uin syarif hidayatullah jakarta aktivitas...

114
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS ANTIFERTILITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN PACING (Costus spiralis) PADA TIKUS SPRAGUE-DAWLEY JANTAN SECARA IN VIVO SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi RIANISA KARUNIA DEWI NIM: 1111102000064 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA MEI 2015

Upload: dinhnguyet

Post on 08-May-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

AKTIVITAS ANTIFERTILITAS EKSTRAK

ETANOL 70% DAUN PACING (Costus spiralis)

PADA TIKUS SPRAGUE-DAWLEY JANTAN

SECARA IN VIVO

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

RIANISA KARUNIA DEWI

NIM: 1111102000064

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

MEI 2015

Page 2: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

AKTIVITAS ANTIFERTILITAS EKSTRAK

ETANOL 70% DAUN PACING (Costus spiralis)

PADA TIKUS SPRAGUE-DAWLEY JANTAN

SECARA IN VIVO

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

RIANISA KARUNIA DEWI

NIM: 1111102000064

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

MEI 2015

ii

Page 3: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen
Page 4: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen
Page 5: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen
Page 6: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

v UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Nama : Rianisa Karunia Dewi

Program Studi : Farmasi

Judul : Aktivitas Antifertilitas Ekstrak Etanol 70%

Daun Pacing (Costus spiralis) pada Tikus Sprague-

Dawley Jantan secara In Vivo

Tanaman pacing (Costus spiralis) termasuk genus costus yang merupakan salah

satu sumber senyawa diosgenin yang berpotensi sebagai agen antifertilitas.

Penelitian ini bersifat eksperimental. Hewan uji tikus Sprague-Dawley jantan

dibagi menjadi empat kelompok yaitu kontrol Na CMC 0,5%, dosis

12,5mg/kgBB, 25mg/kgBB, dan 37,5mg/kgBB. Ekstrak etanol 70% daun pacing

(Costus spiralis) diberikan selama 48 hari. Parameter antifertilitas yang dilakukan

adalah konsentrasi spermatozoa, morfologi spermatozoa, konsenterasi testosteron

dan jumlah spermatosit pakiten. Hasil penelitian mengunakan analisa data

ANOVA menunjukkan penurunan konsentrasi spermatozoa pada ketiga dosis

secara tidak bermakna (p≥0,05) terhadap kelompok kontrol. Abnormalitas

morfologi spermatozoa menunjukkan peningkatan secara bermakna (p≤0,05) pada

hewan uji yang diberikan ekstrak etanol 70% daun pacing (Costus spiralis)

terhadap kelompok kontrol. Analisa data Paired-Sample T-Test untuk konsentrasi

testosteron mengalami peningkatan pada dosis 25mg/kgBB dan 37,5mg/kgBB dan

penurunan terjadi pada kelompok 12,5mg/kgBB pada hari ke-49 dibandingkan

pada hari ke-0, tetapi tidak bermakna (p≥0,05). Konsentrasi testosteron pada

penelitian ini masih dalam rentang konsentrasi serum testosteron normal pada

tikus. Jumlah spermatosit pakiten pada tahap VII-VIII mengalami penurunan

secara bermakna (p≤0,05) terhadap kontrol. Berdasarkan data di atas ekstrak

etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen antifertilitas.

Kata Kunci : Antifertilitas, Costus spiralis, Ekstrak Etanol 70%, tikus Sprague-

Dawley jantan.

vi

Page 7: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

v UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

Name : Rianisa Karunia Dewi

Programme of Study : Pharmacy

Title : Antifertility Activity of 70% Ethanol Extract of Pacing

Leaves (Costus spiralis) in Male Sprague- Dawley Rats

In Vivo

Pacing (Costus spiralis) belongs to costus genus which is one of the sources of

diosgenin that can potentially be an antifertility agent. This research on

experimental. Male Sparague-Dawley rats are divided into four groups such as

control Na CMC 0,5%, 12,5mg/kg body weight , 25mg/kg body weight, and

37,5mg/kg body weight. The 70% ethanol extract of pacing leaves (Costus

spiralis) was given orally once a day in 48 days. Antifertility parameters such as

spermatozoa concentration, abnormalities of spermatozoa morphology,

testosterone concentration, and spermatocyte pachytene count are examined. The

results are analyzed by ANOVA. The result showed spermatozoa concentration

reduction was not significant (p≥0,05) against the control group. Abnormalities of

spermatozoa morphology were significantly increased (p≤0,05) in male Sprague-

Dawley rats which were given 70% ethanol extract of pacing leaves (Costus

spiralis) orally against the control group. Paired- Samples T Test of testosterone

concentration serum was increased at 25mg/kg body weight and 37,5mg/kg body

weight and decreased at 12,5mg/kg body weight. The results showed the

difference of testosterone concentrations serum between 0 and 49 days were not

significant. Testosterone concentration serum in this research is still classified as

normal. Number of spermatocyte pachytene at stage VIII-VIII showed significant

reduction (p≤0,05) between control group and treatment group. Based on the

results, the 70% ethanol extract of pacing leaves (Costus spiralis) is a potentially

antifertility agent.

Keywords : Antifertility, Costus spiralis, 70% ethanol extract, male

Sprague-Dawley rats.

vii

Page 8: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

v UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, taufik an Hidayah-Nya, sehingga penullis dapat

menyelesaikan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul “Aktivitas

Antifertilitas Daun Pacing (Costus spiralis) pada Tikus Sprague-Dawley Jantan

secara In Vivo. Shalawat serta salam penulis curahkan kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW beserta Keluarga, para sahabat serta kita sebagai umatnya.

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak

akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Azrifitria M.Si., Apt dan Puteri Amelia M.Farm., Apt sebagai dosen

pembimbing yang dengan sabar telah memberikan banyak masukan,

bimbingan, dan dukungan kepada penulis.

2. Drs. Arif Sumantri., M.Kes Selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt selaku Ketua dan Ofa Suzanti Betha, M.Si,

Apt. selaku Sekertaris Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ayahanda Darto Yudhi P. dan Ibunda Siti Sawaliah yang selalu

memberikan kasih sayang, doa, dukungan moral dan materi, dan

semangat yang tak terhingga disetiap langkah penulis.

5. Kakak dan Adiku Erlangga P.W. dan Sarah S. yang telah mendukung

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan

hingga penulis dapat menyelesaikan studi di Program Studi Farmasi FKIK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Teman seperjuangan penulis “Mamarons” Rian Destiyani, Fio Noviany,

Astri Dwi Z., Nurhafiza, Tia Monica, Maharani Pratiwi, dan Rifda Naulil

atas kebersamaan, bantuan dan motivasi sejak awal hingga

terselesaikannya skripsi ini.

8. Teman-teman yang sudah membantu selama proses penelitan dan skripsi

Sry Wardiah, Brasti Eka P., Meri Rahmawati, Umniyati Mufidah,

Vernanda, Rhesa Ramadhan, M. Reza, Sutar, M. Haidar Ali, M. Syahid

Ali, dan Aziz Iqbal.

9. Teman-teman Farmasi 2011 ABCD atas persaudaraan, kebersamaan telah

banyak membantu penulis baik selama pengerjaan skripsi ini maupun

selama dibangku perkuliahan.

viii

Page 9: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

v UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

10. Kak Tiwi, Kak Lisna, Kak Eris, Kak Rani sebagai laboran Farmas UIN

Syarif Hidayatulah Jakarta yang telah membantu mempersiapkan alat dan

bahan selama penelitian.

11. Semua pihak yang telah membantu selama penelitian dan penyelesaian

skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung yang namanya tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas semua

bantuan, dan dukungan yang diberikan.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih belum

sempurna dan banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran serta kritik yang

membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan

pembaca. Amin Ya Rabbal’ alamiin.

Jakarta, Mei 2015

Penulis

ix

Page 10: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen
Page 11: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii

HALAMAN PERSYRATAN ORISINILITAS ................................................ iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ v

ABSTRAK ......................................................................................................... vi

ABSTRACT ..................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...................... x

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 3

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 3

1.3.1 Tujuan Umum ................................................................ 3

1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................... 3

1.4 Hipotesis .......................................................................................... 4

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................ 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 5

2.1 Tinjauan Botani Tanaman Pacing ...................................................... 5

2.1.1 Klasifikasi Tanaman ....................................................... 5

2.1.2 Nama Daerah ................................................................. 6

2.1.3 Deskripsi Tanaman ......................................................... 6

2.1.4 Keanekaragaman Tanaman ............................................. 6

2.1.5 Kandungan Kimia Daun Pacing (Costus spiralis) ........... 6

2.1.6 Khasiat dan Kegunaan .................................................... 7

2.1.7 Penelitian Tanaman Pacing (Costus speciosus) ............... 7

2.2 Sistem Reproduksi Tikus Jantan ........................................................ 8

2.2.1 Spermatozoa .................................................................. 9

2.2.2 Spermatogenesis .......................................................... 10

2.3 Hormon yang Mempengaruhi Spermatogenesis ............................... 12

2.4 Karakteristik Tikus Sprague-Dawley ............................................... 15

2.5 Simplisia ......................................................................................... 15

2.5.1 Definisi Simplisia ......................................................... 15

2.5.2 Pengelolaan Simplisia .................................................. 16

2.6 Ekstrak dan Metode Ekstraksi ......................................................... 18

2.6.1 Definisi Ekstrak ............................................................ 18

2.6.2 Metode Ekstraksi .......................................................... 18

2.6.3 Proses Pembuatan Ekstrak ............................................ 20

2.7 ELISA (Enzym Linked Immunosorbent Assay) ................................ 21

BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................... 24

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................................... 24

3.2 Alat dan Bahan................................................................................ 24

3.2.1 Alat Penelitian .............................................................. 24

xi

Page 12: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

3.2.2 Bahan Penelitian........................................................... 24

3.2.3 Hewan Uji .................................................................... 25

3.3 Rancangan Penelitian ...................................................................... 25

3.3.1 Besar Sampel ............................................................... 25

3.3.2 Dosis Perlakuan ............................................................ 25

3.4 Prosedur Kerja ................................................................................ 26

3.4.1 Penyiapan Simplisia dan Pembuatan Ekstrak ................ 26

3.4.2 Penapisan Fitokimia ..................................................... 27

3.4.3 Pengujian Parameter Spesifik dan Non Spesifik............ 28

3.4.4 Penyiapan Hewan Uji ................................................... 29

3.4.5 Pembuatan Preparat ...................................................... 29

3.4.6 Pengukuran Parameter .................................................. 31

3.5 Analisa Data ................................................................................... 34

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 35

4.1 Hasil Penelitian ............................................................................... 35

4.1.1 Determinasi Tanaman ................................................... 35

4.1.2 Ekstraksi ...................................................................... 35

4.1.3 Penapisan Fitokimia ..................................................... 35

4.1.4 Pengujian Parameter Ekstrak ........................................ 36

4.1.5 Perhitungan Konsentrasi Spermatozoa .......................... 36

4.1.6 Perhitungan Morfologi Spermatozoa ............................ 38

4.1.7 Perhitungan Konsentrasi Testosteron ............................ 39

4.1.8 Perhitungan Jumlah Spermatosit Pakiten ..................... 40

4.2 Pembahasan ................................................................................... 42

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 51

5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 51

5.2 Saran ............................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 52

LAMPIRAN ..................................................................................................... 58

xii

Page 13: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Rancangan Percobaan ................................................................................ 26

3.2. Pengenceran yang Dilakukan dan Kotak Hitung .......................................... 31

3.3. Cara Pengenceran ........................................................................................ 31

3.4. Rumus Konsentrasi Spermatozoa .............................................................. 32

4.1 Hasil Penapisan Fitokimia ............................................................................ 36

4.2 Pengujian Parameter Ekstrak ........................................................................ 36

4.3 Konsentrasi Spermatozoa ............................................................................. 37

4.4 Morfologi Spermatozoa ................................................................................ 38

4.5 Konsentrasi Testosteron ............................................................................... 39

4.6 Jumlah Spermatosit Pakiten.......................................................................... 41

5.1 Rata-rata Berat Badan Tikus......................................................................... 73

xiii

Page 14: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Daun, Pacing (Costus spiralis) ......................................................... 5

Gambar 2.2. Penampang Ventral Sistem Urogenital Tikus Jantan ........................ 8

Gambar 2.3. Morfologi Sperma Tikus ................................................................ 10

Gambar 2.4. Spermatozoa pada Perbesaran 400x ............................................... 10

Gambar 2.5. Siklus Spermatogenesis pada Tikus ............................................... 12

Gambar 2.6. Testosteron ................................................................................... 13

Gambar 4.1 Konsentrasi Spermatozoa ................................................................ 37

Gambar 4.2 Morfologi Spermatozoa .................................................................. 38

Gambar 4.3 Konsentrasi Testosteron .................................................................. 40

Gambar 4.4 Jumlah Spermatosit Pakiten ............................................................ 41

Gambar 4.5. Proses Spermatogenesis ................................................................. 48

Gambar 5.1. Pohon pacing (Cotus spiralis) ........................................................ 67

Gambar 5.2. Serbuk daun pacing (Cotus spiralis) ............................................... 67

Gambar 5.3. Serbuk daun pacing (Cotus spiralis) dimaserasi ............................. 67

Gambar 5.4. Proses penyaringan hasil maserasi.................................................. 67

Gambar 5.5. Hasil maserasi daun pacing (Cotus spiralis) .................................. 67

Gambar 5.6. Pemekatan ekstrak dengan vacuum rotary evaporator .................... 67

Gambar 5.7. Pemekatan ekstrak dengan freeze dry ............................................. 67

Gambar 5.8. Ekstrak kental etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) ................. 67

Gambar 5.9 . Suspensi Na CMC 0,5% ................................................................ 67

Gambar 5.10. Suspensi dosis 12,5 mg/kgBB ...................................................... 67

Gambar 5.11. Suspensi dosis 25 mg/kgBB ......................................................... 67

Gambar 5.12. Suspensi dosis 37,5 mg/kgBB ...................................................... 67

Gambar 5.13. Hewan uji .................................................................................... 68

Gambar 5.14. Hewan uji ditimbang .................................................................... 68

Gambar 5.15. Penyondean ekstrak etanol 70% daun pacing (Costus spiralis) ..... 68

Gambar 5.16. Hewan uji dikorbankan ................................................................ 68

Gambar 5.17. Pembedahan hewan uji................................................................. 68

Gambar 5.18. Kauda epididimis ......................................................................... 68

Gambar 5.19. Pengambilan darah ....................................................................... 68

Gambar 5.20. Serum belum dipisahkan .............................................................. 68

Gambar 5.21. Serum dipisahkan......................................................................... 68

Gambar 5.22. Spermatozoa dikeluarkan dari kauda epididimis ........................... 68

Gambar 5.23. Spermatozoa diteteskan pada bilik Neubaurer .............................. 69

Gambar 5.24. Spermatozoa dihitung dalam 1 kotak besar................................... 69

Gambar 5.25. Pengenceran spermatozoa ............................................................ 69

Gambar 5.26. Pengenceran spermatozoa pada bilik Neubaurer ........................... 69

Gambar 5.27. Perhitungan konsentrasi spermatozoa ........................................... 69

Gambar 5.28. Spermatozoa dikeluarkan dari kauda epididimis ........................... 70

Gambar 5.29. Pewarnaan dengan larutan Eosin Y 1% ........................................ 70

Gambar 5.30. Pembuatan preparat apus .............................................................. 70

Gambar 5.31. Flattened head ............................................................................. 70

Gambar 5.32. Normal ........................................................................................ 70

Gambar 5.33. Ekor patah ................................................................................... 70

Gambar 5.34. Leher patah .................................................................................. 70

xiv

Page 15: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

Gambar 5.35. Tanpa Kepala ............................................................................... 70

Gambar 5.36. Kepala dua ................................................................................... 70

Gambar 5.37. Larutan standar ............................................................................ 71

Gambar 5.38 .Standar, kontrol, dan sampel dimasukkan ke masing-masing well 71

Gambar 5.39. Enzyme conjugate ditambahkan dan diinkubasi selama 60 menit . 71

Gambar 5.40. Proses pembuangan isi well .......................................................... 71

Gambar 5.41. Penambahan wash solution sebanyak 3x ...................................... 71

Gambar 5.42 .Proses pembuangan isi well .......................................................... 71

Gambar 5.43. Penambahan substrate solution dan diinkubasi selama 15 menit... 71

Gambar 5.44. Penambahan stop solution ............................................................ 71

Gambar 5.45. Pembacaan dengan ELISA Reader ................................................ 71

Gambar 5.46. Testis dipisahkan dari kauda epididimis ....................................... 72

Gambar 5.47. Testis dimasukkan dalam formalin ............................................... 72

Gambar 5.48 .Histologi testis dilihat di bawah mikroskop .................................. 72

Gambar 5.49. Perhitungan jumlah sel spermatosit pakiten .................................. 72

Gambar 5.50. Berat Badan Tikus ....................................................................... 74

xv xv

Page 16: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil Determinasi Tanaman ........................................................... 58

Lampiran 2. Surat Keterangan Tikus .................................................................. 59

Lampiran 3. Alur Penelitian ............................................................................... 60

Lampiran 4. Perhitungan Dosis Ekstrak Daun Pacing ......................................... 62

Lampiran 5 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 70% Daun Pacing .......... 64

Lampiran 6. Perhitungan Rendemen, Kadar Air dan Kadar Abu ......................... 66

Lampiran 7. Gambar Kegiatan Penelitian ........................................................... 67

Lampiran 8. Rerata Berat Badan Tikus ............................................................... 73

Lampiran 9. Hasil Perhitungan Konsentrasi Spermatozoa .................................. 75

Lampiran 10. Analisis Statistik Data Konsentrasi Spermatozoa .......................... 76

Lampiran 11. Perhitungan Morfologi Spermatozoa ............................................ 79

Lampiran 12. Analisis Statistik Data Morfologi Spermatozoa ............................ 80

Lampiran 13. Pengukuran Konsentrasi Testosteron ............................................ 84

Lampiran 14. Analisis Statistik Data Konsentrasi Testosteron ............................ 86

Lampiran 15. Perhitungan Jumlah Spermatosit Pakiten ...................................... 94

Lampiran 16. Analisis Statistik Jumlah Spermatosit Pakiten............................... 95

xvi

Page 17: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu program yang digalakkan

pemerintah untuk menekan laju pertumbuhan penduduk Indonesia. Kondisi

kependudukan saat ini membutuhkan penurunan jumlah penduduk lebih besar dari

sebelumnya (Tuti Nuraini, 2012). Berdasarkan Kementerian Kesehatan RI (2014),

diketahui bahwa pertumbuhan penduduk Indonesia tahun 2013 sejumlah 248,4

juta orang. Angka fertilitas atau total fertiity rate (TFR) di Indonesia yaitu 2,6

dimana Indonesia berada diatas rata-rata angka antifertilitas negara ASEAN yaitu

2,4. Keberhasilan KB sangat terkait dengan penggunaan kontrasepsi. Faktor

penyebab kurangnya keikutsertaan pria dalam kontrasepsi antara lain kurangnya

pilihan jenis kontrasepsi pria yang memenuhi persyaratan (Tuti Nuraini,2012).

Hasil penelitian Dahliana (2009), sebagian besar responden masih mempunyai

sikap negatif terhadap kontrasepsi pria khususnya kondom. Sebagian besar

responden mengatakan bahwa pemakaian kondom merupakan hal yang tidak

mudah, mudah bocor, dan menyebabkan alergi.

Sediaan antifertilitas yang bersumber dari alam yang pernah di uji adalah

pil kontrasepsi laki-laki dengan bahan dasar gandarusa (Justicia gendarussa Burm

F.) dan tablet ekstrak Gossypium herba (Handayani, 2007; Rudiawati , 2006).

Indonesia memiliki sumber daya alam yang luas. Sumber daya alam ini dapat

menunjang masyarakat Indonesia dalam bidang kesehatan. Obat herbal lebih

dipercayai oleh sebagian masyarakat Indonesia dibandingkan obat sintetik.

Keuntungan Indonesia yang memiliki banyak sumber daya alam yang luas

termasuk tanaman-tanaman yang dilaporkan memiliki efek antifertilitas yang

dapat dikembangkan sebagai obat kontrasepsi adalah Kapas (Countinho, 2002).

Di Indonesia beberapa tanaman juga diteliti sebagai calon obat kontrasepsi antara

lain Pepaya, Gandarusa, Pare dan Pacing (Sari, 2013).

Menurut Asosiasi Herbalis Nusantra (2015), tanaman pacing terdiri dari tiga

spesies yaitu Costus spiralis, Costus speciosus, dan Costus megalobrachtea.

Tanaman pacing Costus spiralis dimanfaatkan sebagai obat diare, obat perut

1

Page 18: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kembung, antibakteri, dan antiurolithiatic (Perez, 2008). Berdasarkan

etnofarmakologi, tanaman pacing Costus speciosus secara empiris digunakan oleh

masyarakat sebagai kontrasepsi tradisional, contohnya di Pulau Wawonii

Sulawesi Tenggara. Daun pacing (Costus speciosus) digunakan untuk KB dan

perawatan pasca persalinan dengan cara direbus (Rahayu dkk, 2006).

Senyawa kimia yang diduga mampu bersifat antispermatogenesis adalah

diosgenin yang terdapat pada beberapa bagian tanaman pacing. Aglikon diosgenin

(saponin) merupakan bahan utama untuk memproduksi hormon steroid dan

merupakan prekusor hemisintetis pil kontrasepsi (P.S.Shajeela dkk, 2011).

Saponin pada Costus spiralis dapat terditeksi menggunakan pelarut etanol dan air

(Verma, 2012). Costus spiralis mengandung alkaloid, fenol, tanin, flavon, xanton,

flavonoid, flavonol, flavononols, flavonon, dan saponin (Britto,2011; Asmaliyah,

2010). Alkaloid dan tanin memiliki efikasi untuk antifertilitas dan ditemukan aktif

untuk aktivitas respon estrogen dan memiliki aktivitas kontrasepsi. Diosgenin

merupakan prekusor progesteron yang dapat meningkatkan level plasma

progesteron di dalam darah melalui mekanisme umpan balik negatif yang dapat

menghambat pertumbuhan folikel telur pada tikus betina. (Adnan dan Halifah P.,

2000).

