tugas 1 hukum perikatan

10
LINGKUNGAN BISNIS DAN HUKUM KOMERSIAL Hukum Perikatan Nama :Dian Permata Sari NIM : (1406515021)

Upload: sinagadian

Post on 25-Jan-2016

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Tugas 1 Hukum Perikatan

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas 1 Hukum Perikatan

LINGKUNGAN BISNIS DAN HUKUM KOMERSIAL

Hukum Perikatan

Nama :Dian Permata Sari

NIM : (1406515021)

MAGISTER AKUNTASI FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS INDONESIA

JULI 2015

Page 2: Tugas 1 Hukum Perikatan

Statement of Authorship

“Kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya/kami gunakan tanpa menyebut sumbernya.

Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada mata ajaran lain, kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menggunakannya.

Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.”

Mata Ajaran : Lingkungan Bisnis dan Hukum Komersial

Judul Makalah/Tugas : Hukum Perikatan.

Tanggal : 22 April 2015

Dosen : Yunus Husein

Nama : Dian Permatasari

NPM : 1406515021

Tanda Tangan:

Lingkungan Bisnis dan Hukum Komersial Page 2

Page 3: Tugas 1 Hukum Perikatan

Pengertian Perikatan

Hukum perikatan diatur dalam KUH Perdata Buku Ketiga. Pada pasal 1233 KUH tertulis

bahwa perikatan lahir karena suatu persetujuan atau Undang-undang. Untuk mengetahui

lebih lanjut mengenai arti dari perikatan, beberapa ahli mencoba mendefinisikan

perikatan sebagai berikut:

Menurut Prof. Subekti, S.H. dalam bukunya “Hukum Perjanjian”, perikatan merupakan

suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak

yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain

berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu

Menurut A. Pilto, perikatan merupakan suatu hubungan hukum yang bersifat harta

kekayaan antara dua orang atau lebih, atas dasar mana pihak yang satu berhak (kreditur)

dan pihak lain berkewajiban (debitur) atas sesuatu prestasi

Menurut Prof. Soediman Kartohadiprodjo, hukum perikatan merupakan kesemuanya

kaidah hukum yang mengatur hak dan kewajiban seseorang yang bersumber pada

tindakannya dalam lingkungan hukum kekayaan.

Jadi, dapat disimpulakan perikatan merupakan suatu hubungan hukum yang terjadi

karena adanya persetujuan antara dua pihak dimana satu pihak memiliki hak dan pihak

lain memiliki kewajiban. Perikatan dapat ditunjukkan untuk memberikan sesuatu, berbuat

sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu.

Pengertian Perjanjian

Pengertian perjanjian juga dapat dimengerti melalui pasal 1233 dan 1313 KUH Perdata,

dimana disebutkan bahwa perikatan lahir karena suatu persetujuan atau Undang-undang.

Perikatan yang lahir dari kontrak atau perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana

satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih.

Prof Soebekti dalam bukunya “Hukum Perjanjian” mengartikan perjanjian sebagai

peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana kedua orang itu

saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.

Lingkungan Bisnis dan Hukum Komersial Page 3

Page 4: Tugas 1 Hukum Perikatan

Jadi perikatan memiliki pengertian yang lebih luas, karena dapat terjadi karena adanya

perjanjian dan Undang-Undang. Perikatan mengikat karena adanya kesepakatan antara

kedua belah pihak dan Undang-Undang, sedangkan perjanjian tidak mengikat karena

Undang-Undang, hanya berdasarkan kesepakatan para pihak dengan berdasarkan

sistem terbuka atau kebebasan kepada para pihak dalam membuat perjanjian sepanjang

perjanjian tersebut tidak bertentangan dengan Undang-undang, kesusilaan, ketertiban

umum, kepatuhan dan kebiasaan.

Syarat-Syarat Sah-nya Suatu Perjanjian

Mengacu pada KUH Perdata pasal 1320, agar terjadi perjanjian yang sah, diperlukan

pemenuhan terhadap 4 syarat, yaitu :

1. Kesepakatan mereka yang mengikat dirinya

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

3. Suatu pokok persoalan tertentu

4. Suatu sebab yang halal

Syarat ke 1 dan 2 merupakan syarat subyektif karena apabila syarat tidak terpenuhi,

maka dapat diajukan pembatalan atas perjanjian tersebut kepada hakim. Syarat ke 3

dan 4 merupakan syarat obyektf, karena apabila syarat tersebut tidak dapat terpenuhi,

maka perjanjian akan batal demi hukum.

Namun perlu diingat bahwa tidak ada perjanjian yang memiliki kekuatan jika diberikan

karena kehilafan atau diperoleh dengan paksaan atau penipuan.

Kebebasan Berkontrak

Kebebasan berkontrak merupakan salah satu asas hukum perikatan, bersama dengan

asas konsesualisme, Pacta Sunt Servanda dan asas itikad baik. Asas kebebasan

berkontrak terlihat di dalam Pasal 1338 KUHP Perdata yang menyebutkan bahwa segala

sesuatu perjanjian yang dibuat adalah sah bagi para pihak yang membuatnya dan

berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Sutan Remy Sjandeini

mengemukakan kebebasan berkontrak mencakup hal-hal sebagai berikut :

1. Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian

2. Kebebasan untuk memilih pihak dengan siapa ingin membuat perjanjian

Lingkungan Bisnis dan Hukum Komersial Page 4

Page 5: Tugas 1 Hukum Perikatan

3. Kebebasan untuk menentukan atau memilih kausa dari perjanjian yang akan

dibuatnya,

4. Kebebasan untuk menentukan objek perjanjian

5. Kebebasan untuk menerima atau menyimpangi ketentuan undang-undang yang

bersifat opsional (anvullend, optional)

Kebebasan berkontrak bukanlah kebebasan yang tanpa batas karena suatu perjanjian

harus tetap memenuhi syarat sah perjanjian yang diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata.

