toleransi ruang rumah tinggal sebagai...

1
MINGGU, 3 JUNI 2018 BIDANG Arsitektur di dalam institusi pen- didikan di Indonesia sudah berlangsung lebih dari 60 (enam puluh) tahun. Di dalam institusi pendidikan pada saat itu, arsitektur dianggap sebagai bagian dari pendi- dikan konstruksi dan bahan bangunan, yang merupakan bagian dari pendidikan insinyur sipil. Namun demikian, sebenarnya bidang ar- sitektur memiliki cakupanlebih dari bidang kon- struksi dan bahan bangunan, yaitu terdapat estetika, lingkungan, teknologi, humaniora sampai dengan kewirausahaan. Ilmu arsitektur lebih tepat jika berada dalam kelompok planning, environment dan desain da- ripada kelompok teknik. Institusi pendidikan di luar negeri seperti di Eropa, Amerika dan Aus- tralia sudah menyesuaikan diri dengan situasi ini. Mengutip dari Vitruvius dalam buku “The Ten Books On Architecture” (1960) di buku I de- ngan judul “The Education of the Architect, practice and theory are its parents.” Yang dipa- hami bahwa praktik dan teori merupakan induk dalam pendidikan arsitektur. Keduanya berko- laborasi, menjadi hal yang penting dan tidak terpisahkan dalam pendidikan arsitektur. Pada masa kini, penyusunan kurikulum yang merespon perkembangan dunia arsitek- tur internasional baik dari bidang keprofesian, pemenuhan kebutuhan pasar maupun per- kembangan keilmuan merupakan hal yang penting. Hal ini akan menjadi lebih baik jika ada semacam serangkaian program yang mem- bangun soft skill para mahasiswa arsitektur yang akan menjadi arsitek, pekerja atau pelaku usaha di dunia arsitektur. Soft skill yang dibutuhkan antara lain adalah kemampuan berkomunikasi, ke- pemimpinan (leadership), team work yang didasari pada sikap beretika, bertanggung jawab-berkomitmen, disiplin, kritis-kreatif, dan memiliki daya juang. Arsitektur Unika Soegijapranata yang di tahun ini telah memasuki usia emas, menun- jukkan kematangan suatu insititusi pendidikan arsitektur. Studio perancangan arsitektur yang meru- pakan inti (core) dari pendidikan arsitektur dilaksanakan secara berurutan dari semester awal hingga akhir. Progdi Arsitektur of De La Salle University, Dasmari’as, Philippines, dengan kegiatan meliputi student danstaffex- change, collaborativeworkshop dan collabora- tiveresearch. Diaspora alumni Arsitektur Unika Soe- gijapranata yang telah menyebar di hampir seluruh wilayah Indonesia serta mancanegara memberikan manfaat dalam peningkatan jejaring antar alumni dan Progdi Arsitektur. Jejaring yang terbentuk ini memberikan pelu- ang bagi para alumnus yang lain untuk menda- patkan pekerjaan atau kesempatan berusaha dan berkarya di dunia arsitektur. (53) MD. Nestri Kiswari& Gustav Anandhita, StafPengajar Program Studi Arsitektur Fakultas Arsitektur dan Desain UNIKA Soegijapranata, Semarang Kekinian Pendidikan Arsitektur R umah sebagai sim- bol dan pencermi- nan tata nilai selera pribadi penghuninya atau dengan kata lain sebagai pengejawantahan jati diri, rumah sebagai wadah keakra- ban dimana rasa memiliki, kebersamaan, kehangatan, kasih dan rasa aman tercipta didalamnya, Rumah berfungsi sebagai sarana investasi, rumah mem- punyai nilai investasi yang bersifat moneter yang dapat diukur dengan uang dan non moneter yang tidak dapat diukur dengan uang tetapi lebih pada keuntungan moral dan kebahagiaan keluarga. Rumah sebagai sarana berusaha; sebagai pelaku adalah para perempuan atai ibu rumaha tamgga , dengan pemanfaatan ruang rumah maka penghuni dapat meningkatkan pendap- atannya guna kelangsungan hidupnya. Makna yang terkandung didalam kebutuhan ruang- ruang tersebut mencerminkan bahwa rumah adalah tempat untuk istirahat, tempat untuk mengaktualisasikan diri guna meningkatkan mutu kehidu- pan. Rumah sebagai tempat sosialisasi utamanya dengan keluarga, rumah sebagai tem- pat menyediakan kebutuhan jasmani dan rohani, serta rumah sebagai tempat bernaung. Rumah sebagai tempat bernaung harus memenuhi kebutuhan ruang akan kegiatan bagi penghuninya. Terdapat bebe- rapa ruang pokok yang ada pada sebuah rumah, yaitu