Dtk
15 Lingkungan Jalan Di dalam
Panti
Dan bertanggung jawab langsung kepada
Most emotional musc ever dreamwalker 3 Dtk
16
Tugu Kementerian Sosial Republik Indonesia
Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya” Jakarta Pasar
Rebo -
Direktur jenderal pelayanan dan rehabilitasi sosial
Most emotional musc ever dreamwalker - 3 Dtk
17 Courtesy Of Youtobe 26 Dtk
18 Wawancara Pak Sarino
“Ketua Panti” - - 14 Dtk
19 Stok shoot Pak Sarino Dengan
Ibu Menteri 6 Dtk
20 Wawancara Pak Sarino
“Ketua Panti” - - 14 Dtk
21
Stok Shoot Pak Sarino Saat Upacara Peringatan Hari
Kartini 4 Dtk
22 Wawancara Pak Sarino
“Ketua Panti” - - 4 Dtk 23 Stok shoot Pak Sarino Dengan 8 Dtk
Ibu Menteri
24 Wawancara Pak Sarino
“Ketua Panti” - - 4 Dtk
25
Stok Shoot Pak Sarino Dengan Ibu Menteri Di Sekitaran Pemancingan 4 Dtk
26 Wawancara Pak Sarino
“Ketua Panti” - - 10 Dtk
27 Stok shoot Pak Sarino Dengan
Ibu Menteri 5 Dtk
28 Wawancara Pak Sarino
“Ketua Panti” - - 3 Dtk
29 Stok shoot Orang memakai
rompi Kementerian Sosial RI 4 Dtk
30 Wawancara Pak Sarino
“Ketua Panti” 13 Dtk
31
Stok Shoot Keadaan Ruangan Panti Bagi Penerima Manfaat
Yang Baru Masuk - Piano Instrumental Collection-Never Ever - 8 Dtk
32 Wawancara Pak Sarino
“Ketua Panti” 6 Dtk
33
Stok Shoot Ruangan Salon Kecantikan Serta Beberapa
Penerima Manfaat - Piano Instrumental Collection-Never Ever - 5 Dtk
34 Wawancara Pak Sarino
“Ketua Panti” 9 Dtk 35 Stok Shoot Di Dapur Masak - Piano Instrumental - 5 Dtk
Collection-Never Ever
36 Wawancara Pak Sarino
“Ketua Panti” 5 Dtk
37
Stok Shoot Pengurus Panti Sedang foto-foto Setelah Upacara Peringatan Hari
Kartini - - 4 Dtk
38 Wawancara Pak Sarino
“Ketua Panti” 4 Dtk
39
Stok Shoot Di Dalam Kamar Penerima Manfaat Dan Tampak Ruang Depan -
Piano Instrumental Collection-Never Ever - 17 Dtk
40
Stok Shoot Keadaan Ruangan Panti Bagi Penerima Manfaat
Yang Baru Masuk 7 Dtk
41 Stok Shoot Pintu Depan Asrama Anis Kembang -
Piano Instrumental Collection-Never Ever - 3 Dtk
42
Stok Shoot Tembok Kamar Bagi Para Penerima Manfaat
Yang Baru Masuk Piano Instrumental Collection-Never Ever 8 Dtk
43 Wawancara Sarah “Penerima
Manfaat” - - 14 Dtk
44
Stok Shoot Sarah Saar Mengibarkan Bendera Merah
Putih 3 Dtk
45 Wawancara Sarah “Penerima
Manfaat” - - 3 Dtk
46 Stok Shoot Jalanan Di
Sekitaran Panti 3 Dtk
47 Wawancara Sarah “Penerima
Manfaat” - 15 Dtk -
48 Stok Shoot Jalanan Di
Sekitaran Panti 3 Dtk
49 Wawancara Sarah “Penerima
Manfaat” - 8 Dtk -
50 Stok Shoot Saraah Saat Mengibarkan Bendera 4 Dtk
51 Wawancara Sarah “Penerima
Manfaat” - 8 Dtk -
52 Stok Shoot Jalanan Di
Sekitaran Panti 3 Dtk
53 Wawancara Sarah “Penerima
Manfaat” - 3 Dtk -
54
Stok Shoot Sarah Sedang Memakai kan Kalung Kepada
Ibu Menteri 8 Dtk
55
Stook Shoot Para Penerima Manfaat Di Dapur Sedang
Membuat Kue - - 4 Dtk
56 Wawancara Sarah “Penerima
Manfaat” - - 10 Dtk
57 Stok Shoot Para Pengurus
Panti Sedang Upacara Sambil 4 Dtk
Menghormat
58 Wawancara Sarah “Penerima
Manfaat” - - 14 Dtk
59 Stok Shoot Tampak Depan
Masjid Panti 4 Dtk
