tranformasi pelayanan kesehatan mewujudkan pelayanan...
TRANSCRIPT
Tranformasi pelayanan kesehatan mewujudkan pelayanan aman dan berkualitas
Nenny Puji Lestari,1 Deni Kurniadi Sunjaya
2
1Mahasiswa IKM Unpad,
2IKM FK Unpad
Abstrak
Pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas telah menjadi kebutuhan dasar seluruh
masyarakat. Fenomena maraknya medical tourism membuktikan hal tersebut. Perilaku pencarian
pelayanan kesehatan masyarakat saat ini tidah terbatas pada pelayanan kesehatan pada
umumnya. Mereka lebih perhatian dan menginginkan pelayanan berkualitas. Hal ini dapat
dipenuhi dengan penyediaan pelayanan yang berkualitas dan aman. Tujuan dari kajian ini untuk
melihat bagaimana perbaikan pelayanan kesehatan dalam konsep mutu dan keselamatan pasien.
Kajian ini dilakukan terhadap sejumlah pengalaman dari institusi kesehatan yang telah
melakukan perbaikan dalam pelayanan. Analisis dilakukan berdasarkan teori dan isu
keselamatan pasien yang ada saat ini.
Terbukti bahwa terdapat 4 solusi untuk perbaikan pelayanan kesehatan yang dilakukan di
sejumlah rumah sakit yaitu : 1. Dukungan pemimpin yang memiliki visi, 2. Pemanfaatan
teknologi, 3. Regulasi yang responsif, 4. Sumber daya yang memadai. Transformasi pelayanan
kesehatan menjadi upaya untuk peningkatan kualitas dan keamanan dalam pelayanan kesehatan.
Lima hal yang ditawarkan oleh National patient safety foundations untuk peningkatan kualitas
pelayanan seperti, pelayanan terintegrasi, keterlibatan pasien dalam pelayanan, iklim kerja yang
kondusif dan reformasi pendidikan kesehatan.
Saat ini, perbaikan pelayanan yang berkualitas dan aman sudah harus dilakukan di
seluruh fasilitas pelayanan kesehatan. Hal ini dapat ditempuh dengan pendekatan transaksional
dan tranformasional untuk perbaikan kualitas pelayanan bagi keselamatan pasien.
Kata kunci : Transformasi pelayanan kesehatan, kualitas dan keselamatan pasien
Abstract
Quality and safety health care has become basic community needs. Medical tourism
phenomenon has proved it. For now, people health seeking behavior not limited in generally
health care. They more wanted and respect to qualified care than before. So it would be cleared
with make available safe and quality health care. The purpose these review to see how about
improve health care in quality and patient safety concept
This review examines a number of health institutions experience on quality improved. It
would be analyze with theory and safety current issue to explain that.
Evidence from 4 solutions to improve quality health care : 1. Visionary leader support,
2. Technology utilization, 3. Responsive regulation and 4. Adequate resources. Healthcare
transformation as effort to makes better quality and safety care. Five transformations vision by
national patient safety foundation is transparency, integrated care platform, patient involvement,
joy and meaning work and medical education reform.
In recent years, quality and safety improved should be done to all of healthcare facilities.
This will help to improve healthcare with transactional and transformational approach for safety
patient care.
Key word : Healthcare transformation, quality and patient safety
Pendahuluan
Pelayanan kesehatan yang berkualitas merupakan harapan terbesar bagi setiap konsumen
kesehatan. Layaknya orang memilih restoran, aspek kualitas menjadi hal penting dalam
menentukan pilihan atas pelayanan yang ada di restoran tersebut. Demikian pula dengan
pelayanan kesehatan yang dengan keragaman produk jasa yang dihasilkan, menuntut adanya
standar kualitas dari produk layanan yang ditawarkannya.
