tugas 4 hukum perbankan - peran ojk dalam dunia perbankan
DESCRIPTION
Peran OJK dalam dunia perbankanTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Besarnya risiko berinvestasi di bank membuat kepercayaan masyarakat
terus merosot terhadap perbankan [5]. Salah satu kasus yang cukup
mendapat perhatian publik adalah kasus Bank Century. Kasus yang
lainnya adalah pembobolan dana PT Elnusa Tbk dan Pemerintah
Kabupaten Batubara di Bank Mega yang mencapai ratusan miliar.
Perbankan Indonesia memiliki fungsi utama yaitu penghimpun dan
penyalur dana masyarakat. Berkurangnya tingkat kepercayaan masyarakat
akan mengakibatkan berkurangnya nasabah sebagai pihak yang
menggunakan jasa bank. Oleh karena itu, Bank harus meningkatkan
kepercayaan masyarakat dengan memelihara tingkat kesehatan bank sesuai
dengan ketentuan.
UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan menjelaskan bahwa
Bank Indonesia memiliki tugas pembinaan dan pengawasan usaha
perbankan serta bertanggungjawab terhadap kesehatan bank. Namun
dengan adanya UU OJK, tugas pengawasan terhadap usaha perbakan yang
sebelum dilakukan oleh Bank Indonesia kini menjadi tanggung jawab
OJK.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, Penulis tertarik untuk
membahas mengenai peran OJK terhadap usaha perbankan dan bagaimana
perlindungan OJK terhadap nasabah bank?
1.2. RUMUSAN PERMASALAHAN
Pada makalah ini penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas
diantaranya, yaitu:
1. Bagaimana peran OJK terhadap dunia perbankan?.
2. Bagaiman perlindungan yang diberikan oleh OJK terhadap nasbah
perbankan?.
2
1.3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Makalah ini memiliki manfaat untuk dapat dijadikan referensi ilmiah
mengenai peran OJK dalam perlindungan nasabah perbankan .
1.4. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, rumusan permasalahan,
pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, serta
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi data hasil tinjauan kepustakaan dan literature
yang terkait teori UU Perbankan; UU OJK; dan UU Perlindungan
Konsumen.
BAB III PEMBAHASAN MASALAH
Bab ini berisi pembahasan mengenai peran OJK terhadap
dunia perbankan dan perlindungan yang diberikan OJK terhadap
nasabah perbankan.
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil pembahasan terhadap
peran OJK terhadap pengaturan dan pengawasan dunia
perbankan khusunya terhadap perlindungan nasabah bank.
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG
PERUBAHAN ATAS UU NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG
PERBANKAN (UU PERBANKAN)
Berdasarkan UU Perbankan Pasal 1 ayat (1), Perbankan adalah segala
sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. UU
Perbankan Pasal 1 ayat (2) menjelaskan bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Masyarakat dalam dunia perbankan disebut nasabah. UU Perbankan Pasal
1 ayat (16) dijelaskan bahwa nasabah merupakan pih’ak yang
menggunakan jasa bank. Nasabah dalam dunia perbankan dibagi menjadi
dua, yaitu:
1. Nasabah penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di
bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan
nasabah yang bersangkutan (UU Perbankan Pasal 1 ayat (17));
2. Nasabah Debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau
pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah atau yang dipersamakan
dengan itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang
bersangkutan (UU Perbankan Pasal 1 ayat (18)).
Dalam penjelasan UU Perbankan dijelaskan bahwa “agar pembinaan
dan pengawasan bank dapat terlaksana secara efektif, kewenangan dan
tanggung jawab mengenai perizinan bank, yang semula berada pada
Menteri Keuangan, menjadi berada pada Pimpinan Bank Indonesia
sehingga Bank Indonesia memiliki kewenangan dan tanggung jawab yang
utuh untuk menetapkan perizinan, pembinaan dan pengawasan bank serta
4
pengenaan sanksi terhadap bank yang tidak mematuhi peraturan perbankan
yang berlaku”.