60 Wawancara Sarah “Penerima
Manfaat” - - 7 Dtk
61
Stok Shoot Tampak Keseruan Para Penerima Manfaat Di
Pasir Pantai 4 Dtk
62 Wawancara Sarah “Penerima
Manfaat” - - 5 Dtk
63
Stok Shoot Salah Satu Penerima Manfaat Berada Di
Ruang Jahit 6 Dtk
64 Wawancara Sarah “Penerima
Manfaat” - - 7 Dtk
65
Stok Shoot Para Penerima Manfaat Dan Pengurus Panti
Sedang Foto Bersama 4 Dtk
66 Wawancara Sarah “Penerima
Manfaat” - - 10 Dtk
67
Stok Shoot Para Penerima Manfaat Sedang Mengikuti
Upacara Peringatan Hari Kartini 4 Dtk
68 Wawancara Sarah “Penerima - - 6 Dtk
Manfaat”
69
Stok Shoot Penerima Manfaat Sedang Di Jenguk Oleh
Keluarga 3 Dtk
70 Wawancara Sarah “Penerima
Manfaat” - - 4 Dtk
71
Stok Shoot Keadaan Saat Upacara Peringatan Hari
Kartini 5 Dtk
72 Wawancara Sarah “Penerima
Manfaat” - - 3 Dtk
73 Stok Shoot Keadaan Sekitaran
Kamar Penerima Manfaat 3 Dtk
74 Wawancara Sarah “Penerima
Manfaat” - - 4 Dtk
75 Stok Shoot Dapur Di Dalam Kamar Penerima Manfaat 3 Dtk
76 Wawancara Sarah “Penerima
Manfaat” - - 4 Dtk 77 Blank hitam 3 Dtk
78
Stok Shoot Para Penerima Manfaat Dan Pengurus Panti
Berada Di dalam bis -
Berbagai bimbingan kegiatan yang di lakukan panti sosial karya wanita untuk para penerima manfaat
- 20 Dtk
79 Stok Shoot Para Penerima Diantaranya Dunia Fantasi 20 Dtk
Manfaat Dan Pengurus Panti Telah Sampai Di Tempat
Rekreasi
bimbingan fisik dan mantal, bimbingan sosial, dan bimbingan keterampilan, yang bertujuan untuk merubah perilaku dan sikap hidup yang lebih baik
Original Song
80
Stok Shoot Para Penerima Manfaat Sedang Asik Dalam
Keseruan Main Games Bersama -
Serta membuat timbulnya keinginan untuk mencari pekerjaan yang layak sesuai dengan norma norma yang berlaku di masyarakat
Dunia Fantasi Original Song - 17 Dtk
81 Stok Shoot Bendera Merah
Putih Saat Dikibarkan Ibu Kita Kartini Piano Version 4 Dtk
82
Stok Shoot Para Penerima Panti Mnafaat Dan Para Pengurus Panti Sedang
Mengikuti Upacara Perigatan Hari Kartini -
Ibu Kita Kartini Piano Version - 55 Dtk
83
Stok Shoot Kedatengan Ibu Menteri “Ridho Idrus
Marham” Selaku Nasehat Wanita 37 Dtk
84
Stok Shoot Ibu Menteri Dan Yang lainnya Sedang
Memancing 15 Dtk
85
Stok Shoot Salah Satu Penerima Manfaat Sedang
Mnejahit - Wild Child fools - 4 Dtk
86
Stok Shoot Para Penerima Manfaat Sedang
Membersihkan Ruangan Salon Wild Child fools 13 Dtk
87 Stok Shoot Para Penerima Manfaat Sedang Memasak - Wild Child fools - 8 Dtk
88
Stok Shoot Jalanan Sekitar Panti Dan Tempat Jenguk
Bagi Keluarga Yang Ingin Be Prkunjung Instrumen Rhapsody 9 Dtk
89 Stok Shoot Tampak Depan
Ruang Kelas Di Panti - - 4 Dtk
90
Stok Shoot Para Penerima Manfaat Sedang Di Jenguk
Oleh Keluarganya Instrumen Rhapsody 13 Dtk 91 Blank Hitam - - 3 Dtk
92
Stok Shoot Para Penerima Manfaat Sedang Ada Kelas
INNER TRANSFORMATION
Selain bimbingan yang diberikan kepada penerima manfaat, berbagai modal juga di berikan kepadapara 30 Dtk
penerima manfaat, yang sesuai dengan keterampilan yang mereka ikuti saat mereka dapat memulaiusaha dan tidak kembali menjadi wanita tuna susila.
