tubektomi

17
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konferensi internasional tentang kependudukan dan pembangunan (ICPD) pada tahun 1994 di Kairo telah mengubah paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan yang tadinya berorientasi kepada penurunan fertilitas (manusia sebagai obyek) menjadi pengutamaan kesehatan reproduksi setiap individu (manusia sebagai subyek). Dalam kaitan itu, pelayanan KB diarahkan agar memenuhi aspek kualitas dan kebebasan untuk memilih metoda yang tepat. Masalah kependudukan yang tengah dihadapi Indonesia adalah angka kematian ibu hamil dan melahirkan yang masih tinggi yaitu 425 per 10.000 kelahiran hidup. Angka ini merupakan angka tertinggi di negara Asia Tenggara bila dibanding dengan Filipina yang hanya 20 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian para ibu itu sebagian besar akibat perdarahan infeksi dan keracunan kehamilan dalam masa reproduksi. Salah satu upaya prepentif penurunan angka kematian ibu adalah dengan pemakaian kontrasepsi secara rasional. Karena memakai kontrasepsi apapun hasilnya lebih aman dari pada tidak memakai kontrasepsi. Menurut data survei kesehatan dan demografi Indonesia tahun 2003 kesehatan masyarakat pada metode kontrasepsi mantap masih rendah jumlah peserta KB yang memakai 1

Upload: laila-rohmawati

Post on 26-May-2017

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: tubektomi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konferensi internasional tentang kependudukan dan pembangunan (ICPD) pada

tahun 1994 di Kairo telah mengubah paradigma dalam pengelolaan masalah

kependudukan yang tadinya berorientasi kepada penurunan fertilitas (manusia sebagai

obyek) menjadi pengutamaan kesehatan reproduksi setiap individu (manusia sebagai

subyek). Dalam kaitan itu, pelayanan KB diarahkan agar memenuhi aspek kualitas

dan kebebasan untuk memilih metoda yang tepat.

Masalah kependudukan yang tengah dihadapi Indonesia adalah angka kematian

ibu hamil dan melahirkan yang masih tinggi yaitu 425 per 10.000 kelahiran hidup.

Angka ini merupakan angka tertinggi di negara Asia Tenggara bila dibanding dengan

Filipina yang hanya 20 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian para ibu itu

sebagian besar akibat perdarahan infeksi dan keracunan kehamilan dalam masa

reproduksi. Salah satu upaya prepentif penurunan angka kematian ibu adalah dengan

pemakaian kontrasepsi secara rasional. Karena memakai kontrasepsi apapun hasilnya

lebih aman dari pada tidak memakai kontrasepsi.

Menurut data survei kesehatan dan demografi Indonesia tahun 2003 kesehatan

masyarakat pada metode kontrasepsi mantap masih rendah jumlah peserta KB yang

memakai kontrasepsi MOW atau tubektomi 3,15% bahkan hanya sekedar 38%

pasangan yang mengetahui kontrasepsi mantap tubektomi. Menurut Menteri Negara

Kependudukan/Kepala BKKBN Haryono Suyono salah satu kontrasepsi paling aman

sesuai hasil penelitian dan pola kontrasepsi rasional adalah pemakaian kontrasepsi

mantap seperti tubektomi sayangnya kontrasepsi mantap itu belum populer di

masyarakat Indonesia.

Pelaksanaan kontrasepsi mantap sebenarnya sudah sejak lama dilakukan di

Rumah Sakit. Sebagai salah satu upaya untuk mencegah kematian ibu terutama bagi

ibu dan resiko kematian tinggi.

Penegasan Menteri Negara Kependudukan/KPI BKKBN itu dibacakan wakil

kepala BKKBN dr. Peter Sumbang, MPH dalam seminar sehari. Peran dokter dalam

peningkatan pencapaian program kontrasepsi mantap yang diselenggarakan IDI

(Ikatan Dokter Indonesia). Tujuan IDI menyelenggarakan seminar itu untuk

menggerakan potensi para dokter, sehingga pengetahuan kesadaran dan praktek

1

Page 2: tubektomi

masyarakat pada kontrasepsi mantap dapat ditingkatkan dan peserta KB bertambah.