Bank Indonesia memiliki fungsi pembinaan dan pengawasan terhadap
bank yang ada di Indonesia (UU Perbankan Pasal 29 ayat (1)). Pembinaan
dan pengawasan yang dilakukan Bank Indonesia dijabarkan secara detail
di pasal selanjutnya yaitu sebagai berikut:
1. Memeriksa buku-buku dan berkas-berkas bank (Pasal 30 ayat (2));
2. Melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala maupun
setiap waktu apabila diperlukan (Pasal 31);
3. Wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba/rugi dalam waktu
dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (Pasal 35);
4. Dapat melakukan tindakan apabila bank mengalami kesulitan yang
membahayakan kelangsungan usahanya (Pasal 37 ayat (1));
5. Atas permintaan Menteri Keuangan berwenang mengeluarkan perintah
tertulis kepada bank agar memberikan keterangan dan memperlihatkan
bukti-bukti tertulis serta surat-surat mengenai keadaan keuangan
Nasabah Penyimpan tertentu kepada pejabat pajak (Pasal 41 ayat (1)).
Bank dalam menjalankan kegiatan usahanya wajib menempuh cara-
cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang
mempercayakan dananya kepada bank. Berikut merupakan kewajiban
bank:
1. Memelihara kesehatan bank sesuai memelihara kesehatan bank dengan
memperhatikan aspek permodalan, kualitas asset, kualitas manajemen,
rentabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan
dengan usaha bank (Pasal 29 ayat (2));
2. Menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko
kerugian bagi transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank (Pasal 29
ayat (4));
3. Menyampaikan kepada Bank Indonesia, segala keterangan, dan
penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia (Pasal 30 ayat (1));
5
4. Memberikan bantuan yang diperlukan dalam rangka memperoleh
kebenaran dari segala keterangan, dokumen dan penjelasan yang
dilaporkan oleh bank yang bersangkutan (Pasal 30 ayat (2));
5. Menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca dan perhitungan
laba/rugi tahunan serta penjelasannya, serta laporan berkala lainnya,
dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (Pasal
34 ayat (1);
6. Mengumumkan neraca dan perhitungan laba/rugi dalam waktu dan
bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (Pasal 35);
7. Menjamin dana masyarakat yang disimpan pada bank yang
bersangkutan (Pasal 37B ayat (1)) dengan membentuk Lembaga
Penjamin Simpanan (Pasal 37B ayat (2));
8. Merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyiman dan
simpanannya (Pasal 40 ayat (1)).
Perbankan Indonesia memiliki fungsi sebagai penghimpun dan
penyalur dana masyarakat. Perbankan Indonesia dalam melakukan
usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip
kehati-hatian. Dalam penjelasan UU Perbankan dijelaskan bahwa salah
satu fungsi lembaga perbankan adalah mampu melindungi secara baik
dana yang dititipkan masyarakat kepadanya. Oleh karena itu lembaga
perbankan perlu melakukan pembinaan dan pengawasan yang efektif,
dengan didasari oleh landasan gerak yang kokoh agar lembaga perbankan
di Indonesia mampu menjalankan fungsinya secara efisien, sehat, wajar,
dan mampu menghadapi persaingan yang semakin bersifat global.
Lembaga perbankan diberikan kepercayaan untuk melindungi dana
masyarakat melalui prinsip kehati-hatian dan pemenuhan ketentuan
persyaratan kesehatan bank. Dalam penjelasan Pasal 30 ayat (1) dan ayat
(2) dijelaskan bahwa pemantuan bank perlu dilakukan dalam rangka
melindungi dana masyarakat dan menjaga keberadaan lembaga perbankan.
Dari penjelasan diatas diambil kesimpulan bahwa, salah satu fungsi
bank adalah untuk melindungi dana nasabah. Oleh karena itu, bank harus
6
memelihara kesehatannya. Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas
bank melakukan tindakan untuk memastikan bank dalam keadaan sehat.
