trichinela spiralis

Upload: alpi-apriansah

Post on 13-Jul-2015

42 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Trichinela spiralis

Epidemiologi Dilihat dari daur hiduonya, babi dan tikus memelihara infeksi di alam. Infeksi di babi karena babi makan tikus yang mengandung larva infektif dalam ototnya, atau karena babi makan sampah dapur dan penjagalan yang berisi sisa sisa daging babi yang mengandung larva infektif. Infeksi T. Spiralis pada manusia tergantung dari lenyapnya penyakit ini tergantung dari lenyapnya penyakit ini pada babi. Larva mati pada suhu 60 atau pada suhu jauh dibawah titik beku. Larva tidak mati pada daging yang diasin atau diasap. Morfologi dabn daur hidup Cacing dewasa bentuknya halus seperti rambut. Cacing betina berukuran 3-4 mm dan cacing jantan kira kira 1,5 mm. Ujung anterior langsing dengan mulut kecil, bulat, dan bulat tanpa papel. Ujung posterior pada cacing betina membulat dan tumpul, pada cacing jantan melengkung ke ventral dengan dua buah papel. Cacing betina bersifat vivipar dan biasanya masuk ke mukosa vilus duodenum sampai ke sekum. Seekor cacing dewasa dapat mengeluarkan 1500 larva. Larva terxebut dilepaskan di jaringan mukosa, masuk ke dalam aliran lomfe dan peredaran darah, kemudian disebarkan ke seluruh tubuh terutama otot diafragma, iga, lidah, laring, mata, perut, biseps dan lain lain. Pada awal minggu ke4 larva telah tumbuh menjadi kista dalam otot bergaris lintang. Kista dapat hidup di otot selama kurang lebih 18 bulan, kemudian terjadi perkapuran dalam waktu 6 bulan sampai 2 tahun. Innfeksi terjadi bila daging babi yang terdapat di dalam kista dimakan. Di usus halus bagian proksimal dinding kista dicernakan dan dalam waktu beberapa jam larva dilepaskan, segera masuk ke mikosa, lalu menjadi cacing dewasa dalam waktu 1,5-2 hari. Penyakit yang disebabkan oleh parasit ini disebut trikinosis atau trikiniasis.

Patologi dan gejala klinis

Gejala trikinosis tergantung pada beratnya infeksi yang disebkan oleh cacing dewasa dan stadium larva. Pada saat cacing dewasa mengadaakan invasi ke mukosa usus, timbul gejala seperti sakit perut, diare, mual, dan muntah. Masa tunas kurang lebih 1-2 hari sesudah infeksi. Larva tersebar di otot selama 7 28 hari setelah infeksi. Pada saat itu timbul nyeri otot ( mialgia) dan radang otot (miositis) yang diertai demam, eosinofilia dan hipereusinofilia. Gejala yang disebabkan larva tergantung juga pada organ yang dihinggapi misalnya dapat menyebabkan sembab mata, sakit persendian, gejala pernapasan dan kelemahan umum. Dapat juga menyebabkan kelainan jantung dan susunan saraf pusat bila larva T. Spiralis tercebar di SSP. Bila

masa akut telah lalu, biasanya penderita sembuh perlahan lahan bersamaan dengan dibentuknya kista dalam otot. Pada infeksi berat penderita mungkin meninggal dalam waktu 2-3 minggu, tetapi biasanya kematian terjadi dalam waktu 4-8 minggu sebagai akibat kelainan paru, otak atau kelainan jantung.

Diagnosis Di samping diagnosis klinin yang tidak bisa diabaikan, diagnosis pasti tergantung pada pemeriksaan laboratorium. Teskulit dengan memakai antigen yang terbuat dari larva trichinela dapat memberikan reaksi positif pada minggu ke 3 atau ke 4. Reaksi berupa benjolan memutih pada kulit dengan diameter 5 mm atau lebih yang dikelilingi dareah eritema. Reaksi imunologi lainnya seperti tes ikat komplemen dan tes presipitin dapat juga dilakukan.

Pengobatan Pengobatan dilakukan secara simptomatis. Sakit kepala dan nyeri otot dapat dihilangkan dengan obat analgetik. Obat obat sedatif bisa diberikan bila ada kelainan sistem saraf pusat. Mebendazol 100 mg dua kali sehari selama beberapa hari mempunyai efek mematikan terhadap fase invassif dan fase pembentukan kapsul trichinella. Obat diberikan 2X1 tablet 100 mg selama beberapa hari.