Penelitian aktivitas antifertilitas daun pacing Costus spiralis belum pernah

dilakukan sebelumnya. Penelitian yang pernah dilakukan adalah penelitian

aktivitas spermatozoa daun pacing Costus speciosus yang dilakukan Sari (2013)

menggunakan metode infusa 10%. Pada penelitian tersebut daun Costus speciosus

diberikan kepada mencit jantan dengan pemberian oral dosis 275, 550 dan

1.100mg/kg BB selama 14 hari. Penelitian Adnan (2000) tentang pengaruh

ekstrak etanol 50% rimpang pacing Costus speciosus terhadap antifertilitas

dengan dosis 25, 50, dan 75mg/kgBB pada mencit jantan selama 18 hari. Hasil

penelitian Sari (2013) telah menunjukkan bahwa infusa 10% daun pacing Costus

speciosus mampu menurunkan jumlah spermatozoa 16-38%, tetapi tidak

mengubah viabilitas maupun terjadinya abnormalitas morfologi spermatozoa

secara bermakna. Hasil penelitian Adnan (2000) menunjukan bahwa ekstrak

etanol 50% rimpang pacing Costus speciosus dapat menurunkan berat testis,

epididimis dan berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi sperma.

Page 19: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Peneliti mencoba untuk menggali dan memperlihatkan aktivitas

antifertilitas pada reproduksi tikus galur Sprague-Dawley jantan dengan

pemberian daun pacing (Costus spiralis) dengan metode maserasi etanol 70 %

dalam pengujian. Pemberian ekstrak etanol 70% daun pacing (Costus spiralis)

dilakukan selama 48 hari.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat

diambil rumusan masalah sebagai berikut:

Apakah ada pengaruh pemberian ekstrak etanol 70% daun pacing (Costus

spiralis) terhadap konsentrasi testosteron, konsentrasi spermatozoa, morfologi

sperma, dan jumlah spermatosit pakiten pada tikus Sprague-Dawley jantan secara

in vivo?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk menguji aktivitas antifertilitas ekstrak etanol 70% daun pacing

(Costus spiralis) pada tikus Sprague-Dawley jantan

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk menguji apakah ekstrak etanol 70% daun pacing (Costus spiralis)

dapat menurunkan konsentrasi spermatozoa pada tikus pada tikus Sprague-

Dawley jantan

b. Untuk menguji apakah ekstrak etanol 70% daun pacing (Costus spiralis)

dapat meningkatkan abnormalitas spermatozoa pada tikus pada tikus

Sprague-Dawley jantan

c. Untuk menguji apakah ekstrak etanol 70% daun pacing (Costus spiralis)

dapat menurunkan konsentrasi testosteron pada tikus pada tikus Sprague-

Dawley jantan

d. Untuk menguji apakah ekstrak etanol 70% daun pacing (Costus spiralis)

dapat menurunkan jumlah spermatosit pakiten pada tikus Sprague-Dawley

jantan

Page 20: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.4 Hipotesis

a. Ekstrak etanol 70% daun pacing (Costus spiralis) dapat menurunkan

konsentrasi spermatozoa pada tikus pada tikus Sprague-Dawley jantan

b. Ekstrak etanol 70% daun pacing (Costus spiralis) dapat meningkatkan

abnormalitas spermatozoa pada tikus pada tikus Sprague-Dawley jantan

c. Ekstrak etanol 70% daun pacing (Costus spiralis) dapat menurunkan

konsentrasi testosteron pada tikus pada tikus Sprague-Dawley jantan

d. Ekstrak etanol 70% daun pacing (Costus spiralis) dapat menurunkan

jumlah spermatosit pakiten pada tikus pada tikus Sprague-Dawley jantan

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian uji aktivitas antifertilitas ekstrak etanol 70% daun

pacing (Costus spiralis) terhadap konsentrasi testosteron, konsentrasi

spermatozoa, morfologi sperma, dan jumlah spermatosit pakiten pada tikus jantan

dalam mempengaruhi efek antifertilitas pada tikus Sparague-Dawley jantan.

Page 21: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Botani Tanaman Pacing

2.1.1 Klasifikasi Tanaman

Menurut Asosiasi Herbalis Nusantara (2015), klasifikasi botani tanaman

pacing adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta

Sub-divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Costus

Spesies : Costus spiralis (Jacq) Roscoe.

Gambar 2.1. Daun Pacing (Costus spiralis) (Asosiasi

Herbalis Nusantara, 2015)

5

Page 22: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.2 Nama Daerah (Asosiasi Herbalis Nusantara, 2015)

Di Indonesia tanaman Costus spiralis dikenal dengan beberapa nama daerah

yaitu pacing (Jawa dan Sunda), dan sitawar (Sumatera).

2.1.3 Deskripsi Tanaman (Asosiasi Herbalis Nusantara (2015)

Habitus berupa semak tegak, tinggi 1-1,5m. Batang tegak, slindris, tidak

bercabang, lunak, batang dalam tanah membentuk rimpang, dan hijau pucat. Daun

tunggal, berseling, bulat telur, berpelepah, tepi rata, ujung meruncing, pangkal

tumpul, panjang 7-13cm, lebar 3,5-5 cm, pertulangan melengkung, dan hijau

pucat. Bunga majemuk, bentuk tandan, di ujung batang, kelopak lonjong, ungu,

benang sari panjang 3-5cm, putih, kepala putik bentuk corong, putih keunguan,

mahkota bentuk tabung, panjang ± 7cm, dan putih. Buah kotak, bulat, diameter +

1,5mm, dan merah. Biji persegi, diameter ± 0,5mm, dan hitam. Akar serabut,

putih.

2.1.4 Keanekaragaman Tanaman

Costus spiralis merupakan tanaman obat yang ditemukan di negara Amerika

Selatan (Britto, 2011). Zingeberaceae merupakan familia dari 52 jenis dan lebih

dari 1.300 spesies yang tersebar di Afrika, Asia, dan Amerika (Pawar,

2014).Menurut Djufri (2013), hasil penelitian yang berhasil ditemukan sebanyak

41 tumbuhan kelompok herba pada kawasan Rawa Gambut Tripa Provinsi Aceh

salah satunya adalah Costus spiralis.

2.1.5 Kandungan Kimia Daun Pacing (Costus spiralis)

Analisis fitokimia menunjukkan tanaman pacing (Costus spiralis)

mengandung alkaloid, fenol, tanin, flavon, xanton, flavonoid, flavonol,

flavononols, flavonon, dan saponin (Britto,2011; Asmaliyah, 2010).

Page 23: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.6 Khasiat dan Kegunaan

Berdasarkan Natural Standard (2015), genus Costus merupakan salah satu

sember penghasil diosgenin yang dapat mempengaruhi efek antifertilitas. Manfaat

tanaman pacing (Costus spiralis) menurut Perez (2008); Asosiasi Herbalis

Nusantara (2015) sebagai berikut:

1. Obat diare

2. Obat perut kembung

3. Antibakteri

4. Antiurolithiatic

2.1.7 Penelitian Tanaman Pacing (Costus speciosus)

Penelitian yang pernah dilakukan adalah penelitian aktivitas spermatozoa

daun pacing Costus speciosus yang dilakukan Sari (2013) menggunakan metode

infusa 10%. Pada penelitian tersebut infusa 10% daun Costus speciosus diberikan

kepada mencit jantan dengan pemberian oral dosis 275, 550 dan 1.100mg/kg BB

selama 14 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa 10% daun pacing

Costus speciosus mampu menurunkan jumlah spermatozoa 16-38%, tetapi tidak

mengubah viabilitas maupun terjadinya abnormalitas morfologi spermatozoa

secara bermakna. Pada dosis 275 dan 375mg/kgBB infusa daun pacing (Costus

speciosus) dapat menurunkan motilitas spermatozoa sebesar 36-39%.

Kemampuan infusa daun pacing (Costus speciosus) bersifat reversibel (Sari,

2013). Penelitian Adnan (2000) tentang pengaruh ekstrak etanol 50% rimpang

pacing Costus speciosus terhadap antifertilitas dengan dosis 25, 50, dan

75mg/kgBB pada mencit jantan selama 18 hari. Hasil penelitian Adnan (2000)

menunjukan bahwa ekstrak etanol 50% rimpang pacing Costus speciosus dapat

menurunkan berat testis, epididimis dan berpengaruh nyata terhadap jumlah

produksi sperma

Penelitian Kariardi (1996), uji toksisitas akut dari infusa rimpang pacing

dilakukan melalui parameter LD50 pada mencit betina secara intraperitoneal.

Hasil penelitian dan perhitungan dengan Thompson dan Weil diperoleh harga

LD50 = 2,0561g/kgBB dan interval kepercayaan 1,6793 g/kgBB sampai

2,5176g/kgBB, dengan metode grafik diperoleh harga LD50 =2,05g/kgBB dan

Page 24: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

interval kepercayaan 1,6025g/kgBB sampai 2,4975g/kgBB. Harga LD50 infusa

rimpang pacing masuk dalam kategori praktis tidak beracun.

2.2 Sistem Reproduksi Tikus Jantan

Tikus merupakan salah satu hewan penelitian yang paling banyak digunakan

dalam fisiologi reproduksi. Testis tikus jantan terdapat pada dua kantung skortum

yang dipisahkan oleh membran tipis yang terletak antara anus dan preputium.

Testis tersebut turun dari hari ke 30-40 masa hidupnya dari rongga perut ke

kantung skortum melalui kanalis inguinal terbuka. Jarak dubur kelamin pada tikus

jantan lebih jauh daripada betina (Suckow,2006). Testis terdiri dari tubulus

seminiferus yang panjang dan berkelok-kelok, yang pada epitelnya merupakan

tempat berlangsungnya spermatogenesis. Ujung dari tubulus seminiferus ini

kemudian bermuara menuju epididimis (Barret et al, 2010).

Gambar 2.2 Penampang Ventral Sistem Urogenital Tikus Jantan

(Suckow,2006)

Pada mamalia, spermatozoa setelah meninggalkan testis melalui saluran

panjang menuju epidididimis dimana terjadinya perkembangan motilitas secara

potensial dan terjadinya pembuahan ovum (Breed B., 2007). Epididimis terdiri

dari tiga bagian yaitu kaput epididimis yang membesar di ujung proksial pada

Kidney

Ureter

Coagulation Gland Vesicular Gland

Ampullary Gland Prostate Gland

Cowfers Gland Urinary Bladder

Preputial Gland Vas Deferens

Urethra

Corpus Epididymis

Caput Epididymis Testis

Penis Cauda Epididymis

Page 25: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

testis, yang terdapat di sekitar dorsomedial testis serta kauda epididmis pada ujung

distal testis, merupakan tempat pematangan spermatozoa, yang kemudian

bermuara ke vas deferens (Suckow, 2006).

Menurut Harvad-MIT Division of Health Science and Technology (1979),

Sperma di dalam vas deferens yang diikuti dengan sekresi vesikel seminal karena

sperma keluar melalui prostat dengan bantuan saluran ejakulasi ke uretra. Tubulus

seminiferus terdiri atas sel Sertoli dan sel germinal. Tight junction antara sel

Sertoli membentuk barier blood-testis, dan memisahkan epitelium germinal

menjadi dua bagian yaitu kompartemen basal dan adluminal. Hanya sel germinal

yang belum berkembang terlihat pada kompartemen basal, sedangakan sel yang

sudah berkembang terdapat pada kompartemen adluminal. Fungsi sel Sertoli

termasuk memberikan nutrisi sel germinal, melepaskan sel germinal yang sudah

matang ke dalam lumen, translokasi perkembangan sel germinal pada adluminal

direction, sekresi ikatan protein androgen, transferin, penghambat, komunikasi

sel-sel melalui gap junctions untuk mengkoordinasikan spermatogenesis, dan

barier blood-testis. Sel Sertoli mengandung aromatase, yaitu enzim yang berperan

dalam perubahan androgen menjadi estrogen (Barret et al, 2010).

Menurut Harvad-MIT Division of Health Science and Technology (1979)

Sel Leydig pada interstinum testis antara tubulus seminiferus dan mempunyai

fungsi untuk memproduksi testosteron untuk tujuan lokal dan jauh (distant).

Distant effect dari testesteron yaitu termasuk pematangan jaringan reproduksi

internal dan eksternal (dengan bantuan metabolit DHT ataupun tidak), purbetas

yang mengubah suara menjadi rendah, bentuk rambut pada muka dan seterusnya,

dan aksi CNS mempengaruhi libido dan kegiatan seksual. Efek lokal muncul

untuk menstimulasi dan membantu fungsi sel Sertoli untuk mengembangkan sel

germinal. Testosteron berikatan dengan ikatan protein androgen yang disekresi

oleh sel Sertoli ke dalam testis, dan sirkulasi menggunakan afinitas plasma

globulin yang tinggi (testosteron berikatan dengan globulin).

2.2.1 Spermatozoa

Proses produksi spermatozoa di dalam testis disebut spermatogenesis.

Spermatozoa pada hewan pengerat lebih panjang dari spesies mamalia lain

Page 26: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

termasuk manusia dan hewan domestik pada umumnya (Krinke, 2000).

Morfologi sperma tikus diperlihatkan pada gambar 2.3 Kepala sperma tikus

berbentuk kait, seperti pada hewan pengerat lainnya (Gambar 2.4).

Gambar 2.3 Morfologi Sperma Tikus (Fauzi,2009).

Gambar 2.4 Spermatozoa pada Perbesaran 400x

Sumber : Rat Sperm Morphological Assesment, Guideline Document

Ed.1. Oktober 2000.

2.2.2 Spermatogenesis

Spermatogenesis merupakan proses sel germinal yang belum matang

bediferensasi dan bermeoisis menjadi haploid. Spermatogenesis terjadi pada

tubulus seminiferus testis yang dinduksi dengan sel somatik epitelium sel

seminiferus, dan sel Sertoli. Hasil dari spermatogenesis, spermatid yang sudah

mengalami pematangan dikeluarkan oleh sel Sertoli ke dalam lumen tubulus

seminiferus (Knobil,2006). Spermatogenesis pada tikus terdiri dari 3 fase yaitu

mitosis, meiosis dan spermiogenesis (Hess, 1999). Pada tikus perkembangan

spermatogenium, spermatosit atau spermatid saling terintergrasi dan terorganisasi

dengan baik pada daerah yang sama dalam tubulus. Siklus epitel seminiferus

dengan asosiasi sel yang jelas disebut “stage of the cyle” yang dilambangkan

dengan huruf romawi I-XIV dan spermiogenesis dibagi atas 1-19 tahap (Krinke,

2000).

Spermatogenium secara garis besar diklasifikasikan ke dalam tiga jenis: tipe

A, tipe intermediet dan tipe B. tipe spermatogonia tipe A ini dibagi menjadi tipe

AO (disebut juga sel induk) dan tipe A1-A4. Tipe spermatogonium AO tetap pada

Page 27: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

membran basal di tubulus seminiferus dan memiliki kemampuan untuk membelah

mejadi dua sel anak, salah satunya menjadi spermatogonium A1, yang seterusnya

lebih lanjut dalam proses spermatogenesis, sedangkan yang lainnya sebagai sel

induk. Pada tikus, spermatogonium AI kemudian memiliki enam pembelahan

mitosis, dan kemudian mereka menjadi spermatosit prelepton. Spermatosit dalam

fase meiosis, dimana berkembang menjado leptolene, zygoten dan pakiten untuk

menjadi spermatosit sekunder di komponen adluminal dari sel Sertoli dalam

tubulus seminiferus. Selama fase meiosis, masing-masing spermatosit membelah

menjadi satu dari empat spermatid haploid, yang kemudian memasuki fase

akrosom. Kondensasi inti dan perpanjangan terjadi berikutnya, diikuti oleh fase

eliminasi dan pelepasan sitoplasma.

Pada tikus, 14 tahapan siklus spermatogenesis terjadi di dalam tubulus

seminiferus. Tubulus memiliki susunan ruas, dan setiap potongan melintang

tubula menunjukkan tahapan yang seragam yang melibatkan empat atau lima

generasi di sel germinal dengan sesuai. Tubulus seminiferus di tikus

dikarakterisasi oleh struktur ruas, sedangkan pada manusia dan hewan domestik

lainnya biasanya menunjukkan pola mosaik dibeberapa tahap. Pada tikus,

dibutuhkan 12 hari untuk menyelesaikan satu siklus yang terdiri dari 14 tahap.

Spermatogenium tikus membutuhkan empat siklus sampai akhirnya membentuk

spermatozoa, sehingga diperlukan 48 hari untuk menyelesaikan tahap

spermatogenesis (Krinke,2000).

Page 28: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.5 Siklus Spermatogenesis pada Tikus

Tahapan siklus sel dalam spermatogenesis tikus dimulai searah jarum jam

dan kiri bawah A, spermatogenium tipe A; In, spermatogenium tipe intermediate,

B, spermatogenium tipe B; R, resting spermatosit primer, L, Leptotene

sprmatosit; Z, zygotene sprmatosit; P (I), P (VII), P (XII), awal pertengahan dan

akhir spermatsit pakiten. Angka romawi menunjukkan tahap siklus dimana

mereka ditemukan; DI, diplotene; II, spermatosit sekunder; 1-19, langkah-

langkah spermatogenesis. Tabel di tengah memberikan komposisi seluler tahapan

siklus epitel seminiferus (I-XIV). M, superscipt mengindikasikan terjadinya

mitosis. Di adaptasi dari Clermount dengan sedikit modifikasi (1962)

(Krinke,2000).

2.3 Hormon yang Mempengaruhi Spermatogenesis

Proses spermatogenesis dipengaruhi oleh hormon-hormon yang dihasilkan

oleh hipotalamus, hipofisis dan testis sendiri. Hormon yang terlibat adalah

testosteron, hormon lutein (LH), hormon perasang folikel (FSH: Folicle

Page 29: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Stimulating Hormone), estrogen, dan hormon pertumbuhan lainnya. Testis selain

sebagai organ penghasil sperma juga menghasilkan hormon-hormon seperti

testosteron, dihidrotestosteron, estradiol, progesteron dan lain-lain (Speroff, Glaa

RH, Kase NG, 1999).

a. Testosteron

Sekresi hormon ini oleh sel-sel Leydig yang terletak di intersisium testis.

Hormon ini memegang peranan penting yaitu satu tahap penting dalam proses

pembelahan sel-sel germinal untuk pembentukan sperma, terutama pembelahan

miosis untuk membentuk spermatosit sekunder. Hormon ini mengontrol

perkembangan organ reproduksi pria dan tanda seks sekunder pada pria berupa

pembesaran laring, perubahan suara, pertumbuhan rambut ketiak, pertumbuhan

otot tulang dan sebagainya (Speroff, Glaa RH, Kase NG, 1999).

Gambar 2.6 Testosteron (Goodman and Ghilman, 2006)

b. Hormon Lutein (LH)

Hormon ini disekresikan oleh sel bagian anterior. LH pada sel Leydig

menstimulasi sintesis androgen melaui jalur de novo, khususnya testosteron dari

kolesterol (Speroff, Glaa RH, Kase NG, 1999; Goodman and Ghilman, 2006).

Reseptor LH dan FSH menunju Gs mengaktivasi siklus adenilil siklase melalui

AMP. Testosteron digunakan untuk gametogenesis. LH juga bekerja pada sel

Page 30: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

theca unruk menstimulasi sintesis androstenedion melaui jalur de novo.

Androstenedion merupakan perekusor 17β-estradiol pada wanita premenopause

(Goodman and Ghilman, 2006).

c. FSH (Follicle Stimulating Hormone)

Tempat kerja utama FSH pada epitel seminiferus ada di dalam sel Sertoli.

FSH dikirim ke daerah interstisial testis melalui arteriol kecil. Kemudian FSH

berdifusi melalui membran basal tubulus seminiferus dan berikatan dengan

reseptor membran plasma spesifik pada sel Sertoli. Aktivitas reseptor FSH

menyebabkan terjadinya sintetis reseptor androgen intraseluler dan protein

pengikat androgen (androgen binding protein, ABP). ABP disekresikan oleh sel

Sertoli dan mengikat androgen yang telah diproduksi oleh sel Leydig dan

berdifusi dari tempat produksinya di interstisial ke dalam tubulus seminiferus.

ABP mentransfer androgen-androgen ini ke sel germinal. Androgen akan ditahan

di dalam sel germinal promeiotik yang mengandung reseptor androgen. Setelah

FSH memulai spermatogenesis, proses ini akan berlangsung terus selama

persediaan testosteron cukup dan terus-menerus (Heffner, 2006). FSH juga

mengatur aktivitas aromatase pada sel granulosa yang menstimulasi produksi 17β-

estradiol (Goodman and Ghilman, 2006).

d. Estrogen

Dibentuk oleh sel-sel Sertoli ketika sedang di stimulasi oleh FSH. Hormon

ini kemungkinan diperlukan pada proses spermiasi. Sel-sel Sertoli juga

mengekskresikan suatu protein androgen. Yang mengikat baik testosteron dan

estrogen maupun keduanya ke dalam cairan tubulus seminiferus, yang diperlukan

untuk maturasi sperma (Speroff, Glaa RH, Kase NG, 1999).

e. Hormon pertumbuhan lainnya

Seperti juga pada sebagian hormon lainnya diperlukan untuk mengatur latar

belakang fungsi metabolisme testis. hormon pertumbuhan secara khusus

meningkatkan pembelahan awal spermatogenesis (Speroff, Glaa RH, Kase NG,

1999).