2.2. UNDANG-UNDANG (UU) NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG
OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)
Dalam UU OJK Pasal 1 ayat (1), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah
lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang
mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan,
pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang ini. Lembaga jasa keuangan adalah lembaga yang melaksanakan
kegitan di sektor Perbankan, Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun,
Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (Pasal 1
Ayat (4)). UU OJK Pasal 1 ayat (15) menjelaskan bahwa konsumen adalah
pihak-pihak yang menempatkan dananya dan/atau memanfaatkan
pelayanan yang tersedia di Lembaga Jasa Keuangan antara lain nasabah
pada Perbankan, pemodal di Pasar Modal, pemegang polis pada
Perasuransian, dan peserta pada Dana Pensiun, berdasarkan peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan. UU OJK Pasal 4
menjelaskan bahwa tujuan OJK adalah:
1. Mendorong kegiatan sektor jasa keuangan agar terselenggara secara
teratur, adil, transparan, dan akuntabel;
2. Mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan
stabil;
3. Melindungi kepentingan Konsumen dan masyarakat.
UU OJK Pasal5 menjelaskan bahwa OJK memiliki fungsi untuk
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi
terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. UU OJK
Pasal 6 menjelaskan bahwa OJK melaksanakan tugas pengaturan dan
pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan, Pasar
Modal, Perasuransian Dana Pensiun, lembaga Pembiayaan, dan Lembaga
Jasa Keuangan Lainnya. Penjelasan UU Perbankan dan UU Perbankan
7
Pasal 29 ayat (1) menjelaskan bahwa pembinaan dan pengawasan bank
yang sebelumnya berada pada Menteri Keuangan kini menjadi berada
pada pimpinan Bank Indonesia, namun seiring dengan adanya UU OJK
yang dijelaskan dalam pasal 55 “Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi,
tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan
di sektor Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, lembaga
Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan beralih dari Menteri Keuangan
dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ke OJK”.
Pernyataan tersebut sudah jelas menyatakan bahwa tugas pembinaan dan
pengawasan terhadap bank yang sebelum dilakukan oleh Bank Indonesia
kini menjadi tanggung jawab OJK.
8
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
3.1. PERAN OJK DALAM PENGATURAN DAN PENGAWASAN DI
SEKTOR PERBANKAN
Penjelasan UU Perbankan dan UU Perbankan Pasal 29 ayat (1)
menjelaskan bahwa pembinaan dan pengawasan bank yang sebelumnya
berada pada Menteri Keuangan kini menjadi berada pada pimpinan Bank
Indonesia, namun dengan adanya UU OJK yang dijabarkan di dalam pasal
55, tugas Menteri dalam pembinaan dan pengawasan sektor perbankan
dialihkan ke OJK per tanggal 31 Desember 2012. Tugas OJK terhadap
sektor perbankan yang dijelaskan dalam UU Perbankan yaitu memiliki
kewenangan dan tanggung jawab yang utuh untuk menetapkan perizinan,
pembinaan dan pengawasan bank serta pengenaan sanksi terhadap bank
yang tidak mematuhi peraturan perbankan yang berlaku.
Proses pengalihan tugas pengawasan bank dari Bank Indonesia ke OJK
memberikan tugas untuk OJK untuk membentuk strategi pengalihan tugas
yaitu sebagai berikut [4] :
1. Pembentukan Tim Transisi di OJK dan Task Force OJK di BI;
2. OJK & BI menyusun struktur organisasi sektor perbankan yg akan
diterapkan di OJK pada awal pengalihan (termasuk didaerah);
3. Penyesuaian Struktur Organisasi Sektor Pengawasan di BI;
4. Implementasi Mirrorring BI – OJK;
5. Monitoring Efektifitas Struktur Baru;
6. Strategi Implementasi Pengalihan fungsi Pengawasan dengan
mempertimbangkan:
a. Efisiensi & Efektifitas Pemanfaatan Sistem Teknologi Informas
b. Pengembangan Sistem Informasi Yang Terintegrasi
c. Tidak Menambah Beban Baru/Tambahan Bagi Lembaga Jasa
Keuangan
7. Ojk & BI Mematangkan Strategi Pemenuhan SDM.
9
UU OJK pasal 5 dan pasal 6 menjelaskan mengenai tugas dan Fungsi
OJK yaitu melakukan pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan
di sektor perbankan. Berikut merupakan peran OJK dalam kegiatan jasa
keuangan di sektor perbankan [4]:
1. Bidang Pengaturan:
a. Seluruh Peraturan Bank Indonesia secara otomatis tetap berlaku
pada awal masa beralihnya fungsi pengawasan ke OJK;
b. Sedapat mungkin pada tahap awal, perubahan peraturan
diminimalisir, namun efektifitas dari Peraturan yang berlaku akan
terus dievaluasi;
c. Dilakukan program harmonisasi peraturan antar sekor keuangan;
d. Mengikuti prinsip rule making rules dalam penyusunan peraturan.
