trend gaya hidup mahasiswi pendatang (studi kasus...
TRANSCRIPT
TREND GAYA HIDUP MAHASISWI PENDATANG
(Studi Kasus Mahasiswi Natuna Yang Tinggal Di Asrama Natuna)
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Starata I
Pada Universitas Maritim Raja Ali Haji
Oleh :
AGUSTIAN
NIM : 110569201134
PROGRAM STUDI ILMU SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2016
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. ii
ABSTRAK………………………………………………………………….iii
ABSTRACK……………………………………………………………….....iv
TREND GAYA HIDUP MAHASISWI PENDATANG
(Studi Kasus Mahasiswi Natuna Yang Tinggal Di Asrama Natuna)
Pendahuluan………………………………………………………………. 1
A. Latar belakang…………………………………………………...... 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………….... 8
C. Tujuan dan Manfaat penelitian……….…………………………... 9
1. Tujuan……………………………………………………………… 9
2. Manfaat....…………………………………………………………. 9
D. Konsep Operasional…………………………..……………………. 9
E. Metode Penelitian………………………………….………………. 11
1. Jenis penelitian…………………………...………………………… 11
2. Lokasi penelitian…………………………………………...………. 12
3. Jenis data…………………………………………………………… 12
4. Populasi dan sampel………………………………………………... 13
5. Teknik dan alat pengumpulan data………………………………... 14
6. Teknik analisa data………………………………………...………. 14
F. Kerangka Teoritis……………………..………………………...... 15
G. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……………………………..... 21
H. Hasil Penelitian dan Pembahasan…………………………………. 23
I. Penutup……………………...……………………………………... 32
Daftar Pustaka
iii
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh asumsi dasar mengenai pola hidup
konsumtif mahasiswi yang tinggal di Asrama Natuna Provinsi Kepulauan Riau,
terkait dengan realitas di lapangan diketahui bahwa pola hidup konsumtif
mahasiswi tersebut merupakan sebuah perubahan mengenai gaya hidup untuk
menambah penambilan agar lebih tampil menarik sehingga menjadi mahasiswi
cendrung mengarah keprilaku konsumtif dalam membeli barang, yang didukung
oleh faktor pertemenan serta budaya hidup di tempat yang baru. Padahal tidak
semua mahasiswi tersebut yang berasal dari keluarga mampu, namun mereka
lebih dikatagorikan berasal dari keluarga kurang mampu yang mendapat kiriman
perbulannya hanya berkisar 500 ribu- 700 ribu perbulan. Oleh karena itu dapat
dirumuskan permasalahan yaitu bagaimana trend gaya hidup mahasiswa
pendatang yang tinggal di asrama Natuna.
Dalam penelitian ini lebih menggunakan tinjauan pustaka yang dikemukan
oleh David Chaney yang melihat gaya hidup berkaitan dengan pola tindakan yang
membedakan antar satu orang dengan orang lain, pola tindakan tersebut
diantaranya pola kunsumsi, pola penampilan, pola hiburan. Tujuan dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui trend gaya hidup mahasiswa pendatang
yang tinggal di asrama Natuna. Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian kualitatif. Informan dalam penelitian ini adalah mahasiswi yang
tinggal di Asrama Natuna yang lebih centrung memiliki tingkat konsumtif
berlebihan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara
dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide). Analisis data
digunakan dengan model metodologi penelitian kualitatif Miles and Huberman
yaiatu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, kesimpulan dan verifikasi.
Untuk memenuhi pola konsumsi mahasiswa lebih ditinjau dari
memberlanjakan uang yaitu mahasiswa yang tinggal di Asrama Natuna lebih
cendrung mengeluarkan uang untuk sesuatu hal yang ingin di dapat agar
menambah gaya dalam penampilan tampa memikirkan kondisi ekonomi orang
tua. Pola penampilan lebih mengarah kepada gaya hidup yaitu Gaya hidup
merupakan prilaku yang dilakukan oleh mahasiswi yang berupa tindakan nyata
untuk membeli barang barang yang bermerk serta beharga mahal. Pola hiburan
dilakukan oleh mahasiswa dalam Mengalokasikan waktu yaitu tidak adanya
pemanfaatan waktu luang yang dilakukan oleh mahasiswi untuk bekerja dalam
memenuhi tingkat konsimtif mereka, waktu luang hanya digunakan untuk
ngumpul, shopping bersama teman teman. dan hal tersebut dilakukan untuk
menambah penampilan agar terlihat lebih menarik.
Kata Kunci: Mahasiswi pendatang, Konsumtif, Gaya hidup
iv
ABSTRACT
This research was motivated by the basic assumptions about life pattern
consumptive student who lives in the dormitory Natuna Riau Islands province,
associated with the reality on the ground is known that lifestyle consumptive
female university students is a change in the lifestyle to add penambilan make it
appear attractive so a student tends keprilaku leading consumer in buying goods,
backed by factors pertemenan and cultural life in a new place. Though not all
female university students who come from privileged families, but they are
categorized come from poor families who receive monthly shipments only range of
500 thousand to 700 thousand per month. Therefore, it can be formulated the
problem is how the lifestyle trend immigrant students living in dormitories
Natuna.
In this research using a literature review raised by David Chaney who viewed
lifestyle associated with patterns of action that distinguish between one person to
another, the pattern of such actions include kunsumsi patterns, patterns of
appearance, entertainment patterns. The purpose of this research was to
determine the lifestyle trend immigrant students living in dormitories Natuna. This
type of research is qualitative research. Informants in this study is a student who
lives in the dorm Natuna more centrung have excessive levels of consumption.
Data used in this study are primary data and secondary data. Methods of data
collection is done by observation, interviews using interview guide (interview
guide). Analysis of the data used by the model of qualitative research
methodologies Miles and Huberman yaiatu data collection, data reduction, data
presentation, and verification conclusion.
To meet consumption patterns more students in terms of memberlanjakan
money that students who live in dorms Natuna more tend to spend money on
something that you want to be in order to add style in appearance without
thinking about the economic condition of parents. Patterns more appearances
leads to a lifestyle that lifestyle is a behavior performed by the student in the form
of concrete action to buy branded goods and beharga expensive. Patterns
entertainment performed by students in Allocating time that is not their spare time
utilization carried out by a student to work in fulfilling their konsimtif level, free
time is only used to get together, shopping together with friends. and this is done
to add to the appearance to make it look more attractive.
Keywords: Student immigrants, Consumer, Lifestyle
1
TREND GAYA HIDUP MAHASISWI PENDATANG
(Studi Kasus Mahasiswi Natuna Yang Tinggal Di Asrama Natuna)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan disegala bidang terjadi sekarang ini baik secara langsung
maupun tidak langsung menuntut masyarakat untuk mampu beradaptasi dengan
berbagai bentuk perubahan dan pembaharuan. Salah satu yang ikut mengalami
dampak perubahan adalah mahasis wi pendatang. Telah menjadi fakta bahwa
setiap tahunnya, di kota-kota besar selalu dibanjiri oleh pendatang dari pulau-
pulau sekitarnya dengan harapan akan memperoleh kehidupan yang lebih baik,
lebih layak, dan lebih terjamin, pendidikan yang lebih baik.
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Perpindahan itu
sendiri dikategorikan dua macam, yakni migrasi penduduk dan mobilitas
penduduk. Migrasi penduduk adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota
yang bertujuan untuk tinggal menetap di kota, sedangkan Mobilitas Penduduk
berarti perpindahan penduduk yang hanya bersifat sementara saja atau tidak
menetap. (https://id.wikipedia.org).
Minimnya lapangan pekerjaan di pedesaan, tidak adanya fasilitas kampus
sehingga banyak masyarakat yang berdatangan ke kota, mereka yang ingin
melanjutkan ke perguruan tinggi melakukan perantauan, dimana mereka
meninggalkan tempat tinggal asalnya demi untuk menuntut ilmu ke kota. Banyak
proses-proses yang dialami oleh mahasiswi yang berstatus sebagai perantauan
2
atau pendatang, seperti proses pergaulan, budaya pertemanan, dan kegiatan
membeli atau mengkonsumsi barang atau produk.