Page 31: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.4 Karakteristik Tikus Sprague-Dawley

Sprague Dawley adalah sejenis spesies tikus. Tikus Sprague Dawley dipilih

karena ia mempunyai sifat yang tenang dan mudah dikendalikan dibandingkan

dengan jenis-jenis lain (Fauzi Mohd, 2009). Jumlah anak rata-rata 6-12 ekor

dengan berat 5-6 gram saat lahir (SAGE®Labs, 2015). Berat tikus adalah 250-300

gram (betina); 450-520 gram (jantan). Rentang hidup 2,5-3,5 tahun. Laju

pernafasan: 70-115 nafas/menit. Denyut jantung: 250-450 denyut/ menit. Gigi seri

open-rooted dan tumbuh terus-menurus. (SAGE®Labs, 2015).

Rekomendasi diet: DietLab #5R24 (RMH2500) tikus sebaiknya diberi

makanan tikus atau rodent komersial dan air ad lib. Pola diet ini adalah nutrisi

lengkap dan tidak memerlukan suplemen. Asupan makanan sekitar

5g/100gBB/hari, asupan air sekitar 10-12 ml/100 BB/ hari (SAGE®Labs, 2015).

2.5 Simplisia

2.5.1 Definisi Simplisia (Depkes RI, 2000)

Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum

mengalami perubahan proses apapun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya

beruapa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia tumbuhan obat merupakan bahan

baku proses pembuatan ekstrak, baik sebagai bahan obat atau produk.

Berdasarkan hal tersebut maka simplisia dibagi menjadi tiga golongan yaitu

simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan atau mineral.

1. Simplisia nabati

Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian tanaman dan

eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari

tanaman atau isi sel dikeluarkan dari selnya dengan cara tertentu atau zat yang

dipisahkan dari tanaman dengan cara tertentu yang masih belum berupa zat kimia

murni.

2. Simplisia Hewani

Simplisia hewani adalah simplisia hewan utuh, bagian hewan, atau belum

berupa zat kimia murni.

Page 32: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Simplisia mineral

Simplisia mineral adalah simplisia berasal dari bumi, baik telah diolah atau

belum, tidak berupa zat kimia murni.

2.5.2 Pengelolaan Simplisia (Agoes, 2007; T.E. Wallis, 1960)

a. Pengumpulan Sampel

Tahap pengumpulan atau tahap pemanenan terkadang dianggap sebagai

suatu hal yang dihiraukan. Padahal, tahap ini merupakan tahap yang sangat

menentukan untuk mendapatkan simplisia dengan kualitas yang memenuhi

standar. Terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pemanenan suatu

simplisia nabati:

i. Bagian tanaman yang dipanen

ii. Waktu pemanenan

iii. Cara pemanenan

b. Sortasi Basah

Sortasi basah dilakukan unuk memisahkan cemaran dan kotoran dari

simplisia yang baru dipanen. Sortasi ini dapat mengurangi jumlah kontaminasi

mikroba.

c. Pencucian

Dilakukan dengan menggunakan air yang bersih (air sumur, PDAM, air dari

mata air). Pencucian secara signifikan mampu mengurangi mikroba yang terdapat

dalam simplisia. Penggunaan air harus diperhatikan . Beberapa mikroba lazim

terdapat di air yaitu: Pseudomonas, Proteus, Micrococcus, Bacillus,

Streptococcus, Enterobacter, serta E.coli pada simplisia akar, batang, atau buah.

Untuk mengurangi jumlah mikroba awal dapat dilakukan pengupasan kulit luar

terlebih dahulu.

d. Perajangan

Dilakukan untuk mempermudah dalam proses pengeringan, pengepakan,

dan penggilingan. Perajangan harus memperhatikan senyawa yang terkandung

dalam simplisia. Untuk lebih amannya, gunakan pisau atau pemotong yang terbuat

dari stainless steel.

Page 33: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

e. Pengeringan

Setelah suatu simplisia nabati dipanen, umumnya simplisia tersebut akan

dikeringkan, jika memang tidak akan digunakan secara segar. Pengeringan

merupakan suatu hal yang sangat krusial karena beberapa metabolit sangat rentan

terhadap sinar matahari. Pengeringan berfungsi untuk mengurangi kadar air

hingga kada tertentu, umumnya tidak boleh lebih dari 10%. Dengan berkurangnya

kadar air, diharapkan akan lebih tahan terhadap pertumbuhan kapang serta

kemungkinan reaksi kimia yang diperantarai oleh air, contoh reaksi redoks atau

reaksi enzimatis. Proses pengeringan yang baik dilakukan pada suhu 30°C-90°C

(terbaik 60°C). Namun pada kondisi bahan aktif tidak tahan terhadap panas atau

mengandung bahan yang mudah untuk menguap, dilakukan pada suhu 30°C-45°C

atau dilakukan dengan menggunakan oven vakum. Umumnya, senyawa-senyawa

yang berwarna memiliki kerentanan terhadap sinar matahari.Terdapat beberapa

metode pengeringan yaitu:

a. Pengeringan secara langsung di bawah sinar matahari

Pengeringan dengan metode ini dilakukan pada tanaman yang tidak sensitif

terhadap cahaya matahari. Pengeringan terhadap sinar matahari sangat umum

untuk bagian daun, korteks, biji, serta akar. Bagian tanaman yang mengandung

flavonoid, kuinon, kurkuminoid, karotenoid, serta beberapa alkaloid yang cukup

mudah terpengaruh cahaya, umumnya tidak boleh dijemur di bawah sinar

matahari secara langsung. Kadangkala suatu simplisia dijemur terlebih dahulu

untuk mengurangi sebagian besar kadar air, baru kemudian dikeringkan dengan

panas atau digantung di dalam ruangan. Pengeringan dengan menggunakan sinar

matahari secara langsung memiliki keuntungan yaitu ekonomis. Namun lama

pengeringan sangat bergantung pada kondisi cuaca.

b. Pengeringan di ruangan yang terlindung dari cahaya matahari namun

tidak lembab

Umumnya dipakai untuk bagian simplisia yang tidak tahan terhadap cahaya

matahari. Pengeringan dengan metode ini harus memperhatikan sirkulasi udara

dari ruangan. Sirkulasi yang baik akan menunjang proses pengeringan yang

optimal. Pengeringan dengan cara ini memiliki keuntungan yaitu ekonomis, serta

untuk bahan yang tidak tahan panas atau cahaya matahari cenderung lebih aman.

Page 34: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Namun demikian, pengeringan dengan cara ini cenderung membutuhkan waktu

yang lama dan jika tidak dilakukan dengan baik, akan mengakibatkan tumbuhnya

kapang.

c. Pengeringan dengan menggunakan oven

Pengeringan menggunakan oven, umumnya akan menggunakan suhu antara

30°-90°C. Terdapat berbagai macam jenis oven, tergantung pada sumber panas.

Pengeringan dengan menggunakan oven memiliki keuntungan berupa: waktu

yang diperlukan relatif cepat, panas yang diberikan relatif konstan. Kekurangan

dari teknik ini adalah biaya yang cukup mahal.

2.6 Ekstrak dan Metode Ekstraksi

2.6.1 Definisi Ekstrak

Ekstrak menurut Farmakope Edisi III adalah sediaan kering, kental atau

cair dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di

luar pengaruh cahaya langsung.

2.6.2 Metode Ekstraksi (BPOM RI, 2010; Depkes RI, 2000)

Cara Panas

a. Infus

Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi simplisia

nabati dengan air pada suhu 90oC selama 15 menit.

b. Dekokta

Dekok adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi sediaan herbal

dengan air pada 90 oC selama 30 menit.

c. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan

adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu

pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.

d. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umunya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan

jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Biomasa

Page 35: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ditempatkan dalam wadah soklet yang dibuat dengan kertas saring, melalui alat ini

pelarut akan terus direfluks, alat soklet akan mengkosongkan isinya ke dalam labu

dasar bulat setelah pelarut mencapai kadat tertentu. Setelah pelarut segar melewati

alat ini melalui pendingin refluks, ekstraksi berlangsung sangat efisien dean

senyawa dari biomasa secara efektif ditarik ke dalam pelarut karena konsentrasi

awalnya rendah dalam pelarut.

e. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada

temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-

50oC.

f. Destilasi Uap

Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap (minyak atsiri)

dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan

parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air dari ketel secara kontinu

sampai sempurna diakhiri dengan kondensasi uap campuran (senyawa kandungan

menguap ikut terdestilasi) menjadi destilat air bersama senyawa kandungan yang

memisah sempurna atau memisah sebagian.

Destilasi uap, bahan simplisia benar-benar tidak tercelup ke air yang

mendidih, namun dilewati uap air sehingga senyawa kandungan menguap ikut

terdestilasi. Destilasi uap dan air, bahan (simplisia) bercampur sempurna atau

dengan air mendidih, senyawa kandungan menguap tetap kontinu ikut terdestilasi.

Cara dingin

a. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

ruangan (kamar). Maserasi bertujuan untuk menarik zat-zat brkhasiat yang tahan

pemanasan maupun yang tidak tahan pemanasan. Secara teknologi maserasi

termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada

keseimbangan. Maserasi dilakukan dengan beberapa kali pengocokan atau

pengadukan pada temperatur ruangan atau kamar (Depkes RI, 2000).

Page 36: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dasar dari maserasi adalah melarutnya bahan kandungan simplisia dari sel

rusak, yang terbentuk pada saat penghalusan, ekstraksi (difusi) bahan kandungan

dari sel yang masih utuh (Voight,1995).

Kerugian metode maserasi yaitu pengerjaanya lama dan penyarian kurang

sempurna. Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian

konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengulangan

penambahan pelarut setelah dilakukan penyarian maserat pertama, dan seterusnya

(Depkes RI, 2000; Depkes RI 1995).

b. Perkolasi (Depkes RI, 2000)

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru dan sempurana

(Exhaustiva extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan.

Prinsip perkolasi adalah dengan menempatkan serbuk simplisia pada suatu bejana

slinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Proses terdiri dari tahap

pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya

(penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh ekstrak

(perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

2.6.3 Proses Pembuatan Ekstrak

Pembuatan ekstrak melalui tahap-tahap sebagai berikut :

a. Pembasahan (Depkes RI 2000)

Pembasahan serbuk dilakukan pada penyarian, dimaksudkan memberikan

kesempatan sebesar-besarnya kepada cairan penyari memasuki pori-pori dalam

simplisia sehingga mempermudah penyarian selanjutnya.

b. Penyari/ Pelarut (Depkes RI 2000)

Cairan penyari yang digunakan dalam proses pembuatan ekstrak adalah

penyari yang baik untuk senyawa kandungan berkhasiat atau aktif. Penyari

tersebut dapat dipisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan lainnya. Faktor

utama yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan cairan penyari adalah

selektifitas, ekonomis, kemudahan bekerja, ramah lingkungan dan aman. Sampai

saat ini berlaku aturan bahwa pelarut yang diperbolehkan adalah air, alkohol

(etanol) atau campuran (air dan alkohol).

Page 37: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Pemisahan dan Pemurnian (Depkes RI, 2000)

Tujuannya adalah untuk menghilangkan senyawa yang ridak dikehendaki

semaksimal mungkin tanpa pengaruh pada senyawa kandungan yang dikehendaki,

sehingga diperoleh ekstrak yang lebih murni. Proses-proses pada tahap ini adalah

pengendapan, pemisahan dua cairan tak bercampur, sentrifugasi, dekantasi,

filtrasi, serta poses absropsi dua penukar ion.

d. Pemekatan/penguapan (Depkes RI, 2000)

Pemekatan berarti peningkatan jumlah partikel solut (senywat terlarut)

dengan cara penguapan pelarut tanpa sampai menjadi kering tetapi ekstrak hanya

menjadi kental/pekat.

2.7 ELISA (Enzym Linked Immunosorbent Assay)

ELISA (Enzym Linked Immunosorbent Assay) merupakan suatu tes yang

cepat untuk menditeksi dan kuantifikasi antibodi atau antigen against viruses,

bakteri, dan bahan lainnya. Metode ini dapat digunakan untuk menditeksi infeksi

yang memiliki efek poultry dan livestock (Idexx, 1986).

Teknologi ELISA menggunakan fase padat yang mengandung plat

polistiren 96-well, walaupun penggunaan bahan lain dapat digunakan. Kegunaan

fase padat untuk imobilisasi antigen atau antibodi pada sampel dimana keduanya

dapat terikat pada fase padat. Setelah inkubasi, plate dicuci untuk menghilangkan

bahan yang tidak berikatan. Pada beberapa assay konjugat ditambahkan ke dalam

plate dan diperbolehkan untuk diinkubasi (Idexx, 1986).

Konjugat mengandung antigen atau antibodi yang telah diikat dengan

enzim. Pengikatan konjugat degan fase padat atau sampel tergantung pada format

assay. Bagian enzim pada konjugat dapat diditeksi. Plate dicuci kembali dan

substrat enzim (hidrogen peroksida dan kromogen) ditambahkan dan

diperbolehkan untuk dinkubasi. Warna akan terlihat pada ikatan enzim dan

densitas optik dibaca dengan ELISA plate reader (Idexx, 1986). Prinsip-prinsip

ELISA yaitu (Walker, 2008):

a. Penempelan protein terhadap plastics secara pasif.

b. Membersihkan protein yang tidak berikatan.

Page 38: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Penambahan antibodi spesifik untuk berikatan dengan enzim pada

beberapa tahap.

d. Penggunaan competing inert protein untuk pencegahan reaksi

nonspesifik dengan plastics.

e. Tahap pencucian untuk memisahkan reagen yang berikatan dengan yang

tidak berikatan.

f. Penambahan substrat spesifik yang memberikan perubahan warna dengan

katalis enzim atau substrat dan colorless chromophore (larutan pewarna)

yang menunjukan pembentukan warna pada katalis enzim.

g. Tahap inkubasi untuk proses reaksi imunologi.

h. Pemberhentiaan katalis enzim.

i. Pembacaan warna dengan spektrofotometer

ELISA terdiri dari tiga sistem yaitu direct ELISA, inderect ELISA,dan

sandwich ELISA. Semua sistem ini dapat digunakan untuk memperlihatkan

kompetisi pengahambatan ELISA (Walker, 2008). Tahap-tahap masing-masing

sistem ELISA yaitu:

a. Direct ELISA (Crowter, 2009)

1. Antigen ditambahkan pada fase padat dan adsorbsi secara pasif pada saat

inkubasi.

2. Setelah inkubasi, antigen yan tidak berikatan dibersihkan dari fase padat.

3. Spesifik antibodi ditambahkan untuk antigen dan berikatan dengan enzim

(konjugat) dan inkubasi.

4. Ikatan konjugasi dengan antigen pada fase padat. Kemudian konjugat

yang tidak berikatan dibersihkan.

5. Substrat atau larutan kromofor dan reaksi katalis enzim ditambahkan

untuk memberikan produk yang berwarna. Reaksi diakhiri pada waktu

yang tepat dan kuantifikasi warna dibaca menggunakan spektrofotmeter.

b. Indirect ELISA (Walker, 2008)

1. Lapiskan wells dengan antigen kemudian diinkubasi.

2. Wells dibersihkan untuk menghilangkan antigen yang tidak berikatan.

3. Antibodi yang berlawanan dengan antigen ditambahkan dan kemudian

diinkubasikan.

Page 39: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Antibodi yang tidak bereaksi dibersihkan.

5. Konjugat anti-species ditambahkan dan kemudian diinkubasi.

Substrat / kromofor ditambahkan dan kemudian pembacaan warna yang

tebentuk.

c. Sandwich ELISA (Walker, 2008)

Sandwich direct

1. Wells dilapisi dengan antibodi

2. Wells dicuci

3. Antigen ditambahkan dengan imobilisasi antibodi dan kemudian

diinkubasi

4. Antigen yang tidak bereaksi dibersihkan

5. Antibodi yang sama berikatan dengan enzim atau antibodi yang bebeda

yang berikatan dengan enzim tetapi antibodi yang masih spesifik untuk

mengenali antigen ditambahkan. Dan kemudian diinkubasi.

6. Substrat / kromofor ditambahkan dan kemudian diinkubasi.

Sandwich Inderect

1. Wells dilapisi dengan antibodi.

2. Antibodi yang berlebih dicuci.

3. Antigen ditambahkan dimana antigen dikenali oleh antibodi dan

kemudian diinkubasi. Antibodi yang tidak berikatan dengan antigen

dicuci.

4. Antibodi dari spesies berbeda ditambahkan untuk menghasilkan reaksi

dengan antigen. Kemudian diinkubasi. Antibodi yang tidak berikatan

dengan antigen dicuci.

5. Tambahkan konjugat antispesies spesifik yang tidak mengikat antibodi

kedua, dimana hal ini tidak terjadi reaksi dengan antibodi yang ada di

well. Kemudian di inkubasi. Konjugat antispesies yang tidak berikatan

dicuci.

6. Sistem substrat / kromofor ditambahkan.

7. Terbentuk warna merah.

Page 40: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2014 hingga April 2015.

Pembuatan ekstrak dilakukan di Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia,

penapisan fitokimia di Laboratorium Kimia Obat, pengujian parameter di

Laboratorium Penelitian II dan Laboratorium Riset, pemeliharaan dan perlakuan

hewan uji di Animal House (AH) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pembuatan histologi di

Laboratorium Histologi Universitas Indonesia serta pemakaian freeze dry di

Laboratorium Fitokimia Universitas Indonesia.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah blender (Philips),

timbangan analitik (AND GH-202 dan Wiggen Hauser), botol maserasi, vacum

rotary evaporator (EYELA), erlenmeyer, beaker glass, batang pengaduk, spatula,

kertas saring, kapas, corong gelas, tabung reaksi, pipet tetes, cawan penguap,

botol timbang, kurs silikat, oven (Memmert), tanur (Thermo Scientific), freeze

dry, alumunium foil, timbangan, kandang tikus beserta tempat makanan dan

minuman, sonde oral, syringe, wadah pembiusan, alat bedah minor, kaca objek

dan cover glass, mikropipet (Eppendrof Research Plus), Effendrof tube,

centrifuge, vortex, mikroskop cahaya (Motic dan Epson), Hemositometer

Improved Neubaurer (NESCO), Freezer, water bath, desikator, dan ELISA

reader.

3.2.2 Bahan Penelitian

Bahan uji yang digunakan dalam penelitian adalah ekstrak daun pacing

(Costus spiralis). Daun pacing yang digunakan diperoleh dari Mega Mendung

Cisarua, Bogor. Sebelum dilakukan peneitian, daun pacing terlebih dahulu

24

Page 41: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dideterminasi di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya, LIPI Bogor untuk

menentukan kebenaran bahan uji.

Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian adalah etanol70%, pereaksi

untuk penapisan fitokimia (HCl 2N, HCl pekat, Aquadest, Pereaksi Libermann-

Bouchard, Pereaksi Bouchard LP, Pereaksi Mayer LP, Pereaksi Dragendorf LP,

Etil Asetat, asam sulfat (H2SO4) pekat, Asam Asetat Anhidrat, Serbuk Magnesium

P, Kit ELISA, FeCl3 0,1%, Kloroform, dan eter). Natrium kabonil metil selulosa

untuk penyiapan suspensi zat aktif. Penyiapan sperma (normal saline water);

larutan George; NaCl fisiologis; larutan Eosin Y 1%, larutan Xilol, Larutan Bouin

(asam pikrat, formaldehid 4%, asam asetat), larutan benzoil, benzoat, dan Larutan

Hematoksilin.

3.2.3 Hewan Uji

Hewan uji yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih

jantan strain Sprague Dawley yang sehat dan fertil 2,5-3 bulan dengan berat badan

250-350 gram yang diperoleh dari Animal Facility and Modeling Provider Insitut

Pertanian Bogor (IPB).

3.3 Rancangan Peneiltian

3.3.1 Besar Sampel

Penelitian ini bersifat eksperimental yang terbagi dalam 4 kelompok

perlakuan yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus putih jantan

strain Sparague Dawley (WHO,2000).

3.3.2 Dosis Perlakuan

Dosis yang digunakan 12,5mg/kgBB, 25mg/KgBB, dan 37,5mg/KgBB.

Perhitungan dosis yang diberikan dapat dilihat dari lampiran 3. Pemberian ekstrak

dilakukan selama 48 hari sesuai dengan tikus (Krinke, 2000).

Page 42: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 3.1. Rancangan Percobaan

Kelompok Jumlah

tikus

Perlakuan Lama

pemberian

Pengukuran/Bagian yang

digunakan

I (Kontrol) 5 Tikus diberikan suspensi

Natrium CMC 0,5%

sebanyak ±1ml

48 hari i. Darah dari vena

lateral ekor

(testosteron serum)

ii. Sperma dikeluarkan

dari Kauda

epididimis

II (Dosis

Rendah)

5 Tikus diberikan ekstrak

daun pacing (Costus

spiralis) sebanyak

12,5mg/KgBB

48 hari i. Darah dari vena

lateral ekor

(testosteron serum)

ii. Sperma dikeluarkan

dari Kauda

epididimis

III (Dosis

sedang)

5 Tikus diberikan ekstrak

daun pacing (Costus

spiralis) sebanyak

25mg/KgBB

48 hari i. Darah dari vena

lateral ekor

(testosteron serum)

ii. Sperma dikeluarkan

dari Kauda

epididimis

IV Dosis

tinggi)

5 Tikus diberikan ekstrak

daun pancing (Costus

spiralis) sebanyak

37,5mg/KgBB

48 hari i. Darah dari vena

lateral ekor

(testosteron serum)

ii. Sperma dikeluarkan

dari Kauda

epididimis

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Penyiapan Simplisia dan Pembuatan Ekstrak

Sebanyak 8 kg daun pacing (Costus spiralis) dikumpulkan dan kemudian

dicuci bersih dengan air mengalir dan dikering anginkan. Daun pacing yang telah

kering di haluskan dengan blender hingga menjadi serbuk sebanyak 1 kg dan

diayak dengan ukuran 40 mesh. Kemudian serbuk daun pacing ditimbang dan

dimaserasi dengan menggunakan etanol 70% selama 72 jam kemudian disaring

dengan kapas dan kemudian dengan kertas saring. Proses maserasi ini diulang

Page 43: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

hingga dihasilkan maserat yang berwarna pucat (mendekati tidak berwarna).

Filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator dengan suhu

40oC sampai diperoleh ekstrak kental. Apabila ekstrak kental belum didapatkan,

maka dapat dilanjutkan dengan freeze dry dan kemudian ekstrak kental ditimbang.

3.4.2 Penapisan Fitokimia

Pengujian golongan metabolit sekunder dilakukan terhadap golongan:

a. Alkaloid (Depkes RI, 1995)

Sebanyak 100 mg ekstrak dalam tabung reaksi ditambahkan 1ml etanol

70% kemudian ditambahkan 1 ml asam klorida 2N dan 9ml aquades, dipanaskan

di penangas air selama 2 menit, dan didinginkan. Kemudian disaring dan

ditampung filtratnya. Filtrat digunakan sebagai larutan percobaan selanjutnya:

i. Larutan percobaan ditambahkan 2 tetes Dragendrof, terbentuk

endapan jingga coklat (positif alkaloid).

ii. Larutan percobaan ditambahkan 2 tetes Mayer LP, terbentuk

endapan menggumpal putih atau kuning yang larut dalam metanol

(positif alkaloid).

b. Identifikasi Flavonoid (Arifin Helmi, 2006)

Sebanyak 100 mg ekstrak dalam tabung reaksi ditambahkan 1ml etanol 70%

kemudian ditambahkan serbuk Mg, lalu ditambahkan asam klorida pekat. Apabila

terbentuk warna orange, merah, atau kuning, berarti positif flavonoid.

c. Identifikasi Terpen (Famsworth,1966)

Sebanyak 100 mg ekstrak dalam cawan penguap ditambahkan 1ml etanol

70% kemudian dilarutkan dalam 5ml eter. Kemudian diuapkan hingga kering.

Larutan pereaksi yang terdiri dari campuran 10 tetes asam asetat anhidrat, dan 5

tetes asam sulfat pekat disiapkan. Kemudian, larutan pereaksi ditambahkan ke

dalam residu. Ekstrak mengandung terpen apabila terbentuk warna merah-hijau-

violet-biru.

d. Identifikasi Tanin (Ramya, B. Shiney dan P. Ganesh, 2012)

Sebanyak 500 mg ekstrak dalam tabung reaksi ditambahkan 2ml etanol 70%

kemudian ekstrak ditambahkan 0,1% FeCl3. Apabila terbentuk warna hijau

kecoklatan mengidentifikasikan tanaman mengandung tanin.

Page 44: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

e. Identifikasi Saponin (Depkes RI, 1995)

Sebanyak 100 mg ekstrak dalam tabung reaksi ditambahkan 1ml etanol 70%

kemudian ditambahkan 10ml air panas dan didinginkan. Kemudian dikocok

vertikal selama 10 detik dan didiamkan selama 10 menit. Terbentuk buih setinggi

1 cm. Pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N buih tidak hilang.

f. Identifikasi Steroid dan Triterpenoid (Fransworth, 1996)

Sebanyak 100 mg ekstrak dalam tabung reaksi ditambahkan 1ml etanol 70%

kemudian ditambahkan pereaksi Lieberman-Buchard, adanya steroid menunjukan

warna biru-kehijauan sedangkan triterpenoid menunjukkan warna merah, merah

muda, atau ungu.

3.4.3 Pengujian Parameter Spesifik dan Non Spesifik

1. Parameter Spesifik (Depkes RI, 2000)

a. Identitas

Meliputi deskripsi tata nama (nama ekstrak, nama latin tumbuhan, bagian

tumbuhan yang digunakan, nama tumbuhan Indonesia) dan dapat mempunyai

senyawa identitas. Tujuannya untuk memberikan identitas objektif dari nama dan

spesifik dari senyawa identitas.

b. Organoleptik

Meliputi penggunaan panca indra untuk mendeskripsikan bentuk (padat,

serbuk-kering, kental, cair, dll), warna (kuning, coklat, dll), bau (aromatic, tidak

berbau, dll), rasa (pahit, manis, kelat, dll). Dengan tujuan untuk pengenalan awal

yang sederhana.

2. Parameter Non Spesifik Ekstrak (Farmakope Herbal, 2009; Depkes

RI,2000)

a. Parameter Kadar Air

Pengukuran kandungan air yang berada didalam bahan, dilakukan dengan

cara yang tepat diantara cara titrasi, destilasi atau gravimetrik. Cara kerja

menggunakan gravimetri yaitu masukan 1,5 gram ekstrak dan ditimbang saksama

dalam wadah yang telah ditara. Keringkan pada suhu 105oC selama 5 jam dan

ditimbang. Lanjutkan pengeringan dan timbang setelah 1 jam sampai perbedaan

(selisih) antara dua penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25%.

Page 45: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

% Kadar air = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 −𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙𝑥 100%

b. Kadar abu

Bahan dipanaskan pada temperatur dimana senyawa organik dan turunannya

terdestruksi dan menguap, sehingga menyisakan unsur mineral dan anorganik.

Ditimbang 2 gram ekstrak dengan seksama ke dalam krus yang telah ditara,

dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, diinginkan dan ditimbang. Jika

dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas, aduk, saring

melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan kertas saring beserta sisa penyaringan

dalam krus yang sama. Masukan filtrat ke dalam krus, uapkan dan pijarkan hingga

bobot tetap, timbang. Kadar abu total dihitung terhadap berat bahan uji.

% Kadar Abu Total = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑏𝑢

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙𝑥 100%

3.4.4 Penyiapan Hewan Uji

Tikus jantan galur Sprague-Dawley diaklimatisasi di Animal House

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta selama 1 minggu.

Diberikan makan dan minum ad libitum. Ekstrak etanol 70% daun pacing (Costus

spiralis) diberikan secara oral menggunakan sonde sekali setiap hari selama 48

hari dengan dosis seperti tertera pada tabel rancangan percobaan (Tabel 3.1).

Dosis yang tertera merupakan hasil konversi dosis 25,50, dan 75 mg/kgBB pada

mencit ke tikus (Adnan, 2000).

1. Kelompok I diberikan suspensi Natrium CMC 0,5%.

2. Kelompok II ekstrak etanol 70% daun pacing 12,5mg/kgBB yang

disuspensikan ke dalam Natrium CMC 0,5%.

3. Kelompok III ekstrak etanol 70% daun pacing 25mg/kgBB yang disuspensikan

ke Natrium CMC 0,5%.

4. Kelompok IV ekstrak etanol 70% daun pacing 37,5mg/kgBB yang

disuspensikan ke dalam Natrium CMC 0,5%.

3.4.5 Pembuatan Preparat

Setelah 48 hari, masing-masing hewan coba dikorbankan untuk diambil

organ testisnya. Tikus dibius dengan eter, kemudian dibedah. Diambil bagian

Page 46: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kauda epididimis dan dihitung jumlah spermatozoa kemudian bagian testis

diambil untuk ditimbang dan dibuat preparat. Untuk mendapatkan sperma di

dalam sekresi epididimis dilakukan dengan cara sebagai berikut: kauda epididimis

diambil dan diletakkan ke dalam cawan petri yang berisi NaCl 0,9%. Kemudian

epididimis di plurut dalam wadah yang berisi NaCl fisiologis 0,9% tersebut

disebut sebagai larutan stok yang digunakan untuk mengetahui kualitas dan

kuantitas spermatozoa. Suspensi sperma dari epididimis yang telah diperoleh

dapat digunakan untuk pengamatan konsentrsi spermatozoa (Hartini, 2011).

Untuk jaringan testis yang telah diambil, difiksasi dalam larutan Bouin dan

dibiarkan selama kurang lebih 24 jam. Kemudian dilakukan pencucian, yaitu

mencuci organ dengan alkohol 70% yang dilakukan berulang-ulang selama

kurang lebih 30 menit. Hal ini bertujuan agar warna kuning (larutan Bouin)

berkurang atau tampak jernih. Jaringan didehidrasi dalam larutan alkohol

bertingkat dari alkohol 70%, 80%, 96% dan alkohol absolut selama kurang lebih 1

jam untuk menarik molekul air yang keluar dari jaringan. Selanjutnya, jaringan

dijernihkan dengan larutan benzil benzoat selama 24 jam, lalu dalam benzil

sebanyak 2 kali 15 menit sampai jaringan tampak jernih atau transparan (Ilyas,

2007).

Setelah itu, dilakukan infiltrasi dengan parafin dalam beberapa tahap, yaitu

jaringan direndam dalam parafin I selama 30 menit, parafin II selama 60 menit,

dan parafin III selama 90 menit. Infiltrasi dilakukan dalam oven dengan suhu

56oC-58

oC. Perlakuan berikutnya adalah penanaman jaringan dalam parafin cair

lalu diletakkan dalam kotak kertas sesuai dengan ukuran masing-masing jaringan

yang akan ditanam. Kotak kertas yang telah berisi jaringan dimasukkan dalam

lemari es dan dibiarkan membeku (Kusmana, 2001).

Selanjutnya, pemotongan jaringan setebal 3-6µm dengan menggunakan

pisau mikrotom putar dan hasil irisam ditempelkan pada kaca objek. Preparat pada

kaca objek dipanaskan sampai jaringan mengembang dengan sempurna. Sebelum

jaringan diwarnai, sediaan direndam dalam xilol selama 5 menit sebanyak 2 kali.

Hal tersebut bertujuan agar sisa parafin yang masih merekat pada jaringan dapat

dihilangkan. Xilol dihilangkan dengan merendam jaringan pada larutan alkohol

bertingkat dari konsentrasi tinggi turun secara bertahap (100%, 90%, 80%, dan

Page 47: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

70%) masing-masing selama 3 menit. Untuk perwarnaan dilakukan dengan

hematoksilin dan eosin (HE). Jaringan yang telah diwarnai dijernihkan dengan

xilol selama 5 menit agar jaringan tampak lebih cerah. Pada tahap akhir, jaringan

testis pada kaca objek diberi entelan dan ditutup dengan kaca penutup sehingga

dapat dilakukan pengamatan.

3.4.6 Pengukuran Parameter

1. Perhitungan konsentrasi spermatozoa

Perhitungan konsentrasi spermatozoa dilakukan dengan cara mengambil

spematozoa pada kauda epididimis. Spermatozoa yang didapat diletakan dalam

cawan penguap yang berisi cairan NaCl sebanyak 500µl. Spermatozoa

dimasukkan ke dalam kamar Neubauer (Hemasitometer) sampai kamar Neubaurer

terisi rata. Kemudian dihitung jumlah spermatozoa pada salah satu kamar hitung

Neubauer dan selanjutnya ditentukan pengenceran yang akan dilakukan dan

jumlah kotak yang akan dihitung (Tabel 3.2) (Ilyas, 2007).

Tabel 3.2. Pengenceran yang Dilakukan dan Kotak yang Dihitung

No Jumlah Spermatozoa dalam 1

kotak

Faktor

Pengenceran

Kotak Kecil

yang Dihitung

1. > 40 50 kali 5

2. 15-40 20 kali 10

3. ≤15 10 kali 25

Dari jumlah spermatozoa yang diketahui, maka dilakukan pengenceran

spermatozoa berdasarkan jumlah spermatozoa yang terhitung (Ilyas, 2007).

Tabel 3.3. Cara Pengenceran

No Pengenceran Pembuatan Pengenceran

1. 50 kali a. 980µL larutan George + 20µL spermatozoa

b. 2.450µL Larutan George + 50µL spermatozoa

2. 20 kali 950µL larutan George + 50µL spermatoza

3. 10 kali a. 900 µL larutan George + 100µL spermatozoa

b. 450 µL larutan George + 50µL spermatozoa

Setelah pengenceran, dilakukan perhitungan spermatozoa dengan jumlah

kotak yang dihitung sesuai dengan jumlah spermatozoa dan cara pengenceran

Page 48: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pada tabel 3.3. Kemudian dilakukan pengukuran konsentrasi spermatozoa sesuai

rumus dibawah ini (Ilyas, 2007).

Konsentrasi spermatozoa = n x 10.000x Fp x 25

𝑘x vNaCl (3.2)

Keterangan :

N = jumlah spermatozoa yang dihitung

10.000 = volume kamar hitung Neubauer

Fp = Faktor pengenceran

25 = total kotak kecil yang terdapat alam kamar hitung

Neubauer

K = kotak kecil yang dihitung pada saat pengamatan

vNaCl = volume NaCl fisiologis (ml) yang digunakan untuk

membantu mengeluarkan spermatozoa dari kauda epididimis.

Perhitungan konsentrasi spermatozoa (juta/ml) dapat terlihat dari tabel 3.4

berikut.

Tabel 3.4. Rumus Konsentrasi Spermatozoa

No Jumlah kotak yang dihitung Rumus Konsentrasi

Spermatozoa

1. 5 nx 10.000x 50x5x0,5

2. 10 nx 10.000x 20x2,5x0,5

3. 25 nx 10.000x 10x1x0,5

2. Konsentrasi testosteron

Selama 48 hari tikus diberikan perlakuan dengan cara memberikan ekstrak

etanol 70% daun pacing per oral. Pada hari ke- 0 dan 49 dilakukan pengambilan

darah melalui vena lateral ekor sebanyak ±1ml, kemudian dimasukkan ke dalam

tube. Darah dalam tube disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm untuk

memisahkan serum yang akan digunakan untuk mengukur konsentrasi testosteron

tikus. Serum kemudian disimpan dalam freezer suhu -20oC sampai hari ke-49.

Pengukuran konsentrasi hormon testosteron serum dilakukan di laboratorium

dengan menggunakan ELISA testosteron dari DRG international pada hari ke-49.

Kadar hormon minimal yang terdeteksi pada kit adalah 0,086 ng/ml. Prosedur

Page 49: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pengukuran hormon dilakukan berdasarkan intruksi manual yang disertakan

dalam kit (Krishna, 2012).

Prosedur pengukuran kadar testosteron menggunakan kit ELISA, larutan

standar, kontrol dan sampel, dipipet masing-masing sebanyak 25µL ke dalam

wells. Enzyme conjugate dipipet sebanyak 200µL ke dalam setiap wells, kemudian

dicampurkan selama 10 detik. Hal yang penting adalah larutan tahap pencampuran

hingga selesai. Campuran tersebut kemudian dinkubasi selama 60 menit pada

suhu ruangan (tanpa penutup plate), wells kemudian digoyangkan dengan cepat.

Wells diteteskan dengan wash solution (400µL), wells diletakan di atas kertas

penyerap untuk menghapus sisa tetesan. Substrate solutions sebanyak 200µL

ditambahkan ke dalam wells. Setelah itu diinkubasi selam 15 menit pada suhu

ruangan. Penghentian reaksi enzimatik dilakukan dengan penambahan stop

solution sebanyak 100µL ke dalam setiap wells. Tentukan nilai absorbansi setiap

wells pasda 450 ±10nm dengan microtiter plate reader dengan waktu yang

direkomendasikan untuk membaca absorbansi setiap wells adalah 10 menit setelah

penambahan stop solution.

3. Pengamatan Morfologi (Inversk Research et al, 2000)

Morfologi sperma dapat diamati pada sediaaan apus dengan perwarnaan

eosin Y 1%. Suspensi sperma sebanyak 50µL dimasukkan ke dalam tabung

reaksi, kemudian ditambahkan 300µL eosin Y 1% kemudian dikocok perlahan.

Sperma diinkubasi pada suhu kamar selama 45-50 menit kemudian

diresuspensikan dengan pipet tetes.

Pemeriksaan morfologi sperma dilakukan dengan membedakan bentuk

sperma normal dan abnormal dari 200 sperma yang diamati. Pengamatan

dilakukan di bawah mikroskop dengan pembesaran 400-1000 kali.

4. Jumlah Spermatosit Pakiten

Pada tubulus seminiferus diukur diameter tubulus seminiferus dan sel

germinal dari tahapan I sampai XI yang dikelompokan pada tahapan (Stage) I-VI,

VII-VIII, 1X-XI dan XII-XIV dari epitel seminiferus. Pengamatan dilakukan di

bawah mikroskop optik. Tahapan I-VI dilihat dari membran menuju lumen

Page 50: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terdapat spermatogonium, fase transisi, pakiten dan spermatid fase golgi (1-3) dan

cap (4-7) serta spermatid fase maturasi (15 dan 19). Tahapan VII-VIII terdapat

spermatogonium, pakiten, spermatid (round spermatid, cap 2/3 dari inti sel) dan

spermatozoa dilepaskan ke lumen dengan ekor mengarah ke lumen. Tahapan IX-

XI terdapat spermatogonium, pakiten dan spermatid fase 9, 10, 11 dengan head

cap dan nukleus mulai memanjang. Tahapan XII-XIV terdapat spermatogonium,

pakiten dan diaknesis, spermatid fase akrosom (12-14) terlihat nukleus

memanjang dan akrosom 2/3 dari sitoplasma (Azrifitria,2012). Analisis kuantitatif

perhitungan jumlah spermatosit pakiten hanya dilakukan pada tubulus seminiferus

yang mengalami spermatogenesis pada tahap VII-VIII pada testis bagian kanan.

3.5 Analisa Data

Hasil percobaan yang dianalisis untuk melihat adanya perbedaan yang nyata

pada konsentrasi testosteron, konsentrasi spermatozoa, jumlah spermatosit

pakiten, dan morfologi spermatozoa dari masing-masing kelompok tikus

perlakuan. Analisis data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program

pengolahan data statistik SPSS 16 yang meliputi uji normalitas, uji homogenitas,

uji parametrik (one-way ANOVA, Paired Sample T-Test), atau uji non-

parametrik (Kruskal Wallis).

Page 51: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Determinasi Tanaman

Determinasai dilakukan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya, LIPI

Bogor. Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman uji adalah benar tanaman

pacing (Costus spiralis) suku Zingeberaceae. Surat pernyataan hasil determinasi

dapat dilihat pada Lampiran 1.

4.1.2 Ekstraksi

Penyiapan simplisia dilakukan di Ballitro, Bogor. Sebanyak 8 kg daun

pacing (Costus spiralis) segar dirajang dan dihaluskan hingga didapat 1 kg serbuk

daun pacing (Costus spiralis) yang diperoleh dari Mega Mendung Cisarua, Bogor

pada 31 Oktober 2014. Serbuk daun pacing (Costus spiralis) dimaserasi sebanyak

9 kali berulang dengan menggunakan pelarut etanol 70% sebanyak 8 L hingga

dihasilkan maserat yang berwana lebih bening daripada maserat awal.. Ekstrak

etanol 70% daun pacing (Costus spiralis) yang diperoleh kemudian dipekatkan

dengan vcuum rotary evaporator. Ekstrak etanol 70% daun pacing yang didapat

belum menjadi ekstrak kental sehingga dilakukan freeze dry di Laboratorium

Fitokimia Universitas Indonesia selama 10 hari. Ekstrak kental yang diperoleh

sebanyak 77 gram dengan rendemen 7,7%. Perhitungan rendemen dapat dilihat

pada Lampiran 7.

4.1.3 Penapisan Fitokimia

Penapisan fitokimia ekstrak etanol 70% daun pacing (Costus spiralis)

dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder. Hasil penapisan

fitokimia ekstrak etanol 70% daun pacing (Costus spiralis) ditunjukkan pada tabel

4.1.

35

Page 52: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.1 Hasil Penapisan Fitokimia ekstrak etanol 70% daun pacing

(Costus spiralis)

Penapisan Fitokimia Hasil

Alkaloid 1. Tidak terbentuk endapan putih dengan

penambahan reagen Meyer (negatif)

2. Tidak terbentuk endapan kuning dengan penambahan

reagen Dragendrof (negatif)

Tanin Terbentuk warna hijau kecoklatan (positif)

Saponin Terbentuk buih yang tidak hilang (positif)

Flavonoid Terbentuk warna kuning (positif)

Terpen Terbentuk warna hijau (positif)

Steroid

Triterpenoid

1. Tidak terbentuk warna biru-kehijauan (negatif)

2. Tidak terbentuk warna merah, merahmuda atau ungu

(negatif)

4.1.4 Pengujian Parameter Ekstrak

Hasil pengujian parameter spesifik dan non spesifik ekstrak etanol 70%

daun pacing (Costus spiralis) dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Pengujian Parameter Ekstrak Etanol 70% Daun Pacing (Costus spiralis)

Parameter Hasil

Parameter Spesifik Identitas ekstrak

a. Nama latin tumbuhan

b. Bagian tumbuhan

yang digunakan

c. Nama Indonesia

tumbuhan

Costus spiralis

Daun

Pacing

Organoleptik

a. Bentuk

b. Warna

c. Bau

Kental

Coklat kehitaman

Khas

Parameter Nonspesifik Kadar air 18,667 %

Kadar abu 22,327%

4.1.5 Perhitungan Konsentrasi Spermatozoa

Perhitungan konsentrasi spermatozoa ekstrak etanol 70% daun pacing

(Costus spiralis) menggunakan kamar hitung Neubauer. Data hasil perhitungan

Page 53: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

konsentrasi spermatozoa ekstrak etanol 70% daun pacing (Costus spiralis) dapat

dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Perhitungan Konsentrasi Spermatozoa Ekstrak Etanol 70% Daun Pacing

(Costus spiralis) Kelompok Rerata Konsentrasi Spermatozoa (10

6/ml) ±SD

Kontrol 15,12± 1,83

Dosis 12,5 mg/kgBB 15,00± 1,45

Dosis 25 mg/kgBB 14,95 ±3,95

Dosis 37,5 mg/kgBB 12,6 2± 2,50

Hasil perhitungan konsentrasi spermatozoa menunjukkan adanya penurunan

konsentrasi seiring dengan peningkatan dosis ekstrak etanol 70% daun pacing

(Costus spiralis) yang diberikan pada hewan uji (gambar 4.1).

