trypanosomiasis

5
Trypanosomiasis (Surra) yang disebabkan oleh Trypanosoma evansi merupakan salah satu penyakit parasit darah yang penting dan secara sporadik menyebar di seluruh wilayah Indonesia. Parasit ini telah ditemukan di Indonesia sejak 1808 (DE DOES, 1900 dalam PARTOUTOMO, 1996b), tetapi patogenesis dan epidemiologinya pada sapi dan kerbau belum banyak terungkap. Hewan yang dilaporkan banyak terserang adalah kerbau, sapi, kuda, babi dan anjing. Penyakit ini ditularkan dari hewan satu ke lainnya oleh gigitan lalat penghisap darah yang bertindak sebagai vektor, terutama Tabanus sp. dan lalat Haematopota spp. Trypanosomiasis (Surra) merupakan penyakit parasit darah yang terpenting pada kerbau rawa di daerah Hulu Sungai Utara, Kecamatan Panggang, Kalimantan Selatan. Diduga bahwa penularan Trypanosomiasis pada kerbau rawa terjadi terutama pada musim kemarau pada saat air sudah surut (SUHARDONO, 2000). Hal ini terjadi karena persediaan air minum pada musim kemarau sangat terbatas sehingga hewan liar (rusa, babi hutan) dan kerbau saling mendekat ke tempat air, dan pada saat bersamaan (pada musim kemarau) populasi lalat penghisap darah sangat tinggi. Tingkat infeksi Trypanosoma bervariasi tergantung pada lokasi dan spesies induk semang (host). Kerbau diduga lebih peka terhadap T.evansi daripada sapi. Infeksi pada kerbau bersifat laten (sub klinik). Seperti halnya pada sapi, kerbau juga bertindak sebagai reservoir. Kerbau menunjukkan parasitemia lebih lama dan lebih tinggi daripada sapi sehingga kerbau diduga merupakan sumber penularan yang potensial bagi ternak sapi maupun kuda (PARTOUTOMO et al., 1996; PARTOUTOMO,

