tugas akhir jet prianto 1206280856 fisioterapi2012

Download Tugas Akhir Jet Prianto 1206280856 Fisioterapi2012

If you can't read please download the document

Upload: wahyu-slamet-nugroho

Post on 16-Sep-2015

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bels palsy

TRANSCRIPT

  • i Universitas Indonesia

    UNIVERSITAS INDONESIA

    PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA BELL S PALSY

    SINISTRA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI

    LAPORAN KASUS

    diajukan sebagai salah satu pemenuhan syarat tugas akhir studi

    oleh

    JET PRIANTO

    1206280856

    PROGRAM VOKASI

    RUMPUN KESEHATAN

    PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

    Depok

    Juni 2015

  • ii Universitas Indonesia

    UNIVERSITAS INDONESIA

    PROGRAM VOKASI

    RUMPUN KESEHATAN

    PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama : Jet Prianto

    NPM : 1206280856

    Program Studi : Fisioterapi

    Menyatakan bahwa laporan kasus yang berjudul PENATALAKSANAAN

    FISIOTERAPI PADA DI RSUP FATMAWATI benar-

    benar merupakan hasil karya pribadi dari seluruh sumber yang dikutip maupun

    ditunjuk telah saya nyatakan dengan benar.

    10 Juni 2015

    Jet Prianto

    1206280856

  • iii Universitas Indonesia

    UNIVERSITAS INDONESIA

    PROGRAM VOKASI

    RUMPUN KESEHATAN

    PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

    LEMBAR PENGESAHAN

    Nama : Jet Prianto

    NPM : 1206280856

    Program Studi : Fisioterapi

    Instansi Praktek : Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan

    Judul Laporan Kasus : PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA

    DI RSUP FATMAWATI

    Pembimbing Lahan, Pembimbing materi, (Heri Susilo, SST.FT) (Aditya Denny Pratama, SST.FT)

  • iv Universitas Indonesia

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur saya panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

    atas karunia dan kasih-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir

    ini. Penulisan Tugas Akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat

    untuk memperoleh gelar Ahli Madya Fisioterapi pada Program Studi Fisioterapi

    Universitas Indonesia.

    Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah

    membantu dan membimbing dari masa perkuliahan sampai Tugas Akhir ini dapat

    terselesaikan pada waktunya. Adapun ucapan terima kasih tersebut saya tunjukan

    kepada:

    (1) Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kesehatan jasmani

    maupun rohani serta kemampuan selama 6 semester perkuliahan dan

    selama penyusunan tugas akhir;

    (2) Babah, Umai, kakak Yulianto, kakak Bidu dan kakak Cita Murari dan

    seluruh keluarga besar yang senantiasa mendoakan, memberikan

    semangat, cinta dan kasih, serta dukungan baik moril maupun materil;

    (3) Prof. Sigit selaku Ketua Program Vokasi UI atas program dan kerja

    keras dalam rangka mewujudkan pendidikan vokasi yang berkualitas;

    (4) Dr. Elida Illyas, SpKFR selaku Ketua Program Studi Fisioterapi Vokasi

    UI atas ilmu, nasehat dan bimbingan yang telah diberikan;

    (5) Safrin Arifin, SST.FT,MSi selaku satu-satunya dosen tetap Program

    Studi Fisioterapi Vokasi UI atas ilmu, nasehat dan skill yang telah

    diajarkan pada kami;

    (6) Walikota Palangka Raya dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota

    Palangkaraya beserta seluruh jajarannya yang telah memberi saya

    kesempatan menuntut ilmu di UI melewati Beasiswa KSDI tahun 2012;

    (7) Bapak Aditya Denny Pratama,SST.FT selaku pembimbing tugas akhir

    dan pengajar di Program Studi Fisioterapi UI atas waktu, arahan, dan

    ilmu yang telah diberikan;

    (8) Ibu Retno Dumillah, Dpl.PT selaku pembimbing akademis atas nasehat,

    bimbingan dan ilmu yang telah diberikan;

  • v Universitas Indonesia

    (9) Bapak Heri, SST.FT dan Ibu Titik .S, SST.FT selaku pembimbing lahan

    serta Semua dosen dan para senior dilahan praktek klinik, atas waktu

    dan arahan ilmu yang telah diberikan;