Gambar 4.1. Konsentrasi Spermatozoa Ekstrak Etanol 70% Daun Pacing (Costus

spiralis)

Data hasil perhitungan menggunakan one-way ANOVA. Hasil varian

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan secara bermakna (p≥0,05) antara dosis

12,5mg/kgBB, 25mg/kgBB, dan 37,5mg/kgBB terhadap kontrol. Hasil analisis

statistik dapat dilihat pada Lampiran 10.

11.000

11.500

12.000

12.500

13.000

13.500

14.000

14.500

15.000

15.500

Kontrol Dosis 12,5mg/kgBB

Dosis 25mg/kgBB

Dosis 37,5mg/kgBB

Ko

nse

ntr

asi S

per

mat

ozo

a (1

06 /

mL)

Kelompok Uji

Konsentrasi Spermatozoa

Page 54: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.1.6 Perhitungan Morfologi Spermatozoa

Perhitungan abnormalitas morfologi spermatozoa ekstrak etanol 70%

daun pacing (Costus spiralis) menggunakan preparat apus. Data hasil perhitungan

morfologi spermatozoa dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4. Perhitungan Mofologi Spermatozoa Ekstrak Etanol 70% Daun Pacing

(Costus spiralis) Kelompok Rerata Abnormalitas Morfologi Spermatozoa (%) ±SD

Kontrol 12,22± 0,58

Dosis 12,5 mg/kgBB 27,15± 2,15

Dosis 25 mg/kgBB 23,12 ±1,56

Dosis 37,5 mg/kgBB 25,72± 0,92

Hasil perhitungan abnormalitas morfologi spermatozoa menunjukkan

adanya peningkatan abnormalitas morfologi spermatozoa terhadap kontrol.

Peningkatan abnormalitas morfologi spermatozoa tidak sebanding dengan

peningkatan dosis ekstrak etanol 70% daun pacing (Costus spiralis) yang

diberikan pada hewan uji (gambar 4.2).

Gambar 4.2. Abnormalitas Morfologi Spermatozoa Ekstrak Etanol70% Daun

Pacing (Costus spiralis)

Data hasil perhitungan morfologi spermatozoa abnomal kemudian diolah

menggunakan Kruskal-Wallis yang menunjukkan terjadi perbedaan secara

0

5

10

15

20

25

30

Kontrol Dosis 12,5mg/kgBB

Dosis 25mg/kgBB

Dosis 37,5mg/kgBB

% m

orf

olo

gi

sper

mat

ozo

a ab

norm

al

Kelompok Uji

Abnormalitas Morfologi Spermatozoa

Page 55: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

bermakna (p≤0,05). Hasil dari Kruskal Wallis dilanjutkan uji LSD yang

menunjukkan terjadi perbedaan bermakna (p≤0,05).antara masing-masing dosis

yaitu 12,5mg/kgBB, 25mg/kgBB, dan 37,5mg/kgBB terhadap kontrol. Hasil

perbandingan antara dosis 12,5mg/kgBB, 25mg/kgBB, dan 37,5mg/kgBB tidak

menunjukkan perbedaan secara bermakna (p≥0,05). Peningkatan abnormalitas

morfologi spermatozoa menunjukkan adanya gangguan pada proses

spermatogenesis. Hasil analisis statistik dapat dilihat pada Lampiran 11.

4.1.7 Perhitungan Konsentrasi Testosteron

Perhitungan konsentrasi testosteron serum pada hari ke-0 dan ke-49

dilakukan menggunakan ELISA kompetitif. Data hasil perhitungan konsentrasi

testosteron pada hari ke-0 dan ke-49 dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Perhitungan Konsentrasi Testosteron Ekstrak Etanol 70% Daun Pacing

(Costus spiralis) Kelompok Rerata Konsentrasi Testosteron (ng/ml)±SD

H-0 H-49

Kontrol 3,79±0,70 2,39±0,77

Dosis 12,5 mg/kgBB 4,49±1,93 2,63±0,41

Dosis 25 mg/kgBB 1,83±0,32 4,25±0,98

Dosis 37,5 mg/kgBB 3,51±0,86 4,96±1,54

Hasil perhitungan konsentrasi testosteron pada hari ke-0 dan 49 pada

masing-masing kelompok uji mengalami penurunan dan peningkatan konsentrasi

testosteron (gambar 4.3).

Page 56: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.3. Perhitungan Konsentrasi Testosteron Ekstrak Etanol 70% Daun

Pacing (Costus spiralis)

Hasil data perhitungan konsentrasi testosteron pada hari ke-0 dan 49 diuji

menggunakan Paired-Sample T-Test. Pada kelompok kontrol dan dosis

12,5mg/kgBB terjadi penurunan konsentrasi testosteron antara hari ke-0 dan hari

ke-49 secara tidak bermakna (p≥0,05) yang diuji menggunakan Paired-Sample T-

Test. Kelompok uji 25mg/kgBB dan 37,5 mg/kgBB mengalami peningkatan

konsentrasi testosteron antara hari ke-0 dan hari ke-49. Kelompok uji 25mg/kgBB

dan dosis 37,5 mg/kgBB terjadi peningkatan konsentrasi testosteron secara tidak

bermakna (p≥0,05) yang diuji dengan menggunakan Paired-Sample T-Test.

Penurunan dan peningkatan konsentrasi testosteron pada hari ke-0 dan hari ke 49

masih memperlihatkan dalam rentang normal konsentrasi testosteron serum. Hasil

analisis statistik dapat dilihat pada Lampiran 14.

4.1.8 Perhitungan Jumlah Spermatosit pakiten

Perhitungan jumlah spermatosit pakiten ekstrak etanol 70% daun pacing

(Costus spiralis) dilihat dari histologi testis bagian kanan dengan melihat lima

tubulus seminiferus tahap VII-VIII per tikus. Data hasil perhitungan jumlah

spermatosit pakiten dapat dilihat pada tabel 4.6.

0

1

2

3

4

5

6

Kontrol Dosis 12,5mg/kgBB

Dosis 25mg/kgBB Dosis 37,5mg/kgBB

Ko

nse

ntr

asi T

esto

ster

on

(ng/

mL)

Kelompok Uji

H-0

H-49

Page 57: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.6 Perhitungan Jumlah Spermatosit Pakiten Ekstrak Etanol 70% Daun

Pacing (Costus spiralis) Kelompok Uji Rerata jumlah Spermatosit pakiten ±SD

Kontrol 50,12 ± 1,42

Dosis 12,5 mg/kgBB 32,52 ± 1,40

Dosis 25 mg/kgBB 32,72 ± 1,31

Dosis 37,5 mg/kgBB 36,68 ± 2,34

Ekstrak etanol 70% daun pacing (Costus spiralis) mempengaruhi jumlah

spermatosit pakiten. Hasil perhitungan jumlah spermatosit pakiten pada kelompok

hewan uji mengalami penurunan terhadap kontrol (gambar 4.3).

Gambar 4.4. Perhitungan Jumlah Spermatosit pakiten Ekstrak Etanol 70% Daun

Pacing (Costus spiralis)

Data hasil perhitungan jumlah spermatosit pakiten kemudian diolah

menggunakan ANOVA yang menunjukkan terjadi perbedaan secara bermakna

(p≤0,05). Hasil dari ANOVA dilanjutkan uji LSD yang menunjukkan terjadi

perbedaan bermakna (p≤0,05) antara masing-masing dosis yaitu 12,5mg/kgBB,

25mg/kgBB, dan 37,5mg/kgBB terhadap kontrol. Penurunan jumlah spermatosit

pakiten menunjukkan adanya gangguan pada proses spermatogenesis. Hasil

analisa statistik jumlah spermatosit pakiten dapat dilihat pada Lampiran 16.

0

10

20

30

40

50

60

Kontrol Dosis 12,5 mg/kgBB

Dosis 25 mg/kgBB

Dosis 37,5 mg/kgBB

Sp

em

ato

sit

Pa

kit

en

Kelompok Uji

Spermatosit Pakiten

Page 58: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.2 Pembahasan

Tanaman pacing (Costus spiralis) memiliki potensi sebagai efek

antifertilitas. Bagian yang digunakan dalam penelitian adalah daun pacing (Costus

spiralis). Daun pacing diperoleh dari Mega Mendung Cisarua, Bogor. Daun

pacing (Costus spiralis) diserbukkan di Ballitro. Determinasi tanaman dilakukan

di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya, LIPI Bogor, menunjukan bahwa

tanaman yang digunakan adalah Costus spiralis.

Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi. Pemilihan pemakaian

metode maserasi karena mudah, dan sederhana dalam proses pembuatan ekstrak.

Metode maserasi digunakan untuk menarik senyawa-senyawa yang tidak tahan

panas. Pelarut yang digunakan adalah etanol 70%. Etanol 70% digunakan untuk

menarik senyawa-senyawa semi polar dan polar. Filtrat hasil maserasi yang

didapat kemudian dipekatkan menggunakan vacuum rotary evaporator untuk

menguapkan pelarut 70% yang untuk menghasilkan ekstrak kental. Pemekatan

ekstrak dengan vacuum rotary evaporator menghasilkan ekstrak yang masih cair,

sehingga dilanjutkan menggunakan freeze dry di Universitas Indonesia dengan

suhu -41oC sampai memperoleh ektrak kental. Parameter ekstrak kental pada

ekstrak etanol 70% daun pacing (Costus spiralis) adalah tidak adanya pelarut dan

ekstrak tidak bisa dituangkan pada saat wadah dibalikan.

Penyiapan simplisia dilakukan di Ballitro, Bogor. Sebanyak 8 kg daun

pacing (Costus spiralis) segar dirajang dan dihaluskan hingga didapat serbuk

daun pacing (Costus spiralis) sebanyak 1 kg yang selanjutnya dimaserasi

menggunakan etanol 70 %. Ekstrak kental yang didapat sebanyak 77 gram. Hasil

rendemen ekstrak etanol 70% daun pacing (Costus spiralis) adalah 7,7%.

Pemeriksaan parameter spesifik dan non spesifik dilakukan pada ekstrak

etanol70% daun pacing (Costus spiralis). Pemeriksaan paramater spesifik berupa

identitas dan organoleptis. Parameter non spesifik yang dilakukan adalah kadar air

dan kadar abu. Tujuannya untuk memberikan batasan minimal atau rentang

tentang besarnya kandungan air di dalam bahan (Depkes RI, 2000). Kadar air

yang dihasilkan adalah 18,667%. Kadar air pada ekstrak etanol 70% daun pacing

(Costus spiralis) melebihi persyaratan yaitu >10%. Kadar air yang tinggi

kemungkinan tanaman pacing (Costus spiralis) yang tumbuh di sekitar rawa

Page 59: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menyebabkan tumbuhan ini menarik lebih banyak air. Pemeriksaan kadar abu

bertujuan untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal

yang berasal dari proses awal sampai terbentuk ekstrak (Depkes RI, 2000). Hasil

penetapan kadar abu ekstrak etanol 70% daun pacing (Costus spiralis) adalah

22,327%. Kadar abu pada ekstrak etanol 70% daun pacing (Costus spiralis)

memiliki kadar yang tinggi dimana hasil ini menunjukkan kemungkinan

kandungan mineral juga tinggi. Mineral yang mempengaruhi proses

spermatogenesis adalah Zn, Se, Mn, Cr, dan Fe. Mineral Zn berhubungan dengan

stimulasi hormon androgen (Suharyati, 2006). Pemberian Zn >25mg/kg per hari

pada tikus dapat menyebabkan gangguan fertilitas (IRIS, 2005). Konsentrasi Se

yang tinggi pada testis merupakan hal yang esensial untuk mempengaruhi fungsi

testis. Mineral Mn diperlukan untuk sintesis steroid seperti progesteron, estrogen

dan testosteron. Chromium (Cr) dapat berpengaruh secara signifikan terhadap

pematangan folikular dan pengeluaran LH (Kumar,2011). Mineral besi (Fe)

memiliki peran dalam perkembangan sel germinal (Griswold, 1998). Pada

penelitian ekstrak etanol 70% daun pacing (Costus spiralis) tidak dilakukan

pengukuran kadar mineral lebih lanjut sehingga belum diketahui mineral yang

mempengaruhi proses spermatogenesis.

Tikus yang digunakan sebagai bahan uji adalah tikus Sprague-Dawley

jantan berumur 2,5-3 bulan. Pemilihan strain Sprague-Dawley karena strain ini

paling sering digunakan untuk penelitian dan memiliki karakteristik sistem

reproduksi yang paling baik, memliki sifat yang tenang dan mudah dikontrol .

Hewan uji coba dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu kelompok kontrol Na

CMC 0,5%, dosis rendah (12,5mg/kgBB), dosis sedang (25mg/kgBB), dan dosis

tinggi (37,5 mg/kgBB). Setiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. Berat badan

hewan uji coba diukur setiap hari sekali untuk menghitung volume ekstrak yang

akan diberikan.

Hasil skrining fitokimia menunjukkan adanya saponin, tanin, dan flavonoid

yang diduga memiliki efek antifertilitas. Menurut Asmaliyah (2010), daun pacing

(Costus spiralis) juga mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu alkaloid,

akan tetapi pada penapisan alkaloid menghasilkan hasil yang negatif. Hasil

penapisan fitokima yang negatif diduga karena perbedaan tempat tumbuh tanaman

Page 60: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pacing (Costus spiralis). Saponin yang terkandung pada ekstrak etanol 70% daun

pacing adalah diosgenin. Menurut Natural Standard (2015) genus Costus

merupakan sumber diosgenin. Diosgenin merupakan prekusor dari sintetis

kontrasepsi oral, hormon seks (progesterone dan estrogen), dan steroid lainnya

(Crabbe, 1979; Pazhanichamy et al, 2012). Tanin dapat menyebabkan

penggumpalan sperma. Data sel spermatogenesis memperlihatkan bahwa

pembentukan sel spermatogonia menjadi spermatosit, spermatid menjadi

spermatozoa mengalami penghambatan (Susetyarini, 2009). Efek dari senyawa

metabolit sekunder dapat terlihat pada pengamatan uji ekstrak etanol 70% daun

pacing (Costus spiralis) yang dilakukan terhadap konsetrasi spermatozoa,

konsentrasi testosteron, morfologi spermatozoa, dan jumlah spermatosit pakiten.

Spermatozoa diperoleh dari kauda epididimis. kauda epididimis merupakan

tempat pematangan spermatozoa sebelum diejakulasikan. Kauda epididimis yang

diambil kemudian diletakkan di dalam larutan NaCl 0,9%. Larutan NaCl 0,9%

berfungsi untuk mempertahankan daya hidup (viabilitas) spermatozoa di luar

tubuh tikus. Larutan NaCl fisiologis digolongkan sebagai bahan pengencer

(extender) yang sering digunakan karena larutan ini dapat memberikan sifat

buffer, mempertahankan pH semen dalam suhu kamar, bersifat isotonis dengan

cairan sel, melindungi spermatozoa terhadap cold shock dan penyeimbang

elektron yang sesuai (Simbolon, 2013).

Aktivitas fertilitas tergantung pada kualitas sperma seperti konsentrasi sel

sperma, motilitas, viabilitas, dan juga morfologi spermatozoa. Epididimis

berperan aktif dalam perkembangan dan maturasi spermatozoa (Ghosal, 2013).

Konsentrasi spermatozoa dihitung dengan kamar hitung Neubauer.

Berdasarkan hasil data parametrik One-Way ANOVA terlihat adanya penurunan

konsentrasi spermatozoa seiring peningkatan dosis walaupun penurunannya tidak

bermakna secara statistik (p≥0,05). Penurunan jumlah spermatozoa yang

dihasilkan pada tikus Sprague-Dawley jantan tergantung pada besarnya gangguan

yang terjadi selama spermatogenesis yang dapat dipengaruhi oleh dua faktor (i)

faktor endogen yaitu hormonal, psikologis dan genetik, dan (ii) faktor eksogen

meliputi suhu, vitamin dan gizi (Gupta, 2005). Konsentrasi spermatozoa dapat

dipengaruhi oleh faktor usia tikus Sprague-Dawley jantan yang digunakan. Pada

Page 61: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tikus kontrol konsentrasi spermatozoa adalah 15,125 juta/ml. Konsentrasi pada

kelompok kontrol masih dapat dikatakan fertil. Menurut Guzick (2001),

konsentrasi 13,5-48,0 x 106/ ml termasuk intedeterminate range fertile .

Konsentrasi spermatozoa yang jumlahnya sedikit kemungkinan pada pembelian

tikus yang dipilih adalah tikus berusia 2,5-3 bulan, akan tetapi perlakuan untuk

pemberian ekstrak pada tikus dilakukan pada tikus berusia ± 5 bulan. Menurut

Lucio et al (2013), perbandingan usia pada tikus berusia 3 bulan, 12 bulan, dan 24

bulan mengalami penurunan konsetrasi spermatozoa yang bermakna (p≤0,05).

Hasil data diatas menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% daun pacing

(Costus spiralis) tidak mempengaruhi konsentrasi spermatozoa pada tikus

Sprague-Dawley jantan. Hasil penelitian ekstrak etanol 70% daun pacing (Costus

spiralis) dibandingkan dengan hasil penelitian Sari (2013) dimana pemberian

infusa 10% daun pacing (Costus speciosus) yang dapat menurunkan jumlah

spermatozoa pada mencit selama 14 hari. Konsentrasi spermatozoa yang tidak

dipengaruhi kemungkinan waktu pemberian ekstrak etanol 70% daun pacing

(Costus spiralis) pada tikus Spargue-Dawley jantan membutuhkan waktu yang

lebih lama.

Pengamatan kedua yaitu morfologi spermatozoa abnormal pada tikus

Sprague-Dawley jantan. Morfologi spermatozoa dikatakan abnormal apabila

preparat yang dlihat di bawah mikroskop terdiri dari tanpa kepala, leher patah,

kepala pipih (flattened head), dan ekor patah (Inversk, 2000). Berdasarkan hasil

non-parametrik uji Kruskal-Wallis adanya perbedaan secara bermakna (p≤0,05)

antara dosis kontrol dengan dosis 12,5 mg/kgBB, 25 mg/kgBB, dan

37,5mg/kgBB. Dosis yang efektif memberi peningkatan morfologi spermatozoa

abnormal yaitu dosis 12,5 mg/kgBB. Hasil tersebut dapat dilihat adanya

perbedaan mean pada tabel LSD antara dosis 12,5 mg/kgBB paling tinggi

terhadap kontrol dibandingkan dosis 25 mg/kgBB dan 37,5 yang dibandingkan

terhadap kontrol. Kelompok kontrol memiliki abnormalitas morfologi

spermatozoa sebesar 12,225%. Karakteristik morfologi pada tikus normal

memiliki abnormalitas yaitu 10-20% (Davies, 2014). Dari data abnormalitas

morfologi spermatozoa pada kelompok kontrol masih masuk dalam rentang

karakteristik normal. Menurut Saba (2009);Widiyani (2006), peningkatan

Page 62: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

abnormalitas morfologi spermatozoa dapat disebabkan adanya kerusakan di dalam

tubulus seminiferus serta pada saat spermatozoa meninggalkan tubulus

seminiferus dan selama perjalannya melalui epididimis. Peningkatan morfologi

spermatozoa abnormal dapat menurunkan angka fertilitas (Ghasol,2013). Setiap

sperma yang mempunyai morfologi spermatozoa abnormal tidak dapat membuahi

ovum (Widiyani, 2006).

Pada penelitian Sari (2013), infusa 10% daun pacing (Costus speciosus)

pada mencit jantan tidak mempengaruhi persentase abnormalitas morfologi

spermatozoa, sedangkan pada penelitian yang dilakukan dengan pemberian

ekstrak etanol 70% daun pacing (Costus spiralis) meningkatkan abnormalitas

morfologi spermatozoa pada tikus Sprague-Dawley jantan. Pada penelitian

metoda infusa 10% kemungkinan senyawa saponin yang terkandung pada daun

pacing (Costus speciosus) berkurang karena saponin merupakan senyawa yang

labil terhadap panas (Chaturvedi, 2012). Perbedaan lamanya pemberian ekstrak

juga dapat mempengaruhi aktivitas antifertilitas dimana pemberian infusa 10%

daun pacing (Costus speciosus) dilakukan selama 14 hari.

Jumlah spermatozoa yang dihasilkan testis tidak cukup untuk mendiagnosa

fertil atau infertil. Jumlah spermatozoa adakalanya yang normal tetapi bila

memiliki morfologi dan kecepatan yang kurang baik akan bisa menyebabkan

seseorang infertil. Jumlah spermatozoa yang sedikit tapi memiliki morfologi dan

kecepatan normal kemungkinan masih dapat dikatakan fertil (Guyton 1997).

Parameter ketiga yang dilakukan adalah perhitungan konsentrasi testosteron

menggunakan ELISA. Penurunan dan peningkatan testosteron dapat terlihat pada

masing-masing kelompok uji antara hari ke-0 dan 49. Menurut Alpco Dignostics

(2013), rentang konsentrasi testosteron serum normal pada tikus adalah 0,66-5,4

ng/ml. Pada kelompok kontrol mengalami penurunan konsentrasi testosteron yang

tidak bermakna (p≤0,05). Kelompok uji 12,5mg/kgBB mengalami penurunan

konsentrasi testosteron yang tidak bermakna (p≤0,05). Peningkatan konsentrasi

testosteron terjadi pada kelompok uji 25mg/kgBB secara tidak bermakna

(p≤0,05). Pada kelompok uji 37,5mg/kgBB mengalami peningkatan yang tidak

bermakna (p≤0,05). Hasil analisa diuji dengan Paired-Sample T-Test.

Page 63: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ekstrak etanol 70% daun pacing (Costus spiralis) dapat menurunkan dan

meningkatan konsentrasi testosteron serum, akan tetapi penurunan dan

peningkatan konsentrasi testosteron serum yang terjadi masih dalam rentang tikus

normal. Testosteron disekresikan dari kolesterol di Sel Leydig di bawah pengaruh

luteinizing hormone (LH) (Mc.Lachlan, 1996). Penghambatan sekresi

gonadotropin pitutiari dapat mengannggu proses spermatogenesis yang meliputi

penurunun diameter tubulus seminiferus dan nuklear sel Leydig serta perubahan

jumlah sel yang bermakna (Kachhawa, 2012). Hasil penelitian pemberian ekstrak

etanol 70% daun pacing (Costus spiralis) pada tikus Sprague-Dawley jantan

menunjukkan bahwa tidak terjadi penurunan libido yang dilihat dari hasil

testosteron serum yang normal.