Standar kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas kesehatan akan
mempengaruhi konsumen dalam memilih pelayanan untuk dirinya. Maraknya fenomena medical
tourism yang melanda masyarakat kita dimana mereka lebih memilih produk layanan kesehatan
yang ditawarkan di negeri tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Menurut Dirjen Bina Upaya
Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Supriyantoro, yang menjadi daya tarik
Singapura menjadi tujuan wisata medis adalah kualitas pelayanan kesehatan yang diberikannya
sebagaimana dilansir dalam Tribunenews.com, Jakarta. 1
Kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan fasilitas kesehatan di negara-negara tujuan
wisata medis tersebut dibuktikan dengan pemenuhan standar kualitas internasional. Bandingkan
dengan kondisi di negara kita, seperti yang disampaikan Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi dalam
kunjungan kerjanya di RSUP dr Kariadi Semarang menyebutkan baru 50% dari seluruh rumah
sakit di Indonesia yang terakreditasi oleh Kemenkes. Untuk pemenuhan standar kualitas
internasional baru 5 rumah sakit swasta yang memiliki lisensi internasional.2
Undang-Undang (UU) Kesehatan Nomor 36/2009 memberikan tangggung jawab terhadap
pemerintah untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau bagi
seluruh masyarakat. Demikian pula dengan UU Rumah Sakit no 44/2009 yang secara tegas
menyatakan bahwa mutu pelayanan dan keselamatan pasien merupakan dasar dan tujuan dalam
penyelenggaraan rumah sakit. Peraturan-peraturan ini memberikan gambaran pentingnya sebuah
pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas yang harus disiapkan sebagai bagian dari system
kesehatan.
Pada saat ini kualitas pelayanan kesehatan memasuki era keselamatan pasien sebagai fokus
utamanya. Keselamatan pasien sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia 3
Pelayanan medis yang tidak aman mengakibatkan peningkatan potensi morbiditas dan mortalitas
serta beban financial bagi system kesehatan dan masyarakat. 4 Oleh karena itu, upaya pelayanan
kesehatan yang berorientasi pada keselamatan pasien (patient centered care) mutlak diperlukan
untuk menjawab permasalahan tersebut.
Patient centered care menjadi konsep penting dalam peningkatan pelayanan kesehatan.
Tiga aspek utama pelayanan yang berorientasi pada pasien dalam perspektif individu adalah (1)
mengutamakan kebutuhan pasien dalam pelayanan, (2) melibatkan pasien dalam seluruh tahap
pelayanan (no decision about me without me), dan (3) menjadikan pasien merasa sebagai satu-
satunya pasien yang ditangani. Dimensi patient-centered care itu sendiri dari sisi system
pelayanan kesehatan adalah interpersonal (relationship), klinis (care provision), dan struktural
(system) 5
Sebuah pelayanan dinyatakan berkualitas atau tidak, dapat ditentukan dengan terpenuhinya
lima hal yaitu: (1) responsiveness (ketanggapan), (2) reliability (keandalan, (3) emphaty
(kepedulian), (4) assurance (jaminan) dan (5) tangible (kasat mata). Namun dengan kekhasan
karakteristik yang ada pada pelayanan kesehatan, menurut Institute of Medicine (IOM) dimensi
kualitas pelayanan kesehatan juga diukur melalui aspek keselamatan pasien, efisiensi, efektifitas,
ketepatan waktu, berorientasi pada pasien dan memenuhi asas keadilan. Lebih jauh disebutkan,
bahwa langkah kritis pertama dalam memperbaiki kualitas pelayanan adalah dengan menerapkan
upaya keselamatan pasien dalam setiap tindakan pelayanan. 6
Menjawab kebutuhan untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas
sebagai kewajiban negara melalui penyelenggaraan system kesehatan nasional, Kementerian
Kesehatan menargetkan 10 rumah sakit (RS) pemerintah mencapai standar internasional oleh
Joint Commision International (JCI) hingga 2014 nanti. Untuk RS lainnya didorong untuk
mempersiapkan institusinya untuk memenuhi standar JCI sebagai sertifikasi kualitas pelayanan
kesehatan yang mengedepankan manajemen keselamatan pasien.
Target dan harapan pemenuhan standar JCI di setiap fasilitas kesehatan ini memerlukan
kesiapan seluruh stakeholder kesehatan terutama di RS sebagai sasaran utamanya. Pelayanan
yang mengutamakan keselamatan pasien sebagai prioritas, menjadi tantangan bagi RS dan
manajemen untuk peningkatan penampilan organisasi. Meningkatkan mutu dan keselamatan
pasien memerlukan upaya perubahan dengan kombinasi pendekatan transaksional dan
tranformasional. Kombinasi dua pendekatan tersebut akan lebih menjamin keberhasilan
perbaikan kinerja RS menciptakan pelayanan yang aman dan berkualitas. Pada akhirnya,
bagaimana transformasi yang harus dilakukan di pelayanan kesehatan untuk dapat memenuhi
harapan dalam mewujudkan pelayanan yang aman dan berkualitas?
