topik pilihan - universitas indonesia · 2013. 5. 31. · topik pilihan. 8 i warta drpm i vol. 05...

4
VOL. 05 NO. 01 OKTOBER 12 I WARTA DRPM I 7 Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual atas Hasil Riset Universitas: Wacana dan Tantangan U I banyak menghasilkan riset berbobot. Periset UI, baik dosen dan mahasiswa, merupakan periset yang aktif menelurkan riset unggulan. Namun demikian, riset-riset UI diharapkan lebih banyak menghasilkan riset aplikatif yang dapat diserap industri. Dalam bidang riset dasar dan riset yang sarat dengan penemuan baru di bidang teori, UI bisa dikatakan jempolan. Namun untuk bidang riset yang dapat diserap oleh industri, warga UI perlu merenungkan lebih jauh strateginya. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk menggagas suatu penemuan dan hasil riset yang langsung dapat diterapkan dan diserap masyarakat, menjadi wacana Ranggalawe Suryasaladin Sugiri menjelaskan bagaimana HKI dapat menjadi salah satu jalan untuk menggiatkan riset, terutama riset terapan yang masih sangat dibutuhkan di Indonesia. yang telah diusung oleh UI dalam 5 tahun belakangan ini. Untuk hal tersebut, pimpinan UI pada tahun 2008 membentuk unit kerja dengan nama Direktorat Kemitraan dan Inkubator Bisnis yang saat ini dipimpin oleh Prof. Wiku B. Adisasmita. Direktorat ini aktif dalam menggalang dan mendukung riset aplikatif hasil riset sivitas akademika UI, untuk dilindungi secara hukum melalui sistem perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) antara lain paten dan hak cipta, dan dikembangkan menjadi suatu hasil riset yang dapat disebarluaskan kepada masyarakat dan industri. Topik Pilihan

Upload: others

Post on 07-Feb-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • vol. 05 No. 01 oktober 12 i Warta drpm i 7

    Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual atas Hasil Riset Universitas:Wacana dan Tantangan

    UI banyak menghasilkan riset berbobot. Periset UI, baik dosen dan mahasiswa, merupakan periset yang aktif menelurkan riset unggulan. Namun demikian, riset-riset

    UI diharapkan lebih banyak menghasilkan

    riset aplikatif yang dapat diserap industri.

    Dalam bidang riset dasar dan riset yang sarat

    dengan penemuan baru di bidang teori,

    UI bisa dikatakan jempolan. Namun untuk

    bidang riset yang dapat diserap oleh industri,

    warga UI perlu merenungkan lebih jauh

    strateginya. Upaya apa yang dapat dilakukan

    untuk menggagas suatu penemuan dan

    hasil riset yang langsung dapat diterapkan

    dan diserap masyarakat, menjadi wacana

    Ranggalawe Suryasaladin Sugiri menjelaskan bagaimana HKI dapat menjadi salah satu jalan untuk menggiatkan riset, terutama riset terapan

    yang masih sangat dibutuhkan di Indonesia.

    yang telah diusung oleh UI dalam 5 tahun

    belakangan ini.

    Untuk hal tersebut, pimpinan UI pada

    tahun 2008 membentuk unit kerja dengan

    nama Direktorat Kemitraan dan Inkubator

    Bisnis yang saat ini dipimpin oleh Prof. Wiku

    B. Adisasmita. Direktorat ini aktif dalam

    menggalang dan mendukung riset aplikatif

    hasil riset sivitas akademika UI, untuk

    dilindungi secara hukum melalui sistem

    perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

    (HKI) antara lain paten dan hak cipta, dan

    dikembangkan menjadi suatu hasil riset yang

    dapat disebarluaskan kepada masyarakat

    dan industri.

    Topik Pilihan

  • 8 i Warta drpm i vol. 05 No. 01 oktober 12

    Dalam pandangan penulis, perlindungan

    HKI diharapkan dapat mendorong semangat

    riset bagi peneliti UI terutama bagi riset

    yang berorientasi untuk diterapkan dan

    dipasarkan oleh industri. Dengan adanya

    pengakuan dari negara berupa HKI bagi riset

    universitas, para peneliti universitas dan

    industri, dapat melakukan kerjasama yang

    lebih terukur dan accountable, terutama

    apabila sebuah riset yang berasal dari

    universitas akan dipabrikasi (manufaktur),

    maupun dipasarkan oleh industri kepada

    masyarakat. HKI juga dapat digunakan

    sebagai indikator jumlah applied research

    yang dihasilkan oleh universitas. Hal ini

    dapat dilihat terutama dalam hal paten.

    Sebuah penemuan atau invensi yang dapat

    diberikan paten harus berhasil membuktikan

    bahwa penemuan tersebut memenuhi

    tiga syarat yaitu, kebaruan, inventive step,

    dan dapat diterapkan dalam industri.

    Berdasarkan pemenuhan ketiga syarat

    tersebut, apabila riset di suatu universitas

    mendapatkan sebuah paten (patent granted),

    dapat dianggap bahwa riset tersebut “diakui

    negara” sebagai riset yang dapat diserap

    industri atau dapat dimanufaktur.