93 Wawancara Jenong “Alumni
PSKW” 135 Dtk
94 Stok Shoot Tampak Ruang
Depan Kelas Di Panti - - 4 Dtk
95
Stok Shoot Para Penerima Manfaat Sedang Mengisi Quis
INNER TRANSFORMATION 24 Dtk
96
Wawancara Pak Hasan “Pembimbing Penerima
Manfat” - - 51 Dtk
97 Stok Shoot Para Penerima Manfaat DiDalam Kelas 4 Dtk
98
Stok Shoot Salah Satu Penerima Manfaat Sedang
Menjahit - - 4 Dtk
99
Stok Shoot Para Penerima Manfaat Sedang Asik Main
Games 6 Dtk
100
Stok Shoot Para Penerima Manfaat Sedang Melakukan
Upacara - - 9 Dtk
101
Wawancara Pak Hasan “Pembimbing Penerima
Manfat” 19 Dtk
102
Stok Shoot Salah Satu Penerima Manfaat Sedang
Mengisi Quisioner Wild Child fools 11 Dtk
103
Wawancara Pak Hasan “Pembimbing Penerima
Manfat” - - 30 Dtk
104
Stok Shoot Penerima Manfaat Sedang Melakukan Sesi
Tanya Jawab Dan Keadaan Lingkungan Kelas 14 Dtk
105
Wawancara Pak Hasan “Pembimbing Penerima
Manfat” - - 4 Dtk 106 Stok Shoot Ruangan Menjahit 20 Dtk
107
Wawancara Pak Hasan “Pembimbing Penerima
Manfat” - - 8 Dtk
108
Stok Shoot Keseruan Parra Penerima Manfaat Sedang Melihat Atraksi Lumba-
Lumba Dunia Fantasi Original Song 5 Dtk
109
Stok Shoot Para Penerima Manfaat Sedang Asik Main
Games - Wild Child fools - 10 Dtk 110 Creadit Tittle 15 Dtk
3. Continuity Report
Tabel III.9 Continuity Report
AKADEMI KOMUNIKASI
BINA SARANA INFORMATIKA
CONTINUITY REPORT
Produksi : Edelweis Production Produser : Kamellia KY
Judul Karya : Panti Sosial Karya Wanita Sutradara : Novi I
Durasi : 20 menit Editor : Alinda F
NO Hari & Tanggal Kegiatan
1 11 Juni 2018 Menyeleksi potongan – potongan video yang sudah direkam pada proses produksi kedalam folder yang sudah disiapkan.
2 18Juni 2018 Capturing, memasukan semua file video yang sudah direkam saat proses produksi lalu dimasukan software editing (Premiere Pro). Rought Cut yaitu memasukan potongan – potongan video kedalam timeline sesuai naskah.
3 30 Juni 2018 Revisi pertama, menyeleksi kembali konten video Khususnya dibagian wawancara.
4 3 July 2018 Revisi kedua, memperbaiki audio Voice Over dan Narasumber
5 8 July 2018 Revisi Ketiga, menambahkan stockshoot yang Kurang
6 11 July 2018 Revisi Keempat, mereview kembali dan memperbaiki nama narasumber yang salah.