2. Bidang Pengawasan:
a. Pola konsolidasi Pengawasan tetap mengikuti pendekatan yang ada
(downstream) namun akan dikembangkan pola pengawasan
terintegrasi dengan mengacu pada international best practices;
b. Dalam konteks diatas maka perlu dipastikan ketersediaan data yang
lebih lengkap, akurat, dan up to date, dengan dukungan
infrastruktur TSI yang efektif dan efisien;
c. Capacity Building SDM terus dilanjutkan;
d. Pola komunkasi yang lebih terbuka dengan industri jasa keuangan
dan stakeholders lainnya;
e. Melanjutkan kesinambungan kerjasama dan koordinasi dengan
otoritas/lembaga lain, baik didalam maupun di luar negeri;
f. Mengoptimalkan wewenang penyidikan guna memastikan
penegakan hukum di sektor jasa keuangan.
Berdasarkan penjelasan diatas, berikut merupakan tindak lanjut
pengawasan OJK terhadap tugas, hak dan wewenang yang telah diatur
dalam UU Perbankan antara lain:
1. OJK akan mengambil alih kasus yang terjadi di perusahaan keuangan
pada 1 januari 2014 [6].
10
2. OJK melakukan kerjasama dengan Japan Financial Services Agency
(JFSA). Kerjasama tersebut meliputi sektor jasa keuangan, baik
perbankan, pasar modal, serta industry keuangan non-bank. Kerjasama
antara OJK dan JFSA dituangkan dalam bentuk Exchange of Letter for
Cooperation [3].
3. OJK membentuk tim untuk mengawasi perusahaan yang membawahi
beberapa jenis lembaga keuangan. Hal ini akan tertuang dalam
pengawasan konglomerasi [8].
3.2. PERAN OJK DALAM PERLINDUNGAN NASABAH BANK
Dalam subbab 3.1 telah dijelaskan peran OJK dalam pengawasan
terhadap usaha perbankan sedangkan dalam subbab 3.2. akan membahas
mengenai peran OJK dalam perlindungan konsumen. Konsumen adalah
pihak-pihak yang menempatkan dananya dan/atau memanfaatkan
pelayanan yang tersedia di Lembaga Jasa Keuangan antara lain nasabah
pada Perbankan, pemodal di Pasar Modal, pemegang polis pada
Perasuransian, dan peserta pada Dana Pensiun, berdasarkan peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan (UU OJK Pasal 1 ayat (15)).
UU OJK Pasal 4 menjelaskan bahwa OJK dibentuk untuk mencapai salah
satu tujuannya yaitu mampu melindungi kepentingan konsumen dan
masyarakat, seperti yang dijelaskan dalam definisi konsumen pada pasal 4
maka salah satu alasan OJK dibentuk adalah untuk mampu melindungi
nasabah perbankan. Berikut wewenang OJK yang dijelaskan dalam UU
OJK terkait dengan perlindungan konsumen yaitu:
1. (Pasal 9) Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan,
perlindungan konsumen, dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa
Keuangan, pelaku, dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan
sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor
jasa keuangan.