    Praktek pendaftaran HKI oleh universitas,

    sebagaimana wacana tersebut sebenarnya

    telah lama diterapkan di negara maju. Di

    Amerika Serikat contohnya, Universitas

    Standford, Columbia University, MIT, UCLA,

    telah mengelola secara serius riset dosen

    dan mahasiswanya yang berpotensi HKI

    (terutama paten) sejak akhir dasawarsa

    60an. Pengelolaan HKI yang dilakukan oleh

    universitas–universitas di Amerika Serikat

    terbukti memberikan dorongan bagi peneliti

    universitas untuk terus menghasilkan

    riset yang dapat diserap industri dan

    dikomersialisasikan. Riset universitas juga

    terus didorong oleh pemerintah Amerika

    Serikat dengan dikeluarkannya Bayh-Dole

    Act pada dasawarsa 80an. Bayh-Dole Act ini

    memberikan tambahan dorongan semangat

    para periset universitas, juga lembaga-

    lembaga riset di universitas karena aturan ini

    memungkinkan universitas sebagai lembaga

    untuk secara mandiri mengelola dan

    mendapatkan manfaat dari pendaftaran HKI

    atas hasil riset yang didanai atau disponsori

    oleh pemerintah.

    Insentif berupa HKI bagi riset universitas jelas

    terasa di universitas-iniversitas di Amerika

    Serikat. Tak ayal, model ini juga diterapkan

    oleh banyak universitas di Eropa dan Jepang.

    Di Indonesia sendiri, penerapan HKI bagi

    riset di universitas dimulai pada penghujung

    dasawarsa 90an. Kementerian Negara Riset

    dan Teknologi Republik Indonesia, pada

    sekitar tahun 1999 mencanangkan program

    pendirian dan penguatan sentra HKI di

    perguruan-perguruan tinggi di Indonesia.

    UI pada saat itu juga turut serta dalam

    program ini, dan berhasil mendapatkan

    dukungan berupa modul kerja dan

    fasilitas penelusuran paten yang oleh

  • vol. 05 No. 01 oktober 12 i Warta drpm i 9

    No Pendaftaran HKI UI Jumlah1 Permohonan Pendaftaran Paten UI 42 aplikasi2 Permohonan Pendaftaran Hak Cipta 65 Aplikasi3 Merek Logo Makara UI 65 Kelas Barang/Jasa4 Telah dikabulkan (sertifikat) 24 Kelas Barang/Jasa

    Total 196 Aplikasi

    Jumlah Pendaftaran HKI UI Tahun 2008−2011

    rektor UI saat itu (Prof. Usman Chatib

    Warsa) pengelolaannya diinkubasi pada

    FHUI. Pada tahun 1999-2006, peneliti UI

    penghasil HKI dapat mendaftarkan HKI

    melalui (dibantu) para dosen dan peneliti

    FHUI dalam mendaftarkan HKInya pada

    Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual,

    Departemen Hukum dan HAM RI (DJHKI).

    Biaya pendaftaran HKI ditanggung masing-

    masing oleh peneliti.

    Pada masa kepemimpinan Prof. Gumilar

    R. Somantri, sejak tahun 2006 angin

    segar bagi periset UI yang berminat untuk

    mendaftarkan HKI atas hasil riset yang

    dihasilkan kembali dihembuskan. Sejak tahun

    itu UI memberikan pembiayaan bagi hasil

    riset berpotensi HKI. Hal ini dimaksudkan

    agar penghasil riset berpotensi HKI dari UI

    dapat dibantu untuk meminimalisasi waktu,

    tenaga, dan biaya dalam pengurusan HKI.

    Diharapkan, periset UI dapat mencurahkan

    pikiran dan tenaga untuk mengembangkan

    dan melanjutkan riset pengembangan dari

    riset berpotensi HKI, maupun kegiatan

    pengembangan ilmu di UI.

    Lebih lanjut, pada tahun 2008 pengelolaan

    HKI UI dimandatkan oleh pimpinan UI untuk

    dikelola oleh Direktorat Kemitraan dan

    Inkubator Bisnis (DKIB-UI). Sampai awal 2011,

    DKIB telah membantu untuk mendaftarkan

    HKI hasil riset yang dibiayai oleh RKAT

    UI sebanyak 56 pendaftaran paten, 134

    pengurusan surat daftar Hak Cipta, dan 66

    pendaftaran merek dagang/jasa.Terhitung

    akhir tahun 2011 dari keseluruhan 256

    pendaftaran HKI, sejumlah 64 pendaftaran

    dikabulkan oleh negara, dalam hal ini

    Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual

    Kementerian Hukum dan HAM untuk

    mendapatkan perlindungan HKI (IPR granted).

    DKIB juga terus berupaya untuk membantu

    peneliti UI penghasil HKI dalam melakukan

    diseminasi hasil riset dan teknologi UI

    kepada masyarakat melalui kegiatan lisensi

    maupun kerjasama pengembangan dan

    produksi hasil riset UI.