Upload: vindy

Post on 11-Nov-2015

15 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

INFO

TRANSCRIPT

Trypanosomiasis (Surra) yang disebabkan oleh Trypanosoma evansi merupakan salah satu penyakit parasit darah yang penting dan secara sporadik menyebar di seluruh wilayah Indonesia. Parasit ini telah ditemukan di Indonesia sejak 1808 (DE DOES, 1900 dalam PARTOUTOMO, 1996b), tetapi patogenesis dan epidemiologinya pada sapi dan kerbau belum banyak terungkap. Hewan yang dilaporkan banyak terserang adalah kerbau, sapi, kuda, babi dan anjing. Penyakit ini ditularkan dari hewan satu ke lainnya oleh gigitan lalat penghisap darah yang bertindak sebagai vektor, terutama Tabanus sp. dan lalat Haematopota spp.Trypanosomiasis (Surra) merupakan penyakit parasit darah yang terpenting pada kerbau rawa di daerah Hulu Sungai Utara, Kecamatan Panggang, Kalimantan Selatan. Diduga bahwa penularan Trypanosomiasis pada kerbau rawa terjadi terutama pada musim kemarau pada saat air sudah surut (SUHARDONO, 2000). Hal ini terjadi karena persediaan air minum pada musim kemarau sangat terbatas sehingga hewan liar (rusa, babi hutan) dan kerbau saling mendekat ke tempat air, dan pada saat bersamaan (pada musim kemarau) populasi lalat penghisap darah sangat tinggi. Tingkat infeksi Trypanosoma bervariasi tergantung pada lokasi dan spesies induk semang (host). Kerbau diduga lebih peka terhadap T.evansi daripada sapi. Infeksi pada kerbau bersifat laten (sub klinik). Seperti halnya pada sapi, kerbau juga bertindak sebagai reservoir. Kerbau menunjukkan parasitemia lebih lama dan lebih tinggi daripada sapi sehingga kerbau diduga merupakan sumber penularan yang potensial bagi ternak sapi maupun kuda (PARTOUTOMO et al., 1996; PARTOUTOMO, 1996a). Pemeliharaan dari kecil hingga tua merupakan faktor yang mendukung perkembangan Tripanosoma evansi di alam, dan menjadi ancaman bagi ternak yang baru datang dari daerah lain atau luar negeri yang bebas T.evansi (PARTOUTOMO et al., 1995).Pada sapi dan kerbau Trypanosomiasis akut tidak pernah diketemukan baik pada infeksi alam maupun infeksi buatan (PARTOUTOMO et al., 1994). Menurut PARTOUTOMO et al. (1995) gejala kronis trypanosomiasis pada kerbau berupa bulu dan kulit menjadi kasar, hewan menjadi kurus dan nampak lemah, serta menunjukkan tanda-tanda paresis. Pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa gejala klinis pada kerbau nampak lebih jelas dibandingkan sapi, dan lebih jelas pada hewan muda daripada hewan dewasa. Infeksi kronis juga ditandai dengan kenaikan suhu badan antara hari ke 1-5 pasca infeksi yang selanjutnya suhu badan berfluktuasi pada nilai normal. Faktor pemicu terjadinya Trypanosomiasis (Surra) antara lain: cara pemeliharaan, hewan dalam transportasi, serta ada atau tidaknya infeksi campuran. Infeksi campuran T.evansi dengan kudis atau neoaskaris merupakan salah satu penyebab anak kerbau kerdil (PARTOUTOMO et al., 1991). Hal ini telah dilaporkan oleh PARTOUTOMO (1988a), bahwa T. evansi pada anak kerbau mengakibatkan penurunan bobot badan, disamping infeksi scabies. Ini menunjukkan adanya immunosupresi dari infeksi Trypanosoma sehingga anak kerbau mudah terkena infeksi scabies (PARTOUTOMO 1988b). Sedangkan faktor yang berpengaruh atas penyebaran dan patogenitas parasit antara lain: adanya jenis hewan karier, umur hewan (anak umumnya memiliki maternal antibodi), serangga yang bertindak sebagai vektor dan ada tidaknya pengaruh stress.Stress merupakan fenomena yang sejak lama diduga sebagai faktor penyebab timbulnya wabah Tripanosomiasis (PARTOUTOMO et al., 1996). Faktor dimaksud antara lain pakan, bahan kimia dan penggunaan ternak untuk mengerjakan sawah. Disamping itu faktor pemicu lain sebagai penyebab terjadinya Surra klinis/wabah adalah adanya perbedaan respon imunologik yang terdapat antara ternak yang pernah dan belum pernah mendapat infeksi (LOSOS, 1980).Sejak dulu secara eksperimen lalat famili Tabanidae terbukti sebagai vektor penyakit surra yang baik. Surra adalah salah satu bentuk tripanosomiasis pada hewan yang disebabkan oleh Trypanosoma evansi. Menyerang bangsa kuda, unta, ruminansia serta anjing dan kucing yang ditandai dengan kelemahan, anemia dan ikterus, udema di bagian bawah tubuh, pengeluaran cairan mukus sampai purulen dari hidung dan mata serta gejala-gejala syaraf pada yang kronis.Penyakit ini dianggap berasal dari Afrika dan menyebar luas hampir di seluruh dunia. Di belahan Barat dikenal sebagai Surra Amerika sedangkan di sebelah Timur mulai dari bagian paling barat Afrika sampai Filipina, termasuk Indonesia dan kepulauan Samudera Hindia. Di Indonesia sampai dengan tahun 1930 dilaporkan terdapat 28 jenis Tabanus, 5 jenis Chrysops dan 5 jenis Haematopota yang dapat menularkan surra. Penularan dilakukan oleh berbagai spesies lalat Tabanidae. Secara inokulasi dengan transmisi yang bersifat mekanik, sehingga tidak terjadi pelipat gandaan jumlah agen penyakit di dalam tubuh lalat. Faktor-faktor yang membatasi peran lalat Tabanidae dalam epidemiologi penyakit surra ialah adanya keterbatasan daya hidup I. evansi didalam tubuh lalat, transmisinya yang bersifat mekanis serta beberapa aspek biologi dari lalat ini antara lain perilaku makan yang cenderung hanya pada satu lokasi, jarak waktu yang panjang antar rnakan darah, waktu yang panjang dalam satu generasi, serta tingkat populasinya dalam periode waktu tertentu.Sifat transmisi agen penyakit dibuktikan oleh Roger (1901), orang yang pertama kali melakukan penelitian terhadap penyebaran surra dan menyimpulkan bahwa lalat-lalat famili Tabanidae merupakan vektor utama dengan transmisi yang bersifat mekanis, artinya agen penyakit dipindahkan dari satu hewan ke hewan lain yang tanpa adanya perubahan sifat dan bentuk agen. Transmisi yang bersifat mekanis masih dibuktikan sampai akhir-akhir ini oleh Manz (1985) di Jerman terhadap T. sideticus, T. bromius, T. maculicornis, dan H. pluvialis(Soviana, 1988)Dalam epidemiologi penyakit surra, peran lalat Tabanidae sebagai vektor mekanik akan berarti bila dihubungkan dengan beberapa aspek biologis lalat ini. Sebagai vektor mekanik, daya tahan hidup agen penyakit didalam tubuh vektornya sangat menentukan keberhasilan penyebaran penyakit (Soviana, 1988)LOSOS, G.J. 1980. Disease Caused by Trypanosoma evansi, a Review. Vet. Res. Communication, 4: 165.PARTOUTOMO, S. 1988a. Epidemiologi Trypanosoma evansi pada Sapi dan Kerbau. Prosiding Pertemuan Ilmiah Ruminansia. Cisarua, Bogor 8-10 Nopember 1988, 38-41.PARTOUTOMO, S., M. SOLEH, F. POLITEDY, A. DAY, A.J. WILSON dan D.B. COPEMAN. 1995. Studi Patogenesis Trypanosoma evansi pada Kerbau, Sapi Friesian Holstein dan Sapi Peranakan Ongole. JITV 1 (1): 41-48. PARTOUTOMO, S., A. HUSEIN, S. MUHARSINI dan R. DAMAYANTI. 1996. Rangkuman Hasil Penelitian Surra di Balai Penelitian Veteriner. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner, Cisarua, Bogor, 7-8 November 1995, 145-156. PARTOUTOMO, S. 1996a. Trypanosomiasis Caused by Trypanosoma evansi (Surra) in Indonesia. Proceeding of A Seminar on Diagnostic Techniques for Trypanosoma evansi in Indonesia. 10 January 1996. Balitvet, Bogor. 1-9. PARTOUTOMO, S. 1996b. Patogenesis Tripanosoma evansi pada Kerbau yang Diberi Ransum Bermutu Tinggi dan Rendah. JITV 2 (2): 137-144.Soviana, Susi. 1988. Lalat Tabanidae Dan Peranannya Dalam Epidemiologi Penyakit Surra. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

By : vindy