ruang tidur, ruang belajar atau ruang kerja, ruang keluarga, ruang services seperti dapur, dan teras atau ruang tamu. Pada keseharian masyara- kat Kampung kauman khusus- nya para perempuan berkiprah memanfaatkan ruang dan waktu dengan melakukan kegiatan usaha antara lain : membuat masakan harian , jajanan , membuat wadah untuk tempat makanan. Kegiatan usaha tersebut dilakukan untuk menambah penghasilan keluarga dengan menggunakan ruang2 pada rumah tinggalnya. Waktu yang mereka gunakan pada saat memproduksi usaha tersebut adalah di sela-sela kegiatan mengurus rumah tangga, hal ini menyebabkan tidak tercatat- nya kegiatan mereka secara formal walaupun hasil dari kegiatan mereka dapat menut- up kekurangan kebutuhan keluarga. Selain melakukan kegiatan usaha di rumah masing- masing ada juga yang meng- gunakan rumah tersebut untuk kegiatan pendidikan keaga- maan seperti belajar membaca Alquran khususnya bagi anak- anak dibawah umur. Pasalnya usia anak-anak dibawah umur adalah masih dalam pengasuhan ibu maka yang melakukan pendidikan adalah juga para ibu-ibu Bagi mereka yang mem- produksi barang-barang maka menggunakan ruang keluarga dan ruang tamu sebagai ruang untuk membuat barang sedangkan penjualannya mereka mengirim atau peme- san mengambilnya sesuai kesepakatan. Keluwesan Pengaturan Penggunaan ruang terse- but oleh para perempuan sebagai wujud toleransi ter- hadap keluarga karena mereka tidak menuntut ruang produksi untuk menambah ruang-ruang khusus dan mengubah ruang inti rumah sebagai ruang pro- duksi melainkan tetap mem- fungsikan ruang-ruang rumah tinggal sebagaimana mestinya. Karena bagi perempuan ruang-ruang pokok pada rumah tinggal adalah milik semua anggota keluarga untuk kegiatan-kegiatan anggota keluarga. Toleransi dalam kehidupan gender di Kampung Kauman Semarang adalah dalam hal penggunaan ruang yang digu- nakan sebagai ruang tempat tinggal dan ruang usaha, peng- gunaan ini dilakukan dengan keluwesan pengaturan waktu dalam kegiatan sehari-hari. Peran Gender dalam pengelo- laan rumah memanfaatkan ruang-ruang rumah dan lingkungan sebagai ruang usaha . Toleransi tersebut dalam hal :(1). Pengaturan waktu dan ruang, pada saat melakukan kegiatan usaha menggunakan waktu diluar kegiatan pengelolaan rumah tangga, seperti pada kasus rumah sebagai tempat usaha pembuatan kue keleman (kue tradisional) yaitu dimulai pada jam 03.00 pagi , dimana waktu tersebut sudah menjadi kebi- asaan para perempuan secara turun temurun dengan falsafah dari mbah Buyut :”...yen tangi sing esuk, mapak rejeki kudu tangi esuk, ojo nganti kedisikan srengenge”(kalau pagi bangun harus pagi-pagi sekali, menyambut rezeki harus ban- gun pagi, jangan sampai mata- hari yang lebih dahulu muncul), waktu pagi hari tersebut tentun- ya tidak mengganggu kegiatan pengelolaan rumah untuk kelu- arga. (2) penyesuaian fungsi ruang, seperti ruang makan, ruang keluarga, ruang tamu dan dapur yang dijadikan ruang produksi. Toleransi keru- angan terjadi pada saat per- gantian penggunaan fungsi ruang, yang dalam hal ini penghuni sepakat untuk meng- gunakan ruang tersebut secara bergantian. , (3). Pelebaran ruang domestik ke ruang pub- lik. Dalam penyelenggaraan acara keluarga dan acara yang bersifat sosial seperti penye- lenggaraan perkawinan, dan atau acara keagamaan (pen- gajian) yang mengundang kerabat dengan jumlah banyak maka akan menggunakan ruang publik sebagai pele- baran ruang domestik. (53) Toleransi Ruang Rumah Tinggal Sebagai Usaha Di Kampung Kauman Semarang Rumah tinggal sebagai tempat penyelenggaraan kehidupan dan penghidupan keluarga, rumah harus memenuhi kebutuhan yang bersifat biologis seperti makan, belajar, dan lain-lain, juga memenuhi kebutuhan nonbiologis, seperti bercengkrama dengan anggota keluarga atau dengan tetangga. Oleh Titin Woromurtini, AIA

Upload: vuthu

Post on 06-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MINGGU, 3 JUNI 2018

BIDANG Arsitektur di dalam institusi pen-didikan di Indonesia sudah berlangsung lebihdari 60 (enam puluh) tahun.