    Universitas ternama di dunia menggunakan

    dua indikator utama untuk menunjukan

    apakah suatu universitas sudah maju dalam

    pengelolaan HKI, yaitu jumlah kerjasama riset

    atau lisensi teknologi dan jumlah royalti atau

    revenue yang dihasilkan dari pemasaran

    teknologi hasil riset universitas. Beberapa

    tahu lalu, indikator keberhasilan pengelolaan

    HKI didasarkan pada jumlah pendaftaran (IPR

    registration) dan pengabulan pendaftaran

    HKI (IPR granted) yang menjadi portofolio

    universitas.

    Hal ini tentunya menjadi tantangan bagi

    periset UI. Penulis tetap optimis bahwa UI

    dapat menjadi benchmark bagi universitas

    di Indonesia dalam pengelolaan HKI

    maupun upaya diseminasi hasil riset kepada

    masyarakat dan industri. Beberapa hal

    yang penting untuk diperjuangkan adalah

    bersama-sama untuk melihat bahwa HKI

    adalah salah satu cara menggiatkan hasil

    riset. Tujuan utama yang harus diprioritaskan

    adalah peningkatan jumlah (luaran) dan

    kualitas riset itu sendiri. Semakin banyak

    hasil riset, maka semakin banyak juga

    disclosure of invention (DoI), di mana DoI

    tersebut merupakan bahan dasar analisis

    riset berpotensi HKI.

  • 10 i Warta drpm i vol. 05 No. 01 oktober 12

    Ranggalawe Suryasaladin Sugiri adalah staf pengajar di FHUI. Ia mendapatkan gelar sarjana hukum dari FHUI pada tahun 2000, S2 Hukum Ekonomi dari Program Pasca Sarjana FHUI tahun

    2003, dan S2 Hukum Internasional American University–Washington D.C. USA, tahun 2004. Ia

    mendapatkan izin sebagai Konsultan HKI dari Menteri Hukum dan HAM RI, sejak tahun 2006 dan

    mulai tahun 2007 aktif sebagai anggota Tim Pokja Nasional untuk perlindungan bagi ekspresi

    budaya tradisional, pengetahuan tradisional, dan sumber daya genetik, berdasarkan SK Menteri

    Hukum dan HAM R.I. Saat ini ia bekerja sebagai staf ahli HK di DKIB UI sejak tahun 2007.

    Jumlah Pendaftaran Paten Universitas di AS tahun 1969−2000

    No. Nama Universitas Jumlah1 University of California (regent of) 12951 2 MIT 4924 3 University of Texas 44674 California Institute of Technology 30025 University of Wisconsin 23416 John Hopkins University 21617 University of Michigan 21268 Cornell Research Foundation Inc. 17219 University of Florida 1762

    10 Harvard University 1588

    No. Nama Universitas Jumlah11 University of Pensylvania 158012 Standford 1564 13 University of Washington 142814 Columbia University 1383 15 University of Minnesota 136916 University of Iowa 114817 New York Univ 104118 North Carolina University 94419 Yale University 71220 Princeton University 697

    Sumber:Top Universities for U.S. Patents (http://www.technologytransfertactics.com/content/university-patents)1. U.S. Colleges and Universities-Uility Patent Grants, Calendar Years 1969-2008 (http://www.uspto.gov/web/offices/ac/ido/oeip/taf/univ/org_2. gr/all_univ_ag.htm)

    Dokumen publikasi paten, hak cipta, dan desain industri juga perlu lebih banyak diacu oleh

    peneliti universitas. Hal ini dikarenakan dokumen tersebut banyak menjelaskan mengenai

    teknologi-teknologi mutakhir yang ada dan tersebar luas di masyarakat pada saat ini.

    Hal ini tentunya dapat dimanfaatkan oleh periset universitas, baik mahasiswa dan dosen

    sebagai bahan studi mengenai jenis-jenis iptek, berikut kemanfaatan, dan permasalahannya.

    Diharapkan dengan membiasakan diri untuk mempelajari dokumen publikasi paten (paten

    terdaftar), periset dapat memulai riset yang bertujuan untuk mengurai permasalahan atau

    mencari terobosan-terobosan ilmu pengetahuan dan teknologi, berdasarkan iptek yang sedang

    berkembang. Apabila hal ini telah menjadi budaya periset UI, penulis melihat riset UI akan

    semakin eksis dan menjulang tak hanya di tingkat nasional, namun juga internasional.

    Untuk mencapai hal tersebut, kerjasama dan semangat kita semua dalam mengembangkan

    riset berbasis iptek bagi masyarakat tentunya menjadi faktor penting pada masa kini dan

    mendatang.

    Maju terus Universitas Indonesia! n

    .....................................................................................

    pendapat penulis dalam tulisan ini adalah pandangan sebagai periset/akademisi HKI dan

    pengelolaan HKI dan tidak dimaksudkan mewakili atau sebagai pendapat resmi UI atau unit kerja

    pengelola HKI UI.