Peningkatan dan penurunan konsentrasi testosteron diduga dipengaruhi oleh

senyawa metabolit sekunder yaitu flavonoid dan saponin (diosgenin). Flavonoid

menghambat enzim aromatase yaitu enzim yang mengkatalis konversi androgen

menjadi estrogen yang akan meningkatkan hormon testosteron (Susetyarini,

2009). Diosgenin dapat meningkatakan sintetis progesteron dan estrogen dalam

tubuh. Progesteron memiliki efek fisiologis terhadap frekuensi pelepasan LH yaitu

menurunkan frekuensi pulsa hipotalamik. Efek umpan balik steroid ini, bersama

dengan aktivitas intrinsik pembangkit pulsa GnRH hipotalamik, menghasilkan

pulsa LH yang kecil dan menyebabkan penurunan FSH yang akan menghambat

sel Sertoli mensintesis ABP (Androgen Binding Protein) (Crabbe, 1979;

Goodman and Gilman, 2003; Rafiqa, 2013).

Peningkatan kadar hormon testosteron juga dapat menimbulkan efek umpan

balik negatif pada hipotalamus dan hipofisis anterior. Produk FSH yang terhenti

atau berkurang karena efek umpan balik negatif tersebut maka spermatogenesis

menjadi terhenti dan akibatnya jumlah sel-sel spermatogenik menjadi berkurang

(Widiyani, 2006). Mekanisme umpan balik negatif merupakan cara kerja

kontrasepsi hormonal yang dapat menghambat pematangan spermatogonia

(Nuraini, 2012).

Page 64: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.5. Proses Spermatogenesis (Matthiesson, 2006)

Parameter keempat yang diuji adalah perhitungan jumlah spermatosit

pakiten pada tahap VII-VIII. Pengamatan jumlah sel spermatosit pakiten

dilakukan dengan melihat lima tubulus seminiferus setiap tikus, sehingga dalam

satu kelompok diamati 25 tubulus seminiferus. Tahap VII-VIII dipilih karena

pada tahap ini memiliki protein yang paling besar dalam proses spermatogenesis

(Delmas, 1993). Sel germinal pada tahap VII juga dipengaruhi oleh hormon

(O’Donnell, 1996).

Spermatosit pakiten memodulasi sekresi faktor protein sel Sertoli yang

menstimulasi streoidogenesis pada sel Leydig (Cook, 1997). Hasil uji ANOVA

untuk spermatosit pakiten terjadi penurunan secara bermakna (p≤0,05) antara

dosis 12,5mg/kgBB, 25mg/kgBB, dan 37,5mg/kgBB terhadap kontrol. Penurunan

Page 65: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

jumlah spermatosit pakiten menunjukkan adanya gangguan pada proses

spermatogenesis (Kalla, 1996). Penurunan jumlah spermatosit pakiten dapat

dipengaruhi oleh penurunan konsentrasi testosteron (Haschek, 2013), akan tetapi

pada penelitian ini tidak terjadi penurunan konsentrasi testosteron yang bermakna.

Hubungan topografi yang erat antara sel Leydig dengan tubulus seminiferus

sangat penting untuk memperoleh konsentrasi hormon androgen dalam tubuh. Sel

Sertoli diduga menghasilkan androgen binding protein (ABP) yang

mempertahankan konsentrasi androgen setempat tinggi di epitel tubulus

(Susetyarni, 2009). Hasil penurunan jumlah spermatosit pakiten kemungkinan

adanya penurunan jumlah androgen binding protein (ABP) sehingga terjadi

penurunan konsentrasi testosteron intratestiskular pada tubulus seminiferus.

Menurut Susetyarni (2009), bahwa obat-obatan antifertilitas pria

dikelompokan menjadi 3 berdasarkan aktifitasnya yaitu mempengaruhi fungsi

testis, menghambat spermatogenesis dengan cara mempengaruhi secara langsung

fungsi testis dan mempengaruhi daya fertilisasi spermatozoa. Penurunan jumlah

gonadotropin mempengaruhi konsentrasi testosteron intratestiskular yang dapat

menunjukkan terjadinya gangguan pada pematangan spermatogonia A menjadi B

dan proses pelepasan sperma dari epitelium seminiferus (O’Donnell, 1996).

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa kandungan ekstrak etanol 70%

daun pacing (Costus spiralis) dapat mempengaruhi proses spermatogenesis.

Terjadinya penurunan aktivitas spermatogenesis menyebabkan terjadinya

penurunan jumlah spermatosit pakiten dan peningkatan abnomalitas morfologi

spermatozoa.

Ekstrak etanol 70% daun pacing (Costus spiralis) dapat berpotensi sebagai

agen antifertilitas yang dapat dikembangkan. Mekanisme terjadinya penurunan

aktivitas spermatogenesis ini diduga efek dari kandungan diosgenin pada ekstrak

etanol 70% daun pacing (Costus spiralis). Pada penelitian ini konsentrasi

testosteron dan spermatozoa tidak mengalami penurunan, akan tetapi adanya

peningkatan abnormalitas morfologi spermatozoa dan penurunan jumlah

spermatosit pakiten kemungkinan dapat terjadi akibat mekanisme kerja dari

ekstrak etanol 70% daun pacing (Costus spiralis) yang menekan sekresi FSH

untuk menghasilkan androgen binding protein (ABP). Ekstrak etanol 70% daun

Page 66: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pacing (Costus spiralis) kemungkinan memiliki mekanisme kerja juga pada

penghambatan spermatogenesis dengan cara mempengaruhi secara langsung

fungsi testis.

Page 67: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat diambil beberapa

kesimpulan, diantaranya:

1. Pemberian ekstrak etanol 70% daun pacing (Costus spiralis) dapat

menurunkan konsentrasi spermatozoa pada tikus Sprague-Dawley

jantan secara tidak bermakna (p≥0,05).

2. Pemberian ekstrak etanol 70% daun pacing (Costus spiralis)

meningkatkan abnormalitas morfologi spermatozoa pada tikus

Sprague-Dawley jantan secara bermakna (p≤0,05).

3. Pemberian ekstrak etanol 70% daun pacing (Costus spiralis) dapat

menurunkan dan meningkatkan konsentrasi testosteron serum pada

tikus Sprague-Dawley jantan secara tidak bermakna (p≥0,05).

4. Pemberian ekstrak etanol 70% daun pacing (Costus spiralis)

menurunkan konsentrasi jumlah spermatosit pakiten pada tikus

Sprague-Dawley jantan secara bermakna (p≤0,05).

Ekstrak etanol 70% daun pacing (Costus spiralis) berpotensi sebagai agen

antifertilitas.

5.2 Saran

Penelitian ini perlu dikembangkan lebih lanjut mengenai potensi ekstrak

etanol 70% daun pacing (Costus spiralis) sebagai antifertilitas dengan

menambahkan paramater perhitungan kadar FSH dan LH .

51

Page 68: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Adnan dan Halifah Pagarra. 2000. Pengaruh Ekstrak Rimpang Tumbuhan Pacing

(Costus speciosus, J.E. Smith) terhadap Fertilitas Mencit (Mus muculus )

ICR Jantan. Makasar: Universitas Negeri Makasar.

Agoes, Goeswin. 2007. Teknologi Bahan Alam. Bandung: Penerbit ITB,

pp.10-20.

Alpco Diagnostics. 2013. Mouse/Rat Testosterone ELISA for Quantitative

Determination of Testosterone in Rat and Mouse Serum and Plasma.

United States.

Arifin, Helmi dkk. 2006. Standarisasi Ekstrak Etanol Daun Eugenia cumini

Merr. Padang: Universitas Andalas.

Arini, W.D. 2012. Uji Fertilitas Ekstrak Etanol 70% Biji jarak Pagar (Jatropha

curcas L.) pada Tikus Jantan Galur Sprague Dawley secara In Vivo. UIN

Jakarta. Skripsi.

Asmaliyah dkk. 2010.Pengenalan Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati dan

Pemanfaataannya secara Tradisional . Kementerian Kehutanan Badan

Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan

Pengembangan Produktivitas Hutan.

Azrifitria., Puteri A., Susanti Ofa Betha. 2012. Pemanfaatan Limbah Biji dan

Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) sebagai Kontrasepsi Pria dan

Suplemen Minuman yang Kaya Antioksidan. Laporan Akhir Pertais.

BPOM RI. 2010. Acuan Sediaan Herbal, Volume Kelina Edisi Pertama. Jakarta.

Direktorat OAI.

Barrett, K.E, dkk. 2010. Ganong’s Review of Medical Physiology 23rd ed. USA:

McGraw Hill, pp. 519-569.

Britto, Raquel Moreira et al. 2011. Aqueous fraction from Costus spiralis (Jacq)

Roscoe Leaf Reduces Contractility by Impairing Th Calcium Inward

Current in The Mammalian Myocardium. Brazil: Universidade Federal de

Sergipe. Journal of Etnopharmacology.

Brunton, L. Laurence et al. 2006. Goodman & Gilman’s The Pharmacological

Basis of Therapeutics Elventh Edition.USA: The McGraw Hill.

Chaturvedi, Shivani et al. 2012. Effect of Processing Conditions on Saponin

Content and Antioxidant Activity of Indian Varieties of Soybean (Glycine

max Linn). India: Indian Institute Technology. Annals of Phytomedicine

An International Journal.

Cook, C. Edger et al. Hexahydroindenopyridine Compounds Having

Antispermatogenic Activity. US.

Page 69: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Countinho, Elsimar Metzker. 2002. Review Article Gossypol: A Contraceptive for

Men. Brazil: University of Bahia. J. Contraception.

Crabbe, P. 1979. Some Aspects of Steroid Research Based on Natural Product

from Plant Origin. Belgium. J.Soc.Chim.

Crowter, John R. 2009. The ELISA Guidebook Second Edition. UK: Human Press.

Dahliana. 2009. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Akseptor KB Kondom di

Wilayah Kerja Puskesmas Sekip RT. 08 dan RT. 09 Kelurahan Sekip Jaya

Palembang Tahun 2009.

Davies, Olufunke Ola et al. 2014. Spermatozoa Morphology and Characteristics

of Spondias mombin L. (Anacardiaceae) Protected Male Wistar Rats

Exposed to Sodium Arsenite. Nigeria: University of Ibadan. Journal of

Veterinary Medicine and Animal Health.

Delmas V. et al. 1993. Induction Of CREM Activator Proteins In Spermatid:

Down Stream Targets And Impication For Haploid Germ Cell

Differentation. Perancis. J.Mol.Endocrinol.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III.

Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Materi Medika Indonesia Jilid

VI. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan

Obat. Jakarta: Direktorat Jendral POM-Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI. 2009. Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Diktorat

Jendral POM-Depkes RI.

Djufri dkk. 2013. Biodiversitas. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.

Farnsworth, N.R. 1966. Biological and Phytochemical Screening of Plants.

Journal of Pharmaceutical Sciences, 55 (3), pp. 225-276.

Fauzi Mohd. 2009. Pengklasifikasian Sperma Normal dan Abnormal daripada

Suspensi Sperma Tikus Sprague-Dawley. USM. Tesis.

Ghosal, Subhasish et al. 2013. Jussiaea repens (L) induced Morphological

Alterations in Epididymal Spermatozoa of Rat. India: Presidency

University.

Goodman and Gilman. 2003. Dasar Farmakologi Terapi. Jakarta: EGC.

Griswold, Michael D. 1998. The Central Role of Sertoli Cells in Spermatogenesis.

USA: Academic Press.

Gupta S. et al. 2005. Lipid Peroxide Levels and Antioxidant Status in Alcoholic

Liver Disease. India. Ind. J. Clinic Biochem.

Page 70: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Guyton, AC, Hall JE. 1997. Buku ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta:

EGC.

Guzick, David S. et al. 2001. Sperm Morphology, Motility, and Concentration

Fertile and Infertile Men. England. The New England Journal of Medicine.

Handayani, Lestari. Pil Kontrasepsi Laki-laki dengan Bahan Dasar Gandarusa

(Justicia gendarusa Burm.F). Pusat Penilitian dan Pengembangan Sistem

dan Kebijakan Kesehatan. Majalah Kedokteran Indonesia.

Hartini. 2011. Pengaruh Dekok Daun Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.)

terhadap Jumlah Kecepatan dan Morfologi Spermatozoa Tikus Putih

Jantan (Rattus norvegicus). Tesis Program Studi Ilmu Biomedik.

Haschek et al. 2013. Haschek and Rousseaux’s Handbook of Toxicologic

Pathology Third Edition. US: Elsevier.

Heffner, Linda J. Dan Danny J. Schust. 2006. At A Glance Sistem Reproduksi.

Jakarta: Erlangga.

Http://www.herbalisnusantara.com/tanamanobat/2-077.pdf. 22 Februari 2015.

Http://loadbalanced.naturalstandard.com/index-abstract.asp?create-

abstract=costus.asp&title=Costus%20spp. 3 April 2015.

Http://www.sageresearchlabs.com/research-models/outbred-rats/sprague-dawley-

outbred-rat. 3 Februari 2015

Hess, R. A. 1999. Spermatogenesis Overview. Encyclopedia of Reproduction

Volume 4. Urbona: Academic Press.

Ilyas, S. 2007. Azoospermia dan Pemulihannya Melalui Regulasi Apoptosis Sel

Spermatogenik Tikus (Rattus sp) Pada Penyuntikan Kombinasi TU &

MPA. Disertasi.

Inveresk Research, Huntingdon Life Sciences., Sequani., Glaxo Wellcome. 2000.

Rat Sperm Morphogical Assesment Guidline Document.

IRIS. 2005. Toxicological Review of Zinc and Compounds. US: EPA.

Jagtap, Sanjay dan Rajendra Satpute. 2014. Phytochemical Screening and

Antioxidant Ativity of Rhizome Extracts of Costus spieciosus (Koen.)

J.E.Smith. India: Journal of Academia and industrial Research (JAIR).

Kachhawa, J.B.S et al. 2012. Screening of Isolated Fraction of Dendrophtoe

falcata Methanol Stem Extract for its Effects on Reproductive Function of

Male Rats International. India. Journal of Pharmaceutical Sciences and

Drug Research.

Kalla, N. R. et al. 1996. Regulation of Male Fertility by Pyrimenthamine in Adult

mice. India: Springer-Verlag. Journal of Experimental Medicine.

Kariardi, Ismu. 1996. Uji Toksisitas Akut (LD50) Infusa Rimpang Pacing (Costus

Page 71: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

speciosus (Koen.) J.E. Smith) pada Mencit Betina secara Intraperitoneasl.

Surabaya: Universitas Surabaya. Skripsi.

Krinke, J.G. 2000. The Labratory Rat 1st Edition. United States: Academic Press.

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Infodatatin: Situasi dan Analisis Keluarga

Berencana. Jakarta.

Kusmana, D. 2001. Pengaruh Penyutikan Kombinasi Hormon Testosteron dan

Enathat (TE) dan Depot Medroksiprogesteron Asetat terhadap

Spermatogenesis Beruk Jantan (Macaca nemestrina) yang Diberi Pakan

Berkadar Protein Lemak, Karbohidrat Berbeda. Disertasi. Program Pasca

Sarjana FKUI.

Kumar, Sudhir. 2011. Importance of Micro Minerals in Reproductive

Performance of Livestock. India. J.Veterinary World.

Krishnam Tanga Kumari. 2012. Antifertility Ativity of Whole Plant Extract of

Sarcostemma secamone L Bennet on Male Albino Rats. International

Research Journal of Pharmacy.

Lucio, Rosa Angelica et al. 2013. Sperm Count and Sperm Motility Decrease in

Old Rats. Mexico: Elsevier. Journal Phsiology&Behavior.

Matthiesson, Kati L. et al. 2006. Male Hormonal Contraception: Concept Proven

Product in sight?. Oxford University Press. Journal of Human

Reproduction Update Vol. 12.

Mclachlan, R.I. et al. 1996. The Endocrine Regulation of Spermatogenesis:

Independent Roles for Testosterone and FSH. Journal of Endocrinology.

Nuraini, Tuti dkk. 2012. Penyuntikan Ektrak Biji Carica papaya L. Varietas

Cibinong pada Macaca fascicularis L. Dan Kualitas Spematozoa serta

Kadar Hormon Testosteron. Indonesia: Universitas Indonesia.

O’Donnel, Liza et al. 1996. Testosterone Withdrawal Promote Stage Specific

Detachment Of Round Spermatid From The Rat Seminiferous Epitelium.

Australia. Biology of Reproduction.

Pawar, V.A dan P.R. Pawar. 2014. Costus speciosus: An Important Medical Plant.

India: Departement of Biotechnology, Padmashri Vikhe Patil College,

Loni, Pravaranagar, Ahmednagar,Maharashtra. International Journal of

Science and Research (LISR).

Pazhanichamy, Kalailingam et al. 2012. Isolation, Characterization and

Quantification of Diosgenin from Costus Igneus. Budapest: Akademia

Klado. Journal of Planar Chromatography.

Perez, Celno et al. 2008. Antibacterial Effect of Costus spiralis Leaves Extract on

Pathogenic Strains of Vibrio cholerae. Portugal. Revista CENIC Ciencias

Biologicas, Vol.39.

Page 72: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Rafiqa dkk. 2013. Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Terung Belanda (Solanum

battacerum) terhadap Morfologi dan Motiitas Spermatozoa Mencit (Mus

musculus) Galur Ddy. Sulawesi Tengah: Universitas Tadulako. e-JipBiol.

Ramya, B. Shiney dan P. Ganesh. 2012. Phytochemical Analysis and

Comparative Effect Of Cinnamomum Zeylanicum, Piper Nigrum and

Pimpinella Anisum With Selected Antibiotics and Its Antibacterial

Activity against Enterobacteriaceae Family. India: Departement of

Microbiology, Annamalai University, Annamalai Nagar.International

Journal of Pharmaeutical&Biological Archives.

Rahayu, Mulyati, dkk.2006. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Tradisional oleh

Masyarakat Lokal di Pulau Wawonii, Sulawesi Tenggara. Bogor:

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Rudiawati, Ika, S. dkk. 2006. Formulasi Sediaan Tablet Ekstrak Gossypium

herba sebagai Alternatif Kontrasepsi Pria. Jember: Universitas Jember.

Saba, Adebowale Bernard et al. 2009. Spermatozoa Morphology and

Characteristics of Male Wistar Rats Adminstered with Ethanolis Extract of

Lagenaria breviflora Roberts. Nigeria: University of Ibadan. African

Journal of Biotechnology.

Sari, Ika Puspita, dkk. 2013. Infusa Daun Pacing Costus speciosus (Koen.) J.E

Smith Sebagai Penghambat Jumlah dan Kualitas Spermatozoa pada

Mencit Jantan BALB/C. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Trad.Med.J.

Shajeela, P.S, et al. 2011. Antifertility of Ethanol Extract of Dioscorea seculenta

(L.) Schott on Male Albino Rats. International Journal of PharmaTech

Research 3 (2), pp. 946-954.

Sherwood L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem (edisi ke-2). Jakarta :

EGC.

Simbolon, Indra dkk. 2013. Persentase Spermatozoa Hidup pada Tikus Wistar

dan Sprague-Dawley. Banda Aceh: Universita Syiah Kuala.

Speroff L, Glass RH, Kase NG. 1999. Clinical Endocrionology and Infertility.

Edition 6. Philadelphia, Wiliam and Wilkins L:1075-1076.

Suckow, M.A, Weisbroth, S.H., Franklin, C.L. 2006. The laboratory Rat (Second

Edition). USA: Elsevier Inc., pp. 113.

Suharyati. 2006. Pengaruh Penambahan Vitamin E dan Mineral Zn terhadap

Kualitas Semen serta Fertilitas dan Daya Tetas Telur Kalkun Lokal.

Bandar Lampung: Universitas Lampung. J. Indon.Trop.Anim.Agric.

Susetyarini, Eko. 2009. Efek Senyawa Daun Beluntas terhadap Kadar Testosteron

Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan. Malang: Universitas

Muhamadiyah Malang.

Page 73: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Verma, Nitin dan R.L. Khosa. 2012. Development of standardization parameters

of Costus spiralis Rhizomes with Special Reference to Its

Pharmacological and HPTLC Studies. India: Asian Pacific Journal of

Tropical Biomedicine.

Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Alih Bahasa Drs. Soendani

Noerono Soewandhi. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta, pp. 577-578.

Walker, John M. dan Ralph Rapley. 2008. Molecular Biomethods Handbook. UK:

Human Press.

Widiyani, Tetri. 2006. Efek Antifertiltas Ekstrak Akar Som Jawa (Talinum

paniculatum Gaertn) pada Mencit (Mus musculus L.) Jantan. Solo: UNS.

World Health Organization. 2000. General Guidelines for Methodologies on

Research and Evaluation of Traditional Medicine. Geneva: World Health

Organization, pp. 28.

