tonsilektomi

3
7 Snell Epidemiologi tonsilitis kronis Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering terjadi dari seluruh penyakit THT. Berdasarkan data epidemiologi penyakit THT di tujuh provinsi di Indonesia, prevalensi tonsilitis kronis 3,8% tertinggi setelah nasofaringitis akut 4,6%. Data morbiditas pada anak yang menderita tonsilitis kronis menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada umur 5-14 tahun menempati urutan kelima (10,5% laki-laki dan 13,7% perempuan). Hasil pemeriksaan pada anak-anak dan dewasa menunjukkan total penyakit pada telinga hidung dan tenggorokan berjumlah 190-230 per 1.000 penduduk dan didapati 38,4% diantaranya merupakan penderita penyakit tonsilitis kronis. (Sapitri, v. 2013. Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis Yang Diindikasikan Tonsilektomi Di RSUD Raden Mattaher Jambi. Artikel ilmiah. Hal. 3) Komplikasi tonsilitis kronis Radang kronik tonsil dapat menimbulkan komplikasi kedaerah sekitarnya berupa rhinitis kronik, sinusitis atau otitis media secara perkontinuitatum. Komplikasi jauh terjadi secara hematogen atau limfogen dan dapat timbul endokarditis artritis, miositis, nefritis, uveitis, dermatitis dan urtikaria. Tonsilektomi dilakukan bila terjadi infeksi yang berulang atau kronik, gejala sumbatan serta kecurigaan neoplasma. (fkui THT) Tonsilektomi Tonsilektomi merupakan suatu prosedur yang biasanya dilakukan pada dewasa muda yang menderit episode ulangan tonsilitis,selulitis peritonsilaris, atau abses peritonsilaris. Anak-anak jarang menderita tonsilitis kronis atau abses peritonsilaris. Paling sering mereka mengalami episode berulang tonsilitis akut dan hipertrofi penyerta. Beberapa episode bisa disebabkan oleh virus atau bakteri. Indkasi tonsilektomi terbagi dua, yaitu indikasi absolut dan indikasi relatif.

Upload: auliadi-anshar

Post on 06-Nov-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

advcadvcad

TRANSCRIPT

7 SnellEpidemiologi tonsilitis kronisTonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering terjadi dari seluruh penyakit THT. Berdasarkan data epidemiologi penyakit THT di tujuh provinsi di Indonesia, prevalensi tonsilitis kronis 3,8% tertinggi setelah nasofaringitis akut 4,6%. Data morbiditas pada anak yang menderita tonsilitis kronis menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada umur 5-14 tahun menempati urutan kelima (10,5% laki-laki dan 13,7% perempuan). Hasil pemeriksaan pada anak-anak dan dewasa menunjukkan total penyakit pada telinga hidung dan tenggorokan berjumlah 190-230 per 1.000 penduduk dan didapati 38,4% diantaranya merupakan penderita penyakit tonsilitis kronis. (Sapitri, v. 2013. Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis Yang Diindikasikan Tonsilektomi Di RSUD Raden Mattaher Jambi. Artikel ilmiah. Hal. 3)Komplikasi tonsilitis kronisRadang kronik tonsil dapat menimbulkan komplikasi kedaerah sekitarnya berupa rhinitis kronik, sinusitis atau otitis media secara perkontinuitatum. Komplikasi jauh terjadi secara hematogen atau limfogen dan dapat timbul endokarditis artritis, miositis, nefritis, uveitis, dermatitis dan urtikaria. Tonsilektomi dilakukan bila terjadi infeksi yang berulang atau kronik, gejala sumbatan serta kecurigaan neoplasma. (fkui THT)Tonsilektomi Tonsilektomi merupakan suatu prosedur yang biasanya dilakukan pada dewasa muda yang menderit episode ulangan tonsilitis,selulitis peritonsilaris, atau abses peritonsilaris. Anak-anak jarang menderita tonsilitis kronis atau abses peritonsilaris. Paling sering mereka mengalami episode berulang tonsilitis akut dan hipertrofi penyerta. Beberapa episode bisa disebabkan oleh virus atau bakteri. Indkasi tonsilektomi terbagi dua, yaitu indikasi absolut dan indikasi relatif.a. Indikasi absolut1. Hipertrofi tonsil atau adenoid dengan sindroma apneu waktu tidur.2. Hipertrofi berlebihan yang menyebabkan disfagia dengan penurunan berat badan penyerta.3. Biopsi eksisi yang dicurigai keganasan (limfoma)4. Abses peritonsilaris berulang atau abses yang meluas pada ruang jaringan sekitarnya.b. Indikasi relatifSeluruh indikasi selain indikasi absolut untuk tonsilektomi dianggap indikasi relatif. Indikasi yang paling sering adalah, episode berulang dari infeksi streptokokus beta hemolitikus grup A.Indikasi tonsilektomi yang dapat diterima pada anak-anak adalah sebagai berikut, 1. Serangan tonsilitis berulang yang tercatat, walaupun telah diberikan penatalaksanaan medis yang adekuat.2. Hiperplasia tonsil dengan obstruksi fungsional (penalanan)3. Riwayat demam reumatik dengan kerusakan jantung yang berhubungan dengan tonsilitis rekuren kromnis dan pengendalian antibiotik yang buruk.4. Tonsilitis berulang atau kronis yang berhubungan dengan adenopati servikal persisten.

Kontra indikasi untuk tonsilektomi adalah sebagai berikut,1. Infeksi pernapasan bagian atas yang berulang2. Infeksi sitemik atau kronis.3. Demam yang tidak diketahui penyebabnya.4. Pembesaran tonsil tanpa gejala-gejala obstruksi.5. Rhinitis alergika.6. Asma 7. Kegagalan untuk tumbuh kembang8. Sinusitis (Adams, george, L, 2012. Boies : buku ajar penyakit THT. EGC)