Gaya hidup merupakan gambaran bagi setiap orang yang mengenakannya dan
menggambarkan seberapa besar nilai moral orang tersebut dalam masyarakat
disekitarnya, nilai moral merupakan suatu nilai yang terdapat pada gaya hidup
masyarakat, sehingga dapat di identikkan dengan derajat orang tersebut apakah
mereka kaya atau tidak, dengan gaya hidup yang mewah akan memberikan
kepuasan karena akan dipandang tinggi oleh orang lain yang melihatnya, gaya
hidup dapat memberikan efek yang baik atau efek yang buruk.
Di wilayah Provinsi Kepulauan Riau tepatnya kota Tanjungpinang telah
banyak mengalami perubahan dalam gaya hidup. Transisi dari keadaan tradisional
ke modernitas inipun terjadi secara revolusi atau perubahan secara cepat. Yang
ditandai dengan pola-pola kehidupan yang berubah dari:
1. Penampilan, dulu penampilan masyarakat tanjungpinang kebanyakan
menggunakan pakaian baju kurung melayu, seiring denagn perkembangan
zaman pakaian masyarakat tanjungpinang telah ,mengikuti tren pakian
masa kini, begitu juga denagn prihak berdandan dan menggunakan segala
alat elektronok.
2. Cara berbicara, perubahan yang terjadi masyrakay pendatang awalnya
lebih menggunakan bahasa daerah masing-masing, ketika berbaur dengan
masyrakat tanjungpinang yang menggunakan bahasa Indonesia masyrakat
juga mengikuti hal tersebut, sehingga terjadi perubahan dalam bahasa
sehari-hari yang digunakan.
3
3. Tingkah laku, tingkah laku masyarakat pada masa sekarang ini lebih
mengarah kepada hedonism yaitu berlebihan dari trend gaya hidup.
4. Nilai religious, sekarang lebih banyak masyarakat di tanjungpinang yang
menghabiskan waktu npada saat waktu beribadah ditempat nongkong
dibandingkan di masjid.
Perubahan yang terjadipun karna tidak adanya kontrol dari orang tua yang
berda didesa. Tinggal di kota membuat seorang mahasiswi akan cepat berubah
karna semuanya dilakukan dengan kehendaknya sendiri dan didukung oleh
lingkungan sekitarnya (https:// sosiologi unsyiah2010).
Saat ini banyak mahasiswi pendatang merubah gaya hidup dalam hal
berpakaian,pergaulan, pemakaian uang dan kebutuhan lain yang menjadi
berlebihan, tidak sesuai kebutuhan. Kampus merupakan salah satu tempat untuk
memperoleh ilmu pengetahuan bagi mahasiswa yang suka bergaya, sekarang ini di
jadikan tempat untuk ajang pamer penampilan. Sehingga ketika banyak
mahasiswa menerapkan hidup yang penuh dengan gaya konsumtif maka sebgaian
mahasiswa lainnya mudah terpengaruh untk mengikuti gaya hidup yang
konsumtif tersebut.
Mahasiswa akan dianggap mengikuti perkembangan jaman apabila telah
membeli dan memakai barang-barang dengan merk terkenal. Sebagian mahasiswi
pendatang yang berada dalam tingkat ekonomi menengah kebawah juga
mengikuti gaya hidup konsumtif akibat tuntutan pergaulan. Sehingga sebagian
besar mahasiswa masa kini hanya mementingkan penampilan saja. Uang saku
mahasiswi lebih dipentingkan untuk membeli berbagai macam barang bermerk
4
untuk mengikuti trend terkini dibanding untuk membeli perlengkapan kampus
yang lebih penting seperti buku-buku pendukung perkuliahan.
Tanjungpinang merupakan ibukota Kepulauan Riau yang tiap tahunnya
banyak mengalami perubahan perubahan, termasuk makin banyaknya didirikan
berbagai Universitas untuk menunjang proses pembelajaran bagi para mahasiswa,
diantara universitas yang ada di Tanjungpinang seperti Universitas Maritim Raja
Haji (UMRAH) yang salah satu merupakan universitas negeri di Tanjungpinang
serta masih banyak lagi yaitu POLTEKES, STIKES, STAI, STAIN, STIE, STIT,
AKBIT, AKPER.
Salah satu wilayah di provinsi kepulauan Riau yaitu pulau Natuna, dari pulau
Natuna terdapat banyak lulusan lulusan sekolah menengah atas yang memilih
melanjutkan perkuliahan ke berbagai Universitas di Tanjungpinang. Ketika
masyarakat Natuna yang telah menyelesaikan pendidikan di bangku SMA
memilih untuk berkuliah di Tanjungpinang maka terjadilah arus urbanisasi dari
Kabupaten Natuna ke Tanjungpinang. Perpindahan penduduk itu sendiri
dikatagorikan dengan mobilitas penduduk yang berarti perpindahan penduduk
yang hanya bersifat sementara saja atau tidak menetap.
Perpindahan yang dilakukan oleh masyarakat Natuna yang ingin melanjutkan
kuliah ke perguruan tinggi yang ada di Tanjungpinang merupakan perpindahan
yang bersifat mobilitas, karena mereka hanya pindah ke Tanjungpinang untuk
sementara waktu, setelah mereka menyelesaikan perkuliahan mereka tidak
menetap di Tanjungpinang lagi, melainkan kembali ke daerah asal yaitu Natuna.
Masyarakat Natuna yang memilih untuk berkuliah di Tanjungpinang tidak
5
semuanya berasal dari keluarga yang benar benar berekonomi menengah keatas,
namun sebagian juga berasal dari keluarga yang tidak mampu atau dikatagorikan
sebagai keluarga miskin.
Karena ketidakmampuan keluarga, banyak Mahasiswa Natuna yang berkuliah
di Tanjungpinang memilih tinggal di asrama yang fasilitasnya disediakan oleh
pemerintah Natuna untuk anak anak Natuna yang berkuliyah di
Tanjungpinang.Salah satu alasan mereka mau tinggal di asrama tersebut karena
tidak dipunggut biaya, sehingga uang yang dikirim bisa mereka pergunakan untuk
keperluan lainnya. Rata rata mahasiswa yang tinggal di Asrama tersebut berasal
dari keluarga yang kurang mampu dan setiap bulannya hanya mendapatkan
kiriman dari orang tua secara pas pasan, tidak sebanding dengan apa yang
dikeluarkan untuk kehidupan diperkotaan yang serba mahal,apalagi mereka yang
selalu ingin tampil modis dalam segala hal.
Dari data yang di dapat melalui Himpunan mahasiswa Kabupaten Natuna
(HMKN), mahasiswa yang tinggal di asrama Natuna khusus perempuan
berjumlah 34 orang, dan di dapat juga data melalui observasi awal bahwa 17 dari
34 orang mahasiswa tersebut dikatagorikan sebagai keluarga yang kurang mampu
dengan kriteria keluarga memiliki pendapatan, tetapi tidak mencukupi untuk
pemenuhan kebutuhan sehari-hari secara efisien, sehingga pengiriman perbulan
yang bisa orang tua berikan kepada anak yang berkuliah di Tanjungpinang
berkisar 500 ribu- 700 ribu perbulan, dengan pekerjaan orang tua sebagai nelayan
biasa, sehingga pengiriman mereka hanya untuk mencukupi kebutuhan pokok saja
seperti makan, ongkos kekampus dan benar benar untuk keperluan kuliah.