Page 74: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Hasil Determinasi Tanaman Pacing (Costus spiralis)

Page 75: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Surat Keterangan Kesehatan Hewan

Page 76: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Daun pacing

Daun pacing segar sebanyak 8kg dikumpulkan

Daun pacing disortasi basah

Daun pacing dicuci

Daun pacing dirajang

Daun pacing dikeringkan

Serbuk simplisia daun pacing yang didapat

sebanyak 1kg

Daun pacing dimaserasi dengan 8L etanol 70% berulang sebanyak 9x

Ekstrak cair

Ekstrak kental yang didapat 77 gram

Pembuatan suspensi ekstrak dengan konsentrasi

Lampiran 3. Alur Penelitian

Alur Kerja Pembuatan Ekstrak

Dideterminasi

Dihaluskan

menggunakan

blender dan

diayak terhadap

ukuran 40 mesh

Dipekatkan dengan

rotary evaporator

kemudian

dipekatkan kembali

dengan freeze dry

Penapisan fitokimia

dan uji parameter

spesifik dan non

spesifik

Page 77: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Alur Kerja Uji Antifertilitas

Dua puluh tikus jantan strain Sprague-Dawley

Aklimitasi selama 1 minggu

Dikelompokan secara acak (@dosis 5 ekor)

Kelompok kontrol (Na CMC 0,5%)

Pemberian larutan Na CMC pada tikus peroral selama 48

hari

Pada hari ke-49 tikus dikorbankan dan

diambil organ reproduksinya

Kauda epididimis

pengukuran spermatozoa

Pengukuran Morfologi

Spermatozoa

Kelompok dosis 12,5mg/kgBB, kelompok dosis 25 mg/kgBB, dan

kelompok dosis 37,5 mg/kgBB

Pemberian ekstrak pada tikus peroral

selama 48 hari

Pada hari ke-0 dan 49 tikus diambil darahnya 1 ml dari vena lateral ekor

Sentrifugasi

Serum, disimpan dalam freezer - 20oC

Hari ke 49 tikus dikorbankan dan

diambil organ reproduksinya

Serum diukur konsentrasi

testosteron dengan kit ELISA

Testis

Dibuat preparat histologi

Pengamatan tahapan

spermatogenesis

Analisa Data

Page 78: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Perhitungan Dosis Ekstrak Etanol 70% Daun Pacing (Costus

spiralis)

Perhitungan konversi dosis dari mencit ke tikus

Human Equivalent Dose (HED) = Dosis hewan (Dh) x 𝑘𝑚 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛

𝑘𝑚 𝑚𝑎𝑛𝑢𝑠𝑖𝑎

a. Dosis Tinggi (37,5 mg/kgBB)

Dosis mencit = 75mg/kgBB

HED = 75 x 3

37= 6,081 mg/kgBB

Dosis tikus

6,081 = Dh x 6

37

Dh = 37,5 mg/kgBB

b. Dosis Sedang ( 25mg/kgBB)

Dosis mencit = 50 mg/kgBB

HED = 50 x 3

37= 4,054 mg/kgBB

Dosis tikus

4,054 = Dh x 6

37

Dh = 25 mg/kgBB

c. Dosis Rendah (12 mg/kgBB)

Dosis mencit = 25 mg/kgBB

HED = 25 x 3

37= 2,027 mg/kgBB

Dosis tikus

2,027 = Dh x 6

37

Dh = 12,5 mg/kgBB

Perhitungan Volume Administrasi Oral (VAO)

VAO (mL) =Dosis

mg

kgBB 𝑥 𝐵𝐵 (𝑘𝑔)

𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 (𝑚𝑔

𝑚𝐿)

a. Dosis Tinggi (37,5 mg/kgBB)

1 mL = 37,5

mg

kgBB 𝑥 0,25 (𝑘𝑔)

𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 (𝑚𝑔

𝑚𝐿)

Page 79: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Konsentrasi = 9,375 mg/mL

Suspensi ekstrak dibuat secara berkala setiap 50 mL, maka ekstrak yang

dibutuhkan sebanyak :

Ekstrak (mg) = konsentrasi (mg/mL) x Volume (mL)

Ekstrak = 9,375 mg/mL x 50 mL

= 468,75 mg

b. Dosis Sedang (25 mg/kgBB)

1 mL = 25

mg

kgBB 𝑥 0,25(𝑘𝑔)

𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 (𝑚𝑔

𝑚𝐿)

Konsentrasi = 6,25mg/mL

Suspensi ekstrak dibuat secara berkala setiap 50 mL, maka ekstrak yang

dibutuhkan sebanyak :

Ekstrak (mg) = konsentrasi (mg/mL) x Volume (mL)

Ekstrak = 6,25mg/mL x 50 mL

= 312,5 mg

c. Dosis Rendah (12,5 mg/kgBB)

1 mL = 12 ,5

mg

kgBB 𝑥 0,25(𝑘𝑔)

𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠 𝑖 (𝑚𝑔

𝑚𝐿)

Konsentrasi = 3,125mg/mL

Suspensi ekstrak dibuat secara berkala setiap 50 mL, maka ekstrak yang

dibutuhkan sebanyak :

Ekstrak (mg) = konsentrasi (mg/mL) x Volume (mL)

Ekstrak = 3,125 mg/mL x 50 mL

= 156,25 mg

Page 80: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 70% Daun Pacing

(Costus spiralis)

No Identifikasi

Golongan

Senyawa

Perlakuan Gambar Hasil

Uji

Keterangan

1 Alkaloid 100 mg ekstrak+

1ml etanol 70%+

1 mL HCl 2N +

9mL aquades dipanaskan

selama 2 menit,

dinginkan,

kemudian

disaring filtrat

dibagi menjadi 2

tabung

ditambahkan

masing-masing

reagen Meyer

dan Dragendrof

- Tidak

terbentuk

endapan

putih ada penambahan

reagen

Meyer dn

endapan

kuning pada

penambahan

reagen

Dragendrof

2 Tanin 500mg ekstrak+ 2ml etanol 70%

2mL ekstrak

+ 0,1% FeCl3

+ Terbentuk warna hijau

kecoklatan

3 Flavonoid 100 mg ekstrak+

1ml etanol 70%+

+ serbuk Mg+

HCl pekat tetes demi tetes

+ Terbentuk

warna

kuning

4 Saponin 100 mg ekstrak+

1ml etanol 70%+

10 mL air

panas

didinginkan

kocok 10 detik didiamkan

selama 10

menit

terbentuk buih

+1 HCl 2N

+ Terbentuk

buih yang

tidak hilang

sebesar 1 cm

Page 81: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5 Steroid dan

triterpenoid

100 mg ekstrak+

1ml etanol 70%+

+ Pereaksi

Libermann-

Boucard

- Tidak

terbentuk

warna biru-

kehijauan

atau warna

merah

6 Terpen 100 mg ekstrak+

1ml etanol 70%

dilarutkan

dalam 1mL eter

pada plate tetes

diuapkan

hingga kering

diteteskan

larutan pereaksi (2 tetes asam

asetat anhidrat+

1 tetes H2SO4)

+ Terbentuk

warna hijau

Page 82: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6. Perhitungan Rendemen, Kadar Air, dan Kadar Abu Ekstrak

Etanol70% Daun Pacing (Costus spiralis)

1. Perhitungan rendemen

Berat Ekstrak = 77 g

Berat Simplisia = 1000 g

% Rendemen = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐸𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎x 100%

= 77 𝑔

1000 𝑔x 100%

= 7,7 %

2. Perhitungan Kadar Air

W1 = Berat ekstrak = 1,0735 g

W2 = Berat ekstrak setelah di oven = 0,8731 g

% Kadar Air = 𝑊1−𝑊2

𝑊1x 100%

= 1,0735−0,8731

1,0735x 100%

= 18, 667%

3. Perhitungan Kadar Abu

W1 = Bobot Cawan + Ekstrak setelah Pemanasan (g) = 25,5218 g

W0 = Bobot Cawan Kosong (g) = 25,1832 g

B = Bobot Sampel Awal (g) = 1,5174 g

% Kadar Abu = 𝑊1−𝑊0

𝐵x 100%

= 25,5218−25,183

1,5174x 100%

= 22, 327%

Page 83: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Gambar Kegiatan Penelitian

Penyiapan Simplisia dan Pembuatan Ekstrak Etanol 70% daun pacing

(Costus spiralis)

Gambar 5.1

Pohon pacing

(Costus spiralis)

Gambar 5.2

Serbuk daun pacing (Costus

spiralis)

Gambar 5.3

Serbuk daun pacing

(Costus spiralis)

dimaserasi

Gambar 5.4

Proses penyaringan

hasil maserasi

Gambar 5.5

Hasil maserasi

daun pacing

(Costus spiralis) sebelum di

evaporasi

Gambar 5.6

Pemekatan ekstrak

etanol 70% daun pacing (Costus

spiralis) terhadap vacuum

rotary evaporator

Gambar 5.7

Pemekatan ekstrak

etanol 70% terhadap

Freeze dry

Gambar 5.8

Ekstrak kental etanol

70% daun pacing

(Costus spiralis)

Gambar 5.9

Suspensi Na

CMC0,5%

Gambar 5.10

Suspensi Na CMC 0,5% dan

ekstrak daun pacing dosis 12,5 mg/kgBB

Gambar 5.11

Suspensi Na CMC

0,5% dan ekstrak

daun pacing dosis 25 mg/kgBB

Gambar 5.12

Suspensi Na CMC 0,5% dan ekstrak

daun pacing dosis

37,5 mg/kgBB

Page 84: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Penyiapan Hewan Coba

Gambar 5.13

Hewan uji

Gambar 5.14

Hewan uji ditimbang

Gambar 5.15

Penyondean ekstrak

Etanol 70% daun pacing

(Costus spiralis)

Gambar 5.16

Hewan uji dikorbankan

Gambar 5.17

Pembedahan hewan uji

Gambar 5.18

Kauda epididimis

Pengambilan Darah

Gambar 5.19

Pengambilan darah dari vena lateral

ekor

Gambar 5.20

Serum belum dipisahkan. Serum darah yang

berwarna kuning bening

Gambar 5.21

Serum dipisahkan

Page 85: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengukuran Konsentrasi Spermatozoa

Gambar 5.22 Spermatozoa dikeluarkan dari

kauda epididimis

Gambar 5.23 Spermatozoa diambil sedikit

dari kauda epididimis kemudian

diteteskan pada bilik Neubaurer

Gambar 5.24

Spermatozoa dihitung dalam 1 kotak

besar sebelum dilakukan pengenceran

terhadap mikroskop perbesaran 400x

Gambar 5.25

Pengenceran spermatozoa

terhadap Larutan George

Gambar 5.26

Pengenceran spermatozoa

diteteskan ke bilik Neubaurer

Gambar 5.27

Perhitungan kotak yang dihitung

untuk konsentrasi spermatozoa

disesuaikan terhadap pengenceran

yang dilakukan dan dilihat di bawah

mikroskop 400x

Page 86: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Perhitungan Morfologi Spermatozoa

Gambar 5.28

Spermatozoa dikeluarkan dari

kauda epididimis

Gambar 5.29 Pewarnaan 50µL spermatozoa

terhadap 300µL Larutan Eosin

Y 1% dan diinkubasi selama 45

menit

Gambar 5.30

Pembuatan preparat apus

Gambar 5.31

Flattened head

Gambar 5.32

Normal

Gambar 5.33

Ekor patah

Gambar 5.34

Leher patah

Gambar 5.35

Tanpa kepala

Gambar 5.36

Kepala dua

Page 87: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengukuran Konsentrasi Testosteron

Gambar 5.37

Larutan Standar

Gambar 5.38

Standar, kontrol,

sampel serum

dimasukkan ke

masing-masing well

Gambar 5.39

Masing-masing well

ditambahkan enzyme

conjugate dan

diinkubasi selama 60 menit

Gambar 5.40

Proses

pembuangan isi

well

Gambar 5.41 Masing-masing well

ditambahkan wash

solution sebanyak 3x

pengulangan

Gambar 5.42

Proses pembuangan

isi well

Gambar 5.43

Masing-masing well

ditambahkan substrate solution dan diinkubasi

selama 15 menit

Gambar 5.44

Masing-masing well ditambahkan

stop solution

Gambar 5.45

Pembacaan terhadap

ELISA Reader terhadap

panjang gelombang 450

nm

Page 88: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Perhitungan Jumlah Spematosit Pakiten

Gambar 5.46

Testis

dipisahkan dari

kauda

epididimis

Gambar 5.47

Testis dimasukkan

dalam botol yang

berisi formalin

untuk pembuatan

histologi

Gambar 5.48

Histologi testis dilihat di

bawah mikroskop

Gambar 5.49

Perhitungan jumlah spermatosit pakiten pada tahap VII-VIII

Page 89: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

73

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. Rerata Berat Badan Tikus

Data berat badan tikus disajikan dalam tabel berikut

Tabel 5.1 . Rata-Rata Berat Badan Tikus

Tanggal

Tikus

Rerata Berat

Kontrol Dosis 12,5

mg/kgBB

Dosis 25

mg/kgBB

Dosis 37,5

mg/kgBB

24 /2/2015 1 302 361,86 276 288,14

2 348 342,29 273,86 256,86

3 299,43 221,86 328,29 228,71

4 221,29 303 273,43 304,71

5 330,29 319 232,86 310

Rerata ±

SD

300,20±21,70 300,34±23,28 278,89±15,17 294,60±20,73

3 /3/2015 1 298 365,86 273,43 291,57

2 348,71 324,86 267,14 351

3 296,29 221,57 328,43 228

4 223,29 307,43 272 293,71

5 291,14 319,29 231,43 310,43

Rerata ±

SD

291,49±19,99 307,80±23,96 274,49±15,53 294,94±19,84

10/3/2015 1 295,29 365 276,57 274

2 349,14 325 267,14 335

3 296,14 215,71 339,29 230,29

4 226,86 305,29 274 282,86

5 330,86 320,71 236,14 302

Rerata ±

SD

299,66±20,92 306,34±24,71 278,63±16,80 284,83±17,19

17/3/2015 1 288,29 369,57 270,57 265

2 343 331,86 255,29 338,14

3 294,86 222,14 31,14 226,14

4 226,43 307,57 265,86 282

5 332,71 310,86 242,86 279

Rerata

±SD

297,06±20,56 308,40±24,23 275,14±17,17 278,06±18,02

24 /3/2015 1 252,29 351,57 253,14 277,43

2 311,29 331,29 226,71 346,71

3 289,86 221,14 329,57 223,71

4 208,29 298,14 245,57 291,71

5 327,86 281,14 245,29 294,86

Rerata ±

SD

277,91±21,51 294,24±22,41 260,06±17,92 286,89±19,68

31/3/2015 1 258,71 354,71 263,57 287,14

2 302,86 336,43 230,14 341,29

3 288,43 227,71 334 223

4 201,43 305 255,14 289,14

5 321,43 279,14 245,57 298,57

Page 90: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

74

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Rerata

±SD

274,57±20,96 300,60±22,36 265,69±17,96 288,00±18,94

7 /4/2015 1 257,83 344,33 267,17 295,83

2 308,17 342,33 241,67 347,83

3 289,67 234,50 340,33 218,83

4 214,5 313 263,17 290,83

5 330,67 299,83 248,17 306,17

Rerata

±SD

283,77±19,61 306,80±19,98 272,10±17,69 290,92±20,85

Gambar 5.50. Berat Badan Tikus

Dari pengamatan di atas terlihat terjadi peningkatan dan penurunan berat

badan tikus selama 48 hari.

230

240

250

260

270

280

290

300

310

320

Bera

t B

ad

an

Tanggal

Kontrol

Dosis 12,5mg/kgBB

Dosis 25mg/kgBB

Dosis 37,5mg/kgBB

Page 91: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

75

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 9. Hasil Perhitungan Konsentrasi Spermatozoa Ekstrak Etanol 70%

Daun Pacing (Costus spiralis)

No

Dosis Tikus Pengenceran Jumlah

Spermatozoa

Konsentrasi

Spermatozoa

(Juta/mL)

Rata-rata

Konsent-

rasi Setiap

Tikus

(Juta/mL)

Rata-Rata

Konsente-

rasi Setiap

Kelompok

(Juta/mL)

±SD

Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri

1 Kontrol Tikus 1 50x 50x 11 14 13,75 17,50 15,62 15,13

±

1,84

Tikus 2 50x 50x 15 20 18,75 25,00 218,75

Tikus 3 50x 50x 12 11 15,00 13,75 14,37

Tikus 4 50x 50x 9 10 11,25 12,50 11,87

Tikus 5 50x 50x 8 11 10,00 13,75 11,87

2 Dosis

Rendah

(12,5m

g/kgBB

)

Tikus 1 50x 50x 9 12 11,25 15,00 13,12 15,00

±

1,45

Tikus 2 50x 50x 15 13 18,75 16,25 17,50

Tikus 3 50x 50x 9 7 11,25 8,75 10,00

Tikus 4 50x 50x 12 19 15,00 23,75 19,37

Tikus 5 50x 50x 19 5 23,75 6,25 15,00

3 Dosis

Sedang

(25mg/

kgBB)

Tikus 1 50x 50x 23 8 28,75 10,00 19,37 14,95

±

3,95

Tikus 2 20x 20x 88 16 22,00 4,00 13,00

Tikus 3 20x 20x 15 37 3,75 9,25 6,50

Tikus 4 50x 50x 26 21 32,50 26,25 29,37

Tikus 5 20x 20x 14 38 3,50 9,50 6,50

4 Dosis

Tinggi

(37,5m

g/kgB)

Tikus 1 20x 20x 16 53 4,00 13,25 8,62 12,62

±

2,51

Tikus 2 20x 20x 24 40 6,00 10,00 8,00

Tikus 3 20x 20x 20 21 5,00 5,25 5,12

Tikus 4 20x 20x 26 49 6,50 12,25 9,37

Tikus 5 20x 50x 63 15 15,75 18,75 17,25

Page 92: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

76

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. Analisis Statistik Data Konsentrasi Spermatozoa Ekstrak

Etanol70% Daun Pacing (Costus spiralis)

1. Uji Normalitas

Hasil uji normalitas Data konsentrasi spermatozoa tikus galur Sprague-

Dawley jantan.

Tujuan : Untuk melihat Data konsentrasi spermatozoa

terdistribusi normal atau tidak

Hipotesis :

a. Ho : Data konsentrasi spermatozoa terdistribusi normal

b. Ha : Data konsetrasi spermatozoa tidak terdistribusi normal

Pengambilan keputusan :

a. Jika nilai signifikasi ≥0,05, maka Ho diterima.

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05, maka Ho ditolak

Keputusan : Data konsentrasi spermatozoa tikus galur Sprague-

Dawley jantan terdistribusi normal

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

konsentrasi_sper

matozoa

N 20

Normal Parametersa Mean 13.68750

Std. Deviation 6.005138

Most Extreme Differences Absolute .087

Positive .087

Negative -.077

Kolmogorov-Smirnov Z .390

Asymp. Sig. (2-tailed) .998

a. Test distribution is Normal.

Page 93: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

77

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Uji Homogenitas

Hasil Uji Homogenitas Data Konsentrasi Spermatozoa Tikus Galur

Sprague-Dawley

Tujuan : untuk melihat Data konsentrasi spermatozoa homogen

atau tidak

Hipotesis :

a. Ho : Data konsentrasi spermatozoa bervariasi homogen

b. Ha : Data konsentrasi spermatozoa tidak bervariasi

homogen

Pengambilan Keputusan :

a. Jika nilai signifikasi ≥0,05, maka Ho diterima.

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05, maka Ho ditolak.

Hasil uji homogenitas Data konsentrasi spermatozoa tikus Sprague-

Dawley jantan.

Test of Homogeneity of Variances

konsentrasi_spermatozoa

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.581 3 16 .090

Keputusan: Data konsentrasi spermatozoa tikus galur Sprague-Dawley

bervariasi homogen

3. Uji ANOVA

Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan Data

konsentrasi spermatozoa

Hipotesis :

a. Ho : Data konsentrasi spermatozoa tidak berbeda secara

bermakna

b. Ha : Data konsentrasi spermatozoa berbeda secara

bermakna

Page 94: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

78

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengambilan Keputusan :

a. Jika nilai signifikasi ≥0,05, maka Ho diterima, berarti tidak

terdapat perbedaan.

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05, maka Ho ditolak, berarti terdapat

perbedaan

Hasil uji ANOVA Data konsentrasi spermatozoa tikus galur Sprague-

Dawley jantan

Keputusan : Data konsentrasi spermatozoa tikus Sprague- Dawley jantan

tidak berbeda secara bermakna.

ANOVA

konsentrasi_spermatozoa

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 107.416 3 35.805 .992 .422

Within Groups 577.756 16 36.110

Total 685.172 19

Page 95: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

79

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11. Hasil Perhitungan Morfologi Spermatozoa Ekstrak Etanol 70%

Daun Pacing (Costus spiralis)

No Kelompok Hewan

Uji

Jumlah

Spermatozoa

Abnormal

(dalam 2x

pengulangan)

%Sperma

Abnormal

(dalam 2x

pengulangan)

Rerata

Spermato-

zoa

Abnormal

Tiap

Tikus (%)

Rerata

Spermatozoa

Abnormal

Tiap

Kelompok

(%) ± SD Kanan Kiri Kanan Kiri

1 Kontrol

Tikus 1 17 36

8,5 18 13,25

12,22±0.59

Tikus 2 20,5 20 10,25 10 10,125

Tikus 3 30 19 15 9,5 12,25

Tikus 4 23,5 31,5 11,75 15,75 13,75

Tikus 5 22,5 24,5 11,25 12,25 11,75

2

Dosis

Rendah

(12,5mg/

kgBB)

Tikus 1 59,5 68 29,75 34 31,875

27,15±2,15

Tikus 2 53,5 48 26,75 24 25,375

Tikus 3 72,5 56 36,25 28 32,125

Tikus 4 28,5 52,5 14,25 26,25 20,25

Tikus 5 42,5 62 21,25 31 26,125

3

Dosis

Sedang

(25mg/

kgBB)

Tikus 1 60 47,5 30 23,75 26,875

23,12±1,56

Tikus 2 65 40 32,5 20 26,25

Tikus 3 41,5 45,5 20,75 22,75 21,75

Tikus 4 44,5 56 22,25 28 25,125

Tikus 5 32 43 16 21,5 18,75

4

Dosis Tinggi

(37,5mg/

kgBB)

Tikus 1 Tikus 1 67 38 33,5 19

25,72±0,93

Tikus 2 Tikus 2 48,5 42,5 24,25 21,25

Tikus 3 Tikus 3 46,5 53 23,25 26,5

Tikus 4 Tikus 4 47,5 66 23,75 33

Tikus 5 Tikus 5 57 48,5 28,5 24,25

Page 96: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

80

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 12. Analisis Statistik Data Morfologi Spermatozoa Abnormal Ekstrak

Etanol 70% Daun Pacing (Costus spiralis)

1. Uji Normalitas

Hasil uji normalitas Data morfologi spermatozoa abnormal tikus Sprague-

Dawley jantan

Tujuan : Untuk melihat Data morfologi spermatozoa

abnormal terdistribusi normal atau tidak

Hipotesis :

a. Ho : Data morfologi spermatozoa abnormal terdistribusi

normal

b. Ha : Data morfologi spermatozoa abnormal tidak terdistribusi

normal

Pengambilan keputusan :

a. Jika nilai signifikasi ≥0,05, maka Ho diterima.

