transformasi fatwa dsn mui tentang akad … · the relationship between market share and new...

160
TRANSFORMASI FATWA DSN-MUI TENTANG AKAD MUSYÂRAKAH MUTANÂQISAH DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TESIS Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Hukum (M.H.) Disusun Oleh: Najikha Akhyati NIM: 21140433100012 Dosen Pembimbing: Muhammad Maksum NIP.197807152003121007 PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

Upload: others

Post on 11-Jun-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

TRANSFORMASI FATWA DSN-MUI TENTANG AKAD MUSYÂRAKAH

MUTANÂQISAH DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

TESIS

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi Salah Satu

Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Hukum (M.H.)

Disusun Oleh:

Najikha Akhyati

NIM: 21140433100012

Dosen Pembimbing:

Muhammad Maksum

NIP.197807152003121007

PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

Page 2: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,
Page 3: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,
Page 4: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,
Page 5: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

iv

Pedoman Transliterasi

Yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan Arab ke tulisan

Latin. Pedoman ini diperlukan terutama bagi mereka yang dalam teks karya tulisnya

ingin menggunakan beberapa istilah Arab yang belum dapat dianggap sebagai kata

bahasa Indonesia atau masih terbatas penggunaannya.

a. Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin :

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

ا

tidak dilambangkan

b Be ب

t te ت

ts te dan es ث

j je ج

h ha dengan garis bawah ح

kh ka dan ha خ

D de د

dz De dan zet ذ

R Er ر

Z Zet ز

S Es س

Sy Es dan ye ش

s es dengan garis bawah ص

d de dengan garis bawah ض

t te dengan garis bawah ط

z zet dengan garis bawah ظ

koma terbalik di atas hadap kanan „ ع

gh Ge dan ha غ

f Ef ف

q Qi ق

k Ka ك

l El ل

Page 6: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

v

M Em م

n En ن

w Wa و

h Ha هـ

Apostrop ` ء

y Ye ي

b. Vokal

Dalam bahasa Arab vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia memiliki vokal

tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal atau

monoftong, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut :

Tanda Vokal Arab

Tanda Vokal Latin Keterangan

a Fathah ـَـ

I Kasrah ـِـ

u Dammah ـُـ

Adapun untuk vokal rangkap atau diftong, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai

berikut :

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ai A dan i ـَـ ي

au A dan u ـَـ و

c. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan

dengan harakat dan huruf, yaitu :

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

â a dengan topi di atas ـُـا

î i dengan topi di atas ـِـي

û u dengan topi di atas ـُـو

Page 7: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

vi

Kata Pengantar

Bismillâhirrahmânirrahîm,

Alhamdulillah penulis panjatkan puji syukur ke hadirat Allah swt atas segala

limpahan nikmat karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

tesis in. untaian sholawat beriringkan salam penulis haturkan kepada baginda Nabi

saw yang atas kuasa Allah swt telah mengeluarkan kita dari zaman kegelapan menuju

zaman terang benderang yang penuh dengan ilmu pengetahuan, semoga syafaat

beliau senantiasa tercurahkan kepada seluruh kaum muslimin sampai hari akhir.

Berbagai macam kesulitan dan cobaan menghalangi penulis dalam

menyelesaikan tesis ini, namun rintangan itu berakhir pada suatu jalan kemudahan

yang hadir berkat bimbingan, bantuan, serta dukungan yang sangat berguna dari

berbagai pihak.

Dengan demikian, pada kesempatan ini penulis mengungkapkan rasa terima

kasih yang tulus disertai rasa hormat dan penghargaan yang sebesar-besarnyya

kepada:

1. Prof. Dr. dede Rosyada, MA., Rektor Universitas Islam Negri Syarif

Hidayatullah Jakarta

2. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., Ph.D., Dekan Fakultas Hukum Universitas Islam

Negri Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Dr. Nurhasanah, M.Ag., Ketua Program Studi Magister Hukum Ekonomi Syariah

dan Chairul Hadi, M.A., Sekretaris Program Studi Magister Hukum Eknomi

Syariah

4. Dr. Muhammad Maksum, SH., MAC., selaku pembimbing tesis penulis yang

telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan kepada penulis,

sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Semoga beliau

selalu dalam lindungan dan kasih sayang Allah swt

5. Narasumber dan seluruh staf Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indnesia

(DSN-MUI) yang telah memberikan izin serta membantu penulis dalam

Page 8: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

vii

observasi dan wawancara terkait data yang enuliis perlukan dalam penelitian

tesis, terkhusus kepada Dr. H. Hasanuddin, M.Ag., selaku wakil ketua BPH

DSN_MUI yang telah bersedia menjadi narasumber dan memberikan informasi

kepada penulis.

6. Narasumber dan seluruh staf Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang telah

memberikan izin serta membantu penulis dalam observasi dan wawancara terkait

data yang penulis perlukan dalam penelitian tesis, terkhusus Ibu Sefrina selaku

Deputi Guberbur OJK yang telah bersedia menjadi narasumber dan memberikan

informasi kepada penulis.

7. Seluruh Dosen Program Studi Magister Hykum Ekonomi Syariah Fakyltas

Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan selama

penulis menuntut ilmu di Universitas Negri Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Tercinta untuk ayah dan Ibu, terimakasih atas doa dan dukungannya.

9. Teramat sangat istimewa suamiku; mas Asep. Terimaksih atas dukungan dan

pengertiannya. Terimakasih sudah mendampingiku dalam suka dan duka.

Semoga rumah tangga kita sakinah dan barokah ya mas

10. Sahabat-sahabat saya magister Hukum Ekonomi Syariah semuanya, tak

terkecuali. Semoga ilmu kita bermanfaat dunia akhirat, dan semoga tali

silaturrahmi kita akan tetap terjaga seterusnya.

11. Semua pihak yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Meskipun telah berupaya dengan semaksimal mungkin, penulis menyadari

bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dari berbagai segi dan jauh dari kata

sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Allah swt. Sehingga saran dan kritik

yang bersifat membangun penulis harapkan untuk kebaikan tesis ini. ahirnya penulis

berdoa semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan juga bagi para

pembaca tentunya.

Jakarta, 15 Oktober 2018

Penulis

Page 9: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

viii

ABSTRAK

Penelitian ini berangkat dari asumsi yang berkembang di masyarakat yang

mengatakan bahwa ada perubahan antara ketentuan fatwa DSN-MUI dan POJK

tentang objek penyaluran pembiayaan musyârakah mutanâqisah, yaitu dari produktif

ke konsumtif. Hal ini dapat dilihat dari tekstual fatwa DSN-MUI dan SEBI/SEOJK

yang tidak sama. Oleh karena itu penelitian ini diarahkan untuk melihat bagaimana

model dari hasil transformasi fatwa DSN-MUI ke dalam peraturan perundang-

undangan secara keomprehensif.

Pertama, penelitian ini menemukan bahwa hukum Islam (fatwa DSN-MUI) tidak

harus secara literal ditransformasikan ke dalam Peraturan Perundang-undangan. Tesis

ini menemukan bahwa permasalahan transformasi disebabkan oleh pola positivisasi

fatwa yang kurang tepat terutama dengan adopsi sebagian (secara parsial), dan

penyempitan. Kontennya banyak menggunaan konsep yang sama dengan bisnis

konvensional, Adapun dari segi subtansi permasalahan disebabkan oleh kebiasaan

mengambil fatwa yang tidak utuh (parsial saja) dan adanya fatwa baru yang

mengelaborasi konsep lama.

Berkaitan dengan latar belakang penelitian, tesis ini mendukung pendapat Atho

Mudzhar dan Muhammad Maksum yang menyatakan bahwa adanya upaya

berkelanjutan untuk menyempurnakan aspek syariah pada produk ekonomi demi

mendorong pertumbuhan lembaga keuangan syariah. Dari segi positivisasi hukum

penelitian ini menguatkan pendapat Atho Mudhar dan Yeni salma Barlinti bahwa

fatwa DSN-MUI baru bisa mengikat secara umum setelah diundangkan.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif yang bersifat kualitatif

deskriptif dan kajian pustaka yang didukung oleh data-data lapangan melalui

wawancara. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan undang-undang dan

pendekatan sosial. Sumber hukum utama tesis ini ini adalah data hasil wawancara,

Fatwa DSN-MUI, Undang-undang Perbankan Syariah, Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan, Peraturan Bank Indonesian (PBI). Sumber hukum skunder berasal dari

semua yang sudah diolah dan dipulikasikan dalam bentuk dokumen-dokumen resmi,

buku-buku/ kitab-kitab, dan jurnal ilmiah tekait akad musyârakah mutanâqisah

sebagai objek penelitian.

Kata kunci: fatwa DSN-MUI, musyârakah mutanâqisah, SEBI/SEOJK,

Transformasi, Objektifikasi,

Page 10: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

ix

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ....................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................................... iii

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................ iv

KATA PENGANTAR ................................................................................. vi

ABSTRAK ................................................................................................. viii

DAFTAR ISI................................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................... 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 12

D. Defenisi Operasional Variabel ............................................. 12

E. Metode Penelitian ................................................................. 13

F. Review Studi terdahulu ........................................................ 15

G. Sistematika Penulisan ........................................................... 19

BAB II MODEL TRANSFORMASI HUKUM ISLAM DALAM

PERATURAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN21

A. Sistem Hukum di Indonesia.................................................. 21

B. Teori Transformasi Hukum Islam ........................................ 29

1. Positivisasi ..................................................................... 29

2. Taqnîn al-Ahkâm ........................................................... 39

C. Objektifikasi ......................................................................... 49

BAB III PROFIL SINGKAT BANK INDONESIA, OTORITAS JASA

KEUANGAN, DAN DEWAN SYARIAH NASIONAL

MAJELIS ULAMA INDONESIA ............................................ 53

A. Profil Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia ... 53

Page 11: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

x

1. Sejarah Berdirinya Dewan Syariah Nasional Majelis

Ulama Indonesia (DSN-MUI) ......................................... 53

2. Peran dan Kewenangan Dewan Syariah Nasional Majelis

Ulama Indonesia (DSN-MUI) ......................................... 55

3. Mekanisme Kerja DSN, BPH dan DPS ........................... 56

4. Proses Penetapan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis

Ulama Indonesia .............................................................. 58

5. Fatwa DSN-MUI Tentang Akad Musyârakah

Mutanâqisah .................................................................... 59

B. Profil Bank Indonesia ........................................................... 61

1. Visi, Misi Dan Nilai Strategis ....................................... 63

2. Struktur Organisasi Bank Indonesia ............................. 62

C. Profil Otoritas Jasa keuangan ............................................... 65

1. Misi dan Visi OJK ......................................................... 65

2. Tujuan OJK ................................................................... 65

3. Fungsi dan Tugas OJK .................................................. 66

4. Pengalihan Fungsi Perbankan dari BI Ke OJK: Latar

Belakang Pengalihan Fungsi Pengaturan dan

Pengawasan Perbankan ................................................. 66

5. Peraturan OJK ............................................................... 67

6. Struktur Organisasi OJK ............................................... 68

BAB IV REGULASI AKAD MUSYÂRAKAH MUTANÂQISAH

DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ......... 73

A. Regulasi Akad Musyârakah Mutanâqisah dalam SEBI ....... 84

B. Regulasi Akad Musyârakah Mutanâqisah dalam SEOJK.. 103

1. Ketentuan yang sama-sama Diatur baik dalam Fatwa

DSN dan SEBI/SEOJK ............................................... 112

a. Ketentuan tentang musyârakah ............................ 112

b. Penetapan nisbah keuntungan dan porsi kerugian 113

Page 12: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

xi

c. Objek Pembiayaan ................................................ 114

2. Ketentuan yang sama secara konten antara fatwa DSN-

MUI dan SEBI/SEOJK ................................................ 116

3. Ketentuan yang Berbeda (bertentangan) antara Fatwa

DSN dan SEBI/SEOJK ............................................... 117

4. Ketentuan yang Ada dalam SEBI/SEOJK, tapi tidak ada

dalam Fatwa DSN ....................................................... 122

5. Ketetuan yang Ada dalam Fatwa DSN, tapi tidak ada

dalam SEBI/SEOJK .................................................... 122

6. Faktor Perbedaan Ketentuan antara Fatwa DSN-MUI dan

SEBI/SEOJK ............................................................... 125

BAB V PENUTUP ................................................................................ 131

A. Kesimpulan ......................................................................... 131

B. Saran ................................................................................... 132

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 134

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................ 142

LAMIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 143

Page 13: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Susunan Organisasi Bank Indonesia ........................................... 64

Tabel 1.2 Susunan Organisasi Otoritas Jasa Keuangan ............................... 70

Tabel 1.3 Ketentuan yang sama-sama Diatur baik dalam Fatwa DSN dan

SEBI/SEOJK: Ketentuan Tentang Musyârakah ....................... 112

Tabel 1.4 Ketentuan yang sama-sama Diatur baik dalam Fatwa DSN dan

SEBI/SEOJK: Ketentuan Tentang Penetapan Nisbah

Keuntungan dan Porsi Kerugian ................................................ 113

Tabel 1.5 Ketentuan yang sama-sama Diatur baik dalam Fatwa DSN dan

SEBI/SEOJK: Objek Pembiayaan ............................................. 114

Page 14: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

1

BAB I

PENDAHULLUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia menunjukkan kondisi

yang menggembirakan. Hal ini ditandai dengan peningkatan jumlah

perbankan syariah dari waktu waktu ke waktu.1 Namun perkembangan ini

tidak dicapai dengan tanpa permasalahan. Setidaknya, perbankan syariah di

dunia tak terkecuali di Indonesia memiliki 2 (dua) permasalahan yang harus

segera dicarikan pemecahannya, yaitu: 1) kurangnya inovasi2 produk

perbankan syariah sehingga tawaran yang diberikan oleh perbankan syariah

menjadi terbatas3 dan 2) terdapatnya permasalahan kesesuaian syariah

(syariah compliance) yang masih harus diperketat.

1 Umum Syariah (BUS), 24 Bank Syariah dalam bentuk Unit Usaha Syariah (UUS), dan 156

BPRS, dengan jaringan kantor meningkat dari 1.692 kantor di tahun sebelumnya menjadi 2.574 di

tahun 2012. Dengan demikian jumlah jaringan kantor layanan perbankan syariah meningkat sebesar

25,31%. Aset perbankan syariah saat ini sudah mencapai Rp.179 Triliun (4,4% dari aset perbankan

nasional), sementara DPK Rp. 137 Triliun. Total pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah

sebesar Rp 139 Triliun, melebihi jumlah DPK. Ini berarti FDR perbankan syariah di atas 100%. Data

ini menunjukkan bahwa fungsi intermediasi perbankan syariah untuk menggerakan perekenomian,

sangat besar.

2 Chux Ghervase Iwu, “Impact of Product Development and Innovation on Market Share.”

African Journal of Business Management Vol. 4 (13), 4 October, 2010, 2659-2667. Mnyana Ranku,

The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon

Institute of Business Science University of Pretoria, 2009), i. Catherine M. Banbury, “The Effect of

Introducing Important Incremental Innovations on Market Share and Business Survival.” Strategic

Management Journal, Vol. 16, (1995), 161-182.

3 Sehubungan dengan masih rendahnya pangsa pasar perbankan syariah, Direktur Direktorat

Perbankan Syariah BI Mulya E. Siregar menilai inovasi dan promosi produk perbankan syariah masih

menjadi kendala utama dalam mengembangkan assets yang pada tahun 2011 sudah meraih pangsa

pasar perbankan sebesar 3,3% dari sisi asset di Indonesia. Menurutnya, inovasi produk di Indonesia

cendrung lambat. Perkembangan produk perbankan syariah dalam memperkenalkan produk-produk

baru masih lambat. Hanya terfokus produk-produk standar, tabungan, deposito saja. Pembiayaan

hingga saat ini belum ada yang canggih. Lihat, http://www.infobanknews.com/2011/01/bi-inovasi-

produk-menjadikunci-sukses-perbankan syariah/ diakses tanggal 5 Desember 2012.

Page 15: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

2

Terkait keterbatasan produk4 yang digunakan menyebabkan perbankan

syariah kurang mampu berkompetisi dengan perbankan konvensional. Kurang

kompetetifnya perbankan syariah dikarenakan keterbatasan produk yang

diluncurkan sehingga tidak bisa menjangkau banyaknya permintaan nasabah

terhadap produk- produk yang bervariasi.5

Salah satu produk perbankan syariah yang memiliki peluang untuk

digunakan secara luas pada perbankan syariah di Indonesia adalah

musyârakah mutanâqisah. produk ini menjadi salah satu tanda pertumbuhan

lembaga keuangan syariah di Indonesia.6 Konsep musyârakah mutanâqisah

4 Produk perbankan syariah secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu

produk penyaluran dana (financing), produk penghimpunan dana (funding), dan produk jasa (services).

Adapun dari segi penghimpunan dana, bank syariah memiliki tiga produk, yaitu tabungan, deposito,

dan giro. Dari segi akad, tiga produk tersebut menggunakan dua akad, yaitu wadî‟ah, dan mudârabah,

dengan rincian; 1) tabungan dapat menggunakan wadî‟ah (Tabungan Wadî„ah) atau mudârabah

(Tabungan Mudarabah), 2) deposito hanya menggunakan akad mudârabah (deposito mudârabah), dan

3) giro dapat menggunakan wadi„ah (Giro Wadî„ah) atau mudârabah (Giro mudârabah). Dari segi

penyaluran dana (financing), bank syariah menggunakan tiga jenis akad, yaitu 1) jual beli (murâbahah,

salam, dan istisnâ„), 2) bagi hasil (musyârakah/syirkah, musyârakah mutanâqishah, dan mudârabah),

dan 3) jasa (ijârah dan ijârah muntahiyah bit tamlîk). Akad jasa lainnya yang digunakan bank antara

lain adalah wakâlah bil ujrah dan rahn emas (gadai emas)lihat Jaih Mubarok, Makalah Hukum

Ekonomi Syariah, h. 16; lihat Peraturan Bank Indonesia Nomor: 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan

Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank

Syariah, pasal 1, angka 3; dan lihat Petunjuk Pelaksanaan Pembukaan Kantor Bank Syariah (Jakarta:

Bank Indonesia. 1999), hlm. 32-45

5 Cecep Maskanul Hakim menyatakan bahwa dalam menciptakan dan mengembangkan

poduk perbankan syariah biasanya menggunakan 2 (dua) pendekatan yaitu pendekatan akomodatif dan

asimilatif. Pendekatan akomodatif dilakukan dengan mengadopsi produkproduk perbankan

konvensional yang kemudian dimasukkan nilai-nilai Islam sedangkan pendekatan asimilatif berupaya

menjadikan bank Islam sebagai sebuah entitas tersendiri dalam produk tersebut dengan menunjukkan

jati diri khasnya. Lihat, Cecep Maskanul Hakim, Belajar Mudah Ekonomi Islam: Catatan Kritis

Terhadap Dinamika Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia, (Tangerang, Shuhuf Media

INsani, 2011), 158-172; Adapun dari sisi akad, menurut Maksum, pengembangan akad dapat

dilakukan inovasi akad dan modifikasi akad. Inovasi akad berarti menciptakan akad baru yang

sebelumnya belum ada. Modifikasi akad berarti membuat bentuk akad baru dari dengan memodifikasi

akad akad yang sudah ada. Lihat Muhammad Maksum, Fatwa Ekonomi Syariah di Indonesia,

Malaysia, dan Timur Tengah, (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat kementrian Agama RI, 2013) , h. 39

6 Juga di antara produk baru tersebut adalah mudârabah musytarakah, kartu kredit syariah,

letter of kredit syariah, kafâlah bi al-ujrah, surat berharga syariah negara (SBSN), sale and least back,

dan salâm mawâzî. Dilihat dari kelahirannya produk ini terbilang baru, karna baru diluncurkan oleh

bank syariah, namun tidak tergolong baru jika dibandingkan dengan produk bank konvensional.

Karena bank konvensional sudah menerapkannya lebih dulu. Dilihat dari akad yang digunakan,

Page 16: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

3

diperkenalkan untuk menjawab kritikan terhadap konsep pembiayaan

menggunakan bai‟ bitsamanin âjil atau murâbahah.7 Akad musyârakah

mutanâqisah memiliki spirit perbankan Islam yang sebenarnya karena

mengedepankan kerja sama demi kesejahteraan bersama. Akad ini bertumpu

pada pembagian laba dan rugi dan bukan pada utang seperti pada bai‟

bitsamanin âjil atau murâbahah.8 Selain itu, menurut Rahmi,

9 bagi nasabah,

akad musyârakah mutanâqisah memberikan jangka waktu pembiayaan yang

lebih lama dan angsuran yang relatif lebih murah, ini akan lebih meringankan

dan tidak menyulitkan ataupun membahayakan nasabah. Dengan demikian

musyârakah mutanâqisah juga bisa menjadi alternatif10

dari pembiayaan yang

mengacu pada tingkat bunga mengambang konvensional11

karena tarif sewa

dapat disesuaikan jika ada fluktuasi dalam perekonomian. Oleh karena itu,

lebih fleksibel, di mana bank syariah tidak akan dihadapkan dengan terlalu

banyak ketidakpastian dari sisi kondisi ekonomi.12

produk-produk tersebut menggunakan model akad baru atau akad yang sudah ada dengan

pengembangan. Muhammad Maksum, Fatwa Ekonomi Syariah di Indonesia, Malaysia, dan Timur

Tengah, (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat kementrian Agama RI, 2013), h. 4

7 Fauziah Md. Taib and T. Ramayah, Faktors Influencing Intention to use Diminishing

Partnership Home Financing, International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and

Management Vol. 1 No. 3, 2008, h. 237

8 Ahmad, K., Islamic Finance and Banking: The Challenge and Prospects, Review of Islamic

Economics, Vol. 9 (2000), h. 57-82, lihat juga Rosly, S.A. and Bakar, M.A.A., Performance of Islamic

and mainstream banks in Malaysia, International Journal of Social Economics, Vol. 30 No. 12, (2003)

h. 1249-65. Siddiqui, S.H., Islamic Banking: True Modes of Financing, New Horizon, May-June,

(2001), h. 109.

9 Putrid Kamilatur Rahmi, Implementasi Akad Musyarakah Mutanaqishah pada Pembiayaan

Kepemilikan Rumah di Bank Muamalat Lumajang, Iqtishoduna Vol. 5 No. 1 April 2015, h 17

10 Basyir bin Omar. Perjanjian Jual Beli Rumah Mengikut Perspektif Undang-Undang

Muamalah Islam, Disertasi Sarjana Jabatan Syariah dan Undang-Undang. (Kuala Lumpur: Akademi

Pengajian Universiti Malaya, 2002).

11 Muhammad Maksum, The Sharia Compliance of Islamic Multi Contract in Islamic

Banking, International Conference on Law and Justice (ICLJ 2017), Atlantis Press; Advances in Social

Science, Education and Humanities Research, volume 162, h. 154

12 Ahamed Kameel Mydin Meera dan Dzuljastri Abdul Razak, Islamic Home Financing

through Musharakah Mutanaqisah and al-Bay‟ Bithaman Ajil Contracts: A Comparative Analysis,

Page 17: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

4

Musyârakah mutanâqisah merupakan produk turunan dari akad

musyârakah. Menurut al-Zuhailî, musyârakah mutanâqishah ini dibenarkan

dalam syariah, karena sebagaimana ijârah muntahiyah bi al-tamlîk, yaitu

bersandarkan pada janji dari bank kepada mitra (nasabah)-nya bahwa bank

akan menjual kepada mitra porsi kepemilikannya dalam syirkah apabila mitra

telah membayar kepada bank sejumlah harga porsi yang dimiliki bank

tersebut. Di saat berlangsung, musyârakah mutanâqisah tersebut dipandang

sebagai syirkah „inân, karena kedua belah pihak menyerahkan kontribusi

modal (ra`su al-mâl), dan bank mendelegasikan kepada nasabah untuk

mengelola kegiatan usaha. Setelah selesai syirkah, bank kemudian menjual

seluruh atau sebagian porsinya kepada mitra, dengan ketentuan akad

penjualan ini dilakukan secara terpisah dan tidak terkait dengan akad

syirkah.13

Terkait dengan musyârakah mutanâqisah ini, maka Ibnu Qudâmah

menyebutkan bahwa apabila salah satu dari dua yang bermitra (syarîk)

membeli porsi (bagian, hissah) dari mitra lainnya, maka hukumnya boleh,

karena (sebenarnya) ia membeli milik pihak lain.14

Menurut al-Kawâmilah, konsep musyârakah mutanâqisah telah

dibincangkan pada penghujung tahun 1980-an. Orang pertama yang

mengungkapkan konsep tersebut ialah Sami Hasan Mahmud pada 30 Juni

1976, institusi pertama yang melaksanakannya adalah Bank Islam Jordan pada

tahun 1978.15

Menurut Syubair, musharakah mutanaqisah telah dilaksanakan

untuk pertama kalinya di Mesir antara sebuah perusahaan travel pariwisata

Department of Business Administration Kulliyyah of Economics and Management Sciences

International Islamic University Malaysia, h. 19-20

13 Lihat Wahbah Zuhaili, al-Mu‟âmalah al-Mâliyah al-Mu‟âsirah, (t.tp.: t.p., t.t), 436-437

14 Syihâb al-Dîn al-Ramlî, Nihâyah al-Muhtâj Ilâ Syarh al-Minhâj, (Beirut : Dâr al- Fikri,

1404/1983), jilid V, h. 3; Ibn Qudâmah, Al-Mughnî Li ibn Qudâmah, (Mesir : Maktabah Jumhuriyah

al- 'Arabiyah, t.th), juz V, h.3

15 Nûr al-Dîn „Abd al-Karîm al-Kawâmilah, al-Musyârakah al-Mutanâqisah wa Tatbîqatuhâ

al-Mu„âsirah fî al-Fiqh al-Islâmî („Amman: Dâr al-Nafâ`is lî al-Nasr wa al-Tawzî„, 2008), h. 28.

Page 18: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

5

dan sebuah bank perdagangan syariah dalam pembelian sebuah kapal laut.16

Dalam Persidangan Majma„ al-Fiqh al-Islami (Akademi Fiqh Islam) ke-15 di

„Amman pada Maret 2004 M / Muharram 1425 H, mayoritas tokoh

berpandangan bahawa fatwa pertama yang telah dikeluarkan berkenaan

dengan musyârakah mutanâqisah ialah fatwa dari pada al-Mu‟tamar li al-

Masraf al-Islami (Persidangan Bank Islam) yang diadakan buat pertama

kalinya di Dubai pada tahun 1979.17

Dalam sistem ekonomi syariah kontenporer, khususnya di perbankan

syariah, musyârakah mutanâqisah telah digunakan secara meluas dan

berkembang ke dalam pembiayaan perumahan (KPR). Selain itu juga

digunakan untuk tujuan pembiayaan kenderaan, peralatan, aset tetap, kerja

sama perniagaan, perdagangan dan lain lain.18

Kontrak / akad tersebut telah

sukses dilaksanakan oleh beberapa institusi keuangan yang menawarkan

produk dan fasilitas pelayanan perbankan Islam di seluruh dunia termasuk di

Amerika Serikat, United Kingdom, Pakistan,19

Malaysia dan juga Indonesia.

Sebagaimana pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa

musyârakah mutanâqisah merupakan produk turunan dari akad musyârakah.

Sehingga dalam implementasinya juga harus disesuaikan dengan dengan

fatwa DSN-MUI tentang musyârakah dan juga fatwa tentang musyârakah

mutanâqisah itu sendiri. Secara sederhana, bahwa musyârakah dapat

dipahami sebagai kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha

16

Syubair tidak menyebutkan tanggal dan nama institusi yang terlibat secara terperinci, lihat

Muhammad „Utsmân Syubair, al-Mu‟âmalah al-Mâliyah al-Mu‟âsirah, (Yordania: Dâr al-nafâ`is,

2008), Cet. ke-6, h. 334

17 Majma„ al-Fiqh al-Islami, Majallah, 1:388, h. 414-415 dan 461.

18 Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance (The Hague: Kluwer

International Law, 2002), h. 30-35; Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance (West Sussex:

Wiley Finance, 2007), h. 339.

19 Ahamed Kameel Mydin Meera dan Dzuljastri Abdul Razak, Islamic Home Financing

through Musharakah Mutanaqisah and al-Bay„ Bithaman Ajil Contracts: A Comparative Analysis,

Review of Islamic Economics, Vol. 9, No. 2 (2005), h. 16-19; Salahuddin Ahmed, Islamic Banking,

Finance and Insurance: A Global Overview (Kuala Lumpur: A.S. Noordeen, 2006), h. 407-431.

Page 19: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

6

tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana atau

keahlian untuk melaksanakan suatu jenis usaha yang halal dan produktif,

dengan tujuan memperoleh dan berbagi keuntungan.20

Sehingga persoalannya,

musyârakah mutanâqisah harusnya ditujukan untuk pembiayaan yang

berkarakter produktif seperti modal kerja, bukannya konsumtif seperti

pembiayaan KPR!. Karena hal ini muncul lah beberapa persepsi di khlayak

yang mengatakan bahwa ada ketidak-sesuaian antara fatwa dan regulasi

perundang-undangan? Benarkah peraturan perundang-undangan yang

diterbitkan oleh otoritas sudah sesuai dengan fatwanya? Jika benar, apakah

factor yang menyebabkan demikian? Lantas bagaimana dengan tujuan atau

esensi dari akad itu sendiri? Dalam tataran ini terdapat hal yang sangat

penting untuk dikaji dan dipahami, yaitu mengenai bagaimana transformasi

fatwa tentang akad musyârakah mutanâqisah dalam peraturan perundang-

undangan.

Akad musyârakah sendiri di perbankan syariah hanya ditujukan untuk

pembiayaan modal kerja usaha. Pembiayaan modal kerja adalah pembiayaan

yang diberikan kepada perorangan, badan usaha maupun badan hukum untuk

kebutuhan modal kerja yang real produktif. 21

Tidak ada pembiayaan KPR

menggunakan akad musyârakah, adapun jika ada nasabah yang ingin

mengajukan pembiayaan KPR menggunakan akad musyârakah, menurut

Amalia, pihak bank syariah akan mengkonversi pembiayaan tersebut dari

20

https://economy.okezone.com/read/2012/03/30/316/602652/pembiayaan-bagi-hasil-

musyarakah diakses pada 9 Juli 2018

21 Pembiayaan produktif yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan

produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan maupun

investasi. Pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua, yaitu: a) Pembiayaan modal kerja yaitu

pembiayaan yang dimaksud untuk mendapatkan modal dalam rangka pengembangan usaha b)

Pembiayaan investasi yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk melakukan investasi atau pengadaan

barang konsumtif. Lihat Muhammad Safi‟I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta:

Gema Insani Press, 2001), h. 160; lihat juga Veithzal Rivai, et.al, Islamic Banking: Sebuah Teori,

Konsep, dan Aplikasi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), h. 686

Page 20: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

7

musyârakah menjadi musyârakah mutanâqisah.22

Pembiayaan KPR

merupakan pembiayaan yang diberikan kepada perorangan untuk keperluan

pembelian rumah/tempat tinggal/apartmen/ruko yang dijual melalui developer

atau nondeveloper dan diperuntukkan bukan untuk usaha.23

Pembiayaan jenis

ini termasuk dalam jenis pembiayaan konsumtif atau digunakan sendiri,

seperti rumah, apartment, mobil, barang elektronik dll. Secara implicit, di sini

dapat dilihat perbedaan yang cukup kentara antara aplikasi akad musyârakah

mutanâqisah dari akad induknya.

Adapun kedudukan fatwa DSN sebagai pedoman penyelenggaraan

keuangan syariah diakui oleh Negara. Tidak ada isntrumen syariah yang bisa

diterapkan tanpa mendapat fatwa dari DSN-MUI dan izin praktik dari OJK

terlebih dulu. Paling tidak ada tiga undang-undang yang mengatur fatwa

sebagai standar syariah, yaitu undang-undang No. 40 Tahun 2007 Tentang

Perseroan Terbatas undang-undang No. 19 Tahun 2008 Tentang Surat

Berharga Syariah Nasional (SBSN), dan undang-undang No. 21 Tahun 2008

Tentang Perbankan syariah yang merupakan ketentuan organic perbankan

syariah. Otoritas keuangan juga memberi respon positif terhadap fatwa DSN.

Pada Desember 2004, Bank Indonesia mengeluarkan peraturan standar

kesyariahan bank syariah. Melalui keputusan Nmor 6/24/PBI/2004 yang

ditanda tangani pada 14 Okober 2004, ditetapkan kepatuhan aspek syariah

merujuk pada fatwa yang dikeluarkan oleh DSN-MUI dan dewan pengawas

syariah (DPS).

22

Amalia Nur Addina, Pembiayaan Akad Musyarakah pada Pembiayaan Hunian Syariah

(Phs) di Bank Muamalat Indonesia Cabang Malang, Skripsi, Jurusan Managemen Fakultas Ekonomi

(UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

23Ikatan Bankir Indonesia (IBI) dan Lembaga Sertifikasi Profesi Perbankan (LSPP),

Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2015). h. 50

Page 21: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

8

Peraturan tentang musyârakah mutanâqisah diatur dalam Fatwa DSN-

MUI No. 73/DSN-MUI/XI/2008 tentang musyârakah mutanâqisah.24

Disusul

dengan Surat Keputusan DSN-MUI NO.01/DSN-MUI/X/2013 Tentang

Pedoman Implementasi Musyârakah Mutanâqisah dalam Produk Pembiayaan.

Kedua fatwa ini lahir berturut turut karena fatwa DSN-MUI NO. 73/DSN-

MUIlXl/2008 tentang musyârakah mutanâqisah dipahami secara beragam

oleh masyarakat, termasuk praktisi keuangan syariah dan otoritas, sehingga

mengakibatkan ketidakseragaman implementasi dalam produk keuangan di

perbankan syariah. Adapun dalam peraturan perundang-undangan, akad

musyârakah mutanâqisah diatur dalam Surat Edaran otoritas Jasa Keuangan

(SEOJK) yang terbit pada 21 Desember 2015 No.36/SEOJK.03/2015 Tentang

Produk dan Aktivitas Bank Umum Syaria dan Unit Usaha Syariah.25

Menururt Ma‟arif, Dalam proses transformasi suatu fatwa (fatwa

DSN-MUI) ke dalam hukum positif pasti menghadapi dinamika26

dan

kepentingan-kepentingan, yaitu kepentingan LKS, politik hukum nasional,

politik hukum Islam, dan penegakan hukum, sebagaimana penerapan hukum

Islam di Indonesia pada umumnya. Sehubungan dengan hal itu, Azra

berpendapat bahwa beberapa kendala yang dihadapi dalam upaya menjadikan

24

Dan karena musyârakah mutanâqisah adalah bentuk akad kerja sama dan sewa, maka

dalam implementasinya juga harus patuh pada Fatwa DSN-MUI No. 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang

pembiayaan musyârakah, dan Fatwa DSN-MUI No. 09/DSN-MUIlIV/2000 tentang Ijârah, serta Fatwa

DSN-MUI No. 85/DSN-MUIIXll/2012 tentang Janji (Wa'd) dalam Transaksi Keuangan dan Bisnis

Syariah.

25 Dengan lahirnya Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan (SEOJK) ini maka Surat Edaran

Bank Indonesia (SEBI) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada 27 November 2012

No.14/33/DPbS kepada Semua Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia tentang

penerapan kebijakan produk pembiayaan kepemilikan rumah dan kendaraan bermotor bagi bank umum

syariah dan unit syariah otomatis sudah tidak berlaku lagi bagi BUS dan UUS. Lihat juga Divisi

Pengembangan Produk dan Edukasi, Departemen Perbankan Syariah dan Otoritas Jasa Keuangan,

Standar Produk Perbankan Syariah Musyarakah dan Musyarakah Mutanaqishah, (Jakarta: t.tp, 2016)

26 Muhammad Maksum, Kedudukan syariah sebagai sumber Hukum positif: Kajian Awal

atas Hukum Perkawinan, Ekonomi Islam, dan Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia dan Maroko,

Istinbáth Jurnal of Islamic Law/Jurnal Hukum Islam ISSN 1829-6505 vol. 15, No. 2. p. 163-334, h.

293

Page 22: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

9

hukum Islam sebagai bagian dari hukum nasional adalah adanya konflik

antara hukum Islam dan hukum nasional.27

Arifin menambahkan bahwa

kendalanya adalah persepsi yang tidak sepaham terhadap syariat.28

Perbedaan

pemikiran mengenai politik hukum islam yang antara lain tercermin dalam

perbedaan teori mengenai keberlakuan hukum Islam di Indonesia, meliputi

teori resceptie.29

27

Lihat A. Syafi‟I Ma‟arif, et. al., Syariat Islam Yes Syariat Islam No: Dilema Piagam

Jakarta dalam Amandemen UUD 1945, (Jakarta: Paramadina, 2001), Cet. 1, h. 180, 184-185

28 Departemen Agama RI, Komplilasi Hukum Islam di Indonesia, (2002), h. 132-133

29 Perkembangan teori mengenai hubungan antara hukum Islam dan hukum Eropa (hukum

belanda), dan hukum adat, ichtijanto berkesimpulan bahwa teori-teori ttersebut disederhanakan

menjadi enam, yaitu teori penataan hukum, teori penerimaan otoritas hukum, teori resepsi in complexu,

teori resepsi, teori resepsi exit, dan teori resepsi a contrario. Pertama, teori penataan hukum dijelaskan

mengenai indicator tingkat atau kualitas keagamaan. Menurut teori penataan hukum, orang Islam yang

tidak taat pada ketentuan Allah swt, Rasul-Nya, dan ulil amri berarti tingkat keberagamaannya rendah.

Sebaliknya, orang Islam yang taat kepada ketentuanAllah dan Rasul-Nya, dan ulil amri berarti tingkat

keberagamaannya tinggi. Dan seserang yang melanggar ketentuan Allah, Rasyl-Nya, dan ulil amri

harus disanksi. Kedua, teori teori penerimaan otoritas hukum yang antara lain dikemukakan

olehH.A.R.Gibb dalam bukunya The Modern Trends of Islam, menurut teori ini, orang yang telah

menerima Islam sebagai agamanya berarti telah menerima otoritas hukum Islam terhadap dirinya.

Secara sosiolgis, orang yang sudah beragama Islam menerima hukum Isla dengan tingkat ketaatan yag

berbeda-beda tergantung pada tingkat ketaqwaannya kepada Allah swt. Ketiga, teori resepsi in

cmplexu, yang digagas oleh Ldewidjk William Cristian Van Den Berg yang pada intinya menyatakan

bahwa, bagi orang Islam berlaku penuh hukum Islam sebab dia telah memeluk agama Islam meskipun

dalam pelaksanaannya terdapat penyimpangan-penyimpangan. Keempat, teori resepsi yang

dikemukakan oleh Cristian Snouc Hougronje yang juga dikembangkan oleh C. Van Vollenhoven dan

Ter Har Brn. Menurut teori resepsi, bag rakyat pribumi pada dasarnya berlaku hukum adat. Hukum

Islam baru berlaku jika hukum Islam telah diterima masyarakat sebagai hukum adat. Kelima, teori

resepsi exit yang dikemukakan oleh Hazairin. Menurut teori ini, teori resepsi yang telah dikemukakan

oleh Hougronje tadi tidak berlaku lagi (exit) dengan deklarasi kemerdekaan dan konstitusi 1945.