6
Dari informasi yang didapat melalui observasi awal bahwa orang tua yang
bekerja sebagai nelayan di Natuna, khususnya yang anak nya berkuliah di
Tanjungpinang serta tinggal di asrama Natuna, dikatakan nelayan miskin karena
merupakan nelayan tradisional yang memiliki segala alat penangkapan ikan yang
terbatas, sehingga hasil tangkap yang didapat setiap harinya tidak memadai untuk
kehidupan yang layak yaitu berkisar 50ribu- 100rib dalam satu hari, yang hnya
bisa untuk memenuhi kebutuhan sehari hari dan disisihkan untuk mengirim anak
yang berkuliah di tanjungpinang, itupun tergantung keadaan cuaca, kalau cuaca
tidak bersahabat nelayan tersebut tidak bisa melaut hal tersebut otomatis
berpengaruh kepada tidak mendapatkan pemasukan sama sekali karena orang tua
hanya bekerja sebagai nelayan tidak memiliki pekeraan sampingan lainnya.
Dilihat dari kondisi tempat tinggal keluarga nelyan juga memiliki perimahan yang
sederhana, rumah panggung, yang beratapkan seng, serta berdinding papan
sehingga dapat dikatakan bahwa hal tersebut merupakan standart atau ukuran
kemiskinan orang tua yang bekerja sebagai nelayan di natuna khususnya yang
anaknya berkuliah di Tajungpinang dan tinggal di asrama Natuna.
Namun dengan mengikuti perkembangan zaman Mahasiswa yang tinggal di
asrama Natuna yang dikatagorikan sebagai keluarga kurang mampu lebih
cendrung kepada tingkat konsumtif yang berlebihan seperti ingin selalu
menggunakan baju yang modis. Setiap ada baju atau pakaian keluaran terbaru
yang modelnya lagi diberbincangkan orang banyak mahasiswa yang tinggal di
Asrama Natuna selalu membeli, dengan alasan untuk mengikuti trend yang ada
padahal baju baju yang ada banyak yang tidak dipakai, mahasiswa juga membeli
7
peralatan kecantikan yang mahal mahal ingin tampil cantik, seperti segala pernak
pernik kecantkan di beli untuk melengkapi penampilan berdandan mereka.
Alat elektronik keluaran terbaru juga menjadi daya tarik mahasiswa yang
tinggal di asrama Natuna, sehingga mereka selalu membeli seperti handpone merk
terbaru yang lagi di perbincangan orang banyak, informasi ini di dapat melalui
observasi awal dengan slah seorang mahasiswi yang bernama Ida pada tanggal 19
Juli 2015. mahasiswi tidak lepas dari gaya hidup, pergaulan. Pembauran membuat
mahasiswi cendrung berprilaku konsumtif.
Jauh berbeda ketika mahasiswi masih tinggal di desa, ketika di desa
mahasiswi masih mengikuti gaya anak kampong, berpakaian biasa saja, seperti
menggunkan kaos, baju kurung, dan membeli pakaian pun hanya ketikaa saat
lebaran saja dan itu bisa di hitung pertahun mereka membeli pakaian dan segala
perlengkapan yang baru, setelah memasuki kehidupan kota semua menjadi
berubah, mereka harus memenuhi gaya hidup yang mereka inginkan. Setiap bulan
mereka selalu berbelanja baju, tas, sepatu, alat alat dandan untuk menunjang
penampilan mereka di kota sehingga mereka termasuk orang yang kunsumtif.
Memberlanjakan sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkan bukan apa yang
mereka butuhkan.
Mahasiswi cenderung dengan tingkat konsumtif yang berlebihan yang dapat
diukur dengan indikator konsumtif menurut Sumartono (2002) yaitu mahasiswi
membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi , mahasiswi membeli
produk atas pertimbangan harga (bukan atas dasar manfaat atau kegunaannya).
mahasiswi membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status, dengan
8
membeli suatu produk dapat memberikan simbol status agar kelihatan lebih keren
dimata orang lain, munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga
mahal akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi, mencoba lebih dari dua
produk sejenis (merek berbeda), mahasiswi akan cenderung menggunakan produk
jenis sama dengan merek yang lain dari produk sebelumnya ia gunakan, meskipun
produk tersebut belum habis dipakainya.
Dengan memenuhi segala konsumtif, mereka tidak ingin gaya hidup mereka
ketertingalan dan untuk memenuhi hal tersebut dengan kondisi ekonomi keluarga
yang tergolong tidak mampu perlu maka perlu pengaturan keuangan agar semua
kebutuhan baik pokok atau tambahan seperti prilaku konsumtif tersebut bisa
terpenuhi. Berdasarkan permasalahan tersebut, dengan keterbatasan ekonomi yang
orang tua miliki dan hanya mampu mengirim uang untuk memenuhi kebutuhan
pokok saja, tetapi mahasiswa tetap cendrung dengan tingkat konsumtif yang
berlebihan yaitu dari segi fashion, serta ingin mengikuti trend yang ada pada masa
kini dan untuk memenuhi hal tersebut dibutuhkan uang yang tidak sedikit pula.
Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian secara mendalam dengan judul
: TREND GAYA HIDUP MAHASISWI PENDATANG (Studi Kasus Mahasiswi
Natuna Yang Tinggal Di Asrama Natuna)
B. Perumusan Masalah
Perumusan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana trend gaya hidup
mahasiswa pendatang yang tinggal di asrama Natuna?
9
C. Tujuan dan Kegunaan
a. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk
mengetahui trend gaya hidup mahasiswa pendatang yang berkuliah di
Tanjungpinang.
b. Kegunaan Penelitian
1. Sebagai pengembangan ilmu secara umum terutama yang membahas masalah
masalah sosial, sehingga dapat diketahui masalah dan fenomena yang
didapatkan di lokasi penelitian.Mahasiswa dapat memahami permasalahan
permasalahan sosial, khususnya masalah tingkat konsumtif mahasiswa di
kalangan keluarga yang tidak mampu.
2. Sebagai rujukan penelitian lain yang tertarik untuk mengangkat permasalahan
lanjutan.
D. Konsep Operasional
Konsumtif merupakan prilaku mahasiswa dalam mengkonsumsi barang
secara berlebihan yang sebenarnya barang tersebut kurang atau tidak
diperlukan. Mahasiswa yang dimaksud adalah mahasiswa pendatang yaitu
mereka yang berangkat dari wilayah satu kewilayah lainnya dengan suatu
tujuan untuk menuntut ilmu setelah menamatkan jenjang SMA karena
Mahasiswa tidak hanya mereka yang berasal asli dari wilayah tempatan saja,
namun juga berasal dari luar yang dikatagorikan sebagai pendatang.
Mahasiswa selalu mengikuti trend gaya hidup, trend gaya hidup yang
dimaksud yaitu prilaku yang dilakukan oleh mahasiswa untuk mengikuti
10
segala keadaan yang sedang digemari atau sedang menjadi perhatian
kebanyakan orang yaitu dari penampilan, dan barang barang elektronik.
Mahasiswa cendrung berlebihan dalam mengosumsi barang, berlebihan yang
diaksud yaitu mahasiswa membeli barang sesuai keinginan bukan kebutuhan.
Untuk mempermudah menjawab permasalahan dalam sebuah penelitian
maka harus dioperasionalkan, konsep operasional merupakan pembahasan
yang diambil dari teoori teori yang digunakan dalam ebuah penelitian, dalam
penelitian ini peneliti lebih menggunakan pendapat David Chaney tentang
gaya hidup yang di operasionalkan sebagai berikut:
1. Pola konsumsi adalah sebuah bentuk kegiatan yang dilakukan manusia
dalam menggunakan hasil produksi untuk memenuhi kebutuhannya.
Dalam penelitian ini, kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa dalam
memenuhi kebutuhannya tergolong konsumtif, sehingga dalam
memberlanjakan uang yang dikirim orang tua sesuai dengan keinginan
bukan untuk kebutuhan, keinginan yang dimaksud yaitu mereka membeli
pakaian dengan mengikuti trend padahal pakaian yang masih baru tidak di
pakai, makanan mahal siap saji, kosmetik yang mahal, ganti ganti Hp
apabila ada pengeluaran terbaru, sementara barang barang tersebut bukan
kebutuhan mereka.