Saat ini kegiatan kontrasepsi mantap dilaksanakan organisasi PKMI (Perkumpulan

Kontrasepsi Mantap Indonesia) namun BKKBN akan terus berusaha membantu PKMI

untuk melaksanakan inovasi baru.

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk membuat makalah

yang membahas tentang masalah alat kontrasepsi keluarga berencana tubektomi.

1.2 Tujuan Penulisan

Makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat lebih memahami tentang

Kontrasepsi Mantap Pada Wanita (Tubektomi). Diharapkan pula makalah ini dapat

menjadi acuan belajar dalam mempelajari tentang materi Keluarga Berencana.

1.3 Permasalahan

Sehubungan dengan latar belakang masalah, permasalahan yang akan dibahas

dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah yang dimaksud dengan Kontrasepsi Mantap Pada Wanita

(Tubektomi)?

2. Apa saja indikasi dari Kontrasepsi Mantap Pada Wanita (Tubektomi)?

3. Apa saja syarat dari peserta Kontrasepsi Mantap Pada Wanita (Tubektomi)?

4. Kapan waktu pelaksanaan Kontrasepsi Mantap Pada Wanita (Tubektomi) ?

5. Apa saja manfaat dari Kontrasepsi Mantap Pada Wanita (Tubektomi)?

6. Apa saja keterbatasan dari Kontrasepsi Mantap Pada Wanita (Tubektomi) ?

7. Apa saja syarat yang tidak sebaiknya melakukan Kontrasepsi Mantap Pada

Wanita (Tubektomi) ?

8. Bagaimanakah mekanisme dari Kontrasepsi Mantap Pada Wanita

(Tubektomi) ?

9. Apa saja persiapan sebelum tindakan Kontrasepsi Mantap Pada Wanita

(Tubektomi) ?

10. Apa saja persiapan setelah tindakan Kontrasepsi Mantap Pada Wanita

(Tubektomi) ?

11. Apa saja informasi umum mengenai Kontrasepsi Mantap Pada Wanita

(Tubektomi) ?

12. Apa saja komplikasi dari Kontrasepsi Mantap Pada Wanita (Tubektomi) ?

2

Page 3: tubektomi

1.4 Metode Penulisan

Dalam proses penyusunan makalah ini, penyusunan menggunakan metode

kajian pustaka dengan memanfaatkan buku dan internet sebagai sumber.

1.5 Sistematika Penulis

Agar makalah ini dapat dipahami pembaca, maka penulis membuat

sistematika penulisan makalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan berisikan latar belakang mengenai Kontrasepsi Mantap Pada

Wanita (Tubektomi), tujuan dibuatnya makalah, permasalahan yang timbul, metode

penulisan makalah, dan sistematika penulisan.

BAB II PEMBAHASAN

Pembahasan ini berisikan tentang Pengertian, Indikasi Tubektomi, Syarat

Tubektomi, Waktu pelaksanaan tubektomi, Manfaat tubektomi, Keterbatasan

Tubektomi, Yang Sebaiknya Tidak Mengalami Tubektomi, dan Komplikasi tubektomi.

BAB III PENUTUP

Penutup merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan dan saran dari

keseluruhan pembahasan.

3

Page 4: tubektomi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang

mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak akan mendapatkan keturunan lagi.

Kontrasepsi ini hanya dipakai untuk jangka panjang, walaupun kadang-kadang masih

dapat dipulihkan kembali seperti semula.

Tubektomi untuk mencegah bertemunya sel telur dan sperma (pembuahan)

dengan cara menutup saluran telur tanpa mengubah indung telur dalam rahim.