    (10) Ny. R dan keluarga atas waktu dan kesediaannya membantu dalam

    penyelesaian tugas akhir ini semoga kesehatan selalu dilimpahkan pada

    segenap keluarga;

    (11) Semua dosen, staff pengajar dan karyawan di Vokasi Fisioterapi

    Universitas Indonesia;

    (12) Christina Natalia Devina yang selalu memberi semangat, motivasi dan

    keceriaan dalam masa-masa suka dan duka mengerjakan tugas akhir ini;

    (13) Rekan-rekan mahasiswa Fisioterapi UI khususnya untuk kelompok PK

    1 & PK 2: Eka Dini, Trimukti Woro, Devinta, Wina, Fadiya, Nadidah,

    Putri Lestari dan Putu Merliany atas kerjasama tim yang mengajarkan

    saya bagaimana untuk bersosialisasi dan tetap menjaga kekompakan;

    (14) Leticia F, Fitria W.S, Febriati dan Wineyni H serta seluruh mahasiswa/i

    program beasiswa KSDI Kota Palangka Raya;

    (15) Teman-teman Paguyuban HARATI UI dan IMKAJAYA yang menjadi

    teman berbagi suka dan duka selama menempuh pendidikan di Kota

    Depok;

    Kesalahan dan ketidaksempurnaan tentunya masih terdapat dalam Tugas

    Akhir ini, namun bukan sesuatu yang disengaja, hal tersebut semata-mata karena

    keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karena itu

    kritik serta saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan Tugas

    Akhir ini.

    Akhir kata semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu

    pendidikan, pembaca dan mahasiswa, khususnya mahasiswa Program Studi D3

    Fisioterapi Universitas Indonesia.

    Jakarta, Februari 2014

    Penulis

  • vi Universitas Indonesia

    DAFTAR IS I

    LEMBAR JUDUL ............................................................................................. i

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................... ii

    LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN ........................................................... iii

    KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi

    DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii

    DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ........................................................................... 1 B. Tujuan Penulisan ........................................................................ 3 C. Manfaat Penulisan ...................................................................... 4 D. Rumusan Masalah ...................................................................... 4

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Definisi ....................................................................................... 5 B. Anatomi ...................................................................................... 5 C. Epidemiologi .............................................................................. 12 D. Etiologi ....................................................................................... 13 E. Patofisiologi ............................................................................... 14 F. Manifestasi Klinis ...................................................................... 16 G. Diagnosis .................................................................................... 17 H. Prognosis .................................................................................... 20 I. Penatalaksanaan Fisioterapi ....................................................... 20

    BAB III URAIAN KASUS

    A. Pengumpulan Data Identitas Pasien (S) ..................................... 42 B. Pengumpulan Data Riwayat Penyakit ........................................ 42 C. Pemeriksaan ............................................................................... 43 D. Pengumpulan Data Tertulis Pemeriksaan Penunjang ................ 44 E. Urutan Masalah Fisioterapi Berdasarkan Prioritas .................... 44 F. Diagnosis Fisioterapi .................................................................. 44 G. Program Pelaksanaan Fisioterapi ............................................... 47 H. Evaluasi ...................................................................................... 52

    BAB IV DISKUSI ......................................................................................... 60

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ................................................................................ 64 B. Saran ........................................................................................... 65

    DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 66

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ 69

  • vii Universitas Indonesia

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1. Fungsi dan Persarafan Otot-Otot Wajah ....................................... 10

    Tabel 2.2. Kategori IMT ................................................................................. 24

    Tabel 2.3. Skala Ugo Fisch ............................................................................ 26

    Tabel 2.4. Latihan PNF dengan pola diagonal wajah .................................... 38

    Tabel 3.1. MMT wajah dengan Skala Daniels-Worthingham ........................ 44

    Tabel 3.2. Tes Fungsi Motorik Otot-Otot Wajah dengan Ska;a Ugo-Fisch ... 45

    Tabel 3.3. Test Sensoris Wajah (dengan tes raba halus) ................................ 45

    Tabel 3.4. Pemeriksaan Sensasi Rasa Lidah .................................................. 46