2. (Pasal 28) Melakukan tindakan pencegahan kerugian konsumen dan
masyarakat yang meliputi:
11
a. Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat atas
karakteristik sektor jasa keuangan, layanan, dan produknya;
b. Meminta Lembaga Jasa Keuangan untuk menghentikan
kegiatannya apabila kegiatan tersebut berpotensi merugikan
masyarakat; dan
c. Tindakan lain yang dianggap perlu sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
3. (Pasal 29) melakukan pelayanan pengaduan konsumen yang meliputi:
a. Menyiapkan perangkat yang memadai untuk pelayanan pengaduan
Konsumen yang dirugikan oleh pelaku di Lembaga Jasa Keuangan;
b. Membuat mekanisme pengaduan Konsumen yang dirugikan oleh
pelaku di Lembaga Jasa Keuangan; dan
c. Memfasilitasi penyelesaian pengaduan Konsumen yang dirugikan
oleh pelaku di Lembaga Jasa keuangan sesuai peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
Berikut merupakan langkah yang telah dilakukan OJK dalam
menjalankan tugas perlindungan konsumen, antara lain:
1. OJK telah mengeluarkan peraturan OJK Nomor 1/POJK.07/2013
tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan sesuai dengan
amanat UU OJK Pasal 31 “Ketentuan lebih lanjut mengenai
perlindungan Konsumen dan masyarakat diatur dengan peraturan
OJK”. Peraturan OJK tentang perlindungan konsumen menjadi
pedoman bagi Lembaga Keuangan dan masyarakat. Bagi masyarakat,
peraturan ini menjadi patokan karena publik dapat mengetahui industri
keuangan apa saja yang masuk dalam pengawasan OJK, jenis
pengaduan seperti apa yang dapat disampaikan, serta apa saja tahapan
pengaduan dan persyaratan.
4. OJK akan bentuk Lembaga Pengawas Keuangan pada tahun 2014
untuk menyelesaikan kasus-kasus yang terjadi antara perusahaan
keuangan dan nasabah sebagai salah satu bentuk perlindungan
konsumen [7]. Lembaga Pengawas Keuangan yang akan dibuat OJK
12
ini merupakan tindak lanjut dari UU OJK Pasal 29 yaitu melakukan
pelayanan pengaduan konsumen dengan menyiapkan perangkat yang
memadai untuk pelayanan pengaduan Konsumen yang dirugikan oleh
pelaku di Lembaga Jasa Keuangan. Lembaga Pengawas Keuangan
diharapkan dapat menjadi perangkat yang dapat membantu konsumen
dan masyarakat dalam melakukan pengaduan terhadap kerugian yang
dilakukan Lembaga Jasa keuangan.
5. OJK tengah mengkaji aturan internal mengenai pembelaan hukum bagi
konsumen [5]. Proses kajian aturan internal merupakan tindak lanjut
dari UU OJK Pasal 28 yaitu tindakan lain yang dianggap perlu sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan untuk pencegahan kerugian konsumen.
6. OJK melakukan sosialisasi terkait peran dan fungsi OJK baik kepada
para pembisnis, masyarakat, dan instansi pemerintah [7]. Sosialisasi
yang tengah dilakukan OJK ini merupakan tindak lanjut dari UU OJK
Pasal 28 yaitu memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat
terhadap peran dan fungsi OJK.
7. OJK melalui Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen menindak
lanjuti penyelesaian sengketa yang tidak dapat mencapai kata sepakat
di pengadilan maka dapat dilakukan melalui pengadilan di luar
pengadilan. OJK akan meminta para asosiasi di perbankan untuk
membentuk badan alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan
seperti halnya yang telah dilakukan Badan Mediasi Asuransi Indonesia
(BMAI) dan Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI) [5].
8. OJK menyelenggarakan Layanan Konsumen Terintegrasi (Intergrated
Financial Customer Care (IFCC)). Layanan Konsumen Terintegrasi
adalah layanan yang diberikan OJK untuk melindungi kepentingan
Konsumen dan masyarakat terhadap pelanggaran atas UU dan
peraturan di sektor keuangan yang berada di bawah kewenangan OJK.
Layanan Konsumen Terintegrasi ini merupakan tindak lanjut dari UU
OJK Pasal 29 yaitu membuat mekanisme pengaduan Konsumen yang
dirugikan oleh pelaku di Lembaga Jasa Keuangan sehingga Konsumen
13
dan masyarakat untuk menyampaikan informasi/laporan, pertanyaan,
dan pengaduan yang berkaitan dengan produk dan/atau jasa yang
diberikan oleh Lembaga Jasa Keuangan (LJK) di bawah kewenangan
OJK.
