tor bawaslu (1) salah ni

8

Upload: yusuf-mashar

Post on 20-Nov-2015

41 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Tor salah

TRANSCRIPT

I. LATAR BELAKANGSistem Pemilu di Indonesia merupakan salah satu sistem Pemilu yang paling kompleks di antara negara-negara demokrasi lainnya. Kompleksitasnya tidak saja disebabkan oleh mekanisme yang digunakan, jumlah pemilih yang tersebar di berbagai wilayah dengan kondisi geografis berbeda, jenis dan jumlah kursi yang diperebutkan, jumlah partai politik, calon anggota legislatif, dan calon pejabat eksekutif yang berkompetisi, tetapi juga oleh lembaga yang terlibat mengurus Pemilu.Di samping Komisi Pemilihan Umum (KPU), Pemilu juga juga melibatkan langsung lembaga-lembaga seperti Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP), Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Kepolisian (POLRI), dan Kejaksaan. Belum lagi bila disinggungkan dengan lembaga legislatif, lembaga-lembaga kementerian, institusi pemerintah, dan pemerintahan daerah.Di tengah banyaknya institusi yang terlibat dalam penyelenggaraan Pemilu ini, masing-masing lembaga itu sendiri pun tengah mencari bentuknya masing-masing dalam sebuah sistem kenegaraan yang sangat dinamis pasca rezim Orde Baru. Tentu hal ini menambah kompleksitas yang ada. Lembaga yang paling sering menjadi kontroversi adalah Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan lembaga pengawas pemilu, yang kini disebut sebagai Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU). Karena melalui kedua lembaga inilah teknis-teknis penyelenggaraan Pemilu paling banyak dilaksanakan. Khusus mengenai pelembagaan pengawas Pemilu, terdapat kontroversi atas keberadaannya sebagai salah satu lembaga yang diperlukan dalam penyelenggaraan Pemilu. Berkaca dari negara-negara demokratis lainnya, tidak semua negara demokratis memerlukan lembaga pengawas dalam pemilihan umum (Pemilu) untuk memastikan Pemilu-nya berjalan secara demokratis. Di negara-negara yang tidak memiliki lembaga pengawas Pemilu, pengawasan dilakukan oleh penyelenggara, peserta, pemantau, dan masyarakat luas. Jika terdapat pelanggaran administratif, maka diselesaikan oleh penyelenggara Pemilu. Pelanggaran pidana ditangani oleh polisi, jaksa, dan diselesaikan melalui mekanisme pengadilan. Hal ini sama dengan penyelenggaraan Pemilu pertama di Indonesia pada tahun 1955, yang justru dikenang sebagai salah satu Pemilu paling demokratis dalam sejarah Indonesia.Kemunculan lembaga pengawas Pemilu pada Pemilu 1982 di masa Orde Baru dapat dipandang sebagai kompromi politik untuk meredam keinginan partai peserta Pemilu yang merasa dicurangi pada masa itu. Pelembagaan pengawas tersebut juga telah terbukti tidak berfungsi efektif bagi penyelenggaraan Pemilu yang demokratis. Pada masa Orde Baru, posisi lembaga pengawas, yang saat itu disebut Panwaslak Pemilu, harus bertanggung jawab kepada ketua panitia pemilihan sesuai dengan tingkatannya. Artinya Panwaslak Pemilu adalah subordinat dari panitia pelaksana Pemilu. Ketentuan-ketentuan tentang Panwaslak Pemilu juga tidak menjelaskan ruang lingkup fungsi pengawasan Pemilu, tugas dan wewenang, mekanisme, dan prosedur penanganan pelanggaran. Pada Pemilu pasca Reformasi, kelembagaan pengawas Pemilu sempat dipertanyakan kembali efektifitas keberadaannya. Pasalnya, sejak Pemilu tahun 1999, Pemilu tahun 2004, hingga Pemilu tahun 2009, lembaga pengawas dinilai belum mampu menjadi