tsts

Upload: fadhil

Post on 06-Jan-2016

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

two stay two stray

TRANSCRIPT

13

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Penelitian yang RelevanBerikut ini dicantumkan hasil penelitian yang relevan untuk dijadikan sebagai landasan empiris bagi peneliti:Tabel 2.1 Kajian Penelitian yang RelevanNo.JudulSubyekTeknik Pengumpulan DataHasil Penelitian

1Harianto (2013) Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Kewirausahaan (Studi Pada Siswa Kelas XII Pemasaran SMK PGRI 6 Malang).Siswa Kelas XII Pemasaran SMK PGRI 6 MalangTes, Angket, Observasi.Penerapan model Two Stay Two Stray yang dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dibuktikan dengan pada akhir siklus 1 mengalami peningkatan dari nilai awal guru yang sebanyak 18 orang (51,4%) menajdi 25 siswa (71,43%) dan mengalami peningkatan pada akhir siklus II menjadi 35 siswa (100%).

2Kusumastuti (2011) Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) pada Mata pelajaran Geografi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 8 Malang.Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 8 MalangObservasi, Dokumentasi, TesHasil belajar siswa mengalami peningkatan mulai dari pra tindakan ke siklus 1 dan siklus 1 ke siklus 2. Rata-rata hasil belajar siswa pada pra tindakan sebesar 58,65 meningkat menjadi 73,11 pada siklus 1 dan meningkat menjadi 85,00 pada siklus 2. Ketuntasan belajar klasikal pra tindakan sebesar 35% meningkat menjadi 65% pada siklus 1 dan meningkat menjadi 92% pada siklus 2.

Lanjutan Tabel 2.1 Kajian Penelitian yang Relevan

No.JudulSubyekTeknik Pengumpulan DataHasil Penelitian

3Prayoga (2011) Implementasi Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) Untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Kewirausahaan (Studi Pada Kelas X APK SMK Cendika Bangsa Kepanjen)Siswa Kelas X APK SMK Cendika Bangsa KepanjenTes, Angket, Observasi, dan WawancaraPada akhir siklus II tingkat keberhasilan tindakan pada minat belajar siswa mencapai 81,15% dengan jumlah siswa yang dikategorikan berminat adalah 24 siswa. Sebanyak 21 siswa (87,5%) hasil belajarnya mengalami peningkatan pada aspek kognitif. Tingkat keberhasilan tindakan pada hasil belajar aspek afektif adalah 85,65%. Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa minat belajar dan hasil belajar siswa meningkat setelah penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray

4Widiarti (2013) Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar Geografi X-1 SMA Negeri 1 Batu Siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 BatuTes, Angket, Observasi, dan WawancaraAda peningkatan keaktifan dan hasil belajar Geografi siswa dari pra tindakan ke siklus I dan siklus II. Rata-rata keaktifan kelas pra tindakan sebesar 51,3 pada siklus I meningkat menjadi 63,2 dan siklus II meningkat menjadi 76,2. Peningkatan keaktifan dari pra tindakan ke siklus I sebesar 23,2% dan dari siklus I ke siklus II sebesar 20,6%. Rata-rata hasil belajar pra tindakan sebesar 70,78 pada siklus I meningkat menjadi 82,7dan siklus II meningkat menjadi 89,6. Peningkatan hasil belajar dari pra tindakan ke siklus I sebesar 16,9% dan dari siklus I ke siklus II sebesar 8,4%.

Dari penelitian relevan yang dicantumkan dalam tabel 2.1 terdapat persamaan yang ditemukan peneliti dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu model pembelajaran yang diterapkan Two Stay Two Stray. Dengan demikian dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini.Terdapat beberapa perbedaan yang ditemukan oleh peneliti berkaitan dengan penelitian yang tercantum dalam Tabel 2.1. Beberapa temuan peneliti tersebut yaitu kancah penelitian, subjek peniltian, serta mata pelajaran yang digunakan berbeda dengan yang digunakan dalam penelitian ini.B. Kajian Teori1. Pembelajaran KooperatifTeori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Pada dasarnya teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan dimana siswa harus secara individual menemukan dan mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu. Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling saling berinteraksi (Nurulhayati dalam Rusman, 2012:203)Sedangkan menurut Solihatin dan Raharjo (2008: 4) pembelajaran kooperatif mengandung pengartian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dilakukan dalam proses belajar melalui interaksi antar sesama siswa dan antar kelompok dimana dalam kelompok tersebut diharapkan dapat bekerjasama dalam kelompok lain, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar.Menurut Roger dan David Johson (dalam Rusman, 2012: 212) ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif (cooperatif learning), yaitu:a. Prisip ketergantungan positif (positive interdependence)Yaitu dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasakan saling ketergantungan.b. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability)Yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompoknya tersebut.c. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction)Yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi menerima informasi dari anggota kelompok lain.d. Partisipasi dan komunikasi (participation comunication)Yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.e. Evaluasi proses kelompokYaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka, agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif.2. Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two StraySalah satu teknik atau model pembelajaran kooperatif adalah model Two Stay Two Stray (TSTS) atau Dua Tinggal Dua Tamu. Model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Struktur Two Stay Two Stray memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil dan informasi dengan kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu sama lain.Adapun langkah-langkah model pembelajaran Two Stay Two Stray (Lie, 2010: 62) adalah sebagai berikut:a. Siswa bekerjasama dalam kelompok berempat seperti biasab. Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing dan bertamu ke dua kelompok lainnyac. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu merekad. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok laine. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