Sebelum melakukan tubektomi terlebih dahulu kita lakukan konseling yaitu tim medis

atau konselor harus menyampaikan informasi lengkap dan objektif tentang

keuntungan dan keterbatasan berbagai metode kontrasepsi itu. Jangka waktu efektif

kontrasepsi, angka kegagalan, komplikasi dan efek samping dan kesesuaian kerja

kontrasepsi dengan karakteristik dan keinginan klien

Kontrasepsi tubektomi pada wanita atau tubektomi yaitu tindakan memotong

tuba fallopii/tuba uterina.

2.2 Indikasi Tubektomi

1. Indikasi medis umum

Adanya gangguan fisik atau psikis yang akan menjadi lebih berat bila wanita

hamil lagi.

a. Gangguan fisik

Tuberkulosis pulmonum, penyakit jantung, penyakit ginjal, kanker

payudara dan sebagainya.

b. Gangguan psikis

Skijofremia (psikosis), sering menderita psikosa nifas, dan lain-lain.

2. Indikasi medis obstetrik

Toksemia gravidarum yang berulang, seksio sesar berulang, histerektomi dan

sebagainya.

3. Indikasi medis ginekologik

Pada waktu melakukan operasi ginekologis dapat pula dipertimbangkan

untuk sekaligus melakukan sterilisasi.

4. Indikasi sosial ekonomi

4

Page 5: tubektomi

Indikasi berdasarkan beban sosial ekonomi yang sekarang ini terasa

betambah lama betambah berat.

5. Cukup anak untuk dilakukan kontap

2.3 Syarat Tubektomi

1. Syarat Sukarela

Meliputi antara lain pengetahuan pasangan tentang cara-cara kontrasepsi lain,

resiko dan keuntungan kontrasepsi tubektomi dan pengetahuan tentang sifat

permanennya cara kontrasepsi ini.

2. Syarat bahagia

Dapat dilihat dari ikatan perkawinan syah dan harmonis, umur istri sekurang-

kurangnya 25 tahun dengan 2 orang anak hidup, dan anak terkecil berumur

lebih dari 2 tahun.

3. Syarat medik

Setelah syarat bahagian ini dipenuhi, syarat medik kemudian

dipertimbangkan termasuk pemeriksaan fisik, ginekologik dan laboratorik.

2.4 Waktu pelaksanaan tubektomi

Kontap/tubektomi dapat dilakukan pada wanita :

a. Setelah melahirkan

b. Setelah keguguran

c. Bersamaan dengan tindakan menggugurkan kandungan

d. Pada saat tindakan operasi besar wanita diantaranya bersamaan dengan

operasi kandungan

e. Setiap saat dikehendaki

2.5 Manfaat tubektomi

a. Sangat efektif

b. Permanen

c. Tidak mempengaruhi proses menyusui

d. Tidak bergantung pada faktor senggama

e. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kehamilan yang serius

f. Pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan anestesi lokal

g. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang

5

Page 6: tubektomi

h. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual

2.6 Keterbatasan Tubektomi

a. Harus dipertimbangkan sifat permanan metode kontrasepsi

b. Klien dapat menyesal dikemudian hari

c. Resiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi umum)

d. Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan

e. Dilakukan oleh dokter yang terlatih

f. Tidak melindungi diri dari IMS HBV dan HIV/AIDS

2.7 Yang Sebaiknya Tidak Mengalami Tubektomi

a. Baru 1 sampai 6 minggu pasca persalinan

b. Mungkin hamil

c. Terdapat infeksi atau masalah pada organ kewanitaan

d. Kondisi kesehatan lain yang berat seperti stroke, darah tinggi atau diabetes

2.8 Mekanisme Tubektomi

a. Saat Operasi

Pasca keguguran, pasca persalinan atau masa interval. Pasca persalinan

dianjurkan 24 jam atau selambat-lambatnya dalam 48 jam setelah bersalin.

b. Cara Mencapai Tuba

Laparatomi, laparatomi mini dan laparoskopi

Laparatomi biasa

Tindakan ini paling banyak dilakukan pada tubektomidi Indonesia sebelum

tahun 70-an. Tubektomi dengan tindakan laparatomi biasa dilakukan terutama

pasca persalinan. Selain itu, dapat dilakukan bersamaan dengan SC.