    Tabel 3.5. Metode Intervensi Fisioterapi ....................................................... 47

    Tabel 3.6. Evaluasi Pertama MMT wajah dengan Skala Daniels-

    Worthingham ................................................................................. 53

    Tabel 3.7. Evaluasi Pertama Hasil Test Kemampuan Fungsional Dengan

    Skala Ugo Fisch ............................................................................ 53

    Tabel 3.8. Evaluasi Ke-2 MMT Wajah dengan Skala Daniels-

    Worthingham ................................................................................. 54

    Tabel 3.9. Evaluasi Ke-2 Hasil Test Kemampuan Fungsional Dengan

    Skala Ugo Fisch ............................................................................ 55

    Tabel 3.10. Evaluasi Ke-3 MMT Wajah dengan Skala Daniels-

    Worthingham ................................................................................. 56

    Tabel 3.11. Evaluasi Ke-3 Hasil Test Kemampuan Fungsional Dengan

    Skala Ugo Fisch ............................................................................ 56

    Tabel 3.12. Evaluasi Ke-4 MMT Wajah dengan Skala Daniels-

    Worthingham ................................................................................. 57

    Tabel 3.13. Evaluasi Ke-4 Hasil Test Kemampuan Fungsional Dengan

    Skala Ugo Fisch ............................................................................ 58

    Tabel 3.14. Evaluasi Ke-5 MMT Wajah dengan Skala Daniels-

    Worthingham ................................................................................. 58

    Tabel 3.15. Evaluasi Ke-5 Hasil Test Kemampuan Fungsional Dengan

    Skala Ugo Fisch ............................................................................ 59

    Tabel 4.1. Nilai Skala Ugo Fisch T1 T5 ...................................................... 61

    Tabel 4.2. Perbandingan nilai MMT Otot-Otot Wajah pada Evaluasi

    Pertama dan Ke-5 .......................................................................... 62

  • viii Universitas Indonesia

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1. Anatomi nervus facialis dan otot-otot wajah ................................ 6

    Gambar 2.2. Struktur nervus facialis .................................................................. 7

    Gambar 2.3. Alogoritma perjalanan nervus facialis .......................................... 8

    Gambar 2.4. Pasien dengan (A) lesi saraf fasialis perifer (B) lesi supranuklear 18

    Gambar 2.5. MRI Otak pada dengan Infark Central Pontine ....... 19

    Gambar 5.1. Grafik Peningkatan Nilai Skala Ugo Fisch .................................... 62

  • 1 Universitas Indonesia

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Memiliki wajah yang cantik dan menarik adalah idaman setiap wanita.

    Kecantikan wajah secara fisik dapat meningkatkan rasa percaya diri. Banyak

    usaha untuk mencapai hal itu, misalnya dengan cara perawatan, facial, bahkan

    tidak jarang ada yang melakukan operasi plastik. Walau harus mengeluarkan

    uang yang cukup banyak mereka tidak masalah yang penting bisa mempercantik

    atau mengkoreksi bagian wajah tertentu agar terlihat lebih menarik.