2. Pola penampilan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu prilaku yang
dilakukan oleh mahasiswa yang berupa tindakan nyata untuk menunjang
penampilan yaitu dengan membeli barang barang yang beharga mahal
11
untuk menambah penampilan agar terlihat lebih menarik, sehingga
membuat mereka konsumtif.
3. Pola Hiburan yang dimaksud adalah bentuk pemanfaatan waktu dengan
mencari hiburan yang dilakukan oleh mahasiswa dalam kehidupan sehari
hari sehingga menunjang gaya hidup mereka.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
deskriftif kualitatif yaitu memaparkan data yang diperoleh dari hasil
wawancara secara ilmiah. Mely G tan (silalahi, 2010: 28 ) menjelaskan
bahwa penelitian yang bersifat diskriptif bertujuan menggambarkan secara
tepat sifat sifat individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu antara suatu
gejala dengan gejala lainnya dalam masyarakat. Data kualitatif Menurut
Sugiyono (2005 :15) adalah “data yang dinyatakan dalam bentuk kata,
kalimat, dan gambar.’’ Dari data yang telah terkumpul sesuai dengan
indikator permasalahan peneliti mengolah dan menganalisa data-data yang
terkumpul tersebut menjadi data yang sistematik, teratur dan terstruktur
sehingga mempunyai makna sesuai permasalahan. Jenis penelitian digunakan
peneliti dengan pertimbangan untuk memudahkan ketika dalam penelitian,
denagn metode kualitatif hubungan antara peneliti dengan informan lebih
akrab dan lebih dekat sehingga dapat diperoleh data langsung yang lebih
mendalam.
12
2. Lokasi Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini berlokasi di Asrama Natuna Provinsi Kepulauan
Riau. Alasan pengambilan lokasi adalah karena asrama tersebut merupakan
salah satu fasilitas dari pemerintah kabupaten Natuna yang di gratiskan buat
mahasiswi Natuna yang berkuliah di Tanjungpinang, dan dilihat dari kondisi
ekonomi sebagaian besar anak anak Natuna yang tinggal di Asrama tersebut
berasal dari keluarga yang kurang mampu tetapi gaya hidup mereka terbilang
tinggi atau berlebihan sehingga lokasi tersebut menjadi pelihan untuk peneliti
melakukan penelitian.
3. Jenis Data
Dalam penelitian ini digunakan sumber penelitian yaitu:
a. Sumber primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik
dari individu atau perseorangan, seperti hasil wawancara dengan semua
informan diproses untuk tujuan-tujuan tertentu sesuai dengan indikator
dalam penelitian. Dalam penelitian ini data didapatkan melalui Mahasiswi
Natuna yang tinggal di asrama Natuna.
b. Data skunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut yang
disajikan melalui dokumen, buku-buku referensi, foto, jurnal yang di
anggap relevan dengan masalah yang diteliti.
4. Populasi dan Sampel
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi dan sampel tetapi
menggunakan informan. Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan purposive sampling,yaitu dipilih dengan pertimbangan
13
dan tujuan tertentu (Sugiyono, 2009 : 216) Jadi kriteria informan dalam
penelitian ini yaitu :
1. Mahasiswa yang tidak atau belum bekerja
2. Mahasiswa yang pengiriman uang saku Rp. 500.000 – Rp. 700.000
3. Mahasiswa yang pekerjaan orang tua yaitu sebagai nelayan dan petani
4. Mahasiswa yang penghasilan orang tua rata rata 2 juta perbulan.
5. Mahasiswa yang membeli barang barang bermerk seperti sepatu Mixit,
Summit, Produk tas Furla, Prada
6. Mahasiswa yang membeli barang dengan harga minimal Rp. 150.000
5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
a. Observasi, adalah pengamatan langsung dilokasi penelitian, observasi
diklasifikasikan menjadi dua cara yaitu cara berperan serta dan tidak
berperan serta. Observasi tanpa peran serta, pengamat hanya melakukan satu
fungsi yaitu mengadakan pengamatan. Namun observasi berperan serta,
pengamat melakukan dua fungsi sekaligus yaitu sebagai pengamat dan
menjadi bagian dari bagian yang diamati. Dalam penelitian ini yang diamati
tentunya adalah mahasiswa yang tinggal di asrama besrta kesehariannya,
penampilan ketika di Tanjungpinang dan ketika pulang, serta kondisi
ekonomi keluarga di kampung.
b. Wawancara yaitu peneliti akan melakukan Tanya jawab dengan informan
untuk mendapatkan informasi. Wawancara ditujukan kepada informan
penelitian dengan menggunakan pedoman wawancara berupa butir-butir
pertanyaan sesuai permasalahan.
14
c. Dokumentasi, metode pengumpulan data dengan mengambil beberapa
dokumen maupun foto-foto yang ada hubungannya dengan penelitian.
6. Teknik Analisa Data
Adapaun teknik analisis adalah dengan memaparkan hasil wawancara
secara deskriptif kualitatif apabila semua data telah terkumpul, maka semua
data akan dipilih dan dianalisis menurut jenisnya. Dalam penelitian ini
menggunakan teknik analisa data Miles dan Hubermen yang mengemukakan
bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya jenuh.
Aktifitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan
kesimpulan dan verifikasi (Sugiyono, 2009 : 246)
Reduksi data yaitu peneliti memilih milih hal hal yang penting dari hasil
wawancara yang dilakukan dengan informan, kemudian melakukan penyajian
data yaitu suatu proses penjabaran hasil penelitian dengan menggunakan teks
teks narasi dari pertanyaan yang telah dijawab informan atau data yang
didapat dilapagan dibuat dalam bentuk cerita, kesimpulan dan verifikasi
merupakan hasil akhir berupa jawaban dari masalah itu sendiri sehingga
menjadi jelas.`
15
F. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsumtif
Dalam pandangan Sosiologi, konsumtif berkaitan pada makna simbolik yang
diberikan oleh suatu barang. Ketika makna tersebut dinyakini oleh masyarakat
sebagai aktualisasi diri maka pada saat bersamaan perlakuan dan pola interaksi
mengalami pergeseran (Damsar, 2000: 42). Konsumtif berkaitan dengan aspek
selera. Selera merupakan media pengikat kelompok dalam (in group) masing
masing kelompok berkompetensi dalam penggunaan barang secara simbolik.
Hakikat konsumsi dalam hidup manusia terkait dengan pemenuhan kebutuhan
akan kebutuhan hasrat fisik manusia. Maslow dalam teorinya tentang piramida
kebutuhan manusia mengemukan bahwa kebutuhan manusia secara berturut
meliputi kebutuhan dasar (pangan, sandang, papan) kebutuhan primer, kebutuhan
skunder, kebutuhan rasa aman, serta kebutuhan akan status sosial (Maslow, 1987 :
21 ).
Keberhasilan tersebut ditandai dengan keberhasilan untuk memonopoli
sumber sumber budaya yang akhirnya akan berfungsi untuk meningkatkan pratise
dalam kelompok. Konsumtif pada barang merupakan suatu landasan bagi
perjenjangan pada status tertentu, bila ditentukan oleh ekonomi. Sedangkan nilai
status ditentukan oleh “social reward” yang diberikan oleh orang lain dalam
bentuk kehormatan (Damsar,2000 : 48).
Menurut Veblen selera merupakan suatu senjata dalam kompetisi baik antar
individu maupun kelompok , jika dalam suatu struktur masyarakat tradisonal,
16
aspek keperkasaan sangat keperkasaan sangat dihargai dalam diri laki laki tetapi
dalam struktur masyarakat modern penghargaan itu diletakkan atas dasar selera
untuk mengunsumtif suatu barang yang merupakan sebuah refleksi dari
kepemilikan (Hendri: 2002)
Prilaku konsumtif adalah prilaku mengkonsumsi barang barang yang
sebenarnya kurang atau tidak diperlukan (khususnya yang berkaitan dengan
respon terhadap konsumsi barang barang skunder , yaitu barang barang yang tidak
tidak terlalu dibutuhkan) (Damsar,2000:48).