9. OJK juga memilik website http://www.ojk.go.id/ . website tersebut
berisi informasi mengenai OJK secara keseluruhan dan spesifik, di
website tersebut juga tedapat infomasi mengenai informasi dan edukasi
konsumen keuangan. Website OJK ini merupakan tindak lanjut dari
UU OJK Pasal 28 yaitu memberikan informasi dan edukasi kepada
masyarakat atas karakteristik sektor jasa keuangan, layanan, dan
produknya.
14
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
UU Perbankan menjelaskan bahwa Bank Indonesia (BI) memiliki
tugas pembinaan dan pengawasan usaha perbankan serta
bertanggungjawab terhadap kesehatan bank. Namun dengan adanya UU
OJK, tugas pengawasan terhadap usaha perbankan yang sebelumnya
dilakukan oleh BI kini menjadi tanggung jawab OJK. selain melaksanakan
tugas pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di
sektor Perbankan, OJK juga memiliki tugas melindungi konsumen dan
masyarakat terhadap kerugian oleh pelaku di Lembaga Jasa Keuangan.
Tindakan yang dilakukan OJK untuk melindungi konsumen khusunya
nasabah bank antara lain:
1. Mengeluarkan Peraturan OJK Nomor 1/POJK.07/2013 tentang
Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan sebagai pedoman bagi
Lembaga Keuangan dan masyarakat.
2. Membentuk Lembaga Pengawas Keuangan pada tahun 2014 untuk
menyelesaikan kasus-kasus yang terjadi antara perusahaan keuangan
dan nasabah
3. Mengkaji aturan internal mengenai pembelaan hukum bagi konsumen
4. Melakukan sosialisasi terkait peran dan fungsi OJK baik kepada para
pembisnis, masyarakat, dan instansi pemerintah
5. Meminta para asosiasi di perbankan untuk membentuk badan alternatif
penyelesaian sengketa di luar pengadilan seperti halnya yang telah
dilakukan BMAI dan BAPMI
6. Menyelenggarakan Layanan Konsumen Terintegrasi sebagai
mekanisme pengaduan Konsumen dan website OJK untuk
memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat atas
karakteristik sektor jasa keuangan, layanan, dan produknya
15
7. Memilik website http://www.ojk.go.id/ untuk memberikan informasi
dan edukasi konsumen keuangan bagi masyarakat
4.2. SARAN
OJK telah memiliki tugas yang jelas dalam perlindungan Konsumen,
dalam sektor perbankan. Namun pasalnya banyak masyarakat baik itu
pembisnis, masyarakat dan instansi pemerintah tidak mengetahui
keberadaan Lembaga OJK. oleh karena itu OJK sebagai pengawas jasa
keuangan yaitu salah satunya sektor perbankan hendaknya melakukan
edukasi kepada masyarakat perbankan dalam hal ini adalah nasabah.
Selain itu, banyaknya sengketa dalam dunia perbankan menyebabkan
berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap Bank. Oleh karena itu
OJK perlu membentuk badan alternatif penyelesaian sengketa di luar
pengadilan untuk memproses penyelesaian sengketa secara cepat dan
tuntas.
16
DAFTAR PUSTAKA
[1] Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
[2] Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otorisasi Jasa Keuangan
(OJK).
[3] http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/512441-ojk-perkuat-kerjasama-
dengan-jfsa diakses tanggal 16 Juni 2014 Pukul 8:41.
[4] http://ikatanbankir.com/uploads/seminar/Peran OJK - Operasional
Pengawasan Final.pptx diakses tanggal 16 Juni 2014 Pukul 8:37.
[5] http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt52e60d7b73e63/menunggu-
gebrakan-ojk-lindungi-konsumen-bank diakses tanggal 29 Mei 2014 Pukul
16:23.
[6] http://www.indonesiafinancetoday.com/read/48933/OJK-Akan-Bentuk-
Lembaga-Pengawas-Keuangan diakses tanggal 29 Mei 2014 Pukul 16:23.
[7] http://www.majalahglobalreview.com/keuangan/perbankan/11-
perbankan/170-2014-ojk-awasi-perbankan.html diakses tanggal 29 Mei
2014 Pukul 16:23.
[8] [http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/14/02/04/n0gkj2-
ojk-bentuk-tim-pengawas-konglomerasi diakses tanggal 16 Juni 2014
Pukul 8:43.