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05, maka Ho ditolak

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

morfologi_sperm

a

N 20

Normal Parametersa Mean 22.21250

Std. Deviation 6.748306

Most Extreme Differences Absolute .203

Positive .145

Negative -.203

Kolmogorov-Smirnov Z .910

Asymp. Sig. (2-tailed) .380

a. Test distribution is Normal.

Keputusan : Data morfologi spermatozoa abnormal tikus

Sprague-Dawley jantan terdistribusi normal.

Page 97: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

81

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Uji Homogenitas

Hasil uji homogenitas Data morfologi spermatozoa abnormal tikus

Sprague-Dawley jantan

Tujuan : untuk melihat Data morfologi spermatozoa abnormal

homogen atau tidak

Hipotesis :

a. Ho : Data morfologi spermatozoa abnormal bervariasi

homogen

b. Ha : Data morfologi spermatozoa abnormal tidak

bervariasi homogen

Pengambilan Keputusan :

a. Jika nilai signifikasi ≥0,05, maka Ho diterima.

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05, maka Ho ditolak.

Hasil uji homogenitas morfologi spermatozoa abnormal tikus galur

spragu- dawley.

Keputusan : Data morfologi spermatozoa abnormal tikus galur

Sprague-Dawley tidak bervariasi homogen

3. Uji Kruskal-Wallis

Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan Data

morfologi spermatozoa abnormal

Hipotesis :

a. Ho : Data morfologi spermatozoa abnormal tidak

berbeda secara bermakna

b. Ha : Data morfologi spermatozoa abnormal berbeda

secara bermakna

Test of Homogeneity of Variances

morfolgi_sperma

Levene Statistic df1 df2 Sig.

3.333 3 16 .046

Page 98: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

82

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengambilan Keputusan :

a. Jika nilai signifikasi ≥0,05, maka Ho diterima, berarti tidak

terdapat

perbedaan.

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05, maka Ho ditolak, berarti terdapat

perbedaan

Hasil Uji Kruskal-Wallis Data Morfologi Spermatozoa Abnormal Tikus

Galur Sprague-Dawley

Test Statisticsb

morfologi_sperm

a

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.611

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Dosis

Keputusan : Data konsentrasi spermatozoa tikus galur Sprague-

Dawley berbeda secara bermakna.

4. Uji Multiple Comparisons tipe LSD (Least Significant Difference)

Tujuan : Untuk menentukan Data konsentrasi spermatozoa

kelompok mana yang memberikan nilai yang berbeda

secara bermakna terhadap kelompok lainnya

Hipotesis :

a. Ho : Data konsentrasi spermatozoa tidak berbeda

secara bermakna

b. Ha : Data konsentrasi spermatozoa berbeda secara

bermakna

Page 99: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

83

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengambilan keputusan:

a. Jika nilai signifikasi ≥0,05, maka Ho diterima

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05, maka Ho ditolak

Multiple Comparisons

morfologi_sperma

LSD

(I) Dosis (J) Dosis

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Dosis 0 Dosis 12.5 -14.925000* 2.068212 .000 -19.30941 -10.54059

Dosis 25 -11.525000* 2.068212 .000 -15.90941 -7.14059

Dosis 37.5 -13.500000* 2.068212 .000 -17.88441 -9.11559

Dosis 12.5 Dosis 0 14.925000* 2.068212 .000 10.54059 19.30941

Dosis 25 3.400000 2.068212 .120 -.98441 7.78441

Dosis 37.5 1.425000 2.068212 .501 -2.95941 5.80941

Dosis 25 Dosis 0 11.525000* 2.068212 .000 7.14059 15.90941

Dosis 12.5 -3.400000 2.068212 .120 -7.78441 .98441

Dosis 37.5 -1.975000 2.068212 .354 -6.35941 2.40941

Dosis 37.5 Dosis 0 13.500000* 2.068212 .000 9.11559 17.88441

Dosis 12.5 -1.425000 2.068212 .501 -5.80941 2.95941

Dosis 25 1.975000 2.068212 .354 -2.40941 6.35941

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Keputusan : Konsentrasi spermatozoa kelompok dosis 12,5 mg/kgBB,

25mg/kgBB, dan 37,5mg/kgBB berbeda secara bermakna

dibandingkan terhadap kelompok dosis kontrol (p≤0,05).

Page 100: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

84

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 13. Pengukuran Konsentrasi Testosteron Ekstrak Etanol 70% Daun

Pacing (Costus spiralis)

Data hasil pengukuran standar testosteron didapatkan Data sebagai berikut:

Konsentrasi

ng/mL

Absorbansi Rerata

Absorbansi

1/ Rerata

Absorbansi I II

0 2,927 2,764 2,8455 0,351

0,2 2,834 2,486 2,6600 0,376

0,5 2,487 2,232 2,3595 0,424

1 2,096 1,926 2,011 0,497

2 1,629 1,697 1,663 0,601

6 0,95 0,942 0,946 1,057

16 0,489 0,58 0,5345 1,871

Dari Data di atas didapatkan kurva kalibrasi sebagai berikut :

Persamaan regeresi telah didapatkan, untuk menghitung konsentrasi testosteron

dalam sampel nilai 1/ Absorbansi dimasukkan sebagai nilai x

y = 2.4245x2 + 5.127x - 2.0851R² = 0.9999

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

0 0.5 1 1.5 2

Konsentrasi

Konsentrasi

Poly. (Konsentrasi)

Page 101: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

85

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dari persamaan tersebut didapatkan konsentrasi sampel sebagai berikut:

Kelompok Absorbansi Konsentrasi

Testosteron

Rerata Konsentrasi ±

SD

H-0 H-49 H-0 H-49 H-0 H-49

Abs 1/abs Abs 1/Abs

Kontorol

1,88 0,53 1,15 4,21 1,33 4,21

3,80±0,70 2,39±0,77

1,21 0,82 1,10 4,54 3,80 4,54

1,08 0,93 1,30 3,27 4,77 3,27

0,10 1,00 2,10 0,90 5,49 0,90

1,24 0,80 1,84 1,42 3,60 1,42

Dosis

12,5mg/kgBB

1,68 0,59 1,36 0,73 1,83 2,97

4,50±1,93 2,63±0,42

1,45 0,69 1,40 0,72 2,61 2,83

1,18 0,85 1,83 0,55 4,01 1,45

1,63 0,61 1,61 0,62 1,98 2,03

0,63 1,58 1,20 0,83 12,06 3,88

Dosis

25mg/kgBB

1,63 0,615 0,93 1,07 1,98 6,32

1,83±0,32 4,254±0,978

2,18 0,46 1,17 0,85 0,78 4,07

1,73 0,58 0,94 1,07 1,69 6,16

1,42 0,71 1,19 0,84 2,74 3,94

1,64 0,61 2,12 0,47 1,94 0,87

Dosis

37,5mg/kgBB

1,68 0,60 1,40 0,72 1,83 2,83

3,51±0,86 4,96±1,54

1,27 0,79 0,66 1,50 3,45 11,11

0,88 1,13 1,24 0,81 6,80 3,63

1,42 0,70 1,26 0,79 2,71 3,50

1,42 0,70 1,22 0,82 2,72 3,73

Page 102: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

86

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 14. Analisis Statistik Konsentrasi Testosteron Ekstrak Etanol 70%

Daun Pacing (Costus spiralis)

1. Kelompok Kontrol

1.1 Uji Normalitas

Tujuan : Untuk melihat Data konsentrasi testosteron

terdistribusi normal atau tidak

Hipotesis :

a. Ho : Data konsentrasi testosteron terdistribusi normal

b. Ha : Data konsentrasi testosteron tidak terdistribusi normal

Pengambilan keputusan :

a. Jika nilai signifikasi ≥0,05, maka Ho diterima.

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05, maka Ho ditolak

Keputusan : Data konsentrasi testosteron kelompok kontol tikus

Sprague-Dawley jantan terdistribusi normal.

1.2 Paired- Samples T-Test

Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan Data

konsentrasi testosteron pada hari ke-0 dan hari ke-49

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kontrol_0 Kontrol_49

N 5 5

Normal Parametersa Mean 3.79660 2.87040

Std. Deviation 1.573654 1.637210

Most Extreme Differences Absolute .251 .211

Positive .142 .211

Negative -.251 -.197

Kolmogorov-Smirnov Z .561 .473

Asymp. Sig. (2-tailed) .911 .979

a. Test distribution is Normal.

Page 103: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

87

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hipotesis :

a. Ho : Data konsentrasi testosteron tidak berbeda secara

bermakna

b. Ha : Data konsentrasi testosteron berbeda secara

bermakna

Pengambilan Keputusan :

a. Jika nilai signifikasi ≥0,05, maka Ho diterima, berarti tidak

terdapat perbedaan.

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05, maka Ho ditolak, berarti terdapat

perbedaan

Keputusan : Data konsentrasi testosteron kelompok kontrol tikus Sprague-

Dawley jantan tidak berbeda secara bermakna.

2. Kelompok Dosis 12,5 mg/kgBB

2.1 Uji Normalitas

Tujuan : Untuk melihat Data konsentrasi testosteron

terdistribusi normal atau tidak

Hipotesis :

a. Ho : Data konsentrasi testosteron terdistribusi normal

b. Ha : Data konsentrasi testosteron tidak terdistribusi normal

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

Kontrol_0 -

Kontrol_49

.9262

00 2.853427 1.276091

-

2.616797 4.469197 .726 4 .508

Page 104: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

88

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengambilan keputusan :

a. Jika nilai signifikasi ≥0,05, maka Ho diterima.

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05, maka Ho ditolak

Keputusan : Data konsentrasi testosteron kelompok dosis 12,5mg/kgBB

tikus Sprague-Dawley jantan terdistribusi normal.

2.2 Paired- Samples T-Test

Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan Data

konsentrasi testosteron pada hari ke-0 dan hari ke-49

Hipotesis :

a. Ho : Data konsentrasi testosteron tidak berbeda secara

bermakna

b. Ha : Data konsentrasi testosteron berbeda secara

bermakna

Pengambilan Keputusan :

a. Jika nilai signifikasi ≥0,05, maka Ho diterima, berarti tidak

terdapat perbedaan.

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05, maka Ho ditolak, berarti terdapat

perbedaan

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Rendah_0 Rendah_49

N 5 5

Normal Parametersa Mean 4.49840 2.64120

Std. Deviation 4.317140 .932247

Most Extreme Differences Absolute .345 .198

Positive .345 .161

Negative -.268 -.198

Kolmogorov-Smirnov Z .771 .442

Asymp. Sig. (2-tailed) .592 .990

a. Test distribution is Normal.

Page 105: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

89

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keputusan : Data konsentrasi testosteron kelompok dosis 12,5 mg/kgBB tikus

Sprague- Dawley jantan tidak berbeda secara bermakna

3. Kelompok Dosis 25 mg/kgBB

3.1 Uji Normalitas

Tujuan : Untuk melihat Data konsentrasi testosteron

terdistribusi normal atau tidak

Hipotesis :

a. Ho : Data konsentrasi testosteron terdistribusi normal

b. Ha : Data konsentrasi testosteron tidak terdistribusi normal

Pengambilan keputusan :

a. Jika nilai signifikasi ≥0,05, maka Ho diterima.

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05, maka Ho ditolak

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

Rendah_0 -

Rendah_49

1.857

200E0 3.799922 1.699377 -2.861026 6.575426 1.093 4 .336

Page 106: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

90

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

K

e

p

u

t

u

s

a

n

:

Keputusan : Data konsentrasi testosteron kelompok dosis

25mg/kgBB tikus Sprague-Dawley jantan terdistribusi

normal.

3.2 Paired- Samples T-Test

Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan Data

konsentrasi testosteron pada hari ke-0 dan hari ke-49

Hipotesis :

a. Ho : Data konsentrasi testosteron tidak berbeda secara

bermakna

b. Ha : Data konsentrasi testosteron berbeda secara

bermakna

Pengambilan Keputusan :

a. Jika nilai signifikasi ≥0,05, maka Ho diterima, berarti tidak

terdapat perbedaan.

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05, maka Ho ditolak, berarti terdapat

perbedaan

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Rendah_0 Rendah_49

N 5 5

Normal Parametersa Mean 4.49840 2.64120

Std. Deviation 4.317140 .932247

Most Extreme Differences Absolute .345 .198

Positive .345 .161

Negative -.268 -.198

Kolmogorov-Smirnov Z .771 .442

Asymp. Sig. (2-tailed) .592 .990

a. Test distribution is Normal.

Page 107: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

91

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keputusan : Data konsentrasi testosteron kelompok dosis 25 mg/kgBB tikus

Sprague- Dawley jantan tidak berbeda secara bermakna

4. Kelompok Dosis 37,5mg/kgBB

4.1 Uji Normalitas

Tujuan : Untuk melihat Data konsentrasi testosteron

terdistribusi normal atau tidak

Hipotesis :

a. Ho : Data konsentrasi testosteron terdistribusi normal

b. Ha : Data konsentrasi testosteron tidak terdistribusi normal

Pengambilan keputusan :

a. Jika nilai signifikasi ≥0,05, maka Ho diterima.

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05, maka Ho ditolak

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

Sedang_0 -

Sedang_49

-

2.4266

00E0

2.344413 1.048454 -5.337574 .484374 -2.314 4 .082

Page 108: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

92

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keputusan : Data konsentrasi testosteron kelompok dosis 25mg/kgBB

tikus Sprague-Dawley jantan terdistribusi normal.

4.2 Paired- Samples T-Test

Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan Data

konsentrasi testosteron pada hari ke-0 dan hari ke-49

Hipotesis :

a. Ho : Data konsentrasi testosteron tidak berbeda secara

bermakna

b. Ha : Data konsentrasi testosteron berbeda secara

bermakna

Pengambilan Keputusan :

a. Jika nilai signifikasi ≥0,05, maka Ho diterima, berarti tidak

terdapat perbedaan.

b. Jika nilai signifikasi ≤0,05, maka Ho ditolak, berarti terdapat

perbedaan

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Tinggi_0 Tinggi_49

N 5 5

Normal Parametersa Mean 3.50540 4.96080

Std. Deviation 1.931323E

0 3.453753

Most Extreme Differences Absolute .310 .439

Positive .310 .439

Negative -.193 -.269

Kolmogorov-Smirnov Z .694 .981

Asymp. Sig. (2-tailed) .721 .291

a. Test distribution is Normal.

Page 109: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

93

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keputusan : Data konsentrasi testosteron kelompok dosis 37,5mg/kgBB tikus

Sprague- Dawley jantan tidak berbeda secara bermakna

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

Tinggi_0 -

Tinggi_49

-

1.4554

00E0

3.895901 1.742300 -6.292800 3.382000 -.835 4 .451

Page 110: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

94

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 15. Hasil Perhitungan Jumlah Spermatosit Pakiten Ekstrak Etanol 70%

Daun Pacing (Costus spiralis)

No Kelompok Tikus Rata-Rata Tiap

Tikus

Rata-Rata Tiap

Kelompok ± SD

1 Kontrol Tikus 1 45

50,12± 1,42

Tikus 2 53,4

Tikus 3 50,6

Tikus 4 49,8

Tikus 5 51,8

2 Dosis 12,5 mg/kgBB Tikus 1 30

32,52 ± 1,40

Tikus 2 37

Tikus 3 34,4

Tikus 4 29,6

Tikus 5 31,6

3 Dosis 25 mg/kgBB Tikus 1 30,4

32,72 ± 1,31

Tikus 2 29,6

Tikus 3 33,8

Tikus 4 32,8

Tikus 5 37

4 Dosis 37,5 mg/kgBB Tikus 1 41,4

36,68± 2,34

Tikus 2 34,8

Tikus 3 30,4

Tikus 4 42,8

Tikus 5 34

Page 111: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

95

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 16.Analisis Statistik Perhitungan Jumlah Spermatosit Pakiten Ekstrak

Etanol 70% Daun Pacing (Costus spiralis)

1. Uji Normalitas

Hasil Uji Normalitas Data Jumlah Spermatosit Pakiten Tikus Galur

Sprague-Dawley

Tujuan : Untuk melihat data perhitungan jumlah

spermatosit pakiten terdistribusi normal atau tidak

Hipotesis :

a. Ho : Data perhitungan jumlah spermatosit pakiten

terdistribusi normal

b. Ha : Data perhitungan jumlah spermatosit pakiten tidak

terdistribusi normal

Pengambilan keputusan :

c. Jika nilai signifikasi ≥0,05, maka Ho diterima.

d. Jika nilai signifikasi ≤0,05, maka Ho ditolak

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

S_pakiten

N 20

Normal Parametersa Mean 38.01000

Std. Deviation 8.132708

Most Extreme Differences Absolute .203

Positive .203

Negative -.151

Kolmogorov-Smirnov Z .910

Asymp. Sig. (2-tailed) .379

a. Test distribution is Normal.

Keputusan : Data perhitungan jumlah spermatosit pakiten tikus putih

Sprague- Dawley jantan terdistribusi normal.

Page 112: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

96

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Uji Homogenitas

Hasil uji homogenitas Data perhitungan jumlah spermatosit pakiten tikus

Sprague-Dawley Jantan

Tujuan : untuk melihat perhitungan jumlah spermatosit pakiten

homogen atau tidak

Hipotesis :

a. Ho : Data perhitungan jumlah spermatosit pakiten

bervariasi homogen

b. Ha : Data perhitungan jumlah spermatosit pakiten

tidak bervariasi homogen

Pengambilan Keputusan :

c. Jika nilai signifikasi ≥0,05, maka Ho diterima.

d. Jika nilai signifikasi ≤0,05, maka Ho ditolak.

Hasil uji homogenitas Data perhitungan jumlah spermatosit pakiten

tikus Sprague- Dawley jantan.

Keputusan: Data konsentrasi spermatozoa tikus Sprague-Dawley jantan

bervariasi homogen

3. Uji ANOVA

Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan Data

perhitungan jumlah sel spermatosit pakiten

Hipotesis :

a. Ho : Data perhitungan jumlah sel spermatosit pakiten

tidak berbeda secara bermakna

b. Ha : Data perhitungan jumlah sel spermatosit pakiten

berbeda secara bermakna

Test of Homogeneity of Variances

S_pakiten

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.700 3 16 .207

Page 113: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

97

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengambilan Keputusan :

c. Jika nilai signifikasi ≥0,05, maka Ho diterima, berarti tidak

terdapat perbedaan.

d. Jika nilai signifikasi ≤0,05, maka Ho ditolak, berarti terdapat

perbedaan

Hasil uji ANOVA Data perhitungan jumlah sel spermatosit pakiten tikus

Sprague-Dawley jantan

Keputusan : Data perhitungan jumlah sel spermatosit pakiten

Sprague- Dawley jantan berbeda secara bermakna.

4. Uji Multiple Comparisons tipe LSD (Least Significant Difference)

Tujuan : untuk menentukan Data perhitungan jumlah sel

spermatosit pakitenkelompok mana yang memberikan nilai

yang berbeda secara bermakna terhadap kelompok lainnya

Hipotesis :

a. Ho : Data perhitungan jumlah spermatosit pakiten

tidak berbeda secara bermakna

b. Ha : Data perhitungan jumlah spermatosit pakiten

berbeda secara bermakna

Pengambilan keputusan:

c. Jika nilai signifikasi ≥0,05, maka Ho diterima

d. Jika nilai signifikasi ≤0,05, maka Ho ditolak

ANOVA

S_pakiten

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1032.726 3 344.242 24.594 .000

Within Groups 223.952 16 13.997

Total 1256.678 19

Page 114: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38131/1/RIANISA... · etanol 70% daun pacing (Cotus spiralis) berpotensi sebagai agen

98

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Multiple Comparisons

S_pakiten

LSD

(I) dosis (J) dosis

Mean

Difference (I-

J)

Std.

Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower

Bound

Upper

Bound

kontrol dosis 12,5

mg/kgBB 17.600000

*

2.36617

8 .000 12.58393 22.61607

dosis 25

mg/kgBB 17.400000

*

2.36617

8 .000 12.38393 22.41607

dosis 37,5

mg/kgBB 13.440000

*

2.36617

8 .000 8.42393 18.45607

dosis 12,5

mg/kgBB

kontrol -17.600000

*

2.36617

8 .000 -22.61607 -12.58393

dosis 25

mg/kgBB -.200000

2.36617

8 .934 -5.21607 4.81607

dosis 37,5

mg/kgBB -4.160000

2.36617

8 .098 -9.17607 .85607

dosis 25

mg/kgBB

kontrol -17.400000

*

2.36617

8 .000 -22.41607 -12.38393

dosis 12,5

mg/kgBB .200000

2.36617

8 .934 -4.81607 5.21607

dosis 37,5

mg/kgBB -3.960000

2.36617

8 .114 -8.97607 1.05607

dosis 37,5

mg/kgBB

kontrol -13.440000

*

2.36617

8 .000 -18.45607 -8.42393

dosis 12,5

mg/kgBB 4.160000

2.36617

8 .098 -.85607 9.17607

dosis 25

mg/kgBB 3.960000

2.36617

8 .114 -1.05607 8.97607

*. The mean difference is significant at the 0.05

level.

Keputusan : Konsentrasi spermatozoa kelompok dosis 12,5 mg/kgBB,

25mg/kgBB, dan 37,5mg/kgBB berbeda secara bermakna

dibandingkan kelompok dosis kontrol (p≤0,05).