Sesuai dengan konstitusi 1945, pasal 29 ayat (1), Negara wajib membentuk hukum nasional Indonesia

yang bahannya adalah hukum agama; hukum Islam bidang perdata dan pidana diserap menjadi hukum

nasional. Penyerapan tersebut merupakan nasional Indonesia berdasarkan pancasila. Keenam, teori

resepsi a contratio yang dikemukakan oleh sayuti Talib yang menyatakan bahwa: 1) bagi orang Islam

berlaku hukum Islam, 2) hal tersebut sesuai dengan keyakinan dan cita-cita hukm, cita-cita batin dan

moralnya, 3) hukum adat berlaku bagi umat Islam apabila tidak bertentangan dengan hukum Islam.

Lihat Ichtijanto Sumarjan (ed.), Pengembangan Toeri Berlakunya Hukum Islam di Indonesia,” dalam

Tjun Sumarjan (ed.), Hukum Islam di Indonesia: Perkembangan dan Pembentukan, (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 1994) Cet. ke-2, h 102-114, 11 122, dan 130-132. Lihat juga Lihat Ichrijanto,

S.A., Pengemangan Teori Berlakunya Hukum Islam di Indonesia, dalam Tjun Suryaman (e.d.), Hukum

Islam di Indonesia: Perkembangan dan Pembentukan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994) Cet.

2, h. 101-102

Page 23: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

10

Maka penerapan akad musyârakah mutanâqisah menjadi salah satu

produk pembiayaan di lembaga keuangan syariah yang bermasalah secara

hukum ketika menurut peraturan perundangan pembiayaan dengan akad

Musyârakah Mutanâqisah disalurkan untuk pembiayaan produktif dan

konsumtif. Padahal secara fikih akad musyârakah mutanâqisah termasuk jenis

syirkah „inân yang mana seharusnya disalurkan untuk membiayai kegiatan

usaha komersil atau modal usaha kerja.30

Adapun dari aspek formal

perundang-undangan maka dikhawatirkan tejadi ketidak-singkronan antara

pedoman hukum (fatwa DSN-MUI) dan undang-undang yang dibuat

(SEOJK).

Berdasarkan sejumlah fakta dan asumsi yang mengindikasikan adanya

perbedaan mekanisme penyaluran pembiayaan antara yang tertulis dalam

aturan legal formal (fatwa / fikih dan POJK nya) dan regulasi pemerintah,

maka penulis memandang perlu untuk melakukan kajian secara mendalam

mengenai bentuk tansformasi fatwa DSN-MUI tentang akad musyârakah

mutanâqisah dalam peraturan perundang undangan: SEBI No. 15/40/DKMP

dan SEOJK No.36/SEOJK.03/2015).31

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, agar pembahasan ini

terarah, maka penulis membatasi ruang lingkup pembahasannya seputar

transformasi fatwa DSN-MUI tentang akad musyârakah mutanâqisah dalam

perundang-undangan sebagai berikut:

30

Tidak bisa dibenarkan jika suatu teks peraturan perundang-undangan bertentangan atau

tidak sesuai dengan hukum Islam yang asli. Mahmoud A. El-Gamal, Islamic Finance Law, Economic,

and Practice, h. 16

31 Penulisan tesis ini terinspirasi dari journal Muhammad Atho Mudzhar dan Muhammad

Maksum, Synergy or Conflict of Laws? (Comparison between the Compilation of Rules on Shari‟ah

Economy (KHES) and the National Shari‟ah Board‟s (DSN) Fatwas), 682| AL-„ADALAH Vol. XII,

No. 4, Desember 2015

Page 24: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

11

1. Fatwa DSN-MUI tentang akad Musyârakah Mutanâqisah dibatasi pada

fatwa DSN-MUI No. 73/DSN-MUI/XI/2008 tentang akad Musyârakah

Mutanâqisah dan Keputusan DSN-MUI NO.01/DSN-MUI/X/2013

Tentang Pedoman Implementasi Musyârakah Mutanâqisah dalam Produk

Pembiayaan.

2. Akad musyârakah mutanâqisah dibatasi pada akad musyârakah

mutanâqisah yang diadopsi dalam produk pembiayaan perbankan syariah

atas modal usaha atau kepemilikan asset melalui pola kerjasama atas

suatu usaha sewa, dimana penyertaan porsi dana Bank menurun karena

pengambilalihan oleh nasabah secara bertahap melalui pembelian.

3. Peraturan perundang-undangan dibatasi pada SEBI No.15/40/DKMP

tentang perihal penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang

Melakukan Pemberian Kredit atau Pembiayaan Pemilikan Properti, Kredit

atau Pembiayaan Konsumsi Beragun Properti, dan Kredit atau

Pembiayaan Kendaraan Bermotor dan SEOJK No.36/SEOJK.03/2015

tentang Produk Dan Aktivitas Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha

Syariah.

4. Data yang diteliti dalam tesis ini dibatasi pada data tahun 2000 sampai

dengan tahun 2017 karena melihat fatwa DSN-MUI tentang akad

musyârakah mutanâqisah masih memiliki hubungan dengan fatwa lain

yang lahir sebelumnya.

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah

yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimana model transformasi fatwa DSN-MUI tentang akad

musyârakah mutanâqisah dalam peraturan perundang-undangan?

b. Bagaimana perbedaan antara konten fatwa DSN-MUI dan Peraturan

Perudang-undangan?

Page 25: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

12

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Tesis ini bertujuan untuk menganalisis model transformasi positivisasi

fatwa DSN MUI tentang akad musyârakah mutanâqisah ke dalam peraturan

perundanng-undangan dan permasalahan perbedaan antara keduanya.

Sedangkan manfaat penelitian ini adalah: 1) Penelitian ini diharapkan

mampu memberikan kontribusi penting terhadap khazanah keilmuan hukum

ekonomi syariah dan dapat dijadikan rujukan bagi penulisan penelitian

selanjutnya. 2) Penelitian ini dapat digunakan oleh para praktisi hukum islam

dan praktisi perbankan syariah dalam menyelesaikan permasalahan berkaitan

dengan penerapan akad musyârakah mutanâqisah.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalahan

pemahaman dan perbedaan penafsiran yang berkaitan dengan istilah-istilah

dalam judul tesis ini. definisi operasional berisi informasi ilmiah yang sangat

membantu peneliti lain yang ingin melakukan penelitian dengan

menggunakan variabel yang sama agar dapat menentukan apakah tetap

menggunakan prosedur pengukuran yang sama atau diperlukan pengukuran

yang baru.

Sesuai dengan judul penelitian yaitu “tansformasi fatwa DSN-MUI

tentang akad musyârakah mutanâqisah dalam peraturan perundang

undangan”, maka definisi operasional yang perlu dijelaskan, yaitu:

1. Transformasi

Transformasi adalah perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi, dan

sebagainya).32

Yang dimaksud dengan transformasi dalam penelitian ini

adalah model transformasi yang dihasilkan dari sebuah perubahan secara

32

Lihat Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. III (Jakarta:

Balai Pustaka, 2005), h. 1209.

Page 26: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

13

berangsur-angsur sehingga sampai pada tahap ultimate, dari bentuk yang

sudah dikenal sebelumnya melalui proses menggandakan secara

berulang-ulang atau melipatgandakan.

2. Fatwa DSN-MUI (Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia)

Fatwa DSN-MUI adalah fatwa tentang akad musyârakah mutanâqisah

yang dikeluarkan oleh DSN-MUI selaku lembaga diberikan wewenang

oleh pemerintah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentag

permasalahan baru mengenai ekonomi syariah, yang kemudian

jawaban/fatwa tersebut dijadikan landasan dalam pelaksanaan kegiatan

ekonomi syariah.

3. Akad Musyârakah Mutanâqisah

Akad musyârakah mutanâqisah merupakan produk dan jasa keuangan

syariah yang menggunakan prinsip syirkah „inân.

4. Peraturan Perundang-undangan

Peraturan perundang-undangan adalah peraturan yang dikeluarkan oleh

regulator yang khusus membahas tentang akad musyârakah mutanâqisah

yang diterbitkan oleh pihak yang berwenang, dalam hal ini adalah Surat

Edaran No.15/40/DKMP yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) dan

Surat Edaran No.36/SEOJK.03/2015 yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa

Keuangan (OJK).

E. Metode Penelitian

1. Metode Penelitian

Kajian penelitian tesis ini tergolong penelitan hukum normatif

(normative legal research) dengan disain kualitatif deskriptif (qualitative

descriptive) dan kajian pustaka (library research) yang didukung oleh data

data lapangan melalui wawancara.

2. Pendekatan

Page 27: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

14

Penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yakni pendekatan

peraturan perundang-undangan (statuate approach) dan pendekatan sosial

ekonomi. Pertama pendekatan undang-undang digunakan untuk menggali

formula regulasi tentang mekanisme musyârakah mutanâqisah.

Pendekatan sosial ekonomi digunakan untuk mengetahui sebab terjadi

perubahan kontent hukum.

3. Kriteria dan Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber-sumber penelitian

sebagai berikut:

a. Sumber hukum primer

Bahan hukum primer yang dimaksud adalah data hasil

wawancara, Fatwa DSN-MUI, Undang-undang Perbankan Syariah,

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan, Peraturan Bank Indonesian (PBI).

b. Sumber hukum skunder

Bahan hukum skunder yang dimaksud adalah semua yang sudah

diolah dan dipulikasikan dalam bentuk dokumen-dokumen resmi,

buku-buku/ kitab-kitab, dan jurnal ilmiah tekait akad musyârakah

mutanâqisah sebagai objek penelitian.

4. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data akan dikumpulkan dengan cara dokumentasi. Teknik ini

dilakukan untuk mendapatkan data mengenai proses perumusan, dan

sumbangan pemikiran dari berbagai pihak dalam perumusannya. Teknik

ini juga digunakan untuk mengumpulkan data kepustakaan berupa

perundang undangan, dan dokumen dokumen yang relevan dengan topik

penelitian. Data-data tersebut kemudian dianalisa menggunakan teknik

analisis isi (analysis content) untuk menjelaskan suatu masalah teoritis

secara normative.

Penggalian data juga dilengkapi dengan wawancara kepada ketua

DSN MUI, KH Ma'ruf Amin, dan legislator peraturan tentang akad

Page 28: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

15

musyârakah mutanâqisah dari pihak BI dan atau OJK. Bahan-bahan

tersebut dikaji untuk untuk mengetahui motif dibalik perubahan /

perbedaan subtansi peraturan.

Hasil analisis di atas kemudian dianalisis lebih lanjut menggunakan

teori-teori hukum yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu dengan

mengkaji faktor perubahan ketentuan akad dari produktif menjadi

konsumtif yang sebelumnya telah dikaitkan dengan hasil wawancara.

5. Teknis Penulisan

Teknik penulisan yang digunakan dalam tesis ini berdasarkan buku

“Pedoman Akademik Program Magister dan Doktor Pengkajian Islam

2016-2020 Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.”

F. Review Studi Terdahulu

Ada beberapa kajian pemikir atau pelajar hukum ekonomi syariah

yang relevan dengan penelitian ini, terutama yang berkaitan dengan akad

musyârakah mutanâqisah, eksistensi fatwa dan transformasinya dalam

perudang-udangan.

Dari aspek fatwa, fatwa diakui sebagai salah satu sumber pembuatan

peraturan perundang-undangan, khususnya undang-undang yang berkaitan

dengan perbankan syariah. Namun eksistensinya tidak mengikat sebelum

dilegislasi dalam bentuk perundang-undangan, kesimpulan ini diungkapkan

oleh Yeni Slama Barlinti,33

Muhtar Ali,34

Wahiduddin Adams.35

33

Yeni Salma Barlinti, Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional dalam Sistem Hukum

Nasional di Indonesia, (t.p.: Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2010)

34 Muhtar Ali, Prospek Fatwa sebagai Hukum Positif di Indonesia: Suatu Tinjauan Historis

dan Yuridis, (Disertasi Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009)

35 Wahiduddin Adams, Pola Penyerapan Fatwa Dewan Syariah Majelis Ulama Indonesia

(DSN-MUI), (Desertasi UIN Jakarta, 2008)

Page 29: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

16

Dalam penelitian lain, Tuti Hasanah36

mengkaji tentang transformasi

fatwa. Hasanah menyimpulkan agar fatwa menjadi mengikat, maka fatwa

harus ditransformasi dalam PBI, di mana dalam proses transformasi tersebut

dipengaruhi oleh Komite Perbankan Syariah (KPS) sebagai pemberi

rekomendasi terhadap Bank Indonesia (BI). Kesimpulan itu dikuatkan oleh

penelitian Akhmad Faozan,37

Ia menambahkan betapa pentingnya positivisasi

fatwa demi perkembangan perbankan syariah agar segala aktivitasnya

memiliki landasan hukum yang kuat.

Dan yang terbaru adalah penelitian Soleh Hasan Wahid38 tentang pola

transformasi fatwa ekonomi syariah DSN-MUI dalam peraturan perundang-

undangan di Indonesia, ia menemukan bahwa bahwa ada tiga model

penyerapan fatwa DSN-MUI dalam undang-undang, model pertama copy dan

paste atau copy fatwa judul dalam pasal-pasal undang-undang. Kedua, pola

substantif yang hanya mengambil substansi dari fatwa tersebut kemudian

diterjemahkan ke dalam perundang-undangan bab dengan bahasa yang formal.

Ketiga, memperluas ketentuan fatwa dan / atau menterjemahkan ketentuan

fatwa secara umum dalam bentuk yang lebih operasional sehingga bisa

diaplikasikan dalam operasional lembaga keuangan.

Sebelumnya disertasi Wahiduddin Adams, „Pola Penyerapan Fatwa

Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam Peraturan Perundang-undangan 1975-

36

Tuti Hasanah, Transformasi Fatwa Dewan Syariah Nasional ke dalam Hukum Positif,

(Tesis Pascasarjana IAIN Antasari Banjarmasin, 2014)

37 Akhmad Faozan, Pola dan Urgensi Positivisasi Fatwa-fatwa Dewan Syariah Nasional

Majelis Ulama Indonesia tentang Perbankan Syariah di Indonesia, Jurnal Al-Manāhij, Vol. X No. 2,

Desember 2016

38 Soleh Hasan Wahid, pola Transformasi Fatwa Ekonomi Syariah Dsn-Mui Dalam

Peraturan Perundang-undangan di Indonesia, Jurnal Hukum Islam al-Ahkam

DOI: 10.21274/ahkam.2016.4.2.171-198

Page 30: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

17

1997.39

Adams menyimpulkan bahwa fatwa MUI cukup berpengaruh terhadap

rancangan dan undang-undang yang berlaku di Indonesia. Adams

menunjukkan dua pola penyerapan fatwa MUI dalam berbagai eraturan

perundang-undangan. Pola pertama adalah fatwa MUI yang disampaikan

kepada regulator, dan pola kedua adalah penyerapan fatwa dalam peraturan

perundang-undangan oleh regulator. Mengenai sikap MUI vis a vis dengan

rancangan peraturan perundang-undangan atau aturan yang berlaku dibagi

menjadi tiga, yaitu 1) berupa dukungan sepenuhnya, 2) dukungan dengan usul

penyempurnaan, dan 3) penolakan terhadap seluruh atau sebagian.

Dalam “Fatwas of The Council of Indonesian Ulama…,” Mohammad

Atho Mudzhar menemukan bahwa formulasi fatwa MUI tidak dilakukan

dengan menggunakan metodologi yang konsisten, banyak fatwa yang

dipengaruhi oleh faktor sosio politik, khususnya kebijakan pemerintah, faktor

persaingan antara muslim dan Kristen, faktor penyesuaian terhadap

modernisasi, dan keinginan untuk melepas diri dari madzhab Syafi‟i.40

Dari aspek akad, Muhammad Maksum41

meneliti respon fatwa DSN

MUI terhadap produk ekonomi syariah, terutama produk produk ekonomi

kontemporer yang diperselsihkan di kalangan ulama. Dalam penlitian ini

Muhammad Maksum menyimpulkan bahwa ada upaya berkelanjutan untuk

menyempurnakan aspek syariah pada produk ekonomi. Maksum juga

menyimpulkan bahwa fatawa DSN-MUI cenderung bersifat longgar

disbanding fatwa di negara Malaysia dan Timur Tengah. Hal tersebut

dipengaruhi oleh empat hal: 1) tujuan dan dan tuntutan dunia usaha, ini

39

Wahiduddin Adams, Pola Penyerapan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam

Peraturan Perundang-undangan 1975-1997, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullaj, 2002). Disertasi dtidak

dipublikasikan

40 Mohammad Atho Mudzhar, Fatwas of The Council of Indonesian Ulama: A Study of

Islamic Legal Thought in Indonesian 1975-1988, (Los Angeles: University of California, 1990)

41 Muhammad Maksum, Fatwa Ekonomi Syariah di Indonesia, Malaysia, dan Timur Tengah,

(Jakarta: Badan Litbang dan Diklat kementrian Agama RI, 2013)

Page 31: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

18

melputi misi utama DSN-MUI untuk memasyarakatkan ekonomi syariah dan

mensyariatkan ekonomi. DSN mengeluarkan fatwa yang mendukung

pertumbuhan LKS untuk mendorong agar LKS dapat berkompetisi dengan

LKK. 2) Sikap DSN tidak bersikap menolak terhadap instrument

konvensional karena produk asli ekonomi syariah belum tentu ada dan bisa

diterapkan. 3) Instrument konvensional direstruktraisasi (takyîf) sesuai dengan

prinsip dan kaidah syariah. LKS menghadapi kendala dalam menerapkan

prinsip syariah karena regulasi tidak mendukung. DSN memberikan ruang dan

jalan keluar fikih untuk kendala regulasi tersebut. 4) pandangan fikih DSN

sangat menentukan arah fatwa yang dikeluarkan. Kaidah kebutuhan (hâjah)

darurat, dan kebijakan (maslahah) menjadi pertimbangan fatwa terutama

dalam mennghadapi produk yang diperselisihkan ulama. Pengembangan

pandangan (teori) fikih, seperti I‟âdat al-nadar, tafrîq al-halâl min harâm, dan

tajwîz al-„aqd lil hâjah bi al-syurût turut mempengaruhi penetapan fatwa.

Muslihat hukum (hîlah) merupakan alternatif menjawab produk ekonomi

modern. Muslihat hukum yang dipakai adalah hîlah yang tidak

mengakibatkan riba (hîlah syar‟iyyah), muslihat tersebut sebagai jalan keluar

(makhraj) yang dibenarkan agama.

Dari aspek praktis, penelitian M Maksum yang berjudul The Sharia

Compliance of Islamic Multi Contract in Islaic Banking. Dalam penelitian ini,

beliau membandingkan antara fatwa DSN-MUI tentang multi akad dan

praktiknya di lembaga keuangan syariah. Beliau menemukan bahwa masih

ada elemen-elemen terlarang yang dipraktikkan, khususnya terkait riba.

Penelitian ini menumbukan pertanyaan apakah sumber perbedaan tersebut

disebabkan human error atau memang karena peraturan di atasnya yang

berbeda (POJK/PBI) dengan fatwa DSN-MUI.

Penelitian tesis ini berbeda dengan beberapa penelitian di atas karena

penelitian-penelitian di atas menilik dari aspek formal fatwa, penelitian-

penelitian tersebut hanya mengangkat isu tentang problematika kedudukan

Page 32: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

19

fatwa, pola positivisasi atau pola transformasi fatwa dalam perundang-

undangan di Indonesia secara umum. Sedangkan penulis secara spesifik akan

meneliti tentang model transformasi akad musyârakah mutanâqsiah dalam

perundang-undangan.

G. Sistematika Penelitian

Sistematika penulisan tesis ini dibagi menjadi lima bab. Bab I

merupakan pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, pembatasan

masalah, perumusan masalah, tujuan, penelitian terdahulu yang relevan,

metodologi penelitian serta ditutup dengan sistematika pembahasan.

Bab II, pada bab ini membahas tentang model transformasi hukum Islam

dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia. Ada tiga teori yang akan

digunakan dalam peneltian ini yaitu teori positivisme, teori objektivisme, dan

taqnin. Teori-teori tersebut akan digunakan untuk menganalisis data-data yang

akan diteliti pada bab IV.

Bab III. Bab ini membahas tentang perkembangan bentuk-bentuk akad

musyârakah dan hubungannya dengan akad musyârakah mutanâqisah,

meliputi akad syirkah al-„inân, syirkah al-abdân, syirkah al-wujûh, syirkah a-

lmufâwadah, syirkah al-mudârabah, syirkah al-mufawadah, dilanjurtkan

dengan pembahasan akad al-mudârabah musytarakah, dan musyârakah

mutanâqisah.

Bab IV membahas legislasi fatwa tentang akad musyârakah

mutanâqisah menjadi PBI/SEBI dan POJK/SEOJK kemudian dilihat

kesesuaiannya dengan fatwa DSN-MUI dan fikih (syariah compliance),

kemudian hasil pembahasan tersebut dianalisis menggunakan teori yang

digunakan dalam penelitian ini. Adapun data berupa hasil wawancara atau

pendapat para ahli selanjutnya dianalisis untuk mengetahui faktor perubahan

yang terjadi dalam proses transformasi. Pada bab ini juga dibahas mengenai

Page 33: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

20

dampak transfaormasi tersebut terhadap aplikasi akad dalam produk

pembiayaan di lembaga keuangan syariah.

Bab V, bab ini adalah penutup yang isinya kesimpulan tentang

perbedaan isi fatwa tentang akad musyârakah mutanâqisah dan perubahannya

dalam peraturan perundang-undangan, faktor, dan pengaruhnya terhadap

praktik perekonomian syariah baik secara hukum dan ekonomi, dan diakhiri

dengan saran terkait teori dan pembahasan.

Page 34: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

21

BAB II

Model Transformasi Hukum Islam

dalam Peraturan Perundang-undangan

A. Sistem Hukum di Indonesia

Di dunia ini ada dua sistem hukum besar, yaitu sistem hukum

Common Law atau Anglo Saxon (antara lain dianut Inggris serta negara-

negara bekas jajahannya dan juga Amerika Serikat) dan sistem hukum Civil

Law, atau Continental (antara lain dianut oleh Prancis, Belanda (Eropa

Daratan) dan Indonesia). Hingga abad ke-19 perbedaan kedua sistem hukum

ini masih cukup relevan. Namun dengan berjalannya waktu, nampaklah

bahwa sistem hukum Common Law lebih agresif merabah dan memasuki

wilayah negara-negara yang semula menganut sistem hukum Continental.

Khususnya di Indonesia.42

Sebagai negara yang menganut paradigma hukum positif,43

norma-

norma yang terkandung dalam agama Islam tentunya tidak dapat mengikat

begitu saja dalam kehidupan bernegara, perlu ada kodifikasi hukum Islam

menjadi peraturan perundang-undangan.44

Hukum merupakan hukum yang

dibentuk berdasarkan konstitusi, oleh otoritas untuk yang diberi wewenang.

42

Sri Hartini Dwiyatmi, Pengatar Hukum Indonesia, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia,

2013), h. 1

43 Hukum positif adalah istilah lain dari hukum Negara (the State‟s law) lihat Jimly,

Assiddiqie, Menggagas Peradilan Etik di Indonesia, (Jakarta: Komisi Yudisial RI Pust Analisis dan

Layanan Informasi, 2015), h. 4

44 Secara historis, sebelum lahirnya hukum positif, terlebih dahulu terdapat pemikiran

mengenai legisme hukum. Legisme hukum adalah tidak ada hukum yang diakui kecuali hukum

peraturan perundang-undangan. Ini sebagaimana pemikiran hukum murni Hans Kelsen. Mengenai hal

itu, Faisal A. Rani berpendapat bahwa legisme harus dibedakan dengan positivism hukum. Para ahli

positivism hukum tidak membatasi diri sebagaimana ahli hukum terhadap hukum undang-undang.

Kebiasaan, adat yang baik, pendapat masyarakat bagi para ahli positivism hukum dapat berungsi

sebagai sumber hukum. Syafriman Husein dalam http>//ilmuhukumusk.blogspot/2013/05/legisme-

hukum-dan-positivisme-hukum.html diakses pada tanggal 12 Novenber 2018

Page 35: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

22

Berdasarkan hal tersebut, kaidah kaidah yang ada dalam Islam tentu tidak

memiliki kekuatan memaksa dan mengikat tanpa ditransformasi ke dalam

peraturan perundang-undangan.

Positivisasi hukum Islam terjadi karena sistem norma hukum ada

waktunya akan memerlukan proses pelembagaan yang lebih konkrit melalui

proses penuangan secara tertulis disertai pelembagaan infrastruktur

penegaknya. Pada dasarnya negara memiliki kewenangan untuk tidak

menerima eksistensi dari struktur lain di luar struktur negara, kecuali struktur

tersebut digabungkan dalam struktur negara, itulah pentingnya positivisasi.45

Sejarah Islam memunculkan pengetian-pengertian mengenai qaânûn sebagai

pelengkap terhadap sistem norma hukum yang sebelumnya hanya tertuang

dalam hukum dalam bentuk literatur fikih yang bersifat ilmiah.46

Di Indonesia, model hukum positif perlahan menunjukkan

ketidakmampuan dalam mengatasi perkembangan kasus-kasus yang dipicu

oleh pesatnya perkembangan sosial, kemajuan teknologi, maupun budaya,

terutama budaya ekonomi. Ketidakmampuan itu menyebabkan tidak

fleksibelnya hukum positif mengakomodir keadilan dan kebutuhan hukum di

masyarakat. Argumen ini diperkuat dengan tradisi berhukum di peradilan

agama, yang mana sumber hukumnya tidak hanya bersumber dari peraturan

perundang-undangan saja, namun mencakup sumber hukum dari hukum Islam

yaitu al-Qur`an dan Hadis, fatwa DSN, dan lain-lain, yang kemudian

keputusan hukum dan unsur yurisprudensial dari hukum Islam tersebut telah

diserap menjadi bagian dari hukum positif yang berlaku.47

45

Lihat Jan Michiel Otto, Sharia Incorporated Law: Governence, and Development

Research, (Leiden: Leiden University Press, 2010), h. 26

46 Jimly, Assiddiqie, Menggagas Peradilan Etik di Indonesia, h. 28

47 Sumber-sumber hukum positif; a) Sumber materil, yaitu faktor yang membantu

pembentukan hukum atau tempat dimana material hukum itu diambil. pertama, berupa faktor ideal,

yaitu pedoman-pedoman tetap tentang keadilan (demi kesejahteraan umum) yang yang harus diikuti

oleh pembentuk undang-undang. Kedua, faktor kemasyarakatan, yaitu nilai-nilai yang hidup dalam

Page 36: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

23

Perkembangan masyarakat demikian pesat dan tak dapat diprediksi

dan diantisipasi oleh pembuat undang-undang, yang menyebabkan undang-

undang jadi tidak lengkap. Oleh karena itu, hakim melalui putusannya

bertanggung jawab untuk megisi bagian yang kosong itu.

Jika mengacu kepada tradisi berhukum para hakim di Peradilan

Agama, maka terlihat jelas bahwa hakim pada dasarnya dapat menggali atau

memutus suatu perkara dengan melihat atau merujuk pada nila-nilaii yang

hidup di masyarakat. Hal ini tertuang pada pasal 10 ayat (1) Undang-undang

No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman yang menegaskan bahwa

“pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus

suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang

jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya.”

Ketentuan pasal 10 tersebut selaras dengan ketentuan pasal 5 ayat (1)

Undang-undang No. 48 tahun 2009 yang mengatur bahwa jika hakim

dihadapkan pada suatu perkara yang hukumnya tidak ada atau hukumnya

tidak jelass, maka hakim wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai nilai

hukum dan rasa keadilan yang hidup di mayarakat. Hakim hanya boleh

menolak perkara jika ditentukan lain oleh undang undang, misal karena alasan

kompetisi, hubungan darah, dan sebagainya.

Selanjutnya pada Bab IX Putusan Pengadilan Pasal 50 ayat (1)

menyatakan bahwa “putusan pengadilan selain harus memuat alasan dan dasar

putusan, juga memuat pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang

bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk

mengadili.”

masyarakat itu sendiri, seperti keadilan dan kepantasan menurut masyarakat. Sehingga kepatuhan

masyarakat akan mudah diwijudkan. b) Sumber formil, yaitu tempat/sumber dari mana suatu peraturan

itu memperoleh kekuatan hukum (berkaitan dengan bentuk/cara yang menyebabkan hukum itu

berlaku). Jenis hukum formal meliputi Peraturan Perundang-undangan, kebiasaan dan adat,

yurisprudensi, traktat, dan doktrin/ajaran. Lihat Sri Hartini Dwiyatmi, Pengatar Hukum Indonesia, h.

17-18

Page 37: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

24

Berdasarkan ketentuan pasal-pasal ini, terlihat jelas bahwa apabila

undang-undang atau kebiasaan tidak memberi peraturan yang dapat dipakai

untuk menyelesaikan perkara, seorang hakim mempunyai hak untuk membuat

peraturan sendiri untuk menyelesaikan perkara tersebut. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa yurispudensi adalah putusan hakim yang memuat

peraturan tersendiri dan telah berkekuatan hukum yang kemudian diikuti oleh

hakim yang lain dalam peristiwa yang sama.

Hakim bisa menciptakan hukum sendiri, sehingga hakim mempunyai

kedudukan tersendiri sebagai pembentuk undang-undang selain Lembaga

Pembuat Undang-undang. Keputusan hakim yang terdahulu dijadikan dasar

pada keputusan hakim lain sehingga kemudian keputusan ini menjelma

menjadi keputusan hakim yang tetap terhadap persoalan/peristiwa hukum

tertentu.

Oleh karena itu, menurut David dkk. Sulit dilakukan dikotomi antara

sistem common law dan sistem civil law dalam perkembangan peradaban di

dunia modern ini. dalam tataran praktik, justru keduanya malah bercampur

sebagai mixed system.48

Hukum di Indonesia memang dipengaruhi oleh eropa

continental sebagai akibat dari kolonialisme dulu. Namun di sisi lain hukum

adat dan hukum Islam berdiri kokoh dalam kontestasi hukum skala nasional,

sehingga percampuran tradisi hukum di Indonesia tidak bisa dipungkiri

adanya. Hal tersebut dibuktikan dari berbagai penerapan aturan di bidang

hukum bisnis, seperti model gugatan class action, citizen law suit, model

penalaran hukum yang menghasilkan judge made law, hingga munculnya

lembaga-lembaga penyelesaian sengketa yang formatnya mirip dengan

48

Rene David dan J.E.C. Brierly, Major Legal System in The World Today, 1978.

Page 38: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

25

tribunal. 49

Hal ini memperlihatkan bahwa cara berhukum terus berkembang

merespon perkembangan masyarakat itu sendiri.

Keberlanjutan positivisasi hukum Islam turut didukung dengan adanya

dinamika perkembangan pemikiran dan kebudayaan masyarakat, terutama

pada kalangan muslim moderat, sehingga menimbulkan reaksi terhadap

kebutuhan akan kepastian hukum. Keinginan masyarakat untuk menjalankan

ekonomi sesuai tuntunan agama menciptakan pola hukum baru yang diinisiasi

para ulama, salah satu produknya adalah fatwa DSN-MUI. Fatwa DSN diakui

eksistensinya oleh lembaga-lembaga dan otoritas keuangan di Indonesia.

Meskipun demikian, fatwa DSN-MUI bukan hukum dalam rumpun peraturan

perundang-undangan. Untuk menjadi hukum formal, kaidah-kaidah hukum

yang ada dalam fatwa tersebut harus ditransformasikan menjadi peraturan

Bank Indonesia (PBI), peraturan Menteri Keuangan (PMK), dan setelah

lahirnya Undang-undanng N0. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa

Keuangan, maka secara spesifik fatwa DSN harus ditransformasikan ke dalam

peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) dan atau Suran Edaran, kemudian

dikodifikasi dalam Produk dan Aktivitas Bank Umum Syariah dan Unit Usaha

Syariah.

Aturan semacam itu menurut Hans Kelsen merupakan ajaran hukum

positif yang tidak lain adalah aturan dan pola standar yang harus diikuti.

Dalam artian, hukum dibentuk berdasarkan norma dasar dan peaturan

perundang-undangan. Hal tersebut sesuai dengan teori mengenai jenjang

norma hukum (stufenbeu des recht).50

Norma hukum itu berjenjang dan

berlapis-lapis dalam suatu hirarki tata susunan, di mana suatu norma yang

49 Saldi isra, dkk., Hasil peneliian Perkembangan Pengujian Perundang-undangan di

Mahkamah Konstitusi (dari Berfikir Hukum Tekstual ke Hukum Progresif), (t.tp: mahkamah Konstitusi

dan Pusat Studi Konstitusi Fakultas Hukum Universitas Andalas, 2010).

50 Lihat Saldi isra, dkk., Hasil peneliian Perkembangan Pengujian Perundang-undangan di

Mahkamah Konstitusi (dari Berfikir Hukum Tekstual ke Hukum Progresif), (t.tp: mahkamah Konstitusi

dan Pusat Studi Konstitusi Fakultas Hukum Universitas Andalas, 2010), h. 29

Page 39: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

26

lebih rendah berlaku, bersumber, dan berdasar pada norma yang lebih tinggi,

yaitu 1) Ada cita-cita hukum (rechtsidee) yang merupakan norma abstrak, 2)

Ada norma antara (tussen norm, generelle norm, law in books) yang dipakai

sebagai perantara untuk mencapai cita-cita., 3) Ada norma konkrit (concrete

norm), sebagai hasil penerapan norma antara atau penegakannya di

Pengadilan.

Saat ini telah dikeluarkan Undang-undang No. 12 Tahun 2011 Tentang

Tata Cara Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, dijelaskan dalam

pasal 7 ayat 1 mengenai hierarki peraturan perundang-undangan. Urutannya

adalah sebagai berikut:

1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2. Ketetapan Pajelis Permusyawaratan Rakyat

3. Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang

4. Peraturan pemerintah

5. Peratura Presiden

6. Peraturan Daerah: a) Peraturan Daerah provinsi dibuat oleh dewan

perwakilan rakyat daerah provinsi bersama dengan gubernur, b) Peraturan

Daerah kabupaten/ kota dibuat oleh dewan perwakilan rakyat daerah

kabupaten/kota bersama bupati/walikota

Dengan demikian, fatwa DSN tidak temasuk ke dalam peraturan

perundang-undangan karena tidak dibentuk oleh legislator, regulator ataupun

lembaga negara lainnya.51

Berbeda dengan negara lain seperti Malaysia dan

Singapura, kedua Negara tersebut memiliki lembaga fatwa yang secara

konstitutional diakui sebagai lembaga publik. Akibatnya, fatwa yang

51

Akan tetapi eksistensi fatwa yang dikeluarkan DSN-MUI diakui dalam peraturan

perundang-undangan, dan menciptakan pola tertetu dalam kebiasaan berhukum di Indonesia.

Page 40: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

27

dihasilkan tidak dapat diacuhkan. Setiap yang berkepentingan harus

memperhatikan isi ketententuan dalam fatwa tersebut.52

Upaya positivisasi hukum Islam dapat ditempuh melalui dua cara, yaitu

legislasi dan regulasi.53

Legislasi adalah kegiatan legislasi yang dilakukan

oleh lembaga perwakilan rakyat dan setidak-tidaknya melibatkan peran

lembaga perwakilan rakyat yang dipilih melalui pemilihan umum. Sedangkan

regulasi merupakan pengaturan oleh lembaga eksekutif yang menjalankan

produk legislasi dan mendapatkan mandat kewenangan untuk mengatur/

membuat regulasi terkait produk legislasi yang besangkutan. Misal, undang-

undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah merupakan produk

legislasi. Sedangkan OJK dibentuk berdasakan Undang-undang No. 21 Tahun

2011 tentang Otoritas jasa Keuangan yang merupakan amanah dari Undang

Undang No. 21 Tahun 2008. OJK mempunyai kewenangan mengatur dan

mengawasi lembaga keuangan syariah, sehingga dapat menetapkan peraturan

yang bersifat mengatur.54

Peraturan tersebut disebut sebagai regulasi.55

Dikaitkan dengan fatwa DSN yang ditransformasi dalam peraturan OJK,

maka dapat dilihat bahwa transformasi fatwa DSN ke dalam peraturan

perundang-undangan dilakukan dengan cara regulasi.

52

Yeni Slama Barlinti, Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional dalam Sistem Hukum

Nasional Indonesia

53 Hasil dari pembentukan hukum secara legislasi disebut produk legislatif, sedangkan dengan

cara regulasi disebut produk regulatif. Lihat Undang-undang No. 12 Tahun 2011 Tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

54 Berdasarkan ketentuan UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan, nomenklatur keputusan hanya dapat disnisbatkan dengan penetapan yang bersifat

administratif, sehingga semua bentuk keputusan hanya dinisbatkan dengan penetapan yang bersifat

administratif, sehingga semua bentuk keputusan yang bersifat mengatur harus disebut dengan istilah

peraturan.

55 Jimli Assiddiqie, Hukum acara Pengujian Undang-undang, (Jakarta: Konstitusi Press,

2001), h. 27-28

Page 41: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

28

Bentuk hukum antara legislasi dan regulasi saling berkaitan satu sama

lain. Hasil dari pembentukan hukum dengan cara legislasi disebut produk

legislatif, dan dengan cara regulasi disebut regulatif.

Pembentukan hukum dengan cara legislatif melibatkan lembaga

perwakilan rakyat sebagai legislator dan co-legislator. Di Indonesia, yang

dapat disebut lembaga legislator utama adalah dewan perwakilan rakyat

(DPR) Produk legislatif. Produk hukum yang ditetapkan oleh legislator utama

adalah undang-undang. Sedangkan pemerintah merupakan co-legislator,

karena setiap rancangan undang-undang yang akan ditetapkan menjadi

undang-undang memerlukan pembahasan dan persetujuan bersama antara

DPR dan Presiden.56

Adapun produk regulatif adalah produk hukum sebagai aturan lebih

lanjut dari undang-undang yang disahkan oleh lembaga legislatif. Produk

hukum ini dibentuk oleh lembaga negara yang diberi amanah oleh undang

undang sebelumnya. Contoh Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (ecsecutive

acts)57

yang diterbitkan untuk menjelaskan lebih lanjut peraturan mengenai

Bank Syariah sebagai produk dari Undang-undang No.21 Tahun 2008

Tentang Perbankan Syariah. Otoritas jasa Keuangan diberi kewenagan oleh

Undang-undang No.21 tahun 2011 untuk membentuk Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan.

Produk regulatif ini memiliki ciri nomenklatur saperti Peraturan

Presiden, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan, Peraturan bank Indonesia,

Peraturan Mentri keuangan dan sebagainya.

56

Jimly Assiddiqie, Hukum Acara Pengujian Undang-undang, h. 30-31 lihat juga ketentuan

pasal 20 ayat (1) sampai dengan pasal 20 ayat (5) Unsdang-undang perubahan keempat.