Prilaku konsumtif sebaiknya diwaspadai karena dapat mengakibatkan dampak
dampak negatif seperti dapat membiasakan seseorang memiliki pola hidup boros,
dapat membuat orang menjadi tidak lagi membedakan antara kebutuhan atau
sekedar keinginan, dapat mendorong seseorang untuk melakukan tidakan tidak
terpuji seperti mencuri, menodong, menjadi pemeras, membunuh dan melacur dan
jika prilaku ini berkelanjutan bisa menjadi salah satu pemicu terjadinya Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme (KKN) sehingga dapat merugikan Negara.
Bagi produsen kelompok usia mahasiswa adalah salah satu pasar yang
potensial. Alasannya antara lain karena pola konsumsi sesorang terbentuk pada
usia mahasiswa. Disamping itu mahasiswa biasanya mudah terbujuk rayuan iklan,
suka ikut ikutan teman, tidak realistis dan cendrung boros dalam menggunakan
uangnya. Sifat sifat mahasiswa inilah yang dimanfaatkan oleh sebagian produsen
untuk memasuki pasar mahasiswa.
17
Pada kalangan mahasiswa yang memiliki orang tua yang cukup berada,
terutama di kota kota besar mall sudah menjadi rumah kedua. Mereka ingin
menunjukkan bahwa mereka juga dapat mengikuti mode yang sedang beredar.
Padahal mode itu sendiri selalu berubah sehingga para mahasiswa tidak pernah
puas dengan apa yang dimilikinya sehingga menimbulkan prilaku yang konsumtif
(koentjaraningrat, 1999:17)
B. Gaya Hidup
Dalam berprilaku konsumtif tidak terlepas dari gaya hidup, gaya hidup adalah
pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lainnya.
Pola-pola kehidupan sosial yang khusus seringkali disederhanakan dengan istilah
budaya. Sementara itu, gaya hidup tergantung pada bentuk-bentuk kultural, tata
krama, cara menggunakan barang-barang, tempat dan waktu tertentu yang
merupakan karakteristik suatu kelompok.
Menurut Minor dan Mowen (2002: 282), gaya hidup adalah menunjukkan
bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana
mengalokasikan waktu. Selain itu, gaya hidup menurut Suratno dan Rismiati
(2001:174) adalah pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang
dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapat yang bersangkutan. Gaya hidup
mencerminkan keseluruhan pribadi yang berinteraksi dengan lingkungan. Gaya
hidup dapat diartikan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktifitas), apa
yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang
pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini).
18
Gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi yang berinteraksi dengan
lingkungan. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup
adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan
pendapatnya.
Minor dan Mowen (2002) menyatakan bahwa penting bagi pemasar untuk
melakukan segmentasi pasar dengan mengidentifikasi gaya hidup melalui pola
perilaku pembelian produk yang konsisten, penggunaan waktu konsumen, dan
keterlibatannya dalam berbagai aktivitas. Minor dan Mowen, menegaskan bahwa
gaya hidup merujuk pada bagaimana orang hidup, bagaimana mereka
membelanjakan uangnya, dan bagaimana mereka mengalokasikan waktu mereka.
Hal ini dinilai dengan bertanya kepada konsumen tentang aktivitas, minat, dan
opini mereka, gaya hidup berhubungan dengan tindakan nyata dan pembelian
yang dilakukan konsumen.
Orang yang berasal dari subkultur atau sekelompok orang yang memiliki
perilaku dan kepercayaan yang berbeda, kelas sosial dan pekerjaan yang sama
dapat mempunyai gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup seseorang menunjukkan
pola kehidupan orang yang bersangkutan yang tercermin dalam kegiatan, minat,
dan pendapatnya. Konsep gaya hidup apabila digunakan oleh pemasar secara
cermat, akan dapat membantu untuk memahami nilai-nilai kosnumen yang terus
berubah dan bagaimana nilai-nilai tersebut mempengaruhi perilaku konsumen.
Perubahan gaya hidup membawa implikasi pada perubahan selera (selera pria dan
wanita berbeda), kebiasaan dan prilaku pembelian. Perubahan lain yang terjadi
adalah meningkatnya keinginan untuk menikmati hidup.
19
Manfaat jika memahami gaya hidup konsumen :
1. Pemasar dapat menggunakan gaya hidup konsumen untuk melakukan
segmentasi pasar sasaran.
2. Pemahaman gaya hidup konsumen juga akan membantu dalam
memposisiskan produk pasar dengan menggunakan iklan.
3. Jika gaya hidup diketahui, maka pemasar dapat menempatkan iklannya
pada media media yang paling cocok.
4. Mengetahui gaya hidup konsumen, berarti pemasar tidak mengembangkan
produk sesuai dengan tuntutan gaya hidup mereka
(http://sosiologi.fisip.uns.ac.id)
Sedangkan gaya hidup menurut (Kotler, 2000:192) adalah pola hidup
seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya
hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Kotler berpendapat bahwa gaya hidup adalah gambaran hidup
seseorang yang terbawa pada ekspresi pada setiap aktivitas, hasrat serta
keingingan, dan pendapat-pendapat yang tercetus daripadanya.
Dalam pergaulan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dan
melahirkan konstruk sosial yang dimulai secara personal, dari individu ke individu
lainnya, dan kemudian menjamur pada kelompok, disebut dengan gayahidup.
David Chaney mengkaji persoalan gaya hidup secara lebih komprehensif dan
didasarkan dari berbagai perspektif. Menurut beliau Gaya Hidup haruslah dilihat
sebagai suatu usaha individu dalam membentuk identitas diri dalam membentuk
identitas diri dalam interaksi sosial.
20
Dalam bukunya “Life Style’’ Chaney (1996:92) mengatakan bahwa: “Gaya
hidup selanjutnya merupakan cara-cara terpola dalam menginvestasikan aspek-
aspek tertentu kehidupan sehari-hari dengan nilai social atau simbolik; tapi ini
juga berarti bahwa gaya hidup adalah cara bermain dengan identitas.” Atau
dengan kata lain :“Gaya hidup adalah suatu cara terpola dalam pergaulan,
pemahaman, atau penghargaan artefak-artefak budaya material untuk
mengasosiasikan permainan kriteria status dalam konteks yang tidak diketahui
namanya”.
Adapun interpretasi dari peneliti sendiri bahwa pada kesempatan lain, Chaney
juga berasumsi bahwa gaya hidup merupakan ciri dari sebuah masyarakat modern,
atau biasa juga disebut modernitas. Dalam arti disini, adalah siapapun yang hidup
dalam masyarakat modern yang akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup
untuk menggambarkan tindakannya sendiri maupun orang lain.
Menurut Bourdieu Alfathri Adlin (2006: 82) gaya hidup seseorang dipahami
sebagai hasil dari interaksi antara manusia sebagai subjek sekaligus objek dalam
masyarakat, hasil dari pemikiran sadar dan tak sadar yang terbentuk sepanjang
sejarah hidupnya. Bourdieu menempatkan gaya hidup dalam sebuah rangkaian
atau sebuah proses sosial panjang yang melibatkan modal, kondisi objektif,
habitus, disposisi, praktik, gaya hidup, sistem tanda, dan struktur selera.
Gaya hidup merupakan frame of reference yang dipakai sesorang dalam
bertingkah laku dan konsekuensinya akan membentuk pola perilaku tertentu.