alat kontrol bagi terselenggaranya Pemilu yang jujur dan adil. Perubahan struktur, fungsi, atau kewenangan lembaga pengawas Pemilu terbukti belum memberikan kontribusi yang maksimal bagi Pemilu yang jujur dan adil.Di sisi lain, banyak yang masih berharap dan percaya bahwa pelembagaan Pemilu merupakan langkah penting dalam konteks Pemilu di Indonesia. Justru penguatan lembaga dan kewenangan pengawas Pemilu yang masih harus ditingkatkan untuk memastikan efektivitasnya. Kepercayaan inilah secara bertahap diimplementasikan dengan perubahan-perubahan kelembagaan pengawas sejak Pemilu tahun 1999, tahun 2004, hingga tahun 2014.Dan puncaknya, UU No. 15/2011 memperkuat organisasi Bawaslu dengan mempermanenkan Panwaslu Provinsi menjadi Bawaslu Provinsi, dan UU No. 8/2012 menambah fungsi Bawaslu sebagai penyelesai sengketa. Sebelumnya, MK juga telah memandirikan posisi Bawaslu sebagai penyelenggara pemilu, sehingga lembaga ini kedudukannya sejajar dengan KPU. Pencarian format struktur dan fungsi organisasi selalu mengalami perdebatan setiap menjelang Pemilu, baik di parlemen maupun di luar parlemen. Pengawasan Pemilu legislatif dan Pemilu Presiden tahun 2014 akan menjadi ujian pertama bagi Bawaslu dalam kapasitasnya saat ini yang telah mengalami up grade berlipat-lipat sejak pertama kali pembentukan lembaga pengawas Pemilu tersebut.Tentu tidak mudah menemukan format sistem pengawasan Pemilu yang tepat, mengingat dinamika Pemilu selalu dipenuhi dengan kepentingan politik pragmatis. Studi dan evaluasi penyelenggaraan serta pengawasan (dan pemantauan) Pemilu harus dilaksanakan berkesinambungan untuk tidak terjebak dalam perbaikan sistem yang cenderung pragmatis dan trial-error. Alasan-alasan obyektif berdasarkan kajian ilmiah seharusnya menjadi tolok ukur bagaimana perbaikan-perbaikan terhadap pengawasan Pemilu harus dilakukan untuk mewujudkan Pemilu yang jujur dan adil.II. MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARANA. MaksudKegiatan studi ini dimaksudkan sebagai persiapan Bawaslu terkait pengawasan Pemilu yang efektif dalam mendukung terselenggaranya Pemilu yang sesuai asas Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, dan Adil (Luber-Jurdil). Sekaligus sebagai evaluasi bagi perbaikan-perbaikan berkelanjutan di masa mendatang.B. TujuanSedangkan tujuan kegiatan studi ini adalah sebagai berikut:a. Memberikan peta potensi-potensi rawan kecurangan Pemilu Legislatif maupun Pemilu Presiden tahun 2014 sebagai antisipasi dalam pengawasan Pemilu tahun 2014.b. Menjadi bahan evaluasi pelaksanaan pengawasan Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden tahun 2014.c. Memberikan masukan bagi perbaikan-perbaikan sistem Pemilu Indonesia di masa-masa yang akan datang.

C. SasaranKegiatan studi ini memiliki sasaran-sasaran sebagai berikut:a. Studi yang dilaksanakan terselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.b. Semua tema studi yang direncanakan dapat terlaksana sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.c. Metodologi studi yang dilaksanakan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang telah teruji keabsahannya.d. Data dan informasi yang dijadikan bahan studi ini merupakan data dan informasi yang valid dan terverifikasi.

III. KELUARANKeluaran (output) dalam kegiatan studi ini berupa laporan-laporan dengan standar format sebagai berikut:a. Setiap laporan terdiri dari Pendahuluan, Analisa Masalah, dan Kesimpulan.b.