57 Menurut Jimly Assiddiqie, executive acts dalam arti sempit adalah peraturan-peraturan

yang ditetapkan oleh lembaga eksekutif dalam rangka melaksankan undang-undang. Adapun dalam

arti luas, semua lembaga Negara ang menetapkan suatu dalam rangka menjalankan undang-undang

(bukan lembaga eksekutif pemerintahan) apabila lembaga itu menetapkan peraturan sebagai pelaksana

undang-undang bersangkutan, maka peraturannya dapat disebut sebagai eksekutif act. Lihat Jimly

assiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, h. 44

Page 42: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

29

B. Teori Transformasi Hukum Islam

1. Positivisasi Hukum Islam

Berpijak pada kedudukan hukum Islam dalam hukum nasional bahwa

hukum Islam mampu menyumbangkan nilai-nilainya dalam rangka kemajuan,

keteraturan, ketentraman, dan kesejahteraan dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara,58

Azizy mengajukan suatu teori positivisasi hukum Islam. Teori

yang dikemukakan oleh Azizy ini terkait dengan berakhirnya receptie theory

diperkenalkan oleh Christian Snouck Hurgronje59

(1857-1936) mengenai

keberlakuan hukum Islam secara formal di Indonesia,60

khususnya yang

terjadi pada masa reformasi. Menurut Azizy, teori ini berakhir di Indonesia

secara de jure setelah proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 dan

dengan adanya ketentuan yang jelas dan tegas dalam pembukaan dan pasal 29

UUD 1945 karena Indische Staatregeling (IS) sebagai konstitusi Hindia

Belanda yang menjadi landasan legal teori receptie tidak berlaku lagi dengan

58

A. Qodri Azizy, Elektisisme Hukum Nasional: Komptisi antara Hukum Islam dan Hukum

Umum, (Yogyakarta: Gama Media, 2002), h. 176-177

59 Hurgronje adalah penasehat pemerintah Hindia Belanda (1898) berkenaan dengan Islam

dan masyarakat. Lihat A Rahmat Rosyadi dan Rais Ahmad, Formalisasi Syariat Islam dalam

Prespektif Tata Hukum Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2006), h. 77; Ia lahir di Tholen,

Oosterhout, 8 Februari 1857, meninggal di Leiden, 26 Juni 1936 pada umur 79 tahun. Ia adalah

seorang sarjana Belanda budaya Oriental dan bahasa serta Penasehat Urusan Pribumi untuk pemerintah

kolonial Hindia Belanda (sekarang Indonesia).

https://id.wikipedia.org/wiki/Christiaan_Snouck_Hurgronje diakses pada 26 Novenber 2018

60 Dalam sejarah masa penjajahan Belanda di Indonesia, keberlakuan hukum Islam secara

formal dipengaruhi oleh adanya receptie theory dari Hurgronje yang termuat dalam pasal 134 ayat 2

Indische Staatsregeling (IS) tahun 1992: “akan tetapi tidak diatur secara lain dengan ordonansi,

maka perkara perdata antara orang Islam dan orang Islam, harus diperiksa oleh hakim agama, kalau

dikehendaki oleh hukum adat.” Aturan ini memberi akibat kepada pencabutan sebagian kewenangan

absolut pengadilan agama, yaitu bidang kewarisan dan wakaf, untuk kemudian diberikan kepada

Landread (pengadilan negri) berdasarkan Stbl. 1937 No. 116. Teori ini dibuat agar orang-orang

pribumi, sebagai rakyat jajahan, jangan sampai kuat memegang agama Islam. Hurgronje berfikir

bahwa hukum Islam dan masyarakatnya tidak mudah dipengaruhi oleh peradaban barat. Lihat A.

Qodri Azizy, Elektisisme Hukum Nasional: Komptisi antara hukum Islam dan Hukum Umum, h 155-

157 lihat juga Mohd. Daud Ali, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di

Indonesia, ed. 6, cet. 11, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004), h. 249, 258, 262-265 ihat juga A

Rahmat Rosyadi dan Rais Ahmad, Formalisasi Syariat Islam dalam Prespektif Tata Hukum Indonesia,

(Bogor: Ghalia Indonesia, 2006), h. 78

Page 43: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

30

adanya UUD 1945. Namun perlu dipehatikan ketentuan pasal II aturan

peralihan pada UUD 1945, “segala badan Negara dan peraturan yang ada

masih berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut undang-undang

dasar ini.” pasal ini menjadikan teori receptie tetap hidup. Adapun secara de

facto, teori receptie hilang dan atau harus lenyap di atas bumi Indonesia

setelah lahirnya UU No. 7 Tahun 1989 tentang peradilan agaa tahun 1989.

Pada pasala 49 UU No. 7 tahun 1989 ditentukan kewenangan PA dalam

menyelesaikan perkara yang mengakibatkan penerapan hukum Islam tidak

lagi ditentukan atas dasar diterima oleh hukum adat.

Secara Yuridis Azizy mengemukakan keberlakuan hukum Islam di

Indonesia. Menurutnya, pada masa penjajahan Belanda, keberlakuan hukum

Islam dapat terlihat pada Indische Staatsregeling (IS) pasal 134 ayat (2). Pada

masa kemerdekaan Republik Indonesia, keberlakuan hukum Islam dapat

dilihat melalui Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai kebijakan

dan politik pembinaan hukum nasional. Azizy melihat adanya perbedaan

antara GBHN sebagai produk orde baru dan GBHN sebagai produk era

reformasi. Pada masa orba, antara GBHN 1973 (TAP MPR No.

IV/MPR/1973) dan GBHN 1993 (TAP MPR No. II/MPR/1998) terdapat

kesinambungan program dan kesamaan dalam hal-hal yang dianggap

fundamental.61

Begitu pula dengan GBHN 1998 (TAP MPR

No.II/MPR/1998) “tidak jauh berbeda secara fundamental dan tampak

menyesuaikan dengan perkembangan zaman.62

Kedudukan hukum Islam itu sendiri tidak ditemukan sebagai kebijakan

dan politik pembinaan hukum nasional yang tercantum dalam GBHN, tetapi

memiliki pengaruh terhadap pembentukan peraturan perundang-undangan

61

A. Qodri Azizy, Elektisisme Hukum Nasional: Komptisi antara Hukum Islam dan Hukum

Umum, h. 123

62 A. Qodri Azizy, Elektisisme Hukum Nasional: Komptisi antara Hukum Islam dan Hukum

Umum, h. 127

Page 44: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

31

yang lahir pada masa itu, yaitu UU No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, UU

No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, PP No. 1 Tahun 1991 tentang

Kompilasi Hukum Islam, UU No.17 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan

Ibadah Haji, dan UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengolahan Zakat.63

Pada

masa orde baru, telah lahir UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang di

dalamnya mengatur dua sistem perbankan, yaitu konvensional dan syariah

(Dalam UU disebut dengan bank berdasarkan sistem bagi hasil). Dan PP No.

72 Tahun 1992 yang mengatur khusus mengenai bank yang berdasarkan

prinsip bagi hasil. Pada tahun 1998, terdapat perubahan terhadap undang-

undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992

tentang Perbankan.64

Azizy menyebutkan peraturan-peraturan di atas sebagai “hukum positif

yang berisikan hukum islam. Menurutnya, ini merupakan formulasi hukum

Islam yang lebih berisi materi ibadah (nikah, haji, dan zakat).65

Dalam tulisannya, Azizy tidak mengemukakan adanya peraturan

perundang-undangan di bidang ekonomi syariah yang telah lahir sejak tahun

1992 melalui UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Karena meskipun

dalam undang-undang tersebut tidak disebutkan secara eksplisit bahwa

kegiatan perbankan berdasarkan hukum Islam diperbolehkan, namun pada

praktiknya kegiatan tersebut terus berjalan dan berkembang ke bidang

ekonomi syariah lainnya. Dan akhirnya, pada tahun 1998, istilah syariah

dinyatakan secara tegas melalui UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan

atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

63

A. Qodri Azizy, Elektisisme Hukum Nasional: Komptisi antara Hukum Islam dan Hukum

Umum, h. 125-126

64 Azizy tidak menyebutkan peraturan-peraturan ini dalam tulisannya. Sebagai wawasan lihat

juga bustanul Arifin, Pelembagaan Hukum Islam I Indonesia, Akar Sejarah, Hambatan dan

Prospeknya, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), H. 70-75

65 A. Qodri Azizy, Elektisisme Hukum nasional: Komptisi antara hukum Islam dan Hukum

Umum, h. 130-131

Page 45: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

32

Dalam mengkaji keberlakuan hukum Islam di Indonesia, Azizy melihat

dan membandingkan fenomena yang terjadi pada masa orde baru dan masa

reformasi.66

Dalam masa orde baru sangat mungkin bagi penguasa untuk

memaksakan hukum Islam menjadi hukum nasional dalam undang-undang,

peraturan pemerintah, putusan pengadilan dll – namun sejarah tidak berbicara

demikian – dan pada masa reformasi hal demikian tidak mungkin bisa terjadi.

Sebaliknya, penguasa saat itu bisa juga membatasi atau bahkan memberangus

nilai-nilai dari hukum Islam dalam sistem hukum nasional yang kini tidak

mungkin bisa terjadi.

Eklektisisme dapat dicapai melalui koridor demokratis, bukan

kekuasaan eksekutif. Dalam konteks ini demokrasi memiliki peluang lebih

besar dan menentukan. Oleh karena kepentingan umum harus menjadi acuan

utama dalam pengambilan keputusan publik dan hukum, maka secara konsep

kompetisi yang demokratis tidak bisa diabaikan.67

Sehingga menjadikan

hukum Islam sebagai sumber hukum nasional, diperlukan sistem kerja

66

Setelah berakhirnya masa orde baru dan memasuki periode reformasi. Secara teoritis

kondisi Indonesia memasuki era demokratisasi, meskipun masih mengalami masa transisi untuk

beberapa waktu dan masih dalam batas retorika politik. Ini meliputi keterlibatan masyarakat dalam

pengambilan keputusan untuk urusan publik, kebebasan masyarakat dalam mengadopsi nilai-nilai

untuk masa yang akan datang, dan factor-faktor lain, termasuk dalam hal ini adalah percaturan nilai-

nilai yang nantinya menjadi tatanan hidup masyarakat atau bahkan sumber hukum. Pada masa

sebelumnya kekuasaan eksekutif sangat kuat hingga mampu memberangus nilai nilai dan apa saja yang

tidak sesuai dengan kepentingan penguasa, maka pada era reformasi tidak lagi demikian. Pada era

reformasi, nilai-nilai masyarakat, termasuk nilai global lebih leluasa memasuki sistem social, baik itu

nilai-nilai budaya positif dan negative sekalipun. Dalam waktu bersamaan nilai-nilai agama – termasuk

hukum agama- juga mempunyai kesempatan lebih luas dibandingkan pada masa sebelumnya. Hanya

saja tetap harus disadari bahwa pola dan model pemaksaan tampaknya sudah tidak mungkin

dilaksanakan. Hal ini mencakup perkembangan dan pembinaan hukum kita, yang biasanya disebut

dengan pembangunan atau pembinaan hukum nasional. Sebagai konsekuensinya perkembangan

hukum nasional akan mencakup tiga elemen sumber hukum yang mempunyai kedudukan yang sama

dan seimbang, yaitu hukum adat (lebih tepatnyya “hukum kebiasaan”), hukum dari barat (hukum

belanda), dan hukum Islam. Dan dalam realisasinya dituntut agar tetap demokratis yang mencerminkan

kompetisi bebas dan kemungkinan terjadi eklektisisme, bukan pemaksaan dari eksekutif untuk

menerapkan salah satu sumber saja.

67 A. Qodri Azizy, Elektisisme Hukum nasional: Komptisi antara Hukum Islam dan Hukum

Umum, h. 173

Page 46: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

33

posistivisasi hukum Islam yang diterima secara keilmuan dalam proses

demokratisasi ini.68

Selain itu azizy juga melandaskan positivisasi hukum Islam kepada

GBHN 1999 (TAP MPR No. IV/MR/1999) sebagai produk yang dihasilkan

pada masa reformasi.69

Hukum islam sebagai salah satu hukum agama yang

hidup di Indonesia menjadi salah satu sumber hukum dalam pembentukan

undang-undang sebagaimana disebutkan dalam GBHN 1999. Hal ini juga

kemudian disebut Azizy sebagai positivisasi hukum Islam.70

Bukan

indoktrinasi. Strategi positivisasi hukum Islam dewasa ini tentu berbeda

dengan konsep resepsi di masa lalu, karena resepsi tidak mengenal strategis

dan demokratis, karena resepsi sendiri merupakan perwujudan dari

indoktrinasi anti Islam.71

Penggunaan hukum Islam sebagai sumber hukum nasional72

dalam

pembuatan undang-undang ini sudah terjadi dan dilakukan sejak sebelum

68

Yeni Salma Barlinti, Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional dalam Sistem Hukum

Nasional di Indonesia, h. 34

69 Dalam arah kebijakan GBHN tahu 1999 bab IV A.2. disebutkan: “Menata hukum nasional

yang menyeluruh dan terpadudengan mengakui dan menghorati hukum adat serta memperbaharui

perundanga-undangan warisan colonial dan hukum nasional yang diskriminatif, termasuk ketidak

adilan jender dan ketidak sesuaiannya dengan tuntutan reformasi melalui program legislasi.” lihat

juga A. Qodri Azizy, Elektisisme Hukum nasional: Komptisi antara Hukum Islam dan Hukum Umum,

h. 174

70 Dan ketika berbicara mengenai positivisasi haukum Islam, maka sasaran utamanya adalah

menjadikan hukum Islam sebagai sumber pembuatan undang-undang. Tentu juga meliputi pengertian

lain yang lebih luas, termasuk putusan hakim kebiasaan, dan doktrin. lihat A. Qodri Azizy,

Elektisisme Hukum nasional: Komptisi antara Hukum Islam dan Hukum Umum, h. 176-177

71 A. Qodri Azizy, Elektisisme Hukum nasional: Komptisi antara Hukum Islam dan Hukum

Umum, h. 173

72 Sumber hukum sering digunakan dalam beberapa arti: a) sebagai asas hukum sebagai

sesuatu yang merupakan permulaan hukum, misalnya kehendak tuhan akal manusia, jiwa, bangsa dsb.

b) menunjukkan hukum terdahulu yang memberi bahan-bahan kepada hukum yang sekarang berlaku

Perancis, hukum Romawi, hukum adat, hukum Islam, dan hukum belanda untuk Iindonesia. c) sebagai

sumber berlakunya, yang memberi kekuatan berlaku secara formal kepada peraturan hukum

(penguasa, masyarakat) d) sebagai sumber dari mana kita dapat mengenal hukum, misalnya dokumen,

undang-undang, batu tertulis dsb. e) sebagai sumber terjadinya hukum: sumber yang menimbulkan

hukum. lihat Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum: Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Liberty

Page 47: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

34

lahirnya GBHN 1999. Adanya UU No. 7 Tahun 1992 adalah salah satu

contohnya. Penegasan penggunaan hukum Islam ini lebih tegas disebutkan

dalam PP No. 72 Tahun 1992 sebagai peraturan lanjutan dari UU No. 7 Tahun

1992. Proses positivisasi ini dilakukan melalui proses keilmuan dalam disiplin

ilmu hukum dan demokratisasi dengan pendekatan normative.73

Positivisasi yang kita maksudkan di sini adalah tetap melalui proses

keilmuan dalam disiplin ilmu hukum (jurisprudence). Jika ditinjau dari aspek

akademik; dan tetap dalam koridor demokratisasi, jika kita tinjau dari segi

sistem politik yang demokratis yang sedang diusahakan kini. Dua hal,

keilmuan dan demokratisasi, ini harus dilakukan dalam era reformasi dan pada

masa yang akan datang. Sekaligus usaha intelektual atau penelitian yang

memang bukan saja diperbolehkan hidup dalam alam demokrasi, namun juga

suatu aktivitas yang harus dijalankan dalam dunia modern yang mejunjung

tinggi kebebasan akademik dan proses demokratisasi. …tentu ada staregi dan

pendekatan yang lain… yaitu, dengan menggunakan logika dan dasar bahwa

setiap orang Islam harus menjalankan syariat Islam: suatu pendekatan yang

saya sebut dengan istilah normatif.74

Positivisasi hukum Islam dalam pembanguan nasional dapat terwujud

baik melalui pendekatan normative maupun dengan pendekatan cultural.

Setelah mendapatkan justifikasi argumentasi keilmuan atau akademik dalam

kajian hukum di Indonesia secara terbuka, meliputi hukum Islam. Sudah

barang tentu kesemuanya itu dalam koridor demokratisasi dan pemeliharaan

hak asasi manusia yang sangat mementingkan pada hak-hak individu, tanpa

mengorbankan hak publik. Kesemuanya itu dalam rangka realisasi GBHN

1999, yang lebih tegas menjelaskan adanya sumber hukum nasional, di mana

salah satunya adalah hukum agama, termasuk hukum Islam.75

Dalam proses keilmuan dalam disiplin ilmu hukum, diawali dengan

suatu kajian ilmu social teoritisasi mengenai interdepedensi antara tradisi

masyarakat dengan nilai-nilai agama. Pada tradisi masyarakat ada nilai adat

Yogyakarta, 2003), h. 82; Lihat juga Willem Zevenbergen, Formele Encyclopedia der

Rechtswetenschap, (Gebr. Belifante: s‟Gravenhage, 1925)

73 A. Qodri Azizy, Elektisisme Hukum nasional: Komptisi antara Hukum Islam dan Hukum

Umum, h. 173 dan 194

74 A. Qodri Azizy, Elektisisme Hukum Nasional: Komptisi antara Hukum Islam dan Hukum

Umum, h. 173

75 A. Qodri Azizy, Elektisisme Hukum Nasional: Komptisi antara Hukum Islam dan Hukum

Umum,h. 198-199

Page 48: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

35

istiadat meliputi norma dan hukum. Dari penelitian sosiolog hukum dan

antropolog budaya menyimpulkan bahwa di mana ada masyarakat di sana ada

hukum.76

Maka bagi masyarakat yang beragama Islam, yang di dalamnya

terdapat nilai-nilai islam pasti di dalamnya terkandung norma dan hukum.77

Nilai-nilai ibadah mahdah akan selalu dipertahankan, berbeda dengan nilai-

nilai muamalah yang bisa mengalami modifikasi namun tetap menjaga nilai

esensinya.78

Proses positivisasi melalui demokratisasi dalam suatu negara tidak

terlepas dari bentuk sistem hukumnya. Dan bentuk sistem hukum nasional

76

Soekanto menjelaskan, dalam dimensi praktik, telah dikenalkan teori hukum hidup

(livinglaw, atau living ordonantie). Menurut teori ini, hukum akan dikelompokkan sebagai hukum

yang hidup apaila terpenuhi tiga syarat; filosofis, yuridis, dan sosiologis. Secara filosofis, hukum

dianggap hidup apabila merupakan bagian dari cita-cita hidup masyarakat. Indonesia adalah Negara

yang berdasarkan atas pancasila dan undang-undang dasar 1945 yang didalamnya dideklarasikan

bahwa Indoonesia adalah Negara yang berdasarkan pada ketuhanan yang maha ESA, dan fakta bahwa

mayoritas penduduk Indnesia beragama Islam, maka wajar bila praktik ekonomi yang dipandu oleh

nilai-nilai syariah menjadi cita cita mayoritas enduduk Indonesia. Salah satunya adalah praktik bisnis

dengan akad musyârakah mutanâqisah. secara yuridis, hukum dianggap hidup apabila telah diakui dan

dijadikan peraturan perundang-undangan. Dengan diberlakukannya undang-undang nomor10 Tahun

1998 tentang perubahan atas undang-undang nomor 8 tahun 1992 tentang perbankan, undang-undang

nomor 19 tahun 2008 tentang surat berharga syariah nasional (SBSN), dan undang-undang nomor 21

tahun 2008 tantang perbankan syariah menunjukkan bahwa bisnis dengan siste syariah telah diakui

secara legal di Indonesia. Salah satunya sistem yang diaturnya adalah musyârakah mutanâqisah.

Secara sosiologis, hukum diangggap hidup apabila telah dakui dan diteirma oleh masyarakat. Tumbuh

dan berkembangnya lembaga-lembaga bisnis syariah seperti Baitul Mal wa Tamwil, perbankan

syariah, asuransi syariah, perusahaan financing syariah, pasar modal dan pengadaian syariah,

merupakan bukti bahwa masyarakat Indonesia telah mengakui dan menerima bisnis sistem syariah.

Salah satu sistem bisnis yang diakui dan digunakan dalam lembaga keuangan syariah dan asuransi

dalah syirkah mustanâqisah. Dengan demikian , bisnis sistem syariah dapat dikelompokkan pada living

ordonantie. Atas dasar itu, diyakini bahwa akad musyârakah mutanâqisah hidup dan berkembang

sesuai dengan perkembangan peradaban manusia. Lihat Soerjono Soekanto dan Mustafa Abdullah,

Sosiologi Hukum dan Masyarakat, (Jakarta: PT. Rajawali, 1982), h 13.

77 R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2001), h. 44

78 A. Qodri Azizy, Elektisisme Hukum Nasional: Komptisi antara Hukum Islam dan Hukum

Umum, h. 182-183

Page 49: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

36

akan selalu dipengaruhi oleh hukum-hukum lain, seperti hukum adat, hukum

Islam, dan atau hukum negara lain (negara penjajah).79

Keberlakuan hukum adat yang ada saat ini adalah merupakan

perwujudan dari eklektisisime80

dan pengaruh globalisasi. Selain itu eksistensi

masyarakat dan sistem hukum yang statis menjadikan suatu upaya perubahan

yang sistematis dan mengupayakan perubahan yang sistematis dengan

mengedepankan rasa keadilan dalam masyarakat.81

Sehingga memerlukan

keseriusan dari para legislator untuk memperjuangkannya agar dapat

memenuhi tuntutan dan rasa keadilan khususnya masyarakat muslim.

Menurut Azizy, ketika hukum Islam sudah dijadikan hukum nasional

maka itu adalah fikih yang sudah sesuai dengan tuntutan zaman.82

Produk

produk fikih yang dihasilkan di masa lalu merupakan living knoowlidge yang

sangat berarti bagi pemikir / ulama kontemporer, dan sebagai proses historical

continuity dalam tadisi akademik.83

Penempatan fikih sebagai hukum nasional

dalam tataran hukum materil dapat dilakukan melalui beberapa jalur, yaitu

peraturan perundang-undangan, kebijakan pemerintah, yurisprudensi, menjadi

sumber penegakan hukum dalam penyelesaian pekara, sebagai sumber ilmu

79

Lihat Bab 5,7 dan 8 CG. Weeramantry, Islamic Jurisprudence: An Iternational Prespective,

(Kuala Lumpur: The Other Press, 2001)

80 Eklektisisme adalah paham atau aliran filsafat yang mengambil sistem yang terbaik dari

banyak sistem. Lihat Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 2005), h. 286. Bustanul Arifin mendefenisikan eklektisisme sebagai suatu sistem

(agama atau filsafat) yang dibentuk secara kritis dengan memilih dari berbagai sumber dan doktrin.

Sedangkan mneurut Azizy, eklektisisme adalah membentuk hukum nasional secara kritis memilih

unsur-unsur doktrin hukum yang memang berlaku di Indonesia. Lihat A. Qodri Azizy, Elektisisme

Hukum Nasional: Kompetisi antara Hukum Islam dan Hukum Umum, h. viii

81 Hal tersebut tak jarang membuat hakim harus beani melakukan interpretasi hukum agar

tidak tertinggal zaman dan memenuhi rasa keadilan, lihat A. Qodri Azizy, Elektisisme Hukum

nasional: Komptisi antara hukum Islam dan Hukum Umum, h. 177

82 A. Qodri Azizy, Elektisisme Hukum nasional: Komptisi antara Hukum Islam dan Hukum

Umum, h. 274

83 A. Qodri Azizy, Elektisisme Hukum nasional: Komptisi antara hukum Islam dan Hukum

Umum, h. 248

Page 50: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

37

hukum atau filsafat, dan sebagai sumber nilai budaya dan kebiasaan

masyarakat.84

Setelah GBHN 1999 tidak berlaku lagi, maka landasan positivisasi

hukum Islam sebagai sumber hukum nasional berpindah pada UU No. 17

Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun

2005-2025 sebagai pedoman penyusunan rencana pembangunan nasional

pengganti GBHN,85

yang menyebutkan bahwa pembangunan jangka panjang

tahun tersebut di bidang pembangunan hukum adalah mewujudkan sistem

hukum nasional yang mantap bersumber pada pancasila, yaitu pancasila sila

pertama, Ketuhanan yang Maha Esa dan UUD 1945, yaitu pasal 29 ayat (1),

Negara berdasakan Ketuhanan yang Maha Esa.

Negara dan agama memiliki hubungan mutualisme. Hukum Islam

(fatwa) merupakan sebuah prinsip, dan suatu prinsip tidak dapat diterapkan

sebelum ia dirumuskan kembali. Positivisasi hukum Islam adalah sebuah

keharusan bagi Negara yang mengikuti eklektisisme dalam koridor

demokrasi.

Upaya positivisasi hukum Islam sering juga disebut dengan teori

eksistensi.86

Sepanjang sejarah perjalanan hukum di Indonesia, kehadiran

hukum Islam dalam hukum nasional juga merupakan perjuangan eksistensi.

Dalam bentangan sejarah itu pula, hukum Islam selalu memperkuat

eksistensinya, baik sebagai hukum positif atau tertulis, maupun tidak tertulis,

dalam berbagai lapangan kehidupan hukum dan praktik hukum.87

84

A. Qodri Azizy, Elektisisme Hukum nasional: Komptisi antara hukum Islam dan Hukum

Umum, h. 248-251

85 Indonesia, Undang-undang tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

Tahun 2005-2025, Undang-undang No. 17 Tahun 2007, LNRI No. 33 Tahun 2007, TLNRI No. 4700

86 lihat juga Marzuki Wahid, Fikih Madzhab Negara: Kritik atas politik Hukum di Indonesia,

(Yogyakarta: LKIS, 2001), h. 33

87 Lihat Abdul Halim Barkatullah dan Teguh Prasetyo, Hukum Islam Menjawab Tantangan

Zamanyang Terus berkembang, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), h. 70-71

Page 51: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

38

Pada dasarnya hukum Islam telah diterima dalam beberapa kodifikasi

hukum positif di Indonesia. Melalui teori eksistensi keberadaan hukum Islam

dalam hukum nasional Indonesia dapat dilihat melalui beberapa bentuk.

Bentuk yang pertama, hukum Islam ada dalam hukum nasional sebagai

bagian yang integral darinya. Keberadaan tersebut dapat dilihat dalam

Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Dalam UU

tersebut hukum Islam hadir sebagai bagian yang utuh dalam sebuah

pengaturan bagi perkawinan yang berlaku di seluruh warga Negara Indonesia.

Dalam UU tersebut, diatur mengenai syarat sahnya perkawinan adalah

dilakukan berdasarkan hukum agama, dan bagi ummat Islam hukum agama

adalah hukum Islam. Berdasarkan UU ini, maka perkawinan penduduk hanya

sah bila dilakukan menurut keyakinan agamanya dan setelah itu dicatatkan

pada negara.

Bentuk yang kedua, keberadaan hukum Islam berdiri secara mandiri

dan diakui berkekuatan hukum nasional dan sebagai hukum nasional. Hal

tersebut dapat dilihat dari UU Nomor 44 Tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Melalui UU

tersebut pemerintah Daerah Istimewa Aceh berkewenangan menerapkan

hukum Islam sebagai hukum yang berlaku dalam daerah tersebut.

Keberlakuan hukum Islam tidak hanya dalam ranah perdata, hukum pidana

Islam tertentu juga berlaku bagi daerah tersebut. Keberlakuan hukum Islam di

Daerah Istimewa Aceh, menyebabkan beberapa delik yang terjadi di Aceh,

yang telah diatur melalui qânûn (peraturan daerah) akan diproses dan diadili

menggunakan hukum Islam, begitu juga dengan putusan pengadilan yang

dijatuhkan. Berlakunya syariat Islam tersebut, memiliki kekuatan sebagai

hukum nasional walaupun hanya berlaku bagi Daerah Istimewa Aceh.

Bentuk yang ketiga dilihat dari norma hukum Islam (agama) berfungsi

sebagai penyaring bahan-bahan hukum nasional Indonesia. Hal tersebut dapat

dilihat juga dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Dalam UU

Page 52: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

39

tersebut hukum Islam berfungsi sebagai penyaring hukum perkawinan yang

berlaku. Keberadaannya juga memiliki kekuatan nasional.

Sedangkan bentuk yang keempat dari keberadaan hukum Islam dalam

hukum nasional dapat dilihat dari keberadaan hukum Islam sebagai bahan

utama dan unsur utama hukum nasional Indonesia. Seperti Undang-undang

Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Dalam Undang-undang

tersebut hukum Islam hadir sebagai bahan dan unsur utama bagi hukum

nasional Indonesia yang mengatur mengenai perbankan syariah. Setiap warga

negara Indonesia dimungkinkan memilih undang-undang tersebut sebagai

peraturan yang akan digunakan dalam melakukan kegiatan perbankan

menggunakan prinsip syariah. Undang-undang tersebut dapat berlaku bagi

seluruh warga Negara Indonesia, tidak hanya dapat digunakan bagi umat

Islam saja.

Dari fenomena di atas bisa disimpulkan bahwa positivisasi memiliki

dua pengertian. Pertama, secara umum positivisasi dipahami bahwa hukum

Islam ke harus diserap dalam Peraturan Perundang-undangan agar memiliki

kekuatan mengikat secara umum. Kedua, secara khusus dapat dipahami

bahwa positivisasi adalah mengangkat hukum Islam dalam bentuknya yang

literal ke dalam produk hukum nasional (Undang-undang).

2. Taqnîn al-Ahkâm

Qânûn al-ahkam merupakan wilayah dalam permasalahan tentang

pengaturan dan perundang-undangan yang dituntut oleh hal ihwal kenegaraan

dari segi persesuaian dengan prinsip-prinsip agama dan merupakan realisasi

kemaslahatan manusia serta memenuhi kebutuhannya. Peran penguasa dalam

hal ini adalah para pembuat konstitusi negara yang mempunyai wewenang

untuk membuat qânûn tersebut. Dalam hukum Islam hal tersebut diatur dalam

ilmu siyâsah dustûriyah, yakni siyâsah yang mengatur hubungan warga

Page 53: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

40

negara dengan lembaga negara yang satu dengan lembaga negara yang

lainnya dalam batas-batas administrasi negara.

Gagasan penerapan syari‟at Islam pertama diungkapkan oleh Ibnu

Muqaffa‟88

melalui ide taqnin-nya. Tujuan diadakannya taqnin atau penerapan

hukum Islam oleh penguasa negara adalah untuk mengatur hubungan sesama

manusia dalam suatu masyarakat, serta memberi konsekuensi logis control

Negara atas agama dan hukum-hukumnya. 89

Secara etimologis, kata taqnîn merupakan bentuk masdar dari

qannana, yang berarti membentuk undang-undang. Ibnu Mandlur menyatakan

bahwa kata taqnîn bukan berasal dari bahasa Arab, kata ini merupakan

serapan dari bahasa Romawi yaitu kata conan, namun ada juga yang

berpendapat berasal dari Bahasa Persia.90

Seakar dengan taqnîn adalah

kata qânûn yang berarti ukuran segala sesuatu, dan juga berarti jalan atau

cara (tarîqah). Qânûn berarti rule, statute, code (peraturan, statuta, undang-

undang).91

Qânûn al-ahkâm berarti mengumpulkan hukum dan kaidah

penetapan hukum (tasyrî`) yang berkaitan dengan masalah hubungan sosial,

menyusunnya secara sistematis, serta mengungkapkannya dengan kalimat-

kalimat yang tegas, ringkas, dan jelas dalam bentuk bab, pasal, dan atau ayat

yang memiliki nomor secara berurutan, kemudian menetapkannya sebagai

88

Nama lengkap Ibnu al-Muqaffa‟ adalah Abu Muhammad ʿAbd Allâh Rûzbih ibn Dādūya

Ibn al-Muqaffa; beliau lahir pada tahun 102 H/720 M. di Persia. Oleh karena itu, Ia dikenal pula

sebagai "penulis Arab bertkebangsaan Persia." Beliau meninggal pada tahun 139 H/756 M. karena

hukuman mati atas keputusan Abu Ja„far al-Mansur (khalifah kedua Dinasti Bani Abbas yang

memerintah pada periode 137-159 H/754-775 M). Usia Ibn al-Muqaffa sangat singkat, yaitu hanya 37

tahun (102-139 H). lihat Josef W. Meri, Medieval Islamic Civilization: An Encyclopedia. (t.t.:

Psychology Press. 2005). h. 346.

89 Masykuri Abdullah, Formalisasi Syari‟at Islam di Indonesia, (Jakarta: Renaissance, 2005),

h. 87.

90 Ibnu Mandzur, Lisaan Al-Arab, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1997), jilid XIII hal. 351

91 Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic,J.Wilton Cowan (ed), Cet.III, (Otto

Harrassowitz, Wiesbaden, 19971), h.791

Page 54: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

41

undang-undang atau peraturan, lantas disahkan oleh pemerintah, sehingga

wajib bagi para penegak hukum menerapkannya di tengah masyarakat.92

Menurut Sobhi Mahmasani kata Qânûn berasal dari bahasa Yunani,

masuk menjadi bahasa Arab melalui bahasa Suryani yang berarti alat

pengukur atau kaidah. Di Eropa, istilah qânûn atau canon dipakai untuk

menunjuk hukum gereja yang disebut pula canonik,93

seperti corpus iuris

cononici yang disahkan oleh Paus Gregorus XIII tahun 1580, kemudian codex

iuris coninci oleh Paus Benediktus XV tahun 1919. Hukum canonic ini terdiri

atas injil, fatwa-fatwa dari pemimpin gereja, keputusan dari sidang-sidang

gereja dan keputusan dan perintah dari Paus.94

Oleh intelektual muslim di

masa lalu, istilah qânûn digunakan untuk menyebut himpunan pengetahuan

yang bersifat sains seperti buku yang berjudul Qânûn fî al-Tibb yang ditulis

oleh Ibnu Sina dalam bidang kedokteran, Qânûn al-Mas‟ûdî yakni himpunan

pengetahuan tentang astronomi yang dihimpun untuk Sultan al-Mas‟ûd

(Sultan Ghaznawiyah) yang ditulis oleh al-Biruni. Menurut para Orientalis

Barat seperti Goldziher, Von Kremer, dan Scheldon Amos, bahwasannya

syari‟at yang dibawa Nabi Muhammad saw adalah seperti halnya hukum-

hukum (Canonic) Romawi yang diadopsi kepada hukum-hukum Arab. Ia

mengajukan argumen bahwa pada saat itu sebelum Muhammad saw menjadi

Rasul ia telah mengetahui tentang hukum-hukum Romawi yang terdapat di

negeri-negeri yang menjadi kekuasaan imperium Romawi.95

Akan tetapi para

Sarjana Muslim menolak secara tegas pendapat yang dikemukakan oleh para

92

Mushtafa aL-Zarqa, al-Madkhal al-Fiqh al-`âm, Juz II, (Beirut: Dar al-Qalam,

1418 H), hal. 313.

93 Sobhi Mahmasani, Filsafat Hukum Islam, (Bandung: al-Ma‟arif, 1976), hal. 27.

94 J. van Kan dan J.H. Beekhuis, Pengantar Ilmu Hukum, (Pustaka Sarjana, t.t.),

hal. 143-144.

95 Abdul Karim Zaidan, Al-Madkhal li al-Darasah al-Syari‟ah al-Islamiyah, (Beirut: Resalah

Publisher, 1969), hal. 63.

Page 55: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

42

Orientalis tersebut dengan mengajukan argumen bahwa Nabi Muhammad

dilahirkan di Mekah yang notabene bukan daerah kekuasaan Romawi dan

Nabi Muhammad tidak pernah keluar dari mekah sebelum menjadi Rasul

melainkan hanya dua kali saja yaitu ketika beliau masih berusia 12 tahun

bahkan ada yang berpendapat masih berusia 7 tahun ketika beliau ikut

bersama pamanya Abû Tâlib ke Syam. Adapun yang kedua adalah ketika

beliau berumur 25 tahun untuk berniaga menjalankan bisnis Khadijah

bersama pengawalnya yakni Maisarah dan telah diketahui bahwa sang Rasul

tidak mempunyai kemampuan membaca dan menulis. Selain berdasarkan

pada sejarah, para Sarjana muslim juga mengajukan argumen bahwa mustahil

bercampurnya syariat Islam dengan qânûn Romawi karena syari‟at Islam

berdasarkan kepada wahyu.96

Dalam konteks sekarang, menurut Mahmasani istilah qânun memiliki

tiga arti yaitu: pertama, pengertian yang sifatnya umum yaitu kumpulan

aturan hukum (codex) seperti qânun pidana Usmani. Kedua, berarti syariat

atau hukum, dan ketiga, dipakai secara khusus untuk kaidah-kaidah atau

aturan yang tergolong dalam hukum mu‟amalat umum yang mempunyai

kekuatan hukum, yakni undang-undang, seperti dewan legislatif membuat

qânûn larangan menimbun barang.97

Sebagai perbandingan, dalam ilmu hukum dikenal istilah hukum dan

undang-undang. Dalam ilmu hukum, hukum merupakan himpunan petunjuk-

petunjuk hidup (perintah maupun larangan) yang mengatur tata tertib dalam

suatu masyarakat, dan oleh karena itu seharusnya ditaati oleh anggota

masyarakat yang bersangkutan, dan pelanggaran atas peraturan tersebut dapat

menimbulkan tindakan dari pemerintah masyarakat itu.98

Adapun yang

96

Abdul Karim Zaidan, Al-Madkhal li al-Darasah al-Syari‟ah al-Islamiyah, h. 63

97 Sobhi Mahmasani, Filsafat Hukum Islam, h. 28

98 E. Utrecht, Pengantar dalam Hukum Indonesia, (Jakarta: Ichtiar, 1957), hal. 9.

Page 56: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

43

disebut pengertian undang-undang secara umum diartikan peraturan yang

dibuat oleh negara. Undang-undang memiliki ciri yaitu keputusan tertulis,

dibuat oleh pejabat yang berwenang, berisi tentang aturan tingkah laku, dan

mengikat secara umum.99

Qânûn dalam konteks sekarang dipandang sebagai

formalisasi/positivisasi hukum Islam, yakni aturan syara‟ yang dikodifikasi

oleh pemerintah yang bersifat mengikat dan berlaku secara umum. Eksistensi

qânûn di era moderen ini sebagai konsekwensi dari sistem hukum yang

berkembang terutama oleh karena pengaruh sistem hukum Eropa.100

Karena

pengaruh kolonialis terutama Belanda, Indonesia termasuk salah satu Negara

yang menganut paham taqnîn. Dalam istilah lain, negara hukum Indonesia

menganut aliran “positivisme yuridis”. Artinya, segala bentuk hukum yang

diberlakukan secara efektif di Republik ini terlebih dahulu diundangkan

secara resmi oleh penguasa. Sebaliknya, tanpa diundangkan terlebih dahulu,

maka sebaik dan selengkap apapun aturan hukum yang ada tetap tidak dapat

diterapkan di Indonesia.

