tor peningkatan kompetensi staf mikrobiologi fakultas kedokteran unsyiah dalam penegakan diagnosis...
DESCRIPTION
torTRANSCRIPT
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCEKELUARAN (OUTPUT) KEGIATAN TA 2014/2015
Kementerian Negara/Lembaga :
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Unit Eselon I/II :
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Unsyiah
Program :
Peningkatan kompetensi staf Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Unsyiah dalam penegakan diagnosis mikroskopis Tuberkulosis
Hasil (Outcome) :
1. Meningkatkan keterampilan dan kompetensi staf Mikrobiologi dalam penegakan diagnosis mikroskopis Tuberkulosis
2. Meningkatkan peran dan kontribusi Bagian Mikrobiologi FK Unsyiah dalam upaya pecarian kasus, penegakan diagnosis dan pemberantasan Tuberkulosis di masyarakat
Kegiatan :
Peningkatan kompetensi staf mikrobiologi FK Unsyiah dalam penegakan diagnosis mikroskopis Tuberkulosis
Indikator Kinerja Kegiatan :
Peningkatan mutu pembelajaran di kalangan Program Studi Psikologi FK Unsyiah
Keluaran (Output) :
Staf Mikrobiologi yang terlatih, berkompeten
dan tersertifikasi nasional dalam penegakan
diagnosis mikroskopis Tuberkulosis yang
dapat diaplikasikan dalam pendidikan
kedokteran dan pengabdian/pelayanan
masyarakat dalam pemberantasan
Tuberkulosis
Volume : Satu (1) Kegiatan Magang
Satuan Ukur : 1 (satu) bulan
A. Latar Belakang
1. Dasar Hukum
a. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
b. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
c. Sistem Penjaminan Mutu Internal Perguruan Tinggi Tahun 2005
d. Statuta Unsyiah
e. Dokumen Mutu Unsyiah Tahun 2006
f. Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) Tahun 2012
2. Gambaran Umum
Tuberkulosis masih menjadi permasalahan kesehatan di Indonesia.
World Health Organization (WHO) pada tahun 1992 telah mencanangkan TB
sebagai global emergency. Saat ini sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi
Mycobacterium tuberculosis dan menurut WHO jumlah kasus terbesar
terdapat di Asia Tenggara, yaitu 33% dari seluruh kasus TB di dunia.
Penderita TB di Indonesia merupakan 5,8% dari penderita TB dunia dan
diperkirakan terdapat 528.000 kasus baru dengan kematian mencapai
91.000 jiwa per tahun. Selain tingginya mortalitas dan morbiditas, TB juga
menimbulkan beban sosial ekonomi yang cukup tinggi dimana hampir 70%
penderitanya merupakan usia produktif.
Tuberkulosis juga masih menjadi permasalahan kesehatan di Provinsi
Aceh. Prevalensi kasus TB paru di Aceh pada tahun 2011 mencapai 96 orang
per 100.000 pendududuk. Hal ini menuntut dilaksanakannya suatu program
pencarian kasus dan penanggulangan Tuberkulosis paru yang komprehensif.
Angka Pencarian kasus TB paru di Aceh, masih dibawah standar nasional.
Menurut Kompetensi Dokter Indonesia yang disusun oleh Konsil
Kedokteran Indonesia (2011), seorang lulusan dokter diharapkan mampu
menguasai beberapa area keterampilan klinis, diantaranya adalah
kompetensi dalam melakukan prosedur klinik dan laboratorium.
Tingkat kemampuan yang diharapkan dicapai pada akhir pendidikan
dokter terdiri dari 4 (empat) area kompetensi. Diagnosis terhadap beberapa
penyakit infeksi tropis seperti tuberculosis serta beberapa infeksi kokus Gram
positif, kokus Gram negatif serta basil Gram negatif terdapat pada area
keempat (kompetensi tertinggi), yaitu mampu membuat diagnosis klinis
berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-pemeriksaan tambahan
yang diminta oleh dokter (misalnya pemeriksaan laboratorium sederhana dan
X-ray). Dokter dapat memutuskan dan menangani problem itu secara mandiri
hingga tuntas. Berdasarkan latar belakang di atas, maka pelatihan staf
mikrobiologi FK Unsyiah dalam hal penegakan diagnosis mikroskopis
Tuberkulosis, dalam hal ini pemeriksaan BTA, dianggap sangat diperlukan.
B. Penerima Manfaat
Aplikasi keterampilan klinik yang diperoleh melalui pelatihan akan
bermanfaat bagi peningkatan kualitas dan kompetensi peserta didik di
Program Studi Pendidikan Dokter FK Unsyiah. Staf pengajar yang telah dilatih
akan mampu memberikan materi mengenai penegakan diagnosis
mikroskopis Tuberkulosis yang merupakan salah satu kompetensi yang wajib
dikuasai oleh lulusan dokter di Indonesia (kompetensi 4A sesuai dengan SKDI
Tahun 2012).
Keterampilan pemeriksaan BTA ini juga sangat bermanfaat dalam
kegiatan pencarian kasus, penegakan diagnosis serta pemberantasan
Tuberkulosis di masyarakat. Pemeriksaan yang sesuai dengan standar
nasional sangat berkontribusi dalam upaya penanggulangan kasus
Tuberkulosis di Aceh.
C. Strategi Pencapaian Keluaran
1. Metode Pelaksanaan
Sebanyak 1 (satu) orang staf Mikrobiologi akan mengikuti kegiatan
pelatihan penegakan diagnosis mikroskopis Tuberkulosis (pemeriksaan
Basil Tahan Asam/BTA) dalam bentuk magang selama 1 (satu) bulan ke
Balai Pengembangan Laboratorium (BPLK) Bandung, Jawa Barat. Balai
Pengembangkan Laboratorium Kesehatan (BPLK) Bandung merupakan
rujukan nasional untuk pemeriksaan BTA
2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
Kegiatan magang akan dilaksanakan Tanggal 1 September s.d. 1 Oktober
2014 di BPLK Bandung.
D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran
Kurun waktu pencapaian keluaran ini adalah 1 bulan setelah kegiatan
magang dilakukan. Aplikasi keterampilan yang digunakan akan dilaksanakan
segera setelah peserta tersertifikasi dan sarana dan prasarana penunjang
pemeriksaan (terutama biosafety) Laboratorium Mikrobiologi telah optimal
untuk digunakan.
E. Biaya Yang Diperlukan
NO
KEGIATAN/ SUB KEGIATAN/ JENIS PERHITUNGAN TAHUN 2015
BELANJA/ RINCIAN BELANJA VOLUMEHARGA SATUAN
JUMLAH BIAYA
BIAYA PELATIHAN/MAGANG
31.300.000
1. PERJALANAN 5.
100.000 Tiket Pesawat Banda Aceh-Jakarta-Banda Aceh 1 KEG
4.500.000
4.500.000
Tiket travel Jakarta-BandungBandung-Jakarta 2 KEG
300.000
600.000
2. INSTITUTION FEE
Biaya Magang/Pelatihan 1
0.000.000
3.BIAYA HIDUP/LIVING ALLOWANCE
8.100.000
Akomodasi 30 hari 200.000 6.000.000
Konsumsi 30 hari 60.
000 1.
800.000Transportasi 30 hari 10000 300.000