Melalui kajian literatur tentang kualitas dalam pelayanan kesehatan serta keselamatan
pasien sebagai salah satu dimensi dalam menilai mutu pelayanan kesehatan, kami mencoba
mengulas tentang pelayanan kesehatan dalam konsep mutu dan keselamatan pasien. Isu seputar
pelayanan kesehatan secara global serta pengalaman beberapa institusi pelayanan kesehatan
dalam upaya mencapai kualitas pelayanannya, dijadikan sebagai insight dalam membuka
presfektif baru untuk perubahan kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik.
Pelayanan kesehatan dalam system kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sebuah sistem kesehatan. WHO
mendifinisikan pelayanan kesehatan sebagai sekumpulan input yang dikombinasikan untuk
menghasilkan pelayanan dalam bentuk serangkaian intervensi atau tindakan kesehatan.7
Pelayanan kesehatan yang baik adalah dimana pelayanan yang diberikan efektif, aman, dan
berkualitas baik untuk individu atau kelompok. 8
Sistem kesehatan itu sendiri terbangun dari sekumpulan kegiatan yang memiliki tujuan
untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan, yang dalamnya terdapat organisasi-organisasi,
institusi dan sumber daya kesehatan.9 Secara umum, fungsi yang ada dalam sistem kesehatan
adalah : (1) stewardship; (2) pelayanan kesehatan; (3) pembiayaan kesehatan; dan (4) sumber
daya kesehatan.
Keselamatan pasien dalam mutu pelayanan kesehatan
Keselamatan Pasien (Patient Safety) menurut IOM didefinisikan sebagai layanan yang
tidak mencederai atau merugikan pasien (freedom from accidental injury). Accidental injury
dapat disebabkan karena error yang meliputi kegagalan suatu perencanaan atau memakai
rencana yang salah dalam mencapai tujuan. Accidental injury juga akibat dari melaksanakan
suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(omission).10
Aplikasi dari keilmuan keselamatan pasien ini dalam upaya mencapai tujuan
penyediaan pelayanan kesehatan yang terpercaya.11
Mutu pelayanan kesehatan merupakan sebuah kinerja yang menunjuk pada
kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang di satu pihak dapat memberikan kepuasan pada pasien
sesuai tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta di pihak lain tata cara penyelenggaraannya
sesuai standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan 6. Hal ini memberikan makna bahwa
kualitas pelayanan kesehatan harus memenuhi harapan dari hasil dan manfaat bagi individu dan
masyarakat dengan memperhatikan standar profesionalisme dan berbasis ilmu pengetahuan,
fokus pada tata kelola klinis yang didasari pada efektivitas pemberian layanan kesehatan secara
konsisten 12
Keselamatan pasien merupakan unsur penting dalam sebuah pelayanan kesehatan.
Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan salah satunya menempatkan keselamatan pasien
sebagai tujuan yang harus dicapai pada abad 21, selain efisiensi, efektif, tepat waktu, berorientasi
pada pasien dan adil.13
Transformasi pelayanan kesehatan berorientasi keselamatan pasien
Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan secara kontinyu harus selalu dilakukan.
Menurut Berwick, upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan digambarkan dalam skema
dengan efek berantai dengan melibatkan 4 unsur dalam pelayanan kesehatan yaitu : (1) pasien
dan masyarakat; (2) system mikro; (3) konteks organisasi; (4) lingkungan.14
Salah satu upaya perbaikan kualitas pelayanan kesehatan dengan berorientasi pada
keselamatan pasien dapat ditempuh dengan mengkombinasikan pendekatan transaksional dan
transformasional. Model ini dikembangkan oleh Raj Behal dengan berdasarkan pada teori Burke
dan Litwin. Pendekatan transaksional ditempuh melalui pembentukan struktur organisasi,
kebijakan, prosedur baru dan penerapan system pelaporan berbasis elektronik. Sedangkan
pendekatan transformasional melalui kepemimpinan, misi dan strategi serta budaya organisasi.15
National Patient Safety Agency (NSPA) sebuah agensi di Inggris menerbitkan tujuh
langkah keselamatan pasien untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Inggris. Tujuh
Langkah tersebut diantaranya : (1) membangun budaya keselamatan pasien; (2) pimpinan dan
dukungan staf; (3) integrasi aktivitas manajemen risiko; (4) membangun system pelaporan; (5)
melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien dan publik; (6) belajar dan berbagi pengalaman
tentang keselamatan pasien; (7) implementasi solusi untuk mencegah kerugian.16
Ketujuh
langkah ini yang kemudian di adaptasi di berbagai negara termasuk Indonesia untuk mencapai
tujuan keselamatan pasien di pelayanan kesehatan.