Dalam konteks Indonesia, ide taqnîn Ibnu Muqaffa‟ sebenarnya telah

diterima dan dipraktikkan dalam kehidupan bernegara. Buktinya, saat ini kita

telah memiliki Undang-undang Perkawinan (UU No. 1/1974), Undang-

undang Haji (UU No. 17/1999), Undang-undang Zakat (UU No.38/1999) dan

99

Rosjidi Ranggawidjaja, Pengantar Ilmu Perundang-undangan Indonesia, (Bandung:

Mandar Maju, 1998), h. 10.

100 Sistem hukum yang berlaku di Indonesia mengikuti tradisi hukum yang diwariskan oleh

Belanda yang pernah menjajah Indonesia, yaitu tradisi civil law. Sebenarnya Belanda juga mengikuti

tradisi hukum Prancis yang telah menjajah Belanda. Civil law merupakan duplikasi dari Kode

Napoleon. Cirri utama civil law adalah peraturan perundang-undangannya ditulis dan dihimpun dalam

satu undang-undang (terkodifikasi), dan kepastian hukum ditentukan oleh peraturan perundang-

undangannya. Oleh karena itu, hukum yang berlaku di Indonesia harus terkodifikasi terlebih dulu.

Lihat Ujang Ruhyat Syamsoni, Taqnin Al-Ahkam (Legislasi Hukum Islam Ke Dalam Hukum

Nasional), Jurnal Nur El-Islam, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015, h. 172; lihat juga Rifyal Ka‟bah,

Penegakan Syariah Islam di Indonesia, (Jakarta: Khairu Bayan, 2004), h. ; lihat juga Yayan Sopyan,

Islam-Negara; Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum Nasional, (Tangerang Selatan:

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, t.t.), h. 67

Page 57: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

44

lain-lain, yang semuanya dikategorikan sebagai hukum positif yang berisi

hukum Islam.101

Secara khusus, ide taqnin ini telah diterapkan di Aceh melalui

pemberlakukan qânûn (Perda syariah). Qânûn ini digali dan lahir dari

masyarakat NAD sebagai peraturan lokal yang bersifat khusus untuk

masyarakat NAD yang dipahami sebagian besar memiliki perbedaan dengan

ketentuan yang berlaku secara umum di Nusantra serta mendapat tempat

istimewa untuk diberlakukan bagi umat Islam di NAD. Untuk persoalan

masyarakat Aceh yang telah diatur oleh qânûn maka qânun lah yang akan

diberlakukan. Hal ini sejalan dengan Penjelasan Umum Undang-undang No.

18 Tahun 2001 tersebut, dalam salah satu alineanya dinyatakan; “Qanun

Propinsi NAD adalah Peraturan Daerah Propinsi NAD yang dapat

mengenyampingkan peraturan perundang-undangan yang lain dengan

mengikuti asas lex specialis derogaat lex generalis, dan Mahkamah Agung

berwenang melakukan uji materil terhadap Qonun.”102

Dengan penjelasan ini,

maka dipahami bahwa qânun sebagai suatu tatanan Peraturan Daerah akan

dapat mengenyampingkan KUHP yang bersifat umum.

Dimensi Qanun sebagai wilayah penelitian hukum Islam membahas

tentang asas dan kaidah hukum Islam yang dialihkan (ditransformasikan) ke

dalam produk badan penyelenggara negara, terutama legislatif dan eksekutif,

yang terdokumentasi dalam peraturan perundang-undangan.103

Hukum di suatu negara merupakan kehendak negara. Ini artinya, negara

membuat peraturan-peraturan dan menciptakan kedamaian serta ketertiban

dalam masyarakat. Hukum dibuat untuk mengatur barbagai kepentingan

kelompok-kelompok yang ada dalam mayarakat agar tidak bertabrakan.

101

Masykuri Abdullah, Formalisasi Syari‟at Islam, h. 93.

102 Masykuri Abdullah, Formalisasi Syari‟at Islam, h. 93.

103Cik Hasan Basri, Pilar-pilar Penelitian Hukum Islam dan Pranata Sosial, (Jakarta:Raja

Grafindo Persada, 2004), h. 101-102.

Page 58: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

45

Hukum ini atas menjadi pedoman bagi masyarakat dalam bertindak, mengikat

semua warga negara tak terkecuali termasuk pemegang kekuasaan

pemerintahan.

Untuk melaksanakan fungsinya, hukum itu tentu memiliki kekuasaan

yang lebih besar dari pada hukum yang ada pada berbagai kelompok

kepentingan dalam masyarakat. “hukum” kelompok-kelompok kepentingan

dalam masyarakat mengatur dan menata ketertiban hanya dalam kelompok

masing masing. Sementara itu, hukum yang ada di tangan penguasa/

pemerintah berfungsi menata dan mengatur kepentingan antar kelompok agar

tidak berbenturan antara satu dengan yang lain. Ini berarti bahwa hukum itu

mengatur dan menjaga kedamaian dan ketertiban selururuh masyarakat.

Kekuasaan hukum negara didukung oleh kelompok-kelompok kepentingan

masyarakat sehingga statusnya lebih kuat dari keseluruhan hukum yang ada di

masyarakat.

Sejarah transformasi hukum Islam ke dalam hukum nasional bukanlah

hal yang baru, bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka, gagasan ini telah ada

dan diperjuangkan oleh para pendahulu dalam perumusan konsep negara.

Lahirnya piagam Jakarta merupakan bagian dari keberhasilan usaha tokoh-

tokoh kebangsaan yang selalu memperjuangkan keberlakuan hukum Islam

untuk masyarakat muslim.104

Sebelum piagam Jakarta lahir, terjadi perdebatan

pemikiran tentang negara Islam, dan negara muslim. Muhammad Yamin

Mengatakan, ungkapan “Negara berdasar atas cita-cita luhur dari agama

Islam” sebagaimana yang diucapkannya dalam pidatonya pada tanggal 31 Mei

1945.

Suparman Usman memahami pernyataan Supomo bahwa dalam negara

yang tersusun sebagai negara Islam, negara tidak dapat dipisahkan dari

104

Suparman Usman, Hukum Islam: Asas-asas dan Pengantar Studi Hukum Islam dalam

Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), h.

Page 59: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

46

agama, negara dan agama adalah satu. Selanjutnya mengenai negara Indonesia

yang yang diusulkan Supomo adalah negara integral yang bukan merupakan

negara agama dan bukan juga negara sekuler, akan tetapi sebuah negara yang

bersatu, berbudi pekerti luhur, menjunjung tinggi harkat dan martabat, sebuah

Negara yang bermoral, di mana konsep-konsep seperti itu juga menjadi ajaran

dalam agama Islam.

Dalam UUD 1945 sendiri terdapat landasan filosofis dan landasan

yuridis tentang pemberlakuan hukum Islam bagi pemeluknya. Landasan

filosofis adalah pancasila sila pertama yaitu Ketuhanan yang Maha Esa.

Ketuhanan yang Maha Esa mengandung tauhid seperti yang dituturkan oleh

Ki Bagus Hadikusumo sebagai penggagas penyempurnaan sila pertama itu.105

Sedangkan landasan yuridis terdapat dalam pasal 29 UUD 1945. Dalam

pemaknaan pasal 29 UUD 1945, Hazairin berkomentar:

Karena bangsa Indonesia yang beragama resmi memuja Allah, yaitu

menundukkan diri kepada kekuasaan Allah, Tuhan Yang Maha Esa itu, dan

menjadikan pula kekuasaan-Nya itu dengan istilah Ketuhanan Yang aha Esa,

sebagai dasar pokok bagi Negara republic Indonesia, yaitu “ Negara

berdasarkan ketuhanan yang maha Esa [pasal 29 ayat (1) UUD 1945], maka

tafsiran ayat tersebut hanya mungkin sebagai berikut: (1) Dalam negara RI

tidak boleh terjadi atau berlaku sesuatu yang bertentanngan dengan kaidah-

kaidah Islam bagi umat Islam, atau yang bertentangan dengan kaidah-kaidah

nasrani bagi umat nasrani, atau bertentangan dengan kaidah-kaidah agama

Hindu Bali bagi agama Hindu Bali, atau yang bertentangan dengan kesusilaan

Budha bagi umat Budha. (2) Negara RI wajib menjalankan syariat Islam

bago orang Islam, syariat nasrani bagi orang Nasrani, dan syariat Hndu Bali

bagi orang Bali, sekedar menjalankan syariat tersebut memerlukan

perantaraan kekuasaan Negara. (3) Syariat yang tidak memerlukan bantuan

kekuasaan Negara untuk menjalankan dan karena itu dapat sendiri dijalankan

oleh pemeluk agama yang bersangkutan menjadi kewjiban pribadi terjhadap

Allah bagi setiap orang itu yang dijalankannya sendiri menurut agamanya

masing-masing.

105

Endang Saifuddin Anshari, Piagam Jakarta 22 Juli 1945: Sebuah Konsensus Nasional

tentang Dasar Negara Republik Indonesia (1945-1949), (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h. x

Page 60: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

47

Dari pernyataan Hazairin di atas, dapat ditarik suatu benang merah

bahwa masuknya hukum Islam ke dalam hukum nasional merupakan

keniscayaan. Sebaliknya, ketika ada hukum nasional yang bertentangan

dengan hukum agama dan kepercayaan bangsa Indonesia harus ditolak karena

bertentangan dengan keyakinan dan nilai luhur yang dianut oleh bangsa

Indonesia. Hazairin memandang bahwa hukum agama ada yang tidak

memerlukan intervensi kekuasaan negara dalam penerapannya, karena hukum

agama tersebut secara otomatis dilaksanakan dan sudah menjadi kewajiban

setiap orang.

Dari uraian Hazairin di atas, dapat dikatakan bahwa keberadaan hukum

Islam dalam tata hukum nasional merupakan realitas yang tidak dapat

dibantah lagi eksistensinya. Bahkan kata Suparman Usman,106

hukum Islam

merupakan sumber dan bahan utama pembuatan hukum di Indonesia. Karena

hukum Islam sudah menjadi bagian integral dari hukum nasional Indonesia,

maka perlu diarahkan kepada bentuk perundang-undangan (دار التقنين) untuk

memenuhi sekelompok penuntut kepentingan / keadilan dalam negara ini,

yaitu umat Islam sebagai sebagai warga negara Indonesia. Upaya demikian

merupakan sumbangan positif bagi pembangunan hukum nasional khususnya

dalam pembenahan hukum sekarang ini dengan menatap masa depan yang

lebih tertata.

Dari ketiga hukum yang ada, hukum adat, hukum barat, dan hukum

Islam, sebagaimana yang diungkakan oleh Rifyal Ka‟bah bahwa hukum Islam

memiliki peluang lebih besar untuk mengisi hukum nasional.107

Hukum Islam

106

Suparman Usman, Hukum Islam: Asas-asas dan Pengantar Studi Hukum Islam dalam

Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), h. 3

107Ini dikarenakan beberapa alasan sebagai berikut: kita sepakat dengan bahawa adat

mempunyai implikasi hukum, maka hukum adat di samping klain yang sering mengatakannya sebagai

hukum yang berciri Indonesia, ia lebih bercorak etnik (kesukaan), kecuali adat besar yang merupakan

sumber komplementer hukum Islam. Oleh karena itu, hukum adat yang tidak mencerminkan keadilan,

kemanusiaan, dan kebersamaan berpotensi untuk sekterianisme dan disintegrasi bangsa dan lambat

laun cenderung ditinggalkan oleh masyarakat seiring dengan maraknya migrasi, akulturasi, dan

Page 61: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

48

diharapkan menjadi solusi dalam sistem hukum di Indonesia. Salah satunya

adalah sanksi hukum yang bersifat mendidik dan menjerakan. Ini terutama

dapat dilihat dari sanksi-sanksi kejahatan terhadap jiwa, akal, kehormatan,

keturunan, agama, dan harta benda.108

Sebagaimana doktrin politik bahwa keberadaan mayoritas biasanya

mendominasi kebijakan politik dalam suatu negri. Umat Islam merupakan

penduduk mayoritas, merupakan keniscayaan jika hukum Islam yang dianut

dan dilaksanakan oleh sebagian besar warga negara, agar menjadi bagian dari

hukum nasional.

Dari uraian di atas, penulis memandang bahwa teori positivisasi dan

taqnîn adalah dua teori yang memiliki semangat pemikiran yang sama. Secara

teoritis, baik positivisasi hukum dan taqnîn al-ahkâm, keduanya merupakan

instrumen visi pembangunan hukum nasional yang dibangun dengan

mempertimbangkan situasi dan kondisi aktual masyarakat setempat. Usaha

positivisasi / taqnîn hukum Islam merupakan suatu keharusan baik dalam

kajian akademik yang selalu mengikuti elektisisme maupun proses

demokratisasi yang berdasarkan mayoritas penduduk.

modernisasi di seluruh wilayah Indonesia. Hukum barat sebagai hukum asing menggambarkan sejarah

dan norma-norma bangsa Eropa yang belum tentu sejalan dengan pandangan hidup bangsa Insonesia.

Selain itu, hukum barat zaman penjajahan dirancang sebagai bagian dari politik untuk

mempertahankan kekuasaan penjajah di Indonesia. Dengan meningkatnya rasa kebangsaan, maka

hukum barat ini nantinya akan diterima secara selektif, hanya bila hukum itu sesuai dengan rasa

keadilan dan norrma-norma bangsa Indonesia. Hukum Islam mencerminkan norma-norma bangsa

Indonesiayang mayoritas beragama Islam. Hukum Islam juga dimantapkan oleh sifat diyâni dan

qadhâ`î yang dikandungnya, karna berasal dari hukum agama yang tidak hanya mengikat seseorang

sebagai makhluk sosial tapi juga mengikatnya sebagai hamba Allah swt. Dalam akidah Islam, siapa

saja yang megerjakan kebaikan, maka akan menuai kebaikan, sebaliknya, siapa saja yang mengerjakan

keburukan makan akan menuai keburukan yang hasilnya bisa dirasakan di dunia dan atau di akhirat.

Lihat Rifyal Ka‟bah, Penegakan Syariah Islam di Indonesia, (Jakarta: Khairu Bayan, 2004), h.

108 Dalam sanksi hukum Islam misalnya dikenal dengan sanksi yang berbentuk pembalasan

yang setimpal atas kejahatan yang telah dilakukan pelaku yang disebut qisâs. Lihat [(QS.. al-Mâ`idah:

45), dan (QS. Al-Baqarah: 194, 197, & 179)]

Page 62: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

49

C. Objektifikasi

Menurut Kuntowijoyo, dalam proses transformasi konsep hukum Islam

ke dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, dapat digunakan teori

Objektifikasi. Objektifikasi tidak sekedar eksternalisasi dari keyakinan

internal keagamaan, tetapi juga konkretisasi.109

Dalam proses objektifikasi, nilai Islam harus diterjemahkan dalam

kategori objektif sehingga dapat diterima oleh semua pihak, baik oleh

kalangan muslim maupun non-muslim. Kriteria objektif yang

dimaksudkannya adalah jika perbuatan yang dimaksudkan dilaksanakan

sebagai sesuatu yang natural bukan sebagai perbuatan keagamaan. Dalam

upaya transformasi konsep hukum Islam, maka diperlukan sebuah teori. Maka

teori Objektifikasi dapat dijadikan sebagai landasan berpikir untuk melakukan

transformasi konsep tersebut. Karena dalam objektifikasi konsep yang

terkandung dalam hukum Islam diterjemahkan sebagai sesuatu yang netral

sehingga bersifat objektif.110

Adanya realitas masyarakat yang plural dan

selalu berubah pada tiap tempat dan waktu, maka perlu diadakan objektifikasi

hukum Islam sesuai dengan situasi dan kondisi pada masing-masing wilayah.

Secara metodologis, hukum Islam dapat ditafsirkan secara berbeda-beda

tergantung pada realitas masyarakat. Karena itu, objektifikasi hukum Islam ke

dalam hukum nasional dapat disahkan menjadi hukum yang diterima oleh

seluruh masyarakat Indonesia.111

Dengan demkian, masyarakat tidak lagi

resisten atau khawatir dengan implementasi ajaran Islam di ruang publik,

malah sebaliknya akan mengapresiasi dan mendukungnya. Dari itu akan

muncul kepercayaan terhadap penerapan ajaran Islam yang menjadi modal

109

Denny JA, HA Sumargono, Kuntowijoyo, et.al., Negara Sekuler: Sebuah Polemik,

(Jakarta: Putra Berdikari Bangsa, 2000), h. 56

110 Denny JA, HA Sumargono, Kuntowijoyo, et.al., Negara Sekuler: Sebuah Polemik,

(Jakarta: Putra Berdikari Bangsa, 2000), h. 56

111 Makhrus Munajat dkk., Objektivikasi Hukum Pidana Islam ke dalam Hukum Nnasional.

Jurnal Istiqra, Vol 03, no. 01 tahun 2004

Page 63: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

50

penting bagi pemberlakuan syariat Islam. Secara perlahan syariat akan

diberlakukan di tengah publik hingga akhirnya syariah diterapkan secara

paripurna oleh masyarakat.

Meskipun tidak merujuk secara langsung pada pemikiran Kuntowijoyo,

sepertinya gagasan objektifikasi Islam dalam praktiknya sudah berjalan.

Implementasi gagasan ini terlihat dari berdirinya partai-partai bukan Islam

akan tetapi berbasis massa Islam, seperti PAN (Partai Amanat Nasional), PKB

(Partai Kebangkitan Bangsa), PKS (Partai Keadilan Sejahtera), dll.

Adapun dalam bidang ekonomi, beberapa tahun terakhir, kata syariah

seolah menjadi milik dunia pada umumnya. Dunia tentu tahu bahwa syariah

adalah produk muslim, namun respon public cukup hangat terhadapnya.

Syariah akan selalu dikaitkan dengan sistem ekonomi Islam. Padahal yang

sebenarnya, syariah itu mencakup semua aspek (aspek hukum, ibadah, dll). Ini

salah satu contoh penerapan objektifikasi yang cukup berhasil. Bank-bank

syariah dengan segala macam kelebihan dan kekurangannya pun

bermunculan. Bagaimana sistem perbankan yang selama ini menggunakan

proses riba yang tidak sesuai dengan hukum Islam pada hari ini mulai

ditinggalkan. Bahkan negara Inggris yang merupakan negara non muslim

mendeklarasikan nilai syariah itu dalam bentuk penerapan bunga 0%. Kita

sebagai umat muslim dapat menikmati “hukum islam” itu dalam bentuk

ekonomi syariah, dan non muslim juga mengikutinya tanpa merasa terpaksa

atau dipaksa. Kita melakukannya atas dasar iman dan orang lain (non muslim)

melakukannya atas dasar manfaat.

Selain melalui positivisasi dan objetifikasi, transformasi hukum Islam

ke dalam Peraturan Perundang-undangan juga dapat dilakukan dengan pola

adopsi dan adaptasi. Adopsi hukum Islam oleh negara adalah pengesahan

ketentuan hukum Islam oleh negara dalam bentuknya yang masih nampak

pengaruh besar hukum Islam. Contoh, adopsi hukum Islam bidang keuangan

dan bisnis syariah yang banyak disahkan di negara negara-negara muslim

Page 64: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

51

seperti Indonesia, Malaysia, dan lain-lain. Menurut Prof Atho Mudzhar,

adopsi fatwa DSN-MUI dalam berbagai peraturan dilakukan dengan penuh

dan sebagian.112

Adapun pola adaptasi adalah ketentuan-ketentuan dalam hukum Islam

yang diakomodasi dan disesuaikan degan ketentuan lainnya sehingga hukum

Islam tidak berwujud dalam wujudnya yang leterlek melainkan

bertransformasi dalam ketentuan yang bergam, seperti hukuman mati bagi

pembunuh dalam hukum pidana Islam dikenal dengan qisâs, sedangkan dalam

pola adaptasi hukum nasional, hukum mati diterapkan bukan atas nama qisâs

dan dilakukan dengan cara yang berbeda.113

Selanjutnnya adalah pola transformasi fatwa dengan cara copy paste,

subtantif, dan memperluas ketentuan. Pertama, copy paste dilakukan dengan

menyalin fatwa ke dalam pasal-pasal suatu perundang-undangan, pola ini

terkadang muncul dengan bentuknya yang utuh, atu 99% sama dengan teks

asalnya. Kedua, pola subtantif dilakukan dengan cara mengambil

subtansi/intisari dari fatwa, kemudian diterjemahkan (non lieral) ke dalam

pasal-pasal peraturan perundang-undangan dengan bahsa lebih formal. Ketiga

pola memperluas ketentuan fatwa dan atau menterjemahkan ke dalam bentuk

yang lebih teknis operasional, bahkan regulator menambahkan tambahan

112

Istilah ini diakai oleh Prof. Atho Mudzhar dalam bukunya “Esai-esai Sejarah Sosial

hukum Islam” dengan Judul The Legal Reasoing and Socio-Legal impact of The Fatwas of The

Council of Indonesian Ulama on economic Issues, (Yogyakarta: pustaka pelajar, 2014), h. 158 dan

179; lihat juga Muhammad maksum, Kedudukan Syariah sebagai Sumber Hukum Positif: Kajian Awal

atas Hukum Perkawinan, Ekonomi Islam, dan Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia dan Maroko,

Jurnal Istinbath, Vol. 15, No.2, h. 163-334 113

Lihat Baundouin Dupret, La Charia Des Sources A La Pratique Un Concept Pluriel,

(Paris: La Decouverte, 2014) h. 130; lihat juga Muhammad Maksum, Kedudukan Syariah sebgaai

Sumber Hukum Positif: Kajian Awal atas Hukum Perkawinan, Eknomi Islam, dan Hukum

Ketenagakerjaan di Indonesia dan Maroko, h. 284

Page 65: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

52

ketentuan karena keperluan teknis operasional tersebut, agar dapat diterapkan

dalam kegiatan suatu lembaga keuangan.114

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa teori positivisasi dan

taqnîn merupakan instrumen untuk mengangkat hukum Islam dalam dalam

produk hukum nasional agar dapat mengikat secara nasional sebagaimana

hukum positif (baik secara literal ataupun non literal). Transformasi hukum

Islam ini dapat dilakukan dengan pola objektifikasi; adopsi, dan adaptasi;

copy paste, subtantif, dan perluasan ketentuan.

114

Lihat Soleh Hasan Wahid, Pola Tranformasi Fatwa Ekonomi Syariah DSN-MUI dalam

Peraturan Perundang-undangan di Indonesia, Jurnal Ahkam Vol. 4, No.2, Novenber 2016:171-198, h.

196

Page 66: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

53

BAB III

DESKRIPSI UMUM PROFIL DEWAN SYARIAH NASIONAL MAJELIS

ULAMA INDONESIA (DSN-MUI), BANK INDONESIA (BI), DAN

OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)

A. Profil Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)

1. Sejarah Berdirinya Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia

(DSN-MUI)

Seiring dengan perkembangan ekonomi syariah di Indonesia, Majelis

Ulama Indonesia mengadakan tim rapat Pembentukan Dewan Syariah

Nasional (DSN) pada tanggal 14 Oktober 1997. Lokakarya ulama tentang

Reksadana Syariah yang diselenggarakan MUI pusat pada tanggal 29-30 Juli

1997 di Jakarta merekomendasikan perlunya sebuah lembaga yang

menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan aktivitas Lembaga

Keuangan Syariah (LKS). Pada tahun 1999 MUI membentuk DSN dengan

menerbitkan SK MUI No. Kep-754/MUI/II/99 tentang pembentukan Dewan

Syariah Nasional. Salah satu tugas Dewan Syariah Nasional adalah

mengeluarkan fatwa tentang produk dan jasa keuangan syariah.115

MUI

memiliki tiga perangkat, yaitu satu komisi dan dua lembaga yang terkait

dengan pembuatan dan penetapan fatwa, yakni komisi fatwa Lembaga

Pengkajian Pangan, Obat-obatan, Minuman dan Kosmetika (LP-POM), dan

Dewan Syariah Nasional (DSN).116

Pembentukan DSN-MUI merupakan langkah efisiensi dan

koordinasi para ulama dalam menanggapi isu-isu yang berhubungan dengan

115

Keputusan DSN-MUI No. 01 Th 2000

116 Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Dalam Perspektif Hukum Dan Perundang-

Undangan, (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian

Agama RI), h. 257

Page 67: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

54

masalah ekonomi/keuangan. Berbagai masalah/ kasus yang memerlukan

fatwa akan ditampung dan dibahas bersama agar diperoleh kesamaan

pandangan dalam penangannya oleh masing-masing Dewan Pengawas

Syariah (DPS) yang ada di lembaga keuangan syariah. Selain itu DSN-MUI

juga untuk mendorong penerapan ajaran Islam dalam kehidupan ekonomi

dan keuangan, DSN-MUI akan senantiasa dan berperan secara proaktif

dalam menanggapi perkembangan masyarakat Indonesia yang dinamis

dalam bidang ekonomi dan keuangan.

Pihak-pihak yang meminta fatwa adalah (mustafti) adalah LKS dan

pemerintah. Lembaga Keuangan Syariah mengajukan fatwa kepada DSN

untuk pelaksanaan kegiatan usahanya yang akan dilakukan, sedangkan

pemerintahan mengajukan fatwa dalam rangka pembuatan peraturan

perundang-undangan yang akan diberlakukan. Pada prinsipnya, penerbitan

fatwa DSN didasarkan permi ntaan atau pertanyaan mustasfi meskipun tidak

semua identitas mustasfi dicantumkan dalam fatwa DSN. Adapula fatwa

DSN yang tidak diminta oleh mustasfi.117

Proses internalisasi normatif-religius mendesak pembentukan hukum

(fatwa) di bidang ekonom syariah untuk melaksanakan kegiatan ekonomi

syariah yang tidak pernah dilakukan sebelumnya. Pembentukan hukum di

bidang ekonomi syariah menimbulkan proses pengalihan dari nilai kegiatan

ekonomi konvensional ke nilai kegiatan ekonomi syariah. Selain itu, fatwa

yang diminta oleh mustafti adalah fatwa atas suatu peristiwa yang belum

terjadi. Fatwa ini berfungsi untuk kegiatan ekonomi syariah yang akan

dilaksanakan. Tanpa adanya fatwa, kegiatan ekonomi syariah tidak dapat

dilaksanakan.118

117

Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Dalam Perspektif Hukum Dan Perundang-

undangan, h. 262

118 Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Dalam Perspektif Hukum Dan Perundang-

undangan, h. 264

Page 68: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

55

2. Peran dan Kewenangan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama

Indonesia (DSN-MUI)

Pada tahun 2000, lampiran II dari SK MUI No. Kep-754/MUI/II/99

tentang Pembentukan Dewan Syariah Nasional dijadikan pedoman dasar

Dewan Syariah Nasional melalui Keputusan DSN-MUI No. 01 Tahun 2000,

bahwa tugas dari DSN adalah sebagai berikut:119

a. Menumbuh-kembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam kegiatan

perekonomian pada umumnya dan keuangan pada khususnya;

b. Mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis kegiatan keuangan syariah

c. Mengeluarkan fatwa atas produk dan jasa keuangan syari‟ah;

d. Mengawasi penerapan fatwa yang telah dikeluarkan.

Keberadaan DPS telah hadir terlebih dahulu dari DSN, tidak

ditinggalkan dalam mekanisme pelaksanaan tugas-tugas DSN. Dewan

Syariah Nasional tetap memerlukan DPS dalam melakukan pengawasan

pelaksanaan syari‟ah pada masing-masing LKS. Untuk itu, DSN memiliki

kewenangan berikut ini dalam rangka menjalankan tugas yang telah

diberikan kepadanya sebagaimana diatur dalam Keputusan DSN-MUI No.01

Tahun 2000, yaitu:120

a. Mengeluarkan fatwa yang mengikat Dewan Pengawas Syariah di

masing-masing Lembaga Keuangan Syariah dan menjadi dasar tindakan

hukum pihak terkait.

b. Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan/peraturan

yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, seperti Departemen

Keuangan dan Bank Indonesia.

119

Jaih Mubarok, “Struktur DSN-MUI”, http://majelispenulis.blogspot.com/2016/05/peran-

dewan-syariah-nasional.html diakses pada 15 Novenber 2018

120 Jaih Mubarok, “Struktur DSN-MUI”, http://majelispenulis.blogspot.com/2016/05/peran-

dewan-syariah-nasional.html diakses pada 15 Novenber 2018

Page 69: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

56

c. Memberikan rekomendasi dan/ atau mencabut rekomendasi nama-nama

yang akan duduk sebagai Dewan Pengawas Syariah pada suatu lembaga

keuangan syariah.

d. Mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang

diperlukan dalam pembahasan ekonomi syariah, termasuk otoritas

moneter/lembaga keuangan dalam maupun luar negeri.

e. Memberikan peringatan kepada Lembaga Keuangan Syariah untuk

menhentikan penyimpangan dari fatwa yang telah dikeluarkan oleh

Dewan Syariah Nasional

f. Mengusulkan kepada instansi yang berwenang untuk mengambil

tindakan apabila peringatan tidak diindahkan.

3. Mekanisme Kerja DSN, BPH dan DPS

Berdasarkan keputusan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama

Indonesia Nomor 01 Tahun 2000 tentang Pedoman Dasar Dewan Syariah

Nasional Majelis Ulama Indonesia, mekanisme kerja DSN, BPH dan DPS

adalah sebagai berikut:

a. Dewan Syariah Nasional (DSN)

1) Dewan Syariah Nasional mengesahkan rancangan fatwa yang

diusulkan oleh Badan Pelaksana Harian DSN

2) Dewan Syariah Nasiona melakukan rapat pleno paling tidak satu

kali dalam tiga bulan atau bilamana diperlukan

3) Setiap tahunnya membuat suatu pernyataan yang dimuat dalam

laporan tahunan (annual report) bahwa lembaga keuangan syariah

yang bersangkutan telah/ tidak memenuhi segenap ketentuan

syariah sesuai dengan fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah

Nasional

Page 70: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

57

b. Badan Pelaksana Harian (BPH)

1) Badan Pelaksana Harian menerima usulan atau pertanyaan hukum

mengenai suatu produk lembaga keuangan syariah. Usulan ataupun

pertanyaan ditujukan kepada secretariat Badan Pelaksana Harian

2) Sekretariat yang dipimpin oleh sekretaris paling lambat 1 (satu) hari

kerja setelah menerima usulan/ pertanyaan harus menyampaikan

permasalahan kepada ketua BPH.

3) Ketua Badan Pelaksana Harian bersama anggota dan staf ahli

selambat lambatnya 20 hari kerja harus membuat memorandum

khusus yang terisi telaah dan pembahasan terhadap suatu

pertanyaan/ usulan.

4) Ketua Badan Pelaksana Harian selanjutnya membawa hasil

pembahasan ke dalam Rapat Pleno Dewan Syariah Nasional untuk

mendapat pengesahan.

5) Fatwa dan memorandum Dewan Syariah Nasional ditandatangani

oleh Ketua dan Sekretaris Dewan Syariah Nasional.

c. Dewan Pengawas Syariah (DPS)

1) Dewan Pengawas Syariah melakukan pengawasan secara periodik

pada lembaga keuangan syariah yang berada di bawah

pengawasannya.

2) Dewan Pengawas Syariah berkewajiban mengajukan usul-usul

pengembangan Lembaga Keuangan Syariah kepada pimpinan

lembaga yang bersangkutan dan kepada Dewan Syariah Nasional.

3) Dewan Pengawas Syariah melaporkan perkembangan produk dan

operasional lembaga keuangan syariah yang diawasinya kepada

Dewan Syariah Nasional sekurang-kurangnya dua kali dalam satu

tahun anggaran.

Page 71: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

58

4) Dewan Pengawas Syariah merumuskan permasalahan-

permasalahan yang memerlukan pembahasan Dewan Syariah

Nasional.

4. Proses Penetapan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama

Indonesia

Pelaksanaan ajaran Islam oleh Penganutnya merupakan suatu

kewajiban karena diyakini kebenaran ajarannya. Dalam melaksanak an

ajaran tersebut, perlu ada pemahaman atas ajaran Islam itu sendiri, terutama

terhadap hal-hal yang zannî sifatnya baik dalam al-Qur‟an ataupun dalam

hadis. Apabila terdapat suatu permasalahan terhadap penerapan ketentuan

yang bersifat zhanni, perlu ada orang yang mampu menjawab permasalahan

ini sesuai dengan ajaran islam.

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang disebut fatwa ini merupakan

pendapat dari orang yang memahami ajaran Islam. Hasyim Kamali

berpendapat bahwa:

Response from aqualified person to a question of concern to

religion and law. It is in the nature of an opinion and a contribution

given to help the person that is in need of guidance. it does not bind

anyone and it is meant to help the people and also to make a

contribution to finding relevant solutions to issues.121

Maksud hasyim kamali ialah bahwa fatwa tersebut merupakan respon

dari orang yang memenuhi syarat untuk menjawab pertanyaan dari penganut

ajaran agama. Hal tersebut merupakan kontribusi yang diberikan untuk m

embantu orang yang membutuhkan bimbingan.

Pendapat yang diberikan oleh mufti sebagai jawaban atas pertanyaan

diharapkan mampu memberikan solusi dengan tetap pada jalur ketentuan

121

Yeni Salma Barlinti, Kedudukan Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional Dalam Sistem Hukum

Nasional Di Indonesia, http://lib.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=20280504&lokasi=loka diakses pada 15

Novenber 2018

Page 72: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

59

Islam. Pendapat tersebut di Indonesia disebut dengan Fatwa Dewan Syari‟ah

Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Meskipun demikian, banyak

dipahami bahwa fatwa yang diberikan adalah tidak mengikat secara hukum.

Ma‟ruf Amin menyebutkan bahwa metode penetapan fatwa

menggunakan metode bayani (analisa kebahasaan), metode ta‟lîlî dan

metode istislâhi. Sebagaimana telah disebutkan diatas, bahwa salah satu

tugas DSN adalah mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis kegiatan keuangan

syari‟ah serta produk dan jasa keuangan syariah. Dalam proses penetapan

fatwa ekonomi syari‟ah, DSN melakukannya melalui rapat pleno yang

dihadiri oleh semua anggota DSN, BI, OJK atau lembaga otoritas keuangan

lainnya, dan pelaku usaha baik perbankan, asuransi, pasar modal, syariah

card, syari‟ah charge card maupun lainnya. Alur penetapan fatwa ekonomi

syari‟ah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Badan Pelaksana Harian DSN-MUI menerima usulan atau pertanyaan

hukum mengenai suatu produk lembaga keuangan syariah. Usulan atau

pertanyaan hukum ini bisa dilakukan oleh praktisi lembaga

perekonomian melalui Dewan Pengawas Syariah atau langsung

ditujukan kepada sektretariat Badan Pelaksana Harian DSN-MUI.

b. Secretariat dipimpin oleh sekretaris paling lambat satu hari kerja setelah

menerima usulan/ pertanyaan harus menyampaikan permasalahan

kepada ketua.

c. Ketua Badan Pelaksana Harian DSN-MUI bersama anggota BPH DSN-

MUI dan staff ahli selambat-lambatnya 20 hari kerja harus membuat

memorandum khusus yang berisi telaah dan pembahasan terhadap suatu

pertanyaan atau usulan hukum tersebut.

d. Ketua Badan Pelaksana Harian DSN-MUI selanjutnya membawa hasil

pembahasan ke dalam rapat pleno Dewan Syariah Nasional Majelis

Ulama Indonesia untuk mendapat pengesahan.

Page 73: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

60

e. Memorandum yang sudah dapat pengesahan dari rapat pleno DSN-MUI

ditetapkan menjadi fatwa DSN-MUI fatwa tersebut ditandatangani oleh

ketua DSN-MUI (ex-officio Ketua Umum MUI) dan sekretaris DSN-

MUI (ex-officio Sekretaris Umum MUI).

5. Fatwa DSN-MUI Tentang akad Musyârakah Mutanâqisah

Ketentuan mengenai Akad musyârakah Mutanâqisah diatur dalam

Fatwa DSN-MUI No.73 tahun 2008 Tentang akad musyârakah mutanâqisah

dan juga Keputusan DSN-MUI No.01 Tahun 2013 tentang Pedoman

Implementasi akad musyarakah mutanaqisah dalam pembiayaan syariah.

Struktur dan format fatwa tentang musyârakah mutanâqisah sudah

memadai dengan rumusan yang simpel. Jika dibandingkan dengan format fatwa

mufti Mesir, fatwa DSN-MUI lebih komplit muatannya. Namun, format fatwa

DSN MUI ini hanya terbatas memberikan penentuan status hukum masalah

yang difatwakan, belum bersifat ifadah „ilmiah yaitu memberikan kegunaan

pencerahan wawasan keilmuan - sebagaimana yang terangkum dalam naskah

akademik,-122 sehingga kurang memberikan bekal kepada kalangan di luar para

ulama ekonomi syariah. Karena itu disarankan agar setiap fatwa disertai

lampirannya, berupa uraian ilmiah singkat yang mengantarkan pada

kesimpulan-kesimpulan isi fatwa. 123 Secara umum fatwa ini sudah disebarkan

oleh MUI Pusat ke MUI Provinsi, Kabupaten/Kota dan juga sudah ada yang

sampai kepada warga masyarakat agar umat mengetahui hukum dan dapat

mempraktikkannya dalam lembaga keuangan ekonomi syariah. Akad ini akan

dibahas lebih dalam pada analisis BAB IV.

122

Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil

penelitian lainnya tehadap suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah

mengenai pengaturan masalah tersebut dalam suatu rancangan peraturan sebagai solusi terhadap

permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat.

http://peraturan.go.id/welcome/index/prolegnas_pengantar.html diakses pada 26 Desember 2018

123 Zainuddin Ali, Hukum Ekonomi Syariah (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 130-131.

Page 74: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

61

B. Profil Bank Indonesia (BI)

Bank Indonesia (BI) adalah bank sentral Republik Indonesia. Bank ini

memiliki nama lain De Javasche Bank yang dipergunakan pada masa Hindia

Belanda. Sebagai bank sentral.

Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang

independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dimulai ketika sebuah

undang-undang baru, yaitu UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia,

dinyatakan berlaku pada tanggal 17 Mei 1999 dan sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 2009. Undang-undang

ini memberikan status dan kedudukan sebagai suatu lembaga negara yang

independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur

tangan Pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas

diatur dalam undang-undang ini.

BI mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara

kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu

kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap

mata uang negara lain. Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju inflasi,

sementara aspek kedua tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap

mata uang negara lain. Perumusan tujuan tunggal ini dimaksudkan untuk

memperjelas sasaran yang harus dicapai Bank Indonesia serta batas-batas

tanggung jawabnya. Dengan demikian, tercapai atau tidaknya tujuan Bank

Indonesia ini kelak akan dapat diukur dengan mudah124

Untuk mencapai tujuan tersebut BI didukung oleh tiga pilar yang

merupakan tiga bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas ini adalah menetapkan dan

melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem

pembayaran, serta mengatur dan mengawasi perbankan di Indonesia. Ketiganya

124

Fungsi Bank Indonesia: Status dan Kedudukan Bank Indonesia,

https://www.bi.go.id/id/tentang-bi/fungsi-bi/status/Contents/Default.aspx diakses pada 15 Novenber

2018

Page 75: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

62

perlu diintegrasi agar tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah

dapat dicapai secara efektif dan efisien. Setelah tugas mengatur dan mengawasi

perbankan dialihkan kepada Otoritas Jasa Keuangan, tugas BI dalam mengatur

dan mengawasi perbankan tetap berlaku, namun difokuskan pada aspek

makroprudensial sistem perbankan secara makro.125

Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan

melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam

undang-undang tersebut. Pihak luar tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan

tugas Bank Indonesia, dan Bank Indonesia juga berkewajiban untuk menolak

atau mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dari pihak manapun juga.