Di dalam institusi pendidikan pada saat itu,arsitektur dianggap sebagai bagian dari pendi-dikan konstruksi dan bahan bangunan, yangmerupakan bagian dari pendidikan insinyursipil. Namun demikian, sebenarnya bidang ar-sitektur memiliki cakupanlebih dari bidang kon-struksi dan bahan bangunan, yaitu terdapatestetika, lingkungan, teknologi, humaniorasampai dengan kewirausahaan.

Ilmu arsitektur lebih tepat jika berada dalamkelompok planning, environmentdan desain da-ripada kelompok teknik. Institusi pendidikan diluar negeri seperti di Eropa, Amerika dan Aus-tralia sudah menyesuaikan diri dengan situasi ini.

Mengutip dari Vitruvius dalam buku “TheTen Books On Architecture” (1960) di buku I de-ngan judul “The Education of the Architect,practice and theory are its parents.” Yang dipa-hami bahwa praktik dan teori merupakan indukdalam pendidikan arsitektur. Keduanya berko-laborasi, menjadi hal yang penting dan tidakterpisahkan dalam pendidikan arsitektur.

Pada masa kini, penyusunan kurikulumyang merespon perkembangan dunia arsitek-tur internasional baik dari bidang keprofesian,pemenuhan kebutuhan pasar maupun per-kembangan keilmuan merupakan hal yangpenting. Hal ini akan menjadi lebih baik jika adasemacam serangkaian program yang mem-bangun soft skill para mahasiswa arsitektur

yang akan menjadi arsitek, pekerja ataupelaku usaha di dunia arsitektur.

Soft skill yang dibutuhkan antara lainadalah kemampuan berkomunikasi, ke-pemimpinan (leadership), team work yangdidasari pada sikap beretika, bertanggungjawab-berkomitmen, disiplin, kritis-kreatif, danmemiliki daya juang.

Arsitektur Unika Soegijapranata yang ditahun ini telah memasuki usia emas, menun-jukkan kematangan suatu insititusi pendidikanarsitektur.

Studio perancangan arsitektur yang meru-pakan inti (core) dari pendidikan arsitekturdilaksanakan secara berurutan dari semesterawal hingga akhir. Progdi Arsitektur of De LaSalle University, Dasmari’as, Philippines,dengan kegiatan meliputi student danstaffex-change, collaborativeworkshop dan collabora-tiveresearch.

Diaspora alumni Arsitektur Unika Soe-gijapranata yang telah menyebar di hampirseluruh wilayah Indonesia serta mancanegaramemberikan manfaat dalam peningkatanjejaring antar alumni dan Progdi Arsitektur.Jejaring yang terbentuk ini memberikan pelu-ang bagi para alumnus yang lain untuk menda-patkan pekerjaan atau kesempatan berusahadan berkarya di dunia arsitektur. (53)

— MD. Nestri Kiswari& GustavAnandhita, StafPengajar Program StudiArsitektur Fakultas Arsitektur dan DesainUNIKASoegijapranata, Semarang

Kekinian PendidikanArsitektur

R umah sebagai sim-bol dan pencermi-nan tata nilai selera

pribadi penghuninya ataudengan kata lain sebagaipengejawantahan jati diri,rumah sebagai wadah keakra-ban dimana rasa memiliki,kebersamaan, kehangatan,kasih dan rasa aman terciptadidalamnya,

Rumah berfungsi sebagaisarana investasi, rumah mem-punyai nilai investasi yangbersifat moneter yang dapatdiukur dengan uang dan nonmoneter yang tidak dapatdiukur dengan uang tetapi lebihpada keuntungan moral dankebahagiaan keluarga. Rumahsebagai sarana berusaha;sebagai pelaku adalah paraperempuan atai ibu rumahatamgga , dengan pemanfaatanruang rumah maka penghunidapat meningkatkan pendap-atannya guna kelangsunganhidupnya.

Makna yang terkandungdidalam kebutuhan ruang-ruang tersebut mencerminkanbahwa rumah adalah tempatuntuk istirahat, tempat untukmengaktualisasikan diri gunameningkatkan mutu kehidu-pan. Rumah sebagai tempatsosialisasi utamanya dengankeluarga, rumah sebagai tem-pat menyediakan kebutuhanjasmani dan rohani, sertarumah sebagai tempatbernaung. Rumah sebagaitempat bernaung harusmemenuhi kebutuhan ruangakan kegiatan bagipenghuninya. Terdapat bebe-rapa ruang pokok yang adapada sebuah rumah, yaituruang tidur, ruang belajar atauruang kerja, ruang keluarga,ruang services seperti dapur,dan teras atau ruang tamu.