Perkembangan pelayanan kesehatan yang mengedepankan keselamatan pasien di seluruh
dunia dalam 13 tahun terakhir ini masih bergerak secara perlahan. 17
Di Indonesia, kampanye
gerakan keselamatan pasien yang dimulai sejak 2005 hingga saat ini belum menunjukkan hasil
yang optimal. Pembentukan Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit yang ditetapkan
melalui Permenkes 1691/Menkes/Per/VIII/2001 sebagai salah satu strategi regulasi diharapkan
mampu mempercepat pencapaian keselamatan pasien untuk peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan.
Pertemuan internasional di Paris pada April 2012 yang membahas tentang Quality And
Safety in Healthcare memberikan gambaran tentang budaya mutu untuk keselamatan pasien
tidak hanya bercermin pada dunia penerbangan biasa. Akan tetapi sudah merefleksikan diri pada
aerospace dan formula 1. 18
Budaya yang dibangun di kedua organisasi yang bergerak di bidang
aerospace dan formula 1 ini tidak memberikan peluang untuk terjadinya kesalahan sekecil
apapun. Belajar pada pengalaman kegagalan misi Chalengger 1986, hal ini memacu organisasi
untuk lebih proaktif mengembangkan budaya keselamatan. sehingga kondisi normalization of
deviance yang memicu kegagalan tersebut tidak terulang lagi.
Di dunia kesehatan, kondisi normalization of deviance dalam tindakan dan pelayanan
kesehatan seringkali ditemukan. 18
Situasi yang menyimpang namun dianggap normal ini dalam
pelayanan kesehatan diantaranya seperti kebiasaan tidak menggunakan alat pelindung diri
(APD), personal hygiene petugas, tidak terbiasanya menngunakan checklist surgery pada proses
pembedahan dan masih banyak lagi yang lainnya. Kondisi ini berpotensi terhadap terjadinya
kesalahan yang fatal dalam pemberian pelayanan kesehatan. Hal ini menjadi tugas besar bagi
sector kesehatan dalam upaya perbaikan pelayanan kesehatan yang lebih aman dan berkualitas.
Tantangan sektor kesehatan dalam perbaikan kualitas pelayanan membutuhkan strategi
yang tidak sederhana. Implementasi regulasi tentang mutu dan keselamatan pasien dari tingkat
pusat, daerah hingga unit pelayanan (Dinas Kesehatan, RS dan Puskesmas), manajemen
keselamatan yang reaktif dan proaktif di organisasi pelayanan kesehatan 19
dan penerapan
pelayanan bersertifikasi internasional adalah beberapa strategi yang dapat ditempuh.
Sebagaimana disampaikan oleh Prof Utarini bahwa regulasi yang responsif dapat mempercepat
keberhasilan intervensi mutu pelayanan dan keselamatan pasien.20
Upaya dan strategi yang ada tersebut memerlukan kontinyuitas dalam pelaksanaannya.
Kepemimpinan dan komitmen yang kuat dari stakeholder menjadi hal penting dalam
keberhasilan pelaksanaan strategi tersebut. Pemahaman akan budaya mutu dalam pelayanan
kesehatan perlu di tumbuhkan si seluruh lapisan stakeholder kesehatan yang termasuk
didalamnya para pengambil kebijakan di tingkat daerah. Hal ini sebagaimana teori Berwick
dalam peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
Pemahaman tentang budaya mutu di Indonesia menghadapi dua front yang berbeda.21
Disatu sisi berhadapan dengan persiapan menghadapi BPJS yang masih berkutat dengan akses
dan keterjangkauan pelayanan. Disisi yang lain, tantangan pasar global sector kesehatan yang
menawarkan pelayanan berkualitas yang menjadikan Indonesia sebagai target pasar dan bukan
penyedia layanan yang berkualitas. Ironinya, di kedua sisi ini belum menempatkan mutu
pelayanan kesehatan di Indonesia sebagai skala proiritas. 21
Mengatasi hal ini, diperlukan transformasi melalui perubahan yang terencana di sector
kesehatan terutama untuk peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien. Pendekatan
Berwick dapat diaplikasikan dalam analisis masalah dan penetapan solusi peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan.