Status dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar Bank Indonesia

dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih

efektif dan efisien.

Status Bank Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun badan

hukum perdata ditetapkan dengan undang-undang. Sebagai badan hukum publik

Bank Indonesia berwenang menetapkan peraturan-peraturan hukum yang

merupakan pelaksanaan dari undang-undang yang mengikat seluruh masyarakat

luas sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Sebagai badan hukum perdata, Bank

Indonesia dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri di dalam maupun di luar

pengadilan.

125

Tertera dalam "Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun

2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan (UU OJK)" Pasal 7. UU OJK dapat diakses di

http://www.bapepam.go.id/bapepamlk/others/UU-21-2011-OJK.pdf

Page 76: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

63

1. Visi, Misi Dan Nilai Strategis126

a. Visi

Menjadi bank sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

perekonomian Indonesia dan terbaik diantara negara emerging markets.

b. Misi

1) Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas

kebijakan moneter dan bauran kebijakan Bank Indonesia.

2) Turut menjaga stabilitas sistem keuangan melalui efektivitas

kebijakan makroprudensial Bank Indonesia dan sinergi dengan

kebijakan mikroprudensial Otoritas Jasa Keuangan.

3) Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan digital melalui

penguatan kebijakan sistem pembayaran Bank Indonesia dan sinergi

dengan kebijakan Pemerintah serta mitra strategis lain.

4) Turut mendukung stabilitas makroekonomi dan pertumbuhan

ekonomi yang berkelanjutan melalui sinergi bauran kebijakan Bank

Indonesia dengan kebijakan fiskal dan reformasi struktural

pemerintah serta kebijakan mitra strategis lain.

5) Memperkuat efektivitas kebijakan Bank Indonesia dan pembiayaan

ekonomi, termasuk infrastruktur, melalui akselerasi pendalaman

pasar keuangan.

6) Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah di tingkat

nasional hingga di tingkat daerah.

7) Memperkuat peran internasional, organisasi, sumber daya manusia,

tata kelola dan sistem informasi Bank Indonesia.

126

Fungsi Bank Indonesia: Visi dan Misi, https://www.bi.go.id/id/tentang-bi/fungsi-

bi/status/Contents/Default.aspx diakses pada 15 Novenber 2018

Page 77: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

64

2. Struktur Organisasi Bank Indonesia

Page 78: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

65

C. Profil Otoritas Jasa Keuangan (OJK)127

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan lembaga independen dan bebas

dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas dan wewenang

pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan di sektor jasa keuangan.

1. Misi dan Visi OJK

a. Misi

1) Mewujudkan terselenggaranya seluruh kegiatan di dalam sektor jasa

keuangan secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel;

2) Mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan

dan stabil; dan

3) Melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

b. Visi

Menjadi lembaga pengawas industri jasa keuangan yang

terpercaya, melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat, dan

mampu mewujudkan industri jasa keuangan menjadi pilar perekonomian

nasional yang berdaya saing keuangan sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2011 tentang OJK.

2. Tujuan OJK

OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam

sektor jasa keuangan :

a. Terselenggara secara teratur, adil, transparan dan akuntabel;

b. Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara

berkelanjutan dan stabil, dan

c. Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat

127

lihat Departemen Perizinan dan Informasi Perbankan Otoritas Jasa keuangan, Booklet

Perbankan Indonesia 2014, edisi 1 Maret 2014 ISSN : 1858 - 4233

Page 79: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

66

3. Fungsi dan Tugas OJK

OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan

yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa

keuangan. OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap

kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan, sektor Pasar Modal, dan sektor

Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan dan Lembaga Jasa

Keuangan lainnya.

4. Pengalihan Fungsi Perbankan dari BI ke OJK: Latar Belakang

Pengalihan Fungsi Pengaturan dan Pengawasan Perbankan

Untuk mewujudkan perekonomian nasional yang mampu tumbuh

secara berkelanjutan dan stabil diperlukan kegiatan di dalam sektor jasa

keuangan yang terselenggara secara teratur, adil, transparan dan akuntabel

serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara

berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan

masyarakat, sehingga diperlukan OJK yang memiliki fungsi, tugas, dan

wewenang pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan di dalam sektor

jasa keuangan secara terpadu, independen dan akuntabel.

Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas dan wewenang

pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal,

Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan dan Lembaga Jasa

Keuangan Lainnya beralih dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga

Keuangan - Kementerian Keuangan ke OJK.

Sejak 31 Desember 2013 fungsi, tugas dan wewenang pengaturan dan

pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan beralih dari BI ke

OJK. Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan, kesehatan, aspek

kehati-hatian, dan pemeriksaan bank merupakan lingkup pengaturan dan

pengawasan microprudential yang menjadi tugas dan wewenang OJK.

Adapun lingkup pengaturan dan pengawasan macroprudential merupakan

Page 80: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

67

tugas dan wewenang BI. Dalam rangka pengaturan dan pengawasan

macroprudential, OJK berkoordinasi dengan BI untuk melakukan himbauan

moral (moral suasion) kepada Perbankan.

5. Peraturan OJK

OJK merupakan lembaga Negara yang dibentuk berdasarkan Undang-

undang No.21 tahun 2011 tentang Otoritas Jassa Keuangan. OJK dalam

wewenangnya bebas dari campur tangan pihak lain, kecuali undang undang

menentukan lain.128

Oleh karena itu OJK memiliki kekuasaan eksekutif,

legislattif, dan yudikatif.

Defenisi peraturan atau regulasi OJK secara umum tercantum dalam

pasal 1 angka 11 menyatakaan “peraturan OJK adalah peraturan tertulis yang

ditetapkan oleh dewan komisioner, mengikat secara umum, dan diundangkan

dalam lembara Negara Republik Indonesia.” Ketentuan tersebut tidak hanya

mencakup POJK, tapi juga SEOJK dan kodifikasi yang menjadi derivasi

POJK. Peraturan tersebut merupakan pelaksanaan amanat Pasal 4 BAB III

UU No.21 Tahun 2011

Secara khusus dalam pasal 8 disebutkan bahwa untuk melaksanakan

tugas pengaturan sebagaimana yang dimaksud pada pasal 6, OJK memiliki

wewenang: 1) menetapkan peraturan pelaksanan Unang-undang OJK, 2)

menetapkan peraturan perundang-undangan disektor jasa keuangan 3)

menetapkan peraturan dan keputusan OJK, 4) enetapkan peraturan mengenai

pengawaan sector jasa keuangan, 5) menetapkan kebijakan mengenai

pelaksanaan tugas OJK 6) menetapkan peraturan mengenai tata cara

penetapan perintahtertulis terhadap lembaga jasa keuangan dan pihak

tertentu, 7) menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola

128

Lihat juga pasal 2 angka 2 Undang-undang No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa

Keuangan

Page 81: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

68

struktur pada lembaga jasa keuangan, 8) menetapkan struktur organsasi dan

infrastruktur, serta mengelola, memelihara dan menatausahakan kekayaan

dan kewajiban, 9) menetapkan peraturan mengenai tata cara penegnaan

sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di sector jasa

keuangan.

Dan meskipum OJK sebagai lembaga independen, dalam penetapkan

regulasi, OJK harus mematuhi rambu-rambu sebagaiman tertera dalam pasal

5 undang-undang No 12 tahun 2011 tentang pembentukan perundang-

undangan 1) kejelasan tujuan, b) kelembagaan atau pejabat pembentuk yang

tepat, 3) kesesuaian antara jenis hierarki dan materi muatan, 4) dapat

dilaksanakan, 5) kedayagunaan dan kehasilgunaan, 6) kejelasan rumusan, 7)

keterbukaan.

Secara umum, regulasi OJK memuat aspek kelembagaan, prudential,

pelaporan, dan perlindungan nasabah. Keempatnya merupakan kebutuhan

industry jasa keuangan syariah.

6. Struktur Organisasi Otoritas Jasa Keuangan

Struktur organisasi OJK terdiri atas Dewan Komisioner OJK dan Pelaksana

Kegiatan Operasional

a. Struktur dewan komisioner terdiri atas

1) Ketua merangkap anggota;

2) Wakil Ketua sebagai Ketua Komite Etik merangkap anggota;

3) Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan merangkap anggota;

4) Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal merangkap anggota;

5) Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga

Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya merangkap

anggota;

6) Ketua Dewan Audit merangkap anggota;

Page 82: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

69

7) Anggota yang membidangi Edukasi dan Perlindungan Konsumen;

8) Anggota Ex-officio dari Bank Indonesia yang merupakan anggota

Dewan Gubernur Bank Indonesia; dan

9) Anggota Ex-officio dari Kementerian Keuangan yang merupakan

pejabat setingkat Eselon I Kementerian Keuangan.

b. Pelaksanaan kegiatan operasional terdiri atas:

1) Ketua Dewan Komisioner memimpin bidang Manajemen Strategis

I;

2) Wakil Ketua Dewan Komisioner memimpin bidang Manajemen

Strategis II;

3) Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan memimpin bidang

Pengawasan Sektor Perbankan;

4) Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal memimpin bidang

Pengawasan Sektor Pasar Modal;

5) Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga

Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya memimpin

bidang Pengawasan Sektor IKNB;

6) Ketua Dewan Audit memimpin bidang Audit Internal dan

Manajemen Risiko; dan

7) Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan

Konsumen memimpin bidang Edukasi dan Perlindungan

Konsumen.

Page 83: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

70

Tabel 1.2 Susunan Organisasi Otoritas Jasa Keuangan

Keterangan:

ADK (Anggota Dewan Komisioner)

SCPR (Strategic Committee dan Pusat Riset)

DKPT (Deputi Komisioner Pengaturan dan Pengawasan Terintegrasi)

DKST (Departemen SSK dan Statistik Sektor Jasa Keuangan)

DP3T (Departemen Pengaturan, Perizinan, dan Pengawasan

Terintegrasi)

GPTI (Grup Penelitian, Pengaturan, dan Pengembangan Pengawasan

Terintegrasi)

GPUT (Grup Penanganan APU-PPT)

DKPS (Deputi Komisioner Penyidikan, Organisasi, dan SDM)

DOSM (Departemen Organisasi dan SDM)

Page 84: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

71

DPJK (Departemen Penyidikan Sektor Jasa Keuangan)

DKML (Deputi Komisioner Manajemen Strategis dan Logistik)

DMSP (Departemen Manajemen Strategis dan Perubahan)

SKHI (Sekretariat Dewan Komisioner, Hubungan Masyarakat, dan

Internasional)

DLOG (Departemen Logistik)

DKIK (Deputi Komisioner Pengelolaan Sistem Informasi dan

Keuangan)

DPSI (Departemen Pengelolaan Sistem Informasi)

DKEU (Departemen Keuangan)

DKHK (Deputi Komisioner Hukum)

DHUK (Departemen Hukum)

GPHK (Grup Penelitian dan Pengembangan Hukum Sektor Jasa

Keuangan)

DKOI (Deputi Komisioner OJK Institute)

DLAC (Departemen Learning dan Assesment Centre)

GIKM (Grup Inovasi Keuangan Digital dan Pengembangan Keuangan

Mikro)

DKAI (Deputi Komisioner Audit Internal dan Manajemen Risiko)

DPAI (Departemen Audit Internal)

DRPK (Departemen Manajemen Risiko dan Pengendalian Kualitas)

GPAF (Grup Penanganan Anti Fraud)

DKEP (Deputi Komisioner Edukasi dan Perlindungan Konsumen)

DPLK (Departemen Perlindungan Konsumen)

DLIK (Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan)

DKB1 (Deputi Komisioner Pengawas Perbankan I)

DKB2 (Deputi Komisioner Pengawas Perbankan II)

DKB3 (Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III)

DKB4 (Deputi Komisioner Pengawas Perbankan IV)

Page 85: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

72

DPNP (Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan)

DPIP (Departemen Perizinan dan Informasi Perbankan)

DPBS (Departemen Perbankan Syariah)

DPKP (Departemen Pengendalian Kualitas Pengawasan Perbankan)

DPMK (Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen

Krisis)

DKIP (Departemen Pemeriksaan Khusus dan Investigasi Perbankan)

DPB1 (Departemen Pengawasan Bank 1)

DPB2 (Departemen Pengawasan Bank 2)

DPB3 (Departemen Pengawasan Bank 3)

KR (Kantor Regional)

DKM1 (Deputi Komisioner Pengawas PM I)

DKM2 (Deputi Komisioner Pengawas PM II)

DPM1 (Departemen Pengawasan PM 1A)

DPM2 (Departemen Pengawasan PM 1B)

DPM3 (Departemen Pengawasan PM 2A)

DPM4 (Departemen Pengawasan PM 2B)

DKI1 (Deputi Komisioner Pengawas IKNB I)

DKI2 (Deputi Komisioner Pengawas IKNB II)

DPI1 (Departemen Pengawasan IKNB 1A)

DPI2 (Departemen Pengawasan IKNB 1B)

DPI3 (Departemen Pengawasan IKNB 2A)

DPI4 (Departemen Pengawasan IKNB 2B)

Page 86: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

73

BAB IV

Regulasi Fatwa Tentang Akad Musyârakah Mutanâqisah

dalam Peraturan Perundang-undangan

Sebagaimana amanat undang-undang No.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan

syariah, segala hal berkenaan kegiatan usaha ataupun produk dan jasa keuangan

syariah wajib dimintakan fatwa kepada DSN-MUI.129

Dan selain itu, MUI juga

berwenang membentuk Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang di tempatkan di

masing-masing bank syariah dan unit usaha syariah (UUS) untuk memberikan

pengawasan terhadap praktik kepatuhan syariah (syariah compliance). Untuk

menindak lanjuti hal tersebut, implementasi fatwa yang dikeluarkan DSN-MUI akan

diserap ke dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Indonesia,130

untuk itu di dalam

internal OJK dibentuk KPJKS (Komite Pengembangan Jasa Keuangan Syariah)131

yang diketuai oleh Ketua Dewan Komisioner OJK dengan anggota dari internal OJK

dan eksternal OJK meliputi Kementerian Agama, MUI dan unsur masyarakat lainnya.

129

Lihat undang-undang No.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah pasal 26 ayat (2)

130 Sebelumnya, fatwa berkenaan dengan kegiatan usaha syariah diserap ke dalam peraturan

bank Indonesia (PBI) melalui KPS (Komite Perbankan Syariah). Adapun Ketentuan perbankan yang

dikeluarkan oleh otoritas perbankan sebelumnya (BI) tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan

belum diganti dengan ketentuan baru yang dikeluarkan oleh OJK. Wawancara dengan Sefrina widianti,

Deputi direktur devisi pengaturan departemen perbankan syariah OJK tanggal 24/05/2018

131 Dengan beralihnya otoritas perbankan dari BI kepada OJK per tanggal 31 Desember 2013,

termasuk terkait perbankan syariah menyebabkan organ yang selama ini ada di BI dalam membantu

pengaturan dan pengembangan perbankan syariah menjadi beralih juga kepada OJK. Organ dimaksud

adalah Komite Perbankan Syariah (KPS), yang dibentuk berdasarkan pasal 26 ayat (3) UU No. 21

tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. OJK dengan kewenangan yang dimiliki, tidak hanya mengatur

dan mengawasi perbankan syariah namun meluas kepada Industri Keuangan Non Bank Syariah dan

Pasar Modal Syariah, sehingga Komite sejenis yang dibentuk di OJK perlu diperluas agar dapat

menjangkau sector jasa keuangan lainnya melalui pembentukan suatu Komite yang dinamakan dengan

Komite Pengembangan Jasa Keuangan Syariah (KPJKS). Tujuan pembentukan KPJKS adalah

membantu OJK dalam mengimplementasikan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) kedalam

peraturan OJK dan mengembangkan jasa keuangan syariah. Hasil Pelaksanaan tugas KPJKS

disampaikan kepada Dewan Komisioner OJK dalam bentuk rekomendasi KPJKS, dan dalam

pelaksanaan tugasnya KPJKS bertanggung jawab kepada Dewan Komisioner OJK. Lihat Undang-

undang No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan pasal 55 ayat (2); lihat juga Departemen

Perizinan dan Informasi Perbankan Otoritas Jasa keuangan, Booklet Perbankan Indonesia 2014, edisi 1

Maret 2014 ISSN : 1858 - 4233

Page 87: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

74

Akad musyârakah mutanâqisah diatur oleh fatwa DSN-MUI No. 73/DSN-

MUI/XI/2008. Fatwa DSN-MUI mendefinisikan akad musyârakah mutanâqisah

sebagai musyarakah atau Syirkah yang kepemilikan asset (barang) atau modal salah

satu pihak (syarik) berkurang disebabkan pembelian secara bertahap oleh pihak

lainnya. Fatwa tentang akad musyârakah mutanâqisah terdiri dari ketentuan umum,

ketentuan akad, ketentuan hukum, ketentuan khusus, dan penutup. Bunyi fatwa

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Ketentuan umum:

a. Musyârakah mutanâqisah adalah musyârakah atau Syirkah yang

kepemilikan asset (barang) atau modal salah satu pihak (syarîk) berkurang

disebabkan pembelian secara bertahap oleh pihak lainnya.

b. Syarîk adalah mitra, yakni pihak yang melakukan akad syirkah

(musyârakah).

c. Hissah adalah porsi atau bagian syarik dalam kekayaan musyarakah yang

bersifat musya‟.

d. Musyâ‟ adalah porsi atau bagian syarik dalam kekayaan musyarakah (milik

bersama) secara nilai dan tidak dapat ditentukan batas-batasnya secara fisik.

2. Ketentuan Hukum: Hukum musyârakah mutanâqisah adalah boleh.

3. Ketentuan Akad:

a. Akad musyârakah mutanâqisah terdiri dari akad Musyârakah / Syirkah dan

Bai‟ (jual-beli).

b. Dalam musyârakah mutanâqisah berlaku hukum sebagaimana yang diatur

dalam Fatwa DSN No. 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan

Musyârakah, yang para mitranya memiliki hak dan kewajiban, di antaranya:

1) Memberikan modal dan kerja berdasarkan kesepakatan pada saat akad.

2) Memperoleh keuntungan berdasarkan nisbah yang disepakati pada saat

akad.

3) Menanggung kerugian sesuai proporsi modal.

Page 88: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

75

c. Dalam akad Musyarakah Mutanaqisah, pihak pertama (syarik) wajib berjanji

untuk menjual seluruh hishshah-nya secara bertahap dan pihak kedua

(syarik) wajib membelinya.

d. Jual beli sebagaimana dimaksud dalam angka 3 dilaksanakan sesuai

kesepakatan.

e. Setelah selesai pelunasan penjualan, seluruh hishshah LKS beralih kepada

syarik lainnya (nasabah).

4. Ketentuan Khusus

a. Aset musyârakah mutanâqisah dapat di-ijarah-kan kepada syarîk atau pihak

lain.

b. Apabila aset musyârakah menjadi obyek ijârah, maka syarîk (nasabah) dapat

menyewa aset tersebut dengan nilai ujrah yang disepakati.

c. Keuntungan yang diperoleh dari ujrah tersebut dibagi sesuai dengan nisbah

yang telah disepakati dalam akad, sedangkan kerugian harus berdasarkan

proporsi kepemilikan. Nisbah keuntungan dapat mengikuti perubahan

proporsi kepemilikan sesuai kesepakatan para syarik.

d. Kadar/Ukuran bagian/porsi kepemilikan asset musyârakah syarîk (LKS)

yang berkurang akibat pembayaran oleh syarik (nasabah), harus jelas dan

disepakati dalam akad

e. Biaya perolehan aset musyârakah menjadi beban bersama sedangkan biaya

peralihan kepemilikan menjadi beban pembeli.

5. Penutup:

a. Jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya

dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

sesuai prinsip syariah.

b. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di

kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan

sebagaimana mestinya.

Page 89: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

76

Enam tahun berikutnya DSN mengeluarkan Keputusan No.01 Tahun 2013

tentang Pedoman Implementasi Musyarakah Mutanaqishah dalam produk

pembiayaan.132

Keputusan DSN-MUI ini merupakan satu kesatuan yang tidak

terpisahkan dari Fatwa DSN No.73 Tahun 2008 tentang Musyarakah Mutanaqishah.

Isi fatwanya sebagai berikut:

1. Definisi Produk

Pembiayaan musyârakah mutanâqisah adalah produk pembiayaan

berdasarkan prinsip musyârakah, yaitu syirkah al-'inân, yang porsi (hissah)

modal salah satu syarik (Bank Syariah/LKS) berkurang disebabkan pengalihan

komersial secara bertahap (naql al-hissah bi al-'iwâd mutanâqisah) kepada

syarîk yang lain (nasabah).

2. Karakteristik Musyarakah Mutanaqishah

Semua rukun dan ketentuan yang ada dalam akad musyarakah,

sebagaimana fatwa DSN-MUl No. 8IDSN-MUIIIV/2000 tentang Pembiayaan

Musyarakah berlakujuga pada Musyarakah Mutanaqishah. Sedangkan ciri-ciri

khusus Musyarakah Mutanaqishah adalah sebagai berikut:

a. Modal usaha dari para pihak (Bank SyariahILembaga Keuangan Syariah

[LKS]) dan nasabah) harus dinyatakan dalam bentuk hishshah. Terhadap

modal usaha tersebut dilakukan tajzi'atul hishshah; yaitu modal usaha dicatat

sebagai hishshah (portion) yang terbagi menjadi unit-unit hishshah. Misalnya

modal usaha syirkah dari bank sebesar 80 juta rupiah dan dari nasabah sebesar

20 juta rupiah (modal usaha syirkah adalah 100 juta rupiah). Apabila setiap

unit hishshah disepakati bernilai 1 juta rupiah; maka modal usaha syirkah

adalah 100 unit hishshah.

132

Latar belakang dikeluarkan keputusan ini adalah karena variasi aplikasi akad di perbankan

syariah sebagai akibat dari beragamnya pemahaman dari masyarakat, praktisi perbankan, dan otoritas

terhadap fatwa No. 73/DSN-MUI/XI/2008 yang dikeluarkan sebelumnya. Keputusan ini diharapkan

bisa menjadi pedoman bagi perbankan syariah dalam imlementasi fatwa yang dikeluarkan

sebelumnya. Lihat Keputusan DSN-MUI No.01/DSN-MUI/X/2013 tentang Pedoman Implementasi

Musyarakah Mutanaqisah dalam produk pembiayaan.

Page 90: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

77

b. Modal usaha yang telah dinyatakan dalam hishshah tersebut tidak boleh

berkurang selama akad berlaku secara efektif. Sesuai dengan contoh pada

huruf a, maka modal usaha syirkah dari awal sampai akhir adalah 100juta

rupiah (l00 unit hishshah).

c. Adanya wa 'd (janji).

Bank Syariah/LKS berjanji untuk mengalihkan seluruh hishshahnya secara

komersial kepada nasabah dengan bertahap

d. Adanya pengalihan unit hishshah

Setiap penyetoran uang oleh nasabah kepada Bank SyariahlLKS, maka nilai

yang jumIahnya sama dengan nilai unit hishshah, secara syariah dinyatakan

sebagai pengalihan unit hishshah Bank SyariahlLKS secara komersial (naqlul

hishshah bi 'iwadh), sedangkan nilai yang jumlahnya lebih _dari nilai unit

hishshah tersebut, dinyatakan sebagai bagi hasil yang menjadi hak Bank

Syariah/LKS.

3. Tujuan Produk

Menyediakan fasilitas pembiayaan kepada nasabah baik perorangan maupun

perusahaan dalam rangka memperoleh dan/atau menambah modal usaha dan/atau

aset (barang) berdasarkan sistem bagi hasil. Modal usaha yang dimaksud adalah

modal usaha secara umum yang sesuai syariah. Aset (barang) yang dimaksud

antara lain, namun tidak terbatas pada:

a. Properti (baru/bekas),

b. Kendaraan bermotor (baru/bekas),

c. Barang lainnya yang sesuai syariah (barulbekas).

4. Obyek Pembiayaan: Obyek pembiayaan adalah kegiatan usaha komersial yang

dijalankan dalam berbagai bentuk usaha yang sesuai dengan syariah, antara lain:

prinsip jual beli, bagi hasil, dan sewa menyewa.

5. Prinsip dan Ketentuan

Prinsip yang digunakan dalam produk ini adalah akad Musyarakah

Mutanaqishah. Syirkah dalam akad Musyarakah Mutanaqishah adalah syirkah

Page 91: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

78

al- 'inân. Kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan berdasarkan

Musyarakah Mutanaqishah berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut:

a. Berlaku ketentuan hukum/prinsip syariah sebagaimana yang diatur dalam

fatwa DSN-MUI No.08/DSN-MUI/lV/2000 tentang Pembiayaan

Musyarakah;

b. Karakteristik sebagaimana angka 2 harus dituangkan secarajelas dalam akad;

c. Setelah seluruh proses pengalihan selesai, seluruh porsi modal (hishshah)

Bank Syariah/LKS beralih kepada nasabah;

d. Pendapatan Musyarakah Mutanaqishah berupa bagi hasil dapat berasal dari:

i. Margin apabila kegiatan usahanya berdasarkan prinsip jual beli;

ii. Bagi hasil apabila kegiatan usahanya berdasarkan musyarakah atau

mudharabah;

iii. Ujrah apabila kegiatan usahanya berdasarkan prinsip ijarah.

e. Nisbah keuntungan (bagi hasil) ditetapkan berdasarkan kesepakatan para

pihak dan dapat mengikuti perubahan proporsi kepemilikan modal;

f. Proyeksi keuntungan dalam pembiayaan Musyarakah Mutanaqishah dapat

didasarkan pada pendapatan masa depan (future income) dari kegiatan

Musyarakah Mutanaqishah, pendapatan proyeksi (projected income) yang

didasarkan kepada pendapatan historis (historical income) dari kegiatan

Musyarakah Mutanaqishah atau dasar lainnya yang disepakati. Para pihak

dapat menyepakati nisbah keuntungan tanpa menggunakan proyeksi

keuntungan;

g. Dalam hal kegiatan usaha Musyarakah Mutanaqishah menggunakan prinsip

sewa menyewa (ijarah), maka obyek yang dibiayai dengan akad Musyarakah

Mutanaqishah dapat diambil manfaatnya oleh nasabah seJaku pengguna atau

pihak lain dengan membayar ujrah yang disepakati. Apabila nasabah

menggunakan obyek Musyarakah Mutanaqishah, maka nasabah adalah pihak

yang mengambil manfaat dari obyek tersebut (intifa' bil ma'jur) dan

karenanya harus membayar ujrah;

Page 92: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

79

h. Dalam hal kegiatan usaha Musyarakah Mutanaqishah menggunakan prinsip

sewa menyewa (ijarah) dan obyek ijarah yang dibiayai dalam proses

pembuatan pada saat akad (indent), maka seluruh rincian kriteria, spesifikasi,

dan waktu ketersediaan obyek harus disepakati dan dinyatakan secara jelas,

baik kualitas maupun kuantitasnya ima'luman mawshufan mundhabithan

munafiyan lil jahalah) dalam akad sehingga tidak menimbulkan ketidak-

pastian (gharar) dan perselisihan (niza ');

i. Dalam hal kegiatan usaha Musyarakah Mutanaqishah menggunakan prinsip

sewa menyewa (ijarah), obyek pembiayaan Musyarakah Mutanaqishah boleh

diatas namakan nasabah secara langsung atas persetujuan Bank SyariahILKS;

j. Nasabah boleh melakukan pengalihan hishshah bank syariahILKS sesuai

dengan jangka waktu yang disepakati atau dengan jangka waktu dipercepat

atas persetujuan Bank SyariahlLKS.

6. Ketentuan Khusus Indent

Khusus untuk kegiatan usaha Musyarakah Mutanaqishah yang menggunakan

prinsip sewa menyewa (ijarah) dimana obyek yang dibiayai masih dalam proses

pembuatan (indent) berlaku ketentuan sebagai berikut:

a. Obyek Musyarakah Mutanaqishah

Yang dimaksud dengan ketersediaan obyek harus disepakati dan dituangkan

secara jelas, baik kuantitas maupun kualitas ima'luman mawshufan

mundhabithan : munafiyan liljahalah) sebagaimana angka 5 hurufh adalah:

i. Jangka waktu penyerahan obyek pembiayaan Musyarakah

Mutanaqishah harus ditentukan secarajelas.

ii. Kuantitas dan kualitas ditetapkan dan disepakati secara jelas

iii. Ketersediaan obyek diketahui dengan jelas paling tidak:

Sebagian besar obyek Musyarakah Mutanaqishah dalam bentuk

Page 93: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

80

bangunan/fisik sudah ada pada saat akad dilakukan, tetapi

penyerahan keseluruhan obyek Musyarakah Mutanaqishah

dilakukan pad a masa yang akan datang sesuai kesepakatan.

Kepastian keberadaan obyek Musyarakah Mutanaqishah harus

sudah jelas dan telah menjadi milik developer/suplier serta bebas

sengketa.

b. Pengakuan Pendapatan Musyarakah Mutanaqishah Dalam hal sumber

pendapatan Musyarakah Mutanaqishah berasal dari ujrah sebagaimana

dimaksud pada angka 5 huruf d butir iii yang obyek Musyarakah

Mutanaqishah belum tersedia seluruhnya, maka Bank Syariah/LKS dapat

mengakui pendapatan apabila tanah dan infrastruktur telah tersedia, sebagian

besar bangunan sudah ada pada saat akad dan bebas sengketa.

7. Ketentuan Lain:

a. Denda dan Ganti Rugi

1) Bank Syariah ILKS diperkenankan untuk mengenakan sanksi kepada

nasabah mampu yang rnenunda-nunda pembayaran angsuran. Sanksi

dapat berupa:

Denda keterlambatan (ta'zir), yang akan diakui sebagai dana kebaj

ikan.

Ganti kerugian (ta'widhi, yang terdiri atas biaya penagihan dan

biaya eksekusi barang.

2) Biaya denda keterlambatan dan ganti kerugian yang berupa biaya

penagihan akan dikenakan sejumlah dana atau persentase yang dihitung

berdasarkan biaya historis nyata (real historical cost) dengan mengacu

kepada substansi fatwa DSN No. 43/DSN-MUINIII/2004 tentang Ganti

Rugi (ta'widh).

b. Pelunasan Dipercepat

Page 94: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

81

1) Dalam hal terjadi percepatan pengalihan hishshah, maka yang menjadi

kewajiban nasabah adalah sisa total kewajiban Musyarakah

Mutanaqishah yang meliputi:

i. Sisa hishshah Bank SyariahlLKS (outstanding pokok) yang belum

diambil alih oleh nasabah.

ii. Sisa pendapatan yang belum diselesaikan oleh nasabah

sebagaimana diperjanjikan dalam akad.

2) Bank SyariahiLKS boleh melakukan discount (tanazulul haqq) dalam hal

terjadi kondisi sebagaimana dalam huruf c, butir ii.

c. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah

1) Pembiayaan bermasalah dapat diselesaikan oleh para pihak melalui

musyawarah mufakat dengan cara penjadwalan kembali (rescheduling),

penambahan syarat baru (reconditioning), maupun penggunaan struktur

baru (restructuring).

2) Bank Syariah/LKS dapat melakukan penyelesaian (settlement)

Pembiayaan Musyarakah Mutanaqishah bagi nasabah yang tidak

menyelesaikan atau melunasi pernbiayaannya sesuai jumlah dan waktu

yang telah disepakati, dengan ketentuan:

i. Aset Musyarakah Mutanaqishah atau jaminan lainnya dijual oleh

nasabah rnelalui Bank Syariah/LKf dengan harga yang disepakati;

ii. Nasabah melunasi sisa kewajibannya kepada Bank SyariahlLKS

dari hasil penjualan;

iii. Apabila hasil _penjualan melebihi sisa utang, rnaka Bank

Syariah/LKS mengembalikan sisanya kepada nasabah;

iv. Apabila hasil penjualan lebih keeil dari sisa utang maka sisa utang

tetap menjadi utang nasabah;

v. Apabila nasabah tidak mampu membayar sisa utangnya, maka

Bank Syariah/LKS dapat membebaskannya berdasarkan kebijakan

Bank Syariah/LKS.

Page 95: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

82

Pedoman implementasi fatwa DSN No.01 Tahun 2013 dibanding dengan

Keputusan DSN No.73 Tahun 2008 memiliki kekhususan sebagai berikut:

1. Dalam fatwa DSN No. 73 Tahun 2008 tidak terdapat karakter akad Musyârakah

Mutanâqisah yang bersifat detail, hal ini akan dijumpai pada keputusan DSN

No.01 Tahun 2013, yaitu:

a. Modal usaha dari para pihak harus dinyatakan dalam bentuk hissah.

b. Modal usaha yang dinyatakan dalam hissah tidak boleh berkurang selama

akad berlaku efektif

c. Adanya janji dari mitra untuk mengalihkan seluruh hissah secara komersil

kepada nasabah secara bertahab

d. Adanya pengalihan unit secara bertahap

e. Setiap penyetoran uang oleh nasabah kepada bank syariah terdiri dari dua

bagian, yaitu pembelian hissah dan pembayaran ujrah

2. Ketentuan mengenai hissah menunjukkan bahwa modal usaha harus berupa

barangm kemudian barang tersebut menjadi underlying hissah yang dapat

diperjual-belikan

3. Dalam pedoman implementasi terdapat janji dari nasabah untuk membeli hissah

milik bank; pembayaran harga hissah secara bertahap dan pembayaran bagi hasil

(ujrah) karena berasal dari akad ijârah.

4. Jumlah modal usaha musyârakah mutanâqisah harus stagnan dari awal hingga

akhir masa akad. Yang berubah adalah porsi modal usaha masing-masing mitra.

5. Dalam pedoman implementasi fatwa diperkenalkan akad baru, yaitu akad ijârah

mausûfah fî al-dzimmah yang membolehkan barang sewaan belum berwujud

pada saat akad ijârah dilakukan, dan pihak yang menyewakan sudah berhak

mendapatkan ujrah meskipun barang sewa belum wujud

Perlu dicatat juga di sini, bahwa ada 9 fatwa lain yang dikeluarkan oleh DSN-

MUI untuk melengkapi fatwa di atas, yaitu fatwa DSN No. 08 Tahun 2000 tentang

pembiayaan musyârakah, fatwa DSN No. 43 Tahun 2004 tentang kebolehan bagi

LKS untuk mengenakan denda pada nasabah yang menunda-nunda pembayaran

Page 96: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

83

padahal mampu, fatwa DSN No.17 Tahun 2000 mengenai kebolehan bagi LKS

mengenakan sanksi atas nasabah yang mampu namun menunda-nunda pembayaran,

fatwa DSN No. 89 Tahun 2013 mengenai kebolehan LKS melakukan pembiayaan

baru (refinancing) bagi nasabah baru atau nasabah yang belum melunasi pembiayaan

sebelumnya, Fatwa tentang line facility DSN No. 45 Tahun 2005 mengenai suatu

bentuk fasilitas plafon pembiayaan bergulir dalam jangka waktu tertentu dengan

ketentuan yang disepakati dan mengikat secara moral, fatwa DSN No. 55 Tahun

2007 mengenai fasilitas pembiayaan rekening koran dengan ketentuan yang

disepakati yang dilakukan berdasarkan akad musyarakah dan boleh disertai dengan

wa‟d, Pernyataan Kesesuian Syariah DSN-MUI No.U-257 Tahun 2014 tentang

Penjelasan butir 6 huruf a dalam Keputusan DSN No. 01 Tahun 2013 tentang

Pedoman Implementasi Musyarakah Mutanaqishah dalam produk pembiayaan, fatwa

DSN-MUI No. 27 Tahun 2002 tentang kebbolehan membuat perjanjian sewa-

menyewa yang disertai dengan opsi pemindahan hak milik atas benda yang disewa,

kepada penyewa, setelah selesai masa sewa, fatwa DSN-MUI No. 85 Tahun 2012

mengenai kelaziman mebuat Janji (wa'd) dalam transaksi keuangan dan bisnis syariah

dan wajib dipenuhi oleh wâ'id. Lima fatwa DSN di atas menyatakan bahwa jika

terjadi perselisihan antara LKS dan nasabah, maka penyelesainnya dibawa ke Badan

Abitrase Nasional, sedangkan tiga lainnya menyatakan penyelesaian perselisihan di

pengadilan negri atau lembaga yang berdasarkan prinsip syariah. Lima fatwa DSN

pertama yang menyatakan demikian tersebut diketahui diterbitkan antara tahun 2000

hingga 2005 sebelum diterbitkannya peraturan No.3 Tahun 2006 tentang kewenangan

pengadilan agama menangani masalah ekonomi syariah.

Sebagai bahan perbandingan, selanjutnya akan disajikan isi ketentuan dari PBI

/ SEBI disusul isi ketentuan dari POJK / SEOJK.

Page 97: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

84

A. Regulasi Akad Musyârakah Mutanâqisah dalam Surat Edaran Indonesia

(SEBI)

Akad musyârakah mutanâqisah merupakan salah satu produk jasa

perbankan syariah dalam hal pembiayaan untuk pemilikan rumah syariah dan

kendaraan bermotor. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam pasal 19 ayat (1)

huruf c Undang-undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, yang

berbunyi: “Kegiatan usaha Bank Umum Syariah meliputi: menyalurkan

pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudârabah, akad musyârakah, atau

akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah”. Dalam ayat tidak

disebutkan secara eksplisit mengenai akad musyârakah mutanâqisah, karena

memang Undang-undang Tentang Perbankan Syariah menghendakinya secara

umum, mencakup semua akad yang sesuai dengan syariah, sehingga walaupun

tidak disebutkan secara langsung, akad musyârakah mutanâqisah otomatis

terakomodir di dalamnya. Ditambah lagi Undang-undang Tentang Perbankan

Syariah tersebut terbit lebih dulu (pada tanggal 18 Juli 2008) hampir bersamaan

saat akad musyârakah mutanâqisah difatwakan oleh DSN-MUI pada 14

Novenber 2008.

Sehubungan dengan implementasi undang-undang No. 21 Tahun 2008

tentang Perbankan Syariah, Bank Indonesia telah menerbitkan berbagai Peraturan

Bank Indonesia (PBI) dan Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) yang berkaitan

dengan pembiayaan syariah di perbankan syariah. Namun peraturan mengenai

akad musyârakah mutanâqisah yang dibuat oleh BI hanya ada dalam dalam

bentuk surat edaran. Artinya, tidak ada satu pun PBI yang secara khusus

mengatur tentang akad musyârakah mutanâqisah.