Dibawah ini merupakan skema diskusi model Two Stay Two Stray (TSTS)

4d4b4c4aKelompok 4Kelompok 11b1aKelompok Awal

3a3d3c3bKelompok 32d2c2b2aKelompok 21d1c

4d4c1b1a

3c4bKelompok 44a3dKelompok 1Kelompok Two Stay Two Stray

Kelompok 53b3aKelompok 22b2a

2c2d1d1cGambar 2.1 Skema Diskusi Model Two Stay Two Stray(Sumber: Lie, 2010:62)3. Hasil BelajarSudjana (2009:22) menyatakan bahwa Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar sangat erat kaitannya dengan kegiatan pembelajaran dalam kelas. Dalam pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi siswa. Ketepatan model pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar. Apabila hasil belajar tinggi maka metode yang digunakan sudah sesuai, tetapi sebaliknya, apabila hasil belajar rendah ada kemungkinan metode yang digunakan belum sesuai.Evaluasi hasil belajar pada ranah kognitif dilakukan dengan menggunakan tes formatif secara tertulis. Hal ini didasari oleh pernyataan Dimyati dan Mudjiono (2006: 258) yang menyatakan bahwa tes tertulis memiliki beberapa kelebihan, antara lain: dapat menguji banyak siswa dalam waktu terbatas, objektivitas pengerjaan tes terjamin dan mudah diawasi, penguji dapat menyusun soal yang merata pada tiap pokok bahasan, penguji menentukan standar penilaian, dan dalam pengerjaannya siswa dapat memilih menjawab urutan soal sesuai kemampuannya.Arikunto (2012: 308) menyimpulkan Bagi seorang siswa, nilai merupakan sesutu yang sangat penting karena nilai merupakan cermin dari keberhasilan belajar. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Bloom (dalam Sudjana, 2009: 22) menjelaskan bahwa:a. Ranah Kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.1) Pengetahuan dan IngatanDilihat dari segi proses belajar, istilas-istilah seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam undang-undang, nama-nama tokoh, dan sebagainya, memang perlu dihafal dan diingat agar dapat dikuasainya sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemahaman konsep-konsep lainnya.Tipe hasil belajar pengetahuan termasuk kognitif tingkat terendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. Hafal menjadi prasarat bagi pemahaman. Hal ini berlaku bagi semua bidang studi, baik matematika, pengetahuan alam, pengetahuan sosial, maupun bahasa.2) PemahamanTipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pengetahuan adalah pemahaman. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau didengarnya, atau memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan. Untuk dapt memahami, seseorang perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal.3) AplikasiAplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi. Mengulang-ulang menerapkannya pada situasi lama akan beralih menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan.4) AnalisisAnalisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang merupakan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya. Bila kecakapan analasis telah dapat berkembang pada seseorang, maka ia akan dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif.5) SintesisSintesis adalah penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh. Berpikir sintesis merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. Berpikir kreatif merupakan salah satu hasil yang hendak dicapai dalam pendidikan, karena seseorang yang kreatif sering menemukan atau menciptakan sesuatu.6) EvaluasiEvaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materil, dll. Mengembangkan kemampuan evaluasi yang dilandasi pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis akan mempertinggi mutu evaluasinya.b. Ranah Afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.1) Penerimaan, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan atau (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dll.2) Jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar.3) Penilaian, berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi.4) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai kedalam suatu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.5) Internalisasi, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.c. Ranah Psikomotoris, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak setelah ia menerima pengelaman belajar tertentu.Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.4. Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS)Berdasarkan penjelasan teori dalam pembelajaran model Two Stay Two Stray (TSTS) memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagi dan mencari hasil serta informasi dari kelompok lain. Diharapkan informasi yang didapat oleh kelompok tidak hanya terbatas dalam kelompok semula melainkan semua informasi yang didapat dari tiap-tiap kelompok. Sehingga hasil yang diperoleh kelompok dalam kaitannya memahami materi pembelajaran bisa lebih baik yang nantinya akan meningkatkan hasil belajar peserta didik.Peningakatan hasil belajar dengan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dalam penelitian yang terdahulu diperoleh hasil yang signifikan dan mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik di setiap mata pelajaran yang digunakan. Sehingga diharapkan model Two Stay Two Stray (TSTS) mampu memaksimalkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Pengelolaan Usaha Pemasaran.Dengan adanya keunggulan tersebut, penggunaan model Two Stay Two Stray dapat memaksimalkan hasil belajar siswa khususnya dalam bidang Mendeskripsikan Prosedur Pengurusan Surat Izin Usaha Pemasaran. Model pembelajaran Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat membantu siswa dalam memecahkan kesulitan yang dialami.11