    Banyak faktor yang menyebabkan wajah menjadi tidak menarik salah

    satunya adalah terkena . Definisi adalah sebuah kelainan

    dan gangguan neurologi pada nervus cranialis VII (saraf wajah) di daerah tulang

    temporal, di sekitar foramen stilomastoideus. ini hampir selalu

    terjadi unilateral, namun demikian dalam jarak satu minggu atau lebih dapat

    terjadi paralysis bilateral. Penyakit ini dapat berulang atau kambuh, yang

    menyebabkan kelemahan atau paralisis, ketidaksimetrisan kekuatan/aktivitas

    persarafan pada kedua sisi wajah (kanan dan kiri), serta distorsi wajah yang

    khas. Hal ini sangat menyiksa diri karena membuat orang menjadi kurang

    percaya diri. Wajah kelihatan tidak cantik karena mulut mencong, mata tidak

    bisa berkedip, mata berair dan konflikasi lainnya.1

    Istilah diambil dari nama seorang dokter di abad ke 19 yaitu

    Sir Charles Bell. Beliau yang pertama kali menjelaskan penyakit ini serta

    mengaitkannya dengan kelainan saraf wajah. ialah kelumpuhan

    nervus facialis yang menyebabkan kelumpuhan atau kelemahan pada otot-otot

    wajah.2

    Gejala yang terjadi berupa kelemahan pada otot-otot wajah pada satu sisi,

    nyeri dibelakang telinga dan ketidaksimetrisan wajah. Biasanya penderita

    mengetahui ketidaksimetrisan wajah dari teman atau keluarga atau pada saat

    bercermin. Karena menyerang tanpa disadari penderita dan

  • 2 Universitas Indonesia

    cenderung tidak memberi gejala-gejala khusus. Saat penderita menyadari bahwa

    ia mengalami ketidaksimetrisan wajah, maka ia mulai merasa takut, malu,

    rendah diri, dan kadangkala jiwanya tertekan terutama pada penderita yang

    masih aktif dalam bersosialisasi bahkan dapat menimbulkan konsep diri yang

    negatif.

    Insiden secara global rata-rata 23 kasus per 100.000 populasi.

    Gangguan ini dapat menyerang di segala usia dan lebih sering menyerang pada

    umur 30-an dan 70-an. Baik laki-laki maupun perempuan sama-sama beresiko

    terkena 3

    Insiden di Indonesia, secara pasti sulit ditentukan. Data yang

    dikumpulkan dari empat Rumah Sakit di Indonesia didapatkan frekuensi

    Palsy sebesar 19,55% dari seluruh kasus neuropati dan terbanyak pada usia 21

    50 tahun, peluang untuk terjadinya pada wanita dan pria sama. Tidak didapati

    perbedaan insiden antara iklim panas maupun dingin, tetapi pada beberapa

    penderita didapatkan adanya riwayat terkena udara dingin atau angin

    berlebihan.4

    Mengingat begitu besarnya angka kejadian dan begitu

    berdampaknya terhadap kondisi psikologis seseorang dalam

    berinteraksi dengan lingkungannya serta minimnya pengetahuan masyarakat

    akan pentingnya penanganan dini secara medis dalam rangka meminimalisir

    angka kecacatan wajah akibat dari tidak segera ditanganinya kasus B .

    Untuk mengatasi hal tersebut, dibutuhkan peran fisioterapi sebagai tenaga

    kesehatan yang dapat membantu menangani masalah tersebut. Berdasarkan

    PERMENKES RI No. 80 Tahun 2013 definisi fisioterapi adalah bentuk

    pelayanan kesehatan yang ditunjukkan pada individu atau kelompok untuk

    mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan/atau fungsi tubuh

    sepanjang daur kehidupan dan menggunakan penanganan secara manual,

    peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektoterapeutis dan mekanis), pelatihan

    fungsi dan komunikasi.5

    Alternatif modalitas yang digunakan dalam melakukan penatalaksanaan

    pada kondisi adalah elektro terapi, manual terapi dan terapi latihan.

    Elektro terapi yang digunakan berupa: MWD dan electrical stimulation.

  • 3 Universitas Indonesia

    Penatalaksanaan selanjutnya adalah dengan manual terapi, ada pun metode yang

    paling sering digunakan adalah massage, metode ini bertujuan merileksasi dan

    mencegah kontraktur otot-otot wajah. Jenis intervensi terakhir yang

    dipergunakan adalah terapi latihan yang umum di gunakan antara lain: mirror

    exercise dan PNF.

    Di RSUP Fatmawati adalah salah satu rumah sakit dengan layanan

    fisioterapi yang dalam penatalaksanaan menggunaan kombinasi dari

    tiga jenis intervensi yaitu modalitas elektro terapi, manual terapi dan terapi

    latihan. Salah satu yang intervensi yang menarik adalah penggunaan metoda

    PNF.

    Karena latar belakang tersebut di atas penulis tertarik untuk mengangkat

    FISIOTERAPI PADA

    B. Tujuan Penulisan

    Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini dibagi menjadi dua, yaitu:

    1. Tujuan Umum

    a. Untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada kasus

    secara keseluruhan dan lebih mendalam,

    b. Untuk memenuhi persyaratan kelulusan dari Program Studi Fisioterapi

    Vokasi UI.