Penggunaan akad musyârakah mutanâqisah dalam produk pembiayaan

syariah ini, yaitu pada produk penyaluran dana berupa pembiayaan KPR dan

kendaraan bermotor. Produk ini secara teknis tidak diatur dalam PBI tertentu,

tetapi secara tersirat telah diatur dalam PBI No.10/17/PBI/2008 Tentang Produk

Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah dan PBI No.13/23/PBI/2011 Tentang

Page 98: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

85

Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha

Syariah. Dalam pasal 1 ayat (5) PBI No.10/17/PBI/2008 menyatakan produk

bank sebagai produk yang dikeluarkan oleh bank baik di sisi penghimpunan dana

maupun penyaluran dana serta jasa yang sesuai dengan prinsip syariah, antara

lain akad produk KPR iB. Sedangkan mengenai komponen-komponen apa saja

yang harus dipenuhi dalam KPR iB berdasarkan akad musyârakah mutanâqisah

diatur dalam SEBI No.14/33/DPbs Jakarta, 27 Novenber 2012.

Dalam perkembangannya, peraturan tersebut dicabut, sehingga pengaturan

tentang akad musyârakah mutanâqisah mengacu kepada Peraturan Bank

Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank

Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor

11/25/PBI/2009, Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 tentang

Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Sebagaimana dalam PBI sebelumnya, Pengaturan tentang aplikasi akad

musyârakah mutanâqisah juga tidak dijumpai pada peraturan penggantinya, yaitu

PBI No.11/25/PBI/2009 dan No.13/23/PBI/2011. PBI hanya menjelaskan hal-hal

yang umum yang berkaitan dengan pelaksanaan prinsip syariah baik pada

karakteristik produk maupun operasional bank syariah, sedangkan teknis

pelaksanaannya diatur dalam bentuk surat edaran.133

Aturan pelaksananya tertuang dalam SEBI No.15/40/DKMP Jakarta, 24

September 2013. SEBI ini membicarakan tentang kebijakan yang harus

dilakukan oleh bank dalam rangka meningkatkan kehati-hatian dalam pemberian

kredit atau pembiayaan pemilikan properti, kredit konsumsi beragun properti,

dan kredit atau pembiayaan kendaraan bermotor, serta kebijakan untuk

memperkuat ketahanan sektor keuangan dilakukan melalui penetapan besaran

133

Menurut Sefina, hal ini dikarenakan pihak yang memiliki otoritas tidak memiliki cukup

waktu dan kesempatan untuk merubahnya, ia juga menambahakan bahwa selama belum dibuat

peraturan baru, bukan berarti kasus baru tidak bisa diterapkan, karena OJK (dulu kewenangan BI) akan

menerbitkan peraturan dalam bentuk surat edaran. Wawancara dengan Sefina widianti, Deputi

direktur devisi pengaturan departemen perbankan syariah OJK tanggal 24/05/2018

Page 99: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

86

loan to value atau financing to value134

untuk kredit atau pembiayaan pemilikan

properti dan kredit atau pembiayaan konsumsi beragun properti, serta down

payment untuk kredit atau pembiayaan kendaraan bermotor. Berikut isi

pernyataan-pernyataan dalam Surat Edaran tersebut:

1. Ketentuan Umum

a. Sejalan dengan tingginya pertumbuhan kredit atau pembiayaan pemilikan

properti, kredit atau pembiayaan konsumsi beragun properti, dan kredit

atau pembiayaan kendaraan bermotor yang berpotensi menimbulkan

berbagai Risiko maka Bank perlu meningkatkan kehati-hatian dalam

penyaluran kredit atau pembiayaan pemilikan properti, kredit atau

pembiayaan konsumsi beragun properti, dan kredit atau pembiayaan

kendaraan bermotor.

b. Pertumbuhan kredit atau pembiayaan pemilikan properti dan kredit atau

pembiayaan konsumsi beragun properti yang terlalu tinggi dapat

mendorong peningkatan harga aset properti yang tidak mencerminkan

harga yang sebenarnya sehingga meningkatkan Risiko Kredit bagi Bank

dengan eksposur kredit atau pembiayaan properti yang besar.

c. Dalam rangka menjaga perekonomian yang produktif dan mampu

menghadapi tantangan di sektor keuangan, perlu adanya kebijakan yang

dapat memperkuat sektor keuangan untuk meminimalisir sumber-sumber

kerawanan yang mungkin timbul, termasuk pertumbuhan kredit atau

pembiayaan pemilikan properti, kredit atau pembiayaan konsumsi beragun

properti, dan kredit atau pembiayaan kendaraan bermotor yang berlebihan.

d. Kebijakan dalam rangka meningkatkan kehati-hatian Bank dalam

pemberian kredit atau pembiayaan pemilikan properti, kredit konsumsi

beragun properti, dan kredit atau pembiayaan kendaraan bermotor, serta

134

Selanjutnya disebut LTV atau FTV, adalah angka rasio antara nilai kredit atau pembiayaan

yang dapat diberikan oleh Bank terhadap nilai agunan berupa Properti pada saat pemberian kredit atau

pembiayaan berdasarkan harga penilaian terakhir.

Page 100: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

87

kebijakan untuk memperkuat ketahanan sektor keuangan dilakukan

melalui penetapan besaran loan to value atau financing to value untuk

kredit atau pembiayaan pemilikan properti dan kredit atau pembiayaan

konsumsi beragun properti, serta down payment untuk kredit atau

pembiayaan kendaraan bermotor.

2. Cakupan Pengaturan

Dalam Surat Edaran Bank Indonesia ini, yang dimaksud dengan:

a. Bank Umum, yang selanjutnya disebut Bank, adalah Bank Umum

Konvensional termasuk Unit Usaha Syariah, dan Bank Umum Syariah.

b. Properti terdiri dari rumah tapak, rumah susun, rumah toko, dan rumah

kantor.

c. Rumah Tapak adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal

yang merupakan kesatuan antara tanah dan bangunan dengan bukti

kepemilikan berupa surat keterangan, sertifikat,natau akta yang

dikeluarkan oleh lembaga atau pejabat yang berwenang.

d. Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam

suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan

secara fungsional baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan

merupakan satuan-satuan yang masingmasing dapat dimiliki dan

digunakan secara terpisah, antara lain griya tawang, kondominium,

apartemen, dan flat

e. Rumah Kantor atau Rumah Toko adalah tanah berikut bangunan yang

izin pendiriannya sebagai rumah tinggal sekaligus untuk tujuan komersial

antara lain perkantoran, pertokoan, atau gudang.

f. Kredit atau Pembiayaan Pemilikan Properti yang selanjutnya disebut KPP

atau KPP iB adalah kredit atau pembiayaan yang diberikan bank untuk

pembelian Rumah Tapak, Rumah Susun, Rumah Toko dan/atau Rumah

Kantor.

Page 101: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

88

g. Kredit atau Pembiayaan Pemilikan Rumah, yang selanjutnya disebut KPR

atau KPR iB, adalah kredit atau pembiayaan yang ditujukan untuk

pembelian Rumah Tapak.

h. Kredit atau Pembiayaan Pemilikan Rumah Susun, yang selanjutnya

disebut KPRS atau KPRS iB, adalah kredit atau pembiayaan yang

ditujukan untuk pembelian Rumah Susun.

i. Kredit atau Pembiayaan Pemilikan Rumah Kantor, yang selanjutnya

disebut KPRukan atau KPRukan iB adalah kredit atau pembiayaan yang

ditujukan untuk pembelian Rumah Kantor

j. Kredit atau Pembiayaan Pemilikan Rumah Toko, yang selanjutnya

disebut KPRuko atau KPRuko iB adalah kredit atau pembiayaan yang

ditujukan untuk pembelian Rumah Toko.

k. Kredit atau Pembiayaan Konsumsi Beragun Properti, yang selanjutnya

disebut KKBP atau KKBP iB adalah kredit atau pembiayaan konsumsi di

luar KPP atau KPP iB dengan agunan berupa Properti.

l. Rasio Loan to Value atau Financing to Value, yang selanjutnya disebut

LTV atau FTV, adalah angka rasio antara nilai kredit atau pembiayaan

yang dapat diberikan oleh Bank terhadap nilai agunan berupa Properti

pada saat pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan harga penilaian

terakhir.

m. Musyarakah Mutanaqisah, yang selanjutnya disebut MMQ, adalah

musyarakah atau syirkah dalam rangka kepemilikan Properti antara Bank

dengan nasabah, dimana penyertaan kepemilikan Properti oleh Bank akan

berkurang yang disebabkan pembelian secara bertahap oleh nasabah.

n. Uang Jaminan, yang selanjutnya disebut Deposit, adalah uang yang harus

diserahkan oleh nasabah kepada Bank dalam rangka kepemilikan Properti

yang dilakukan dengan akad Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT).

Page 102: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

89

o. Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor, yang selanjutnya disebut

KKB atau KKB iB, adalah kredit atau pembiayaan yang diberikan Bank

untuk pembelian kendaraan bermotor.

p. Uang Muka Kredit atau Pembiayaan atau Down Payment, yang

selanjutnya disingkat DP, adalah pembayaran di muka secara tunai yang

sumber dananya berasal dari debitur atau nasabah (self financing) dalam

rangka pembelian kendaraan bermotor melalui fasilitas kredit atau

pembiayaan

3. Penerapan Manajemen Risiko dan Prinsip Kehati-Hatian Dalam Pemberian

Kredit Atau Pembiayaan Pemilikan Properti, Kredit Atau Pembiayaan

Konsumsi Beragun Properti, Dan Kredit Atau Pembiayaan Kendaraan

Bermotor Bank yang menyalurkan KPP atau KPP iB, KKBP atau KKBP iB,

dan KKB atau KKB iB wajib:

a. menerapkan Manajemen Risiko sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia

Nomor 5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 tentang Penerapan Manajemen

Risiko bagi Bank Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 dan Peraturan Bank Indonesia

Nomor 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank

Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, mengingat adanya berbagai

Risiko yang melekat pada aktivitas tersebut, terutama Risiko Kredit dan

Risiko Likuiditas;

b. menyusun kebijakan dan prosedur secara tertulis yang akan menjadi acuan

dalam pemberian KPP atau KPP iB, KKBP atau KKBP iB, dan KKB atau

KKB iB dengan berpedoman pada:

1) Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003

tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum sebagaimana

telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor

11/25/PBI/2009;

Page 103: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

90

2) Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 tanggal 2 November

2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum Syariah

dan Unit Usaha Syariah;

3) Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/17/PBI/2008 tanggal 25

September 2008 tentang Produk Bank Syariah dan Unit Usaha

Syariah;

4) Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 tanggal 7 Desember

2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank

Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah;

5) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 27/162/KEP/DIR

tanggal 31 Maret 1995 tentang Kewajiban Penyusunan dan

Pelaksanaan Kebijaksanaan Perkreditan Bank bagi Bank Umum;

6) Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/31/DPbS tanggal 7 Oktober

2008 perihal Produk Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah

7) Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/38/DPNP tanggal 31

Desember 2010 perihal Pedoman Penyusunan Standard Operating

Procedure Administrasi Kredit Pemilikan Rumah dalam Rangka

Sekuritisasi;

8) Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/6/DPNP tanggal 18 Februari

2011 perihal Pedoman Perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko

untuk Risiko Kredit dengan Menggunakan Pendekatan Standar; dan

9) Surat Edaran Bank Indonesia ini.

4. Pengaturan ltv atau ftv pada kredit atau pembiayaan pemilikan properti dan

kredit atau pembiayaan konsumsi beragun property

a. Ruang lingkup pengaturan yang diatur dalam Surat Edaran Bank

Indonesia ini mencakup KPP atau KPP iB dan KKBP atau KKBP iB.

b. Perhitungan nilai kredit atau pembiayaan dan nilai agunan dalam

perhitungan LTV atau FTV untuk :

1) Bank Umum Konvensional

Page 104: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

91

a) Nilai kredit ditetapkan berdasarkan plafon kredit yang diterima

oleh debitur sebagaimana tercantum dalam perjanjian kredit.

b) Nilai agunan ditetapkan berdasarkan nilai taksiran Bank terhadap

Properti yang menjadi agunan. Bank dalam melakukan taksiran

dapat menggunakan penilai intern Bank atau penilai independen

dengan berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia mengenai

penilaian kualitas aset Bank umum.

2) Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

a) Nilai pembiayaan berdasarkan akad murabahah atau akad istishna‟

ditetapkan berdasarkan harga pokok pembiayaan yang diberikan

kepada nasabah sebagaimana tercantum dalam akad pembiayaan.

b) Nilai pembiayaan berdasarkan akad MMQ ditetapkan berdasarkan

penyertaan Bank dalam rangka kepemilikan Properti sebagaimana

tercantum dalam akad pembiayaan

c) Nilai pembiayaan berdasarkan akad IMBT ditetapkan berdasarkan

hasil pengurangan harga Properti dengan Deposit sebagaimana

tercantum dalam akad pembiayaan.

d) Nilai agunan ditetapkan berdasarkan nilai taksiran Bank terhadap

Properti yang menjadi agunan. Bank dalam melakukan taksiran

dapat menggunakan penilai intern Bank atau penilai independen

dengan berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia mengenai

penilaian kualitas aktiva bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha

Syariah.

c. LTV atau FTV untuk Bank yang memberikan kredit atau pembiayaan

sebagaimana dalam huruf A ditetapkan paling tinggi sebagai berikut:

1) Fasilitas kredit atau pembiayaan pertama sebesar:

a) 70% (tujuh puluh persen) untuk KPR dan KPRS, serta KPR iB dan

KPRS iB berdasarkan akad murabahah atau akad istishna‟, dengan

luas bangunan di atas 70m2 (tujuh puluh meter persegi).

Page 105: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

92

b) 80% (delapan puluh persen) untuk:

i. KPRS dan KPRS iB berdasarkan akad murabahah atau

akad istishna‟ dengan luas bangunan dari 22m2 (dua puluh

dua meter persegi) sampai dengan 70m2 (tujuh puluh meter

persegi); dan

ii. 2) KPR iB dan KPRS iB berdasarkan akad MMQ atau akad

IMBT dengan luas bangunan di atas 70m2 (tujuh puluh

meter persegi).

iii. 90% (sembilan puluh persen) untuk KPRS iB berdasarkan

akad MMQ atau akad IMBT dengan luas bangunan dari

22m2 (dua puluh dua meter persegi) sampai dengan 70m2

(tujuh puluh meter persegi).

2) Fasilitas kredit atau pembiayaan kedua sebesar:

a) 60% (enam puluh persen) untuk KPR dan KPRS, serta KPR iB dan

KPRS iB berdasarkan akad murabahah atau akad istishna‟, dengan

luas bangunan di atas 70m2 (tujuh puluh meter persegi).

b) 70% (tujuh puluh persen) untuk :

i. KPR dan KPR iB berdasarkan akad murabahah atau akad

istishna‟, dengan luas bangunan dari 22m2 (dua puluh dua

meter persegi) sampai dengan 70m2 (tujuh puluh meter

persegi);

ii. KPRS dan KPRS iB berdasarkan akad murabahah atau

akad istishna‟, dengan luas bangunan sampai dengan 70m2

(tujuh puluh meter persegi);

iii. KPR iB dan KPRS iB berdasarkan akad MMQ atau akad

IMBT dengan luas bangunan di atas 70m2 (tujuh pulu

meter persegi); dan

iv. KPRuko dan KPRukan, serta KPRuko iB dan KPRukan iB

berdasarkan akad murabahah atau akad istishna‟.

Page 106: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

93

c) 80% (delapan puluh persen) untuk :

i. KPR iB berdasarkan akad MMQ atau akad IMBT dengan

luas bangunan dari 22m2 (dua puluh dua meter persegi)

sampai dengan 70m2 (tujuh puluh meter persegi);

ii. KPRS iB berdasarkan akad MMQ atau akad IMBT dengan

luas bangunan sampai dengan 70m2 (tujuh puluh meter

persegi); dan

iii. KPRuko iB dan KPRukan iB berdasarkan akad MMQ atau

akad IMBT.

3) Fasilitas kredit atau pembiayaan ketiga dan seterusnya sebesar:

a) 50% (lima puluh persen) untuk KPR dan KPRS, serta KPR iB dan

KPRS iB berdasarkan akad murabahah atau akad istishna‟, dengan

luas bangunan di atas 70m2 (tujuh puluh meter persegi).

b) 60% (enam puluh persen) untuk :

i. KPR dan KPR iB berdasarkan akad murabahah atau akad

istishna‟, dengan luas bangunan dari 22m2 (dua puluh dua

meter persegi) sampai dengan 70m2 (tujuh puluh meter

persegi);

ii. KPRS dan KPRS iB berdasarkan akad murabahah atau

akad istishna‟, dengan luas bangunan sampai dengan 70m2

(tujuh puluh meter persegi);

iii. KPR iB dan KPRS iB berdasarkan akad MMQ atau akad

IMBT dengan luas bangunan di atas 70m2 (tujuh puluh

meter persegi); dan

iv. KPRuko dan KPRukan, serta KPRuko iB dan KPRukan iB

berdasarkan akad murabahah atau akad istishna‟.

c) 70% (tujuh puluh persen) untuk :

Page 107: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

94

i. KPR iB berdasarkan akad MMQ atau akad IMBT dengan

luas bangunan dari 22m2 (dua puluh dua meter persegi)

sampai dengan 70m2 (tujuh puluh meter persegi);

ii. KPRS iB berdasarkan akad MMQ atau akad IMBT dengan

luas bangunan sampai dengan 70m2 (tujuh puluh meter

persegi); dan

iii. KPRuko iB dan KPRukan iB berdasarkan akad MMQ atau

akad IMBT.

4) Penentuan urutan fasilitas kredit atau pembiayaan sebagaimana

dimaksud dalam angka 1, angka 2, dan angka 3 harus

memperhitungkan seluruh fasilitas KPP atau KPP iB dan KKBP atau

KKBP iB yang telah diterima debitur atau nasabah di Bank yang sama

maupun Bank lainnya.

5) Contoh perhitungan dan penetapan LTV atau FTV untuk :

i. KPP atau KPP iB sebagaimana tercantum pada Lampiran I;

dan

ii. KKBP atau KKBP iB sebagaimana tercantum pada Lampiran

II,

yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank

Indonesia ini.

d. Dalam hal perjanjian KPP atau KPP iB antara Bank dan debitur atau

nasabah mengikat lebih dari 1 (satu) unit Properti pada saat bersamaan

dan/atau beberapa perjanjian KPP atau KPP iB terhadap beberapa Properti

yang dilakukan pada tanggal yang sama, maka perhitungan LTV atau FTV

berlaku ketentuan sebagai berikut.

Page 108: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

95

1) Bank wajib menetapkan urutan fasilitas kredit atau pembiayaan

berdasarkan urutan nilai agunan dimulai dari nilai agunan yang paling

rendah.

2) Penentuan urutan fasilitas kredit atau pembiayaan sebagaimana

dimaksud dalam butir C.1, butir C.2, dan butir C.3 harus

memperhitungkan seluruh fasilitas KPP atau KPP iB dan KKBP atau

KKBP iB yang telah diterima debitur atau nasabah di Bank yang sama

maupun Bank lainnya.

3) Perhitungan LTV atau FTV dilakukan dengan mengacu pada butir

C.1, butir C. 2, dan butir C.3.

4) Bank memberitahukan penentuan urutan fasilitas kredit atau

pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam angka 2 kepada calon

debitur atau nasabah atau debitur atau nasabah secara tertulis.

5) Contoh penentuan urutan fasilitas kredit atau pembiayaan

sebagaimana tercantum pada Lampiran III yang merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini.

e. Dalam rangka memenuhi ketentuan LTV atau FTV dalam Surat Edaran

ini, berlaku ketentuan sebagai berikut :

1) Bank meminta kepada calon debitur atau nasabah tambahan dokumen

berupa surat pernyataan yang paling kurang memuat keterangan

mengenai fasilitas KPP atau KPP iB dan/atau KKBP atau KKBP iB

yang sudah diterima maupun yang sedang dalam proses pengajuan

permohonan baik di Bank yang sama maupun di Bank lain.

2) Apabila calon debitur atau nasabah tidak bersedia menyerahkan surat

pernyataan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 maka Bank wajib

menolak permohonan fasilitas kredit atau pembiayaan yang diajukan.

3) Bank mencantumkan klausula dalam perjanjian kredit atau

pembiayaan sebagai berikut :

Page 109: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

96

“Dalam hal debitur atau nasabah menyampaikan pernyataan yang

tidak benar maka debitur atau nasabah bersedia melaksanakan

langkah-langkah yang ditetapkan oleh Bank dalam rangka pemenuhan

ketentuan Bank Indonesia mengenai LTV atau FTV”

4) Bank memperlakukan debitur atau nasabah suami dan istri sebagai 1

(satu) debitur atau nasabah kecuali terdapat perjanjian pemisahan harta

yang disahkan oleh notaris. Dalam hal Bank memberikan :

a) fasilitas kredit tambahan dari fasilitas kredit yang masih berjalan

(top up); atau

b) fasilitas pembiayaan baru berdasarkan Properti yang masih

menjadi agunan dari fasilitas KPP iB sebelumnya;

berlaku ketentuan sebagai berikut :

a) pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan tersebut diperlakukan

sebagai pemberian kredit atau pembiayaan baru;

b) perhitungan LTV atau FTV diperlakukan sebagai urutan fasilitas

kredit atau pembiayaan berikutnya; dan

c) jumlah fasilitas kredit tambahan atau pembiayaan baru yang

diberikan oleh Bank paling banyak sebesar selisih antara hasil

perhitungan LTV atau FTV berdasarkan nilai properti yang

menjadi agunan dengan baki debet dari fasilitas kredit atau

pembiayaan sebelumnya yang menggunakan agunan yang sama.

5) Contoh perhitungan dalam angka 4 dan angka 5 sebagaimana

tercantum pada Lampiran IV yang merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini.

f. Dalam rangka menerapkan prinsip kehati-hatian dalam pemberian KPP

atau KPP iB dan KKBP atau KKBP iB, Bank melakukan halhal sebagai

berikut :

Page 110: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

97

1) Bank dilarang memberikan fasilitas kredit atau pembiayaan untuk

pemenuhan uang muka pembelian Properti yang dibiayai dengan KPP

atau KPP iB dan/atau KKBP atau KKBP iB.

2) Bank hanya dapat memberikan fasilitas KPP atau KPP iB jika Properti

yang dijadikan agunan telah tersedia secara utuh, yaitu telah terlihat

wujud fisiknya sesuai yang diperjanjikan dan siap diserahterimakan.

3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka 2 dikecualikan untuk

pemberian fasilitas KPP atau KPP iB yang memenuhi persyaratan

sebagai berikut:

a) fasilitas KPP atau KPP iB merupakan fasilitas KPP atau KPP iB

pertama bagi debitur atau nasabah dari seluruh fasilitas yang

diterima baik di Bank yang sama maupun Bank lainnya;

b) adanya perjanjian kerjasama antara Bank dengan pengembang

yang paling kurang memuat kesanggupan pengembang untuk

menyelesaikan Properti sesuai dengan yang diperjanjikan dengan

debitur atau nasabah;

c) adanya jaminan (corporate guarantee) dari pengembang kepada

Bank bahwa pengembang akan menyelesaikan kewajiban kepada

debitur atau nasabah penerima fasilitas KPP atau KPP iB apabila

Properti tidak dapat diselesaikan dan/atau tidak diserahterimakan

sesuai perjanjian;

d) pencairan fasilitas KPP atau KPP iB hanya dapat dilakukan secara

bertahap sesuai perkembangan pembangunan Properti yang

menjadi agunan. Laporan perkembangan pembangunan Properti

tersebut berdasarkan laporan dari:

i. pengembang, apabila nilai kredit atau pembiayaan untuk 1

(satu) atau beberapa debitur atau nasabah secara

keseluruhan pada proyek yang sama sampai dengan

Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah); atau

Page 111: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

98

ii. penilai independen, apabila nilai kredit atau pembiayaan

untuk 1 (satu) atau beberapa debitur atau nasabah secara

keseluruhan pada proyek yang sama di atas

Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah), yang telah

diverifikasi kebenarannya oleh Bank; dan

e) apabila pengembang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan

dari Bank, dan pengembang tidak dapat menyelesaikan

pembangunan Properti dalam waktu yang telah diperjanjikan maka

Bank menurunkan kualitas kredit atau pembiayaan kepada

pengembang tersebut.

4) Ketentuan dalam angka 2 dan angka 3 berlaku untuk semua jenis dan

tipe Properti.

5) Contoh penerapan ketentuan dalam angka 2 dan angka 3 sebagaimana

tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini.

g. Pengaturan mengenai LTV atau FTV sebagaimana dimaksud dalam huruf

C, huruf D, huruf E, dan huruf F dikecualikan terhadap KPP atau KPP iB

dalam rangka pelaksanaan Program Perumahan Pemerintah Pusat dan/atau

Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-

undangan yang berlaku, sepanjang didukung dengan dokumen yang

menyatakan bahwa fasilitas kredit atau pembiayaan tersebut merupakan

Program Perumahan Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah.

5. Pengaturan Down Payment Pada Kredit Atau Pembiayaan Kendaraan

Bermotor

a. Ruang lingkup KKB atau KKB iB dalam Surat Edaran Bank Indonesia ini

mencakup kredit atau pembiayaan yang diberikan Bank kepada debitur

atau nasabah untuk pembelian kendaraan bermotor.

b. DP ditetapkan sebesar persentase tertentu dari harga pembelian kendaraan

bermotor yang dibiayai oleh Bank. DP untuk Bank yang memberikan

Page 112: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

99

KKB atau KKB iB sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Bank

Indonesia ini ditetapkan sebagai berikut:

1) DP paling rendah 25% (dua puluh lima persen), untuk pembelian

kendaraan bermotor roda dua.

2) DP paling rendah 30% (tiga puluh persen), untuk pembelian kendaraan

bermotor roda tiga atau lebih untuk keperluan non produktif.

3) DP paling rendah 20% (dua puluh persen), untuk pembelian kendaraan

bermotor roda tiga atau lebih untuk keperluan produktif, yaitu apabila

memenuhi salah satu syarat sebagai berikut:

i. merupakan kendaraan yang memiliki izin untuk angkutan

orang atau barang yang dikeluarkan oleh pihak berwenang; atau

ii. diajukan oleh perorangan atau badan hukum yangmemiliki izin

usaha tertentu yang dikeluarkan oleh pihak berwenang dan

digunakan untuk mendukung kegiatan operasional dari usaha

yang dimilikinya.

c. Bank dilarang memberikan fasilitas kredit atau pembiayaan untuk

pemenuhan DP dari KKB atau KKB iB.

6. Tata Cara Pengenaan Sanksi

a. Bank yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir

IV.E.1, butir IV.E.2, dan butir IV.E.3 dikenakan sanksi administratif

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 Peraturan Bank Indonesia Nomor

5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor

11/25/PBI/2009 atau Pasal 11 Peraturan Bank Indonesia Nomor

10/17/PBI/2008 tentang Produk Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah,

berupa teguran tertulis.

b. Bank yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir

IV.C, butir IV.D, butir IV.E.4, butir IV.E.5, butir IV.F, butir V.B, dan

butir V.C dikenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam

Page 113: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

100

Pasal 34 Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang

Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 atau

Pasal 11 Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/17/PBI/2008 tentang

Produk Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, berupa teguran tertulis dan

kewajiban menyampaikan :

1) komitmen tertulis untuk tidak melakukan pelanggaran kembali atas

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir butir IV.C, butir IV.D,

butir IV.E.4, butir IV.E.5, butir IV.F, butir V.B, dan butir V.C;

2) action plan yang antara lain terdiri dari :

i. rencana perbaikan atau evaluasi terhadap Standar Operating

Procedure (SOP) termasuk batasan waktu pelaksanaan

perbaikan atau evaluasi dimaksud; dan/atau

ii. upaya-upaya untuk memastikan bahwa SOP telah efektif

dijalankan, sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan Bank

Indonesia.

c. Dalam hal Bank :

1) tidak menyampaikan action plan atau tidak menyelesaikan action

plan sebagaimana dimaksud dalam huruf B; dan/atau

2) melakukan pelanggaran kembali atas ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam butir IV.C, butir IV.D, butir IV.E.4, butir IV.E.5,

butir IV.F, butir V.B, dan butir V.C setelah action plan disampaikan

sebagaimana dimaksud dalam butir B,

dikenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34

Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan

Manajemen Risiko bagi Bank Umum sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 atau Pasal 11 Peraturan

Page 114: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

101

Bank Indonesia Nomor 10/17/PBI/2008 tentang Produk Bank Syariah dan

Unit Usaha Syariah.

d. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam huruf C dapat berupa:

1) Penurunan tingkat kesehatan Bank

Penurunan tingkat kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Surat

Edaran Bank Indonesia ini mencakup penurunan factor penilaian

tingkat kesehatan Bank, antara lain faktor profil risiko dan/atau faktor

Good Corporate Governance (GCG);

2) Pembekuan kegiatan usaha tertentu

Pembekuan kegiatan usaha tertentu sebagaimana dimaksud dalam

Surat Edaran Bank Indonesia ini antara lain mencakup larangan

pemberian KPR atau KPR iB, KPRS atau KPRS iB, KPRuko atau

KPRuko iB, KPRukan atau KPRukan iB, KKBP atau KKBP iB

dan/atau KKB atau KKB iB untuk jangka waktu tertentu di

Bank/cabang/unit tertentu; dan/atau

3) Pencantuman Pejabat Eksekutif, anggota Direksi, anggota

Dewan Komisaris, dan/atau Pemegang Saham dalam daftar pihak-

pihak yang mendapat predikat tidak lulus dalam penilaian kemampuan

dan kepatutan atau dalam catatan administrasi Bank Indonesia

sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.

e. Pelanggaran atas kewajiban penyampaian penyesuaian kebijakan dan

prosedur sebagaimana dimaksud dalam angka VIII dikenakan sanksi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 Peraturan Bank Indonesia Nomor

5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko

bagi Bank Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank

Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 tanggal 1 Juli 2009 dan Pasal 88

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 tanggal 7 Desember

Page 115: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

102

2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum

Syariah dan Unit Usaha Syariah.

7. Ketentuan Lain-lain

Pelaksanaan KPP iB, KKBP iB dan KKB iB oleh Bank Umum Syariah dan

Unit Usaha Syariah selain memenuhi ketentuan dalam Surat Edaran Bank

Indonesia ini, juga wajib memenuhi Prinsip Syariah

8. Ketentuan Peralihan

Bank wajib menyesuaikan kebijakan dan prosedur tertulis pemberian KPP

atau KPP iB, KKBP atau KKBP iB dan/atau KKB atau KKB iB serta

menyampaikannya kepada Bank Indonesia paling lambat 1 (satu) bulan

setelah Surat Edaran Bank Indonesia ini berlaku yang dialamatkan kepada:

a. Departemen Pengawasan Bank terkait, Jl. MH Thamrin No.2, Jakarta,

10350, bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Pusat Bank

Indonesia; atau

b. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri setempat, bagi Bank

yang berkantor pusat di luar wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia.

9. Ketentuan Penutup

Dengan berlakunya Surat Edaran Bank Indonesia ini maka:

a. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/10/DPNP tanggal 15 Maret 2012

perihal Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan

Pemberian Kredit/pembiayaan Pemilikan Rumah dan Kredit/pembiayaan

Kendaraan Bermotor; dan

b. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/33/DPbS tanggal 27 November

2012 perihal Penerapan Kebijakan Produk Pembiayaan Kepemilikan

Rumah dan Pembiayaan Kendaraan Bermotor bagi Bank Umum Syariah

dan Unit Usaha Syariah,

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Dari pemaparan ketentuan SEBI No.15/40/DKMP di atas, dapat dilihat

bahwa dari angka romawi II-IV telah secara khusus mengatur tentang

Page 116: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

103

besaran Plafon pembiayaan kredit atau pembiayaan pemilikan properti,

konsumsi beragun properti dan ketentuan besaran DP (down payment)

kendaraan bermotor, masing-masing menggunakan akad murâbahah dan

istisnâ berdasarkan harga pokok pembiayaan, akad musyârakah

mutanâqisah yang ditetapkan berdasarkan penyertaan, dan akad IMBT

berdasarkan hasil pengurangan hargaproperti dengan deposit.

Mengenai besaran plafond yang diberikan berdasarkan akad

musyârakah mutanâqisah, bank akan memberikan pembiayaan sebesar 60%

hingga 90% dengan ketentuan luas bangunan dari 22 m2

sampai 70 m2

meliputi pembiayaan pembiayaan rumah susun, pembiayaan pemilikan

rumah syariah, pemilikan rumah kantor dan pemilikan rumah toko.135

Adapun pada angka romawi V, SEBI khusus mengatur tentang besaran

DP pembiayaan kendaraan bermotor, yang besarannya ditentukan

berdasarkan prosentase tertentu dari harga kendaraan yang dibiayai, yaitu

25% untuk kendaraan roda dua, 30% untuk kendaraan roda tiga (untuk

keperluan non-prooduktif) dan 20% untuk kendaraan roda tiga atau lebih

(untuk keperluan produktif).

B. Regulasi Akad Musyârakah Mutanâqisah dalam Surat Edaran OJK

No.36/SEOJK.03/2015

Dalam SEOJK No.36/SEOJK.03/2015 tentang Produk dan aktivitas Bank

Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, akad musyârakah mutanâqisah

digolongkan pada jenis kegiatan usaha bank dalam hal penyaluran dana melalui

pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil. Surat edaran ini diterbitkan sebagai

aturan pelaksana dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

24/POJK.03/2015 Tentang Produk dan Aktivitas Bank Syariah dan Unit Usaha

135

Untuk lebih lengkapnya silahkan lihat data yang telah dipaparkan di atas.

Page 117: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

104

Syariah dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/26/PBI/2012 Tentang Kegiatan

Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan Modal Inti Bank.

Secara umum surat edaran ini berisi:

2. Kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Bank Umum Syariah (BUS) dan

Unit Usaha Syariah (UUS), dikelompokkan berdasarkan modal inti, atau

sering disebut Bank Umum berdasarkan Kegiatan Usaha (BUKU).

Pengelompokan Bank berdasarkan kegiatan usaha dimaksud terdiri dari 4

(empat) BUKU. Semakin tinggi modal inti Bank, maka semakin tinggi

BUKU Bank dan semakin luas cakupan kegiatan usaha yang dapat dilakukan

oleh Bank. Pengelompokan BUKU untuk UUS didasarkan pada modal inti

Bank Umum Konvensional yang menjadi induknya. Klasifikasi BUKU

mengacu pada ketentuan yang mengatur mengenai kegiatan usaha dan

jaringan kantor berdasarkan modal inti bank.

3. Pelaksanaan kegiatan usaha Bank dilakukan antara lain dengan menerbitkan

Produk dan atau melaksanakan Aktivitas tertentu untuk memenuhi

kebutuhan Bank dan atau nasabah. Salah satunya adalah dengan cara

menerbitkan produk atau aktivitas baru dengan cara mengembangkan fitur

dan karakteristiknya, seperti yang dilakukan pada produk pembiayaan

dengan akad musyârakah mutanâqisah untuk objek yang sebelumnya ready

stock menjadi ready stock dan indent.

4. Dalam menerbitkan produk dan atau melaksanakan aktivitas, Bank perlu

menerapkan Prinsip Syariah, prinsip kehati-hatian, dan prinsip perlindungan

nasabah. Selain itu, bank perlu memiliki modal yang cukup untuk

mendukung penerbitan produk dan atau pelaksanaan aktivitas serta

menerapkan manajemen risiko yang memadai untuk memitigasi risiko yang

ditimbulkan oleh produk dan atau aktivitas tersebut.

Mengenai akad musyârakah mutanâqisah lebih detil diatur dalam lampiran

IV surat edaran sebagai berikut:

Page 118: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

105

1. Definisi: Pembiayaan musyarakah yang kepemilikan aset (barang) atau modal

salah satu pihak (syarik) berkurang disebabkan pembelian secara ber-tahap

oleh pihak lainnya.

2. Akad: musyarakah dan bai‟

3. Persyaratan:

a. Memenuhi pembiayaan musyarakah antara lain:

1) Bank dan nasabah memberikan kontri-busi modal berdasarkan

kesepakatan;

2) Keuntungan dibagi sesuai nisbah yang disepakati; dan

3) Kerugian ditanggung sesuai proporsi modal.

b. Modal usaha dari para pihak (Bank dan na-sabah) dinyatakan dalam

bentuk porsi kepemilikan (hishshah).

c. Modal usaha yang telah dinyatakan dalam bentuk porsi kepemilikan

(hishshah) tidak boleh berkurang selama akad berlaku secara efektif.

d. Bank berjanji untuk menjual seluruh porsi kepemilikan (hishshah)-nya

secara bertahap dan nasabah wajib membelinya.

e. Bank mengalihkan seluruh porsi kepemilikan (hishshah)-nya kepada

nasabah setelah terjadi pelunasan penjualan.

f. Keuntungan yang diperoleh dari sewa aset musyarakah mutanaqisah

(MMQ) dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati da-lam akad

sedangkan kerugian dibagi ber-dasarkan porsi kepemilikan (hishshah).

g. Dalam hal nasabah wanprestasi maka na-sabah mengembalikan aset

musyarakah mu-tanaqisah (MMQ) yang menjadi obyek syirkah dalam

rangka mengembalikan sisa porsi kepemilikan Bank.

h. Jangka waktu pembiayaan ditentukan berdasarkan kesepakatan Bank dan

nasabah.

i. Bank melakukan analisis atas permohonan pembiayaan dari nasabah yang

antara lain meliputi aspek personal berupa analisa karakter (character)

Page 119: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

106

dan/atau aspek usaha antara lain meliputi analisa kapasitas usaha

(capacity), keuangan (capital), dan/atau prospek usaha (condition).

j. Bank dan nasabah menuangkan kesepakatan pembiayaan dalam perjanjian

tertulis atau bentuk lain yang dapat dipersamakan dengan itu.

k. Bank menerapkan transparansi informasi produk dan perlindungan

nasabah sesuai ketentuan yang berlaku.

l. Bank memiliki kebijakan dan prosedur un-tuk mitigasi risiko.

m. Bank memiliki sistem pencatatan dan pen-gadministrasian rekening yang

memadai.

4. Karakteristik

a. Bank dapat menetapkan segmen pem-biayaan yaitu Usaha Mikro Kecil

(UMK), non UMK, perorangan maupun badan usaha atau badan hukum.

b. Bank dapat memberikan pembiayaan dalam mata uang rupiah atau valuta

asing (khu-sus untuk pembiayaan dalam valuta asing hanya berlaku bagi

Bank yang telah mem-peroleh persetujuan untuk melakukan kegiatan

usaha dalam valuta asing).

c. Bank dapat memberikan pembiayaan yang digunakan untuk tujuan

investasi dan/atau konsumsi.

d. Bank dapat menetapkan plafon tertentu.

e. Bank dapat menetapkan jangka waktu ter-tentu.

f. Bank dapat meminta jaminan kepada nasa-bah pada saat penyaluran

pembiayaan.

g. Bank dapat mengenakan biaya administrasi sesuai dengan kesepakatan

yang besarnya sesuai dengan biaya riil yang terkait langsung dengan

pembiayaan.

h. Nisbah bagi hasil dapat ditetapkan secara berjenjang (tiering) yang

besarnya berbeda-beda berdasarkan kesepakatan pada awal akad.

i. Aset musyarakah mutanaqisah (MMQ) dapat disewakan kepada nasabah

atau pihak lain. Dalam hal aset musyarakah mutanaqisah (MMQ)

Page 120: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

107

disewakan kepada nasabah syirkah, pembayaran sewa yang tercatat di

Bank dapat dijadikan bukti pendapatan usaha.

j. Bank dapat melakukan review ujrah dari sewa aset musyarakah

mutanaqisah (MMQ) apabila memenuhi syarat sebagai berikut:

1) terjadi perubahan periode akad;

2) terdapat indikasi sangat kuat bahwa apabila tidak dilakukan review

akan timbul kerugian bagi salah satu pihak;

3) disepakati oleh kedua belah pihak (Bank dan nasabah atau pihak lain

yang me-nyewa).

k. Metode bagi hasil mengacu pada Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah

Indonesia (PAPSI).

l. Aset musyarakah mutanaqisah (MMQ) dapat berupa:

1) aset berwujud atau sudah tersedia atau siap pakai (ready stock);

dan/atau

2) aset belum berwujud atau inden.