Pada keseharian masyara-kat Kampung kauman khusus-nya para perempuan berkiprahmemanfaatkan ruang danwaktu dengan melakukankegiatan usaha antara lain :membuat masakan harian ,

jajanan , membuat wadahuntuk tempat makanan.Kegiatan usaha tersebutdilakukan untuk menambahpenghasilan keluarga denganmenggunakan ruang2 padarumah tinggalnya. Waktu yangmereka gunakan pada saatmemproduksi usaha tersebutadalah di sela-sela kegiatanmengurus rumah tangga, halini menyebabkan tidak tercatat-nya kegiatan mereka secaraformal walaupun hasil darikegiatan mereka dapat menut-up kekurangan kebutuhankeluarga.

Selain melakukan kegiatanusaha di rumah masing-masing ada juga yang meng-gunakan rumah tersebut untukkegiatan pendidikan keaga-maan seperti belajar membacaAlquran khususnya bagi anak-anak dibawah umur.

Pasalnya usia anak-anakdibawah umur adalah masihdalam pengasuhan ibu makayang melakukan pendidikanadalah juga para ibu-ibu

Bagi mereka yang mem-produksi barang-barang makamenggunakan ruang keluargadan ruang tamu sebagai ruanguntuk membuat barangsedangkan penjualannyamereka mengirim atau peme-san mengambilnya sesuaikesepakatan. Keluwesan Pengaturan

Penggunaan ruang terse-but oleh para perempuansebagai wujud toleransi ter-hadap keluarga karena merekatidak menuntut ruang produksiuntuk menambah ruang-ruangkhusus dan mengubah ruanginti rumah sebagai ruang pro-duksi melainkan tetap mem-fungsikan ruang-ruang rumahtinggal sebagaimana mestinya.

Karena bagi perempuanruang-ruang pokok padarumah tinggal adalah miliksemua anggota keluarga untukkegiatan-kegiatan anggotakeluarga.

Toleransi dalam kehidupangender di Kampung Kauman

Semarang adalah dalam halpenggunaan ruang yang digu-nakan sebagai ruang tempattinggal dan ruang usaha, peng-gunaan ini dilakukan dengankeluwesan pengaturan waktudalam kegiatan sehari-hari.Peran Gender dalam pengelo-laan rumah memanfaatkanruang-ruang rumah danlingkungan sebagai ruangusaha . Toleransi tersebutdalam hal :(1). Pengaturanwaktu dan ruang, pada saatmelakukan kegiatan usahamenggunakan waktu diluarkegiatan pengelolaan rumahtangga, seperti pada kasusrumah sebagai tempat usahapembuatan kue keleman (kuetradisional) yaitu dimulai padajam 03.00 pagi , dimana waktutersebut sudah menjadi kebi-asaan para perempuan secaraturun temurun dengan falsafahdari mbah Buyut :”...yen tangising esuk, mapak rejeki kudutangi esuk, ojo nganti kedisikansrengenge”(kalau pagi bangunharus pagi-pagi sekali,menyambut rezeki harus ban-gun pagi, jangan sampai mata-hari yang lebih dahulu muncul),waktu pagi hari tersebut tentun-ya tidak mengganggu kegiatanpengelolaan rumah untuk kelu-arga. (2) penyesuaian fungsiruang, seperti ruang makan,ruang keluarga, ruang tamudan dapur yang dijadikanruang produksi. Toleransi keru-angan terjadi pada saat per-gantian penggunaan fungsiruang, yang dalam hal inipenghuni sepakat untuk meng-gunakan ruang tersebut secarabergantian. , (3). Pelebaranruang domestik ke ruang pub-lik.

Dalam penyelenggaraanacara keluarga dan acara yangbersifat sosial seperti penye-lenggaraan perkawinan, danatau acara keagamaan (pen-gajian) yang mengundangkerabat dengan jumlah banyakmaka akan menggunakanruang publik sebagai pele-baran ruang domestik. (53)

Toleransi Ruang Rumah TinggalSebagai Usaha

■ Di Kampung Kauman SemarangRumah tinggal sebagai tempat penyelenggaraan kehidupan

dan penghidupan keluarga, rumah harus memenuhi kebutuhan

yang bersifat biologis seperti makan, belajar, dan lain-lain, juga

memenuhi kebutuhan nonbiologis, seperti bercengkrama

dengan anggota keluarga atau dengan tetangga.

Oleh Titin Woromurtini, AIA