tonsilektomi

4
Pertanyaan: 1. Anatomi dan perdarahan tonsil (per region) 2. Indikasi tonsilektomi (absolute & relative) 3. Perbedaan metode Guilotine dan diseksi (keuntungan & kerugian) 4. Komplikasi dari otitis media supuratif kronik (OMSK) Jawaban: 1. Tonsil palatine adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fossa tonsil pada kedua sudut orofaring, dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil, di bagian atas terdapat fossa supratonsil. Berikut adalah batas-batas tonsil palatine Lateral m. konstriktor faring superior Anterior m. palatoglosus Posterior m. palatofaringeus Superior palatum mole Inferior tonsil lingual Tonsil palatina mendapat perdarahan dari cabang-cabang arteri karotis externa, yakni a. maksilaris eksterna, a. maksilaris interna, a. lingualis, a. faringeal ascenden. Berdasarkan lokasinya, perdarahan tonsil palatina dibagi menjadi kutus atas dan bawah. Perdarahan pada kutub bawah adalah sebagai berikut. Anterior a. lingualis dorsalis Posterior a. palatine ascenden Antara keduanya a. tonsilaris (cabang a. fasialis yang merupakan perdarahan paling besar) Perdarahan kutub atas adalah a. faringeal ascenden dan a. palatine descenden 2. Indikasi absolute: a. Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran napas, disfagia berat, gangguan tidur dan komplikasi kardiopulmoner. b. Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan drainase.

Upload: debby-mariane

Post on 18-Feb-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tonsilektomi

Pertanyaan:

1. Anatomi dan perdarahan tonsil (per region)

2. Indikasi tonsilektomi (absolute & relative)

3. Perbedaan metode Guilotine dan diseksi (keuntungan & kerugian)

4. Komplikasi dari otitis media supuratif kronik (OMSK)

Jawaban:

1. Tonsil palatine adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fossa tonsil pada kedua sudut orofaring, dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil, di bagian atas terdapat fossa supratonsil. Berikut adalah batas-batas tonsil palatineLateral m. konstriktor faring superiorAnterior m. palatoglosusPosterior m. palatofaringeusSuperior palatum moleInferior tonsil lingualTonsil palatina mendapat perdarahan dari cabang-cabang arteri karotis externa, yakni a. maksilaris eksterna, a. maksilaris interna, a. lingualis, a. faringeal ascenden. Berdasarkan lokasinya, perdarahan tonsil palatina dibagi menjadi kutus atas dan bawah. Perdarahan pada kutub bawah adalah sebagai berikut.Anterior a. lingualis dorsalisPosterior a. palatine ascendenAntara keduanya a. tonsilaris (cabang a. fasialis yang merupakan perdarahan paling besar)Perdarahan kutub atas adalah a. faringeal ascenden dan a. palatine descenden

2. Indikasi absolute:a. Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran napas, disfagia berat, gangguan

tidur dan komplikasi kardiopulmoner.b. Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan drainase.c. Tonsillitis yang menimbulkan kejang demam.d. Tonsillitis yang membutuhkan biopsi untuk patologi anatomi.

Indikasi relative:

a. Tiga episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi antibiotic adekuat.b. Halitosis akibat tonsillitis kronik yang tidak membaik dengan medikamentosa.c. Tonsillitis kronik berulang pada karier streptokokus yang tidak membaik dengan antibiotic

beta laktamase.d. Hipertrofi tonsil unilateral yang dicurigai suatu keganansan.

Page 2: Tonsilektomi

e. Abses peritonsil.f. Otitis media efusi atau otitis media supuratif.

3. Teknik GuilotineProsedur:a. Anestesi umum.b. Relaksasi otot faring dan mulut difiksasi dengan pembuka mulut lidah ditekan dengan

spatula.c. Alat guillotine dimasukkan ke dalam mulut.d. Ujung alat diletakkan antara tonsil dan pilar posterior kutub bawah tonsil dimasukkan ke

dalam lubang guillotine.e. Dengan jari telunjuk tangan kiri pilar anterior ditekan sehingga seluruh jaringan tonsil masuk

ke dalam lubang guillotine.f. Picu alat ditekan sehingga pisau menutup.g. Tonsil dilepas dengan jari.h. Pendarahan dirawat.

Keuntungan:

a. Caranya cepat dan praktis.b. Komplikasi anestesi kecil.c. Biaya lebih murah.

Dibandingkan metode diseksi, teknik Guilotine lebih cepat dikarenakan pada metode diseksi harus dilakukan enukleasi tonsil, sedangkan pada teknik Guilotine hanya diperlukan posisi alat yang benar.

Teknik Guilotine adalah teknik tonsilektomi paling awal, oleh karena itu cara konvensional mengakibatkan biaya yang dikeluarkan juga minimal dibandingkan teknik diseksi yang lebih modern.

Kerugian:

a. Sering terdapat sisa dari tonsil karena tidak seluruhnya terangkat.b. Dapat timbul perdarahan hebat.

Posisi pisau yang tidak menjangkau semua bagian tonsil dapat mengakibatkan terdapat sisa tonsil yang tidak terangkat.

Karena pada teknik Guilotine dimaksudkan mengangkat seluruh tonsil, maka dapat terjadi perdarahan hebat akibat terputusnya seluruh perdarahan tonsil di saat bersamaan.

Teknik Diseksi

Prosedur:

a. Anestesi umum.b. Dipasang alat pembuka mulut Boyle-Davis gag.

Page 3: Tonsilektomi

c. Tonsil dijepit dan ditarik ke medial.d. Enuklear tonsil (tonsil dilepaskan dari fossanya sampai kutub bawah dan selanjutnya

menggunakan jerat tonsil, tonsil diangkat)e. Pendarahan dirawat.

Keuntungan:

a. Pendarahan pasca operasi minimal.b. Dapat mengangkat seluruh jaringan tonsil.

Karena pada teknik diseksi, tonsil diangkat secara manual dalam keadaan utuh maka sisa tonsil dapat diminimalkan.

Proses pada teknik diseksi memungkinkan arteri dapat lebih baik saat diligasi pada akhir operasi.

Kerugian:

a. Nyeri hebat pasca operasi.b. Darah operasi lebih lama.c. Resiko perdarahan intraoperatif tinggi.d. Nyeri pasca operasi yang signifikan apabila menggunakan elektrokauter untuk ligasi

pembuluh darah. Teknik diseksi membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan teknik Guilotine

karena proses enukleasi tersebut, oleh karena itu darah operasi pun lebih lama. Nyeri pasca operasi karena teknik elektrokauterisasi dapat digantikan dengan metode

ligasi arteri dengan benang untuk mengurangi nyeri pasca operasi.4. Komplikasi OMSK

a. Komplikasi di telinga tengah- Perforasi membrane timpani persisten- Erosi tulang pendengaran- Paralisis nervus fasialis

b. Komplikasi telinga dalam- Fistula labirin- Labirinitis supuratif- Tuli saraf (sensorineural)

c. Komplikasi ekstradural- Abses ekstradural- Thrombosis sinus lateralis- Petrositis

d. Komplikasi ke SSP- Meningitis- Abses otak- Hidrosefalus otitis