Lunas atau Selesainya Perjanjian

Mengacu KUH Perdata pasal 1381, hapusnya perjanjian terjadi apabila :

1. Pembayaran (Pasal 1382-Pasal 1403)

Tidak hanya diartikan dalam bentuk uang, tetapi juga terpenuhinya sejumlah

prestasi yang dijanjikan.

2. Penawaran Pembayaran Tunai diikuti dengan Penyimpanan atau Penitipan (Pasal

1404-Pasal 1412)

Jika kreditur menolak melakukan pembayaran, debitur dapat melakukan

penawaran pembayaran tunai atas apa yang harus dibayar. Jika kreditur menolak,

maka debitur dapat menitipkan uang atau barangnya kepada Pengadilan.

Penawaran demikian, yang diikuti dengan penitipan membebaskan debitur dan

berlaku baginya sebagai pembayaran, selama penawaran dilakukan menurut UU,

sedangkan apa yang dititipkan secara demikian adalah atas tanggungan kreditur.

3. Pembaruan Utang (Pasal 1413-Pasal 1424)

Dengan munculnya perjanjian baru, maka perjanjian lama berakhir

4. Perjumpaan utang / Kompensasi (Pasa 1425-Pasal 1435)

Perjumpaan utang terjadi karena kreditur dan debitur saling mengutang satu

sama lain, sehingga utang keduanya dianggap terbayar oleh piutang mereka

masing-masing

5. Percampuran Utang (Pasal 1436-Pasal 1437)

Bila kedudukan sebagai kreditur dan debitur berkumpul pada satu orang, maka

terjadilah demi hukum suatu pencampuran utang dan oleh sebab itu piutang

dihapuskan.

6. Pembebasan Utang (Pasal 1438-Pasal 1443)

Pembebasan utang tidak dapat hanya diduga-duga, harus dibuktikan.

Lingkungan Bisnis dan Hukum Komersial Page 5

Page 6: Tugas 1 Hukum Perikatan

7. Musnahnya Barang Terutang (Pasal 1444-Pasal 1445)

Musnahnya barang terutang menyebabkan tidak dapat terpenuhinya syarat

perjanjian sehingga menyebabkan hapusnya perjanjian, selama barang tersebut

musnah atau hilang diluar kesalahan debitur dan sebelum diserahkan

8. Batal/Pembatalan (Pasal 1446-Pasal 1456)

Tidak terpenuhinya syarat sah perjanjian dapat mengakibatkan perjanjian

berakhir. Termasuk semua perikatan yang dibuat oleh anak yang belum dewasa,

atau orang-orang yang berada di bawah pengampuan.

9. Berlakunya Syarat batal

Perjanjian digantungkan oleh suatu peristiwa yang belum tentu terjadi. Syarat

batal diatur dalam KUH Perdata pasal 1265.

10. Lewatnya waktu

Berdasarkan KUH Perdata pasal 1967,tuntutan hukum akan hapus setelah

lewatnya waktu 30 tahun.

Perbedaan MoU dengan Perjanjian

Memorandum of Understanding (MoU) merupakan dasar penyusunan kontrak pada masa

datang yang didasarkan pada hasil permufakatan para pihak, baik secara tertulis maupun

secara lisan. MoU merupakan pendahuluan dari perikatan dimana isi materinya hanya

memuat hal-hal pokok saja dan memiliki tenggang waktu (bersifat sementara).

Perbedaan antara MoU dengan perjanjian diantaranya adalah :

1. MoU merupakan pernyataan kesepahaman antara kedua belah pihak sebelum

dibuatnya sebuah kontrak atau perjanjian.

2. MoU tidak mengikat kedua belah pihak. Salah satu pihak tidak dapat menuntut

pihak lainnya jika tidak memenuhi isi dari MoU, berbeda dengan perjanjian,

dimana dalam pelaksanaan perjanjian apabila salah satu pihak tidak memenuhi

kewajiban di dalam perjanjian, maka pihak tersebut dianggap melakukan

wanprestasi.

3. MoU berisi klausul yang sederhana, diantaranya klausul maksud dan tujuan,

jangka waktu, hak dan kewajiban yang sederhana, sedangkan, klausul di dalam

perjanjian mengatur secara detail hak dan kewajiban kedua belah pihak.

Lingkungan Bisnis dan Hukum Komersial Page 6

Page 7: Tugas 1 Hukum Perikatan

DAFTAR REFERENSI

Buku III KUH Perdata tentang perikatan

Slide Presentasi LBHK Program Magister Akuntansi Universitas Indonesia, Bapak

Yunus Husein

Hudaningrum, Fitria. 2014. Hubungan Antara Asas Kebebasan Berkontrak, Pacta

Sunt Servanda, Dan Itikad Baik. Jakarta: Jurnal Repertorium

http://www.hukumonline.com/

http://www.gresnews.com

http://www.jurnalhukum.com/

Lingkungan Bisnis dan Hukum Komersial Page 7