Tabel III.10. Spesifikasi Editing
AKADEMI KOMUNIKASI
BINA SARANA INFORMATIKA
SPESIFIKASI EDITING
Produksi : Edelweis Production Produser : Kamellia Kosasih Y Judul Karya : PSKW Sutradara : Novi Isnawati Durasi : 20 menit
No Equiptment Spesifikasi Merk Aset
1 PC -Windows 10 pro MSI Milik 64 bit (10.0, build Sendiri 10586)
-Intel(R) Core (TM) i7-4790 CPU @3.60Ghz (8CPUs)
-8192MB RAM
-Intel(R) HD Graphics 4600 full display device
-768 x 1360 (32 bit) (60Hz)
-NVIDIA GeForce GTX 760, 1600 X 900 (32 Bit) (60 Hz)
2 Mouse Votre Milik Sendiri
3 Headset Samsung Milik Sendiri
4 Stereo Active Fleco Milik Speaker Sendiri
5 Adobe Premiere Adobe Milik CC 2015 Sendiri
Pembuatan Program ID
1. Bars & Tone
Gambar III.2 Bars & Tone.
2. Logo BSI
Gambar III.3 Logo BSI
3. Counting keader
Gambar III.4 Counting Leader
4. Judul Program
Gambar III.5. Judul Program
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Membuat sebuah program dokumenter yang berkualitas baik dari segi
pemilihan tema sampai teknis pengambilan gambar untuk disesuaikan dengan
standart broadcasting adalah bukan hal yang mudah dan bagaimana program
tersebut dapat diterima oleh masyarakat dan bersaing dengan tayangan lain
pada yang sama dengan stasiun televisi lainnya. Yang paling utama adalah
sesuai dengan target dan sasaran yang dituju. Dengan dana yang terbatas peulis
berusaha semaksimal mungkin dapat menghasilkan karya yang diharapkan.
Didukung dengan kerja tim dalam memproduksi sebuah program pun harus
diiringi dengan rasa solidaritas yang tinggi. Adapun jika didalam proses kerja
terjadi suatu permasalahan kami berusaha untuk mendiskusikan secara bersama
agar mendapatkan solusi yang terbaik.
Kami sadar semaksimal apapun usaha yang kami lakukan dalam pembuatan
program televisi documenter ini pastilah masih terdapat kekurangan
didalamnya. Setiap manusia pasti punya kekurangan. Kekurangan tersebut
hendaknya diberitahukan, berupa kritik dan saran yang dapat memotivasi kami
untuk memperbaiki segala kekurangan agar dijadikan suatu pembelajaran
dalam pembuatan karya se;anjutnya.
Penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca guna perbaikan
dan pembelajaran diri. Semoga karya documenter “Panti Sosial Karya Wanita”
ini memiliki kemanfaatan yang dapat dipetik oleh masyarakat.
182
4.2. Saran
Semoga di program dokumenter ini menjadikan sebuah acuan atau
referensi bagi semua kalangan penikmat dokumenter tv, dan menjadikan
sebuah pedoman untuk penulis agar bisa lebih membuat sebuah karya yang
jauh lebih baik lagi.
182
DAFTAR PUSTAKA
Latief, Rusman dan Yusiatie Utud. 2015. Siaran Televisi Non-Drama Kreatif.
Produktif, Public Relation, dan Iklan. Jakarta: Prenamedia Group.
Morissan M A. 2013. Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola &
Televisi Edisi Revisi Jakarta. In Media.
Naratama 2013. Menjadi Sutradara Televisi dengan single dan multicamera
Jakarta PT. Gramedia
Supriyadi, M.Kom, Nina Kusumawati, S.PT, Irwanto, M.Ikom, dan Yudo
Triartanto, M.Si. 2014. Broadcasting Televisi, Teori dan Praktik.
Perpustakaan nasional.
Latief, Rusman dan Yustiate Utud, 2017. Menjadi Produser Televisi. Jakarta:
Prenamedia Group
Kusumawati, Nina, Haryo Windratno dan Yudo Tri Artanto. 2017. Produksi
Program Televisi & Film. Yogyakarta: Graha Cendekia.
Tommy Suprapto 2013, Berkarier di Bidang Broadcasting
Wibowo Fred, Teknik Produksi Program Televisi
182
182
182
182
182