Solusi melalui perubahan terencana di sektor kesehatan dapat ditempuh dalam 2
pendekatan yaitu : (1) perbaikan tata kelola system kesehatan: dan (2) perbaikan mutu pelayanan
di RS. 21
Melalui kolaborasi di dua solusi ini diharapkan dapat membentuk perubahan sikap dan
perilaku yang akhirnya mengubah iklim organisasi dan budaya pada kurun waktu yang
ditentukan. Untuk menuju kondisi perubahan yang diharapkan tersebut diperlukan
kepemimpinan yang memiliki komitmen dan passion yang kuat di bidang keselamatan dan
kualitas pelayanan.
Penguatan kepemimpinan yang berkomitmen dalam transformasi pelayanan kesehatan
menjadi kunci keberhasilan mewujudkan pelayanan berkualitas. Pada pelayanan kesehatan di
RS, para pemimpin tersebut datang dari pemimpin di lingkungan eksternal RS, pemimpin
internal RS, dan pemimpin dalam proses klinis. 21
Kolaborasi kepemimpinan di tiga aspek ini
akan mampu membawa perubahan positif dalam budaya mutu dan keselamatan di pelayanan
kesehatan.
Implemetasi langkah yang telah diterapkan di RS Anak Cincinnati dan Royal Children
Hospital (RCH) di Australia menunjukkan hasil yang positif dalam pengembangan keselamatan
pasien untuk peningkatan kualitas pelayanan. Komitmen organisasi yang tinggi dengan
kerjasama semua komite yang ada di RCH berdampak pada penguatan kinerja rumah sakit dalam
memberikan pelayanan bagi masyarakat. Penggunaan strategi pemanfaatan IT dan strategi
pengembangan SDM dengan HealthSMART juga merupakan langkah yang ditempuh untuk
optimalisasi program keselamatan pasein di RCH 22
Pada salah satu sesi dalam konferensi internasional ISQua ke 29 di Genewa 21-24 Oktober
2012, dikemukakan wacana penerapan budaya mutu dan keselamatan tidak terbatas pada
lingkungan RS semata, namun lebih luas di seluruh pelayanan kesehatan. Hal ini dipandang
penting terutama pada pelayanan kesehatan dasar dalam upayanya memenuhi pelayanan
kesehatan universal. 23
Hal ini menjadi tantangan yang lebih besar bagi stakeholder kesehatan
tingkat nasional dan regional untuk dapat mengantisipasi kebutuhan tersebut.
Transformasi pelayanan kesehatan dapat dipandu dengan strategi yang di tawarkan The
Lucian Leape Institute dengan National Patient Safety Foundation. Lima konsep untuk visi
transformasi pelayanan kesehatan daiantaranya adalah : (1) transparansi; (2) bentuk pelayanan
yang terintegrasi; (3) keterlibatan konsumen (pasien); (4) Joy and meaning work (iklim kerja
petugas) dan (5) reformasi pendidikan kedokteran.17
Pengalaman sejumlah rumah sakit di Indonesia dalam membangun budaya keselamatan
pasien untuk pelayanan yang berkualitas ditempuh melalui berbagi pendekatan. Perubahan
sistem yang fundamental ditempuh RS Cipto Mangunkusumo dengan pengembangan pola pikir
“The House of Quality and Patient Safety of RS Ciptomangunkusomo” dengan 4 pilar utama
yaitu : (1) proses manajemen risiko; (2) 7 langkah menuju keselamatan pasien; (3) Tujuan
keselamatan pasien dan (4) 6 dimensi keselamatan pasien. Penerapannya melalui kepemimpinan
dan edukasi berkelanjutan kepada staf, serta kerjasama tim dan komunikasi efektif. 24
Pengalaman yang tidak jauh berbeda juga ditempuh oleh RS Tarakan yang menerapkan
starategi komunikasi efektif manajer dan manajer klinis dalam mencapai visi RS “safety, trusteed
and satisfaction”. Penyederhanaan struktur organisasi untuk memudahkan komunikasi dan
pemanfaatan teknologi merupakan langkah yang di tempuh RS tarakan. Komitmen pimpinan