Terutama bagaimana dia ingin dipersepsikan oleh orang lain, sehingga gaya hidup
21
sangat berkaitan dengan bagaimana ia membentuk image di mata orang lain,
berkaitan dengan status social yang disandangnya. Untuk merefleksikan image
inilah, dibutuhkan simbol-simbol status tertentu, yang sangat berperan dalam
mempengaruhi perilaku konsumsinya.
Gaya hidup ditentukan oleh cara seseorang dalam memilih dan
mempraktekkan nilai pengetahuannya tentang suatu objek benda yang
teraktualkan melalui proses komsumsi. Praktek kebudayaan yang diaktualkan oleh
seorang khususnya dalam masalah komsumsi merupakan proses dalam rangka
membentuk suatu tatanan kepribadian seseorang dari status yang diperankannya
dalam suatu struksur social. Gaya hidup saat ini memang tak bisa dilepaskan dari
konsep identitas sosial. dalam hal ini, secara garis besar dapat dibedakan melalui
dua tahap. Tahap pertama, disampaikan dengan menggunakan pilihan-pilihan
(choice).
G. AMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
1. Asrama Mahasiswa Natuna Provinsi Kepulaan Riau
Salah satu asrama yang berada Provinsi Kepulauan Riau tepatnya di
Tanjungpinang yaitu asrama Natuna, untuk sekarang asrama yang didiami
mahasiswi Natuna khususnya mahasiswi perempuan yang berasal dari Natuna
terdapat di Jalan Menteng Kompleks PGA Tanjungpinang dengan status
bangunan ngontrak yang dikarenakan asrama Natuna milik pemerintah Kabupaten
Natuna yang lagi proses pembangunan di daerah KM 8 atas.
22
Sehingga untuk sementara anak anak Natuna yang berkuliah di Tanjungpinang
baru bisa mendiami asrama yang posisinya di KM 4. Pemerintah Kabupaten
Natuna mulai memfasilitasi mahasiswi Natuna dengan asrama yang berada di
jalan Menteng tersebut pada tahun 2012, dengan luas lokasi asrama sekitar 400 M
persegi, yang lokasinya tidak jauh dari jalan raya.
Lokasi asrama tersebut tidak jauh dari lapangan Pamedan yang mudah
dijangkau oleh mahasiswa dengan berjalan kaki, karena di lapangan pamedan bagi
mahasiswa yang berkuliah di Umrah merupakan tempat antar jemput mahasiswa
yang menggunakan bus Umrah. Begitu juga mahasiswi yang berkuliah di kampus
kampus lain, lokasi tersebut tergolong mudah dijangkau dan dikatakan sebagai
pusat kota.
Asrama yang ditempatkan oleh pemerintah Kabupaten Natuna untuk
mahasiswi yang berasal dari Natuna tersebut merupakan fasilitas yang disediakan
oleh pemerintah secara gratis tampa harus membayar uang rumah perbulannya,
hanya saja mahasiswi yang tinggal tersebut dikenakan biaya lampu perbulannya
sebesar Rp. 20.000,-.
Untuk mendiami asrama tersebut mahasiswi harus memenuhi syarat syarat
seperti menjaga kebersihan asrama secara bersama, tidak membawa laki laki
bertamu kedalam asrama, jadwal bertamu terbatas hanya sampai pukul 10 malam,
melakukan gotong royong seminggu sekali peraturan tersebut sengaja dibuat oleh
pemerintah Kabupaten Natuna untuk menjaga ketentraman dan kenyamanan baik
itu lingkungan warga asrama maupun lingkungan bermasyarakat.
23
H. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Informan
Sebelum peneliti lebih jauh membahas tentang hasil penelitian, maka
terlebih dahulu peneliti akan menguraikan identitas informan. Dalam
penelitian ini yang menjadi informan yaitu mahasiswi yang tinggal di asrama
Natuna, adapun nama nama informan dalam penelitian ini yaitu Mariah,
Risda, Salma, Herlina, Suryana, Ema, Resti, Iza, Sari, dan Lia. Informan
tersebut dikatagorikan sebagai mahasiswi yang mempunyai tingkat konsumtif
dalam trend gaya hidup dilihat sangat berlebihan baik itu ketika berada di
Tanjungpinang maupun saat mereka pulang kampung. Yang ditentu
berdasarkan daerah asal, universitas, semester serta pengiriman per bulannya.
B. Analisis Trend Gaya Hidup Mahasiswi Pendatang
Manusia merupakan mahkluk ciptaan Tuhan yang harus memenuhi
kebutuhan pokoknya serta kebutuhan tambahan lainnya. Apabila semua
kebutuhan yang dipenuhi manusia sesuai dengan keinginan mereka dan
berlebihan maka hal tersebut bisa disebut sebagai konsumtif. Konsumtif
merupakan prilaku mahasiswa dalam mengkonsumsi barang secara berlebihan
yang sebenarnya barang tersebut kurang atau tidak diperlukan.
Apabila barang tersebut memang diperlukan untuk kebutuhan maka
seorang mahasiswa tersebut tidak dikatakan konsumtif, seperti contoh
mahasiswa yang dikatakan konsumtif yaitu telah mempunyai Hp bagus dan itu
bisa dipergunakan untuk menelpon, SMS, BBMan, serta berbagai aplikasi
24
lainnya, namun ketika ada pengeluaran Hp terbaru mahasiswa membeli lagi
karena Hp pengeluaran terbaru tersebut lebih canggih aplikasinya.
Mahasiswa pendatang cendrung terpengaruh oleh hal baru yang
mengantarkan mereka kapada tingkat konsumtif, mahasiswa pendatang yaitu
mereka yang berangkat dari wilayah satu kewilayah lainnya dengan suatu
tujuan untuk menuntut ilmu setelah menamatkan jenjang SMA karena
Mahasiswa tidak hanya mereka yang berasal asli dari wilayah tempatan saja,
namun juga berasal dari luar yang dikatagorikan sebagai pendatang.
Mahasiswa pendatang cendrung mereka yang berasal dari pelosok pelosok
daerah, alasan mahasiswa cendrung berasal dari pelosok daerah yaitu karena
pada daerah daerah pelosok sangat minim dibangunnya universitas bahkan
tidak ada sama sekali. Maka tidak ada pilihan lain kecuali mereka yang telah
menamatkan jenjang pendidikan menengah ke atas berpergian ke kota yang
telah tersedia universitas untuk menuntut ilmu. walaupun ada universitas
namun dengan fasilitas yang kurang memadai kebanyakan mahasiswa
memilih untuk berkuliah ke luar daerah.
Terkadang ketika merantau dan jauh dari orang tua mahasiswa tidak bisa
mengendalikan pergaulan, sehingga kebanyakan mahasiswa cendrung
mengikuti perubahan yang sangat signifikan antara di desa tempat tinggal
mereka dengan di kota. Perubahan yang terjadi yaitu kebanyakan mengarah
kepada penampilan yang ingin selalu merasa menarik, minder dengan kawan
25
kawan baru yang penampilannya jauh lebih bagus, serta mengikuti trand yang
lagi populer.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Lubis (Sumartono, 2002)
mengatakan perilaku konsumtif adalah perilaku yang tidak lagi berdasarkan
pada pertimbangan yang rasional, melainkan karena adanya keinginan yang
sudah mencapai taraf yang sudah tidak rasional lagi. perilaku konsumtif
adalah keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya
kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal
sehingga untuk barang dan jasa yang bukan menjadi kebutuhan pokok.
Berdasarkan pendapat yang dikemukan oleh Lubis dapat ditarik
kesimpulan bahwa trend gaya hidup mahasiswa pendatang merupakan sebuah
prilaku yang tidak lagi dipertimbangan dengan pertimbangan yang
rasional.Untuk menginginkan sesuatu sebagai penunjang penampilan mereka
setiap bulannya mereka membeli barang barang yang mereka inginkan
tersebut.