Laparatomi mini

Tindakan ini paling mudah dilakukan 1-2 hari pasca persalinan. Saat itu,

uterus masih besar, tuba uterine masih panjang dan dinding perut masih longgar

sehingga mudah dalam mencapai tuba uterine dengan sayatan kecil 1-2 cm

dibawah pusat.

Pasien dibaringkan. Lipatan kulit di bawah pusat yang berbentuk bulan sabit

ditegangkan antara 2 buah doek klem hingga menjadi lurus. Pada tempat lipatan

itu, dilakukan sayatan kecil 1-2 cm sampai hamper menembus rongga

6

Page 7: tubektomi

peritoneum.

c. Cara Penutupan Tuba

Pomeroy

Tuba dijepit pada pertengahannya, kemudian diangkat sampai melipat. Dasar

lipatan diikat dengan sehelai catgut biasa no. 0 atau no. 1. Lipatan tuba kemudian

dipotong di atas ikatan catgut tadi.

Kroener

Fimbria dijepit dengan sebuah klem. Bagian tuba proksimal dari jepitan

diikat dengan sehelai benang sutera, atau dengan catgut yang tidak mudah

direabsorbsi. Bagian tuba distal dari jepitan dipotong (fimbriektomi).

Irving

Tuba dipotong pada pertengahan panjangnya setelah kedua ujung potongan

diikat dengan catgut kromik no. 0 atau 00. Ujung potongan proksimal ditanamkan

di dalam miometrium dinding depan uterus, ujung potongan distal ditanamkan

didalam ligamentum latum.

Pemasangan cincin falope

Dengan aplikator, bagian asthimus tuba ditarik dan cincin dipasang pada

bagian tuba tersebut. Sesudah terpasang lipatan tuba tampak keputih-putihan oleh

karena tidak mendapat suplai darah lagi dan akan menjadi fibrotic.

2.9 Persiapan Sebelum Tindakan

Hal-hal yang perlu dilakukan oleh calon peserta kontap wanita adalah:

Puasa mulai tengah malam sebelum operasi, atau sekurang-kurangnya 6 jam

sebelum operasi. Bagi calon akseptor yang menderita Maag (kelaianan lambung

agar makan obat maag sebelum dan sesudah puasa.

Mandi dan membersihkan daerah kemaluan dengan sabun mandi sampai bersih,

dan juga daerah perut bagian bawah.

Tidak memakai perhiasan, kosmetik, cat kuku, dan lain-lain.

Membawa surat persetujuan dari suami yang sudah ditandatangani atau di cap

jempol.

Menjelang operasi harus kencing terlebih dahulu.

Datang ke rumah sakit tepat pada waktunya, dengan ditemani anggota keluarga;

sebaiknya suami.

7

Page 8: tubektomi

2.10 Perawatan Setelah Tindakan

Perawatan setelah tindakan pada Tubektomi (MOW) yaitu :

Istirahat selama 1-2 hari dan hindarkan kerja berat selama 7 hari.

Kebersihan harus dijaga terutama daerah luka operasi jangan sampai terkena air

selama 1 minggu (sampai benar -benar kering).

Makanlah obat yang diberikan dokter secara teratur sesuai petunjuk.

Senggama boleh dilakukan setelah 1 minggu, yaitu setelah luka operasi kering.

Tetapi bila tubektomi dilaksanakansetelah melahirkan atau kegugurang,

senggama baru boleh dilakukan setelah 40 hari.

2.11 Informasi Umum

a. Nyeri bahu selama 12-24 jam setelah laparoskopi relative lazim dialami karena

gas (CO2 atau udara) di bawah diafragma, sekunder terhadap pneumopertonium.

b. Tubektomi efektif setelah operasi.

c. Periode menstruasi akan berlanjut seperti biasa. Apabila menggunakan metode

hormonal sebelum prosedur, jumlah dan durasi haid dapat meningkat setelah

pembedahan.

d. Tubektomi tidak memberikan perlindungan atas IMS, termasuk virus AIDS.