    2. Tujuan khusus

    a. Mengetahui kondisi dan masalah yang dijumpai pada kasus

    yang dikaitkan dengan problem gerak dan fungsi dari otot-otot wajah,

    b. Mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada kasus

    dengan menggunakan modalitas MWD, electrical stimulation, PNF

    (Proprioseptive Neuromuscular Facilitation) dan massage,

    c. Mengedukasi dan menyebarluaskan pengetahuan tentang penatalaksanaan

    fisioterapi pada kondisi .

  • 4 Universitas Indonesia

    C. Manfaat Penulisan

    1. Bagi penulis

    Penulis dapat memahami, menjelaskan dan melaksanakan penatalaksanaan

    fisioterapi pada kondisi sinistra yang sesuai dengan basic

    knowledge dan memberi kesempatan mengembangkan wawasan yang lebih

    luas lagi mengenai penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi

    sinistra.

    2. Bagi pendidikan

    Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi sarana belajar dan

    mengembangkan wawasan dalam bidang penulisan dan keilmuan fisioterapi

    sehingga member dampak positif yang menambah wawasan, pengetahuan

    dan keterampilan.

    3. Bagi masyarakat

    Dapat memberi informasi baru kepada pasien, keluarga pasien, dan

    masyarakat sekitar mengenai agar mengetahui bagaimana

    mencegah, mengatasi dan program terapi yang tepat.

    D. Rumusan Masalah

    Berdasarkan masalah yang timbul pada maka penulis ingin

    mengetahui:

    1. Bagaimana kondisi dan masalah yang dijumpai pada kasus

    sinistra yang dikaitkan dengan problem gerak dan fungsi dari otot-otot

    wajah?

    2. Bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada ?

  • 5 Universitas Indonesia

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Definisi

    adalah kelumpuhan atau paralisis wajah unilateral karena

    gangguan nervus fasialis perifer yang bersifat akut dengan penyebab yang tidak

    teridentifikasi dan dengan perbaikan fungsi yang terjadi dalam 6 bulan.4

    y adalah suatu gangguan neurologis yang disebabkan oleh

    kerusakan nervus fasialis, yang menyebabkan kelemahan atau paralisis satu sisi

    wajah. Paralisis ini menyebabkan asimetri wajah serta mengganggu fungsi

    normal, seperti menutup mata dan makan. biasanya mendadak dan

    tidak jelas penyebabnya.6

    Sir Charles Bell (1821) seorang ahli bedah dari Skotlandia adalah orang

    yang pertama meneliti beberapa penderita dengan wajah asimetris, sejak itu

    semua kelumpuhan nervus facialis perifer yang tidak diketahui sebabnya disebut

    Bell's Palsy. Pengamatan klinik, pemeriksaan neurologis, laboratorium dan

    patologi anatomi menunjukkan bahwa y bukan penyakit tersendiri

    tetapi berhubungan erat dengan banyak faktor dan sering merupakan gejala

    penyakit lain. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada usia dewasa, jarang pada

    anak di bawah umur 2 tahun.

    Awalnya didahului oleh infeksi saluran napas bagian atas yang erat

    hubungannya dengan cuaca dingin. Diagnosis y dapat ditegakkan

    dengan adanya kelumpuhan nervus facialis perifer diikuti pemeriksaan untuk

    menyingkirkan penyebab lain kelumpuhan nervus facialis perifer.7

    B. Anatomi

    Untuk lebih memahami permasalahan yang terjadi pada kondisi

    Palsy, maka terlebih dahulu harus diketahui tentang struktur anatomi nervus

    facialis dan otot-otot yang dipersarafi nervus facialis.

  • 6 Universitas Indonesia

    1. Nervus Facialis (Nervus Kranialis VII)

    Nervus facialis merupakan saraf campuran yang terdiri dari 2 akar

    saraf, yaitu akar motorik (lebih besar dan lebih medial) dan intermedius

    (lebih kecil dan lebih lateral).