dalam shared value and vision melalui komunikasi berbasis karakter staf merupakan kekuatan
dalam transformasi budaya mutu dan keselamatan di RS Tarakan. 25
Tidak berlebihan kiranya bagi sektor kesehatan untuk mengambil langkah maju untuk
memulai upaya transformasi di pelayanan kesehatan mulai saat ini. Mengingat kompleksitas
pelayanan kesehatan, kita percaya bahwa pelayanan kesehatan sudah seharusnya menjadi “high
reliability organization” yang memerlukan akuntabilitas dalam konsistensi pelayanan yang
aman, efektif dan berfokus pada pasien. IOM merekomendasikan untuk adanya perubahan dalam
sistem kesehatan dan langkah perubahan yang radikal adalah dengan “think about care and how
it is provided”. Pelayanan kesehatan tidak hanya memerlukan perbaikan tetapi sebuah
transformasi.17
Simpulan
Kualitas dan keselamatan dalam pelayanan kesehatan merupakan dua hal yang saling
terikat satu dengan lainnya. Pelayanan yang berkualitas pada saat ini sudah sampai pada era
keselamatan pasien sebagai tolok ukurnya. Pelayanan kesehatan yang berfokus pada pasien
menjadi dasar di beberapa institusi pelayanan kesehatan dalam menggerakkan organisasinya
menuju pelayanan yang berkualitas. Dengan strategi yang tepat, keberhasilan memenuhi harapan
pelayanan yang berkualitas dapat diwujudkan.
Pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas dapat terselenggara melalui upaya
perbaikan dan perubahan yang terencana dengan memadukan pendekatan transaksional dan
transformasional. Sejumlah pengalaman memberikan gambaran bahwa sebuah transformasi
dapat menjadi pintu masuk untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Dukungan kepemimpinan
yang visioner dan berkomitmen tinggi, pemanfaatan teknologi, dukungan regulasi yang responsif
serta sumber daya yang memadai, menjadikan pelayanan yang aman dan berkualitas bukan
sekedar angan. Akan tetapi dapat di wujudkan.
Menuju sebuah pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas tentunya memerlukan
strategi dan tahapan yang tidak sederhana. Kesiapan stakeholder di pelayanan kesehatan menjadi
hal penting untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk itu diperlukan analisis yang berkelanjutan
dengan mengaplikasikan pendekatan Berwick dalam perbaikan kualitas pelayanan. Analisis ini
akan membantu dalam memahami tingkat kebutuhan di setiap pelayanan kesehatan yang pada
akhirnya dapat dijadikan langkah dalam menentukan strategi transformasi yang dapat ditempuh
oleh pelayanan kesehatan.
Ucapan terima kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Deni K. Sunjaya, dr., DESS atas telaah dan
perbaikan selama proses diskusi dan bimbingan.
Daftar Pustaka
1. Ini yang bikin orang Indonesia berobat ke Singapura, Tribunnews.com [diunduh pada 24
november 2012] terdapat pada www. tribunnews.com/2012/11/08
2. Seribu RS belum terakreditasi, Suara merdeka.com, [diunduh pada 24 november 2012]
terdapat pada www.suaramerdeka.com/vi/indek.php/read/news/2012/11/24/13676/
3. WHO, Patien safety research: a guide for developing training programmes, Geneve 2012
[diunduh pada 21-11-2012] terdapat pada http ://www.who.intl/pasien safety/research
4. Ashish Jha dan David Bates ., Global burden of unsafe care disampaikan pada 29th ISQua
International Conference, Geneva, 21-24 October 2012, [diunduh pada 21-11-2012]
5. Adi Utarini Kompetensi manajer dan manajer klinis rumah sakit dalam pengembangan
patient centered care, disampaikan dalam seminar ilmiah 20 tahun MMR UGM dan Forum