Apabila pemasangannya berisiko, pasangan tersebut sebaiknya menggunakan

kondom bahkan setelah tubektomi.

2.12 Komplikasi tubektomi

Komplikasi Penanganan

Infeksi luka Apabila terlihat infeksi luka, obat dengan

antibiotik. Bila terdapat abses, lakukan

drainase dan obati seperti yang terindikasi

Demam pasca operasi (38o C) Obati infeksi berdasarkan apa yang

ditemukan

Luka pada kandung kemih (intestinal

jarang terjadi)

Mengacu ketingkat asuhan yang tepat,

apakah kandung kemih atau usus luka

dan diketahui sewaktu operasi, lakukan

reparasi primer. Apabila ditemukan pasca

8

Page 9: tubektomi

operasi, dirujuk ke Rumah Sakit yang

tepat bila perlu.

Hematoma (subkutan) Gunakan packs yang hangat dan lembab

ditempat tersebut. Amati : hal ini

biasanya akan berhenti dengan

berjalannya waktu tetapi dapat

membutuhkan drainase bila ekstensi.

Emboli gas yang diakibatkan oleh

laparoskopi (sangat jarang terjadi)

Ajukan ke tingkat asuhan yang tepat dan

mulailah resusitasi intensif termasuk :

cairan intravena, resusitasi kardio

pulmonar dan tindakan penunjang

kehidupan lainnya.

Rasa sakit pada lokasi pembedahan Pastikan adanya infeksi atau abses dan

obati berdasarkan apa yang ditemukan.

Perdarahan superfinial (tepi-tepi kulit

atau subkutan)

Mengontrol perdarahan dan obati

berdasarkan apa yang ditemukan.

9

Page 10: tubektomi

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian di atas, maka kesimpulan yang dapat diambil dari pembuatan

makalah ini adalah sebagai berikut :

Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang

mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak akan mendapatkan keturunan

lagi.

Tubektomi untuk mencegah bertemunya sel telur dan sperma (pembuahan)

dengan cara menutup saluran telur tanpa mengubah indung telur dalam rahim.

Sebelum melakukan tubektomi terlebih dahulu kita lakukan konseling yaitu

tim medis atau konselor harus menyampaikan informasi lengkap dan objektif

tentang keuntungan dan keterbatasan berbagai metode kontrasepsi itu.

Setelah selesai operasi tubektomi, dokter bedah dan anestesi telah membuat

rencana pemeriksaan (check-up) bagi penderita pasca bedah yang diteruskan

kepada dokter dan paramedis jaga baik di kamar rawat khusus maupun setelah

tiba di ruangan atau kamar tempat penderita di rawat.

3.2 Saran

Program KB tubektomi adalah salah satu jenis alat kontrasepsi yang dapat

diterapkan pada masyarakat saat ini. Oleh karena itu petugas kesehatan harus selalu

memberikan informasi kepada masyarakat tentang KB tubektomi dengan bahasan dan

materi penyuluhan yang lebih sederhana sehingga dapat diterima dan dimengerti oleh

masyarakat.

10

Page 11: tubektomi

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2001. Penantaan Sistem Kesehatan Daerah, Jakarta.

Hartanto, 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Jakarta.

Huliana, 2003. Perawatan Ibu Pascamelahirkan, Jakarta.

Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana, EGC, Jakarta.

Manuaba,, 1998. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Jakarta.

Notoatmodjo, 2003. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

Saifuddin, AB, 1996. Buku Acuan Nasional Pelayanan Keluarga Berencana.

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

__________, 2003. Buku Paduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Setiawan, 1996. Seminar Total Quality Management. Fitramaya, Yogyakarta.

Sofyan, 2004. 50 Tahun Ikatan Bidan Indonesia Menyongsong Masa Depan.

Cetakan III, Jakarta.

11