Dalam hal aset musyarakah mutanaqisah (MMQ) merupakan barang

belum berwujud atau inden, maka harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

1) menggunakan akad musyarakah mu-tanaqisah (MMQ) dan ijarah

maushufah fi al-dzimmah.

2) dalam hal pembiayaan ditujukan untuk kepemilikan properti, maka

juga harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:

a) memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam ketentuan

mengenai rasio loan to value atau rasio financ-ing to value untuk

kredit atau pem-biayaan properti dan uang muka un-tuk kredit

atau pembiayaan ken-daraan bermotor antara lain:

i. pembiayaan merupakan pem-biayaan properti urutan

pertama;

Page 121: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

108

ii. terdapat perjanjian kerjasama antara Bank dan

pengembang yang paling kurang memuat kesanggupan

pengembang untuk menyelesaikan properti sesuai dengan

yang diperjanjikan dengan nasabah;

iii. terdapat jaminan yang diberikan oleh pengembang

kepada Bank yang berasal dari pengembang sendiri atau

pihak lain yang dapat digunakan untuk me-nyelesaikan

kewajiban pengem-bang apabila properti tidak dapat

diselesaikan dan/atau tidak dapat diserahterimakan

sesuaiperjanjian; dan

iv. pencairan pembiayaan properti hanya dapat dilakukan

secara bertahap sesuai perkembangan pembangunan

properti yang dibiayai.

b) dalam perjanjian kerjasama antara Bank dan pengembang

memuat klausula tentang kejelasan obyek yang dibiayai terkait:

i. kuantitas dan kualitasnya;

ii. kriteria dan spesifikasinya; dan

iii. jangka waktu pembangunan dan waktu serah terima.

c) dalam perjanjian pembiayaan musyarakah mutanaqisah (MMQ)

memuat klausula yang mengatur mengenai penyelesaian

permasala-han dalam hal pengembang wanpres-tasi.

d) Bank wajib memiliki kebijakan dan kriteria pengembang yang

dapat melakukan kerjasama dengan Bank.

e) Bank wajib memastikan bahwa pengembang memiliki

kemampuan untuk mewujudkan aset musyarakah mutanaqisah

(MMQ) yang dapat diindikasikan dengan pa-rameter antara lain:

i. tanahnya telah tersedia, ber-sertifikat, dan bebas

sengketa; dan

Page 122: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

109

ii. pengembang telah memiliki izin pendirian bangunan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

f) Pengakuan pendapatan selama aset musyarakah mutanaqisah

(MMQ) masih inden mengacu pada Pedoman Akuntansi

Perbankan Syariah Indo-nesia (PAPSI).

3) Nisbah keuntungan (bagi hasil) ditetap-kan berdasarkan kesepakatan

dan dapat mengikuti perubahan proporsi kepemilikan modal.

4) Pembayaran ujrah dari sewa aset musyarakah mutanaqisah (MMQ)

dapat dilakukan secara tunai, tangguh, atau bertahap sesuai

kesepakatan.

5. Tujuan/ Manfaat

a. Bagi Bank

1) Sebagai salah satu bentuk penyaluran dana.

2) Memperoleh pendapatan dalam bentuk bagi hasil sesuai pendapatan

sewa atas barang.

b. Bagi Nasabah Memenuhi kebutuhan modal usaha atau untuk memiliki

aset tertentu.

6. Identifikasi Risiko

a. Bank menghadapi potensi risiko kredit (credit risk) yang disebabkan oleh

nasabah wanprestasi atau default.

b. Bank menghadapi potensi risiko pasar yang disebabkan oleh pergerakan

nilai tukar apabila pembiayaan diberikan dalam valuta asing.

c. Bank menghadapi potensi risiko operasional yang diakibatkan oleh proses

internal yang kurang memadai, kegagalan proses internal, kesalahan

manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian eksternal yang

mempengaruhi operasional Bank.

Sebagaimana peraturan yang lainnya, kodifikasi tentang akad musyârakah

mutanâqisah dalam kodifikasi Produk dan aktivitas Bank Umum Syariah dan

Page 123: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

110

Unit Usaha Syaiah ditutup dengan menyebutkan beberapa aturan terkait,

beberapa di antaranya terdiri dari beberapa fatwa DSN-MUI (sebagaimana yang

telah penulis uraikan di awal pembahasan), PBI (sebagian PBI sudah penulis

uraikan di awal), dan POJK sebagai berikut: 1) PBI No.7/6/PBI/2005 tentang

Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah dan

SEBI No.7/25/DPNP beserta ketentuan perubahannya., 2) PBI No.9/19/PBI/2007

tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan

Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah sebagaimana telah diubah

dengan PBI No.10/16/PBI/2008 dan SEBI No.10/14/DPbS beserta ketentuan

perubahannya, 3) PBI No.13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko

bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah beserta ketentuan

perubahannya, 4) PBI No.14/27/PBI/2012 tentang Penerapan Program Anti

Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Bank Umum dan

SEBI No. 15/21/DPNP beserta ketentuan perubahannya, 5) PBI

No.14/26/PBI/2012 tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan

Modal Inti Bank beserta ketentuan perubahannya, 6) POJK No.1/POJK.07/2013

tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan beserta ketentuan

perubahannya, 7) POJK No.16/POJK.03/2014 tentang Penilaian Kualitas Aset

Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dan SEOJK No.8/SEOJK.03/2015

beserta ketentuan perubahannya, 8) PBI No.16/16/PBI/2014 tentang Transaksi

Valuta Asing Terhadap Rupiah Antara Bank Dengan Pihak Domestik

sebagaimana telah diubah dengan PBI No.17/6/PBI/2015 beserta ketentuan

perubahannya, 9) PBI No.16/17/PBI/2014 tentang Transaksi Valuta Asing

Terhadap Rupiah Antara Bank dengan Pihak Asing sebagaimana telah diubah

dengan PBI No.17/7/PBI/2015 beserta ketentuan perubahannya, 10) PBI No.

17/10/PBI/2015 tentang Rasio Loan To Value atau Rasio Financing to Value

untuk Kredit atau Pembiayaan Properti dan Uang Muka untuk Kredit atau

Pembiayaan Kendaraan Bermotor dan SEBI No.17/25/DKMP beserta ketentuan

perubahannya, 11) SEOJK No.12/SEOJK.07/2014 tentang Penyampaian

Page 124: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

111

Informasi dalam Rangka Pemasaran Produk dan/atau Layanan Jasa Keuangan

beserta ketentuan perubahannya, 12) SEOJK No.13/SEOJK.07/2014 tentang

Perjanjian Baku beserta ketentuan perubahannya, 14) SEOJK

No.14/SEOJK.07/2014 tentang Kerahasiaan dan Keamanan Data dan/atau

Informasi Pribadi Konsumen beserta ketentuan perubahannya, 15) PSAK No.106

tentang Akuntansi Musyarakah, 16) pedoman Akuntansi Perbankan Syariah

Indonesia (PAPSI).

Dari perbandingan beberapa ketentuan di atas, nampaklah bahwa

pengaturan tentang akad musyârakah mutanâqisah telah diatur baik dalam teks

peraturan perundang-undangan: SEBI No.15/40/DKMP, SEOJK

No.36/SEOJK.03/2015 (selanjutnya akan disebut SEBI dan SEOJK), dan fatwa

DSN-MUI meliputi: definisi, aturan umum, prosedur, jaminan/agunan,

penegakan hukum atas objek pembiayaan, pembayaran cicilan, sanksi, diskon

untuk sisa cicilan, reskejul pembiayaan, rekondisi pembiayaan, restruktur

pembiayaan, dan konversi akad.

Konsep akad musyârakah mutanâqisah merupakan akad yang digunakan

dalam produk pembiayaan syariah, yang mana kepemilikan aset atau modal

bank syariah berkurang disebabkan pengalihan komersial melalui pembelian

secara bertahap oleh nasabah. SEBI No.15/40/DKMP tahun 2013 mendefinisikan

musyârakah mutanâqisah sebagai musyârakah atau syirkah dalam rangka

kepemilikan properti antar bank dengan nasabah, di mana penyertaan

kepemilikan properti oleh bank akan berkurang yang disebabkan pembelian

secara bertahap oleh nasabah. SEOJK No.36 tahun 2015 dan fatwa DSN (sesuai

fatwa No.73 tahun 2008) mendefinisikan musyârakah mutanâqisah sebagai

pembiayaan musyârakah yang kepemilikan asset (barang) atau modal salah satu

pihak (syarîk) berkurang disebabkan pembelian secara bertahap oleh lainnya.

Sedangkan DSN (sesuai keputusan DSN No.1 tahun 2013) mendefinisikannya

sebagai produk pembiayaan berdasarkan prinsip musyârakah, yaitu syirkah al-

„inân, yang porsi (hissah) modal salah satu syarîk (Bank Syariah/LKS)

Page 125: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

112

berkurang disebabkan pengalihan komersial secara bertahap (naql al-hissah bi

al-„iwâd mutanâqisah) kepada syarîk yang lain (nasabah). Definisi yang

diberikan oleh SEOJK mengacu pada fatwa DSN No.73 tahun 2008 tanpa

perubahan yang berarti, adapun definisi dari SEBI juga mengacu pada fatwa

tersebut, namun dengan sedikit modifikasi. SEBI menambahkan kata “dalam

rangka kepemilikan properti”, ini memberikan kesan seolah pembiayaan ini

ditujukan untuk kegiatan konsumtif saja. Padahal pembiayaan musyârakah

merupakan pembiayaan modal usaha, dalam dunia bisnis, ini banyak dikenal

dengan nama modal ventura. Transformasi ketentuan defenisi akad sebagaimana

disebutkan di atas menggunakan pola adopsi dengan penyempitan.

1. Ketentuan yang sama-sama Diatur baik dalam Fatwa DSN dan

SEBI/SEOJK

a. Ketentuan tentang musyârakah

Fatwa DSN SEBI/SEOJK

a. Memberikan modal dan kerja

berdasarkan kesepakatan pada

saat akad.

b. Memperoleh keuntungan

berdasarkan nisbah yang

disepakati pada saat akad.

c. Menanggung kerugian sesuai

proporsi modal.

a. Bank dan nasabah memberikan

kontribusi modal berdasarkan

kesepakatan;

b. Keuntungan dibagi sesuai nisbah

yang disepakati; dan

c. Kerugian ditanggung sesuai proporsi

modal.

Tabel 1.3 Ketentuan Tentang Musyârakah

Pada huruf a., SEOJK menghilangkan kata “dan kerja”. Ini

memunculkan diskursus tersendiri. Ketika unsure kerja dihilangkan maka

secara otomatis esensi dari akad musyârakah mutanâqisah hilang. Yang mana

“kerja” atau “usaha komersil” merupakan objek yang harus ada dari akad

musyârakah mutanâqisah. ketika hanya memberikan modal tanpa kerja maka

prinsip dasar dari pelaksanaan musyârakah jadi hilang. Akibatnya ketentuan

Page 126: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

113

ini tidak sesuai dengan syariah compliance. positivisasi dalam ketentuan ini

menggunakan pola adopsi sebagian ke dalam SEOJK.

b. Penetapan nisbah keuntungan dan porsi kerugian

Fatwa DSN SEBI/SEOJK

Nisbah keuntungan (bagi

hasil) ditetapkan

berdasarkan kesepakatan

para pihak dan dapat

mengikuti perubahan

proporsi kepemilikan

modal, sedangkan

kerugian harus

berdasarkan proporsi

modal.

Keuntungan yang diperoleh dari sewa aset

musyarakah mutanaqisah (MMQ) dibagi

sesuai dengan nisbah yang disepakati dalam

akad sedangkan kerugian dibagi berdasarkan

porsi kepemilikan (hishshah).

Dalam hal nasabah wanprestasi maka nasabah

mengembalikan aset musyarakah mu-

tanaqisah (MMQ) yang menjadi obyek

syirkah dalam rangka mengembalikan sisa

porsi kepemilikan Bank.

Tabel 1.4 Ketentuan Tentang Penetapan Nisbah Keuntungan dan Porsi

Kerugian

Positvisasi fatwa ini menggunakan pola adopsi sepenuhnya dengan

perluasan. OJK menambahkan ketentuan “dalam hal nasabah wanprestasi

maka nasabah mengembalikan aset musyarâkah mutanâqisah yang menjadi

obyek syirkah dalam rangka mengembalikan sisa porsi kepemilikan Bank.”

Ketentuan SEOJK ini seolah mengaanggap bahwa kerugian pasti disebabkan

oleh wanprestasi nasabah, padahal untuk kebenaran wanprestasi perlu

dibuktikan sebagaimana fatwa DSN NO.105 Tahun 2016 tentang Penjaminan

Pengembalian Modal Pembiayaan Mudârabah, Musyârakah, dan Wakâlah bi

al-Istitsmâr. Selain itu harus diketahui sebab wanprestasinya apa, karena beda

sebab beda pula penyelesaiannya. Hal itu bisa dilihat dalam keputusan DSN-

MUI No.01 tahun 2013. Menurut fatwa tersebut, ketika nasabah wanprestasi

maka Bank bisa mengambil langkah penyelesaian sebagai berikut;

1) Pembiayaan bermasalah dapat diselesaikan oleh para pihak melalui

musyawarah mufakat dengan cara penjadwalan kembali (rescheduling),

Page 127: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

114

penambahan syarat baru (reconditioning), maupun penggunaan struktur

baru (restructuring).

2) Bank Syariah/LKS dapat melakukan penyelesaian (settlement)

Pembiayaan Musyarakah Mutanaqishah bagi nasabah yang tidak

menyelesaikan atau melunasi pernbiayaannya sesuai jumlah dan waktu

yang telah disepakati, dengan ketentuan:

a) Aset Musyarakah Mutanaqishan atau jaminan lainnya dijual oleh

nasabah rnelalui Bank Syariah/LKf dengan harga yang disepakati

b) 2) Nasabah melunasi sisa kewajibannya kepada Bank Syariah/LKS

dari hasil penjualan;

c) Apabila hasil penjualan melebihi sisa utang, maaka Bank

Syariah/LKS mengembalikan sisanya kepada nasabah;

d) Apabila hasil penjualan lebih keeil dari sisa utang maka sisa utang

tetap menjadi utang nasabah;

e) Apabila nasabah tidak mampu membayar sisa utangnya, maka Bank

Syariah/LKS dapat membebaskannya berdasarkan kebijakan Bank

Syariah/LKS.

Sesuai ketentuan fatwa di atas, Bank bisa memilih beberapa opsi

penyelesaian pembiayaan bermasalah dengan tahapan yaitu penjadwalan

kembali (rescaduling), penambahan syarat (recondition), dan penggunaan

struktur baru (restructuring); bukan langsung meminta kembali modal kepada

nasabah.

c. Objek Pembiayaan

Fatwa DSN SEBI/SEOJK

Obyek pembiayaan adalah kegiatan

usaha komersial yang dijalankan

dalam berbagai bentuk usaha yang

sesuai dengan syariah, antara lain:

prinsip jual beli, bagi hasil, dan sewa

menyewa.

Bank dapat memberikan

pembiayaan yang digunakan untuk

tujuan investasi, produksi, dan/atau

konsumsi.

Page 128: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

115

Tabel 1.5 Objek Pembiayaan

Dalam hal ini positivisasi dilakukan dengan pola adaptasi dan

perluasan. OJK menambahkan objek pembiayaan selain untuk investasi

produktif juga untuk kegiatan konsumsi. Ketentuan ini merupakan latar

belakang permasalahan yang penulis teliti. Ketentuan ini menimbulkan

perdebatan di masyarakat.

Fatwa DSN menetukan bahwa pembiayaan ditujukan untuk

memperoleh dan atau menambah modal usaha dan atau aset berdasarkan bagi

hasil, sedangkan SEOJK menyebutkan bahwa pembiayaan dapat disalurkan

untuk tujuan modal kerja, investasi, dan konsumsi. perbedaan dalam

ketentuan tersebut terletak pada kebolehan penyaluran pembiayaan untuk

keperluan konsumsi yang secara eksplisit tidak sesuai dengan semangat

syirkah, yaitu syirkah al-‟inân. Syirkah al‟inân merupakan syirkah al-amwâl

(bukan syirkah al-milk). Ulama madzâhib al-arba‟ah sepakat bahwa syirkah

al-‟inân sebagai perserikatan dua pihak atau lebih di mana masing-masing

pihak membawa dana sebagai modal dan keahliannya. Secara sederhana dapat

dipahami bahwa syirkah al-„inân adalah syirkah dalam modal usaha.

Meskipun demikian, dalam aplikasiya, akad musyârakah mutanâqisah

disalurkan untuk pembiayaan KPR dengan mengkombinasikan akad

musyârakah, baî‟, dan ijârah sebagai kegiatan usaha yang dibiayai. Di sinilah

bagaimana sikap masyarakat harus bisa dan mau memahami konsep akad

musyârakah mutanâqisah dari sudut pandang akad musyârakah mutanâqisah

itu sendiri. Karena meskipun di dunia bisnis perbankan pembiayaan KPR dan

kendaraan bermotor merupakan jenis produk pembiayaan konsumtif, namun

dalam perolehannya nasabah dan bank melakukan kerjasama penyertaan

modal yang kemudian dibelikan rumah, kendaraan bermotor, dan barang

konsumtif lainnya, kemudian barang tersebut disewakan menggunakan akad

ijârah (ijârah menjadi kegitan usaha yang dibiayai musyârakah mutanâqisah).

Page 129: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

116

artinya, ada kegiatan usaha di dalamnya, yaitu usaha sewa menyewa, sehingga

bisa disimpulkan bahwa dalam hal ini ketentuan OJK sudah sesuai dengan

fatwa DSN. Lagi lagi menurut penulis, DSN-MUI telah melakukan muslihat

hukum (hîlah), keluar dari riba yang diharamkan.136

Tesis ini menyimpulkan

sebagaimana pendapat M. Atho Muzhar dan disertasi M. Maksum yang

menyimpulkan adanya upaya berkelanjutan untuk menyempurnakan aspek

syariah pada produk ekonomi demi mendorong pertumbuhan LKS dalam

berkompetisi menyaingi LKK.

Ketiga ketentuan SEOJK di atas, secara konten memiliki perbedaan

dengan fatwa DSN yang menjadi sumber hukumnya. Sumber

permasalahan/perbedaannya adalah antara lain penggunaan kata yang sama

dengan konsep konvensional, adanya fatwa baru yang mengelaborasi akad

konsep lama, dan mengambil konsep akad yang tidak utuh. Dan juga

sebagaimana dipaparkan di atas bahwa ada pola penyepitan dan ada perluasan

ketentuan, di samping itu juga terdapat pemenggalan ketentuan fatwa (tidak

ditransformasi), sehingga bisa berkibat terjadi misinterpretasi atau bahkan

keluar dari prinsip syariah compliance.

2. Ketentuan yang sama secara konten antara fatwa DSN-MUI dan

SEBI/SEOJK

Selain ketentuan di atas ada juga ketentuan-ketentuan sebagai berikut: 1)

ketentuan tentang dua akad yang menyusun akad musyârakah mutanâqisah, 2)

keharusan pernyataan/pembagian modal dalam bentuk hissah, 3) perjanjian untuk

saling menjual dan membeli hissah, 4) Cara penentuan nisbah bagi hasil, 5)

penuangan akad/kesepakatan dalam surat perjanjian tertulis atau yang dipersamakan

136

Etika ekonomi (islamics ethics) sangat mendukung aspek pemenuhan ketentuan Syariah,

terutama menghindari munculnya riba. Ihat M. Maksum, Economics Ethics In The Fatwa of Islamic

Economics Jurnal Al-Ulum Volume 15 Number 1 June 2015 ISSN 1412-0534, E ISSN 2442-8213, h.

133

Page 130: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

117

dengan hal itu, dan 6) tujuan pembiayaan. Keenam ketentuan tersebut secara konten

dan esensi telah sesuai dengan fatwa DSN meskipun dalam transformasinya tidak

secara literal sebagimana aslinya. Ketentuan tersebut masing-masing

ditransformasikan menggunakan pola adopsi penuh dengan cara copy-paste, adopsi

dengan penyempitan dan perluasan ketentuan dan dua terakhir menggunakan pola

adptasi.

3. Ketentuan yang Berbeda (bertentangan) antara Fatwa DSN dan

SEBI/SEOJK

Ada beberapa isi ketentuan yang berbeda, dalam arti bertentangan satu

sama lain antara fatwa DSN dan SEBI/SEOJK. terdapat dalam empat hal,

pertama adalah mengenai pembebanan biaya administrasi. Fatwa DSN

tentang akad musyârakah menyebutkan bahwa biaya operasional (dan

persengketaan) dalam akad musyârakah dibebankan pada modal bersama,137

sedangkan SEOJK menyebutkan bahwa biaya administrasi yang terkait

dengan pembiayaan musyârakah mutanâqisah dibebankan kepada nasabah.138

137

Lain lagi adapun dalam fatwa DSN tentang akad musyârakah mutanâqisah mengatur

bahwa yang menjadi beban biaya bersama adalah biaya perolehan aset musyârakah mutanâqisah,

sedangkan biaya peralihan kepemilikan menjadi beban pembeli.

138 Biaya administrasi adalah biaya yang dikenakan oleh bank syariah ketika memberikan

bantuan kepada nasabah yang bergerak dibidang sosial (nirlaba) dalam bentuk pinjaman lunak, tanpa

pembagian hasil melainkan hanya mengembalikan pokok pinjaman. Akan tetapi untuk tidak

merugikan bank syariah dalam hal pengurusan, misalnya biaya materai, notaris, biaya peninjau proyek

dan lain-lain, maka kepada nasabah nirlaba tersebut dipungut biaya administrasi. Lihat Ktut Silvanita

Mangani, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 37. Perbedaan antara

biaya operasional dan biaya administrasi adalah bahwa biaya operasional mencakup biaya untuk

memproduksi produk dan layanan untuk klien dan biaya administrasi mencakup keseluruhan biaya

umum yang tidak harus terkait dengan produksi atau departemen tertentu di dalam perusahaan.

https://id.talkingofmoney.com/what-is-difference-between-an-operational-expense-and-an-

administrative-expense diakses pada 10 Agustus 2018, lihat juga M. Sulhan, Managemen Bank:

Konvensional dan Syariah, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), h. 69. Menurut Werner Murhadi

(2013:37) mengemukakan biaya operasional sebagai berikut:“Biaya operasi(operating expense)

merupakan biaya yang terkait dengan operasional perusahaan yang meliput biaya penjualan dan

administrasi (selling and administrative expense), biaya iklan (advertising expense), biaya penyusutan

(depreciation and amortization expense),serta perbaikan dan pemeliharaan (repairs and maintenance

expense)”. menurut Margaretha (2011:24) mengemukakan biaya operasional adalah “Biaya

Operasional (operating expense) adalah keseluruhan biaya sehubungan dengan operasional diluar

Page 131: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

118

Dalam istilah ekonomi bisnis biaya operasional mencakup seluruh biaya

secara umum, termasuk didalamnya adalah biaya operasi, iklan, penyusutan,

pemeliharaan administrasi dll. jadi, dengan kata lain, seharusnya biaya

administrasi pembiayaan dibebankan kepada kedua belah pihak (bank dan

nasabah) sebagaimana ketentuan yang adala dalam Fatwa DSN.

Kedua, keharusan objek pembiayaan harus ready stock. Dalam Fatwa

DSN MUI No. 01 Tahun 2013 Pada angka 6 menetapkan bahwa “Khusus

untuk kegiatan usaha musyârakah mutanâqisah yang menggunakan prinsip

sewa menyewa di mana objek yang dibiayai masih dalam proses pembuatan

(indent) dst…”, sedangkan SEOJK menentukan bahwa “barang yang dibiayai

harus berwujud dan sudah siap pakai (ready stock).” Hal yang aneh di sini

adalah bahwa terdapat perbedaan antara lampiran SEOJK dengan SEOJK-nya

sendiri dan juga fatwa DSN pedoman implementasi akad musyârakah

mutanâqisah, di mana dalam lampiran menyebutkan keharusan barang yang

dibiayai harus berwujud dan sudah tersedia atau siap pakai (ready stock),

padahal SEOJK-nya dan fatwa menyatakan bahwa objek pembiayaan boleh

dalam bentuk ready stock dan indent. Dalam hal ini menurut penulis, ini

merupakan kesalahan dalam hal penulisan saja, dan bagaimanapun dalam

aplikasinya perbankan tetap berpedoman pada lampiran SEOJK dan fatwa

DSN.

Ketiga, mengenai pengenaan jaminan. Dalam Fatwa DSN No. 105/DSN-

MUI/X/2016 tentang Penjaminan Pengembalian Modal Pembiayaan

Mudârabah, Musyârakah, dan Wakâlah bi al-Istitsmâr dalam ketentuan

khusus menetapkan 1) Pengelola tidak wajib mengembalikan modal usaha

secara penuh pada saat terjadi kerugian, kecuali kerugian karena ta'addi,

tafrith atau mukhalafat al-syuruth. 2) Pemilik Modal tidak boleh meminta

kegiatan proses produksi termasuk didalamnya adalah biaya penjualan dan biaya administrasi dan

umum”. Dari banyak pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa biaya operasional termasuk

didalamnya biaya adminitrasi.

Page 132: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

119

Pengelola untuk menjamin pengembalian modal. 3) Pengelola boleh

menjamin pengembalian modal atas kehendaknya sendiri tanpa permintaan

dari Pemilik Modal. Sedangkan SEOJK angka 3.4 menetapkan bahwa “bank

dapat meminta jaminan kepada nasabah pada saat penyaluran pembiayaan.

Jaminan yang diterima oleh bank hanya dapat dicairkan apabila nasabah

terbukti melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan.”

Menurut ulama klasik, dalam akad musyârakah, pihak pertama (entitas

bank dan nasabah) selaku sâhib al-mâl tidak boleh meminta jaminan

(angunan) kepada pihak kedua (nasabah) selaku mudârib, karena akad

musyârakah merupakan akad kerjasama di mana pada dasarnya kedua belah

pihak berkontribusi modal, saling membutuhkan dan saling percaya dalam

menjalankan suatu usaha. Oleh karena itu, tidak etis jika salah satu pihak

dibebani untuk menyediakan jaminan atas modal yang berikan oleh pihak

pertama. Namun, seiring dengan perkembangan ekonomi syariah yang dikuti

dengan berdirinya berbagai lembaga keuangan syariah seperti bank syariah,

muncul kebutuhan terhadap berbagai model akad /transaksi yang ada dalam

Islam selama ini terutama ketika akad tersebut diaplikasikan dalam perbankan

syariah.139

Dalam konteks jaminan, secara jelas dalam Peraturan Bank

Indonesia No. 7/46/PBI/2005 Pasal 6 huruf (o) yang menyatakan bahwa

“Bank dapat meminta jaminan atau agunan untuk mengantisipasi risiko

apabila nasabah tidak dapat memenuhi kewajiban sebagaimana dimuat dalam

akad karena kelalaian dan/atau kecurangan.

Terkait dengan pembahasan di atas muncul pertanyaan kembali, apakah

pihak pertama, diperbolehkan meminta kepada pihak kedua untuk menjamin

139

Muhammad Maksum menawarnkan bentuk jaminan yang compatible untuk jaminan

berbasis modal, Jaminan (marhun) dengan model rahn dapat berupa benda bergerak, seperti kendaraan

dan emas atau tidak bergerak, seperti tanah. Jaminan (marhun) selain berupa kedua jenis barang

tersebut, juga dapat berupa bukti kepemilikan, seperti BPKB atau sertifikat tanah. Rahn jenis ini secara

hukum diakui dalam fatwa DSN sebagai rahn tasjili, rahn ta'mini, rahn rasmi, atau rahn hukmi. Lihat

M. Maksum, Penerapan Hukum Jaminan Fidusia Dalam Kontrak Pembiayaan Syariah, Jurnal Cita

Hukum, Jurnal Cita Hukum. Vol. 3 No. 1 Juni 2015. ISSN: 2356-1440,.h. 8

Page 133: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

120

pengembalian modal yang diberikan, terutama ketika mengalami kerugian?

Menurut fatwa DSN-MUI No.105/DSN-MUI/X/2016 tentang Penjaminan

Pengembalian Modal Pembiayaan Mudârabah, Musyârakah, dan Wakâlah bi

al-Istitsmâr; pemilik modal tidak boleh meminta pengelola untuk menjamin

pengembalian modal, kecuali atas kehendaknya sendiri. Apabila mengalami

kerugian, pihak pengelola juga tidak wajib mengembalikan modal usaha

secara penuh pada saat kerugian, kecuali kerugian tersebut diakibatkan karena

ta‟addî (sengaja melakukan sesuatu yang tidak boleh dilakukan), tafrît (tidak

melakukan sesuatu yang mestinya dilakukan), atau mukhâlafah al-syurût

(melanggar ketentuan-ketentuan yang disepakati dalam akad). Apabila terjadi

perbedaan pendapat antara pemilik modal dan pengelola atas kerugian yang

terjadi, maka pengelola wajib membuktikan bahwa kerugian yang dialami

tersebut bukan karena ta‟addi, tafrith atau mukhalafat al-syuruth.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa pihak pertama

(sâhib al-mâ) tidak boleh meminta penjaminan pengembalian modal kepada

pihak ke-dua (mudârib), karena pada prinsipnya akad mudârabah adalah akad

kerjasama berdasarkan kepercayaan di mana masing-masing pihak saling

berkontribusi modal, dan saling membutuhkan satu sama lainnya. Jaminan

yang diminta oleh bank syariah kepada nasabah diperbolehkan untuk

mengantisipasi agar tidak terjadinya kecurangan yang dilakukan oleh pihak

nasabah. Jaminan tersebut bisa diambil oleh bank syariah apabila nasabah

terbukti melakukan kesalahan yang disengaja, lalai atau menyalahi

perjanjian.140

140

Perlu dicatat, bahwa fatwa DSN-MUI No.105/DSN-MUI/X/2016 tentang Penjaminan

Pengembalian Modal Pembiayaan Mudârabah, Musyârakah, dan Wakâlah bi al-Istitsmâr diterbitkan

pada tahun 2016 sedangkan SEOJK sudah terbit dan dikodifikasi pada 2015. Sehingga bagi pihak

otoritas bisa merubah ketentuannya tersebut agar kesyariahan praktik akad musyârakah mutanâqisah

bisa maksimalkan.

Page 134: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

121

Keempat, ketentuan pengalihan hissah. Dalam keputusan Fatwa DSN

MUI nomor 01 Tahun 2013 tentang Pedoman Implementasi Musyarakah

Mutanaqishah dalam Produk Pembiayaan angka 2 huruf d menetapkan bahwa

“Setiap penyetoran uang oleh nasabah kepada Bank Syariahl/LKS, maka nilai

yang jumIahnya sama dengan nilai unit hishshah, secara syariah dinyatakan

sebagai pengalihan unit hishshah Bank Syariah/LKS secara komersial (naqlul

hishshah bil 'iwadh), sedangkan nilai yang jumlahnya lebih dari nilai unit

hishshah tersebut, dinyatakan sebagai bagi hasil yang menjadi hak Bank

Syariah/LKS.” Sedangkan dalam SEOJK angka 3.4 menetapkan “bank

mengalihkan unit hissah setelah terjadi pelunasan penjualan.”

Penggunaan kata “pelunasan penjualan” adalah tidak tepat. Karena

konsepnya, setiap pembayaran yang dilakukan oleh mitra otomatis

mengalihkan satu unit saham bank. Sebaliknya, menggunakan kata

“pelunasan penjualan” artinya tidak ada perpindahan kepemilikan unit hissah

meski mitra sudah membayar setiap bulannya. Akad musyârakah

mutanâqisah adalah jenis musyârakah yang tidak tetap/menurun, perpindahan

kepemilikan hissah otomatis terjadi setiap pembayaran dilakukan. Berbeda

dengan akad yang ber-asas jual beli, di mana kepemilikan akan berpindah

setelah terjadi seluruh pelunasan pembelian.

Dari uraian di atas, disimpulkan terdapat empat teks ketentuan yang

bertentangan antara ketentuan yang ada dalam fatwa DSN dan ketentuan

SEBI/SEOJK, yaitu mengenai pengenaan biaya administrasi, permintaan

jaminan, pengalihan hissah, dan kebolehan indent. Sebagaimana pembahasan

sebelumnya, fatwa DSN tidak membolehkan pengenaan biaya operasional

(termasuk di dalamnya biaya administrasi), sedangkan SEOJK

menetapkannya; fatwa DSN tidak memperbolehkan permintaan jaminan

pembiayaan, sedangkan SEOJK meminta jaminan demi memitigasi resiko

pembiayaan; fatwa DSN menentukan bahwa tiap penyetoran uang oleh

nasabah dinyatakan sebagai pengalihan hissah bank kepada nasabah,

Page 135: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

122

sedangkan bank baru mengalihkan hissah setelah terjadi pelunasan pejualan.

Fatwa membolehkan membolehkan bentuk objek pembiayaan yang masih

indent, SEOJK

4. Ketentuan yang Ada dalam SEBI/SEOJK, tapi tidak ada dalam Fatwa

DSN

a. Analisis Bank atas permohonan pembiayaan dari nasabah

b. Penentuan jangka waktu pembiayaan berdasarkan kesepakatan Bank dan

nasabah.

c. Penetapan plafon tertentu oleh Bank.

d. Penetapan jangka waktu waktu pembiayaan oleh Bank.

e. Acuan metode bagi hasil; Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah

Indonesia (PAPSI 106).

f. Penerapan transparansi informasi produk dan perlindungan nasabah

sesuai ketentuan yang berlaku.

g. Kebijakan dan prosedur untuk mitigasi risiko.

h. Identifikasi Risiko oleh bank

i. Penetapan segmen pembiayaan yaitu Usaha Mikro Kecil (UMK), non

UMK, perorangan maupun badan usaha atau badan hukum.

j. Sanksi bagi Bank yang tak beroprasi sesuai prosedur.

Semua ketentuan di atas merupakan ketentuan yang bersmber dari

kebijakan internal OJK. Ketentuan tersebut berkaitan dengan teknis

operasional, prinsip kehati-hatian Bank sebagai lembaga intermediasi, dan

perlindungan konsumen demi menjaga kestabilan operasional bank.

5. Ketentuan yang Ada dalam Fatwa DSN, tapi tidak ada dalam

SEBI/SEOJK

Banyak ketentuan fatwa DSN yang tidak diatur/diformalisasi dalam

SEBI/SEOJK, sebagai berikut:

Page 136: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

123

a. definisi tentang beberapa istilah berbahasa arab

b. pembebenan biaya perolehan aset musyârakah yang menjadi beban

bersama

c. biaya peralihan kepemilikan aset yang dibebankan kepada pembeli.

d. Sumber-sumber pendapatan usaha musyarakah mutanaqishah yang tak

hanya berasal dari ijârah, tapi juga jual beli dan kerja sama musyârakah

atau mudârabah.

e. Dasar proyeksi keuntungan sebagaiana kesepaktan, atau tanpa proyeksi

f. Kebolehan mengatas-namakan properti atas nama nasabah secara langsug

g. Kebolehan pengalihan hissah sesuai kesepakatan atau dengan jangka

waktu dipercepat

h. Kebolehan bagi bank mengenakan denda pada nasabah mampu yang

menunda-nunda pembayaran

i. Jenis-jenis denda ganti rugi

j. Ketentuan-ketentuan kewajiban yang harus dibayarkan nasabah yang

melakukan percepatan pelunasan

k. Ketentuan penyelesaian pembiayaan bermasalah

Beberapa ketentuan fatwa di atas tidak dicantumkan dalam regulasi

SEOJK. Menurut Azharuddin, fatwa yang tidak dipositivisasi akan tetap

memiliki kekuatan mengikat secara dzatnya,141

karena kedudukannya telah

dikokohkan oleh undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan

syariah. Fatwa DSN dapat dikatakan sebagai kebiasaan yang bersifat normatif,

atau sebagai doktrin ilmu hukum yang telah diakui sebagai ius comminis

opinio doctorum dikalangan ahli yang memiliki otoritas yang diakui publik.142

Pengakuan ini dalam konteks tidak ada hukum lain yang mengakomodir

141

Abdul Rohman Zulfikar alfarouq, Positivisasi Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis

Ulama Indonesia (DSN-MUI) tentang Mudharabah dalam regulasi otoritas Jasa keuangan (OJK),

Tesis tidak dipublikasi, h.

142 Jimly Assiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, h. 128

Page 137: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

124

perkara keuangan syariah, selain fatwa yang mengisi kekosongan hukum

tersebut.

Fatwa DSN-MUI memiliki kekuatan mengikat di bawah regulasi OJK,

meskipun tidak dibentuk oleh negara. Fatwa bisa mengikat ketika tidak ada

peraturan lain yang mengatur, dan selama tidak bertentangan dengan

peraturan yang lebih tinggi, yaitu peraturan OJK.

Dari pemaparan perbandingan ketentuan di atas meunjukkan bahwa

ketentuan dari Fatwa DSN dan SEBI/SEOJK mengenai akad musyârakah

mutanâqisah bisa dikelompokkan ke dalam tiga bentuk. Pertama, peraturan

mengenai akad musyârakah mutanâqisah dimuat dalam fatwa maupun

peraturan perundang-undangan; kedua peraturan mengenai akad musyârakah

mutanâqisah dimuat dalam peraturan perundangundangan tidak dalam fatwa;

ketiga, peraturan mengenai akad musyârakah mutanâqisah dalam fatwa DSN

berbeda dari peraturan dalam peraturan perundang-undangan. Ini

menunjukkan bahwa dalam beberapa ketentuan, di samping teks fatwa DSN

maupun SEOJK memiliki ketentuan yang sama, SEOJK juga memiliki

ketentuan sendiri namun tidak bertentangan dengan fatwa DSN. Selain itu

terdapat juga beberapa ketentuan yang bertentangan satu sama lain. Meskipun

demikian keduanya saling melengkapi.