mutu IHQN VIII, Yogyakarta 10-13 Oktober 2012
6. Institute of Medicine: Crossing the quality chasm: A new health system for the 21th century.
Washington DC: National Academy Press; 2001
7. Mursaleena I, Health System assessment apparoach ; A How to manual. Arlington, VA;
USA Agency for international –Management science for health; 2006
8. The right to health-the fact sheet. Geneva; WHO; 2007 [diunduh 4 nopember 2011] tersedia
pada ; http ://who.int
9. Health System Improving Performance. WHO; 2000 Departemen Kesehatan RI. Panduan
Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta; 2006 hal 1-46
10. Departemen Kesehatan RI. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta;
2006 hal 1-46
11. Grant T Savage & Eric S Williams, Performance Improvement in Health Careuality, 2008
12. Linda Emanuel DB, Conway J, Comber J, Hatlie M, Leape L et al. What exactly is patient
safety? [serial on internet] [diunduh 2 Juli 2012] tersedia dari http;//www.ihi.org
13. Flynn E. Summary of crossing the quality of chasm: A new system for 21th century dalam
The Patient Safety Handbook. 2004 [diunduh 25 Juni 2012]; 25-34
14. Berwick DM, A User‟s manual for the IOM‟s „quality chasm‟ report. Health Affairs. 2002
[diunduh 2 Juli 2012] ; 20; 80-90 tersedia dari http ://content.health affairs.org/content/
21/3/80 full.pdf
15. Raj Behal. An Organization Development Framework for Rtanformaational Change in
Patient Safety: a Guide for Hospital Senior Leaders dalam The Patient Safety Handbook.
Eds Barbra J. Younberg, Martin J Hatlie, Malloy Lithographing. USA. 2004 [diunduh 22
juni 2012];h.26-51
16. National Patient Safety Agency, Seven steps to pateient safety: a guide for NHS staf, 2003
17. Leape L., Berwick D., Clancy C., Conway J., Gluck P., Guest J., et al, Transforming
healthcare: a safety imperative, Original viewpoint, Qual Saf Health Care 2009 18:424-428
[diunduh pada 27 Juli 2012] tersedia pada http://qshc.bmj.com/content/ 18 / 6 /
424.full.html #related-urls
18. Laksono Trisnantoro. Laporan Imnternational Forum in Quality and Safety in Healthcare,
Paris 17-20 April 2012, [serial on internet][diunduh 25 Juli 2012]
19. Hollnagel E, Proactive approach to safety management. The Health Foundation [thought
paper]. 2012 [diunduh 2 juli 2012]; 1-10 tersedia dari http;//www.health.org.uk
20. Adi Utarini, Mutu Pelayanan Kesehatan di Indonesia: Sistem Regulasi yang Responsif
[Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar] Yogyakarta; UGM; 2011
21. Laksono Trisnantoro, Kepemimpinan sebagai kapitasi organisasi untuk membangun budaya
keselamatan pasien, Sesi Kepemimpinan dan perubahan budaya organisasi menuju budaya
keselamatan pasien, disampaikan dalam seminar ilmiah 20 tahun MMR UGM dan Forum
mutu IHQN VIII, Yogyakarta 10-13 Oktober 2012
22. Trisasi Lestari. Konteks organisasi dalam implementasi “patient safety‟. Indonesian
Healthcare Quality Network ; 2006 [diunduh 25 Juni 2012]; II(4); 1-3
23. Bates D, Esmail, A., Allegranzi B., Twun-Danso N., Larizgoitia I., Safer care outside the
hospital: a discussion, Session Governance, Leadership and Health Policy disampaikan
pada 29th
ISQua International Conference, Geneva, 21-24 October 2012 [diunduh pada 21
November 2012]
24. Fathema Djan Rachmat, Strategi berkomunikasi dengan klinisi: Teknik Komunikasi, Role
Model dan Action. Sesi Strategi komunikasi kepada klinisi dan manajer rumah sakit untuk
implementasi patient centered care, disampaikan dalam seminar ilmiah 20 tahun MMR
UGM dan Forum mutu IHQN VIII, Yogyakarta 10-13 Oktober 2012
25. Kusmedi Prihanto, Strategi menggerakkan klinisi sebagai ujung tombak patient-centered
care, Sesi Strategi komunikasi kepada klinisi dan manajer rumah sakit untuk implementasi
patient centered care, disampaikan dalam seminar ilmiah 20 tahun MMR UGM dan Forum
mutu IHQN VIII, Yogyakarta 10-13 Oktober 2012