Berdasarkan hal tersebut menandakan bahwa, Mahasiswa pendatang
merupakan mereka yang memutuskan untuk berkuliah di Tanjungpiang
dengan berbagai alasan seperti mengginkan suatu perubahan hidup serta
dikarenakan kurangnya fasilitas universitas yang terdapat di wilayah mereka.
dengan berkuliah di Tanjungpinang mereka menjumpai suatu perubahan baru
khususnya tentang gaya hidup, yang mendorong perubahan tersebut faktor
utamanya yaitu pertemanan.
26
Pertemanan merupakan hal yang sangat cepat mempengaruhi gaya hidup
seseorang, karena apabila tidak mengikuti pola gaya hidup yang dibawa oleh
teman teman mahasiswa cendrung dibilang kurang pergaulan, yang tadinya
bersahabat bisa menjadi renggang akibat sebuah penampilan yang kurang
menarik, serta rasa malu menjadikan faktor pendorong mahasiswa harus
mengikuti trend yang di bawa oleh teman teman tersebut.
Terkadang mahasiswa tidak menyadari bahwa mereka telah berfikir tanpa
rasional, sehingga apa aja kemauan atau keinginan untuk membeli sesuatu
harus terwujud. Padahal barang barang yang sudah ada tidak dipakai hanya
disimpan sebagai pajangan. Namun memang tidak bisa dipungkuri mahasiswa
mempunyai pola pikir yang berbeda, pola pikir tersebutlah yang membawa
mereka memaknai sebuah pergaulan.
Pada satu sisi, konsumsi memang sifat yang mutlak, keberlangsungan
hidup manusia tidak bisa lepas dari kebutuhan tambahan. Namun
perkembangan peradaban yang kian maju tidak semuanya memiliki dampak
positif, beberapa diantaranya memberikan implikasi yang kurang baik bagi
manusia khususnya mahasiswi berupa perubahan budaya salah satunya adalah
budaya konsumtif terhadap benda (material culture).
Konsumtif dapat terjadi karena mahasiswa cendrung ingin memenuhi gaya
hidup yang ingin mereka lakukan, gaya hidup berkaitan dengan pola
Kunsumsi yang dilakakukan untuk membeli barang barang yang beharga
mahal untuk menambah penampilan agar terlihat lebih menarik, pola
27
penampilan yang erat kaitannya dengan gaya hidup, serta pola hiburan yaitu
memanfaatkan waktu untuk mendapatkan hiburan.
1. Pola Konsumsi Mahasiswa
Pola kunsumsi merupakan kegiatan yang dilakukan dalam penggunaan
hasil produksi untuk memenuhi suatu kebutuhan, Pola konsumsi yang
tinggi cenderung konsumtif. Mahasiswa yang tinggal di asrama Natuna
secara umum masih menggantungkan hidupnya kepada orang tua mereka
sehingga mereka mendapatkan uang dari pemberian oarang tua. Banyak
mahasiswa dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan berusaha untuk
mengikuti perkembangan fashion.
(Nugroho, 2008 : 31) Seperti yang dikatakan pada teori perilaku
konsumen yang menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan
yang diperolehnya, dapat membeli berbagai barang dan jasa sehingga
tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkannya.
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa dengan pendapatan yang
diperoleh oleh mahasiswa yang berupa pengiriman perbulan yang
didapatkan oleh orang tua, mereka berusaha memberlanjakan uang tesebut
untuk mencapai kepuasaan sesuai dengan apa yang mereka inginkan.
Mahasiswa dengan mengikuti trend gaya hidup selalu menggunakan
uang yang mereka dapat untuk membeli barang barang yang mereka
inginkan, mereka tergolong kepada orang yang konsumtif karena mereka
cendrung menggunakan uang yang dikirim untuk membeli barang yang
28
tidak menjadi kebutuhan, namun dikarenakan barang tersebut telah
menjadi keinginan yang harus terpenuhi maka mereka mengganggap itulah
sebuah kebutuhan bukan keinginan lagi.
Mahasiswa yang telah memiliki pakaian, tas, sepatu, alat kosmetik,
Handpone yang bagus pengen membeli yang lebih bagus lagi padahal
tidak terlalu bermanfaat dan barang yang sudah ada pun tidak dipakai.
Disitulah mahasiswa cendrung memberlanjakan uang kiriman yang
mereka dapatkan dari orang tua tersebut tampa memikirkan kalau mereka
telah terjerumus kapada perilaku konsumtif serta sifat boros.
2. Pola Penampilan
Pada umumnya penampilan erat dengan gaya hidup, gaya hidup
mahasiswi yang mendiami Asrama Natuna sama seperti gaya hidup
mahasiswi lainnya, baik dari segi pergaulan, dan penampilan. Namun
secara khusus tidak bisa dielakkan kalau sebagaian mahasiswi mempunyai
gaya hidup yang berlebihan Pergaulan merupakan suatu pengaruh besar
terhadap gaya hidup seseorang, dengan pergaulan mahasiswi yang dulunya
biasa biasa saja bisa menjadi luar biasa.
ketika para mahasiswa mengikuti trend gaya hidup, tidak menutup
kemungkinan banyaknya kritikan kritikan yang mereka dapat. Namun
dengan sifat masa bodoh dan tidak mau ketertinggalan dengan gaya yang
ada mereka terus berusaha mengikuti perkembangan zaman. Gaya hidup
menurut Kotler (2002:192) adalah pola hidup seseorang di dunia yang di
29
ekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup
menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
Berdasarkan hasil temuan di lapangan dapat disimpulkan bahwa gaya
hidup merupakan sebuah pola hidup mahasiswa, yang mereka
eksperesikan dalam aktifitas mereka yaitu berupa ngumpul ngumpul
bersama teman, berbelanja atau dalam istilah trendnya yaitu shopping.
Kemudian minat mereka terhadap barang barang bermerk yang harganya
mahal, dengan barang tersebut mereka lebih merasa percaya diri dalam
pergaulan dan pendapat mereka tentang apa yang mereka lakukan adalah
sesuatu yang benar karena semua itu dilakukan untuk menunjang
penampilan mereka agar terlihat menarik di mata khalayak banyak.
Sehingga gaya hidup yang mereka lakukan merupakan sebuah cerminan
bahwa itulah hidup mereka yang sebenarnya, ketika dalam berinteraksi
dengan lingkungan tidak ada lagi kecanggunggan dalam diri mereka
apapun yang masyarakat tanggapi tentang gaya hidup mereka.
3. Pola Hiburan
Waktu luang merupakan bagian yang terpenting bagi setiap orang.
Sebagaimana diketahui bahwa pada hakekatnya kehidupan manusia
khususnya mahasiswa, selalu ditandai dengan berbagai aktivitas atau
kegiatan, seperti kegitaan belajar, privat dan selalu terikat oleh waktu aktif,
30
dalam arti kegiatan tersebut selalu berhubungan dengan jadwal yang telah
ditetapkan.
Namun dalam mengisi kegiatan di luar jam tersebut tentunya
memerlukan waktu, terlihat penggunaan waktu luang banyak di
manfaatkan sebagai cara untuk mencapai tujuan sesuai dengan kebutuhan,
melalui kegiatan yang dipilih pada dasarnya akan mendapatkan kepuasan,
sebaliknya kegagalan dalam memenuhi kebutuhan akan mendapatkan
kekecewaan terhadap perkembangan hidup selanjutnya.