    Akar motorik berasal dari nukleus fasialis dan berfungsi membawa

    serabut- serabut motorik ke otot- otot ekspresi wajah. Saraf intermedius

    yang berasal dari nukleus salivatorius anterior, membawa serabut-serabut

    parasimpatis ke kelenjar lakrimal, submandibular, dan sublingual. Saraf

    intermedius juga membawa serabut-serabut aferen untuk pengecapan pada

    dua pertiga depan lidah dan aferen somatik dari kanalis auditori eksterna

    dan pinna.

    Kedua akar saraf ini muncul dari pontomedullary junction dan

    berjalan secara lateral melalui cerebellopontine angle bersama dengan

    saraf vestibulocochlearis menuju meatus akustikus internus, yang memiliki

    panjang 1 centimeter (cm), dibungkus dalam periosteum dan

    perineurium.8

    Gambar 2.1 Anatomi nervus facialis dan otot-otot wajah

    Sumber: Martini et al, 2012

  • 7 Universitas Indonesia

    Gambar 2.2 Struktur nervus facialis

    Sumber : Kanerva, 2008

    Selanjutnya saraf memasuki kanalis fasialis. Kanalis fasialis (fallopi)

    memiliki panjang sekitar 33 milimeter (mm), dan terdiri dari 3 segmen

    yang berurutan: labirin, timpani dan mastoid. Segmen labirin terletak

    antara vestibula dan cochlea dan mengandung ganglion genikulatum.

    Karena kanal paling sempit berada di segmen labirin ini (rata- rata

    diameter 0,68 mm), maka setiap terjadi pembengkakan saraf, paling sering

    menyebabkan kompresi di daerah ini.

    Pada ganglion genikulatum, muncul cabang yang terbesar dengan

    jumlahnya yang sedikit yaitu saraf petrosal. Saraf petrosal meninggalkan

    ganglion genikulatum, memasuki fossa cranial media secara ekstradural,

    dan masuk kedalam foramen lacerum dan berjalan menuju ganglion

    pterigopalatina. Saraf ini mendukung kelenjar lakrimal dan palatine. 4

    Serabut saraf lainnya berjalan turun secara posterior di sepanjang

    dinding medial dari kavum timpani (telinga tengah), dan memberikan

    percabangannya ke musculus stapedius (melekat pada stapes). Lebih ke

    arah distal, terdapat percabangan lainnya yaitu saraf korda timpani, yang

    terletak 6 mm diatas foramen stylomastoideus. Saraf korda timpani

    merupakan cabang yang paling besar dari nervus facialis, berjalan

    melewati membran timpani, terpisah dari kavum telinga tengah hanya oleh

    suatu membran mukosa. Saraf tersebut kemudian berjalan ke anterior

    untuk bergabung dengan saraf lingualis dan didistribusikan ke dua pertiga

    anterior lidah.9

  • 8 Universitas Indonesia

    Gambar 2.3 Algoritma penjalaran nervus facialis

    Sumber: Frotcher, 2005

    Nervus facialis mengandung empat macam serabut, yaitu:

    a. Serabut somato-motorik, yang mensarafi otot-otot wajah (kecuali

    m.levartor palpebrae (N.III, otot platisma, stilohoid, di gastrikus

    bagian posterior dan stapedius di telinga tengah).

    b. Serabut visero-motorik (parasimpatis) yang datang dari nucleus

    salivarius superior. Serabut saraf ini mengurus glandula dan

    mukosafaring, palatum, rongga hidung, sinus peranasal, dan glandula

    sub-maksilaris serta sublingual dan lakrimalis.

    c. Serabut visero-sensorik yang menghantar implus dari alat pengecap

    didua pertiga bagian depan lidah.

    d. Serabut somato-sensorik rasa nyeri (dan mungkin juga rasa suhu dan

    rasa raba dari sebagian daerah kulit dan mukosa yang disarafi oleh

    nervus trigeminus). Daerah overlapping (disarafi oleh lebih dari satu

    saraf (tumpang tindih) ini terdapat di lidah, palatum, meatus

    akustikuseksterna dan bagian luar gendang telinga.4

    2. Otot-Otot Wajah

    Otot-otot wajah termasuk dalam jenis otot lurik/rangka dan

    memiliki beberapa sifat-sifat fisiologis diantaranya 9 :