Dari pembahasan empat sub bab terakhir di atas, penulis menangkap

ada kelemahan dalam dalam model transformasi fatwa DSN ke dalam regulasi

SEOJK. Ada potensi ketidak harmonisan antar sumber hukum dan peraturan

perundang-undangan. Perbedaan konten antara ketentuan yang ada dalam

fatwa DSN sebagai sumber hukum dan ketentuan SEBI/SEOJK sebagai hasil

transformasi/positivisasi fatwa tersebut bisa berkibat terjadi misinterpretasi

atau bahkan keluar dari prinsip syariah compliance. Hal tersebut dikarenakan

pola transformasi/positivisasi yang kurang tepat, seperti adopsi sebagian

(pemenggalan ketentuan), penyempitan, perluasan. Selain itu sumber

Page 138: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

125

permasalahan adalah antara lain penggunaan kata yang sama dengan konsep

konvensional, adanya fatwa baru yang mengelaborasi akad konsep lama, dan

mengambil konsep akad yang tidak utuh.

Dikaitkan dengan teori positivisasi/taqnîn, fatwa DSN-MUI adalah

sumber hukum primer peraturan tentang ekonomi syariah, maka seyogyanya

bisa diserap secara keseluruhan oleh Regulator ke dalam Peraturan

Perundang-undangan baik dengan objektivikasi, adopsi sepenuhnya, dan

adaptasi dan copy paste. Dengan cara tersebut maka fatwa DSN-MUI bisa

terserap dengan sempurna baik secara tekstual maupun subtantif non literal

sebagaimana teks fatwa DSN-MUI.

6. Faktor Perbedaan Ketentuan antara Fatwa DSN-MUI dan SEBI/SEOJK

Secara yuridis formal, kegiatan pembiayaan berdasarkan syariah tidak

bertentangan dengan undang-undang, tetapi apabila dianalisis lebih lanjut

menimbulkan persoalan dalam konteks syariah itu sendiri. Dalam konteks

syariah, pembiayaan syariah yang merupakan akad dan menjadi bagian dari

perikatan syariah harus dikaitkan dengan fatwa DSN. Dalam hal ini

khususnya tentang biaya administrasi, jaminan, pengalihan hissah, Dengan

demikian, pembiayaan berdasarkan syariah dalam perbankan syariah tetapi

tidak mengikuti fatwa DSN merupakan tindakan yang bertentangan dengan

prinsip syariah. Persoalan ini menimbulkan pertanyaan besar, mengapa hal

tersebut bisa terjadi?

Sebelum membahas lebih lanjut persoalan ini, ada baiknya mencermati

pokok-pokok pikiran yang mendasari munculnya UU Perbankan Syariah

sebagaimana terdapat dalam Penjelasan Umum konsiderans butir (c) UU

Perbankan Syariah sebagai berikut:

a. Agar tercapai tujuan pembangunan nasional dan dapat berperan aktif

dalam persaingan global yang sehat, diperlukan partisipasi dan kontribusi

semua elemen masyarakat untuk menggali berbagai potensi yang ada di

Page 139: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

126

masyarakat guna mendukung proses akselerasi ekonomi dalam upaya

merealisasikan tujuan pembangunan nasional. Salah satu bentuk

penggalian potensi dan wujud kontribusi masyarakat dalam

perekonomian nasional tersebut adalah pengembangan sistem ekonomi

berdasarkan nilai Islam (Syariah) dengan mengangkat prinsip-prinsipnya

ke dalam Sistem Hukum Nasional. Prinsip Syariah berlandaskan pada

nilai-nilai keadilan, kemanfaatan, keseimbangan, dan keuniversalan

(rahmatan lil „alamin). Nilai-nilai tersebut diterapkan dalam pengaturan

perbankan yang didasarkan pada Prinsip Syariah yang disebut Perbankan

Syariah.

b. Perbankan Syariah sebagai salah satu sistem perbankan nasional

memerlukan berbagai sarana pendukung agar dapat memberikan

kontribusi yang maksimum bagi pengembangan ekonomi nasional. Salah

satu sarana pendukung vital adalah adanya pengaturan yang memadai dan

sesuai dengan karakteristiknya. Pengaturan tersebut di antaranya

dituangkan dalam Undang-Undang Perbankan Syariah. Pembentukan

Undang-Undang Perbankan Syariah menjadi kebutuhan dan keniscayaan

bagi berkembangnya lembaga tersebut.

c. Sebagai undang-undang yang khusus mengatur perbankan syariah, dalam

Undang-Undang ini diatur mengenai masalah kepatuhan syariah (syariah

compliance) yang kewenangannya berada pada Majelis Ulama Indonesia

(MUI) yang direpresentasikan melalui Dewan Pengawas Syariah (DPS)

yang harus dibentuk pada masing-masing Bank Syariah dan UUS. Untuk

menindaklanjuti implementasi fatwa yang dikeluarkan MUI ke dalam

Peraturan Bank Indonesia, di dalam internal Otortas Jasa Keuangan

dibentuk Komite Pengembangan Jasa Keuangan Syariah, yang

keanggotaannya terdiri atas perwakilan dari OJK, Departemen Agama,

dan unsur masyarakat yang komposisinya berimbang. Sementara itu,

Page 140: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

127

penyelesaian sengketa yang mungkin timbul pada perbankan syariah,

akan dilakukan melalui pengadilan di lingkungan Peradilan Agama.

Berdasarkan pada Penjelasan Umum Undang-undang Perbankan Syariah,

dapat dikatakan bahwa dasar pemikiran dibentuknya Undang-undang

Perbankan Syariah adalah mengimplementasikan prinsip-prinsip syariah ke

dalam sistem hukum nasional, khususnya perundang-undangan perbankan

syariah. Selain itu, pada tataran praktis, implementasi ini dilaksanakan dalam

kerangka kepatuhan syariah (syariah compliance). Penentuan prinsip-prinsip

syariah dalam hal ini muamalah, khususnya perikatan dengan akad

musyârakah mutanâqisah merupakan kewenangan DSN-MUI. Implementasi

penetapan prinsip-prinsip syariah pada masing-masing Bank Syariah dan UUS

dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang harus dibentuk pada

masing-masing institusi perbankan syariah. Selain itu, untuk menindaklanjuti

fatwa tersebut ke dalam Peraturan Bank Indonesia dilakukan oleh KPJKS.143

Dari dasar pemikiran tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa seharusnya

OJK menyerap sepenuhnya konsep akad musyârakah mutanâqisah dalam

setiap peraturannya, bukan hanya menyerap sebagian isi fatwa DSN. Namun

tidak bisa dipungkiri, bahwa skim musyârakah memiliki resiko pembiayaan

yang tinggi yang bisa mengganggu ekonomi perbankan jika terjadi

wanprestasi dari nasabah. Dari sini penulis justru melihat bahwa bank sedang

berusaha mewujudkan pembangunan nasional (sebagaiama penjelasan UU

perbankan syariah di atas) dengan pengenaan jaminan untuk memitigasi

resiko yang dapat membahayakan dana nasabah yang lain. Namun di sisi lain

bank terlihat menampakkan dirinya sebagai lembaga komersil yang selain

tidak mau rugi juga menginginkan selalu untung, ini terlihat dari kebijakannya

143 Dalam aplikasi sistem hukum syariah paling tidak terdiri dari dua unsur, yaitu akad (secara

syariah) dalam fatwa DSN dan aturan pemerintah. Antara dua unsure tersebut mempunyai pola

hubungan yang sangat erat, karena keberadaan keduanya merupakan bagian integral dari perikatan

syariah.

Page 141: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

128

mengenakan biaya administrasi pada nasabah pembiayaan musyârakah

mutanâqisah. Adapun pengalihan hissah dilakukan sekaligus ini merupakan

usaha untuk menghindari double tax perpindahan kepemilikan secara undang-

undang.

Menurut Sefrina, perbedaan dalam perumusan teks peraturan ataupun

surat edaran OJK tidak mungkin ada, karena dalam perumusan peraturan

tersebut OJK telah melibatkan DSN. Penerbitan peraturan (SEOJK) mengenai

akad musyârakah mutanâqisah sudah mendapatkan persetujuan dari DSN-

MUI, ini tertuang dalam Pernyataan Kesesuian Syariah DSN-MUI No.U-

257/DSN-MUI/VIII/2014. Sefrina tidak menjelaskan lebih jauh mengenai

sebab perbedaan teks ketentuan tersebut.

Sefrina juga menuturkan bahwa untuk menyusun suatu peraturan, OJK

memiliki prosedur tahapan (rules of making), secara garis besar sebagai

berikut:

a. direktorat melakukan kajian, dengan merumuskan kajian terlebih dahulu

suatu perkara yang akan diundangkan

b. Setelah rumusan kajian selesai dibuat, dan disetujui oleh pimpinan OJK

c. Selanjutnya akan disusun drafting ketentuan dan disampaikan kepada

anggoa dewan komisioner

d. Diajukan tanggapan tertulis kepada stakeholders. Stakeholders adalah

perrwakilan dari DSN-MUI, MES, perwakilan dari lembaga keuangan

syariah, dan lain sebagainya.

e. Rapat jejak pendapat dengan stakeholders.

f. Dilakukan kompliar, dalam tahapan ini, direktorat akan memiilah-milah

tanggapan dari stakeholders yang bisa dan tidak bisa diakomodir,

tegantung konteks di mana tanggapan tersebut sesuai atau tidak dengan

standard OJK

Page 142: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

129

g. Setelah finalisasi tanggapan, kemudian dilakukan RDK (Rapat Dewan

Komisioner), dalam rapat ini akan memutuskan bahwa suatu peraturan

bisa diterbitkan atau tidak.

Jika dilihat dari prosedur tahapan pembuatan peraturan di atas,

khususnya pada huruf (f), maka sangat mungkin terjadi disharmonisasi

content antara fatwa DSN-MUI dan peraturan OJK. Karena OJK tidak akan

mengcover semua masukan dari stakeholders termasuk dari kalangan DSN-

MUI sebagai perumus fatwa jika dirasa tak sesuai dengan standard OJK.

Secara kostitusional, Indonesia adalah negara hukum berdasarkan

pancasila, yang diatur dalam pasal 1 ayat (3) dan pasa; 28 I ayat (5) UUN

Negara Republik Indonesia tahun 1945. Secara harfiah dari rujukan ketentuan

tersebut, memiliki arti bahwa tidak boleh ada aturan yang bertentangan

dengan Undang-undang Dasar atau Undang-undang yang di atasnya dalam hal

sebagai sumber hukum, namun realitanya ini masih sering terjadi termasuk

dalam kasus peneltian ini.

Upaya memformulasikan Hukum Islam (fatwa DSN-MUI) ke dalam

bentuk hukum tertulis menekankan pada ajaran positivisasi hukum

sebagaimana penelitian Yeni Salma Barlinti.144

Di mana hukum itu baru

diakui kepastian hukumnya setelah dijadikan undang undang, namun di sisi

lain, para ahli hukum dan yang berkepentingan terhadap hukum tidak

membatasi diri terhadap hukum tertulis (peraturan perundang-undangan).

Misalnya saja, hakim boleh menafsirkan lain dari yang tertulis dengan tidak

hanya mengedepankan penafsiran original intent (apa yang tertulis itu yang

144

Pembentukan undang-undang ini didasarkan pada pemikiran bahwa negara Indonesia

merupakan negara hukum. Sebagai negara hukum, segala aspek kehidupan dalam bidang

kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan harus berdasarkan sistem hukum nasional. Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2011 adalah dasar hukum bagi pembentukan peraturan perundang-undangan

baik di tingkat pusat maupun daerah.

Page 143: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

130

harus dilakukan) sesuai dengan nilai-nilai keadilan yang dijamin dalam

konstitusi. Kebiasaan, adat yang baik, pendapat masyarakat, fatwa DSN-MUI,

bagi para ahli positivisasi hukum dapat berfungsi sebagai sumber hukum.

Hakim boleh menciptakan hukum sebagaimana disebutkan dalam pasal 10

Undang-undang No. 84 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Page 144: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

131

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis fatwa dan peraturan perundang-undangan yang

telah dilakukan, maka penulis menyimpulkan:

1. Model transformasi disini dapat digolongkan menjadi dua; secara literal

dan non literal. Secara literal menggunakan metode positivisasi dan copy

paste, dan non literal dilakukan dengan cara objektifikasi dengan pola

adopsi dan adaptasi (ini yang paling banyak dilakukan). Terdapat

beberapa pola positivisasi fatwa DSN-MUI mengenai akad musyârakah

mutanâqisah dalam peraturan perundang-undangan, dalam hal ini

ketentuan SEBI/SEOJK. Yaitu model objektivikasi dengan pola adopsi

sepenuhnya, adopsi sebagian, perluasan, penyempitan, dan adaptasi.

Selain itu SEBI/SEOJK juga menggunakan pola copy paste pada satu

ketentuan mengenai akad yang menyusun akad musyârakah mutanâqisah.

meskipun demikian, secara umum, isi fatwa DSN-MUI dan peraturan

SEOJK/SEBI tersebut secara subtansi sudah sesuai kecuali dalam empat

ketentuan.

2. Dari sisi konten, permasalahan perbedaan ketentuan fatwa DSN-MUI dan

regulasi SEBI/SEOJK disebabkan diantaranya karena penggunaan konsep

yang sama dengan bisnis konvensional, seperti penggunaan istilah

penyaluran objek pembiayaan konsumtif, produktif, dan investasi.

Adapun dari segi subtansi permasalahan disebabkan oleh kebiasaan

mengambil fatwa yang tidak utuh dan adanya fatwa baru yang

mengelaborasi konsep lama. Hal tersebut disebabkan karena pola adopsi

yang digunakan terutama pola adopsi sebagian.

Page 145: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

132

Lebih jauh, model transformasi tersebut menyebabkan terjadinya

perbedaan dan pertentangan pada beberapa konten ketentuan yang ada

dalam fatwa DSN-MUI dan regulasi BI/OJK. Bahkan mempengaruhi

esensi dan kesyariahan aplikasi dari produk pembiayaan musyârakah

mutanâqisah.

Dalam penelitian ini penulis juga menyimpulkan bahwa fatwa DSN-

MUI menjadi sumber yang bersifat nasihat bagi OJK. Artinya, terkait

dengan teori positivisasi dan objektifikasi hukum islam, bahwa hukum

islam/fatwa DSN-MUI tidak harus secara literal ditransformasikan ke

dalam peraturan perundang-undangan. Fatwa DSN-MUI bisa diserap

dengan cara objektivikasi; adopsi sepenuhnya, dan adaptasi. Dengan cara

tersebut maka fatwa DSN-MUI bisa terserap dengan baik minimal secara

subtansi non literal sebagaimana teks fatwa DSN-MUI.

B. Saran

1. Saran untuk OJK

a. fatwa DSN memang tidak mengikat dan tidak memiliki kekuatan

hukum sekuat peraturan dari OJK. Namun karena fatwa DSN

merupakan manifestasi hukum syariah (bersumber dari alquran hadis

dan fikih), hendaknya OJK mempebaiki terkait teks peraturan yang

belum sesuai dengan fatwa DSN Karena namanya bank syariah maka

kebijakannya harus syariah juga.

b. Harmonisasi/penyesuaian ketentuan fatwa DSN-MUI dengan

regulasi SEBI/SEOJK sangat penting dilakukan dalam rangka

penyempurnaan hukum materil di pengadilan.

2. Saran untuk penelitian selanjutnya

a. Harus penulis akui bahwa penelitian ini sangat terbatas. Penelitian ini

hanya menguji satu skim pembiayaan yaitu akad musyârakah

mutanqisâh dari banyaknya ragam kategori akad pembiayaan, seperti

Page 146: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

133

murabahah, mudârabah, ijârah, asuransi dan lain lain. ini mungkin

sekali untuk dilakukan penelitian lanjutan. Hal ini sangat penting

diketahui bagaimana sebenarnya sinkronisasi/harmonisasi antara

fatwa DSN dan peraturan perundang undangan.

b. Dalam penelitian ini, penulis hanya menggunakan metode kontent

analisis, masih terbuka penelitian yang sama dengan menggunakan

pendekatan analisis yang lain. Karena beda metode/pendekatan

memungkinkan hasil penelitian yang berbeda.

Page 147: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

134

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Ahmed, Salahuddin, Islamic Banking, Finance and Insurance: A Global Overview,

Kuala Lumpur: A.S. Noordeen, 2006

Ali, Mohd. Daud, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di

Indonesia, ed. 6, cet. 11, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004

al-Kawâmilah, Nûr al-Dîn „Abd al-Karîm, al-Musyârakah al-Mutanâqisah wa

Tatbîqatuhâ al-Mu„âsirah fî al-Fiqh al-Islâmî „Amman: Dâr al-Nafâ`is lî al-

Nasr wa al-Tawzî„, 2008

al-Ramlî, Syihâb al-Dîn, Nihâyah al-Muhtâj Ilâ Syarh al-Minhâj, Beirut : Dâr al-

Fikri, 1404/1983jilid V

aL-Zarqa, Mushtafa, al-Madkhal al-Fiqh al-`âm, Juz II, Beirut: Dar al-Qalam, 1418

H.

Al-Zuhaili, Wahbah, al-Mu‟âmalah al-Mâliyah al-Mu‟âsirah, t.tp.: t.p., t.t

Anshari, Endang Saifuddin Piagam Jakarta 22 Juli 1945: Sebuah Konsensus

Nasional tentang dasar Negara republikndonesia (1945-1949), Jakarta: Gema

Insani Press, 1997

Arifin, bustanul, Pelembagaan Hukum Islam Indonesia, Akar Sejarah, Hambatan dan

Prospeknya, Jakarta: Gema Insani Press, 1996

Assiddiqie, Jimly, Hukum acara Pengujian Undang-undang, Jakarta: Konstitusi

Press, 2001

__________ Menggagas Peradilan Etik di Indonesia, Jakarta: Komisi Yudisial RI

Pust Analisis dan Layanan Informasi, 2015

__________ Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara pasca reformasi

Ayub, Muhammad, Understanding Islamic Finance, West Sussex: Wiley Finance,

2007

Azizy, A. Qodri, Elektisisme Hukum Nasional: Komptisi antara Hukum Islam dan

Hukum Umum, Yogyakarta: Gama Media, 2002

Barkatullah, Abdul Halim dan Teguh Prasetyo, Hukum Islam Menjawab Tantangan

Zamanyang Terus berkembang, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006

Barlinti, Yeni, Salma Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional dalam Sistem

Hukum Nasional di Indonesia, t.p.: Badan Litbang dan Diklat Kementrian

Agama RI, 2010

Page 148: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

135

Basri, Cik Hasan, Pilar-Pilar Penelitian Hukum Islam dan Pranata Sosial,

Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2004

David, Rene dan J.E.C. Brierly, Major Legal System in The World Today, 1978.

Dupret, Baundouin La Charia Des Sources A La Pratique Un Concept Pluriel, Paris:

La Decouverte, 2014

El-Gamal, Mahmoud A. Islamic Finance Law, Economic, and Practice

Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Dalam Perspektif Hukum Dan Perundang-

Undangan, (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan

Diklat Kementerian Agama RI

Hakim, Cecep Maskanul, Belajar Mudah Ekonomi Islam: Catatan Kritis Terhadap

Dinamika Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia, Tangerang,

Shuhuf Media INsani, 2011

Ikatan Bankir Indonesia (IBI) dan Lembaga Sertifikasi Profesi Perbankan (LSPP),

Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank syariah, Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2015

isra, Saldi, dkk., Hasil peneliian Perkembangan Pengujian Perundang-undangan di

Mahkamah Konstitusi (dari Berfikir Hukum Tekstual ke Hukum Progresif),

t.tp: mahkamah Konstitusi dan Pusat Studi Konstitusi Fakultas Hukum

Universitas Andalas, 2010

K., Ahmad, Islamic Finance and Banking: The Challenge and Prospects, Review of

Islamic Economics, Vol. 9. 2000

Ka‟bah, Rifyal Penegakan Syariah Islam di Indonesia, Jakarta: Khairu Bayan, 2004

Kan, J. van dan J.H. Beekhuis, Pengantar Ilmu Hukum, Pustaka Sarjana, t.t.

Ma‟arif, A. Syafi‟I, et. al., Syariat Islam Yes Syariat Islam No: Dilema Piagam

Jakarta dalam Amandemen UUD 1945, Jakarta: Paramadina, 2001, Cet. 1.

Mahmasani, Sobhi Filsafat Hukum Islam, Bandung: al-Ma‟arif, 1976

Majma„ al-Fiqh al-Islami, Majallah, 1:388

Makhrus Munajat dkk., Objektivikasi Hukum Pidana Islam ke dalam Hukum

Nnasional. Jurnal Istiqra, Vol 03, no. 01 tahun 2004

Mandzur, Ibnu, Lisaan Al-Arab, Beirut: Dar Al-Fikr, 1997

Marzuki Wahid, Fikih Madzhab Negara: Kritik atas politik Hukum di Indonesia,

Yogyakarta: LKIS, 2001

Masykuri Abdullah, Formalisasi Syari‟at Islam di Indonesia, Jakarta: Renaissance,

2005

Page 149: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

136

Mertokusumo, Sudikno, Mengenal Hukum: Suatu Pengantar, Yogyakarta: Liberty

Yogyakarta, 2003

Mnyana Ranku, The Relationship Between Market Share and New Product Launch in

FMCG, Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

2009

Mudzhar, Atho

dalam bukunya “Esai-esai Sejarah Sosial hukum Islam” dengan Judul

The Legal Reasoing and Socio-Legal impact of The Fatwas of The Council of

Indonesian Ulama on economic Issues, Yogyakarta: pustaka pelajar, 2014

_______, Fatwas of The Council of Indonesian Ulama: A Study of Islamic Legal

Thought in Indonesian 1975-1988, Los Angeles: University of California,

1990

Otto, Jan Michiel, Sharia Incorporated Law: Governence, and Development

Research, Leiden: Leiden University Press, 2010

Petunjuk Pelaksanaan Pembukaan Kantor Bank Syariah, Jakarta: Bank Indonesia.

1999

Qudâmah, Ibn, Al-Mughnî Li ibn Qudâmah, (Mesir : Maktabah Jumhuriyah al-

'Arabiyah, t.th), juz V,

Ranggawidjaja, Rosjidi, Pengantar Ilmu Perundang-undangan Indonesia, Bandung:

Mandar Maju, 1998

Rivai, Veithzal, et.al, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi, Jakarta:

PT Bumi Aksara, 2010

Rosyadi, A Rahmat dan Rais Ahmad, Formalisasi Syariat Islam dalam Prespektif

Tata Hukum Indonesia, Bogor: Ghalia Indonesia, 2006

S.H., Siddiqui, Islamic Banking: True Modes of Financing, New Horizon, May-June,

(2001), h. 109.

Soekanto, Soerjono dan Mustafa Abdullah, Sosiologi Hukum dan Masyarakat,

Jakarta: PT. Rajawali, 1982

Soeroso, R., Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2001

Sopyan, Yayan, Islam-Negara; Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam

Hukum Nasional, Tangerang Selatan: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, t.t

Sumargono, Denny JA, HA, Kuntowijoyo, et.al., Negara Sekuler: Sebuah Polemik,

Jakarta: Putra Berdikari Bangsa, 2000

Sumarjan, Ichtijanto (ed.), Pengembangan Toeri Berlakunya Hukum Islam di

Indonesia,” dalam Tjun Sumarjan (ed.), Hukum Islam di Indonesia:

Perkembangan dan Pembentukan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994,

Cet. ke-2,

Page 150: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

137

Sunarto, Peran Aktif Hakim Dalam Perkara Perdata, Jakarta: Prenadamedia Grup,

2014

Syubair, Muhammad „Utsmân, al-Mu‟âmalah al-Mâliyah al-Mu‟âsirah, Yordania:

Dâr al-nafâ`is, 2008, Cet. ke-6

Usman, Suparman, Hukum Islam: Asas-asas dan Pengantar Studi Hukum Islam

dalam Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001

Usmani, Muhammad Taqi, An Introduction to Islamic Finance The Hague: Kluwer

International Law, 2002

Utrecht, E., Pengantar dalam Hukum Indonesia, Jakarta: Ichtiar, 1957

Weeramantry, CG., Islamic Jurisprudence: An Iternational Prespective, Kuala

Lumpur: The Other Press, 2001

Wehr, Hans, A Dictionary of Modern Written Arabic,J.Wilton Cowan (ed), Cet.III, Otto

Harrassowitz, Wiesbaden, 19971

Zaidan, Abdul Karim, Al-Madkhal li al-Darasah al-Syari‟ah al-Islamiyah, Beirut:

Resalah Publisher, 1969

Zevenbergen, Formele Encyclopedia der Rechtswetenschap, Gebr. Belifante:

s‟Gravenhage, 1925

Jurnal, Tesis, dan Disertasi:

Adams, Wahiduddin, Pola Penyerapan Fatwa Dewan Syariah Majelis Ulama

Indonesia (DSN-MUI), Desertasi UIN Jakarta, 2008

Addina, Amalia Nur, Pembiayaan Akad Musyarakah pada Pembiayaan Hunian

Syariah (Phs) di Bank Muamalat Indonesia Cabang Malang, Skripsi, Jurusan

Managemen Fakultas Ekonomi (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

Ali, Muhtar, Prospek Fatwa sebagai Hukum Positif di Indonesia: Suatu Tinjauan

Historis dan Yuridis, Disertasi Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2009

Banbury, Catherine M., “The Effect of Introducing Important Incremental

Innovations on Market Share and Business Survival.” Strategic Management

Journal, Vol. 16, 1995,

Chux Ghervase Iwu, “Impact of Product Development and Innovation on Market

Share.” African Journal of Business Management Vol. 4 (13), 4 October,

2010, 2659-2667

Faozan, Akhmad, Pola dan Urgensi Positivisasi Fatwa-fatwa Dewan Syariah

Nasional Majelis Ulama Indonesia tentang Perbankan Syariah di Indonesia,

Jurnal Al-Manāhij, Vol. X No. 2, Desember 2016

Page 151: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

138

Hasanah, Tuti, Transformasi Fatwa Dewan Syariah Nasional ke dalam Hukum

Positif, Tesis Pascasarjana IAIN Antasari Banjarmasin, 2014

Maksum, Muhammad, Kedudukan syariah sebagai sumber Hukum positif: Kajian

Awal atas Hukum Perkawinan, Ekonomi Islam, dan Hukum Ketenagakerjaan

di Indonesia dan Maroko, Istinbáth Jurnal of Islamic Law/Jurnal Hukum

Islam ISSN 1829-6505 vol. 15, No. 2.

_______ Kedudukan Syariah sebagai Sumber Hukum Positif: Kajian Awal atas

Hukum Perkawinan, Ekonomi Islam, dan Hukum Ketenagakerjaan di

Indonesia dan Maroko, Jurnal Istinbath, Vol. 15, No.2,

________ The Sharia Compliance of Islamic Multi Contract in Islamic Banking,

International Conference on Law and Justice (ICLJ 2017), Atlantis Press;

Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 162

Meera, Ahamed Kameel Mydin dan Dzuljastri Abdul Razak, Islamic Home

Financing through Musharakah Mutanaqisah and al-Bay‟ Bithaman Ajil

Contracts: A Comparative Analysis, Department of Business Administration

Kulliyyah of Economics and Management Sciences International Islamic

University Malaysia

Meera, Ahamed Kameel Mydin dan Dzuljastri Abdul Razak, Islamic Home

Financing through Musharakah Mutanaqisah and al-Bay„ Bithaman Ajil

Contracts: A Comparative Analysis, Review of Islamic Economics, Vol. 9, No.

2 2005

Mudzhar, Muhammad Atho dan Muhammad Maksum, Synergy or Conflict of Laws?

(Comparison between the Compilation of Rules on Shari‟ah Economy (KHES)

and the National Shari‟ah Board‟s (DSN) Fatwas), 682| AL-„ADALAH Vol.

XII, No. 4, Desember 2015

Omar, Basyir bin, Perjanjian Jual Beli Rumah Mengikut Perspektif Undang-Undang

Muamalah Islam, Disertasi Sarjana Jabatan Syariah dan Undang-Undang.

Kuala Lumpur: Akademi Pengajian Universiti Malaya, 2002=

Rahmi, Putrid Kamilatur, Implementasi Akad Musyarakah Mutanaqishah pada

Pembiayaan Kepemilikan Rumah di Bank Muamalat Lumajang, Iqtishoduna

Vol. 5 No. 1 April 2015

S.A., Rosly and Bakar, M.A.A., Performance of Islamic and mainstream banks in

Malaysia, International Journal of Social Economics, Vol. 30 No. 12, (2003)

Syamsoni, Ujang Ruhyat Taqnin Al-Ahkam (Legislasi Hukum Islam Ke Dalam

Hukum Nasional), Jurnal Nur El-Islam, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015

Taib, Fauziah Md. and T. Ramayah, Faktors Influencing Intention to use Diminishing

Partnership Home Financing, International Journal of Islamic and Middle

Eastern Finance and Management Vol. 1 No. 3, 2008

Page 152: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

139

Wahid, Soleh Hasan pola Transformasi Fatwa Ekonomi Syariah Dsn-Mui Dalam

Peraturan Perundang-undangan di Indonesia, Jurnal Hukum Islam al-Ahkam

DOI: 10.21274/ahkam.2016.4.2.171-198

Wahiduddin Adams, Pola Penyerapan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam

Peraturan Perundang-undangan 1975-1997, Jakarta: UIN Syarif

Hidayatullaj, 2002 Disertasi tidak dipublikasikan

Kamus, Booklet,

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. III Jakarta:

Balai Pustaka, 2005

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka, 2005

Departemen Perizinan dan Informasi Perbankan Otoritas Jasa keuangan, Booklet

Perbankan Indonesia 2014, edisi 1 Maret 2014 ISSN : 1858 - 4233

Indonesia, Undang-undang tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional Tahun 2005-2025, Undang-undang No. 17 Tahun 2007, LNRI No.

33 Tahun 2007, TLNRI No. 4700

Divisi Pengembangan Produk dan Edukasi, Departemen Perbankan Syariah dan

Otoritas Jasa Keuangan, Standar Produk Perbankan Syariah Musyarakah dan

Musyarakah Mutanaqishah, Jakarta: t.tp, 2016

Undang-undang, Fatwa, dan Wawancara:

Al-Qur`an

Departemen Agama RI, Komplilasi Hukum Islam di Indonesia, 2002

Fatwa DSN-MUI No. 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan musyârakah

Fatwa DSN-MUI No. 09/DSN-MUIlIV/2000 tentang Ijârah

Fatwa DSN-MUI No. 73/DSN-MUI/XI/2008 tentang musyârakah mutanâqisah

Fatwa DSN-MUI No. 85/DSN-MUIIXll/2012 tentang Janji (Wa'd) dalam Transaksi

Keuangan dan Bisnis Syariah

PBI No.10/17/PBI/2008 Tentang Produk Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah

Peraturan Bank Indonesia No.11/25/PBI/2009

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 Pelaksanaan Good Corporate

Governance Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Page 153: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

140

Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen

Risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

SEOJK No.36/SEOJK.03/2015 tentang Produk Dan Aktivitas Bank Umum Syariah

Dan Unit Usaha Syariah.

Surat Edaran Bank Indonesia No.14/33/DPbS perihal Produk Bank Syariah dan Unit

Usaha Syariah

Surat Edaran Bank Indonesia No.15/40/DKMP tentang perihal penerapan Manajemen

Risiko pada Bank yang Melakukan Pemberian Kredit atau Pembiayaan

Pemilikan Properti, Kredit atau Pembiayaan Konsumsi Beragun Properti, dan

Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor

Surat Keputusan DSN-MUI NO.01/DSN-MUI/X/2013 Tentang Pedoman

Implementasi Musyârakah Mutanâqisah dalam Produk Pembiayaan.

Undang-undang Dasar 1945 Perubahan Keempat.

Undang-undang No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan.

Undang-undang No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman

Undang-undang No.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

Undang-undang No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

Wawancara dengan Sefrina widianti, Deputi direktur devisi pengaturan departemen

perbankan syariah OJK tanggal 24/05/2018

Dan lain lain.

Internet:

Fungsi Bank Indonesia: Visi dan Misi, https://www.bi.go.id/id/tentang-bi/fungsi-

bi/status/Contents/Default.aspx diakses pada 15 Novenber 2018

GBHN tahun 1999

http://www.infobanknews.com/2011/01/bi-inovasi-produk-menjadikunci-sukses-

perbankan syariah/ diakses tanggal 5 Desember 2012.

https://economy.okezone.com/read/2012/03/30/316/602652/pembiayaan-bagi-hasil-

musyarakah diakses pada 9 Juli 2018

Husein, Syafriman dalam http>//ilmuhukumusk.blogspot/2013/05/legisme-hukum-

dan-positivisme-hukum.html diakses pada tanggal 12 Novenber 2018

Meri, Josef W., Medieval Islamic Civilization: An Encyclopedia. t.t.: Psychology

Press. 2005 Fungsi Bank Indonesia: Status dan Kedudukan Bank Indonesia,

Page 154: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

141

https://www.bi.go.id/id/tentang-bi/fungsi-bi/status/Contents/Default.aspx

diakses pada 15 Novenber 2018

Mubarok, Jaih, “Struktur DSN-MUI”,

http://majelispenulis.blogspot.com/2016/05/peran-dewan-syariah-

nasional.html diakses pada 15 Novenber 2018

Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 Tentang

Otoritas Jasa Keuangan (UU OJK)" Pasal 7. UU OJK dapat diakses di

http://www.bapepam.go.id/bapepamlk/others/UU-21-2011-OJK.pdf

Page 155: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

142

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Najikha Akhyati

Tempat/Tanggal Lahir : Jombang/25 Januari 1988

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : jl. Purnawarmman Komplek Puspa Asri Residence

No. A5 RT. 003/012 Pisangan Ciputat Timur Cirendeu

Banten Tangerang Selatan

Hp. : 085777758845

Riwayat Pendidikan : 2000 MI Al-Urwatul Wutsqo Jombang

2004 MTS Al-Urwatul Wutsqo Jombang

2007 MA Perguruan Muallimat Jombang

2007 Madrasah Hifzil Quran Walisongo Jombang

2014 SI Institut Ilmu Al-Qur`an, fakultas Syariah,

Jurusan Muamalat

2014 SI International Institute for Hadis Sciences of

Darus Sunnah Jakarta

Nama Ayah/Pekerjaan : Abd Mughni/Guru

Nama Ibu/Pekerjaan : Siti Asiyah (alm)/ -

Demikian daftar riwayat hidup penulis.

Jakarta, 25 Novenber 2018

Penulis,

Najikha Akhyati

NIM. 21140433100012

Page 156: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

143

HASIL WAWANCARA DENGAN PIHAK OTORITAS JASA KEUANGAN

TENTANG TRANSFORMASI FATWA DSN-MUI TENTANG AKAD

MUSYÂRAKAH MUTANÂQISAH

Narasumber : Sefrina widianti

Jabatan : Deputi Direktur Devisi Pengaturan Departemen Perbankan Syariah

Otoritas Jasa Keuangan

Hari/tanggal : 24 Mei 20018

Tempat : Gedung Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Lantai 20 Departemen

Perbankan Syariah

1. Bagaimana Hubungan antara OJK dan BI?

Hubungan BI dan OJk dari sudut pandangnya kalo BI memandang (regulasi)

ekonomi secara makroprudensial sedangkan OJK secara mikroprudensial.

Keduanya merupakan lembaga Negara yang dibetuk oleh Negara melalui undang

undang. OJK dibentuk pada tahun 2011. UU OJK pasal 55

2. Bagaimana sistem/prosedur penerbitan suatu regulasi/peraturan oleh OJK, apakah

melibatkan pihak lain?

Tidak semua POJK dibuatkan SEOJK, itu tergantung pada amanat POJK nya.

Dan OJK memiliki prosedur tahapan (rules of making), secara garis besar sebagai

berikut:

a. direktorat melakukan kajian, dengan merumuskan kajian terlebih dahulu

suatu perkara yang akan diundangkan

b. Setelah rumusan kajian selesai dibuat, dan disetujui oleh pimpinan OJK

c. Selanjutnya akan disusun drafting ketentuan dan disampaikan kepada

anggoa dewan komisioner

d. Diajukan tanggapan tertulis kepada stakeholders. Stakeholders adalah

perrwakilan dari DSN-MUI, MES, perwakilan dari lembaga keuangan

syariah, dan advokad dan lain sebagainya.

Page 157: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

144

e. Rapat jejak pendapat dengan stakeholders.

f. Dilakukan kompliar, dalam tahapan ini, direktorat akan memiilah-milah

tanggapan dari stakeholders yang bisa dan tidak bisa diakomodir, tegantung

konteks di mana tanggapan tersebut sesuai atau tidak dengan standard OJK

g. Setelah finalisasi tanggapan, kemudian dilakukan RDK (Rapat Dewan

Komisioner), dalam rapat ini akan memutuskan bahwa suatu peraturan bisa

diterbitkan atau tidak.

Kami tidak melibatkan DPR. Karna OJK adalah lembaga independent.

3. Bagaimana peran Komite Perbankan Syariah (KPS) saat ini?

KPS sudah tidak ada. Sejak 2014, sebagian tugas BI beralih ke OJK, KPS dihapus,

diperluas fungsinya menjadi KPJKS (Komite Pengembangan Jasa Keuangan Syariah).

Jadi tugasnya tidak hanya terbatas mengkaji tentang Perbankan syariah, tapi semua

kegiatan jasa keuangan yang berbasis syariah dan non syariah, seperti pasar modal juga.

4. Apa saja yang menjadi dasar pertimbangan dibuat dan diterbitkannya suatu POJK dan

SEOJK (tentang perbankan syariah)?

PBI akan tetap berlaku selama belum ada POJK/SEOJK baru yang

menggantikannya. Dengan kata lain, OJK memiliki banyak tugas, banyak

POJK/SEOJK yang sudah dikeluarkan OJK, tapi banyak juga peraturan

perbankan syariah yang masih mengacu kepada PBI/SEBI.

5. Bagaimana proses regulasi tentang produk pembiayaan kepemilikan rumah dengan

menggunakan akad musyârakah mutanâqisah pada SEBI No.15/40/DKMP dan SEOJK

No.36/SEOJK.03/2015?

Prosesnya sama sebagaimana rules of making yang saya sebutkan tadi.

6. Ada perbedaan antara subtansi fatwa DSN dengan POJK/SEOJK/SEBI yang dikeluarkan

oleh OJK, mengapa? Menurut fatwa DSN-MUI, harusnya akad musyârakah mutanâqisah

ditujukan untuk pembiayaan produktif, bukan konsumtif seperti pembiayaan KPR yang

diaplikasikan di perbankan syariah!

Tidak tahu. Yang jelas, sebagaimana disebutkan tadi, OJK memiliki rules/prosedur

sendiri dalam membuat dan menerbitkan peraturan. Tidak mungkin ada yang berbeda.

Apalagi OJK mengajak duduk banyak stakeholders dalam perumusannya termasuk pihak

Page 158: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,

145

DSN-MUI. Jadi tidak mungkin berbeda. Hubungannya dengan jenis pembiayaan

Konsumtif atau produktif, OJK punya pakem sendiri yang harus dipatuhi perbankan

syariah. Yang penting, setiap produk baru yang diajukan harus ada dan sesuai dengan

produk induk yang ditentukan OJK.

Page 159: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,
Page 160: TRANSFORMASI FATWA DSN MUI TENTANG AKAD … · The Relationship Between Market Share and New Product Launch in FMCG (Pretoria: Gordon Institute of Business Science University of Pretoria,