Mahasiswa yang selalu menggunakan trend gaya hidup yang
dikatagorikan berlebihan tentunya harus mempunyai uang lebih untuk
memenuhi segala keinginan untuk membeli barang barang yang
diinginkan. Mungkin dengan pengiriman dari orang tua saja tidak akan
mencukupi untuk membeli barang barang mahal. Sebagaimana kita
ketahui mahasiswa yang tinggal di Asrama tersebut rata rata pengiriman
dari orang tua perbulannya hanya berkisar 500 ribu – 700 ribu sedangkan
barang barang yang menjadi keinginan mereka dikatagorikan barang
barang yang harganya cukup mahal. apabila uang mereka tidak cukup
untuk memenuhi keinginan berbelanja mereka. Namun barang harus
didapatkan untuk itu dapt dikatakan bahwa cara cara mahasiswi
mendapatkan barang yaitu :
1. Meminjam uang kepada teman teman
31
2. Terus terang kepada orang tuanya untuk mendapatkan barang
tersebut
3. Minta dibelikan sama pacar
4. Minta sama saudara saudara
5. Membeli dengan system kredit
Kebutuhan hidup manusia sangat beragam. Ada kebutuhan fisik,
seperti sandang, pangan, dan papan. Ada pula manusia yang beranggapan
kebutuhan konsumtif juga mesti dipenuhi agar jiwa kita bahagia, untuk
memenuhi kebutuhan seperti kebutuhan konsumtif dengan keadaan
ekonomi yang tidak seberapa maka mahasiswa juga harus bisa
mengalokasikan waktu luang untuk mendapatkan tambahan uang.
(Sukadji 2000: 5-6) melihat arti istilah waktu luang dari 3 dimensi.
Dilihat dari dimensi waktu, waktu luang dilihat sebagai waktu yang tidak
digunakan untuk bekerja, mencari nafkah, melaksanakan kewajiban, dan
mempertahankan hidup. Dari segi cara pengisian, waktu luang adalah
waktu yang dapat diisi dengan kegiatan pilihan sendiri atau waktu yang
digunakan dan dimanfaatkan sesuka hati. Dari sisi fungsi, waktu luang
adalah waktu yang dimanfaatkan sebagai sarana mengembangkan potensi,
meningkatkan mutu pribadi, kegiatan terapeutik bagi yang mengalami
gangguan emosi, sebagai selingan dan hiburan, sarana rekreasi, sebagai
kompensasi pekerjaan yang kurang menyenangkan, atau sebagai kegiatan
menghindari sesuatu.
32
Beranjak pada pendapat yang diungkapkan oleh Sukadji tersebut,
bahwa apabila dilihat dari dimensi waktu maka waktu luang mahasiswa
yang tinggal di Asrama Natuna tersebut digunakan untuk tidak bekerja
sedangkan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif mereka ketika uang
yang dikirim tidak cukup mereka lebih memilih untuk meminta lagi
kepada orang tua, serta dengan cara meminjam tampa harus mereka
bekerja.
Dari segi cara pengisian, waktu luang diisi dengan kegiatan pilihan
sendiri atau waktu yang digunakan dan dimanfaatkan sesuka hati yaitu
lebih pada nongkrong, ngumpul bersama teman teman dan mengahabiskan
waktu secara percuma. Dari sisi fungsi, waktu luang dimanfaatkan sebagai
sarana mengembangkan potensi, meningkatkan mutu pribadi, sebagai
selingan dan hiburan, sarana rekreasi, yang dilakukan mahasiswa lebih
mengarah kepada pencarian hiburan.
I. PENUTUP
A. Kesimpulan
Trend gaya hidup yang dilakukan oleh mahasiswi pendatang yang tinggal
di Asrama Natuna Provinsi Kepulauan Riau merupakan sebuah perubahan
yang terjadi karena adanya faktor yang mempengaruhi yaitu pergaulan atau
pertemanan, faktor budaya karena lingkungan awal mereka yang berbeda
dengan lingkungan yang mereka tempati sekarang. Meskipun rata rata
mahasiswi tersebut berasal dari keluarga yang kurang mampu tetapi tingkat
konsumtif mereka cendrung berlebihan untuk melengkapi sebuah penampilan
33
agar telihat lebih modis. Konsumtif dapat terjadi karena mahasiswa cendrung
ingin memenuhi gaya hidup yang ingin mereka lakukan, gaya hidup yang
mahasiswi lakukan tersebut berkaitan dengan beberapa apek yaitu :
1. Pola Konsumsi yaitu mahasiswa yang tinggal di Asrama Natuna lebih
cendrung mengeluarkan uang untuk membeli sesuatu hal yang ingin di
dapat agar menambah gaya dalam penampilan tanpa memikirkan kondisi
ekonomi orang tua.
2. Pola penampilan merupakan prilaku yang dilakukan oleh mahasiswi yang
berupa tindakan nyata untuk membeli barang barang yang bermerk serta
berharga mahal seperti sepatu merk mixit, summit, tas bermerk furla prada
yang harganya dikatagorikan sebagai harga yang cukup mahal, dan hal
tersebut dilakukan untuk menambah penampilan agar terlihat lebih
menarik.
3. Pola Hiburan tidak adanya pemanfaatan waktu luang yang dilakukan oleh
mahasiswi untuk bekerja dalam memenuhi tingkat konsimtif mereka,
waktu luang hanya digunakan untuk ngumpul, shopping bersama teman
teman serta mendapatkan hiburan hiburan yang mereka anggap mampu
menunjang gaya hidup mereka.
B. Saran
1. Diharapkan kepada mahasiswi untuk lebih memanfaatkan kiriman dari
orang tua agar digunakan untuk hal hal yang lebih bermanfaat,
mahasiswa merupakan individu yang telah dewasa, dan mempunyai
kemampuan untuk bekerja oleh karenakan itu, mahasiswa harus bisa
34
membantu perekonomian keluarga dengan bekerja sambilan selagi
tidak menggangu aktifitas kampus sehingga mahasiswi lebih bisa
menjadi orang yang mandiri dari segi financial setidaknya untuk diri
sendiri.
2. Mahasiswa harus mampu meminimalisir pergaulan agar tidak terlalu
terpengaruh ke hal hal yang menjerumuskan ke konsumtif sehingga
membawa mahasiswi ke sifat yang boros, dalam berpenampilan seperti
berdandan mahasiswa harus mampu mengontrol keinginan untuk
berlebihan.
3. Untuk menghindari kepada tingkat konsumtip yang berlebihan
mahasiswa harus menanamkan pola hidup hemat.
23
DAFTAR PUSTAKA
Adlin Alfathri. 2006. Resistensi Gaya Hidup. Jakarta :Jalasutra
David Chaney, lifestyles.1996. sebuah Pengantar Komprehen. Yogyakarta : Jala
Sutra
Damsar.2000. Sosiologi Ekonomi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Hendri, Ariyanto. 2002, artikel:Budaya Konsumtif Remaja Dalam Kompas
. dalam www. Pacific. Net.id diakses tgl 5 mai 2015
Koentjaraningrat, 1999. Pengantar Antropologi I, Jakarta : PT. Rieneka Cipta
Kotler, Philip.2002. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Prehallindo (Alih Bahasa)
Suratno, B., & Rismiati, C. 2001. Pemasaran Barang dan Jasa. Yogyakarta
:Kanisius.
Silalahi, Ulber, 2010, Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT. Refika Aditama
Sugiono.2005. Metode Penelitian Administrasi. Jakarta: Alfabeta.
Sukadji, Soetarlinah. 2000. Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah
(Direvisi dan Dilengkapi). Depok : Universitas Indonesia
Setiadi.J. Nogroho, 2008. Prilaku Konsumen, Konsep dan Implementasi untuk
strategi dan pemasaran. Jakarta : Prenada Media Group
Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung :
Alfabeta
Sumartono. 2002. Terperengkap dalam Ilkan: Meneropong Imbas Pesan Iklan
Televisi. Bandung: Penerbit Alfabet
Maslow Abraham, 1987. Mazhab Katiga, Psikologi Humanistik. Jakarta:
Kanisius.
Mowen, John, C dan Minor, M. 2002, Prilaku Konsumen Jilid I Edisi ke
5(terjemahan), Erlangga : Jakarta
24
Sumber lain:
http://sosiologi.fisip.uns.ac.id di akses Agustus 2015
http://id. .wikipedia.org. diakses tanggal 22 Januari 2016
http://sosiologiunsyiah2010 diakses tanggal 23 Januari 2016